Gerontik.docx

  • Uploaded by: Indah Pratiwi
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gerontik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,471
  • Pages: 30
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN OLEH: NAMA

: INDAH PRATIWI

NIM

: P07220117 1376

TINGKAT : 1A KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN TANJUNGPINANG 2017/2018

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS A. Konsep Teori Penyakit 1. Definisi Gastrits adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung, Khususnya selaput lendir pada mukosa gaster yang sering diakibatkan oleh diet yang sembrono (Smeltzer,2001 : 1062 ; Suyono, 2001 : 127 ; Hadi,, 1999: 181 ; Hinchliff, 1999 : 182). Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492) Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422) Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. (Imu Penyakit Dalam Jilid II) Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138). Jadi gastritis itu adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat. Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu : a. Gastritis akut Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis. b. Gastritis kronis Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan suddart) Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan : 1) Gambaran hispatology · Gastritis kronik superficial · Gastritis kronik atropik · Atrofi lambung · Metaplasia intestinal

·

Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet. 2) Distribusi anatomi · Gastritis kronis korpus (gastritis tipe A)Sering dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi gangguan absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam lambung menurun. · Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) Paling sering dijumpai dan berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori. 2.

Anatomi dan Fisiologi Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut secara bertahap membuka. Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar – kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim – enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut. Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa – mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.

3.

Etiologi Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut : Gastritis Akut Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis. Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti

·

·

·

·

4.

inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis (Mansjoer, Arif, 1999, hal : 492). Gastritis Kronik Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok. Penyebab lain adalah Diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat dan makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme Faktor psikologi Stress baik primer maupun sekunder dapat merangsang peningkatan produksi asam-asam gerakan paristaltik lambung. Sterss juga akan mendorong gerakan antara makanan dan dinding lambung menjadi tambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan luka pada lambung. Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan sering pula menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat infeksi bakteri dari luar tubuh jarang terjadi sebab bakteri tersebut akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit atau infeksi bakteri penyebab gastritis, umumnya berasal dari dalam tubuh penderita bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah ada sebelumnya Patofisiologi Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat menyebabkan pelepasan atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari nukleus motorik dorsalis nervus vagus, setelah melewati nervus vagus menuju dinding lambung pada sistem saraf enterik, kemudian kelenjar-kelenjar gaster atau getah lambung, sehingga mukosa dalam antrum lambung mensekresikan hormon gastrin dan merangsang sel-sel parietal yang nantinya produksi asam hidroklorinnya berlebihan sehingga terjadi iritasi pada mukosa lambung (Guyton, 1997: 10211022). Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung, mengganggu barier mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung. Maka terjadi iritasi dan peradangan pada mukosa lambung dan nekrosis yang dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dan perdarahan dan peritonitis (Long, 1996 : 196). Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu sehingga sekresi meningkat karena mekanisma neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh rangsangan lambung. Jika asam lambung atau hidroklorida tidak dinetralisir atau mukosa melemah akibatnya tidak ada perlindungan, akhirnya asam hidroklorida dan pepsin akan merusak lambung, yang lama-kelamaan barier mukosa lambung yaitu suplai darah, keseimbangan asam-basa, integritas sel mukosal dan regenerasi

epitel. Bahan-bahan seperti aspirin, alkohol dan Anti Inflamasi Non Steroid dapat menurunkan produksi mukosa lambung. Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung syaraf yang terpajan yaitu syaraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam lambung. Kontak antara lesi dan asam juga merangsang mekanisme reflek lokal yang dimulai dengan kontraksi otot halussekitarnya. Dan akhirnya terjadi nyeri yang biasanya dikeluhkan dengan adanya nyeri tumpul, tertusuk, terbakar di epigastrium tengah dan punggung. Dari masukan minuman yang mengandung kafein, stimulan sistem saraf pusat parasimpatis dapat meningkatkan aktivitaas otot lambung dan sekresi pepsin. Selain itu nikotin juga dapat mengurangi sekresi bikarbonat pankreas, karena menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum yang lamakelamaan dapat menimbulkan mual dan muntah. Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau peningkatan vaskularisasi, sehingga mukosa lambung berwarna merah dan menebal yang lama-kelamaan menyebabkan atropi gaster dan menipis, yang dapatberdampak pada gangguan sel chief dan sel parietal, sel parietal ini berfungsi untuk mensekresikan faktor intrinsik, akan tetapi karena adanya antibody maka faktor intrinsik tidak mampu untuk menyerap vitamin B12 dalam makanan, dan akan terjadi anemia perniciosa (Horbo,2000: 9 ; Smeltzer, 2001 : 1063 – 1066). 5. a.

