Oma Omk Omp.docx

  • Uploaded by: Indah Pratiwi
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Oma Omk Omp.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,684
  • Pages: 27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. (Soepardi, et al.,ed. 2007). Robbins & Cotran (2009) menjelaskan bahwa otitis media akut dan kronik paling sering terjadi pada bayi dan anak. Kelainan ini menyebabkan eksudasi serosa (jika disebabkan oleh virus), tetapi dapat menjadi supuratif jika terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab otitis media menurut Brunner & Suddarth (2002) otitis media akut disebabkan oleh masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya steril. Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptoccocus

pneumoniae,

Hemophylus

influenzae,

dan

Moraxella

catarrhalis oleh Williams & Wilkins (2011) menambahkan bakteri penyebab otitis

media

Pneumococcus,

akut

adalah

Streptococcus

Staphylococcus

aureus,

anhaemolyticus,

Escherecia

Proteus

vulgaris,

coli, dan

Pseudomonas aerugenosa. Gejala otitis media akut dapat bervariasi menurut beratnya infeksi, bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat ditandai adanya eksudat di telinga tengah yang mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif, nyeri telinga, demam, kehilangan pendengaran, tinitus, membran timpani sering tampak merah dan menggelembung. Prevelensi Otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Prevalensi terjadinya otitis media di seluruh dunia untuk usia 10 tahun sekitar 62 % sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83 %. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75 % anak mengalami minimal 1 episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya 3 kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25 % anak mengalami minimal 1 episode sebelum usia 10 tahun ( Abidin, 2009). Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.

1

1.2 Rumusan Masalah Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan OMA, OMK dan OMP ? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Agar mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan OMA, OMK dan OMP.

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan mengetahui definisi OMA, OMK dan OMP. 2. Agar mahasiswa mampu mengatasi dan mengetahui penyebab OMA, OMK dan OMP pada pasien. 3. Agar mahasiswa mampu mengatasi dan mengetahui gejala OMA, OMK dan OMP. 4. Agar mahasiswa mampu mengatasi dan mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan OMA, OMK dan OMP. 5. Agar mahasiswa mampu mengatasi dan mengetahui patofisiologi OMA, OMK dan OMP.

1.4 Manfaat Penulisan Agar

dapat

menjadi

referensi

dengan

memberikan

Asuhan

Keperawatan pada pasien dengan OMA, OMK dan OMP.

2

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Otitis MediaAkut 1. Definisi Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. (Soepardi, et al.,ed. 2007) Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. (Brunner & Suddarth 2002) Otitis media akut adalah inflamasi pada telinga tengah yang berkaitan dengan akumulasi cairan. (Williams & Wilkins 2011)

2. Klasifikasi Otitis Media Robbins & Cotran (2009) menjelaskan bahwa otitis media akut dan kronik paling sering terjadi pada bayi dan anak. Kelainan ini menyebabkan eksudasi serosa (jika disebabkan oleh virus), tetapi dapat menjadi supuratif jika me ngalami infeksi bakteri. Soepardi et al.,ed. (2007) mengklasifikasikan otitis media seperti bagan dibawah ini: Otitis Media

Otitis media supuratif

Otitis media supuratif akut

Otitis media serosa/ non supuratif

Otitis media supuratif kronik

** supuratif : eksudat purulen

Otitis media serosa/non supuratif akut

Otitis media serosa/non supuratif kronik

3

3. Etiologi Brunner&Suddarth

(2002)

menjelaskan

otitis

media

akut

disebabkan oleh : a. Masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya steril. Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptoccocus pneumoniae, Hemophylus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Williams & Wilkins (2011) menambahkan bakteri penyebab otitis media akut adalah

Staphylococcus aureus,

Escherecia coli, Pneumococcus, Streptococcus anhaemolyticus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aerugenosa. b. Paling sering terjadi bila terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang diakibatkaan oleh infeksi saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan di sekitarnya (misalnya:

sinusitis,

hipertrofi

adenoid), atau reaksi alergi (misalnya: rinitis alergika). Williams & Wilkins (2011) menyebutkan penyebab otitis media akut supuratif adalah karena adanya infeksi melalui : a. Tuba eustachius b. Membran timpani c. Infeksi melalui aliran darah Lanjutnya Williams & Wilkins (2011) menyebutkan faktor-faktor predisposisi terjadinya otitis media akut supuratif adalah sebagai berikut : a. Usia: Biasanya terjadi pada usia anak-anak b. Sosio-ekonomi : Kejadian tertinggi pada populasi dengan higiene rendah, penduduk padat dan malnutrisi c. Iklim : Sering terjadi pada musim dingin khususnya pada musim salju d. Ras : Lebih sering terjadi pada orang dengan kulit putih daripada kulit hitam. e. Adanya massa pada nasofaringeal, contohnya polip, karsinoma, limpoma

