Formula 4C untuk Mahasiswa dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Revolusi industri sudah menjadi bagian yang besar dalam sejarah hidup perkembangan peradaban manusia. Fenomena tersebut berkaitan dengan kemajuan teknologi yang membuat wajah industri dunia berubah. Mulai dari penemuan mesin produksi bertenaga uap pada tahun 1782 sebagai revolusi industri pertama; sistem assembly line pada tahun 1870 sebagai awal produksi massa dan revolusi industri kedua; hingga masuknya automasi elektronik ke dalam proses produksi pada abad 20 yang sekaligus menandai revolusi tahap ketiga. Memasuki abad ke 21, kita dihadapi kembali dengan revolusi industri 4.0 banyak yang menekankan kepada kemampuan Artificial Inteligence (Kecerdasan Buatan). Pada dasarnya semua akan terkena dampak revolusi industri, khususnya mahasiswa.. Mahasiswa memegang kontrol sosial terhadap segala perubahan baik dalam skala regional maupun internasional. Hal ini dapat menjadi tantangan yang bersifat mendongkrak atau menghambat. Tantangan besar ini dapat menjadi potensi besar untuk membantu gerakan mahasiswa dalam memenuhi tugasnya untuk mengabdi masyarakat. Oleh karena itu dapat dikatakan mahasiswa memiliki peranan penting bagi masyarakat untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Salah satu pilar untuk menjaga tegaknya gerakan mahasiswa bagi Indonesia adalah pelayanan kemasyrakatan atau sosial masyarakat. Pilar ini menghubungi sifat pada mahasiswa dan masyarakat. Seperti sudah diketahui, mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat sehingga dapat memiliki pengaruh yang besar untuk masyarakat. Prospek kelangsungan kehidupan masyarakat kedepan dapat dikatakan berada di tangan mahasiswa ditambah dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu revolusi industri 4.0. Satu hal sudah pasti bahwa revolusi industri 4.0 sudah datang dan tidak mungkin untuk ditolak ataupun dihindarinya. Revolusi industri 4.0 mengedepankan kecerdasan buatan yang dapat menyaingi bahkan mengalahkan kecerdasan manusia yang terkontrol oleh emosi. Maka kemampuan akademik saja tidak dapat menjadi modal mahasiswa untuk menghadapinya. Karena nantinya akan banyak pekerjaan manusia mulai digantikan dengan mesin. Tenaga manusia menjadi komoditas sekunder karena penggunaan mesin lebih menguntungkan Pada tahap inilah mahasiswa dituntut untuk dapat melakukan adaptasi. Mahasiswa harus memperhatikan kemampuan yang tidak dapat digeser oleh kecerdasan buatan. Diperlukan adanya strategi yang cepat dan tepat untuk dapat bertahan supaya tidak terseleksi. Dalam menghadapinya, mahasiswa harus meningkatkan kapasitas dengan formula 4C yaitu critical thinking (berpikir kritis), communication (komunikasi), creativity (kreatif), dan collaboration (kolaborasi). Formula tersebut sudah dirancang secara matang dengan memperhatikan segala aspek revolusi industri berlangsung. Mahasiswa identik dengan idealismenya, dan idealisme tersebut dapat dikembangkan jika didukung pemikiran kritis. Mahasiswa harus dapat merespon suatu permasalahan dengan mengevaluasinya secara sistematis sehingga dapat dibedakan dengan mesin. Jika dulu kita memberikan informasi saja, maka sekarang harus disertakan dengan solusi yang kreatif dan
inovatif. Kreativitas yang dimaksud bagi mahasiswa adalah dapat mengeluarkan terobosan yang inovatif dan baru untuk memudahkan kehidupan dalam bermasyarakat. Tentunya pikiran inovasi tersebut harus dituangkan dengan baik supaya maksud dan tujuannya dapat terlaksana sehingga keefektifannya pun dapat terjamin. Maka supaya dapat berlangsung dengan itulah diperlukan adanya komunikasi. Percuma mahasiswa dapat menciptakan industri yang inovatif jika disampaikan dengan komunikasi yang buruk. Kolaborasi dapat menjadi senjata utama yang sangat penting dalam menghadapi peristiwa ini. Antar mahasiswa atau kelompok mahasiswa saling bekerja sama dan bersinergi sehingga dirasa memiliki tanggung jawab dan fleksibitas secara pribadi dalam hubungan masyarakat. Revolusi industri 4.0 tidak dapat dihidari, mau tidak mau harus disikapi dengan menganggap sebagai peluang untuk mengembangkan pemberdayaan dalam masyarakat. Mahasiswa menjadi elemen masyarakat yang berperan langsung dalam pemberdayaannya. Sebagai generasi intelektual, dengan menerapkan formula 4C, maka mahasiswa Indonesia tidak terseleksi sehingga dapat meneruskan perjuangannya dalam melaksanakan pilar sosial masyarakat