Komplikasi Gastritis Akut Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obatobatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel

mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan. b. Gastritis Kronik Gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram negatif Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini (helicobacter pylori) menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala (asimptomatik). Sekali bersarang, bakteri Helicobacter pylori dapat bertahan di perut selama hidup seseorang. Namun, sekitar 10-15 persen individu yang terinfeksi kadang-kadang akan mengalami penyakit luka lambung atau usus duabelas jari. Kebanyakan luka, lebih sering terjadi di usus duabelas jari daripada di lambung. Helicobacter pylori merupakan jenis bakteri Gram negative yang berbentuk spiral dan sangat cocok hidup pada kondisi kandungan udara sangat minim. Bakteri Helicobacter pylori berkoloni di dalam lambung dan bergabung dengan luka lambung atau duodenum (lihat gambar). Infeksi oleh Helicobacter pylori banyak ditemui pada penduduk di negara-negara berstandar ekonomi rendah dan memiliki kualitas kesehatan yang buruk. Menempel dan Menginisiasi pembentukan luka Helicobacter pylori tinggal menempel pada permukaan dalam lambung melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan oligosakarida yang spesifik dari glikoprotein membran sel-sel epitel lambung. Mekanisme utama dari bakteri ini dalam menginisiasi pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA. Racun VacA akan menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung melalui berbagai cara, diantaranya adalah melalui pengubahan fungsi endolisosom, peningkatan permeabilitas parasel, pembentukan pori dalam membran plasma, atau apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel). Lokasi infeksi Helicobacter pylori di bagian bawah lambung dan mengakibatkan peradangan hebat, yang sering kali disertai dengan komplikasi pendarahan dan pembentukan lubang-lubang. Peradangan kronis pada bagian distal lambung meningkatkan produksi asam lambung dari bagian badan atas lambung yang tidak terinfeksi. Ini menambah perkembangan tukak lebih besar di usus duabelas jari. Pada beberapa individu, Helicobacter pylori juga menginfeksi bagian badan lambung. Bila kondisi ini sering terjadi, menghasilkan peradangan yang lebih luas yang tidak hanya mempengaruhi borok di daerah badan lambung tetapi juga kanker lambung. Kanker lambung merupakan kanker penyebab kematian kedua di dunia.

Peradangan di lendir lambung juga merupakan faktor risiko tipe khusus tumor limfa (lymphatic neoplasm) di lambung, atau disebut dengan limfoma MALT (mucosa associated lymphoid tissue, jaringan limfoid yang terkait dengan lendir). Infeksi Helicobacter pylori berperan penting dalam menjaga kelangsungan tumor. Limfoma-limfoma dapat merosot saat bakteri-bakteri itu dibasmi dengan antibiotik. Helicobacter pylori hanya terdapat pada manusia dan telah menyesuaikan diri di lingkungan lambung. Hanya sebagian kecil individu terinfeksi berkembang menjadi penyakit lambung. Bakteri Helicobacter pylori sendiri sangat beragam dan galur-galurnya berbeda dalam banyak hal, seperti perekatan ke lendir lambung dan kemampuan menimbulkan peradangan. Walau pada satu individu terinfeksi, semua bakteri Helicobacter pylori tidak identik, dan selama jalur infeksi kronis, bakteri menyesuaikan diri terhadap perubahankondisi-kondisi di lambung. Tukak lambung dan usus duabela jari dapat diobati melalui penghambatan produksi asam lambung, tetapi sering kali akan kambuh kembali akibat bakteri dan peradangan kronis lambung tetap ada. Studi Marshall dan Warren menunjukkan bahwa penyakit tukak lambung itu dapat diatasi hanya bila bakteri dibasmi dari lambung dengan antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik secara serampangan dapat mengakibatkan masalah serius, yaitu ketahanan bakteri melawan obat-obat penting. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik melawan Helicobacter pylori pada pasien-pasien yang tidak mengalami tukak lambung dan usus duabelas jari harus dibatasi. 6. a.

