Gambaran Kasus Longsor Brebes Final.docx

  • Uploaded by: Novia
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gambaran Kasus Longsor Brebes Final.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,856
  • Pages: 9
GAMBARAN UMUM

1. Gambaran Kasus Longsor Brebes Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Bencana tersebut dapat mengakibatkan korban jiwa dan kerugian yang lain seperti rusaknya infrastruktur jalan, fasilitas umum lainnya dan juga rumah penduduk. Hampir setiap tahun bencana tanah longsor terjadi di Kabupaten Brebes yang menyebabkan korban jiwa, tertimbunnya rumah penduduk dan juga merusak infrastruktur seperti jalan raya dan jembatan. Bencana tanah longsor kembali terjadi Di Jawa Tengah. Longsor terjadi saat tidak turun hujan di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Kamis, 22/2/2018, pukul 08.00 Wib. Longsor terjadi di hutan produksi milik perhutani BKPH Salem petak 26 RPH Babakan. Sebanyak lima orang meninggal dalam bencana longsor. Data tersebut disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho berdasarkan laporan dari bupati Brebes yang berada di lokasi longsor, Kamis (22/2/2018) sekitar pukul 14.30 WIB. Korban 5 meninggal adalah Karsini, Sapto, Wati, Radam, dan Kiswan. Selain korban meninggal, bencana alam ini juga mengakibatkan 15 orang hilang dan 14 orang terluka. Hingga kini, tim SAR gabungan terus melakukan evakuasi korban longsor. Sutopo, dalam press release yang disebar melalui WhatsApp, Sutopo menjelaskan, pencarian korban longsor dilakukan oleh Tim SAR gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, PMI, Tagana, relawan, dan masyarakat. "Tim SAR kesulitan mencari korban karena tanah masih bergerak, material longsor gembur, tebal dan cukup luas. Alat berat belum dapat digunakan untuk mencari korban," kata Sutopo, Kamis. Kesulitan lainnya dalam pencarian adalah cuaca mendung berpotensi hujan. Prinsip safety first dijadikan pedoman tim SAR gabungan dalam pencarian korban. "BPBD Kabupaten Brebes sedang mengajukan penetapan status tanggap darurat bencana longsor kepada bupati Brebes," kata Sutopo. Rencana masa tanggap darurat selama 14 hari mulai diberlakukan dari 22 Februari 2018 hingga 7 Maret 2018. Status tanggap darurat diperlukan untuk

kemudahan akses penanganan darurat longsor. "Pendataan masih dilakukan. Saat masa darurat seperti saat ini data akan selalu bergerak. Korban hilang didasarkan pada laporan warga sekitar," tandas Sutopo. Dia mengimbau masyarakat untuk tidak mendekati lokasi longsor karena berbahaya adanya longsor susulan. Apalagi jika terjadi hujan, material longsor yang labil akan mudah terjadi longsor susulan. Dijelaskan, lokasi longsor di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem, termasuk kategori zona rawan sedang hingga tinggi longsor. Mahkota longsor dari perbukitan di hutan produksi Perhutani BKPB Salem Petak 26 PlRPH Babakan

longsor

kemudian

menimbun

sawah

di

bagian

bawah.

Kompas. Longsor di Brebes, 5 Orang Tewas dan 15 Hilang.2018. Tersedia di https://regional.kompas.com/read/2018/02/22/15341571/longsor-di-brebes5-orang-tewas-dan-15-hilang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, total ada 245 warga yang diungsikan ke tempat aman pasca longsor di Brebes. "Ada 245 pengungsi yang tersebar di lima titik. Paling banyak di SMP Negeri 2 Salem sebanyak 117 jiwa," kata Sutopo di kantornya, Jakarta, Jumat (23/2/2018). Menurut Sutopo, ratusan warga tersebut diungsikan untuk mengantisipasi terjadinya musibah longsor atau banjir bandang susulan. "Mereka diungsikan karena untuk antisipasi longsor banjir bandang susulan," kata dia. Kompas.com. Longsor Brebes, 245 Warga Diungsikan Cegah Musibah Susulan. di

2018.