4

f. Gangguan

pernapasan

:

Rinitis

dan

sinusitis

kronis

memproduksi mukus yang terinfeksi yang mana akan memasuki tuba eustachius, sehingga menyebabkan infeksi pada tuba eustachius g. Alergi : Faktor alergi yang menyebabkan otitis media akut belum diketahui secara pasti h. Sindrom imunodefisiens

4. Patofisiologi Brunner & Suddarth (2002) menjelaskan terjadinya otitis media akut adalah akibat adanya bakteri masuk melalui tuba eusthacii akibat kontaminasi sekresi dari nasofaring. Bakteri juga bisa masuk telinga tengah bila ada perforasi membrana timpani. Williams & Wilkins (2011) menyampaikan umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa. Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit. Robbins & Cotran (2009) menyampaikan bahwa apabila serangan berulang otitis media akut tanpa resolusi akan menyebabkan penyakit kronik

5

5. Manifestasi Klinis Gejala dapat bervariasi menurut beratnya infeksi, bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. a. Adanya eksudat di telinga tengah yang mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif. b. Nyeri telinga c. Demam d. Kehilangan pendengaran e. Tinitus f. Membran timpani sering tampak merah dan menggelembung

6. Stadium OMA a. Stadium oklusi tuba eustachius Terdapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di dalam telinga tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.\ b. Stadium hiperemis (presupurasi) Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat. c. Stadium supurasi Membran timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga bertambah berat. Apabila tekanan tidak berkurang, akan terjadi iskemia, thrombophlebitis dan nekrosis mukosa serta submukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan kekuningan pada membran timpani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.

6

d. Stadium perforasi Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulen kuman yang tinggi, dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur tenang. e. Stadium resolusi Bila membran timpani tetap utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali. Bila terjadi perforasi maka sekret akan berkurang dan mengering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan.

7. Pemeriksaan Diagnostik Williams & Wilkins (2011) menyebutkan pemeriksaan diagnostik untuk gangguan telinga adalah sebagai berikut: a. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.

b. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme penyebab. c. Laboratorium 1) Pemeriksaan

kultur

dan

sensitivitas

terhadap

eksudat

menunjukkan organisme penyebab 2) Hitung darah lengkap menunjukkan leukositosis 8. Penatalaksanaan Menurut Williams & Wilkins (2011), penatalaksanaan otitis media akut meliputi: a. Terapi antibiotik, seperti amoksilin b. Analgetik seperti aspirin atau asetaminofen c. Sedatif (pada anak kecil) d. Terapi dekongestan nasofaring

7

Penatalaksanaan bergantung pada efektivitas terapi (misalnya dosis antibiotika oral dan durasi terapi), virulensi bakteri, dan status fisik pasien. Dapat diberikan antibiotik spektrum luas yang tepat dan awal. Bila terjadi pengeluaran cairan bisa diresepkan preparat otik antibiotika. (Brunner & Suddarth 2002).

9. Komplikasi Menurut Brunner & Suddarth (2002), komplikasi otitis media akut meliputi komplikasi sekunder mengenai mastoid dan komplikasi intrakranial serius, seperti meningitis atau abses otak dapat terjadi meskipun jarang. Sedangkan menurut Williams & Wilkins (2011), komplikasi otitis media akut antara lain: a. Ruptur membran timpani yang terjadi secara spontan b. Perforasi yang terjadi secara terus-menerus c. Otitis media kronik d. Mastoiditis e. Meningitis: Meningitis adalah penyakit radang selaput otak (meningen). Penyebab meningitis antara lain adalah adanya rhinorhea, otorhea pda basis kranial yang memungkinkan kontaknya cairan cerebrospinal dengan lingkungan luar. Angka kejadian meningitis di dunia adalah 1-3 orang per 100.000 orang. Terdapat 11 pasien penderita meningitis dari 4160 kasus otitis media supuratif kronik. f. Kolesteatoma g. Abses, septikemia h. Limfadenopati, leukositosis i. Kehilangan pendengaran permanen dan timpanosklerosis j. Vertigo