1) 2)

3) 4) 5)

Manifestasi Klinik Gastritis akut erosive Gastritis akut erosive sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah : Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya. Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.

6)

b. 1) 2) 3) 4)

Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran. Gastritis kronis Bervariasi dan tidak jelas Perasaan penuh, anoreksia Distress epigastrik yang tidak nyata Cepat kenyang

7.

Pemeriksaan Diagnostik Menurut priyanto, 2006 pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk pasien gastritis adalah: a. Pemeriksaan darah seperti Hb, Ht, Leukosit, Trombosit. b. Pemeriksaan endoskopi. c. Pemeriksaan hispatologi biopsy segmen lambung.

8. a.

Penatalaksanaan Medis Pemeriksaan darah Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis. b. Uji napas urea Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. Pyloridalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi. c. Pemeriksaan feces Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung. d. Endoskopi saluran cerna bagian atas Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkansebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan

pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop. e. Rontgen saluran cerna bagian atas Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen. f. Analisis Lambung Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata). g. Analisis stimulasi Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histaminatau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak. B. 1. 1) a. b. c. d. e. f. g. h.

Konsep Proses Keperawatan Pengkajian Anamnesa meliputi : Identitas Pasien Nama Usia Jenis kelamin : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan Alamat Suku/bangsa agama Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/ minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh

i. 1) 2) 3) 2) a. b. c. d. e. f.

penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini. Riwayat sakit dan kesehatan Keluhan utama Riwayat penyakit saat ini Riwayat penyakit dahulu Pemeriksaan fisik : Review of System B 1 (breath) : takhipnea B 2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat. B 3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum. B 4 (bladder) : oliguri, gangguan keseimbangan cairan. B 5 (bowel) : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas. B 6 (bone) : kelelahan, kelemahan

3) a.

Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan darah Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis. b. Uji napas urea Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi. c.

Pemeriksaan feces Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung. d. Endoskopi saluran cerna bagian atas Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan

cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop. e. Rontgen saluran cerna bagian atas Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen. f. Analisis Lambung Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata). g. Analisis stimulasi Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak. 4)

Psikososial Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.

2.

Analisa Data dan Pathways

3. 1. 2. 3. 4. 5. 4. 1. · ·

·

Diagnosa Keperawatan Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi. nyeri berhungangan dengan stress asam lambung. Intervensi Keperawatan Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah). Tujuan : Mencegah output yang berlebih dan mengoptimalkan intake cair. Kriteria Hasil : Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan output seimbang. Intervensi : Intervensi Rasional Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan klien untuk minum (Dewasa : 40-60 cc/kg/jam). 1. Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi. Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa.

1.

Mengganti kehilangan cairan

dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera.

2. Kolaborasi pemberian cimetidine dan ranitidine

2. Menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan penggantian cairan.

3. Intake cairan yang adekuat akan mengurangi resiko dehidrasi pasien.

3. Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung

2. · · · a. b. c. d. ·

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi. Tujuan : Gangguan nutrisi teratasi Kriteria Hasil : Antoprometri: Berat badan, lingkar lengan atas kembali normal. Albumin, hemoglobin normal. Klinis : terlihat segar. Porsi makan habis. Intervensi : Intervensi Rasional 1. Reduksi stress dan farmakoterapi seperti cytoprotective agent, penghambat pompa proton, anatasida.

1. Stress menyebabkan peningkatan produksi asam lambung, untuk klien dengan gastritis penggunaan penghambat pompa proton membantu untuk mengurangi asam lambung dengan cara menutup pompa asam dalam sel lambung penghasil asam. Kemudian untuk penggunaan cytoprotective agent membantu untuk melindungi jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. pada klien dengan gastritis antasida berfungsi untuk menetralisir asam lambung dan dapat mengurangi rasa sakit. 2. Dengan tranfusi albumin diharapkan kadar albumin dalam darah kembali normal sehingga kebutuhan nutrisi kembali normal. 3. Pemasukan individu dapat dikalkulasikan dengan berbagai perhitungan yang berbeda, perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi. 4.

Mencegah terjadinya anemia.

5. Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut makanan yang menyebabkan terjadinya gejala.

2.

Koloborasi transfusi albumin.

