File.pdf

  • Uploaded by: Bayu Parmika
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View File.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 68,412
  • Pages: 405
UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI CILANDAK, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

SANTI YANUARTI UTAMI, S.Farm. 1206330072

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI CILANDAK, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

SANTI YANUARTI UTAMI, S.Farm. 1206330072

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 ii

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

iii

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

iv

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan Kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan Periode 2 September – 25 Oktober 2013. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan wawasan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan sebelum melakukan pengabdian sebagai Apoteker dan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok. Pada penyelesaian penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mengarahkan, yaitu kepada: 1. Dr. Mahdi Jufri M.Si, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Depok. 2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt selaku Pjs. Fakultas Famasi Universitas Indonesia, Depok sampai dengan 20 Desember 2013. 3. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia. 4. Dr. Retnosari Andrajati, M.Si, Ph.D., Apt selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini. 5. Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt selaku Pembimbing PKPA yang telah membimbing dengan sabar dan mengarahkan penulis dengan penuh kesungguhan hati selama PKPA berlangsung.

v

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

6. Seluruh karyawan Rumah Sakit Umum Fatmawati yang telah memberikan bantuan dan kerjasama yang baik selama penulis melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) 7. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 8. Papa dan mama, sang perpanjangan tangan-Nya yang paling dekat dan nyata. Terima kasih atas ruahan kasih sayang, doa yang tak pernah putus, seluruh motivasi dan dukungan, serta dekapan dan pelukan, yang telah dan akan selalu menemani Santi dari kecil hingga kini dan nanti. Kakak, Ika Reny Retnowati dan Adik, Sinta Yanuarti Dewi yang selalu memberikan motivasi dan dukungan, serta mau

mendengarkan keluhan selama penyusunan laporan

Praktek Kerja Profesi Apoteker. Ravi Rays Chaudhary atas kesediaannya mendengarkan keluhan penulis, memberikan saran, dan menyemangati penulis selama penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 9. Teman-teman Apoteker Angkatan 76 dan 77 atas semangat, dukungan dan kerjasama selama ini. 10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini menjadi amal ibadah yang dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan seluruh pihak yang membacanya.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita

bimbingan dan balasan kebaikan atas amal ibadah kita. Amin.

Penulis

2014

vi

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

vii

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

ABSTRAK

Nama NPM Program Studi Judul

: Santi Yanuarti Utami, S. Farm : 1206330072 : Profesi Apoteker : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Periode 2 September – 25 Oktober 2013

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dan memahami kegiatan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Tugas khusus yang diberikan berjudul Pedoman Pemberian Sediaan Parenteral. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam pencampuran dan pemberian sediaan parenteral. Kata kunci : Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati; bagian Farmasi Klinik Tugas umum : xii + 99 halaman; 16 lampiran Tugas khusus : ii + 292 halaman Daftar Acuan Tugas Umum : 12 (2003 - 2013) Daftar Acuan Tugas Khusus : 17 (1979 - 2013)

viii

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

ABSTRACT

Name NPM Program Study Title

: Santi Yanuarti Utami, S.Farm : 1206330072 : Apothecary profession : Pharmacist Internship Program at General Hospital Center Fatmawati Period September 2th - October 25th 2013

Pharmacists Professional Practice at General Hospital Center Fatmawati aims to understand the duties and functions of pharmacists in General Hospital Center Fatmawati and pharmacist understand the activities in both technical and nontechnical pharmacy activity. Given a special task entitled Guidelines for Parenteral Preparations. The purpose of this special task is to understand the things that must be considered in the mixing and administration of parenteral preparations. Keywords : General Hospital Center Fatmawati, Pharmacy Clinical General Assignment : xii + 99 pages; 16 appendices Specific Assignment : ii + 292 pages Bibliography of General Assignment: 12 (2003 - 2013) Bibliography of Specific Assignment: 17 (1979 - 2013)

ix

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………. HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... KATA PENGANTAR....................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGA AKADEMIS…………….…..………... ABSTRAK…………………………………………………………………… DAFTAR ISI....................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................

ii iii iv v vii viii x xi

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1 Latar Belakang................................................................................. 1.2 Tujuan ..............................................................................................

1 1 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM ............................................................................ 2.1 Definisi Rumah Sakit..................................................................... 2.2 Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit ................................................... 2.3 Klasifikasi Rumah Sakit................................................................ 2.3.1 Berdasarkan Jenis Pelayanan ............................................ 2.3.2 Berdasarkan Pengelolaan .................................................. 2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati............................ 2.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati................................. 2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati ......................................... 2.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati ................................................... 2.6 Visi dan Misi.................................................................................. 2.6.1 Motto dan Falsafah ............................................................. 2.6.2 Nilai .................................................................................... 2.6.3 Tujuan...................................................................................

3 3 3 3 3 5 5 7 7 7 7 8 8 9

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS......................................................................... 3.1 Instalasi Farmasi ............................................................................. 3.1.1 Bagan Organisasi .................................................................. 3.1.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan FRS ......................... 3.1.3 Analisa Kebutuhan Tenaga ................................................... 3.1.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi ........................................... 3.1.5 Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alkes 3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati................................................ 3.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi ........................... 3.2.2 Visi Instalasi Farmasi ............................................................. 3.2.3 Misi Instalasi Farmasi ............................................................. 3.2.4 Tujuan Instalasi Farmasi ......................................................... 3.2.5 Nilai – nilai Instalasi Farmasi .................................................. 3.2.6 Kegiatan Farmasi Klinik ........................................................... x

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

10 10 10 10 11 12 14 15 16 17 17 18 18 18

xi

3.2.7 Ruang Lingkup Kegiatan Farmasi ........................................... 29 3.3 Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati................................... 54 BAB 4. PEMBAHASAN ..................................................................................

56

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 5.2 Saran ...............................................................................................

79 79 79

DAFTAR ACUAN............................................................................................. LAMPIRAN.......................................................................................................

81 84

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16

Struktur Organisasi RSUP Fatmawati....................................... 84 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati........ 85 Alur Pengkajian Resep................................................................. 86 Alur Pemantauan Efek Samping Obat......................................... 87 Alur Kegiatan Pemantauan Interaksi Obat................................. 88 Alur Penyimpanan Resep dan Arsip ........................................ 89 Alur Pemusnahan Resep dan Arsip........................................... 90 Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi......................................... 91 Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi oleh Tim Penerima..... 92 Alur Masuk ke Ruang Produksi Aseptik .................................. 93 Alur Pelayanan Obat Sitostatika Rawat Jalan dan Rawat Inap 94 Prosedur Penyiapan Obat Rawat Jalan Secara Individual 95 Prescription.................................................................................. Alur Pelayanan Resep di Depo Askes ...................................... 96 Alur Distribusi Obat secara Dosis Unit di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati......................................................................... 97 Alur Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan di Depo Instalasi Bedah Sentral........................................................... 98 Alur Program Pelayanan Informasi Obat................................... 99

xii

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Salah satu kegiatan farmasis rumah sakit adalah menyediakan dan/ atau

membuat sediaan obat sesuai dengan standar teknis pembuatan yang sudah dikenal, termasuk di dalamnya teknik pencampuran sediaan-sediaan parenteral, serta menempatkannya dalam wadah yang tepat. Famasis rumah sakit bertanggung jawab terhadap seluruh proses pembuatan sampai penyerahan sediaan obat, termasuk sediaan obat parenteral pada pasien atau tenaga kesehatan lain (Linden, Ellyana. et al., 2009). Sediaan parenteral merupakan sediaan steril yang biasa diberikan dengan berbagai rute. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik diantara bentuk sediaan obat yang lain karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke bagian dalam tubuh. Rute pemberian parenteral yang paling umum adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006). Pada umumnya, pemberian obat secara parenteral dilakukan Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila penderita tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan cara lain (Ansel, H.C., 1989) Hal penting yang perlu diperhatikan seorang farmasis dalam pencampuran dan pemberian sediaan parenteral pada pasien adalah masalah stabilitas bahan obat. Ketidakstabilan suatu bahan obat dalam sediaan parenteral dapat berakibat obat menjadi tidak aktif secara farmakologi dan/atau menjadi berbahaya bagai pasien. Oleh karena itu, seorang farmasis rumah sakit perlu mempunyai pengetahuan mengenai stabilitas bahan obat (Linden, Ellyana. et al., 2009). Selain

itu,

farmasis

perlu

mempunyai

pengetahuan

tentang

ketercampuran/ketidakcampuran suatu sediaan parenteral, baik dalam larutan infus, pemberian melalui syringe, Y-site, maupun aditif (Linden, Ellyana. et al., 2009). Ketidakcampuran suatu sediaan parenteral adalah reaksi yang tidak 1 Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

2

diinginkan terjadi ketika dua obat atau lebih diberikan melalui IV atau larutan parenteral. Dalam hal ini, seorang farmasis harus mampu menangani masalah fisik, kimia, dan kecocokan/ketidakcocokan terapi untuk merancang alternatif suatu sediaan parenteral yang cocok ketika masalah tersebut muncul (Deb, Ratul., 2012). Dalam penulisan laporan ini, terdapat dosis setiap sediaan parenteral serta pelarut yang kompatibel untuk melarutkan atau mengencerkan suatu sediaan parenteral. Laporan ini diharapkan dapat diterapkan sebagai pedoman dalam pemberian obat secara parenteral.

1.2

Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pedoman dalam pemberian obat secara parenteral. 2. Mengetahui dan memahami informasi tentang sediaan parenteral dengan merek dagang tertentu.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

BAB 2 TINJAUAN UMUM

2.1

Definisi Rumah Sakit Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009,

rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2.2

Tugas dan Fungsi Rumah Sakit (UU RI No. 44/2009) Rumah

sakit

mempunyai

tugas

memberikan

pelayanan

kesehatan

perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi: a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit; b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis; c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.3

Klasifikasi Rumah Sakit Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009, rumah sakit dapat diklasifikasikan

berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. 2.3.1 Berdasarkan jenis pelayanan Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

3

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Universitas Indonesia

4

2.3.1.1 Rumah Sakit Umum Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Klasifikasi Rumah Sakit Umum terdiri dari: a. Rumah Sakit Umum Kelas A Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain, dan 13 (tiga belas) subspesialis. b. Rumah Sakit Umum Kelas B Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar. c. Rumah Sakit Umum Kelas C Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik. d. Rumah Sakit Umum Kelas D Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar. 2.3.1.2 Rumah Sakit Khusus Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus terdiri atas : a. Rumah Sakit Khusus Kelas A Rumah Sakit Khusus Kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

5

b. Rumah Sakit Khusus Kelas B Rumah Sakit Khusus Kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas

dan

kemampuan

paling

sedikit

pelayanan

medik

spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas. c. Rumah Sakit Khusus Kelas C Rumah Sakit Khusus Kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal.

2.3.2 Berdasarkan pengelolaan Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat. 2.3.2.1 Rumah Sakit Publik Rumah Sakit Publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit Privat. 2.3.2.2 Rumah sakit privat Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

2.4

Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Pendirian Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati bermula dari

gagasan Ibu Fatmawati Soekarno untuk mendirikan rumah sakit tuberkulose anak yang dikhususkan untuk penderita TBC anak dan rehabilitasinya. Dengan dana yang dihimpun oleh Yayasan Ibu Soekarno dan bantuan dari Yayasan Dana Bantuan Kementerian Sosial RI dilaksanakan pembangunan Gedung Rumah Sakit Ibu Soekarno.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

6

Pada tanggal 15 April 1961, status dan fungsi rumah sakit tersebut berubah menjadi rumah sakit umum dan penyelenggaraan serta pembiayaannya diserahkan kepada Departemen Kesehatan RI sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi Rumah Sakit Ibu Soekarno. Pada tanggal 20 Mei 1967, nama RSU Ibu Soekarno diganti menjadi RSU Fatmawati. Selanjutnya pada tahun 1984 RSU Fatmawati ditetapkan sebagai pusat rujukan wilayah Jakarta Selatan dan tahun 1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B Pendidikan. Dalam perkembangan Rumah Sakit Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Bersyarat pada tahun 1992 dan dua tahun berikutnya yakni tahun 1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Tanpa Syarat. Pada tahun 1997 sesuai dengan diberlakukannya UU No.27 Tahun 1997, rumah sakit mengalami perubahan kebijakan dari swadana menjadi PNBP (Penerimaan Negara

Bukan Pajak), selanjutnya pada tahun 2000 Rumah Sakit Fatmawati

ditetapkan sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.117 tahun 2000

tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada

tanggal

11

Agustus

2005

berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

No.1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU). Dalam penilaian Tim Akreditasi Rumah Sakit, tahun 1997 RS Fatmawati memperoleh Status Akreditasi Penuh untuk 5 pelayanan. Pada tahun 2002, RSUP Fatmawati memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat

Lanjut untuk 12

pelayanan. Kemudian pada tahun 2004 RSUP Fatmawati terakreditasi 16 Pelayanan dan pada tahun 2007 memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap 16 Pelayanan. RSUP Fatmawati pada tanggal 2 Mei 2008 ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI sebagai Rumah Sakit Umum dengan pelayanan Unggulan Orthopaedi dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan SK Menteri Kesehatan No.424/MENKES/SK/V/2008. Pada tahun 2011, RSUP Fatmawati telah menyandang sertifikat Terakreditasi ISO 9001 : 2008 dan OHSAS 18001 : 2007 dan saat ini (Mei 2013) sedang menuju untuk mendapatkan sertifikat JCI (Joint Commission International).

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

7

2.5

Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati

2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati RSUP Fatmawati Jakarta mempunyai tugas pokok menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan

serta

melaksanakan

upaya

rujukan

dan

menyelenggarakan

pendidikan, pelatihan, dan penelitian.

2.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati Fungsi RSUP Fatmawati adalah menyelenggarakan: a. Pelayanan medis b. Pelayanan penunjang medis dan non medis c. Pelayanan dan asuhan keperawatan d. Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit e. Pelayanan rujukan f. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan g. Penelitian dan pengembangan h. Administrasi umum dan keuangan 2.6

Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati memiliki visi terdepan,

paripurna dan terpercaya di Indonesia. Menurut Keputusan Direktur Utama RSUP Fatmawati Nomor: HK.03.05/II.1/2468/2012 tentang organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, yang dimaksud dengan terdepan, paripurna, dan terpercaya di Indonesia ialah rumah sakit pelopor yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian dengan: a. Terdepan karena ketersediaan sumber daya yang lengkap; b. Paripurna karena memberikan pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan pelayanan berkesinambungan (continuum of care) serta tuntas; c. Terpercaya karena senantiasa mengikuti kaidah - kaidah IPTEK terkini; d. Menjangkau seluruh lapisan masyarakat; dan e. Berorientasi kepada para pelanggan. Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

8

Misi dari RSUP Fatmawati adalah: a. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian di seluruh disiplin ilmu, dengan unggulan bidang orthopaedi dan rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen resiko klinis. b. Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. c. Mengelola keuangan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel serta berdaya saing tinggi. d. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK terkini. e. Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan dan kesejahteraan sumber daya manusia.

2.6.1 Motto dan Falsafah Motto RSUP Fatmawati adalah “Percayakan Pada Kami” sedangkan falsafah yang dianut sebagai pegangan dalam menjalankan organisasi adalah: a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Menjunjung tinggi kehidupan dan nilai - nilai luhur kemanusiaan c. Menghargai pentingnya persatuan dan kerjasama d. Menjunjung keseimbangan dan kelestarian lingkungan e. Kebersamaan dalam kemajuan dan kesejahteraan

2.6.2 Nilai Nilai yang diterapkan di

RSUP Fatmawati adalah jujur, profesional,

komunikatif, dan ikhlas, serta peduli dalam melaksanakan tugas. 2.6.2.1 Jujur Menerapkan transparansi dalam melaksanakan tugas. 2.6.2.2 Profesional Melaksanakan

tugas

sesuai

dengan

kompetensi

(pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan peka budaya). 2.6.2.3 Komunikatif Mampu melaksanakan hubungan interpersonal yang asertif dan responsif.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

9

2.6.2.4 Ikhlas Selalu memegang teguh ketulusan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. 2.6.2.5 Peduli Selalu tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.

2.6.3 Tujuan Tujuan RSUP Fatmawati adalah: a. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi kaidah keselamatan pasien (patient safety) b. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. c. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas

bagi

pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian. d. Terwujudnya SDM yang profesional dan berorientasi kepada pelayanan pelanggan. e. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber daya manusia rumah sakit.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

3.1

Instalasi Farmasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit

atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar, 2003).

3.1.1 Bagan organisasi Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas, koordinasi,

kewenangan,

dan

fungsi.