8

2.2 Otitis Media Kronik 1. Definisi Menurut Brunner & Suddart (2002) otitis media kronik adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan ireversibel dan biasanya disebabkan karena episode berulang otitis media akut. Sering berhubungan dengan perforasi menetap membran timpani. Otitis media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh: otitis media akut penyumbatan tuba eustakius cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga atau akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba luka bakar karena panas atau zat kimia. Bisa juga disebabkan karena bakteri.

2. Etiologi a. Lingkungan Hubungan penderita OMK dan faktor sosioekonomi belum jelas, tetapi kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden OMK yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang padat. b. Genetic Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder. c. Riwayat otitis sebelumnya Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan/ atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis

9

d. Infeksi Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah bakteri Gram (-), flora tipe usus, dan beberapa organisme lainnya. e. Autoimun Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap OMK. f. Alergi penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri

atau toksin-toksinnya, namun

hal

ini

belum terbukti

kemungkinannya.

3. Patofisiologi Pada OMA yang tidak diobati dengan baik dan adekuat, bisa terjadi otitis media kronik (OMK). Diduga tuba eustachii tidak berhasil membuka secukupnya sehingga tekanan udara di ruang kedua sisi gendang telinga tengah lebih rendah daripada telinga luar. Otitis media yang berulang akan menghancurkan pars lensa dan tulang pendengaran , luasnya kerusakan tergantung dari berat dan seringnya penyakit kambuh. Prosesus longus inkus menderita paling dini karena aliran darah ke daerah ini berkurang. Infeksi sekunder oleh bakteria dari liang telinga luar menyebabkan keluarnya cairan yang menetap. Bakteri masuk melalui tuba eusthacii akibat kontaminasi sekresi dari nasofaring. Bakteri juga bisa masuk telinga tengah bila ada perforasi membrana timpani.

10

4. Manifestasi Klinis Brunner & Suddart (2002) menyebutkan manifestasi klinis pasien dengan otitis media kronik adalah sebagai berikut: a. Otorea intermitten atau persisten yang berbau busuk. b. Evaluasi otoskopik membrana timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai massa putih di belakang membrana timpani atau keluar ke kanalis eksternus melalui luang perforasi. c. Hasil audiometri pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran Sedangkan menurut Williams & Wilkins (2011), manifestasi klinis pada otitis media kronis antara lain: 1) Penebalan dan penebalan jaringan parut pada membran timpani 2) Penurunan atau kehilangan mobilitas membran timpani 3) Kolesteatoma 5. Pemeriksaan Diagnostik 1. Laboratorium i. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas terhadap eksudat menunjukkan organisme penyebab ii. Hitung darah lengkap menunjukkan leukositosis 2. Pencitraan Pemeriksaan ronsen menunujukkan keterlibatan mastoid. 3. Timpanometri Mendeteksi kehilangan pendengaran dan mengevaluasi penyakit telinga tengah 4. Audiometri Menunjukkan derajat kehilangan pendengaran 5. Otoskopi pneumatik Dapat menunjukkan penurunan mobilitas membran timpani

11

6. Penatalaksanaan 1. Terapi obat Pasien mendapatkan obat anti-inflamasi berupa deksametason dengan dosis 0,6mg/kg/hari selama 4 hari. Pemberian kortikosteroid ini sesuai dengan beberapa literatur yang menjelaskan bahwa tujuan pemberian obat ini untuk mencegah kecacatan seperti paresis fasialis dan ketulian. Jang et al.17 melaporkan pemberian steroid (prednison) pada kasus labirintitis memberikan respons yang cukup baik. Pemberian kortikosteroid pada kasus meningitis diduga dapat mengurangi edema otak, hipertensi intrakranial dan inflamasi meningen. Pada kasus ini diberikan antibiotik topikal karena masih terdapatnya cairan yang keluar dari telinga tengah setelah pemasangan pipa ventilasi. Beberapa penelitian

membuktikan

bahwa

pemberian

antibiotik

dan

kortikosteroid bersamaan secara topikal lebih efektif dan aman untuk membantu drainase dan mengurangi sekresi telinga tengah setelah pemasangan pipa ventilasi dibandingkan hanya dengan 9 antibiotik topikal saja. Pemberian antibiotik dan kortikosteroid topikal dengan dosis 2x3-5 tetes/hari selama 7 hari 2. Pembedahan Berbagai prosedur pembedahan dapat dilakukan bila dengan penanganan

obat

tidak

efektif.