3. Konsul dengan ahli diet untuk menentukan kalori / kebutuhan nutrisi 4.

6. Program ini mengistirahatkan saluran pencernaan sementara , dan memenuhi nutrisi sangat penting dan dibutuhkan.

Tambahan vitamin seperti B12.

5. Batasi makanan yang menyebabkan peningkatan asam lambung berlebih, dorong klien untuk menyatakan perasaan masalah tentang makan diet. 6. Berikan nutrisi melalui IV sesuai indikasi.

3. · ·

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemaha fisik. Tujuan : Intoleransi aktifitas teratasi. Kriteria Hasil : Klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas. Intervensi Rasional 1.Tingkatkan tirah baring atau duduk dan berikan obat sesuai dengan indikasi. 2. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman. 3. Ajarkan klien metode penghematan energy untuk aktivitas (lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas)

4. · ·

1. Tirah baring dapat meningkatkan stamina tubuh pasien sehinggga pasien dapat beraktivitas kembali. 2.Lingkungan yang nyaman dan tenang dapat mendukung pola istirahat pasien. 3.Klien dapat beraktivitas secara bertahap sehingga tidak terjadi kelemahan.

Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : Informasi tepat dan efektif. Kriteria Hasil :

Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan dan pengobatan. Intervensi Rasional 1. Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien. 2. Evaluasi tingkat pengetahuan pasien. 3. Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan informasi tentang kontrol masalah kesehatan. Keterlibatan orang lain yang telah menerima masalah yang sama dapat meningkatkan koping , dapat meningkatkan terapi dan proses penyembuhan.

1.Pengkajian/evaluasi secara periodik meningkatkan pengenalan/pencegahan dini terhadap komplikasi seperti ulkus peptik dan pendarahan pada lambung

LAPORAN KASUS A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS KLIEN Nama Umur Jenis kelamin Agama Pendidikan Suku Status perkawinan Tanggal masuk panti Tanggal pengkajian Alamat

: Tn. “S’’ : 73 th : Laki-laki : Islam : SMA : Jawa : Menikah :: 29-04-2018 : Kp.baru no 33

1. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG Klien mengatakan ia merasa lemas, adanya nyeri dibagian perut dan sewaktu-waktu nyeri tersebut bisa terasa sangat sakit.

2. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU Klien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit akibat peradangan pada lambung.

3. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Klien mengatakan seluruh anggota keluarganya tidak ada yang menderita seperti pasien. Hanya istri pasien saja yang mengalami diabetes.

4. TINJAUAN SISTEM a. Keadaan Umum Keadaan umum: lemah Kesadaran : composimetris b. Sistem Integumen Inpeksi : warna kulit klien sawo matang, tidak terdapat lesi(benjolan) dan tidak bengkak. Palpasi: kelembapan kulit klien cukup kering dengan temperatur hangat, dan tidak elastis(sudah keriput)

c. Kepala Inpeksi: bentuk kepala simetris, kulit kepala bersih, tidak terdapat lesi dan warna rambut klien sudah memutih. d. Mata Inpeksi: sklera klien sudah sedikit kuning, e. Telinga Inpeksi: telinga klien tampak bersih dan normal. f. Mulut dan Tenggorokan Inpeksi: bentuk bibir klien normal, gigi klien cukup bersih. g. Leher Inpeksi: bentuk dan gerakan leher normal. h. Sistem Pernapasan Inpeksi : sistem pernapasan klen normal 60x/menit. i. Sistem Kardiovaskuler Inpeksi : normal j. Sistem Gastrointestinal palpasi: skala nyeri sedang. k. Sistem muskuloskeletal Normal

5. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL 5.1 PSIKOSOSIAL Klien kurang mampu berkomunikasi dengan semua orang yang tinggal serumah dengan klien.

5.2

IDENTIFIKASI MASALAH EMOSIONAL Pertanyaan Tahap 1 -

Apakah klien mengalami susah tidur : klien mengatakan kadang ia susah tidur.

-

-

Apakah klien sering merasa gelisah : klien mengatakan ia merasa gelisah Apakah klien sering murung atau menangis sendiri: klien mengatakan ia tidak pernah murung atau sedih sendiri tanpa akibat. Apakah klien sering was-was atau khawatir: klien mengatakan ia tidak pernah was-was tanpa akibat.