Kerangka

organisasi

minimal

mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan selalu harus dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan. Struktur organisasi RSUP Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.1.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan Farmasi Rumah Sakit 3.1.2.1 Panitia Farmasi dan Terapi Panitia Farmasi dan Terapi merupakan badan yang membantu pimpinan rumah sakit dalam menetapkan kebijakan tentang obat dan penggunaan obat di rumah sakit. Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medik dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi - spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Panitia Farmasi dan Terapi sekurang - kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang yaitu dokter, apoteker dan perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih dari tiga orang yang mewakili semua staf medik fungsional 10

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Universitas Indonesia

11

yang ada. Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Salah satu fungsi Panitia Farmasi dan Terapi adalah mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Formularium adalah himpunan obat yang diterima/ disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan. 3.1.2.2 Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit adalah organisasi yang terdiri dari staf medik, apoteker yang mewakili farmasi rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya. 3.1.2.3 Panitia lain yang terkait dengan tugas farmasi rumah sakit Apoteker juga berperan dalam tim/ panitia yang menyangkut dengan pengobatan antara lain: a. Panitia mutu pelayanan kesehatan rumah sakit b. Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri c. Tim penanggulangan AIDS d. Tim transplantasi e. Tim PKMRS, dan lain - lain. 3.1.3

Analisa kebutuhan tenaga

3.1.3.1 Jenis ketenagaan a. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga apoteker, sarjana farmasi, dan asisten apoteker (AMF, SMF) b. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga operator komputer atau teknisi yang memahami kefarmasian dan tenaga administrasi c. Pembantu pelaksana 3.1.3.2 Beban kerja Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor - faktor yang berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu: a. Kapasitas tempat tidur dan BOR b. Jumlah resep atau formulir per hari Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

12

c. Volume perbekalan farmasi d. Idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian rawat inap) 3.1.3.3 Jenis pelayanan a. Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat) b. Pelayanan rawat inap intensif c. Pelayanan rawat inap d. Pelayanan rawat jalan e. Penyimpanan dan pendistribusian f. Produksi obat

3.1.4

Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pengelolaam perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan

dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. 3.1.4.1 Pemilihan Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standardisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas serta jaminan pada transaksi pembelian. 3.1.4.2 Perencanaan Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar - dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain metode konsumsi, metode morbiditas atau epidemiologi, dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

13

metodekombinasi

konsumsi

dan

mobirditas.

Metode

konsumsi

dan

epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. 3.1.4.3 Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian, produksi atau pembuatan sediaan farmasi, maupun sumbangan atau droping atau hibah. 3.1.4.4 Produksi Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan mengemas kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. 3.1.4.5 Penerimaan Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi (penitipan barang dari pemilik kepada suatu pihak untuk dijualkan) atau sumbangan. 3.1.4.6 Penyimpanan Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan dan disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. 3.1.4.7 Pendistribusian Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medik. a. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis, dan sistem kombinasi oleh Satelit Farmasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

14

b. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh apotik rumah sakit. c. Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja Pendistibusian perbekalan farmasi di luar jam kerja merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan oleh: 1) Apotik rumah sakit/ satelit farmasi yang dibuka 24 jam 2) Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi

3.1.5

Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan Merupakan pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam

menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya. Kegiatan yang dilakukan antara lain: 3.1.5.1 Pengkajian resep Kegiatan

dalam

pelayanan

kefarmasian

yang

dimulai

dari

seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. 3.1.5.2 Dispensing Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan/ meracik obat, memberikan label/ etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi. 3.1.5.3 Pemantauan dan pelaporan efek samping obat Pemantauan dan pelaporan efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

15

yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. 3.1.5.4 Pelayanan Informasi Obat Pelayanan informasi obat merupakan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. 3.1.5.5 Konseling Konseling

merupakan

suatu

proses

yang

sistematik

untuk

mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. 3.1.5.6 Pemantauan kadar obat dalam darah Pemantauan kadar obat dalam darah dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit. 3.1.5.7 Ronde atau visite Ronde atau visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. 3.1.5.8 Pengkajian penggunaan obat Pengkajian pengguanaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. 3.2

Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati merupakan satuan kerja (satker) satu-

satunya di Rumah Sakit yang menjalankan fungsi pengelolaan perbekalan farmasi dengan sistem satu pintu. Instalasi Farmasi berkedudukan di bawah

dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Medik dan

Keperawatan RSUP Fatmawati. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang kepala dengan sebutan Kepala Instalasi Farmasi dan satu orang Wakil Kepala Instalasi yang membawahi 15 (lima belas) orang Penyelia, yaitu: a. Penyelia Depo IRJ (Lantai 1, 2, dan 3) b. Penyelia Depo Askes Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

16

c. Penyelia Depo IGD dan IRI d. Penyelia Depo IBS e. Penyelia Depo Teratai - IRNA A f. Penyelia Depo Teratai - IRNA B g. Penyelia Depo Griya Husada h. Penyelia Depo Gedung Prof. Soelarto i. Penyelia Gudang Farmasi j. Penyelia Produksi Farmasi k. Penyelia Sistem Informasi l. Penyelia Distribusi dan Penerimaan m. Penyelia Perencanaan Perbekalan Farmasi n. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan o. Penyelia Tata Usaha dan SDM Farmasi Instalasi Farmasi mempunyai struktur organisasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2.

3.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Tugas Pokok Instalasi Farmasi adalah: a. Menjalankan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati. b. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi dengan kegiatan perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati. c. Menjalankan integrasi dan sinkronisasi terkait dengan pelaksanaan tugas pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati. d. Turut serta

menyelenggarakan

kegiatan

pendidikan

dan

pelatihan

kefarmasian di RSUP Fatmawati. e. Melaksanakan kegiatan penelitian dan ikut serta dalam uji klinik obat. f. Turut serta menyelenggarakan pembinaan etika dan pengembangan profesi kefarmasian.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

17

Fungsi instalasi farmasi adalah: a. Melaksanakan

koordinasi

dan

kerjasama

dalam

pelaksanaan

tugas

pelayanan kefarmasian dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati dengan pihak - pihak terkait. b. Melaksanakan

pengawasan

mutu

pelayanan

kefarmasian

di

RSUP

Fatmawati. c. Turut serta dalam pengembangan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati berdasarkan perkembangan kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. d. Menetapkan indikator pencapaian kinerja dan pelaksanaan evaluasi serta tindak lanjut terkait dengan pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati.

3.2.2

Visi Instalasi Farmasi Visi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah “Terdepan, Paripurna,

Terpercaya dalam Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian di Indonesia.”

3.2.3

Misi Instalasi Farmasi Misi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:

a. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien. b. Mengupayakan pencapaian rasionalisasi penggunaan obat di RSUP Fatmawati. c. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi rumah sakit secara efektif dan efisien. d. Meningkatkan dan mengembangkan pelayanan farmasi terutama bidang orthopedi dan rehabilitasi medik.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

18

3.2.4

Tujuan Instalasi Farmasi Tujuan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:

a. Menjamin

pelayanan

farmasi

rumah

sakit

yang

profesional

dan

bertanggung jawab atas semua penggunaan perbekalan farmasi di rumah sakit. b. Mewujudkan kerasionalan pengobatan yang berorientasi kepada pasien. c. Mewujudkan farmasi rumah sakit sebagai pusat informasi obat bagi seluruh masyarakat rumah sakit. d. Meningkatkan peran instalasi farmasi sebagai bagian integral dari tim pelayanan kesehatan untuk mewujudkan manfaat yang maksimal dari pelayanan farmasi. e. Ikut menjamin keamanan dan keselamatan kerja seluruh staf rumah sakit, masyarakat, serta lingkungan. f. Meningkatkan kemampuan tenaga kefarmasian melalui pendidikan dan pelatihan. g. Menjamin pelayanan bermutu melalui pemantauan, analisa dan evaluasi pelayanan. h. Mengadakan penelitian dan peningkatan metode di bidang farmasi.

3.2.5 Nilai - nilai Instalasi Farmasi Nilai - nilai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah: a. Profesional b. Benar dan aman (safety) c. Penuh tanggung jawab d. Jujur e. Ramah dan peduli (care)

3.2.6

Kegiatan Farmasi Klinik

3.2.6.1 Pengkajian Resep Pengkajian resep adalah tata cara dan urutan proses kegiatan analisa dan skrining resep untuk mengetahui kesesuaian resep dengan persyaratan Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

19

administratif, farmasetis dan klinis. Pengkajian peresepanobat dilakukan terhadap resep pasien dengan menggunakan prosedur pengkajian resep. Untuk resep yang telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa stempel keterangan “Resep atau Obat telah di review Farmasi” pada resep pasien. Untuk resep yang belum dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan komunikasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) untuk menemukan solusi permasalahan yang ditemukan terkait dengan pengobatan pasien. Prosedur: a. Penerimaan resep oleh petugas depo farmasi dengan ketentuan: 1) Depo Farmasi Rawat Inap hanya melayani resep pasien rawat inap internal dari RSUP Fatmawati 2) Depo Farmasi IGD dan Rawat Jalan melayani dari poli rawat jalan RSUP Fatmawati b. Pelaksanaan skrining resep oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi Farmasi untuk menilai kelengkapan: 1) Persyaratan administrasi resep dengan menilai ada atau tidak: a) Nama dokter b) Tanggal penulisan resep c) Tanda tangan / paraf dokter penulis resep d) Nomor rekam medik pasien e) Nama pasien f) Umur pasien g) Jenis kelamin pasien h) Berat badan pasien i) Nama obat j) Jumlah yang diminta dalam resep obat k) Aturan pemakaian obat 2) Persyaratan Farmasetis dengan menilai: a) Bentuk sediaan b) Kekuatan sediaan c) Kompatibilitas / ketercampuran farmasetis d) Stabilitas sediaan Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

20

e) Cara penyimpanan obat 3) Persyaratan Klinis dengan menilai: a) Indikasi obat b) Riwayat alergi obat c) Duplikasi pengobatan d) Interaksi obat dengan obat e) Interaksi obat dengan makanan f) Kontra indikasi obat g) Biaya obat c. Pelaksanaan kegiatan komunikasi oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi Farmasi dengan dokter penulis resep 1) Untuk konfirmasi bila ditemukan a) Ketidaklengkapan pada aspek administratif resep b) Ketidaklengkapan pada aspek farmasetis resep c) Ketidaklengkapan pada aspek klinis resep d) Resep tidak terbaca e) Obat tidak tersedia f) Temuan masalah resep lainnya 2) Klarifikasi dan problem solving a) Klarifikasi dan komunikasi verbal langsung ke dokter penulis resep b) Apabila terjadi hambatan jarak untuk komunikasi langsung, dilakukan dengan komunikasi melalui telepon d. Pelaksanaan pencatatan hasil komunikasi dengan dokter oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi Farmasi untuk penyempurnaan dan pembenaran resep. e. Pelaksanaan penandaan resep yang telah di skrining oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi Farmasi dengan melakukan: 1) Untuk resep yang telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa stempel keterangan “Resep telah di review Farmasi” pada resep pasien. 2) Penandaan cap stempel HETIP yaitu: a) Harga (billing) Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

21

b) Etiket c) Timbang d) Isi e) Penyerahan dan pemeriksaan 3) Untuk resep yang tidak dapat dipenuhi dan tidak dapat diklarifikasi kebenarannya atau resep tidak setuju dibeli, resep dikembalikan kepada user (pemilik resep)

3.2.6.2 Pengkajian penggunaan obat Menurut Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Tujuan pengkajian penggunaan obat adalah: a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/ dokter tertentu. b. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/ dokter satu dengan yang lain. c. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik. d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat. Faktor - faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian penggunaan obat antara lain: a. Indikator peresepan b. Indikator pelayanan c. Indikator fasilitas Berdasarkan Standar Prosedur Operasional RSUP Fatmawati, pengkajian penggunaan obat secara prospektif merupakan kegiatan penilaian (assessment) terhadap pengobatan pasien selama pasien menjalani pengobatan. Kegiatan pengkajian penggunaan obat secara retrospektif dilakukan dengan mengumpulkan data dari catatan rekam medik pasien pada periode tertentu. Kegiatan pengkajian penggunaan obat dilakukan dengan menggunakan Standar Prosedur Operasional Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

22

(SPO) pengkajian penggunaan obat. Kegiatan dilakukan oleh apoteker dengan menilai adanya potensial drug related problem (DRP), yaitu: a. Kesesuaian indikasi obat dengan diagnosa b. Ketepatan pemilihan obat c. Dosis terlalu tinggi d. Dosis terlalu rendah e. Efek samping obat f. Interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, obat dengan uji laboratorium. g. Ketidakpatuhan pasien, misalnya karena obat tidak tersedia, pasien tidak mampu mendapatkan obat yang diinginkan, pasien tidak bisa menelan obat, pasien tidak mengerti instruksi pemberian obat, pasien lebih suka tidak mendapatkan pengobatan atau pasien lupa dalam pengobatan. h. Pasien menerima terapi obat yang tidak diperlukan Apoteker yang dapat melakukan kegiatan review pengobatan adalah apoteker yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Terdaftar sebagai tenaga apoteker di RSUP Fatmawati b. Mempunyai Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) c. Telah selesai mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam orientasi internal Pada pasien rawat inap, pengkajian resep dan penggunaan obat ditujukan untuk evaluasi terhadap resep dan pengobatan pasien. Untuk pengobatan yang telah memenuhi persyaratan, akan

diberikan

“penanda”

berupa

stempel

keterangan “Resep atau Obat telah di review Farmasi” pada Rekam Medik (RM) pasien. Untuk obat yang belum dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan komunikasi dengan DPJP untuk menemukan solusi permasalahan yang ditemukan terkait dengan pengobatan pasien. Alur pengkajian resep pada Lampiran 3.

3.2.6.3 Visite Pelayanan kefarmasian saat ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan obat, namun telah berkembang orientasinya pada pelayanan kepada pasien (pharmaceutical care). Hal ini juga berlaku bagi apoteker yang berada dalam Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

23

lingkup rumah sakit. Apoteker rumah sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan kefarmasian kepada setiap individu pasien untuk memastikan bahwa pengobatan yang diberikan kepada setiap pasien adalah pengobatan yang rasional. Salah satu contoh kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien adalah praktek apoteker ruang rawat (ward pharmacist) dengan visite sebagai salah satu aktivitasnya. Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang lebih baik. Aktivitas ini dapat dilakukan secara mandiri atau kolaborasi secara aktif dengan tim dokter dan profesi kesehatan lainnya dalam proses penetapan keputusan terkait terapi obat pasien. Praktek visite yang dilakukan oleh apoteker bertujuan untuk: a. Meningkatkan

pemahaman

mengenai

riwayat

pengobatan

pasien,

perkembangan kondisi klinik , dan rencana terapi secara komprehensif b. Memberikan informasi mengenai farmakologi farmakokinetika, bentuk sediaan obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pasien c. Memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam pemilihan terapi, implementasi dan monitoring terapi d. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait penggunaan obat akibat keputusan klinik yang sudah ditetapkan sebelumnya Sebelum memulai praktek visite di ruang rawat, seorang apoteker perlu membekali diri dengan berbagai pengetahuan minimal: patofisiologi, terminologi medik, farmakokinetika,

farmakologi,

farmakoterapi,

farmakoekonomi,

farmakoepidemiologi, interpretasi data laboratorium, dan data penunjang diagnostik lainnya. Di dalam melakukan pelayanan visite maka hal lain yang

harus dipertimbangkan

adalah

jumlah

sumber

daya

manusia

(apoteker). Terkait keterbatasan jumlah apoteker, maka dilakukan pembatasan pasien yang menerima pelayanan visite oleh apoteker. Beberapa kriteria pasien yang dapat menerima pelayanan visite oleh apoteker adalah sebagai berikut: a. Pasien baru (dalam 24 jam pertama); b. Pasien dalam perawatan intensif; Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

24

c. Pasien yang menerima ≥ 5 macam obat; d. Pasien yang mengalami penurunan fungsi organ terutama organ hati dan ginjal; e. Pasien yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya mencapai nilai kritis (critical value), misalnya: ketidakseimbangan elektrolit, penurunan kadar albumin; f. Pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit akan berpotensi menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) yang fatal. Setelah melakukan seleksi terhadap pasien yang akan mendapatkan pelayanan visite maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi penggunaan obat. Informasi tersebut dapat diperoleh dari rekam medik, wawancara dengan pasien atau keluarga. Setelah informasi didapatkan maka selanjutnya dilakukan pengkajian masalah terkait obat. Pengkajian yang dilakukan yaitu pengkajian bagi pasien dengan terapi obat yang memiliki risiko mengalami masalah terkait penggunaan obat baik yang aktual (nyata terjadi) maupun yang potensial (mungkin terjadi). Kegiatan visite dapat dilakukan oleh apoteker secara mandiri atau bersama dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan situasi dan kondisi. Kegiatan visite mandiri dimulai dengan melakukan perkenalan diri kepada pasien, mendengarkan respon yang disampaikan oleh pasein setelah itu apoteker mengidentifikasi masalah lalu memberikan rekomendasi berbasis bukti berkaitan dengan masalah terkait

penggunaan

obat.