Yang

paling

sering

adalah

timpanoplasti-rekonstruksi bedah membran timpani dan osikulus. Tujuan timpanoplasti adalah mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup lubang perforasi telinga tengah, mencegah infeksi berulang, dan memperbaiki pendengaran. Ada 5 tipe timpanoplasti, yaitu tipe I (miringoplasti) dirancang untuk menutup luka perforasi pada membran timpani. Sedangkan tipe II-V meliputi perbaikan yang lebih intensif struktur telinga tengah. Struktur dan derajat keterlibatannya bisa berbeda, namun bagian semua prosedur timpanoplasti meliputi pengembalian kontinuitas mekanisme konduksi suara.

12

7. Komplikasi Infeksi kronik telinga tengah tidak hanya mengakibatkan kerusakan membrana timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Menurut Williams & Wilkins (2011), komplikasi otitis media kronik antara lain: a. Mastoiditis b. Meningitis: Meningitis adalah penyakit radang selaput otak (meningen). Penyebab meningitis antara lain adalah adanya rhinorhea, otorhea pada basis kranial yang memungkinkan kontaknya cairan cerebrospinal dengan lingkungan luar. Angka kejadian meningitis di dunia adalah 1-3 orang per 100.000 orang. Terdapat 11 pasien penderita meningitis dari 4160 kasus otitis media supuratif kronik. c. Kolesteatoma d. Abses, septikemia e. Limfadenopati, leukositosis f. Kehilangan pendengaran permanen dan timpanosklerosis g. Vertigo

13

2.3 Otitis Media Perforata (OMP) 1. Definisi Otitis media supuratif kronis (OMSK), dahulu disebut otitis media perforata (OMP) atau dalam bahasa awam disebut sebagai congek, ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah, baik terus-menerus atau hilang timbul. Penyakit ini muncul sebagai kelanjutan dari OMA yang rekuren, namun dapat pula muncul sebagai kelanjutan dari penyakit lain dan trauma. OMA dengan perforasi membran timpani akan menjadi OMSK apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, maka disebut OMS subakut. Perbedaan OMSK dengan otitis media serosa kronis adalah bahwa pada otitis media serosa kronis tidak disertai adanya perforasi membran timpani. OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah di mana terjadi peradangan kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak intak (perforasi) dan ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang timbul. Istilah kronik digunakan apabila penyakit ini hilang timbul atau menetap selama 2 bulan atau lebih. (Djaafar, 1997). Otitis media superatif kronika (OMSK) atau otitis media perforata (OMP) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.(Soepadi, Arsyad, E., 1998)

2. Klasifikasi OMSK dibagimenjadi 2 jenis yaitu : a. OMSK tipebenigna (tipemukosa = tipeaman) Proses peradangan terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang.Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe

14

benigna

jarang

menimbulkan

komplikasi yang

berbahaya.

Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatom. b. OMSK tipemaligna (tipetulang = tipebahaya) OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi terletak pada margina atau di atik, kadang-kadang terdapat juga

kolesteatoma

dengan

perforasi

subtotal.

Sebagian komplikasi yang berbahaya atau total timbul pada atau fatal, timbul pada OMSK tipe maligna.