Tersedia

https://nasional.kompas.com/read/2018/02/23/18223231/longsor-brebes-

245-warga-diungsikan-cegah-musibah-susulan.

2. Profil Kesehatan Wilayah Brebes Pra Bencana Pada tahun 2014, prevalensi stunting di Kabupaten Brebes sebesar 10.95%, angka ini sedikit menurun dibanding pada tahun 2013 yaitu sebesar

11,14%, namun Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menuturkan ada 1/3 lebih dari usia anak balita (200 anak) di Kabupaten Brebes mengalami stunting. Kabupaten Brebes sampai dengan September 2014 hanya 68,35% cakupan dalam pemberian gizi yang baik bagi anak, sedangkan target cakupan gizi nasional sebanyak 75%. Ini menunjukan di Kabupaten Brebes masih ada indikasi buruknya status gizi. Hasil wawancara kepada Kepala Puskesmas Sirampog mengatakan, bahwa Puskesmas Sirampog sudah melakukan advokasi pada BPP (Badan Penyuluh Pertanian) terkait daerah Sirampog merupakan dataran tinggi yang berpotensi balitanya mengalami stunting dikarenakan pegunungan kurang bisa menyerap yodium sebagai pertumbuhan balita. Puskesmas Sirampog juga sudah menerapkan sebagian besar program kebijakan kesehatan dalam upaya penurunan balita stunting yang berorientasi pada masa 1000 HPK fokus prenatal dan pascanatal. Khoeroh H, Indriyanti D. Evaluasi Penatalaksanaan Gizi Balita Stunting. Unnes Journal of Public Health. 2017. Suatu penelitian menyebutkan bahwa faktor penyebab lain selain genetik dan asupan makanan yang sangat mungkin menyebabkan kejadian stunting adalah bahan kimia di lingkungan (xenobiotics). Kabupaten Brebes merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang tingkat penggunaan pestisidanya sangat tinggi. Hal ini terjadi karena komoditas pertanian utama Kabupaten Brebes adalah tanaman yang sangat rentan terhadap hama seperti bawang merah dan cabe, sehingga memerlukan intensitas penyemprotan pestisida yang tinggi. Data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi bawang merah di Kabupaten Brebes yakni dari 2.531.835 kuintal pada tahun 2007 menjadi 3.366.447 kuintal pada tahun 2008. Sedangkan produksi cabe meningkat dari 2.761.920 kuintal pada tahun 2008 menjadi 4.179.130 kuintal di tahun 2009 (DPTPH Kabupaten Brebes). Hal ini memberikan indikasi adanya peningkatan konsumsi pestisida di Kabupaten Brebes. Berdasar teori, pajanan pestisida dapat menyebabkan stunting melalui beberapa jalur yaitu jalur gangguan tiroid, dengan penurunan kadar IGF-1,

jalur pembentukan sulfhemoglobin dan methemoglobin dalam sel darah merah yang menyebabkan anemia. Utami RP. Faktor Lingkungan dan Perilaku yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Siswa SD di Wilayah Pertanian (Penelitian di Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes). Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 2013. Hingga awal 2018, gizi buruk di Kabupaten Brebes masih menduduki peringkat pertama di Jawa Tengah. Tercatat ada 140 penderita gizi buruk di Kabupaten Brebes. Namun, gizi buruk yang terjadi di kabupaten penghasil bawang merah ini bukan lantaran kurang makan, melainkan infeksi penyakit. Berdasar data Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, hingga awal 2018 ada 140 penderita gizi buruk. Di mana sebelumnya pada 30 September 2017, tercatat ada 107 kasus gizi buruk yang berhasil dilaporkan dari 38 puskesmas kepada dinas kesehatan. Fakta tersebut diungkapkan Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes Nurul Aeny. ”Sampai saat ini, di masyarakat ada 140 kasus gizi buruk dari laporan 38 puskesmas yang ada di Kabupaten Brebes. Memang terkait hal ini, Brebes masih berada di urutan pertama di Jawa Tengah. Data tersebut bertambah karena murni atau penderita yang mengalami kambuh,” ungkapnya, kemarin. Di Kabupaten Brebes, lanjut dia, dinas kesehatan sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka gizi buruk tersebut dengan upaya pemulihan. Semuanya sudah dirawat, baik rawat jalan maupun rawat inap. ”Kami punya dua rumah sakit yang menjadi rujukan gizi buruk, yaitu rumah sakit Bhakti Asih dan RSUD. Rumah Sakit Bhakti Asih menjadi rujukan pertama karena sudah terlatih,” tambahnya. Selain rumah sakit, dinas kesehatan juga mempunyai empat puskesmas yang memiliki ruangan tersendiri untuk perawatan gizi buruk. Empat

