Gangguan Cairan dan Elektrolit
A. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, Serta Penilainya 1.
Keseimbangan Cairan a.
Asupan Cairan Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah 2500 cc perhari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.
b.
Pengeluaran Cairan Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal Aadalah 2300 cc. jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak 1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini dihubungkan dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukan dalam praktik klinis. Pengeluaran cairan dapat pula dilakukan melalui kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada pasien luka bakar atau luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan) meningkat sehingga sulit untuk diukur. Pada kasus seperti ini, bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500 cc perhari, diperlukan adanya perhatian khusus.
c.
Hasil-hasil pengeluaran cairan : 1). Urine Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakan proses pengeluaran cairan tubuh yang utama. 2). Keringat Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas. Keringat banyak mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan mempengaruhi kadar natrium dalam plasma. 3). Feses Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat, pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemes. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan melalui feses adalah 100 ml/hari.
2.
Keseimbangan Elektrolit a.
Pengaturan Keseimbangan Natrium Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat pada cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosterone. Aldosterone dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi mempertahankan keseimbangan konsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap kembali ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya bergerak ke dalam atau ke luar tubuh. Tetapi juga mengatur keseimbangan cairan tubuh.
Ekskresi dari natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebgaian kecil melalui feses, keringat, dan air mata.
b.
Pengaturan Keseimbangan Kalium Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan klium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel). Sistem pengeluaran keseimbangan kalium melalui tiga langkah, yaitu: 1). Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebbakan peningkatan produksi aldosterone 2). Peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan melalui ginjal 3). Peningkatan pengeluaran kalium konsentrasi kalium dlaam cairan ekstra sel menurun.
c.
Pengaturan Keseimbangan Kalsium Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantarkan implus kontraksi otot, koagulasi (pembekuan) darah, dan membantu bebrapa enzim pancreas. Kalsium diekskresi mellaui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung oleh hormon paratiroid akan merangsang pembentukan hormone paratiroid yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.
d.
Pengaturan Keseimbangan Klorida Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi tidak dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium, yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam darah.
e.
Pengaturan Keseimbangan Magnesium Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang terpenting kesua cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium.
f.
Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
g.
Pengaturan Keseimbangan Fosfat Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk gigi dan tulang pospat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
B.
Gangguan Volume, Osmolaritas, dan Elektrolit Cairan 1.
Gangguan Volume a.
Hipovolume atau Dehidrasi Kekurangan cairan eksternasl terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan
tubuh
dengah
menggosongkan
cairan
vaskuler.
Sebagasi
kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volum cairan eksternasl, yaitu : 1). Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit secara seimbang 2). Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air daripada elektrolit 3). Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit daripada air.
b.
Hipervolume atau Overhidrasi Terdapat dua manisfestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan, yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya, cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat diantara jaringan. Pitting edema meruapkan edema yang ebrada pada darah perifer atau akan berbentuk cekung steelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering
karena infeksi dan trauma yang
menyebabkan membekunya cairan pada permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial.
2.
Gangguan Osmolaritas Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeda dan didalamnya dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang mempunyai kesepakatan sama yang akan seimbang dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan
sama dengan
larutan yang
dicampur.
Larutan hipotonik
mempunyai kepekatan lebih rendah disbanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi mellaui membrane semipermeable, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sehingga larutan yang volumenya.
berkonsentrasi lebih
tinggi
akan bertambah
3.
Gangguan Elektrolit dan Cairan Gangguan Elektrolit a.
Hiponatremia Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium dalam plasma sebanyak < 135 mEq/lt, ras ahaus berlebihan, denyut nadi yang cepat, hipotensi, konvulsi, dan membrane mukosa kering. Hiponatremia disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh secara berlebihan, misalnya ketika tubuh mengalami diare yang berkepanjangan.
b.
Hipernatremia Merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, ditandai dengan adanya mukosa kering, oligari/anusia, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, kulit kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/lt. kondisi demikian dapat disebabkan karena dehidrasi, diare, pemasukkan air yang berlebihan sementara asupan garam sedikit.
c.
Hipokalemia Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia dapat terjadi dengan sangat cepat. Kondisi ini sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan , juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanann darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot tubuh, tidak beraturannya denyut jantung (aritmia), penurunan bising usus, dan turunnya kadar kalium plasma hingga kurang dari 3,5 mEq/lt.
d.
Hiperkalemia Merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi, sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pemberian kalium yang berkelebihan melalui intravena yang ditandai
dengan
adanya
mual,
hiperaktivitas
sistem
pencernaan,
aritmia,
kelemahan, sedikitnya jumlah urine dan diare, adanya kecemasan dan iritabilitas, serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/lt.
e.
Hipokalsemia Merupakan kondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kram otot dank ram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/lt, dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok, serta kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
f.
Hiperkalsemia Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma dan kadar kalsium dalam plsam mencapai lebih dari 4,3 mEq/lt
g.
Hipomagnesia Merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah, ditndai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disoriensi, dan konvulasi. Kadar magnesium dalam darah mencapai kurang dari 1,3 mEq/lt
h.
Hipermagnesia Merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan adanya koma, gangguan pernafasan, dan kadar magnesium mencapai lebih dari 2,5 mEq/lt.
Gangguan Cairan a.
Hipovolume atau Dehidrasi Kekurangan cairan eksternasl terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan
tubuh
dengah
menggosongkan
cairan
vaskuler.
Sebagasi
kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volum cairan eksternasl, yaitu : 1). Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit secara seimbang 2). Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air daripada elektrolit 3). Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit daripada air.
Macam-macam dehidrasi derajatnya : 1). Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri : a). Pengeluaran/ kehilangan cairan sebanyak 4-6 lt b). Serum natrium mencapai 159-166 mEq/lt c). Hipotensi d). Turgor kulit buruk e). Oliguria f). Nadi dan pernafasan meningkat g). Kehilangan cairan mencapai > 10 % BB
2). Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri : a). Kehilangan cairan 2-4 lt atau antara 5-10 % BB b). Serum natrium mencapai 152-158 mEq/lt c). Mata cekung
3). Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri a). Kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 lt b. Hipervolume atau Overhidrasi Terdapat dua manisfestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan, yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya, cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat diantara jaringan. Pitting edema meruapkan edema yang ebrada pada darah perifer atau akan berbentuk cekung steelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan ke jaringan mellaui titik tekan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan
ekstrasel,
tetapi
sering
karena
infeksi
dan
trauma
yang
menyebabkan membekunya cairan pada permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial.
C. Gangguan Keseimbangan Asam Basa 1.
Asidosis Respiratorik Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh kegagalan sistem pernafasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh sehingga terjadi kerusakan pada pernafasan, peningkatan pCO2 arteri di atas 45 mmHg, dan penurunan pH hingga < 7,35 yang dapat disebabkan oleh adanya penyakit obstruksi, trauma kepala, perdarahan, dan lain-lain.
2.
Asidosis Metabolik Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadinya penumpukan asam yang ditandai dengan adanya penurunan pH hingga kurang dari 7,35 dan HCO3 kurang dari 22 mEq/lt.
3.
Alkalosis Respiratorik Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru yang dapat menimbulkan terjadinya pCO2 atreri < 35 mmHg dan pH > 7,45 akibat adanya hiperventilasi, kecemasan, emboli paru, dan lain-lain.
4.
Alkalosis Metabolik Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma > 26 mEq/lt dan pH arteri > 7,45 atau secara umum keadaan asam-basa .