3. Etiologi Patogen tersering yang diisolasi dari telinga pasien dengan OMSK adalah P.aeruginosa dan S. aureus. Bakteri anaerob juga sering ditemukan dalam penelitian. Jamur biasanya jarang muncul kecuali bila terdapat super infeksi pada liang telinga. (Buchman,2003). Faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK yaitu : a. Terapi yang terlambat diberikan. b. Terapi yang tidak adekuat. c. Virulensi kuman tinggi.\ d. Daya tahan tubuh yang rendah (gizi kurang) atau higiene buruk. (Soepadi Arsyad, E., 1998)

4. Patofisiologi OMSK timbul sebagai kelanjutan dari infeksi akut yang berulang. Patofisiologi OMSK diawali dengan iritasi dan inflamasi subsekuen pada mukosa telinga tengah. Respon inflamasi menyebabkan edema mukosa. Proses peradangan yang berlangsung pada akhirnya menyebabkan ulserasi mukosa dan kerusakan epitel. Upaya tubuh untuk menanggulangi infeksi atau peradangan menghasilkan jaringan granulasi yang dapat berkembang menjadi polip dalam rongga telinga tengah.Siklus inflamasi ulserasi infeksi dan pembentukan jaringan granulasi dapat terus berlanjut sehingga

15

menyebabkan kerusakan tulang di sekitarnya dan akhirnya menyebabkan berbagai komplikasi dari OMSK. Walaupun belum terbukti, kepentingan hubungan antara bakteri anaerob dengan bakteri aerob pada OMSK diduga meningkatkan virulensi infeksi ketika kedua jenis bakteri tersebut berkembang di telinga tengah. Dengan memahami mikrobiologi penyakit ini, ahli kesehatan dapat mengembangkan suatu rencana penatalaksanaan dengan efikasi terbaik dan morbiditas terendah.

5. Manifestasi klinis a. Perforasi pada marginal atau pada titik atau sentral yaitu perforasi yang terletak di pers flaksida pada membrantimpany. b. Abses / fistel netro-aurikuler (belakang telinga) c. Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga tengah. d.

Adanya sekret berbentuk nanah dan berbau khas. (Soepadi, Arsyad E, 1998)

6. Penatalaksanaan Prinsip dasar penatalaksanaan medis OMSK adalah (Mills,1997) : a. Pembersihan telinga secara adekuat (aural toilet) b. Pemberian anti mikroba topikal yang dapat mencapai lokasi dalam jumlah adekuat. c. Bedah

Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulangulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi, keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan : a. Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar.

16

b. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal. c. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid. d. Gizi dan higiene yang kurang.

Pembedahan pada OMSK Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dilakukan pada OMSK : a. Mastoidektomi sederhana Operasi dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki. b. Mastordektomi radikal Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologis dan mencegah komplikasi ke intrakranial. c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi bondy) Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada. d. Miringoplasti Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe I, rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.

17

e. Timpanoplasti Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. (Soepardi, Arsyad, 1997 55-57)

7. Komplikasi Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang sangat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otorea. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom. Adam dkk mengemukakan klasifikasi sebagai berikut: a. Komplikasi di telinga tengah yaitu perforasi persisten, erosi tulang pendengaran dan paralisis nervus fasial. b. Komplikasi telinga dalam yaitu fistel labirin, labirinitis supuratif dan tuli saraf (sensorineural). c. Komplikasi ekstradural yaitu abses ekstradural, trombosis sinus lateralis dan petrositis. d. Komplikasi ke susunan saraf pusat yaitu meningitis, abses otak dan hidrosefalus otitis (Helmi S, 1997)

18

WOC

Invasi bakteri

Infeksi telinga tengah

Proses peradangan

Peningkatan produksi cairan serosa

Tekanan udara telinga tengah (-)

Pengobatan tdk tuntas

Retraksi membran timpani

Infeksi berlanjut dapat sampai ketelinga dalam

MK: Nyeri Akumulasi cairan mukus dan serosa

Hantaran udara/suara yang diterima menurun

MK: Gangguan persepsi sensori

Terjadi erosi pada kanalis semisirkularis

Tindakan mastoidektom i

MK: Resiko injury

MK: Resiko infeksi

19

2.4 Askep Teoritis OMP 1. Pengkajian Riwayat kesehatan meliputi penggambaran lengkap masalah telinga,termasuk

infeksi,otalgia,otorea,kehilangan

pendengaran.