Pertanyaan Tahap 2 -

-

-

5.3

Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan: klien mengatakan “iya”. Ada masalah atau banyak pikiran: klien mengatakan tidak banyak pikiran Ada gangguan atau masalah dengan keluarga lain: klien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan keluarga lain. Apakah menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter: klien mengatakan tidak menggunakan obat tidur. Cenderung mengurung diri: klien mengatakan ia sering mengurung diri. Masalah emosional: klien mengalami gangguan emosional.

SPIRITUAL Klien beragama Islam dan selalu mengerjakan ibadahnya.

6. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN 6.1KATZ INDEKS Termasuk/kategori manakah klien: A. Mandiri dalam makan, kontinensia( BAB-BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi. B. Mandiri semuanya kecuali salah saru saja dari fungsi diatas C. Mandiri, kecuali mandi dan salah satu fungsi yang lain D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi lain

E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan salah satu fungsi yang lain F. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas H. Lain-lain

6.2 Modifikasi dari Bartel Indeks no

Kriteria

1

Makan

2

Minum

3

8 9 10

Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya Personal toilet ( cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi) Keluar masuk toilet(mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram) Mandi Jalan dipermukaan datar Naik turun tangga Mengenakan pakaian Kontrol bowel(BAB)

11

Kontrol bradel(BAK)

12 13

Olah raga 5 10 Rekreasi/pemanfaatan 5 10 waktu Keterangan: a. 130 : mandiri b. 65-125 : ketergantungan sebagian c. 60 : ketergantungan total

4

5

6 7

Dengan Mandiri Keterangan bantuan 5 10 Frekuensi: 2 kali/hari Jumlah: 1 porsi/1 kali makan Jenis: nasi, lauk pauk, sayur 5 10 Frekuensi: Jumlah:Jenis: air putih, teh, kopi 5-10 15

0

5

5

10

5 0

15 5

5 5 5

10 10 10

5

10

Frekuensi: setiap hari

Frekuensi: 1-2 kali sehari

Frekuensi:3 hari/seminggu Konsistensi:Frekuensi:5-8kali/hari Warna:Frekuensi:Frekuensi:kadang kadang

7. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK 7.1 Identifikasi Tingkat Kesukaran Intelektual dengan Menggunakan Short Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ) benar

salah O O

O O O O O O O O ∑

No 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10

Pertanyaan Tanggal berapa hari ini? Hari apa sekarang? Apa nama tempat ini? Dimana alamat anda? Berapa umur anda? Kapan anda lahir? (minimal tahun) Siapa nama presiden/bupati/wali kota sekarang? Siapa presiden Indonesia sebelumnya? Siapa nama ibu anda? Kurangi 3 dari 10 dan tetap pengurangan dari 3 setiap angka baru, semua secara menurun

∑ Score total: Interprestasi: a. b. c. d.

7.2

No 1

Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang Salah 9-10: kerusakan intelektual berat

Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan MMSE ( Mini Mental Status Exam)

Aspek kognitif Orientasi

Orientasi

Nilai Nilai kriteria maks klien 5 2 Menyebutkan dengan benar o Tahun o Musim o Tanggal o Hari o Bulan 5 4 Dimana kita sekarang berada? o Negara Indonesia/kabupaten/provinsi o Provinsi kepulauan riau

2

Registrasi

3

3

3

Perhatian dan kalkulasi

5

5

4

Mengingat

3

3

5

bahasa

9

9

Total nilai

26

o Kota o Desa o RT/RW Sebutkan nama objek(oleh pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan masing-masing objek, kemudian tanyakan pada klien ketiga objek tadi(untuk disebutkan) o Objek buku o Objek taplak meja o Objek pot bunga Minta klien untuk mulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5kali/tingkat o 93 o 86 o 79 o 72 o 65 Minta kien untuk mengulangi ketiga objek pada nomor 2(registrasi) tadi. Bila benar, 1 point untuk masing masing objek. Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan namanya pada klien o (pensil) Minta klien untuk mengulang kata berikut “Tak ada jika, dan, atau tetapi”. Bila benar nilai 1 point. o Pernyataan benar 2 buah : Takada, tetapi. Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri dari 3 langkah: “Ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan taruh dilantai”. o Ambil kertas ditangan anda o Lipat dua o Taruh dilantai Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 point) o “tutup mata anda”. Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat dan menyalin gambar. o Tulis satu kalimat o Menylin gambar

Interprestasi hasil: >23

: aspek kognitif dari fungsi mental baik

18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan <17

: terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat.