Untuk

kegiatan

visite

tim

dimulai

dengan

memperkenalkan diri kepada pasien dan atau tim, mengikuti dengan seksama presentasi kasus yang disampaikan, memberikan rekomendasi berbasis bukti berkaitan dengan masalah terkait penggunaan obat, melakukan pemantauan pelaksanaan rekomendasi dan melakukan pemantauan efektivitas serta keamanan penggunaan obat. Setelah melakukan praktek visite, maka tahapan yang harus dilakukan adalah melakukan dokumentasi yang bertujuan untuk menjamin akuntabilitas dan kredibilitas, sebagai dasar untuk evaluasi dan perbaikan mutu kegiatan serta sebagai materi pendidikan dan penelitian kegiatan. a. Monitoring efek samping obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

25

Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping. Pengertian efek samping menurut WHO adalah tiap respon terhadap obat, pada dosis lazim untuk manusia, yang merugikan atau tidak diharapkan untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Efek samping dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor resiko. Adanya efek samping obat dapat meningkatkan morbiditas sehingga meningkatkan penderitaan, lama perawatan serta kematian. Alur pemantauan efek samping obat dapat dilihat pada Lampiran 4. MESO berguna bagi badan pengawas obat, perusahaan obat dan juga akademisi. Tujuan diadakannya MESO diantaranya adalah : 1) Menemukan efek samping obat sedini mungkin, terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang 2) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang baik yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan. 3) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan atau mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat 4) Memberi umpan balik adanya interaksi pada petugas kesehatan 5) Membuat peraturan yang sesuai 6) Memberi peringatan pada masyarakat umum bila dibutuhkan 7) Membuat data esensial yang tersedia sesuai sistem yang dipakai WHO MESO dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : 1) Laporan insidentil Jenis laporan ini biasanya dikemukakan pada pertemuan di rumah sakit atau laporan kasus di majalah. 2) Laporan sukarela Biasa disebut dengan laporan spontan dan dikoordinir oleh pusat 3) Laporan intensif di RS. Data yang diperoleh untuk laporan ini berasal dari data yang terkumpul kelompok tim di rumah sakit (dokter, perawat, ahli farmasi, dan lain - lain). Data yang terkumpul selanjutnya dianalisa oleh tim. 4) Laporan wajib Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

26

Adalah peraturan yang mewajibkan setiap petugas kesehatan melaporkan efek samping obat di tempat tugas atau praktek sehari-hari. 5) Laporan lewat catatan medik Data yang dikumpul melalui riwayat penyakit serta pengobatan yang diterima. b. Pelayanan informasi obat Menurut

keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, kegiatan pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Kegiatan pelayanan informasi obat bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit serta untuk membuat kebijakan – kebijakan yang berhubungan dengan obat (terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi) untuk menunjang terapi obat yang rasional. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi obat adalah: 1) Rumah sakit dengan kapasitas 200 tempat tidur

: 20 m2

2) Rumah sakit dengan kapasitas 400 – 600 tempat tidur

: 40 m2

3) Rumah sakit dengan kapasitas 1300 tempat tidur

: 70 m2

Peralatan yang terdapat di ruang informasi obat meliputi kepustakaan atau sumber referensi yang memadai, meja, kursi, rak buku, komputer, telepon, lemari arsip dan kartu arsip. Kegiatan yang dilakukan pada pelayanan informasi obat adalah : 1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif. 2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka. 3) Membuat buletin, leaflet serta label obat. 4) Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi

dan Terapi sehubungan

dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit. Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

27

5) Bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap. 6) Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan lainnya. 7) Mengkoordinasi

penelitian

tentang obat

dan

kegiatan

pelayanan

kefarmasian. c. Monitoring interaksi obat Program pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati meliputi tata cara melakukan pemantauan serta pencegahan terhadap interaksi antara obat dengan obat maupun antara obat dengan makanan yang digunakan oleh pasien di rawat inap RSUP Fatmawati. Kegiatan pemantauan interaksi obat dilakukan dengan tahapan dari proses penilaian interaksi obat hingga pemberian rekomendasi penanggulangan interaksi obat kepada dokter penanggung jawab pasien. Pada saat mengevaluasi interaksi obat, hal yang perlu dipertimbangkan adalah level signifikan dari interaksi yang sedang atau akan terjadi. Beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan adalah : 1) Penggantian dengan obat yang lebih aman. 2) Pengaturan jadwal penggunaan. 3) Penurunan dosis obat. 4) Pemberian antidot/ pramedikasi sebelum penggunaan obat. Alur kegiatan pemantauan interaksi obat menurut SPO yang ada dapat dilihat pada Lampiran 5.

3.6.2.4 Konseling obat Konseling obat adalah suatu proses yang sistematis untuk menjelaskan dan memberikan pemahaman bagi pasien tentang pengobatan yang mereka gunakan serta untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan pasien berkaitan dengan penggunaan obat. Sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Prosedur konsultasi obat adalah tata cara dalam pemberian pemahaman kepada pasien tentang cara penggunaan obat yang benar dan aman. Seluruh penyerahan obat kepada pasien, baik rawat inap maupun rawat Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

28

jalan harus dilengkapi dengan informasi yang memadai dan dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang obat yang digunakan sehingga dapat menghindari kesalahan dalam penggunaan obat. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan prosedur konsultasi obat atau pelayanan informasi obat (PIO). Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh apoteker pada pasien dengan kriteria: a. Pasien dengan rujukan dokter untuk konsultasi obat dengan apoteker. b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi obat dengan apoteker. c. Pasien yang akan pulang. Apoteker mendapatkan informasi pasien yang akan pulang dari perawat ruangan atau petugas depo farmasi rawat inap. Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh apoteker di ruang perawatan pasien. Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat jalan dilakukan oleh apoteker berdasarkan kriteria pasien tertentu diantaranya: a. Pasien dengan rujukan dokter untuk berkonsultasi dengan apoteker. b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi dengan apoteker. c. Pasien dengan penggunaan obat khusus seperti: 1) Pasien dengan pengobatan lebih dari 4 macam obat (poli farmasi). 2) Pasien dengan pengobatan kronis. 3) Pasien dengan riwayat alergi. 4) Pasien dengan penggunaan antibiotik tunggal maupun kombinasi. 5) Pasien dengan pengobatan khusus seperti pengobatan Kemoterapi, pengobatan HIV/ AIDS, pengobatan Tuberkulosis. Pengisian data pasien dan data informasi obat dalam formulir konsultasi dilakukan oleh apoteker secara lengkap dan benar. Pelaksanaan konsultasi obat oleh apoteker dengan tahapan berikut: a. Perkenalan. b. Penilaian pemahaman pasien terhadap obatnya. c. Pemberian penjelasan dan konsultasi obat secara lengkap. Penjelasan obat meliputi indikasi obat, cara kerja obat, dosis penggunaan obat, cara pemakaian obat yang benar, waktu pemakaian obat, efek samping obat yang mungkin

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

29

terjadi, cara pemakaian obat yang benar, interaksi antara obat dan makanan baik yang potensial maupun aktual, dan informasi lain yang mendukung. d. Pengujian pemahaman pasien atas informasi yang telah diberikan. e. Penutup.

3.6.2.5 Edukasi farmasi Program edukasi farmasi adalah rangkaian proses pendidikan dan penyampaian informasi tentang obat kepada pasien, keluarga pasien dan masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman yang benar mengenai obat, terwujudnya kepatuhan terkait dengan penggunaan obat secara benar. Prosedur program edukasi farmasi dilakukan dengan pembuatan jadwal apoteker untuk kegiatan edukasi berdasarkan topik bahasan tentang obat pada tiap bulan oleh penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi. Pelaksanaan sosialisasi kepada petugas yang telah ditentukan namanya dalam jadwal oleh penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi tentang waktu pelaksanaan dan tema edukasi yang telah dibuat melalui telepon atau copy lembar jadwal. Pelaksanaan pengumpulan materi edukasi oleh penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi dalam bentuk power point atau makalah atau lainnya dalam softcopy atau hardcopy dari apoteker pembicara minimal dua hari sebelum pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan edukasi oleh apoteker ditentukan dengan metode: 1. Penyampaian materi presentasi terbuka dan diskusi (tanya jawab) antara pembicara dan peserta selama waktu yang telah disepakati (minimal selama 60 menit). 2. Seluruh peserta yang hadir mengisi daftar hadir yang akan digunakan sebagai materi evaluasi pelaksanaan kegiatan.

3.2.7 Ruang Lingkup Kegiatan Farmasi 3.2.7.1 Tata Usaha Farmasi Kegiatan yang dilakukan di Tata Usaha Farmasi adalah seluruh kegiatan administrasi dan pelaporan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati. Terdapat 2 Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

30

penyelia Tata Usaha Farmasi, yaitu Penyelia Pencatatan dan Pelaporan serta Penyelia Tata Usaha (TU) dan SDM Farmasi. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan bertanggung jawab dalam pencatatan seluruh surat masuk dan surat keluar, pembuatan laporan dan penyimpanan arsip. Penyelia Tata Usaha dan SDM Farmasi bertanggung jawab dalam administrasi seluruh pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati, dari absensi atau kehadiran sampai cuti dan lembur pagawai. Penyelia Tata Usaha dan SDM juga bertanggung jawab dalam pengurusan klaim untuk seluruh pasien dengan jaminan sosial. Pengiriman surat keluar Instalasi Farmasi dalam lingkup rumah sakit ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi, sedangkan pengiriman surat keluar untuk lingkungan eksternal rumah sakit melalui Sub Bagian Tata Usaha Rumah Sakit. Pembuatan laporan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati yang dilakukan oleh Penyelia Pencatatan dan Pelaporan adalah sebagai berikut: a. Pengambilan dan perekapan data untuk penyusunan laporan 1) Pengambilan data dari gudang farmasi berupa catatan permintaan barang floor stock atau pemakaian perbekalan farmasi dari semua satuan kerja berdasarkan formulir permintaan barang setiap akhir bulan untuk pembuatan laporan keuangan dan catatan permintaan obat atau alkes depo farmasi ke gudang farmasi untuk pembuatan laporan pengeluaran perbekalan farmasi per depo farmasi. 2) Pengambilan data jumlah pemasukan dan pengeluaran obat - obat narkotika dan psikotropika di gudang farmasi dan seluruh depo farmasi oleh Kepala Perbekalan Instalasi Farmasi setiap akhir bulan untuk narkotika dan setiap akhir tahun untuk psikotropika untuk pembuatan laporan masing-masing penggunaannya. 3) Pengambilan data jumlah penulisan resep obat dengan nama generik dan non generik dari catatan pemantauan penulisan resep obat generik di depo - depo farmasi setiap akhir bulan untuk pembuatan laporan pemantauan penulisan resep obat generik. 4) Pengambilan data catatan tagihan obat pasien per depo farmasi untuk pembuatan laporan tagihan obat pasien per depo farmasi. Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

31

5) Pengambilan data dari catatan lembar resep dan jumlah resep depo farmasi dari pasien rawat jalan (poliklinik) dan pasien rawat inap (ruangan) di depo - depo farmasi untuk pembuatan laporan kegiatan instalasi farmasi. 6) Pengambilan data kwitansi dan faktur pembelian perbekalan farmasi dari catatan pemakaian kas kecil instalasi farmasi untuk pembuatan laporan pemakaian kas kecil instalasi farmasi. b. Penyusunan laporan bulanan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati oleh Penyelia Pencatatan dan Pelaporan. 1) Penyusunan laporan keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi tiap depo farmasi, laporan pemantauan penulisan obat generik dan non generik, laporan tagihan obat pasien tiap depo farmasi, laporan kegiatan instalasi farmasi, dan laporan pemakaian kas kecil instalasi farmasi setiap bulan. 2) Pembuatan laporan pemakaian obat narkotika setiap bulan dan laporan pemakaian obat psikotropika setiap akhir tahun oleh Kepala Instalasi Farmasi. Pengiriman laporan pemakaian obat narkotika dan psikotropika dilakukan ke Bagian Umum RSUP Fatmawati untuk dibuatkan surat pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Medik dan Keperawatan, lalu dikirim ke Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Pengiriman laporan keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi per depo farmasi, laporan pemantauan penulisan obat generik dan non generik, laporan tagihan obat pasien per depo farmasi, dan laporan kegiatan instalasi farmasi ditujukan kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan Kepala Instalasi Rekam Medik dan Informasi Kesehatan. Pemisahan arsip yang akan disimpan oleh Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati didasarkan atas: a) Arsip surat masuk, surat keluar, SK Direktur RSUP Fatmawati dan SK Kemenkes. Alur ini dapat dilihat pada lampiran 6 yaitu alur penyimpanan arsip. b) Arsip Kepegawaian yang terdiri dari map masing-masing pegawai Instalasi Farmasi Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

32

c) Arsip laporan – laporan d) Arsip resep rawat jalan dan rawat inap. Alur penyimpanan resep dapat dilihat pada lampiran 6. e) Arsip catatan kehadiran pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati. f) Arsip catatan lembur pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati. g) Arsip catatan rekapitulasi rencana pengadaan bulanan. h) Arsip rekapitulasi rencana pengadaan bulanan. Untuk pemusnahan arsip di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dilakukan pada awal tahun untuk arsip laporan dan resep yang berumur lebih dari 3 tahun serta arsip surat masuk dan keluar yang berumur labih dari 5 tahun. Alur pemusnahan resep dan arsip dapat dilihat pada lampiran 7.

3.2.7.2 Gudang Kegiatan yang dilakukan di Gudang Farmasi merupakan proses kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi. Dalam menjalankan kegiatannya, terdapat empat penyelia di gudang farmasi yaitu: penyelia gudang farmasi, penyelia perencanaan perbekalan farmasi, penyelia distribusi dan penerimaan dan penyelia sistem informasi farmasi. Kegiatan yang dilakukan di gudang farmasi RSUP Fatmawati antara lain: a. Perencanaan Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuan dari perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit (Dirjen Binfar Alkes, 2008). Perencanaan dilakukan setiap bulan yaitu pada tanggal 10-20 tiap bulan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi bulan berikutnya. Perencanaan dilakukan dengan menggunakan kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan usulan masing-masing depo farmasi. Dalam metode komsumsi, data yang digunakan adalah analisa penjualan masing-masing depo dan penggunaan obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

33

dan alkes floor stock masing-masing ruangan selama 3 bulan terakhir; terutama 1 bulan sebelumnya, melihat data stok obat yang ada dan anggaran yang tersedia. Perencanaan yang dibuat oleh penyelia gudang farmasi diantaranya adalah perencanaan obat, alkes habis pakai, gas medik, reagen, bahan baku, dan kebutuhan untuk instalasi radiologi seperti film rontgen. Dasar perencanaan merujuk pada daftar obat dalam formularium, DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) , DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), obat bebas dan generik. Perencanaan yang telah dibuat akan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi b. Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui. Tujuan pengadaan adalah mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga dan waktu berlebihan (Dirjen Binfar Alkes, 2008). Perencanaan yang telah ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi kemudian dikirimkan ke Direksi RSUP Fatmawati untuk mendapatkan persetujuan

pengadaan. Pertama, perencanaan dikirimkan ke Direktur Medik

dan Keperawatan yang selanjutnya dikirimkan ke Direktur Keuangan. Direktur Keuangan mengirimkan ke Bagian Anggaran dan dikirim kembali ke Direktur Keuangan. Direktur Keuangan selanjutnya mengirimkan ke Direktur

Utama

sebagai Kuasa Pengguna Anggaran. Setelah mendapat persetujuan pengadaan, data perencanaan disampaikan ke PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). PPK akan mengirimkan ke Sekretariat PPK untuk dibuatkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS). HPS dikirimkan kembali ke PPK dan dikirim ke Direktur Keuangan, yang selanjutnya dikirim ke Bagian Anggaran untuk disetujui

dan dikirim

kembali ke Direktur Keuangan. Oleh Direktur Keuangan, HPS akan dikirimkan ke PPK. Bila perencanaan di bawah 200 juta, maka diberikan kepada Pejabat Pengadaan Medik untuk dilakukan pemilihan harga. Bila perencanaan di atas 200 juta, maka harus ke ULP untuk dilakukan lelang secara LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik). Sekretariat PPK akan membuatkan Surat Pesanan (SP) untuk perencanaan di bawah 50 juta, atau membuatkan Surat Perintah Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

34

Kerja (SPK) untuk perencanaan antara 50 juta sampai 200 juta, dan mengirimkan ke distributor terkait. Alur pengadaan perbekalan farmasi dapat dilihat pada Lampiran 8. Obat-obat cito dapat diadakan

dengan cara pembelian langsung, syarat

pembelian langsung obat-obat cito adalah kurang dari 20 juta. Pengadaannya dilakukan dengan membuat disposisi untuk meminta persetujuan Direktur Medik dan Keperawatan untuk menggunakan kas kecil Pejabat Pengadaan Medik, sedangkan bila di luar jam kerja menggunakan kas kecil Duty Manager. Pengadaan obat juga dilakukan untuk obat gratis atau hibah dari pemerintah, yaitu obat HIV, obat TBC dan Metadon. Pengadaan obat-obat ini dilakukan oleh masing-masing penanggung jawab obat pemerintah, berdasarkan laporan pemakaian obat yang disusun setiap bulannya. c. Penerimaan Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai aturan kefarmasian. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan (Dirjen Binfar Alkes, 2008). Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Tim Penerima Barang berdasarkan Surat Pesanan (SP) yang dibuat oleh ULP (Unit Layanan Penyedia), tender, konsinyasi atau sumbangan pada. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada lampiran 9 yaitu alur penerimaan perbekalan farmasi oleh tim penerima. Prosedur penerimaan perbekalan farmasi ialah sebagai berikut: 1) Perbekalan farmasi yang berasal dari distributor atau rekanan atau rumah sakit atau apotik atau donatur diterima oleh Tim Penerima Barang Medik, selanjutnya diserahkan ke gudang farmasi untuk disimpan. Penerimaan perbekalan farmasi di luar jam kerja dilakukan oleh Tim Penerima Barang Medik untuk obat atau alkes yang termasuk dalam pengadaan rutin. Untuk obat-obat cito yang datang di luar jam kerja, maka diserahkan ke Depo IGD untuk selanjutnya diserahterimakan ke Tim Penerima Barang Medik. 2) Serah terima perbekalan farmasi yang diterima dari Tim Penerima Barang Medik dengan Petugas Gudang Farmasi disesuaikan dengan: Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

35

a) Faktur perbekalan farmasi; b) Kesesuaian nama perbekalan farmasi dengan Surat Pesanan atau SPK; c) Kondisi perbekalan farmasi; d) Jumlah perbekalan farmasi; e) Tanggal kadaluwarsa minimal 2 tahun, kecuali untuk perbekalan farmasi tertentu (vaksin atau reagensia) dapat kurang dari 2 tahun dengan persetujuan user; f) Certificate of analysis untuk bahan baku obat; Certificate of origin untuk alat kesehatan sedangkan Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya. 3) Pelaksanaan verifikasi administrasi penerimaan barang oleh Penyelia Gudang Farmasi berdasarkan Bukti Penyerahan Barang dari Tim Penerima Barang Medik yang disesuaikan dengan faktur barang datang. 4) Pembuatan Bukti Penerimaan Barang oleh Penyelia Gudang Farmasi yang akan diserahkan ke Bagian Akuntansi. 5) Pembuatan Berita Acara Penerimaan Barang oleh Tim Penerima Barang Medik, Penyelia Gudang Farmasi, dan Kepala Instalasi Farmasi. 6) Penyimpanan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi. d. Penyimpanan Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat (Dirjen Binfar Alkes, 2008). Prosedur penyimpanan perbekalan farmasi yang dilakukan di RSUP Fatmawati adalah: 1) Pelaksanaan penyimpanan perbekalan farmasi oleh petugas farmasi dengan memperhatikan faktor - faktor sebagai berikut: a) Jenis perbekalan farmasi harus disimpan pada tempat yang terpisah sesuai dengan pengelompokannya, yaitu dikelompokan berdasarkan bentuk

sediaan

serta

jenisnya

dan

disusun

secara

alfabetis.