Data

dikumpulkan mengenai durasi dan intensitas masalahnya,penyebab,dan penanganan sebelumnya. Informasi perlu di peroleh mengenai masalah kesehatan lain dan semua obat yang diminum pasien. Selain itu,pertanyaan mengenai alergi obat dan riwayat keluarga penyakit telinga harus ditanyakan. Data Subyektif : Tanda tanda dan gejala utama infeksi eksterna dan media adalah nyeri serta hilangnya pendengaran. Data harus di sertai pernyataan menenai mulai serangan,lamanya,tingkat nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan pada kulit dinding saluran yang sangat sensitive dan kepada membrane timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk di dalam telinga tengah. Saluran eksterna yang penuh dan terbentuk di dalam telinga mengganggu lewatnya gelombang suara,hal ini menyebabkan pendengaran berkurang. Penderita dengan infeksi telinga perlu di tanya apakah ia mengerti tentang cara pencegahannya. Data Obyektif : Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna dan media. Pengkajian dari saluran luar gendang telinga (membrane timpani) . Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga,karena merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah . membrane timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas,terlihat ke abu abuan . Terletak pada membrane atau terlihat batas batasnya. Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus di gunakan otoskop. Bagian yang masuk ke telinga di sebut speculum ( corong) dan dengan ini gendang telinga dapat terlihat,untuk

20

pengkajian yang lebih cermat perlu dipakai kaca pembesar. Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih ,termasuk perawat.

2. Diagnose keperawatan 1. Ansietas yang berhubungan dengan prosedur pembedahan,potensial kehilangan pendengaran,potensial gangguan pengecap , dan potensial kehilangan gerakan fasial 2. Nyeri akut yang berhubungan dengan pembedahan mastoid 3. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan mastoidektomi ,pemasangan graft,protesis,dan elektroda,trauma bedah terhadap jaringan dan struktur di sekitarnya 4. Perubahan persepsi sensori auditoris yang berhubungan dengan kelainan telinga/pembedahan telinga/penyumpalan telinga 3. Rencana keperawatan No

Diagnosa Keperawatan

1

Ansietas yang berhubungan dengan prosedur pembedahan,potensial kehilangan pendengaran,potensial gangguan pengecap , dan potensial kehilangan gerakan fasial

Tujuan&Kriteria Hasil (NOC) NOC  Anxiety self-control  Anxiety level  Coping Kriteria Hasil  klien mampu mengindentifikasi dan mengungapkan gejala cemas  mengidentifikasi mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengtrol cemas  vital sign dalam batas norma  postur tubuh,ekspresi wajah,bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

Intervensi (NIC) NIC  Gunakan pendekatan yang menenangkan  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur  Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut  Dorong keluarga untuk menemani anak  Lakukan back/neck rub  Dengarkan dengan penuh perhatian  Identifikasi tingkat

21

2

Nyeri akut yang berhubungan dengan pembedahan mastoid

NOC  Pain level  Pain control  Comfort level Kriteria Hasil  Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri,mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri,mencari bantuan)  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri  Mampu mengenali nyeri(skala,intensitas,freku ensi dan tanda nyeri)  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

kecemasan  Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi  Berikan obat untuk mengurangi kecemasan NIC Pain Management  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,karakteristik,dur asi,frekuensi,kualitas dan factor presiptasi  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan control nyeri masa lampau  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan  Tingkatkan istirahat  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

22

3

Analgesic Administration  Cek riwayat alergi  Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis dan frekuensi  Tentukan lokasi,karakteristik,kualit as,dan derajat nyeri sebelum pemberian obat  Pilih analgesic yang di perlukan atau kombinasi dari analgesic ketika pemberian lebih dari Saturday tentukan analgesic pilihan,rute pemberian,dan dosis optimal  Monitor vital sign sebelum dan sesudah Resiko terhadap NOC NIC infeksi yang  Immune status Infection Control berhubungan dengan  Knowledge  Bersihkan lingkungan mastoidektomi setelah dii pakai pasien ,pemasangan lain Kriteria Hasil graft,protesis,dan  Klien bebas dari tanda  Pertahankan teknik elektroda,trauma bedah dan gejala infeksi isolasi terhadap jaringan dan  Mendeskripsikan  Batasi pengunjung bila struktur di sekitarnya penularan penyakit,factor perlu yang mempengaruhi  Instruksikan untuk penularan serta mencuci tangan saat penatalaksanaannya berkunjung dan setelah  Menunjukkan berkunjung kemampuan untuk meninggalkan pasien mencegah timbulnya  Gunakan sabun infeksi antimikroba untuk cuci  Jumlah leukosit dalam tangan batas normal  Berikan terapi antibiotic  Menunjukkan perilaku bila perlu hidup sehat Infection Protection  Monitor tanda dan gejala infeksi siskemik dan local  Batasi pengunjung  Inspeksi kondisi luka/insisi bedah

