Hallo.docx

  • Uploaded by: Sekar Lulu Sabrina
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hallo.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,094
  • Pages: 3
Hallo, Nama ku Asira Shazana Askar. Usia ku baru 19 tahun, dan sekarang aku adalah salah satu mahasiswa semester 4 dari sebuah universitas swasta di jakarta. Dengan mengambil jurusan keperawatan aku harap aku bisa membuat orang tua ku bangga. Ya setidaknya dengan ip semester ku yang selalu diatas 3,50. Aku putri bungsu dengan 2 orang abang kembar. Bang sarfaraz Dzu Askar atau bang araz dan bang Arkhan Ahd Askar atau bang akan. 2 lelaki yang selalu membuat ku pusing kepala. Ah tidak, 3 orang lelaki. Termasuk ayah ku. Para pria di rumah ini adalah pria tercerewet yang pernah ada dalam kehidupan ku. Bahkan terkadang aku ingin sekali minggat dari rumah jika sudah mendengar ocehan bang araz yang mengomeliku saat aku lupa untuk mematikan lampu kamar mandi, atau bang akan yang selalu bercerita tentang wanita wanita yang sedang ia kencani. Dan yang lebih parahnya lagi adalah ayah ku. Ada saja hal yang membuat ayah berkomentar. Entah itu bagaimana cara ku berpakaian saat akan pergi, entah itu makanan yang aku bawa pulang setelah aku pergi dari suatu tempat. Bahkan terkadang ayah mengomentari bagaimana cara ku berjalan. Pftt.... Oke, itu sedikit tentang kehidupan ku dirumah Eh tunggu, kalian pasti bertanyakan dimana ibu ku. Ibu ku adalah wanita tersabar yang ada didalam hidup ku. Kenapa ku bilang sabar? Ya, karena ibu dapat menangani setiap ocehan ocehan 3 pria dirumah ini. Apapun yang dikatakan ibu ku hanya tersenyum sambil menanggapi dengan tindakannya. Contoh, ketika bang akan selalu mengomentari masakan yang dibuat ibu “bu, kayaknya sayur asem ini udah basi deh”, ibu yang menerima komplen langsung menyicipi sayur buatannya. “engga kok kan, ini aja baru ibu masak, masa langsung basi” ucap ibu dengan yakin. “ihh ibu, coba deh sekali lagi. Masa sayurnya asam. Pasti basikan” ucapnya dengan senyum menggoda. Ibu hanya tersenyum menggeleng kepala. Walau sebenernya aku yakin ibu ingin sekali melempar anak itu paling tidak dengan batu bata merah, biar otaknya sedikit lurus. Sippp, begitulah kehidupan ku dirumah ini. Sekarang aku ingin cerita lagi bagaimana kehidupan ku diluar kampus. Sejujurnya, aku hanya anak perempuan biasa yang normal, dengan berbagai keinginan yang kini belum sempat tercapai. Berkuliah dengan jurusan perawat, dan jika lulus nanti sudah dipastikan kalau aku pasti akan menjadi seorang perawat. Jujur bukan aku tidak suka dengan jurusan ini, hanya saja bukan disini passion ku, ketika aku memutuskan untuk mengikuti keinginan ayah dan ibu aku bertekad bahwa ilmu yang aku ambil di jurusan ini bisa berguna untuk seluruh umat manusia, khususnya keluargaku.

