Bagian 2 Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus tersebar atau sudah disebut dalam premispremisnya. 1. Premis mayor semua penyanyi dangdut itu menarik 2. Premis minor, inul adalah seorang penyanyi dangdut 3. Konklusi jadi, Inul adalah seorang yang menarik=logis Jadi, Rhoma adalah seorang yang menarik=tidak logis Bila salah satu premisnya universal, dan lainnya partikular, maka konklusi harus bersifat partikular. 1. Premis mayor ,semua mahasiswa adalah orang yang rajin 2. Premis minor, Tommy adalah mahasiswa saya 3. Konklusi jadi, Tommy adalah orang yang rajin=logis, semua mahasiswa bimbingan saya adalah orang-orang yang rajin=tidak logis Dari dua premis universal, konklusinya harus bersifat universal. 1. Premis mayor ,semua muslim cinta damai 2. Premis minor, semua takmir masjid adalah muslim 3. Konklusi jadi, jadi semua takmir masjid cinta damai Dari dua premis universal, konklusinya harus bersifat universal. 1. Premis mayor ,semua anggota DPR tidak setuju BBM naik 2. Premis minor, joni adalah anggota DPR 3. Konklusi jadi, jadi Joni tidak setuju BBM naik Dari dua premis yang negatif tidak dapat ditarik kesimpulan 1. Premis mayor ,semua anggota PKI bukan warga negara yang baik 2. Premis minor, ia bukan seorang warga negara yang baik 3. Konklusi jadi, ia seorang anggota PKI=tidak logis Dari dua premis yang bersifat partikular, tidak dapat ditarik konklusi yang valid 1. Premis mayor ,Eyang subur adalah paranormal 2. Premis minor, Eyang subur memiliki 9 istri 3. Konklusi jadi, Paranormal itu memiliki isteri 9/banyak=tidak logis Mode 1:Dedukasi
Cara berpikir dengan menggunakan kriteria atau suatu pengetahuan tertentu yang bersifat umum untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang khusus atau spesifik Karena dedukasi diawali oleh sebuah premis umum maka kebenaran dari hasil kesimpulannya tergantung mutlak kepada benr atau tidaknya premis umum tersebut Jenis: Modus Ponens, Modus Tollens, Disjunctive syllogism, Hipothetic syllogism
Modus ponens 1. 2. 3.
Jika A maka B A Berarti B A=antaseden,B=consequent Modus ponens:antaseden harus diafarmasi, tidak boleh diingkari
Jika seseorang adalah bapak,maka dia laki-laki Saya bapak Maka saya laki-laki(valid)
Jika seseorang adalah bapak, maka dia laki-laki Saya bukan bapak Maka saya bukan laki-laki (invalid)
Modul Tollens 1. Jika A maka B 2. Bukan B 3. Berarti bukan A
Consequent bisa diingkari, tidak bisa diafarmasi Jika seorang aldalah Ibu, maka dia dalah perempuan Dia bukan perempuan Dia bukan Ibu (alid)
Jika seorang adalah ibu, maka dia adalah perempuan Dia perempuan Maka dia ibu
Hypothetical syllogism 1. Jika A maka B 2. Jika B maka C 3. Jika A maka C 1. Jika anda belajar rajin, maka anda ulus ujian 2. Jika anda lulus ujian, maka anda senang 3. Dengan demikian, jika anda rajin belajar, makaa anda senang Disjunctive syllogism 1. A or B
2. 3. 1. 2. 3.
Not A B Program komputer ini mempunyai bug, atau inputnya salah Inputnya tidak salah Dengan demikian, program komputer ini mempunyai bug
Mode2:Induksi
Berpikir dengan cara menyimpulkan sesuatu yang berangkat dari hal-hal khusus menuju kepada kesimpulan umum Metode berpikir induksi sifatnya spekulatif. Jika diketahui bahwa “saya butuh makan”, “Evan butuh makan”, “Avi butuh makan”, dan “Willy butuh makan”, maka dengan induksi, kita dapat menympulkan bahwa “semua manusia butuh makan”.
Pengetahuan dengan keumuman tinggipengetahuan khusus/spesifik Pengetahuan khusus/spesifik Pengetahuan khusus/spesifik
Mode 3 : Abduksi
Aristoteles menyebut abduksi dengan apagoge Abduksi:jenis inferensi silogistik yang tidak membawa kepastian. Premis mayor bersifat pasti, sedangkan premis minor tidak pasti, atau sebaliknya. Karena itu kesimpulannya menjadi kurang pasti Misalnya:setiap Kiai memakai jubah (P.mayor), ayahku memakai jubah (P.minor), ayahku seorang Kiai (konklusi)
Abduksi adalah : reasoning for the best explanation Maka contoh di atas harus dipahami: Premis mayornya:”penjelasan terbaik tentang orang yang memakai jubah adalah seorang kiai Konklusinya yang paling tepat adalah: “penjelasan terbaik dari banyka kemungkinan ayahku yang memakai jubah adalah ia seorang kiai”
Kriteria “penjelasan terbaik”
Predictability : bisa dipahami untuk membaca fakta-fakta lain yang sama di masa depan karena selalu seperti itu Koherensi: sama dan sesuai untuk semua fenomena/fakta yang sama Simplicity: lebih sederhana dari kemungkinan-kemuungkinan lainya Fruitfulness : manfaat/kegunaan nyata
Mode 3 : generalisasi Generalisasi dapat dikatakan sama dengan prosedur berpikir induksi tidak lengkap Metodenya:dari beberapa ke semua Generalisasi adalah prosedur berpikir dengan melihat beberapa hal khusus(tidak semuanya) untuk kemudian disimpulkan secara umum. Menguji generalisasi 1
Adakah kita telah mengambil sample hal-hal atau kejadian-kejadian dari kelompok yang diuji dalam jumlah yang cukup? Pengujian ini akan menimbulkan pertanyaan tambahan, berapa banyak jumlah yang cukup itu? Semakin banyak jumlah sample yang diuji, akan dapat menambha kemungkinan (probabilitas) benarnya generalisasi Apabila yan dipersoalkan adalah unsur-unsur yang tidak dapat ditentukan, misalnya manusia, maka biasanya yang lahir adalah generalisasi yang tergesa-gesa. Kita haru kritis untuk menyikapi generalisasi seperti : semua orang laki-laki sama saja, orang yang selalu ke mesjid tidak mungkin menjadi jahat, semua orang kaya kikir dan materialis Mode 4:kausalitas Prosedur berpikir kuasalitas ini mengikuti tiga pola berikut a.dari sebab ke akibat ;b.dari akibat ke sebab; c dari akibat ke akibat Pemikiran dari sebab ke akibat:berangkat dan suatu sebab yang diketahui lalu disimpulkan akibatnya; misalnya, “hujan lebat sekali”;”aku lupa menutup pintu empang, maka empangnya pasti meluap dan ikan peliharaanku pasti kabur Pemikiran dari akibat ke sebab:berangkat dari akibat yang diketahui menuju sebabnya. Pemikiran dari akibat ke akibat:keduanya berasal dan suatu sebab yang tidak disebutkan, misalnya : hujan yang lebat sekali