8. Pengkajian keseimbangan untuk klien lansia (TINNETI,ME dan GINTER, SF,1998). Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam bergerak, dari kedua komponen tersebut dibagi dalam beberapa gerakan yang perlu diobservasi oleh perawat. Kedua kompoen tersebut adalah: 1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan: Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukan kondisi dibawah ini, atau beri nilai 1 jika klien menunjukkan salah satu dari kondisi dibawah ini. Bangun dari tempat duduk(dimasukkan dalam analisis) Tidak bangun dari tempat duduk dengan sekali gerakan, akan tetapi mendorong tubuhnya keatas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.= 1 Duduk ke kursi (dimasukkan dalam analisis) Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk ditengah kursi Keterangan: (*) kursi yang keras dan tanpa lengan. =1 Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum sebanyak 3x dengan berkali-kali) Klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-sisinya. =0 Mata tertutup Sama diatas(periksa pasien tentang input penglihatan untuk keseimbangan) =1 Pengkajian keseimbangan (2) Perputaran leher Menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki, kaki tidak menyentuh sisi-sisinya. Keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil. =0 Gerakan menggapai sesuatu Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak stabil memegang sesuatu untuk dukungan. =1 Membungkuk Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil(misalnya pulpen) dari lantai, memegang sesuatu objek

untuk bisa berdiri lagi, dan memerlukan usaha-usaha yang keras untuk bangun. =1 Pengkajian keseimbangan (3) Komponen gaya berjalan atau pergerakan Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi dibawah ini, atau beri nilai 1 jika klien menunjukkan salah satu dari kondisi dibawah ini: Minta klien untuk berjalan ketempat yang ditentukan Ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk dukungan. =1 Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah ) Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten ( menggeser atau menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (>5cm). =0 Kontinuitas langkah kaki(lebih baik diobservasi dari samping klien) Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konisten, memulai mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai. =0 Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping klien) Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi. =0 Penyimpanga jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari samping kiri klien): Berbalik Berhenti sebelum memulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang, memegang objek untuk dukungan.=0

Interprestasi hasil: Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, kemudian interprestasikan sebagai berikut: 0-5 resiko jatuh rendah 6-10 resiko jatuh sedang 11-15 resiko jatuh tinggi

ANALISA DATA Nama Umur

: Tn. “S” : 73 tahun

NO. PENGKAJIAN 29 DS: April 1 1. Tn. “S” mengatakan kalau 2018 daerah ulu hatinya terasa panas dan terbakar 2. 2.Tn.“S” mengatakan kalaunyerinya hilang timbul jika epigastrium di tekan 3. 3.Tn.“S”mengeluh sering merasa mual dan muntah DO: 1. 1.Diagnosa medis dari Tn.“S”adalah gastritis 2. 2.Skala nyeri klien 7 dari skala (010) 3. 3. Nyeri tekan pada daerah uluhati (epigastrium) Tn.“S” DS : 1. 1. Tn.“S” sering merasa mual dan muntah 2. 2.Tn.“S” mengatakan kalau dia hilang selera makan 3. 3.Tn.“S” sering merasa kenyang DO : 1. 1.Diagnosa Medis dari Tn.“S” adalah Gastritis 2. 2. Tn.“S” tampak lemah dan tidak berenergi 3. 3. Kesadaran Tn.“S” Composmentis DS: 1. 1.Tn.“S” mengatakan di rumah sakit BAB dengan konsistensi feses keras 2. 2.Tn. “S” mengatakan lebih banyak berbaring di tempat DO: 1. 1.Palpasi abdomen : teraba keras di perut sebelah kiri bawah 2. 2. Auskultasi pada abdomen: peristaltik ± 4x/mnt 3. tidur karena perut terasa sakit

ETIOLOGI Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)

MASALAH Gangguan rasa nyaman (Nyeri)

Pemenuhan nutrisi tidak adekuat

Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh

Kurang aktivitas

Konstipasi

saat bergerak DS: Kurang informasi 1.Tn.“S” mengatakan hal yang dipikirkan terhadap penyakitnya adalah penyakit jantung karena di ulu hati terasa perih, panas dan kemengkemeng. DO: 1.Tn.“S” tampak bingung terhadap penyakitnya