P enyimpanan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi RSUP Fatmawati dibedakan menjadi empat ruang besar yakni : Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

36

i. Ruang penyimpanan alat kesehatan. Alat kesehatan disusun berdasarkan kegunaan (fungsi) dan ukurannya. ii. Ruang penyimpanan cairan atau elektrolit (infus). Cairan disimpan di ruang yang terpisah dengan sediaan injeksi dan alat kesehatan. Disusun di dalam dus dan diletakkan di atas pallet. iii. Ruang penyimpanan sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid disusun berdasarkan suhu kestabilan, bentuk sediaan dan alfabetis. iv. Ruang penyimpanan gas medik. Gas medik disimpan di gedung terpisah,

terletak

dibelakang

gedung teratai.

Penyimpanannya

disusun berdasarkan jenis gas medik dan ukurannya. b) Penyusunan perbekalan farmasi i. Penyusunan perbekalan farmasi dengan metode FIFO (First In First Out) berdasarkan waktu kedatangan perbekalan farmasi atau FEFO (First Expired First Out) berdasarkan waktu kadaluwarsa. Metode FIFO dan FEFO akan meletakkan perbekalan farmasi di muka atau di depan perbekalan farmasi yang datang kemudian atau kadaluwarsa lebih lama. ii. Perbekalan farmasi yang mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka penyimpanan memperhatikan sistem FEFO. Perbekalan farmasi yang tidak mencantumkan

tanggal kadaluwarsa, maka

penyimpanan

memperhatikan sistem FIFO. iii. Penyimpanan obat memperhatikan LASA (Look Alike Sound Alike) untuk patient safety. Perbekalan farmasi yang bentuknya mirip dan nama atau pengucapannya mirip tidak boleh diletakkan berdekatan walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama, harus diselingi dengan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya dan pada rak atau tempat obat diberikan stiker LASA. iv. Penempatan perbekalan farmasi yang mudah pecah di rak yang kondisinya masih layak pakai, disusun dengan rapi sehingga tidak

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

37

ada kemungkinan jatuh karena tersenggol dan diberikan tanda peringatan “Awas Hati - Hati Perbekalan Farmasi Mudah Pecah” v. Penempatan perbekalan farmasi mudah pecah atau perbekalan farmasi masih dalam kemasan besar tidak boleh pada posisi rak yang tinggi untuk mencegah resiko jatuh dan menimpa petugas. vi. Penempatan perbekalan farmasi dalam kemasan besar yang berat diletakkan di lantai menggunakan alas pallet plastik atau kayu untuk menghindari kelembaban. c) Suhu selama penyimpanan i. Penyimpanan pada suhu kamar (25oC) untuk obat - obat, cairan infus, alat kesehatan, pembalut, dan gas medik. ii. Penyimpanan suhu dingin (dalam lemari pendingin) pada suhu 2- 8 oC untuk obat – obat tertentu, produk biologis, dan reagensia yang membutuhkan suhu dingin untuk mempertahankan stabilitasnya sesuai dengan persyaratan penyimpanan pada etiket. Setiap hari ada petugas yang mencatat suhu lemari pendingin pada “kartu monitor suhu”. iii. Sediaan vaksin membutuhkan “pharmaceutical refrigerator” khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan matinya aliran listrik menggunakan alarm yang akan berbunyi jika aliran listrik mati. d) Kelembaban Kelembaban dipantau menggunakan alat termohigrometer atau pemantau kelembaban udara di ruang penyimpanan perbekalan farmasi antara 65 % 98 %. e) Cahaya matahari Penyimpanan obat tidak boleh terkena cahaya matahari langsung. f) Sirkulasi udara Tempat penyimpanan perbekalan farmasi harus mempunyai ventilasi yang cukup untuk pertukaran udara di ruangan penyimpanan. g) Resiko kebakaran

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

38

Bahan berbahaya mudah terbakar atau mudah meledak harus disimpan pada Gudang Tahan Api yang dilengkapi dengan APAR (Alat Pemadam Api Ringan). h) Kebersihan tempat dan sarana penyimpanan dari debu atau kotoran lainnya. i) Pengaturan tata ruang gudang farmasi dengan memperhatikan kemudahan bergerak dan mobilisasi perbekalan farmasi. j) Pengawasan dan monitoring tempat dan fasilitas penyimpanan untuk menjamin mutu perbekalan farmasi yang ada. k) Obat narkotika dan psikotropika yang sudah diterima dari Tim Penerima Barang Medik RSUP Fatmawati, dicatat pada kartu stok sesuai jenis, jumlah, expire date, dan nama distributor khusus obat narkotika, yaitu PT. Kimia Farma. Prosedur Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika: i. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yang sudah dicatat/ dokumentasi dengan ketentuan: i). Menggunakan lemari sesuai ketentuan, yaitu lemari double lock (kunci ganda) pada dua pintu dengan susunan berlapis. ii). Kondisi kunci kedua pintu dapat berfungsi dengan baik dan dalam kondisi terkunci guna pembatasan akses pengambilan obat. iii). Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya. iv). Dilengkapi dengan kartu stok. ii. Pengaturan penyimpanan obat narkotika dan psikotropika berpedoman kepada beberapa ketentuan dan persyaratan sebagai berikut: i). Menurut bentuk sediaan dan jenisnya. ii). Menurut suhu dan kestabilan sediaan: Obat disimpan dalam lemari dingin, yaitu suhu 2 - 8oC Obat disimpan dalam suhu kamar, yaitu 15 - 25oC iii). Menurut sifatnya mudah terbakar iv). Menurut ketahanan terhadap cahaya iii.

Penyusunan penyimpanan berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) atau berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out). Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

39

iv.

Penyusunan urutan pada lemari penyimpanan dilakukan secara alfabetis, yaitu berdasarkan urutan abjad, dimulai dari huruf “A” dan seterusnya.

v.

Pencatatan obat narkotika dan psikotropika, yaitu jumlah keluar, jumlah stok awal, jumlah stok akhir, dan petugas yang mengambil.

vi.

Monitoring selama proses penyimpanan dengan melakukan pengecekan fasilitas penyimpanan dan pengecekan kondisi fisik sediaan dan jumlah stok narkotika dan psikotropika setiap hari.

l) Prosedur Identifikasi, Penandaan, dan Penyimpanan Obat High Alert: i.

Penerimaan obat high alert oleh Gudang Farmasi dari distributor melalui Tim Penerima Barang Medik RSUP Fatmawati.

ii.

Pemeriksaan kebenaran obat high alert yang diterima dengan memeriksa nama, jumlah, tanggal kadaluwarsa, dan kondisi fisik obat high alert, serta kondisi penyimpanan khusus obat high alert bila dipersyaratkan.

iii.

Pemberian penanda khusus (sticker) obat

high alert golongan

elektrolit konsentrasi tinggi yang diterima oleh Gudang Farmasi dilakukan pada kardus terluar obat high alert. iv.

Pencatatan stok obat high alert yang diterima oleh Gudang Farmasi dilakukan dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan kartu stok gudang farmasi sebagai penambahan jumlah.

v.

Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan obat yang bertanda khusus (stiker high alert) dan tidak tercampur dengan obat lainnya.

vi.

Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan dengan metode FIFO dan FEFO berdasarkan urutan alfabetis dengan cara: i). Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu dingin, yaitu antara 2 – 8OC, maka disimpan pada lemari pharmaceutical refrigerator dengan suhu terkendali. ii). Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu ruangan, yaitu 25OC, maka disimpan dalam lemari yang telah diberikan penanda khusus. Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

40

iii). Untuk obat high alert yang memenuhi kriteria LASA (Look Alike Sound Alike), maka obat tersebut diletakkan secara terpisah dengan memberikan selingan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya. e. Pendistribusian Proses pendistribusian yang terdapat pada gudang farmasi adalah distribusi perbekalan dari gudang ke depo farmasi dan ke ruang- ruang rawat (floor stock). Distribusi perbekalan farmasi ke depo-depo secara sistem komputerisasi yang dilakukan setiap hari. Pada pagi hari staf gudang farmasi akan mengecek permintaan dari masing-masing depo, kemudian akan dinilai secara keseluruhan pembagian stok ke depo – depo farmasi agar manajemen persediaan di gudang farmasi tetap baik. Setelah perbekalan farmasi disiapkan oleh petugas gudang farmasi, maka akan dilakukan serah terima dengan petugas depo. Saat serah terima dilakukan pengecekan volume dan tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi Petugas menandatangani bila telah dilakukan pengecekan dan telah sesuai, kemudian dilakukan proses pemasukkan data (input) ke sistem kemudian dicetak untuk mendapatkan print out. Setelah itu, petugas gudang farmasi mengecek pengeluaran sesuai atau tidak. Stok gudang farmasi akan berpindah ke depo farmasi bila telah diverifikasi. Proses distribusi obat dan alkes floor stock dilakukan setiap bulan sesuai jadwal pemgambilan barang masing-masing ruang satuan medik. Permintaan perbekalan farmasi dilakukan secara manual atau dengan mengisi formulir permintaan dan penerimaan barang, untuk kemudian diambil oleh petugas ruangan.

f. Pelaporan Pelaporan perbekalan farmasi di gudang farmasi, antara lain: 1) Rekapitulasi penerimaan barang 2) Rekapitulasi pengeluaran barang Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

41

3) Rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran gas medis 4) Laporan stok opname 5) Laporan persediaan floor stock 6) Laporan narkotik (setiap bulan) dan psikotropik (setiap tahun) 7) Laporan barang sumbangan

3.2.7.3 Produksi a. Produksi Non Steril Kegiatan yang dilakukan di produksi non steril adalah pembuatan sediaan farmasi, pengenceran sediaan, dan pengemasan kembali. Bentuk sediaan yang diproduksi mencakup bentuk sediaan padat, sediaan cair, dan sediaan semipadat. Semua bentuk sediaan dibuat berdasarkan master formula RSUP Fatmawati. Di ruang produksi RSUP Fatmawati saat ini terdapat 43 master formula sebagai panduan pelaksanaan produksi farmasi. Tujuan dilakukannya produksi di RSUP Fatmawati antara lain adalah untuk penghematan anggaran, terdapat sediaan dengan formula khusus dan sediaan obat dibutuhkan segar seperti rekonstitusi obat suntik dan obat kanker. Bahan baku yang digunakan di produksi non steril diperoleh dari gudang farmasi. Perencanaan dilakukan setiap bulan berdasarkan laporan bulanan sebelumnya kemudian perencanaan ini dikirimkan ke gudang farmasi untuk dilanjutkan dengan proses pengadaan. Produksi non steril mendistribusikan produknya ke gudang farmasi. Penyimpanan di produksi non steril terbagi menjadi 2, yaitu penyimpanan bahan baku (disusun berdasarkan kegunaannya) dan penyimpanan produk (berdasarkan alfabetis). Pelaporan yang dilakukan oleh produksi non steril adalah laporan jumlah perbekalan farmasi, laporan produk yang rusak, dan laporan produk yang kadaluwarsa.

b. Produksi steril Produksi steril merupakan bagian dari Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati Kegiatan yang melakukan rekonstitusi obat kemoterapi. Untuk sediaan steril, preparasi dilakukan di ruang produksi steril dengan menggunakan SPO (Standar Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

42

Prosedur Operasional) Aseptic dispensing preparation. Salah satu kebijakan yang berkaitan dengan produksi steril yaitu seluruh pencampuran atau rekonstitusi obat kemoterapi dilakukan dengan menggunakan SPO handling cytotoxic. Kegiatan pencampuran obat kemoterapi ini hanya dilakukan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati di ruang steril/semi steril dengan menggunakan BSC. BSC atau Biological Safety Cabinet merupakan sebuah alat kerja untuk pencampuran obat kemoterapi yang mempunyai sistem sirkulasi udara melalui HEPA filter sedemikian rupa sehingga dapat melindungi petugas, lingkungan serta menjaga terhindarnya produk steril dari paparan kontaminan. Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang telah melakukan pelatihan internal. APD (Alat Pelindung Diri) wajib digunakan dengan tujuan tercapainya perlindungan petugas dari paparan obat dan bahan berbahaya saat kegiatan pelarutan obat dilakukan, terjaganya mutu dan sterilitas produksi injeksi. Untuk menjaga mutu sterilitas alat BSC dan LAF (Laminar Air Flow) maka perlu dilakukan desinfeksi BSC dan LAF agar menghilangkan kontaminan infeksius organik. Prosedur ini rutin dilakukan baik sebelum dan sesudah BSC dan LAF digunakan. Desinfeksi ini menggunakan alkohol 95%. Sedangkan dekontaminasi BSC dan LAF dilakukan rutin setiap 2 minggu sekali. Tujuan dekontaminasi ini adalah untuk membersihkan BSC atau LAF tempat dilakukannya pelarutan atau peracikan obat injeksi guna menghilangkan segala bentuk kontaminasi pada BSC atau LAF baik organik (mikroba) maupun organik (partikel sisa obat) pada BSC atau LAF. Petugas produksi steril diharuskan memeriksakan kondisi fisiologisnya secara klinik di Instalasi Patologi klinik dan Poli pegawai untuk menilai tingkat kesehatan fisik dan mental petugas secara keseluruhan. Ini dilakukan agar kondisi kesehatan operator terkontrol dan terjamin dalam keadaan normal tanpa adanya kelainan akibat paparan obat kanker maupun pengaruh stress lainnya. Serta agar tercapainya peningkatan motivasi operator/ petugas rekonstitusi bekerja secara hati - hati dan disiplin. Untuk alur masuk ke ruang produksi aseptic dispensing dan pelayanan obat sitostatika dapat dilihat pada Lampiran 10 dan lampiran 11. Pembuangan limbah Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

43

kemoterapi merupakan kegiatan membuang limbah atau sisa barang tidak terpakai sepetri vial, ampul, syringe setelah dilakukan proses pelarutan atau pencampuran obat kemoterapi. Pengelolaan limbah ini meliputi persiapan kontainer sampah hingga sampah kemoterapi di kirim ke Bagian Instalasi Sanitas dan Pertamanan (ISP) untuk dimusnahkan dengan incenerator.

