Hand Out Materi Mengenalkaan Atitha Pacavekana (perenungan terhadap penggunaan kebutuhan sehari-hari)
Donapaka Sutta Diterjemahkan Bhikkhu Thiradhammo & Surahman Suatu ketika pada saat Sang Buddha sedang tinggal di Savatthi, Raja Pasenadi dari Kosala sedang menikmati makanan sebakul penuh, dan kemudian mendekati Buddha, menelan makanan dengan nafas terengah, dan duduk ke satu sisi. Kemudian Buddha memberikan teguran bahwa Raja Pasenadi telah menelan makanan dengan suara terengah sehingga Buddha pun menggunakan kesempatan untuk mengucapkan sajak teguran: Ketika ada seorang yang memiliki kesadaran terus menerus, Dan memahami ketercukupan terhadap makanan yang diambil, Semua penderitaan mereka menjadi lebih ringan-pertumbuhan usia (kedewasaan) berjalan dengan baik, hidup mereka menjadi terlindungi. Pada kesempatan itu brahmana muda Sudassana juga sedang berdiri dekat raja Pasenadi, dan raja Pasenadi Kosala menyapanya: " mendekatlah kemari, saudaraku Sudassana, dan setelah engkau secara menyeluruh menguasai sajak dari Buddha, tolong ucapkan sajak itu kepadaku pada saat engakau menyajikan makanan untukku. Dan bila hal itu engakau lakukan aku akan memberimu hadiah seratus kahaapanas tiap hari." " daulat, yang mulia," brahmana muda Sudassana menyetujui permintaan raja.. Pada waktu-waktu berikutnya Raja Pasenadi Kosala secara bertahap mengikuti anjuran Buddha, ia makan secukupnya tidak lebih dari satu mangkuk nasi, di kemudian hari ketika badan beliau telah berubah menjadi sangat ramping, Raja Pasenadi memegang salah satu bagian otot lengannya sembari mengucapkan syair: 1. Ternyata Buddha telah menunjukkan aku belas kasih pada dua jalan yang berbeda: 2. Karena mendukung kesejahteraanku pada kehidupan ini dan juga untuk di masa datang. Catatan: Catatan penerjemah: Siapa yang berpikir bahwa pengurangan berat badan bisa dilakukan dengan sangat gampang! Dalam penjelasan singkat ini Buddha menyatakan bahwa makan terlalu banyak adalah akar dari kegemukan yang meningkat sesuai dengan proses pertambahan usia dan dapat menjadi ancaman bagi kehidupan, dan keadaan itu muncul karena lemah atau tidak adanya kesadaran penuh. Jika kita makan dengan pelan-pelan disertai perhatian penuh, lama-kelamaan akan terbiasa/menyesuaikan diri ( jika kita benar-benar percaya pada diri sendiri/kemampuan diri) 1
merasa bahwa telah cukup dalam mengkonsumsi makanan. Menariknya, ia (Buddha) sepertinya berkata bahwa kebijaksanaan akan memunculkan kesadaran untuk menahan diri dari makan secara berlebihan dengan alami, bukan seperti pandangan konvensional modern bahwa melakukanya dengan kemauan keras dan pengekangan diri. Dengan satu pernyataan, Buddha menegaskan bahwa semua penderitaan kita ( secara harafiah, semua perasaan kita yang tidak enak), dan tidak hanya tubuh fisik kita akan menjadi ” lebih ringan ". Barangkali inilah yang dimaksud pernyataan kesaksian raja Pasenadi bahwa ajaran Buddha bukan hanya membantunya menjadi lebih kurus secara fisik ( yang bermanfaat secara langsung), tetapi juga secara umum meningkatkan kesadaran penuh dan mengurangi keserakahan yang akan membantu semua aspek kehidupan spiritual ( dan mendukung kelahiran kembali pada masa datang). Komentar pada teks ini menginformasikan pada kita bahwa raja tidak sepenuhnya membutuhkan Sudassana untuk mengucapkan sajak dalam seluruh proses menikmati makanan tetapi hanya sekali ketika memulai makan. Gagasan ini bukan mengarah pada ketidaksukaan terhadap makanan karena pada hakikatnya makanan sendiri tidak bersifat merusak (netral). Seperti banyak ajaran Buddha yang lain, merupakan ssebuah penekanan pada pemahaman h sebab akibat, dan mengenai penggunaan makanan dengan proporsional sebagai alat untuk membangkitkan kesadaran bukannya mengarah pada kecenderungan laten kemelekatan, kebencian dan kebodohan yang bisa ditimbulkan dari kontak dengan makanan. Sebagai catatan, syair penutup dari Buddha. Kata hidup (aayu) adalah sama seperti salah satu tradisi medis India tentang Ayurveda (= pengetahuan tentang hidup), dan dihargai seperti sesuatu yang sangat berharga atau secara hati-hati harus dijaga. Ketika dilakukan dengan pendekatan kepedulian, keberlangsungan hidup akan bertahan lebih lama. Gambarannya bukanlah pada bentuk penaklukan penyakit atau kematian (karena untuk melakukanya dibutuhkan kesadaran penuh), tetapi hanyalah peningkatan sumber-sumber vitalitas internal dengan kebijaksanaan..
2
Perenungan Sebelum Makan (1) Atitha Paccavekkhana Ahara (Merenungkan tujuan sebenarnya terhadap (mengkonsumsi) makanan) Merenungkan sebenarnya saya memakan makanan ini; Tidak untuk kesenangan, tidak untuk keserakahan dan kesombongan, Tidak untuk tujuan memperindah diri, Tetapi untuk tujuan kelangsungan dan mempertahankan tubuh ini, Untuk menghentikan rasa tidak enak batin dan jasmani, Saya akan menghilangkan perasaan lapar yang lama, Dan tidak tidak menimbulkan perasaan lapar yang baru, Tidak mengkonsumsi makanan yang berlebih-lebihan. Dengan demikian akan terdapat kebebasan bagiku dari gangguan-gangguan, Sehingga tercapai kehidupan yang damai dan tenteram. (2) Doa Setelah Makan Apapun yang mereka harapkan, dapat segera terwujud, semoga cita-cita mereka tercapai; Ibarat mereka memiliki permata pemenuh semua keinginan. Semoga mereka memperoleh rejeki dan kebahagiaan, Serta mendapat kemajuan dalam Ajaran Buddha, Semoga ia beserta sanak keluarganya, Sehat dan berbahagia selalu. Semoga semua makhluk berbahagia, semoga demikianlah hendaknya.
3
Keterangan : Yang dimaksud mereka dalam doa makan adalah, mereka yang mengadakan makanan hingga tersaji dan siap untuk disantap. Mereka adalah para petani, pekebun, nelayan, pedagang, pengantar/jasa pengangkutan dari petani hingga pedagang, orang tua yang membeli dan mereka yang memasak, sampai pada orang yang menyajikan makanan. Intinya mereka yang berjasa pada pengadaan makanan dari mulai awal hingga makanan siap makan.
Alasannya tanpa mereka kita tidak dapat mengkonsumsi makanan untuk
kelangsungan hidup kita. Kalaupun makanan (sayur atau padi ditanam sendiri, atau menangkap ikan dan lain-lain), kita pun tetap mendoakan semua orang yang terlibat secara tidak langsung atau langsung yang berjasa sampai adanya makanan dan minuman yang siap disantap/makan.
4