Kurang pengetahuan

DIAGNOSA KEPERAWATAN Nama Umur

: Tn. “S” : 73 tahun

NO. TGL/JAM 1. 29 april 18

DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman (Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (010))berhubungan peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster) DS: 1.Tn. “S” mengatakan kalau daerah ulu hatinya terasa panas dan terbakar 2.Tn.“S” mengatakan kalau nyerinya hilang timbul jika epigastrium di Tekan 3.Tn.“S” mengeluh sering merasa mual dan muntah DO: 1.Diagnosa medis dari Tn.“S” adalah gastritis 2.Skala nyeri klien 7 dari skala (0-10) 3.Nyeri tekan pada daerah ulu hati (epigastrium) Tn.“S”

2.

Gangguan pola makan (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan pemenuhan nutrisi tidak adekuat DS : 1.Tn.“S” mengatakan sering merasa mual dan muntah 2.Tn.“S” mengatakan kalau dia hilang selera makan 3.Tn.“S” mengatakan sering merasa kenyang DO : 1. Diagnosa Medis dari Tn.“S” adalah Gastritis 2. Tn.“S” tampak lemah dan tidak berenergi 3. Kesadaran Tn.“S” Composmentis

3.

Konstipasi berhubungan dengan kurang aktifitas DS: 1. Tn.“S” mengatakan di rumah sakit BAB dengan konsistensi feses keras 2. Tn. “S” mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena perut terasa sakit saat bergerak

1.

DO: Palpasi abdomen : teraba keras di perut sebelah kiri bawah 2. Auskultasi pada abdomen: peristaltik ± 4x/mnt

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi DO: 1. Tn.“S” mengatakan bingung terhadap penyakitnya DS: 1. Tn.“S” mengatakan hal yang dipikirkan terhadap penyakitnya adalah penyakit jantung karena di ulu hati terasa perih, panas dan kemeng-kemeng.

4.

INTERVENSI KEPERAWATAN Tgl/W aktu

No. Dx 1.

Tujuan Keperawatan ( NOC ) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam, 1. diharapkan nyeri berkurang sampai dengan hilang dengan criteria hasil: 2. Pain Control : 7. Pasien dapat mengontrol nyeri 8. Pasien melaporkan nyeri berkurang atau hilang 9. Frekuensi nafas dbn (163. 24x/menit) 4. 10. Skala 0-1 dari 4 11. Pasien tidak gelisah 12. Leukosit dbn (4000-10.000 5. /cmm) 6.

Rencana Tindakan TTD/ ( NIC ) Nama Pain Management : Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Kaji nyeri secara komprehensif meliputi ( lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri ) Kaji skala nyeri Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri Kaji factor yang dapat menyebabkan nyeri timbul Anjurkan pada pasien untuk cukup istirahat 7. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri 8. Monitor tanda tanda vital 9. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi (relaksasi) untuk mengurangi nyeri 10. Jelaskan factor factor yang dapat mempengaruhi nyeri

Tgl/W aktu

No. Dx

2.

Tujuan Keperawatan ( NOC )

Rencana Tindakan TTD/ ( NIC ) Nama 11. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat Setelah dilakukan tindakan Infection Control : keperawatan selama …x 24 jam, Observasi dan diharapkan tidak terjadi infeksi, 1. laporkan tanda dan gejala dengan criteria hasil : infeksi seperti kemerahan, Risk Control : panas, nyeri, tumor. 1.

Suhu tubuh dbn (36-37°C )

2.

Kaji tanda tanda vital

2. Frekuensi nafas dbn (!624x/menit)

3. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat

3. Tidak terjadi infeksi lebih laanjut

4. Tingkatkan nutrisi dan cairan

4. Tidak ada tanda tanda inflamasi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolesa)

5. Monitor temperature tubuh

5. Pasien dan keluarga mengetahui tindakan yang tepat untuk mencegah infeksi 6. Pasien dan keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala infeksi 7. Pasien dan keluarga dapat mengetahui cara perawatan luka yang tepat 8.