puskesmas tersebut yaitu, Puskesmas Losari, Larangan, Brebes, dan Paguyangan. Empat puskesmas tersebut tersebar di masing-masing wilayah. Dimana lokasinya untuk menangani wilayah tengah, selatan, dan utara. Sedangkan Puskesmas Losari menjadi rujukan utama jika terjadi sesuatu. ”Kami juga mencoba menggerakkan masyarakat. Dimana ada 6 desa yang juga memiliki komitmen untuk penanganan gizi buruk di tingkat desa. Perawatan itu didanai oleh desa dengan komitmen kepala desanya,” katanya. Dinas Kesehatan Brebes menginisiasi pendanaan untuk perawatan gizi buruk di desa dengan peran serta masyarakat yang melibatkan posyandu dan lainnya. Pendanaan tersebut untuk sarana dan prasarana pemulihan gizi. Detiknews. Jumlah Penderita Gizi Buruk Tertinggi Di Jawa Tengah Ada di Brebes. 2018. Tersedia di https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d3853074/jumlah-penderita-gizi-buruk-tertinggi-di-jawa-tengah-ada-dibrebes 3. Kesiapsiagaan Masyarakat Brebes terhadap Bencana Longsor Upaya yang dilakukan penduduk setempat dalam menghadapi daerah rentan longsoran adalah masih tergolong sederhana yang sifatnya swadaya masyarakat desa. Ada dua bentuk upaya yaitu upaya vegetatif dan upaya mekanis. Upaya

vegetatif

adalah

upaya

penanganan,

pencegahan,

atau

pengendalian oleh masyarakat setempat pada medan rentan longsor yang dilakukan dengan cara menanam tumbuh-tumbuhan penutup permukaan tanah. Tanamannya berupa tumbuhan yang dapat berkembang menjadi besar dan berakar dalam, misalnya jati dan mahoni. Tujuannya adalah agar perakarannya dapat mengikat tanah dan menghambat pergerakan laju massa tanah yang dapat berkembang menjadi longsoran. Tujuan lainnya adalah untuk melindungi tanah dari erosi berlebih dan mengatur kapasitas tanah dalam penyerapan air. Wilayah yang menggunakan upaya vegetatif adalah Desa Blandongan, Sindangheula, Bandungsari, Penanggapan, Kertasari, Cipajang, dan Cikuya, serta di bagian selatan Desa Banjarharjo dan Cipajang.

Tanaman yang paling mendominasi dalam upaya ini adalah tanaman Jati, dan Mahoni di beberapa tempat. Upaya

mekanis

adalah

upaya

penanganan,

pencegahan,

atau

pengendalian pada medan rentan longsoran ataupun pada medan longsoran yang dilakukan oleh penduduk setempat dengan cara teknis-mekanis untuk mengurangi dampak dari kejadian longsoran. Upaya mekanis ini dilakukan apabila upaya vegetasi sudah dirasa tidak efektif lagi digunakan untuk melindungi tanah dari longsoran. Upaya adalah dengan membangun dinding penahan dengan batu yang disemen pada kaki lereng yang rentan longsoran guna mencegah massa tanah meluncur kebawah. Upaya ini juga sering dijumpai pada lereng bukit kecil yang terdapat di dekat permukiman penduduk. Meskipun demikian, dinding penahan buatan seringkali rusak karena tidak kuat menahan laju gerak massa tanah terutama dimusim penghujan.