3.2.7.4 Depo Rawat Jalan Gedung Instalasi Rawat Jalan terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 terdapat poliklinik bedah, poliklinik OK minor, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik ortopedi, poliklinik pegawai, poliklinik medik umum dan poliklinik jantung. Lantai 2 terdapat poliklinik penyakit dalam, poliklinik bedah saraf, poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik edukasi, poliklinik diabetes melitus, poliklinik gizi dan poliklinik rehabilitasi medik. Lantai 3 terdapat poliklinik paru, poliklinik Pusat Pelayanan Kanker Terpadu (PPKT), poliklinik anestesi anak, poliklinik akupuntur, poliklinik kulit dan kelamin, poliklinik mata dan poliklinik THT (Telinga Hidung Tenggorokan). Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual dapat dilihat dalam lampiran 12. Depo farmasi terdapat di setiap lantai gedung Instalasi Rawat Jalan. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 berjumlah 5 orang yang terdiri dari 1 Apoteker, 2 Tenaga Teknis Kefarmasian, dan 1 Juru Racik. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2 terdiri atas 1 Apoteker, 3 Tenaga Teknis Kefarmasian, 1 Juru Racik dan 1 bagian Administrasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 hanya terdiri dari 1 Apoteker dan 2 Tenaga Teknis Kefarmasian. Setiap pagi masing - masing lantai depo farmasi melakukan permintaan ke gudang farmasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 melayani pasien tunai, jaminan kantor, dan pasien HIV. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2 melayani pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS). Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 melayani pasien Jamkesmas, Jamkesda Depok, Jamkesda Tangerang, dan pasien TBC. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien Jamkesmas, Jamkesda Depok, dan Jamkesda Tangerang Selatan serta pasien KJS yaitu: resep Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

44

asli, SJP asli yaitu kertas warna merah muda dari loket 9 IRJ lantai 1, fotocopy bukti pendaftaran, dan surat rujukan asli puskesmas yang ditujukan untuk RSUP Fatmawati. Depo Instalasi Rawat Jalan menerapkan sistem distribusi obat rawat jalan secara individual prescription. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual

prescription

merupakan tata cara dan urutan proses kegiatan

menyiapkan obat pasien rawat jalan berdasarkan resep pasien. Jumlah obat diberikan seluruhnya sesuai yang tertera dalam resep yang telah melalui kajian peresepan oleh Apoteker. Tujuan prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription adalah agar: a. Tercapainya jaminan kebenaran dan keamanan dalam proses dispensing obat pada pasien rawat jalan. b. Tercapainya

peningkatan

efisiensi,

efektivitas,

dan

keamanan

dalam

penggunaan obat. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription Lampiran 12 : a. Penerimaan resep dari dokter / perawat ruangan oleh petugas farmasi. b. Pelaksanaan skrining resep untuk menilai kesesuaian penulisan resep. c. Pelaksanaan pelayanan obat pasien yang telah memenuhi persyaratan pada skrining resep. d. Pemeriksaan berkas kelengkapan resep untuk pasien jaminan / asuransi: pasien Jamkesmas, pasien Jamkesda, atau pasien KJS. e. Pembuatan billing transaksi untuk resep yang telah memenuhi persyaratan dari skrining dan kajian peresepan obat. f. Pembayaran resep berdasarkan billing resep untuk pasien tunai. Pembayaran dilakukan di kasir RSUP Fatmawati. g. Pelaksanaan permohonan izin prinsip: 1) Resep pasien Jamkesmas dengan verifikasi oleh penjamin Jamkesmas, atau 2) Resep pasien KJS dengan verifikasi oleh penjamin KJS, atau

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

45

3) Verifikasi izin prinsip Direktur RSUP Fatmawati untuk perbekalan farmasi yang tidak terjamin dalam paket pembiayaan atau menjadi beban RSUP Fatmawati. h. Pembuatan etiket obat dengan pemilihan etiket: 1) Etiket warna putih untuk penggunaan melalui enteral (oral / sublingual / dan lain - lain). 2) Etiket warna biru untuk penggunaan melalui parenteral dan topikal. Pembuatan etiket obat dengan mencantumkan nomor rekam medik, nama pasien, nama obat, dosis obat, waktu dan frekuensi pemberian, rute pemberian, dan tanggal kadarluwarsa. i. Pelaksanaan pembuatan copy resep untuk obat yang tidak jadi dibeli pasien atau obat yang tidak terlayani oleh depo farmasi. j. Pengecekan obat tentang kebenaran obat yang sudah disiapkan dengan klarifikasi 7 benar, yaitu benar obat, benar dosis, benar waktu dan frekuensi pemberian, benar rute pemberian, benar pasien, benar informasi, dan benar dokumentasi. k. Pelaksanaan penyerahan obat

yang sudah disiapkan kepada pasien.

Pemanggilan nama pasien rawat jalan melalui pengeras suara untuk menuju loket pengambilan obat. Pelaksanaan penyerahan obat kepada pasien rawat jalan dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian dengan kriteria: 1) Apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) 2) Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang telah mendapatkan Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) 3) Terdaftar sebagai tenaga kefarmasian di RSUP Fatmawati 4) Selesai mengikuti masa orientasi l. Pelaksanaan konseling obat apabila pasien membutuhkan penjelasan lebih lanjut. m. Pendokumentasian resep dan bukti print out dalam file sesuai dengan status pembiayaan pasien.

3.2.7.5 Depo Askes Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

46

Depo Askes adalah depo farmasi yang khusus melayani semua pasien rawat jalan peserta Askes. Sumber daya manusia yang terdapat di depo Askes terdiri dari 1 orang apoteker sebagai penyelia, 6 orang asisten apoteker, 2 orang juru resep, dan 3 orang petugas administrasi. Pengadaan obat dilakukan setiap hari langsung dari Gudang Farmasi dengan menggunakan formulir permintaan barang melalui komputer secara online (RSUP Fatmawati, 2012a). Penyimpanan barang disusun berdasarkan obat DPHO Askes dan non DPHO Askes, bentuk sediaan, dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari tersendiri dan terkunci (double lock) (RSUP Fatmawati, 2012b). Obat obat fast moving diletakkan terpisah di meja. Penyimpanan barang menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien untuk mendapatkan pelayanan pengobatan pasien Askes di Depo Farmasi Askes adalah (PT. Askes, 2004) : a. Resep Asli b. Surat rujukan asli dari Puskesmas dengan 2 lembar fotokopi surat rujukan c. Fotokopi kartu Askes d. Surat Jaminan Pasien (SJP) yang didapat dari gedung Askes Dalam melayani pasien, Depo Askes mengacu pada pedoman – pedoman yang disesuaikan dengan status pasien. Pedoman yang digunakan di depo askes adalah Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes merupakan acuan obat bagi pasien peserta Askes. Dalam DPHO terdapat dua daftar obat yang dapat diberikan kepada pasien Askes yaitu, obat peresepan umum dan obat khusus untuk penyakit kanker. Dalam DPHO juga terdapat daftar obat dengan batasan jumlah peresepan maksimal yang dapat diberikan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2009). Alur pelayanan pasien di depo Askes dimulai dari masuknya resep ke bagian penerimaan resep (bagian sortir). Pada bagian ini petugas depo Askes akan memeriksa kelengkapan berkas yang menjadi persyaratan yang harus dibawa oleh pasien. Apabila persyaratan yang diperlukan sudah lengkap, selanjutnya dilakukan skrining resep. Setelah itu, pasien akan mendapatkan nomor pengambilan obat Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

47

yang sama dengan nomor yang ada pada resep. Kemudian resep distempel dan datanya dimasukkan ke komputer. Setelah data dimasukkan ke komputer, selanjutnya resep diberikan kepada petugas untuk dibuatkan etiketnya. Setelah itu resep diberikan kepada petugas penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat racikan. Obat yang telah siap dikemas dan diserahkan ke pasien disertai pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat. Alur pelayanan resep depo Askes dapat dilihat pada lampiran 13. Laporan - laporan yang dibuat oleh depo Askes, yaitu (RSUP Fatmawati, 2012c): a. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika. b. Laporan penulisan obat generik dan non generik. c. Laporan penulisan obat yang masuk DPHO Askes dan non DPHO Askes. d. Laporan analisa penjualan. e. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan. f. Laporan jumlah lembar resep dan jumlah resep. Depo Askes memiliki pasien terbanyak dengan jumlah 200 – 300 resep per hari. Obat yang paling sering diresepkan adalah obat untuk penyakit jantung dan penyakit dalam. Pembayaran pasien Askes dapat diklaim ke PT Askes (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2009)

3.2.7.6 Depo Rawat Inap (Teratai A dan B) Depo farmasi rawat inap (Depo Teratai) berada tepat di tengah lantai pertama gedung teratai. Gedung ini terdiri dari enam lantai dan memiliki kapasitas 516 tempat tidur. Dengan rincian tiap lantai sebagai berikut : a. Lantai pertama yaitu ruangan kebidanan (emergency kebidanan, contohnya pada kondisi pre eklampsia berat), high care unit di selatan Teratai, ruang Thalasemia dan ruang kemoterapi. b. Lantai kedua yaitu ruangan perawatan khusus kebidanan dan high care unit di selatan Teratai. Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

48

c. Lantai ketiga yaitu ruangan khusus pasien anak – anak (< 18 tahun) dan yang belum menikah, ruang isolasi serta high care unit di selatan Teratai. d. Lantai keempat yaitu ruangan pasien pasca bedah dan high care unit di utara Teratai. e. Lantai kelima yaitu ruangan pasien penyakit dalam (internis) dan high care unit di selatan Teratai. f. Lantai keenam yaitu ruangan untuk pasien penyakit saraf dan high care unit di selatan Teratai. Penanggung jawab depo farmasi rawat inap terdiri dari dua penyelia. Penyelia pertama bertanggung jawab terhadap IRNA A yang terdiri dari lantai 1, 2 dan 3, sedangkan penyelia kedua bertanggung jawab pada IRNA B yang terdiri dari lantai 4, 5 dan 6. Jumlah SDM di depo teratai adalah sebanyak 29 orang, dengan perincian apoteker sebanyak 3 orang, petugas perincian (billing) sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 3 orang dan 17 orang merupakan tenaga teknis kefarmasian. Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari Instalasi Farmasi. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat perincian kebutuhan yang diinput ke komputer yang online dengan sistem di gudang farmasi. Perbekalan farmasi di depo rawat inap, disimpan terpisah berdasarkan bentuk sediaan, obat generik, dan non generik yang disusun berdasarkan alfabetis dan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out). Obat LASA (Look Alike Sound Alike) penyusunannya diberi jarak 2 box antar obat LASA dan diberikan stiker LASA. Terdapat pharmaceutical refrigerator untuk penyimpanan obat - obat yang membutuhkan suhu dingin untuk kestabilannya. Obat – obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari dengan double lock dan setiap obat - obat tersebut diambil maka dilakukan pencatatan di buku penggunaan. Sistem distribusi yang diterapkan di depo farmasi rawat inap beragam, diantaranya adalah sistem distribusi dosis unit atau dikenal dengan UDD (unit dose dispensing). Dalam sistem UDD petugas menyiapkan sejumlah obat dengan dosis sekali pakai dan disiapkan untuk keperluan pasien selama 24 Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

49

jam per hari selama pasien menjalani rawat inap. Alur sistem distribusi dosis unit tertera Lampiran 14. Sistem selanjutnya yaitu sistem floor stock dan sistem resep individual berupa resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sistem resep individual ini diterapkan di lantai dua dan lantai tiga untuk pasien anak - anak yang masih mendapatkan puyer. Depo Rawat Inap terdapat beberapa paket untuk penanganan pasien. Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama halnya dengan depo - depo farmasi lain, di antaranya adalah: a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian. b. Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika yang dibuat setiap bulan. c. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap bulan. d. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan. e. Laporan barang rusak dan kadaluwarsa yang dibuat setiap 3 bulan.

3.2.7.7 Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI) Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu pelayanan dari Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati melayani kegawatdaruratan medik selama 24 jam. Didukung oleh tenaga profesional dan tenaga ahli yang berpengalaman lebih dari 40 orang yang bertugas secara shift dan akan memberikan pelayanan secara maksimal mengatasi kegawatdaruratan medik. IGD memiliki pelayanan pendukung seperti laboratorium Instalasi Gawat Darurat 24 jam, radiologi (USG, CT Scanning), kamar operasi, bank darah, apotik, dan ambulance 24 jam (RSUP Fatmawati, 2009). IGD terdiri dari beberapa ruangan: a. Ruang resusitasi (ruang merah) Di ruang ini terdapat delapan tempat tidur, lemari emergency, dan paket resusitasi. Lemari emergency sangat penting keberadaannya dalam ruang ini dikarenakan pasien - pasien yang masuk ruang ini merupakan pasien dengan kondisi yang cukup parah, sehingga jika pasien mengalami kegawatdaruratan dan butuh penanganan segera, perawat tidak perlu berlari ke depo farmasi di IGD untuk mengambil obat maupun alat kesehatan sehingga dapat menghemat waktu Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

50

dalam menolong pasien. Lemari emergency di cek setiap hari pada pagi hari dan dilengkapi jumlahnya sesuai dengan daftar yang ditetapkan oleh RSUP Fatmawati. b. Ruang P2 (Ruang kuning) Ruang ini dibagi menjadi ruang bedah dan ruang non bedah dimana di ruang ini terdapat paket, namun tidak disediakan lemari emergency. c. Ruang Triase Pasien yang masuk ruangan ini dalam kondisi yang tidak terlalu parah sehingga tidak mendapat tindakan dan tidak ada paket di ruang ini. d. Ruang Intermediate Ward Ruang ini digunakan pada pasien yang menunggu untuk dipindahkan ke ruang rawat inap atau ruang lainnya. Depo IGD dan IRI memiliki 1 orang apoteker penyelia, 1 orang administrasi, dan 14 orang asisten apoteker. Depo IGD dan IRI buka 24 jam dengan 3 shift dan melayani pasien rawat inap serta pasien rawat jalan. Pasien rawat inap terdiri dari pasien yang masuk ruang Intensive Care Unit (ICU), Neonatus Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Intensive Cardiac Care Unit (ICCU). Sedangkan pasien rawat jalan merupakan pasien yang masuk ruang IGD seperti ruang resusitasi, ruang P2, ruang triase, maupun poli IGD. Paket-paket yang ada di depo IGD antara lain : a. Paket Alat Kesehatan (Alkes) ICU b. Paket Alat Kesehatan (Alkes) NICU / PICU c. Paket Infus Dewasa d. Paket Resusitasi Anak e. Paket Resusitasi Dewasa Depo farmasi IGD dan IRI melakukan permintaan obat dan alat kesehatan ke gudang farmasi setiap hari secara online (RSUP Fatmawati, 2012a). Obat obatan disusun berdasarkan abjad dan dipisahkan menurut jenis sediaan. Untuk obat - obat yang tidak stabil pada suhu ruang maka penyimpanannya di lemari pendingin. Obat - obat jenis narkotika dan psikotropika ditempatkan di lemari Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

51

khusus tersendiri dengan double lock pada dua pintu dengan susunan berlapis. Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya (RSUP Fatmawati, 2012b). Alat kesehatan ditempatkan di rak tersendiri dan diberi nama pada tempat atau box alat kesehatan tersebut. Jenis sediaan obat yang sering digunakan di Depo IGD dan IRI adalah sediaan injeksi. Laporan - laporan yang disiapkan oleh Depo Farmasi IGD adalah (RSUP Fatmawati, 2012c): a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian. b. Laporan pemakaian obat – obat narkotika yang dibuat setiap bulan. c. Laporan pemakaian obat – obat psikotropika yang dibuat setiap bulan. d. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap bulan. e. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan. f. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan. g. Laporan jumlah resep dan lembar resep setiap bulan.

3.2.7.8 Depo Instalasi Bedah Sentral Lantai 1 Instalasi Bedah Sentral terdapat OK Cito sebanyak 2 kamar. Pasien yang masuk ke OK Cito merupakan pasien yang tidak direncanakan jadwal operasinya atau yang sifatnya cito. Pada OK Cito terdapat Paket obat dan alkes OK Cito dan lemari emergensi. Lemari emergensi terdiri dari lemari emergensi bedah dan lemari emergensi anestesi. Lemari emergensi bedah berisi antibiotik, sedangkan lemari emergensi anestesi berisi obat anestesi dan alat kesehatan. Saat pasien masuk ke OK Cito, maka penata anestesi mengambil Paket obat dan alkes OK Cito yang telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Bila obat dan alat kesehatan dalam paket kurang, maka penata anestesi dapat mengambilnya di lemari emergensi dan mencatatnya di Lembar Pemakaian. Setelah selesai operasi, Lembar Pemakaian dimasukkan ke dalam Paket obat dan alkes OK Cito yang telah terpakai oleh pasien. Lemari emergensi akan dicek jumlah pemakaian dan pemakai, serta diisi kembali oleh petugas depo farmasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

52

Lantai 2 Instalasi Bedah Sentral terdapat OK Elektif sebanyak 8 kamar dan 1 Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral. Pasien yang masuk ke OK Elektif telah memiliki jadwal operasi. Sehari sebelum operasi, depo farmasi menerima jadwal operasi pasien dan permintaan anestesi umum atau spinal. Depo farmasi kemudian menyiapkan paket anestesi dan memberi label nama pasien pada paket tersebut, sehingga pada hari operasi penata anestesi cukup meminta paket berdasarkan nama pasien. Penata bedah akan mencatat permintaan di buku pada hari operasi, kemudian paket bedah akan disiapkan oleh petugas depo farmasi. Bila terdapat kekurangan obat dan alat kesehatan saat operasi sedang berlangsung, maka penata bedah atau penata anestesi dapat meminta secara langsung ke depo farmasi dengan menyebutkan nama pasien dan kamar operasi. Petugas depo farmasi akan mencatat permintaan obat dan alat kesehatan. Bila pasien telah selesai dioperasi, maka paket akan dikembalikan ke depo farmasi dan petugas depo farmasi akan merekapitulasi semua penggunaan obat dan alat kesehatan ke administrasi perincian. Perincian selanjutnya akan dikirimkan ke depo farmasi di mana pasien dirawat. Depo Instalasi Bedah Sentral juga menyiapkan Paket Bedah Prima yang merupakan sistem paket untuk pasien tunai. Sebelum operasi, pasien tunai harus melunasi pembayaran terlebih dahulu. Pasien tunai dengan Paket Bedah Prima dapat menjalankan operasi di OK Elektif atau OK Cito. Alur pelayanan obat dan alat kesehatan di depo instalasi bedah sentral dapat dilihat Lampiran 15. Obat - obatan disusun berdasarkan abjad dan dipisahkan menurut jenis sediaan. Untuk obat - obat yang tidak stabil pada suhu ruang maka penyimpanannya di lemari pendingin. Obat - obat jenis narkotika dan psikotropika ditempatkan di lemari khusus tersendiri dengan double lock pada dua pintu dengan susunan berlapis. Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya (RSUP Fatmawati, 2012b). Alat kesehatan ditempatkan di rak tersendiri dan diberi nama pada tempat atau box alat kesehatan tersebut. SDM yang ada di Depo Instalasi Bedah Sentral berjumlah 1 Penyelia dan 2 Asisten Apoteker. Paket anestesi spinal terdiri dari Spinocan (spinal and Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

53

diagnostic puncture) 27G x 3”, bupivacain HCl 5 mg / ml, ondansetron 4 mg / 2 ml, klonidin HCl 150 μg / ml, dan ketolorac 3%. Paket anestesi umum terdiri dari propofol 10 mg / ml, atracurium besilat, fentanyl, ondansetron 4 mg / 2ml, dan ketolorac 3%.