Ayah yang merupakan kepala polisi sangat mengidamkan jika anak anaknya bersekolah dibagian medis, alhasil bang arazpun dijadikan seorang dokter oleh ayah. Dan bang arkan sekarang adalah seorang psikolog. Sedangkan aku, karena otak ku tak sanggup jika harus mempelajari dunia medis, akupun memutuskan untuk mengambil keperawatan, paling tidak masih dalam dunia kesehatan. Oke lanjut. Kalian semua pasti tahu minat dijurusan keperawatan didominasi oleh wanita. Begitupun di kampus ku. Mahaswia laki-laki bisa dihitung dengan jari. Dikelas ku saja hanya ada 3 orang mahasiswa laki-laki dari jumalah kelas seluruhnya 50 orang. Hahaha, hebat bukan?, mereka dikelilingi wanita wanita layaknya raja minyak. Aku sendiri adalah tipe mahasiswa kupu-kupu. Kalian tahu apa? “kupu-kupu = Kuliah Pulang-Kuliah Pulang”. Aku bukan mahasiwa rajin yang mengikuti berbagai organisasi dikampus, bisa dibilang aku adalah salah satu mahasiswa apatis. Bagaimana tidak, minatku untuk jurusan ini saja tidak ada, aku merasa datang kekampus untuk berkuliah, mengerjakan berbagai tugas sudah cukup membuat aku pusing 7 keliling. Bagaimana jika aku harus mengikuti berbagai kegiatan kampus? Lalu bagaimana dengan waktu istirahat ku? Tidak, tidak. Aku tidak ingin menjajah waktu istirahat ku sendiri. Kurasa polapikir ku ter lalu sederhana. Haha, biarkan saja, tak peduli. Yang penting hidup ku dapat aku nikmati dengan cara ku sendiri. ************************************ kalian mulai bosan dengan kehidupan absurd ku ya?, okey. Aku akan mulai menceritakan kisah hidup ku yang sesungguhnya, dimulai ketika aku masih SMA. Pagi itu pengumuman SNMPTN. Aku adalah salah satu dari 50% siswa yang tidak mendapatkan kesempatan merasakan SNMPTN, hahahaa sedih bukan? Tidak. Aku sendiri tidak merasa begitu, karena aku sudah memprediksikan bahwa SNMPTN tidak akan menerima siswa MaDeSu seperti ku. Tapi anehnya setiap teman yang aku beritahu akan hal itu selalu berkata “ hah! Masa sih? Lu ga keterima SNM? Ko bisa?” Entah apa yang membuat mereka berpikir bahwa aku layak menerima SNMPTN, aku sendiri saja sudah masa bodoh. Termasuk DIA. Ia “dia”, dia juga menganggap aku layak menerima SNMPTN. Saat ku beritahu bahwa aku tak lolos reaksi “dia” sungguh tak karuan. “ko bisa as? Gua tau banget ko lu lebih dari cukup untuk terima SNM, kenapa jadi lu yang ga lolos? Kayaknya selama gua sekolah disini lu selalu bantuin gua buat belajar deh”. “nih liat, nama gua aja biru, masa lu ga sih? Coba ketik ulang. Mungkin pas lu masukin NISN lu ada angka yang salah” “yaelah, udalah ran. Gua juga ga mau mau amat dapet SNM. Lagiankan lu juga tau kalau orang tua gua maunya gua jd perawat, dan gua harus masuk di salah satu politeknik kesehatan negeri” Randy Dwiyatma, manusia yang 1 tahun ini aku taksir. Stttt, jangan kenceng kenceng. Randy gak tahu soal itu.

Randy adalah sahabat ku sejak aku masuk di SMA ini. Dia yang selalu ada saat aku merasa tertekan dengan kehidupan sekolah ku. Entah kenapa 1 Tahun terakhir adalah saat dimana aku merasakan nyaman berada bersamanya. Jauh darinya membuat otak ku selalu memikirkan dia. Dia dimana, sedang apa, bersama siapa. “as, kalau gua ga 1 kampus sama lu gimana?” tanya Randy setelah ia tahu aku tak mendapatkan SNMPTN. “ya ga gimana gimana, lu kuliah jadi Arsitek, gua kuliah jadi perawat” jawab ku singkat, walau sejujurnya akupun sedih jika ingat kalau aku harus jauh dariNya. “ahh lu mah, gua sedih tau kalau ga ada lu. Nanti yang bakal diktein materi ke gua siapa?” ucap randy memelas Ahhhh, ran. Gua juga ga bisa kalau harus jauh dari lu. Begitu lah sedikit keluh dari dalam hati ku. Tak lama seorang wanita datang. “hai ran” sapa wanita itu pada kekasihnya. Wanita itu juga melambai pada ku. “as gimana hasil SNM lu?” tanya alice, kekasih randy, yang baru saja 2 minggu lalu berpacaran. “ga lolos” sambar randy. Aku hanya tersenyum. “serius? Iihhhh jangan bohong” ucapnya manja sekaligus tak percaya pada kekasihnya. “serius sayang, tanya aja sama as-nya sendiri” ucap randy sambil memegang tangan alice. Ahhhh Tuhan. Harus kah aku melihat itu. Sungguh, ingin sekali ku jambak rambut alice, wanita sok cantik yang menempeli banyak pria. Termasuk randyKu yang termakan oleh godaannya. “eh gua mau kekantin ya, mau makan, laper” ucap ku pamit, karena takuat jika harus melihat dua sejoli itu bermesraan didepan ku. Takut takut aku kelepasan menjambak rambut si wanita.

More Documents from "Sekar Lulu Sabrina"