Gambar 1. Dinding penahan longsoran yang jebol di Desa Sindangheula.

Pada daerah yang memiliki tingkat kerentanan tinggi sering terjadi jalan menjadi amblas atau mengalami sesar miring karena pergerakan tanah akibat longsoran pada igir jalan. Oleh masyarakat setempat biasanya ditangani dengan cara ditambal/diurug dengan tanah keras yang dicampur dengan batubatuan kecil. Hal ini dimaksudkan agar hubungan transportasi antara Kecamatan Salem dan Kecamatan Banjarharjo tidak terputus, meskipun itu hanya bersifat sementara saja.

Gambar 2. Jalan amblas, diurug dengan tanah dan batu di Desa Bandungsari.

Masyarakat setempat umumnya juga berusaha tidak membangun rumah di dekat dengan bukit atau lereng curam yang mempunyai potensi longsoran. Jadi secara tidak langsung masyarakat setempat sudah mempunyai kesadaran terhadap lingkungan mereka yang berpotensi longsoran. Skripsi. Kerentanan Medan Terhadap Longsoran di Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes. Universitas negeri Semarang. 2009. 4. Analisis Geografi Longsor Brebes Kepala

Pusat

Data,

Informasi,

dan

Humas

Badan

Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho memaparkan penyebab terjadinya longsor di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, pada Kamis 22 Februari 2018. "Material geologinya kalau kita lihat penyebabnya, kemiringan lerengnya terjal, batuan penyusun geologinya adalah batuan napal sebagai bidang penggelincir, bagian atas ada tanah liat tapi gembur. Saat hujan ada retakan retakan air mengisi pori-pori tanah. Ketika sampai pada batuan napal yang kedap air, dia menjadi bidang peluncur sehingga meluncur ke bawah alias longsor. Jadi secara alam, wilayah ini rawan longsor," paparnya. Sutopo mencatat lintasan longsor yang dihasilkan yakni luas longsor sebesar 16,8 hektare dengan panjang longsoran dari mahkota (titik) longsor

sampai titik terakhir (longsor) sekira 1 kilometer dan lebar longsor di titik mahkota longsor sebesar 120 meter. Sementara lebar bagian bawah 240 meter dengan ketebalan 5–20 meter dengan perkiraan 1,5 juta meter kubik.

Gambar 3. Peta Distribusi Curah hujan tgl 12 - 21 Februari 2018 di Kab. Brebes Dari peta distribusi curah hujan harian tanggal 20 Februari 2018 (gambar 13)menunjukkan bahwa telah terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang di Kec. Salem, Kab. Brebes, sedangkan tanggal 21 Februari 2018 terjadi curah hujan dengan intensitas ringan hingga lebat. Bila diakumulasikan selama 10 hari kebelakang (1 Dasarian) terlihat bahwa wilayah Kab. Brebes umumnya memiliki curah hujan dengan kriteria tinggi, curah hujan dengan kriteria tinggi (151 - 300 mm) hingga sangat tinggi (>300 mm) terjadi di seluruh wilayah Kab. Brebes. Khususnya di wilayah Kec. Salem tanggal 12 s/d 21 Februari 2018 memiliki kriteria curah hujan sangat tinggi (>300 mm).

Longsor yang terjadi disebagian wilayah Kecamatan Salem Kabupaten Brebes Jawa Tengah terjadi akibat adanya akumulasi curah hujan yang cukup tinggi pada 10 hari terakhir sebelum kejadian. Dimana perbandingan curah hujan 10 hari terakhir terhadap normalnya terjadi peningkatan. Meningkatnya curah hujan dapat menyebabkan tanah pada bagian lereng menjadi jenuh dan potensi gerakan tanah meningkat. BMKG Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang. Analisis Kejadian Longsor di Wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah. Semarang. 2018

Related Documents


More Documents from "Anonymous fkDR6e"

Novia Zahroh G41161108.docx
December 2019 48
Asuhan Keperawatan.docx
October 2019 64
Template.docx
May 2020 27
Laporan Pendahuluan Hdr.docx
December 2019 55
Rty.docx
June 2020 29