3.2.7.9 Pelayanan Informasi Obat (PIO) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, kegiatan pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Kegiatan pelayanan informasi obat bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit serta untuk membuat kebijakan - kebijakan yang berhubungan dengan obat (terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi) untuk menunjang terapi obat yang rasional. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi obat adalah: : 20 m2

a. 200 tempat tidur

b. 400 - 600 tempat tidur : 40 m2 c. 1300 tempat tidur

: 70 m2

Peralatan yang terdapat di ruang informasi obat meliputi kepustakaan yang memadai, meja, kursi, rak buku, komputer, telepon, lemari arsip, kartu arsip. Kegiatan yang dilakukan pada pelayanan informasi obat adalah: a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif. b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka. c. Membuat buletin, leaflet, label obat. d. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

54

e. Bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap. f. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan lainnya. g. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian. b. Alur program pelayanan informasi obat dapat dilihat pada Lampiran 16.

3.3

Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati Tim Farmasi dan Terapi (TFT) adalah suatu unit kerja yang dibentuk

untuk membantu Direktur Rumah Sakit dalam hal membuat kebijakan tentang penggunaan obat dan pengelolaan obat di Rumah Sakit. Tujuan dibentuknya TFT adalah : a. Menjamin tersedianya obat dan alat kesehatan (alkes) habis pakai yang bermutu untuk kebutuhan pasien di RSUP Fatmawati. b. Tersusunnya standar obat yang berlaku di RSUP Fatmawati. c. Terwujudnya pelaksanaan kebijakan penggunaan obat dan pengelolaan yang baik bagi pengguna maupun penyedia obat di RSUP Fatmawati. d. Terselenggaranya penggunaan obat yang rasional dan aman di RSUP Fatmawati. e. Terlaksananya pengawasan, pengendalian, dan evaluasi penggunaan

dan

pengelolaan obat dan alkes di RSUP Fatmawati. Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di bawah koordinasi dan bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Fatmawati. Struktur organisasi TFT terdiri dari: a. Ketua

: Dokter

b. Sekretaris : Apoteker c. Anggota

: Dokter, Apoteker, dan Perawat

Tugas pokok dari TFT adalah: a. Melaksanakan uji coba dan memberikan rekomendasi dalam pemilihan penggunaan obat dan alkes habis pakai.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

55

b. Menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes habis pakai di Rumah Sakit dan apabila perlu dapat diadakan perubahan secara berkala. c. Menyusun Antibiotic Guideline bersama-sama dengan Komite Pengendalian Penyakit Infeksi. d. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi penulisan resep dan penggunaan obat generik serta alkes habis pakai bersama-sama Instalasi Farmasi. e. Melaksanakan edukasi pada staf farmasi, profesi lainnya tentang obat dan perbekalan kesehatan lainnya . Formularium Obat RSUP Fatmawati adalah daftar dari seluruh item obat yang ada di RSUP Fatmawati dalam periode waktu tertentu, yaitu maksimal 3 tahun. Daftar obat di Formularium Obat disusun berdasarkan kelas terapi dan berisi nama generik produk (1 item), nama merek original dari pabrik tertentu (1 item),

nama

merek

dagang dari pabrik tertentu (2 item), serta keterangan

mengenai bentuk sediaan, kekuatan produk dalam kemasan, dan nama pabrik pembuat. Formularium Obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun 1990, kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada tahun 1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Pembuatan revisi formularium RSUP Fatmawati tidak dilakukan setiap tahun, dikarenakan kendala biaya untuk mencetak formularium baru dan kesulitan untuk mengumpulkan anggota TFT.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

BAB 4 PEMBAHASAN

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan

penunjang,

salah

satunya

RSUP

Fatmawati.

Dalam

upaya

memberikan pelayanan kesehatan, RS tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Untuk menunjang hal tersebut maka dibentuk suatu badan organisasi yaitu IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit). IFRS dipimpin oleh seorang

Kepala

IFRS

yaitu

Apoteker

dan

bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan – peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi barang farmasi. Salah satu tugas Tim Farmasi dan Terapi (TFT) RSUP Fatmawati adalah menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes habis pakai di Rumah Sakit. Salah satu cara untuk mengetahui berjalan atau tidaknya TFT rumah sakit adalah dengan melihat formularium yang disusunnya. Pada tiap 6 bulan atau maksimal 1 tahun dilakukan evaluasi atau review untuk penyempurnaan Formularium. Di RSUP Fatmawati, formularium obat tidak dapat direvisi tiap setahun sekali karena masalah biaya untuk mencetak Formularium terbaru dan kesulitan untuk mengumpulkan anggota TFT. Revisi formularium obat yang dilakukan oleh TFT RSUP Fatmawati adalah setiap 3 tahun sekali. Formularium obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun 1990, kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada tahun 1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Dengan adanya kesinambungan proses revisi, dapat dikatakan bahwa TFT RSUP Fatmawati sudah berjalan dengan baik. Salah satu tugas pokok farmasi klinik RSUP Fatmawati ialah meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Farmasi dengan melaksanakan farmasi klinik. Berikut ini merupakan pembahasan dari pelaksanaan kegiatan farmasi klinik.

56

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Universitas Indonesia

57

a. Pengkajian Resep Pengkajian resep merupakan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pelayanan obat pasien. Selain itu, pengkajian resep juga dilakukan agar tercapainya rasionalisasi penggunaan obat. Kegiatan dalam pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetis, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Di RSUP Fatmawati, pengkajian resep tidak sepenuhnya dilakukan. Hal ini terlihat dari masih adanya resep yang tidak lengkap. Misalnya pada resep untuk pasien bayi atau anak, berat badan dan umur pasien sering kali tidak tertera pada lembar resep, padahal hal tersebut diperlukan terutama untuk menghitung dosis maksimal pada pasien bayi atau anak. Sering kali hanya nama pasien yang tertera pada lembar resep. Pada lembar instruksi pemberian obat pada pasien rawat inap, terkadang tidak semua lembar ada penanda berupa stempel keterangan “Resep telah di review Farmasi”. Pengkajian resep yang tidak sepenuhnya dilakukan disebabkan oleh banyaknya resep atau pasien yang harus dilayani oleh petugas farmasi di RSUP Fatmawati. Selain itu, untuk melakukan pengkajian resep secara keseluruhan cukup membutuhkan waktu sementara pelayanan obat pasien harus dilakukan secara cepat karena banyaknya pasien yang harus dilayani terutama untuk pasien rawat jalan. b. Pengkajian Penggunaan Obat Pengkajian penggunaan obat merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui gambaran pengobatan yang diberikan kepada pasien. Pengkajian penggunaan obat juga dilakukan untuk menilai ada tidaknya drug related problem selama pasien menjalani pengobatan. Di RSUP Fatmawati, pengkajian penggunaan obat dilakukan terhadap pasien rawat jalan dengan melihat instruksi pemberian obat yang terdapat pada rekam medik pasien. Data yang diperoleh dari rekam medik pasien dipindahkan ke dalam lembar Formulir Terapi Pasien untuk selanjutnya dinilai ada tidaknya masalah - masalah yang terkait dengan pengobatan pasien.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

58

c. Visite Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang lebih baik. Apoteker melakukan praktik di ruang rawat sesuai dengan kompetensi dan kemampuan farmasi klinik yang dikuasai. Visite pasien yang dilakukan di RSUP Fatmawati diaplikasikan kepada pasien yang berada dalam perawatan intensif dan memiliki resiko mengalami terjadinya kesalahan obat (medication errors). Beberapa tempat dilakukannya praktik apoteker ruang rawat di RSUP Fatmawati contohnya pada ruang perawatan pasien Intensive Care Unit (ICU), Neonatal Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), High Care Unit (HCU), dan ruang perawatan pasien pra operasi dan post operasi. Kegiatan visite yang dilakukan apoteker di RSUP Fatmawati dilakukan secara kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Tipe visite ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah dapat memperoleh informasi terkini dan komprehensif, dapat dijadikan sebagai fasilitas pembelajaran, serta dapat langsung dikomunikasikan masalah terkait penggunaan obat dan mengimplementasikan rekomendasi yang dibuat. Namun, kegiatan visite ini juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah jadwal visite harus disesuaikan dengan jadwal tim dan waktu pelaksanaan terbatas sehingga diskusi dan penyampaian informasinya kurang lengkap. Visite yang dilakukan di RSUP Fatmawati sebagian besar terjadwalkan dan umumnya dilakukan setiap seminggu sekali contohnya pada ruang perawatan Rehabilitasi Medik dan High Care lantai 6 Selatan Teratai. Sedangkan untuk pasien Intensive Care Unit (ICU) umumnya dilakukan 3-4 kali dalam seminggu, hal ini disebabkan kondisi pasien pada ruang perawatan tersebut merupakan pasien yang menderita penyakit komplikasi sehingga memungkinkan pasien menerima bermacam - macam jenis obat. Hal ini memungkinkan terjadinya masalah terkait obat yang dapat mempengaruhi outcome pasien sehingga diperlukan visite yang lebih sering untuk memastikan terapi obat yang diterima oleh pasien. Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

59

Dalam kegiatan visite, sebelum apoteker memberikan rekomendasi maka apoteker berdiskusi dengan anggota tim secara aktif untuk saling mengklarifikasi, mengkonfirmasi, dan melengkapi informasi penggunaan obat. Pada saat visite secara tim rekomendasi lebih ditujukan kepada dokter yang merawat pasien. Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa pertanyaan atau rekomendasi yang diminta oleh tim visite kepada apoteker diantaranya adalah pemilihan terapi obat, misalnya dalam pemilihan jenis dan regimen, obat pengganti yang dapat diberikan kepada pasien, efek samping obat, interaksi obat, segi cost effectiveness, dan lain lain. Setelah rekomendasi yang diberikan oleh apoteker disetujui, selanjutnya apoteker melakukan pemantauan pelaksanaan rekomendasi dari sisi efektifitas dan keamanan. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rekomendasi yang diterima aman bagi pasien. Tahap akhir dari visite adalah melakukan dokumentasi praktik visite yang dikelola dengan baik dan terjaga kerahasiaannya. Dengan adanya pendokumentasian

yang baik dapat dijadikan sebagai jaminan

terlaksananya kegiatan visite, serta sebagai bahan evaluasi untuk peningkatan mutu pelayanan. d. Monitoring Efek Samping Obat Prosedur program monitoring efek samping obat (MESO) adalah tata cara menganalisa kejadian efek samping obat yang terjadi pada pasien. Proses ini merupakan kegiatan kolaboratif yang melibatkan semua tenaga kesehatan baik dokter, perawat, apoteker dan semua tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit termasuk pasien dan keluarga pasien. Di RSUP Fatmawati kegiatan monitoring penggunaan obat dilakukan untuk mengetahui efek terapi dari proses pengobatan serta kemungkinan terjadinya efek terapi dari proses pengobatan serta kemungkinan terjadinya efek samping obat. Setiap temuan efek samping obat dilakukan pengkajian oleh tenaga kesehatan. Seluruh kronologis kejadian efek samping obat dan tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya harus terdokumentasi dalam catatan rekam medik pasien dan dibuatkan laporan untuk disampaikan pada Komite Mutu dan Manajemen Risiko (KMMR) dalam waktu maksimal 48 jam.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

60

Prosedur pemantauan efek samping obat meliputi : 1) Pelaksanaan kegiatan pemantauan oleh tenaga kesehatan terhadap timbulnya efek samping obat. 2) Pelaksanaan penerimaan laporan kejadian efek samping obat tenaga kesehatan, keluarga pasien atau petugas lainnya. 3) Pelaksanaan kegiatan penyusunan laporan temuan kejadian efek samping obat dalam formulir pelaporan. 4) Pelaksanaan kegiatan komunikasi atau interview oleh tim kerja (tim monitoring efek samping obat) yang terdiri dari DPJP, perawat ruangan, apoteker ruangan. 5) Pelaksanaan kegiatan analisa oleh tim monitoring efek samping obat terhadap hasil interview maupun laporan efek samping obat dari semua sumber. 6) Pelaksanaan kegiatan diskusi setara komprehensif sebagai media problem solving oleh tim monitoring efek samping obat atas hasil analisa yang telah dilakukan. 7) Pencatatan di rekam medik pasien oleh DPJP atau tim monitoring efek samping obat tentang kejadian efek samping obat pasien. Pencatatan terkait bentuk kejadian efek samping obat, tindakan pengatasian efek samping obat yang terjadi dan tindakan pencegahan efek samping obat yang akan datang. 8) Pembuatan formulasi rekomendasi oleh tim monitoring efek samping obat. Pilihan rekomendasi antara lain menghentikan pengobatan, mengganti obat dengan yang lebih aman, mengatur jadwal penggunaan, menurunkan dosis obat, memberikan antidot atau premedikasi sebelum penggunaan obat, dan membuat laporan kejadian insiden dengan mengisi formulir laporan insiden (internal). 9) Pelaksanaan implementasi rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi efek samping obat. 10) Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi tingkat keberhasilan intervensi yang dilakukan. 11) Pelaksanaan diskusi lanjutan oleh tim monitoring efek samping obat jika diperlukan guna mencapai hasil intervensi yang telah diberikan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

61

12) Pendokumentasian rekomendasi penanganan efek samping obat pada formulir laporan MESO Nasional. Penyampaian

laporan

efek

samping

obat

yang

terjadi

segera

ditindaklanjuti oleh tim monitoring efek samping obat menjadi laporan ke Tim Farmasi dan Terapi (TFT) dan Komite Mutu dan Manajemen Resiko (KMMR) dalam waktu 48 jam; bila kejadian efek samping obat masuk dalam kategori Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Sentinel. e. Pelayanan Informasi Obat RSUP Fatmawati telah melakukan pelayanan informasi obat yang dilakukan oleh apoteker selama 24 jam atau on call. Berbagai bentuk kegiatan pelayanan informasi obat seperti yang ada pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi telah dilakukan di RSUP Fatmawati. Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi, stabilitas, harga, efek samping,

dosis,

interaksi,

kompatibilitas,

ketersediaan,

kontraindikasi,

farmakokinetik, farmakodinamik, toksisitas, cara pemakaian, cara penyimpanan, indikasi, dan keracunan dari suatu obat, serta pertanyaan lain-lain. Untuk dapat menjawab setiap pertanyaan dengan tepat, maka dilakukan usaha penggalian informasi penanya mengenai identitas pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat pengobatan pasien, dan riwayat alergi atau efek samping obat yang pernah dialami pasien. Literatur yang digunakan di pelayanan informasi obat RSUP Fatmawati adalah literatur tersier. Pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati juga dilakukan dokumentasi yang bertujuan untuk: 1) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan dengan lengkap. 2) Sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa. 3) Sebagai catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya. 4) Sebagai media pelatihan tenaga farmasi. 5) Sebagai basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan pelayanan. 6) Sebagai bahan audit dalam melaksanakan quality assurance dari pelayanan informasi obat. Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

62

Evaluasi yang dilakukan terkait dengan pelayanan informasi obat mencakup penilaian atau pengukuran keberhasilan pelayanan informasi obat dengan cara membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan pelayanan informasi obat serta pemberian masukan kepada pimpinan dalam membuat kebijakan di waktu mendatang. Selama tahun 2012, sempat terjadi penurunan tajam pada jumlah pertanyaan di pelayanan informasi obat. Sekalipun demikian, setiap pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh apoteker. Kecepatan menjawab pertanyaan juga telah diusahakan untuk segera dijawab (< 1 jam). Masalah yang masih dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi obat adalah keterbatasan jumlah literatur, literatur yang tidak terkini (tidak up to date), apoteker yang tidak selalu di ruang pelayanan informasi obat, dan jumlah pertanyaan yang masih sedikit. f. Monitoring Interaksi Obat Kegiatan pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati telah dilakukan seiring dengan dilakukannya pemantauan terapi obat untuk menemukan masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat. Menurut Standar Prosedur Operasional (SPO) yang ada, kegiatan pemantauan interaksi obat dilakukan dengan menggunakan software interaksi obat, namun pada pelaksanaannya kegiatan analisis masih menggunakan literatur pustaka sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menemukan interaksi obat yang berpotensi terjadi. Kegiatan pemantauan interaksi obat juga tidak dilakukan rutin karena kesibukan apoteker di pelayanan kefarmasian lainnya sehingga seringkali kegiatan pemantauan interaksi obat yang dilakukan tidak sampai pada pemberian rekomendasi penanggulangan. g. Konsultasi Obat Konsultasi obat diawali dengan memperkenalkan diri kepada pasien. Kemudian, apoteker mulai menanyakan masalah yang dihadapi pasien terkait penggunaan obatnya. Apoteker mulai menjelaskan obat-obat yang diterima pasien dengan memberitahukan nama obat dan indikasi obat. Dalam menjelaskan atau memecahkan

masalah

pasien,

apoteker

menggunakan

alat

tulis

untuk

memudahkan pasien dalam memahami penjelasan dari apoteker, misalnya masalah waktu dan frekuensi penggunaan obat pada pasien yang mendapat polifarmasi. Pasien yang mendapat polifarmasi sering mengalami kesulitan dalam Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