Integritas kulit membaik

6. Gunakan srategi untuk mencegah infeksi nosokomial 7. Anjurkan untuk istirahat yang adekuat 8. Batasi pengunjung bila perlu 9. Ajarkan pada klien dan keluarga cara perawatan luka yang tepat 10. Jelaskan pada klien dan keluarga bagaimana mencegah infeksi 11. Jelaskan pada klien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

Tgl/W aktu

No. Dx

Tujuan Keperawatan ( NOC )

Rencana Tindakan ( NIC ) 12. Anjurkan dan ajarkan pada klien dan keluarga mencuci tangan dengan sabun

TTD/ Nama

13. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat

no 1

1.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Tanggal: 29 APRIL 2018 Implementasi Evaluasi Menjelaskan pendekatan pada px dan S: 1.Tn. “S” mengatakan kalau

keluarga dengan BHSP 2. Menjelaskan pada px dan keluarga tentang penyebab nyeri px dalam pelaksanaan asuhan keperawatan 3. Melibatkan keluarga px dalam pelaksanaaan asuhan keperawatan 4. Mengkaji skala nyeri dan lokasi nyeri 5. Memberikan makanan sedikit tapisering sesuai indikasi untuk pasien 6. Menganjurkan pasien untuk mengubah posisi 7. Memberikan perawatan oral 8. Melakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat 9. Melakukan pemeriksaan TTV T : 120/80 mmHg RR : 20x/menit N : 80x/menit S : 37 C 2

1. Memberikan makan sedikit tapi sering 2. Memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman 3. Mengkaji skala nyeri dan lokasi nyeri 4. Memberikan perawatan oral 5. menganjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam

daerah ulu hatinya terasa nyeri, panas dan terbakar 2.Tn.“S” mengatakan nafsu makannya berkurang 3.Tn.“S” mengeluh sering mual dan muntah O : keadaan lemah Makan / minum : 1/4 porsi/4-5 gelas T : 120/80 mmHg N : 80x/menit RR: 20x/menit S : 37 C A : nyeri , masalah belum teratasi P : R dilanjutkan · Infus RL 20 tpm (tetes per menit) · Injeksi : Cefo (1gr) Ranitidine (2x1 mg) · Oral : Antasida (3x500 mg) S: 1.Tn. “S” mengatakan kalau daerah ulu hatinya masih terasa nyeri. 2. S: Tn.“S” mengatakan masih belum nafsu makan 3.Tn.“S” mengeluh sering merasa mual dan muntah

6. menganjurkan px untuk mengubah posisi 7. melakukan observasi TTV T : 110/70 mmHg RR : 20x/menit N : 84x/menit S : 37,5 C

3

1. Memberikan makan sedikit tapi sering

2. Memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman 3. Mengkaji skala nyeri dan lokasi nyeri 4. Memberikan perawatan oral 5. menganjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam 6. menganjurkan px untuk mengubah posisi 7. melakukan observasi TTV T : 120/80 mmHg RR : 20x/menit N : 80x/menit S : 37,3 C

O : keadaan cukup Makan / minum : 1/4 porsi /5-6 gelas T : 110/70 mmHg N : 84x/menit RR: 20x/menit S : 37,5 C A : masalah teratasi sebagian P : R dilanjutkan · Infus RL 20 tpm (tetes per menit) · Injeksi : Cefo (1gr) Ranitidine (2x1 mg) · Oral : Antasida (3x500 mg) S: 1.Tn. “S” mengatakan kalau nyerinya masih terasa di daerah ulu hati 2.Tn.“S” mengatakan nafsu makannya sudah bertambah 3.Tn.“S” mengatakan sudah tidak merasa mual dan muntah O : keadaan cukup Makan / minum : ½ porsi/6-7 gelas T : 120/80 mmHg N : 80x/menit RR: 20x/menit S : 37,3 C A : masalah teratasi sebagian P : R dilanjutkan · Infus RL 20 tpm (tetes per menit) · Injeksi : Cefo (1gr) Ranitidine (2x1 mg) · Oral : Antasida (3x500 mg

More Documents from "Indah Pratiwi"

Oma Omk Omp.docx
July 2020 8
Gerontik.docx
July 2020 5
Aliran.docx
June 2020 7
Gas Oke.docx
July 2020 8
4.docx
July 2020 7
Kode Etik Kep.docx
July 2020 7