23

4

Perubahan persepsi sensori auditoris yang berhubungan dengan kelainan telinga/pembedahan telinga/penyumpalan telinga

 Dorong masukkan nutrisi yang cukup  Dorong istirahat  Instruksikan pasien untuk minum antibiotic NOC NIC  Visual (Body Communication image,Cognitive Enhancement orientation,sensory  Memfasilitasi janji function) untuk mendengar  Auditory (Cognitive pemeriksaan yang orientation,communicative sesuai receptive ability,Distorted  Memfasilitasi thought control) penggunaan alat bantu dengar yang sesuai  Mengajarkan pasien Kriteria Hasil  Menunjukkan pemahaman bahwa surat akan verbal,tulis atau sinyal dialami berbeda dengan respon penggunaan alat bantu  Menunjukkan pergerakkan dengar dan ekspresi wajah yang  Menjaga alat bantu rileks dengar bersih  Menjelaskan rencana  Memberikan satu arah memodifikasi gaya hidup sederhana pada suatu untuk mengakomodasi waktu kerusakan visual dan  Memfasilitasi lokasi pendengaran telpon diadaptasi untuk  Bebas dari bahaya fisik tunga rungu,sesuai karena penurunan Communication keseimbangan enhancement:hearing pendengaran,penglihatan deficit(Komunikasi dan sensasi perangkat  Memelihara kontak tambahan:deficit dengan sumber komunitas pendengaran yang tepat Activity therapy Environmental management (manajemen lingkungan)

24

4. Implementasi Implementasi keperawatan adalah catatan tentang tindakan yang diberikan kepada klien.Pencatatan ini mencakup tindakan keperawatan yang diberikan baik secara mandiri maupun kolaboratif, serta pemenuhan kriteria hasil terhadap tindakan yang diberikan kepada klien. Manfaat pendokumentasian implementasi keperawatan adalah mengkomunikasikan tindakan-tindakan yang telah dilakukan kepada pasien, menjadi dasar penentuan tugas dalam suatu ruangan, memperkuat

pelayanan

keperawatan

(menghindari

malpraktek),

membantu perhitungan anggaran biaya rumah sakit. 5. Evaluasi Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Evaluasi dilakukan dengan melihat respon klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan selanjutnya. Melalui tahap evaluasi ini, perubahan respon klien akan dapat dideteksi. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik yang relevan dengan cara membandingkannya dengan Kriteria hasil. Hasil evaluasi menggambarkan tentang perbandingan tujuan yang hendak dicapai dengan hasil yang diperoleh.

25

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media akut dan kronik paling sering terjadi pada bayi dan anak. Kelainan ini menyebabkan eksudasi serosa (jika disebabkan oleh virus), tetapi dapat menjadi supuratif jika terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab otitis media akut disebabkan oleh masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya steril. Gejala dapat bervariasi menurut beratnya infeksi, bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat.

3.2 Saran Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat lebih memahami mengenai OMA, OMK dan OMP serta dapat dijadikan referensi dalam melakukan asuhan keperawatan. Namun makalah ini mungkin masih ada kekurangan dalam penyampaian, saran dan kritik yang positif sangat diperlukan.

26

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC.

George L, Adams. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Soepaardi, et al., 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Djafar, Zainul A. 2003. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga, Hidung, Tenggorok Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Tucker, Susan Martin, et al., 2007. Standar Perawatan Pasien Perencanaan Kolaboratif & Intervensi Keperawatan. Volume 2 Edisi 7. Jakarta : EGC

27

Related Documents

Oma Omk Omp.docx
July 2020 8
Penatalaksanaan Oma
May 2020 23
Oma Opa
November 2019 36
Oma(pedro)
May 2020 33
Oma..pptx
November 2019 31
E1 G5 Oma
May 2020 11

More Documents from ""

Oma Omk Omp.docx
July 2020 8
Gerontik.docx
July 2020 5
Aliran.docx
June 2020 7
Gas Oke.docx
July 2020 8
4.docx
July 2020 7
Kode Etik Kep.docx
July 2020 7