63

hal waktu penggunaan obat. Pasien sering menanyakan apakah semua obat yang diberikan harus diminum bersamaan atau harus diberi jarak waktu. Pasien juga menanyakan obat mana yang harus diminum sebelum dan sesudah makan. Setelah pasien mendapat penjelasan tentang obatnya, apoteker akan meminta pasien untuk mengulangi penjelasan yang dipaparkan tadi untuk menguji pemahaman pasien. Jika pasien masih kurang jelas dengan penjelasan yang diberikan, apoteker akan mengulangi penjelasan tersebut dan meminta pasien untuk mengulangi penjelasan dari apoteker tersebut. Setelah pasien memahami yang dijelaskan apoteker, apoteker akan menanyakan masalah lainnya yang dialami pasien yang dapat dibantu penanganannya oleh apoteker. Dalam melakukan konsultasi obat, apoteker kurang menggali informasi dari pasien seperti obat, vitamin, atau jamu apa saja yang pernah atau sedang dikonsumsi pasien. Apoteker juga tidak menanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi. Apoteker hanya memberikan informasi tentang obat yang ditanyakan oleh pasien, informasi lain seperti aturan pakai obat, efek samping yang mungkin terjadi dan cara mengatasinya, interaksi yang mungkin terjadi antara obat dengan obat lain termasuk vitamin dan jamu atau interaksi antara obat dengan makanan. h. Edukasi Farmasi Program edukasi farmasi dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah orang dalam ruangan tertentu guna mendengarkan penjelasan dari apoteker mengenai tema tertentu misalnya tema tentang penggunaan dan penyimpanan obat yang benar. Kegiatan tersebut dilaksanakan kurang lebih satu jam, dimulai dengan presentasi dari apoteker kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta diperkenankan bertanya mengenai obat berupa cara pakai, penyimpanan obat, dan masalah-masalah terkait obat lainnya. Untuk melakukan kegiatan program edukasi farmasi di rumah sakit diperlukan fasilitas penunjang seperti infocus, layar, laptop, microphone, dan lain-lain. Pada saat kegiatan, dilakukan pembagian questioner mengenai tanggapan peserta terhadap kegiatan tersebut. Hasil questioner tersebut berguna untuk perbaikan dan koreksi terhadap kegiatan edukasi selanjutnya. Peserta program edukasi banyak yang tidak mengisi questioner dikarenakan tidak membawa alat tulis. Saat dilaksanakan program Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

64

edukasi di Depo Askes, perhatian peserta edukasi terbagi antara mendengarkan pemaparan presenter dengan mendengarkan panggilan petugas depo farmasi yang akan memberikan obat. Dalam melaksanakan kegiatannya, Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dibagi menjadi beberapa sub bagian, antara lain: 1) TU Farmasi dan SDM Farmasi serta Pencatatan dan Pelaporan Seluruh kegiatan administrasi dan pelaporan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dilakukan di Tata Usaha Farmasi. Tujuan kegiatan administrasi dan pelaporan dalam pelayanan kefarmasian adalah: a) Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi b) Tersedianya informasi yang akurat c) Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan d) Tersedianya data yang lengkap untuk perencanaan. Selain itu, kegiatan administrasi dan pelaporan merupakan dasar dari akreditasi yang dilakukan di rumah sakit. RSUP Fatmawati sebagai RS pemerintah wajib melaporkan seluruh kegiatan yang dilakukan, pengawasan dari pemerintah dilakukan dengan melakukan audit-audit baik secara internal maupun eksternal. Jika proses administrasi dan pelaporan yang dilakukan baik, akan mempermudah audit. Salah satu laporan yang dilakukan adalah laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika. Laporan penggunaan obat narkotika dilakukan setiap bulan dan laporan penggunaan obat psikotropika dilakukan setiap tahun, namun tetap dilakukan perekapan penggunaan obat psikotropika setiap bulannya. 2) Gudang Farmasi Gudang Farmasi melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan kesehatan di RSUP Fatmawati dari perencanaan sampai pembuatan laporan. Perencanaan dibuat berdasarkan analisa penjualan masing-masing depo dan pemakaian obat serta alkes floor stock tiap ruang, selain itu perencanaan juga dibuat berdasarkan data epidemiologi di RSUP Fatmawati. Data epidemiologi bisa didapat dari laporan 10 besar penyakit di RSUP Fatmawati yang selalu diberikan IRMIK ke TU Farmasi setiap bulan. Dalam perencanaan pengadaan perbekalan farmasi, usulan-usulan dari depo-depo farmasi juga bisa menjadi rujukan perencanaan, Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

65

untuk mengetahui obat apa saja yang belum terlayani atau untuk mengetahui obat yang banyak diresepkan oleh dokter. Pemilihan perbekalan farmasinya berdasarkan DOEN, DPHO Askes, dan Formularium RSUP Fatmawati. Tahap perencanaan merupakan tahap yang krusial dimana perencanaan harus dibuat sebaik mungkin untuk menjamin ketersediaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati. Pengadaan yang dilakukan oleh RSUP Fatmawati dengan cara pembelian telah sesuai dengan ketentuan dalam Perpres No. 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah karena sebagai rumah sakit pemerintah aset yang ada di RSUP Fatmawati merupakan aset pemerintah. Kegiatan produksi di RSUP Fatmawati juga merupakan salah satu kegiatan pengadaan. Selain dengan pembelian dan produksi, pengadaan juga dilakukan untuk obat-obat program pemerintah yang gratis. Syarat pengadaan obat-obat ini adalah pengajuan permohonan kepada Dinas Kesehatan dan pembuatan laporan penggunaan obat program tersebut secara periodik. Obat program ini juga hanya dapat dipergunakan bagi pasien tertentu yang sesuai dengan kriteria. Setelah barang datang, dilakukan proses penerimaan barang oleh tim penerima. Ruang tim penerima sudah strategis karena terletak di bagian depan gudang farmasi sehingga pengecekan barang bisa langsung dilakukan. Jika semua syarat yang harus dicek sudah lengkap dan sesuai dengan faktur, tim penerima menyerahkan barang ke gudang farmasi untuk disimpan. Penyerahan barang dilakukan dengan membuat Berita Acara Penerimaan barang sebagai bukti bahwa barang yang diterima terjamin kesesuaiannya. Penyimpanan seluruh perbekalan farmasi

dilakukan

di

gudang

famasi

secara

terpisah

sesuai

dengan

pengelompokannya. Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun masih ada atau sebagian ditempatkan bersama dengan ruang penyimpanan obat. Seluruh label untuk obat karsinogen, bahan berbahaya dan beracun telah ditempelkan sesuai dengan tempatnya. Begitu pula dengan lembar MSDS untuk bahan B3, tidak seluruhnya ditempel di dinding, tetapi ada juga berupa buku yang diletakkan di dekat bahan B3 tersebut. Penyimpanan gas medis dilakukan di tempat yang terpisah dari gudang induk, gas medis yang terdapat di RSUP Fatmawati antara lain O2 kecil (1 m3) dan O2 besar (6 m3), N2O 25 kg dan CO2 25 kg disimpan Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

66

berdasarkan ukuran dan pada tabung terdapat tanda B3 mudah meledak. Tempat dan sarana penyimpanan perbekalan farmasi secara keseluruhan terlihat bersih. Petugas melaksanakan pencatatan pemasukan, pengeluaran, dan stok perbekalan farmasi ke dalam kartu persediaan dan dalam Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIRS). 3) Produksi Farmasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati memiliki ruang produksi farmasi untuk sediaan farmasi non steril dan steril. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan merupakan produksi untuk keperluan rumah sakit itu sendiri, sesuai dengan Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Kegiatan produksi bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pengadaan obat tertentu (mendapatkan obat dengan harga yang lebih murah sehingga pasien tidak membayar terlalu mahal untuk suatu obat dan lebih menjamin kualitas obat yang dihasilkan). Selain itu, produksi juga memudahkan penerimaan obat oleh pasien atau tenaga kesehatan lainnya karena sudah dikemas kembali menjadi sediaan yang telah sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan produk yang tidak dijual di pasaran seperti pembuatan kapsul NaCl dan kapsul Natrium Bikarbonat. Sebenarnya terdapat 73 formula standar yang terdapat di ruang produksi RSUP Fatmawati, namun hanya 43 item yang masih diproduksi sampai saat ini. Artinya, hanya 58,9 % item obat yang masih diproduksi. Setiap kali petugas akan melakukan produksi, petugas harus mengisi formulir master formula baik untuk pembuatan atau pengenceran atau pengemasan kembali pada setiap tahapan kegiatan produksi. Formulir master formula berfungsi sebagai dokumentasi dari kegiatan produksi yang dilakukan dan juga merupakan bukti bahwa produksi yang dilaksanakan sesuai dengan CPOB. Setelah produk dihasilkan, produk dikemas dan diberi etiket serta tanggal kadaluwarsa. Penyimpanan produk jadi masih dilakukan di ruang produksi sendiri karena keterbatasan sumber daya, sementara obat-obat hasil produksi merupakan persediaan gudang. Petugas depo farmasi

yang membutuhkan produk dari

produksi non steril datang ke gudang farmasi untuk mendapatkan formulir bon Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

67

obat lalu datang ke produksi farmasi non steril untuk mendapatkan produknya kemudian melaporkannya ke gudang farmasi dengan membawa formulir bon obat.

Pendistribusian obat seperti ini memiliki kekurangan karena dapat

menyebabkan timbulnya kesalahan pencatatan stok produk. Peran apoteker sangat penting dalam mempersiapkan rekonstitusi obat kanker, diantaranya memastikan dosis yang sesuai dengan luas permukaan tubuh pasien. Walaupun dalam prakteknya rekonstitusi dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian, akan tetapi di RSUP Fatmawati diberlakukan kebijakan agar semua tenaga teknis kefarmasian bisa melakukan rekonstitusi termasuk apoteker. Ini dilakukan karena paparan obat kanker secara terus menerus akan membahayakan petugas, serta perlu tenaga kesehatan yang paham akan ketelitian dosis, melakukan teknis aseptis dan melakukan semua prosedur secara hati-hati. Sebagai apoteker yang bertugas di produksi steril ini, harus mampu menghitung dosis yang tepat dari suatu zat anti kanker, serta dikaji apakah obat tersebut sesuai dengan diagnosis pasien. apoteker juga harus dapat menentukan macam pelarut serta mengetahui dari literatur tentang kestabilan zat aktif obat kanker. Bagi pasien kanker, pelaksanaan kegiatan penitipan obat sitostatika dilakukan minimal 3 hari sebelum obat digunakan untuk perawatan. Pada saat obat diperlukan untuk perawatan, maka dilakukan permintaan pencampuran obat sitostatika dari ruang kemoterapi pasien ke produksi farmasi steril. Obat sitostatika harus disiapkan selalu baru karena pada umumnya, obat sitostatika memiliki waktu kadaluwarsa selama 24 jam sehingga obat yang telah disiapkan harus segera digunakan. Setelah obat selesai disiapkan, petugas produksi farmasi akan membawa obat tersebut ke ruang kemoterapi pasien. Beberapa waktu terakhir ini, pasien dengan diagnosa kanker payudara dan serviks merupakan pasien yang paling banyak ditemui. Petugas biasanya merekonstitusi 12 hingga 15 resep.

Beberapa temuan yang diperoleh dari

kegiatan orientasi produksi steril adalah tidak dilakukan pemantauan atau monitoring lingkungan seperti jumlah mikroba dan pemantauan jumlah partikel di BSC misalnya dengan metode settle plate (cawan papar) atau menggunakan alat particle counter dikarenakan keterbatasan waktu serta SDM untuk melakukannya. Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

68

4) Depo Instalasi Rawat Jalan Depo Instalasi Rawat Jalan telah melakukan prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription dengan baik. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 khusus melayani pasien tunai, jaminan kantor, dan pasien HIV. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2 khusus melayani pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS). Sedangkan depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 khusus melayani pasien Jamkesmas, Jamkesda Depok dan Tangerang Selatan, serta pasien TBC. Obatobatan HIV dan TBC merupakan obat-obatan program pemerintah yang pengeluarannya dipantau oleh tim HIV dan tim TBC untuk kemudian dilaporkan setiap bulannya ke Departemen Kesehatan RI. Berdasarkan pengamatan penyimpanan obat-obat LASA di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1, 2 dan 3 masih ada beberapa obat yang belum ditempel label LASA serta pada penyusunannya tidak diselingi dengan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya, hal ini disebabkan karena keterbatasan luas ruangan dan kendala kesulitan untuk mencari obat karena penyusunan obat secara alfabetis akan terganggu oleh banyaknya obat-obatan yang termasuk LASA. Pada depo farmasi IRJ lantai 1, 2 dan 3 juga ditemukan beberapa obat keras yang terpajang di etalase depan umumnya berupa sediaan sirup dan topikal, seharusnya obat keras ini disimpan di dalam depo. Selain itu, pada depo farmasi IRJ lantai 1, 2, dan 3 persyaratan lemari narkotika telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu terdiri dari dua pintu dengan kunci terpisah, namun dalam hal ini penyimpanan narkotika dan psikotropika berada di dalam satu lemari narkotika, hal ini dikarenakan jumlah sediaan narkotika yang sedikit sehingga pada pelaksanaannya di dalam salah satu lemari terdapat pintu lagi di dalamnya dengan kunci terpisah dari dua kunci pintu yang ada di depan. Pembayaran di IRJ lantai 1 berdasarkan harga obat dengan persyaratan hanya berupa resep asli, sedangkan pembayaran pada IRJ lantai 2 dan 3 berdasarkan jaminan INA-CBGs (Indonesia Case Based Groups). Besarnya jaminan INACBGs per hari yaitu sebesar Rp 350.000 – Rp 400.000,- untuk keseluruhan pelayanan kesehatan dengan pembatasan farmasi sebesar Rp 150.000,-. Jika Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

69

jumlah obat yang harus diberikan kepada pasien lebih dari Rp 150.000,- maka pasien akan diberi copy resep yang dapat dilayani dikemudian hari beserta persyaratan SJP asli yaitu kertas warna merah muda dari loket 9 yang terdapat pada IRJ lantai 1, fotokopi pendaftaran dan rujukan asli dari puskesmas yang ditujukan untuk RSUP Fatmawati. 5) Depo Askes Pasien Askes merupakan pasien yang paling banyak di RSUP Fatmawati. Mulai tanggal 1 April 2013, pasien Askes yang semula dilayani di lantai 2 dan 3 gedung Instalasi Rawat Jalan, sekarang dilayani di Depo Askes. Depo farmasi instalasi rawat jalan lantai 2 melayani pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS), sedangkan depo farmasi instalasi rawat jalan lantai 3 melayani pasien Jamkesmas dan Jamkesda (seperti Jamkesda Tangerang, Jamkesda Bogor, Jamkesda Depok, dan lain-lain). Acuan yang dapat digunakan dalam melayani pasien Askes adalah DPHO Askes. Acuan tersebut digunakan untuk mengetahui obat-obat apa saja yang dapat diberikan kepada pasien Askes beserta batasan jumlah maksimal yang dapat diberikan. Alur pelayanan resep dimulai dari pasien membawa resep beserta berkasberkas yang diperlukan sebagai persyaratan dan diberikan kepada petugas. Petugas akan melakukan pengecekan kelengkapan berkas dan pengecekan obatobat dalam resep (apakah obat-obat tersebut sesuai dengan pedoman dan dapat diserahkan kepada pasien). Kemudian, resep diinput untuk pemotongan stok obat, lalu dilakukan pembuatan etiket, penyiapan obat, dan penyerahan. Masing-masing tahap dikerjakan oleh orang yang berbeda. Pada masing-masing tahap akan dilakukan pemberian stempel HETIP (Harga Etiket Timbang Isi Penyerahan). Pemberian stempel tersebut dimaksudkan agar dapat dilakukan pengecekan kembali apabila terjadi kesalahan. Sebelum pembuatan etiket, petugas terlebih dahulu memeriksa kartu rujukan dan menuliskan keterangan tanggal dan obat-obat yang diberikan pada kartu rujukan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat dilakukan pengecekan apabila pasien sebelumnya telah mendapatkan obat yang sama atau pasien sebelumnya telah menebus obat tersebut dengan jumlah maksimal. Pada bagian ini, petugas

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

70

akan membuatkan salinan resep untuk obat-obat yang tidak terdapat di Depo Askes sehingga pasien dapat menebusnya di apotek lain. Setelah etiket dibuat, selanjutnya petugas akan melakukan penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat racikan. Penyiapan obat jadi dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam etiket sesuai dengan jumlah yang tertera di etiket. Untuk mempermudah penyiapan, obat-obat fast moving diletakkan di meja tersendiri sehingga petugas akan lebih cepat dalam mengambil obat yang dibutuhkan. Untuk obat yang tidak dikemas dalam kemasan blister, obat dimasukkan ke dalam etiket dengan menggunakan peralatan seadanya karena tidak tersedia alat hitung tablet. Hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi obat apalagi jika obat dimasukkan ke dalam etiket menggunakan tangan. Setelah obat disiapkan, obat dibawa oleh petugas ke bagian penyerahan. Alur penyerahan obat meliputi verifikasi nomor pasien, verifikasi identitas pasien, pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat, kemudian petugas meminta nomor telepon pasien yang dapat dihubungi, dan meminta tanda tangan pasien. Pemberian informasi obat dilakukan secara singkat. Informasi yang diberikan kepada pasien hanyalah informasi mengenai indikasi dan aturan pakai obat. Hal tersebut dikarenakan banyaknya jumlah pasien yang dilayani sehingga waktu pemberian informasi obat menjadi sangat singkat. Jumlah resep yang dilayani Depo Askes lebih kurang 200-300 resep per hari. Dengan jumlah tersebut, terkadang tidak semua pasien dapat terlayani. Terkadang masih terdapat pasien yang belum dilayani, meskipun jam pelayanan telah selesai. Hal ini dikarenakan kurangnya SDM yang terdapat di Depo Askes. Selain itu, seringkali pekerjaan yang berbeda dilakukan oleh orang yang sama, misalnya selain melakukan penyerahan obat, petugas tersebut juga melakukan penyiapan obat. Obat yang sering diresepkan di Depo Askes adalah obat - obat jantung. Selain itu, terdapat obat spesifik yang dilayani di Depo Askes yaitu obat-obat kemoterapi. Namun, untuk obat-obat kemoterapi, yang dilayani di Depo Askes hanya berkas-berkasnya saja, sedangkan obatnya dititipkan di ruang produksi steril di Instalasi Farmasi. Hal ini dikarenakan hanya gudang farmasi dan produksi farmasi steril yang boleh menyimpan obat - obat kemoterapi. Obat akan diberikan Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

71

kepada pasien setelah direkonstitusi dan diantarkan ke ruang kemoterapi pada saat kemoterapi akan dilakukan. Selain melayani obat DPHO Askes, Depo Askes juga melayani obat non DPHO Askes, tetapi untuk obat-obat tersebut pasien dikenakan biaya. Untuk obat non DPHO Askes, pembayaran dilakukan setelah penyerahan obat. Sedangkan untuk pasien peserta Askes yang mendapatkan obat-obat DPHO Askes, pembayaran dilakukan dengan cara melakukan klaim ke PT. ASKES. Setelah selesai pelayanan, dilakukan input data kembali menggunakan program yang terhubung dengan PT. ASKES. Klaim Askes dilakukan oleh Instalasi Penagihan Pasien (IPP). Oleh karena itu, di Depo Askes disediakan komputer yang digunakan untuk klaim Askes. Pembayaran untuk pasien peserta Jamkesda menggunakan sistem INA CBG’s yaitu pembayaran berdasarkan paketpaket yang telah ditentukan. Apabila tagihan pasien melebihi biaya paket yang diberikan, selebihnya akan menjadi beban rumah sakit. Sedangkan bila tagihan pasien kurang dari paketnya, kelebihan tersebut akan menjadi keuntungan rumah sakit yang dapat digunakan untuk menutupi tagihan pasien yang menjadi beban rumah sakit. Dengan demikian, terjadi subsidi silang antara pasien yang tagihannya melebihi paket dengan pasien yang tagihannya kurang dari paket. Penyimpanan barang di Depo Askes dilakukan berdasarkan jenis sediaannya, suhu penyimpanan, dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan psikotropika disimpan di lemari khusus (double lock). Pelaporan yang dibuat oleh Depo Askes antara lain laporan analisa penjualan antara lain obat generik dan non generik, narkotika dan psikotropika, jumlah resep dan jumlah R/. Penghitungan jumlah resep dan jumlah R/ dilakukan untuk mengetahui jumlah pasien yang dilayani dan mengetahui beban kerja pegawai di Depo Askes. 6) Depo Teratai A dan B Depo farmasi rawat inap merupakan depo yang menyediakan perbekalan farmasi (obat dan alkes) bagi pasien rawat inap gedung teratai. Depo ini memiliki SDM sebanyak 29 orang, dengan perincian apoteker sebanyak 3 orang, petugas perincian (billing) sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 3 orang dan 17 orang merupakan tenaga teknis kefarmasian. Kegiatan - kegiatan yang dilakukan di depo farmasi rawat inap diantaranya pengadaan obat, penyiapan obat, distribusi hingga dokumentasi. Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

72

Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari Instalasi Farmasi. IFRS bertanggung jawab terhadap obat yang beredar dan penggunaan obat yang aman dan efektif di rumah sakit secara keseluruhan. Tanggung jawab ini termasuk pengadaan, penyimpanan, penyiapan obat untuk konsumsi dan distribusi obat ke unit perawatan penderita. Oleh karena itu, sistem pendistribusian obat dari IFRS ke daerah perawatan pasien harus sesuai untuk efisiensi penggunaan sarana, personel, waktu dan juga mencegah kesalahan atau kekeliruan agar dapat terpenuhi persyaratan penyampaian obat yang baik yaitu benar obat, benar waktu dan frekuensi, benar dosis, benar rute pemberian, benar pasien, benar informasi dan benar dokumentasi. Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan setiap rumah sakit bervariasi, hal ini tergantung pada kebijakan rumah sakit, kondisi dan keberadaan fasilitas fisik, personel dan tata ruang rumah sakit. Di antara sistem

distribusi

yang

digunakan

di

depo

farmasi

rawat

inap,

sistem dosis unit merupakan sistem distribusi yang paling menguntungkan diantara sistem distribusi lainnya. Sistem ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah pasien menerima pelayanan 24 jam sehari dan pasien hanya membayar obat yang dikonsumsinya saja, semua dosis yang diperlukan pada ruang perawat telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Hal ini membuat perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung pasien, sistem ini juga menghemat ruangan perawat dengan meniadakan persediaan obat- obatan dan kemasan dosis unit dapat mengurangi kesempatan terjadinya kesalahan obat, juga membantu penelusuran kembali kemasan apabila terjadi penarikan obat. Namun, sistem ini juga memiliki beberapa keterbatasan diantaranya adalah sistem ini mengharuskan obat harus sudah siap dikonsumsi sebelum jam makan pasien sehingga perlu teknik kerja yang cepat dan tepat, serta kebutuhan tenaga farmasi lebih banyak. Namun pada kenyataannya, peran apoteker belum optimal, karena proses mulai dari penerimaan resep hingga penyerahan obat ke ruang pasien lebih banyak dilakukan oleh asisten apoteker sehingga evaluasi kerasionalan penggunaan obat pasien masih belum dapat dilakukan secara maksimal.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

73

Tiap pasien memiliki map yang berisi formulir instruksi obat, kardeks, lembar resep dan formulir pemberian obat insidentil. Formulir pemberian obat insidentil adalah formulir untuk mencatat obat atau alat kesehatan yang diambil dari lemari emergency yang digunakan oleh pasien. Dalam formulir ini tercantum nama, alamat, umur pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis, diagnosa, nama dan jumlah obat yang digunakan per hari dan tanda tangan petugas administrasi farmasi. Pengadaan barang di depo rawat inap berasal dari gudang farmasi, permintaan barang dilakukan setiap hari dengan menggunakan formulir permintaan barang. Setiap

harinya

depo

rawat

inap

akan

membuat

perincian kebutuhan yang diinput ke komputer secara online dengan sistem di gudang farmasi dan selanjutnya permintaan perbekalan farmasi akan disiapkan oleh petugas gudang farmasi. Setelah perbekalan farmasi yang diminta disiapkan, petugas gudang farmasi akan mengkonfirmasi petugas depo farmasi melalui telepon untuk pengambilan barang dan selanjutnya dilakukan serah terima barang antara petugas gudang farmasi dan petugas depo farmasi. Pada saat penerimaan barang, petugas depo farmasi harus mengecek barang yang diminta untuk memastikan kesesuaian jenis atau bentuk sediaan, jumlah, tanggal expired date, kondisi fisik barang dan kekuatan sediaan. Setelah dilakukan verifikasi, secara otomatis maka stok barang yang diminta oleh depo farmasi rawat inap telah menjadi stok di depo rawat inap di dalam sistem. Dengan adanya sistem ini, maka memungkinkan stok obat di depo farmasi dan di sistem sama besarnya (real stock). Namun, hal ini terkadang masih belum berjalan dengan baik, stok di depo farmasi terkadang berbeda dengan stok yang ada di sistem. Salah satu faktor yang mempengaruhi

adalah

kurangnya

SDM

untuk

memantau stok yang ada. Terkadang obat-obat yang sudah digunakan lupa untuk diinput ke sistem. Penyimpanan perbekalan farmasi yang tersedia di depo farmasi ini cukup lengkap dan disusun dengan teratur. Obat dipisahkan antara generik dan non generik, bentuk sediaan dan disusun berdasarkan alfabetis agar memudahkan pengambilan sehingga mempercepat pelayanan. Obat-obat yang memerlukan penyimpanan suhu dingin ditempatkan pada pharmaceutical refrigerator. ObatUniversitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

74

obat mahal dan mudah pecah disimpan di dalam lemari kaca dan terkunci. Hal ini bertujuan agar mencegah hilang atau pecahnya obat. Sediaan nutrisi juga disimpan rapi dan terlindung dari cahaya dengan tujuan untuk menjaga kestabilan sediaan tersebut. Depo Farmasi

Teratai

memiliki

beberapa unit

lemari

emergency

yang berisi obat dan alat kesehatan life saving. Lemari-lemari ini disediakan di ruang HCU (High Care Unit) lantai 4 Utara, 5 Selatan dan 6 Selatan. Obat dan alkes yang terdapat dalam lemari emergency dapat langsung digunakan tanpa harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Setiap petugas mengambil obat dan alkes dari lemari emergency harus mencatat di lembar insidentil per pasien guna dimasukkan ke dalam tagihan pasien. Isi dari lemari emergency memiliki standar baku. Jumlah obat yang disediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam satu malam. Setiap harinya petugas depo farmasi memiliki tugas untuk mengecek persediaan obat dan alkes dalam lemari emergency, mencatat pasien yang menggunakan dan mengisi kembali jika terdapat kekurangan sesuai dengan standar baku. Selain lemari emergency, depo farmasi juga menyiapkan kit emergency yang disimpan di ruang perawat, dimana yang bertanggung jawab terhadap kit emergency tersebut adalah kepala ruangan (perawat) pada masing-masing ruangan. Kit emergency dilengkapi gembok sekali pakai dengan nomor seri yang ditulis oleh petugas depo farmasi. Depo farmasi rawat inap juga menyediakan paket-paket kebidanan yang digunakan di lantai satu gedung teratai (emergency kebidanan). Paket-paket ini disediakan agar mempercepat pelayanan obat dan alkes sampai kepada pasien tanpa harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Paket-paket ini berisi obat dan alkes yang dibutuhkan untuk pasien yang membutuhkan

tindakan

penanganan yang cepat karena berhubungan dengan nyawa. Terdapat delapan jenis paket yang tersedia antara lain Paket Kehamilan Ektopik Terganggu (KET), Paket Ketuban Pecah Dini (KPD), Paket Hamil Kontraksi, Paket Partus Sectio, Paket Abortus Curetage, Paket Haemorogic Post Partum (HPP), Paket PreEklampsia Berat (PEB) dan Paket Partus Normal.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

75

Sistem distribusi yang digunakan cukup beragam diantaranya resep individual, floor stock dan dosis unit. Sistem distribusi resep individual adalah sistem order atau resep yang ditulis dokter untuk tiap pasien melalui perawat ke ruang pasien tersebut. Dalam sistem ini, resep orisinil oleh perawat dikirim ke depo farmasi, kemudian resep diproses sesuai kaidah dispensing yang baik dan obat disiapkan untuk didistribusikan kepada pasien. Sistem ini diterapkan di lantai tiga untuk pasien anak-anak yang masih mendapatkan puyer dan lantai 2 kebidanan. Selanjutnya, sistem distribusi floor stock merupakan suatu sistem dengan cara kelompok obat tertentu disimpan di ruang perawatan untuk digunakan oleh seluruh pasien, biaya penggunaan obat-obat ini dihitung sebagai biaya perawatan. Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah obat penggunaan umum yang terdiri atas obat yang tertera dalam daftar yang telah ditetapkan oleh TFT dan IFRS yang tersedia di ruang perawat, seperti kapas, alkohol, masker. Apoteker bertanggung jawab dan bekerja sama dengan

bidang

keperawatan

untuk menyediakan obat dan meningkatkan

pelayanan. Sistem distribusi terakhir adalah sistem distribusi dosis unit, yaitu sistem distribusi obat yang diresepkan oleh dokter untuk penderita selama 24 jam atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu. Untuk penyediaan dosis unit, satu petugas depo farmasi bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien yang dirawat pada bagian utara dan selatan Teratai di tiap lantai yang menerapkan sistem ini. Proses penyiapan dosis unit oleh petugas dimulai dari pagi hari, dimulai dari pemilahan obat, penyiapan obat ke dalam kemasan dosis unit, pengecekan kembali hingga peletakkan di dalam trolley dosis unit sesuai dengan nama pasien. Selanjutnya, sore hari pukul 15.00 petugas depo farmasi yang bertanggung jawab mengantarkan obat dengan menggunakan trolley dosis unit ke ruangan perawat untuk selanjutnya dilakukan serah terima dan dilakukan pengecekan kembali. Hal ini sangat efektif untuk memastikan bahwa obat yang diterima oleh pasien adalah obat yang sesuai dengan yang diresepkan dan tidak ada duplikasi obat. Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama halnya dengan depo-depo farmasi lainnya, diantaranya adalah laporan analisa penjualan dan Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

76

laporan tagihan pasien, laporan pemakaian obat-obat narkotika dan psikotropika, laporan penulisan resep obat generik dan non generik, laporan medication error dan stok opname setiap 3 bulan. 7) Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI) Pasien-pasien yang masuk Instalasi Gawat Darurat dipilih atau dipisahkan sesuai kondisi dan tingkat keparahan pasien. Pasien yang butuh penanganan segera atau dalam kondisi parah akan masuk ruangan resusitasi untuk mendapatkan tindakan medis sesuai yang dibutuhkan pasien. Pasien yang membutuhkan tindakan bedah akan di bawa ke ruang P2 atau ruang kuning. Pasien yang masuk ruang triase tidak mendapat tindakan apapun dan hanya diperiksa tanda-tanda vital dari pasien tersebut. Pasien yang masuk ruang Intermediate Ward (IW) merupakan pasien rawat inap yang mengantri kamar di gedung rawat inap. Pendistribusian obat untuk pasien-pasien rawat inap dilakukan dengan sistem unit dose, sedangkan pasien rawat jalan pendistribusiannya dilakukan dengan sistem individual prescription. Di instalasi gawat darurat terdapat lemari emergency yang selalu diperiksa setiap pergantian shift sebanyak tiga kali sehari, sedangkan di ruang rawat inap seperti ruang ICU, NICU, PICU lemari emergency hanya diperiksa satu kali sehari. Lemari emergency diperiksa jumlahnya dan siapa yang menggunakan obat tersebut pada lembar insidentil. Jika terjadi ketidaksesuaian antara jumlah obat yang tersisa di lemari emergency dengan yang terdapat pada lembar insidentil maka petugas depo farmasi akan mencatatnya dan mengkonfirmasikan hal tersebut kepada perawat. Alur permintaan obat dan alat kesehatan di depo IGD dimulai dengan pasien masuk IGD, kemudian pasien ditempatkan di ruang sesuai kondisi pasien. Pasien yang masuk ruang P2 akan mendapat paket yang berisi obat maupun alat kesehatan ke depo farmasi IGD. Pasien yang masuk ruang resusitasi akan mendapatkan paket yang telah ada di ruang resusitasi tersebut melalui perawat. Perawat akan mencatat nama pasien yang menggunakan paket tersebut. Barang dalam paket yang tidak digunakan oleh pasien akan dikembalikan ke depo farmasi IGD dan dibuat rincian penagihan untuk obat dan alat yang telah dipakai oleh pasien. 8) Depo Instalasi Bedah Sentral Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

77

Lemari emergensi hanya terdapat di OK Cito karena operasi bersifat segera dan depo farmasi berada di lantai 2. Permintaan obat dan alat kesehatan antara penata anestesi dan penata bedah dibedakan untuk mempermudah pendistribusian keperluan setiap penata. Pada saat perincian biaya, permintaan obat dan alat kesehatan penata anestesi dan bedah akan digabungkan. Obat di Depo Instalasi Bedah Sentral disimpan pada lemari yang terpisah dari alat kesehatan, namun obat tidak disusun sesuai abjad. Menurut ketentuan yang berlaku, obat seharusnya disusun sesuai abjad untuk mempermudah pengambilan saat diperlukan. Obat tidak disusun sesuai abjad karena fasilitas lemari penyimpanan yang sempit. Obat yang memerlukan suhu dingin disimpan di pharmaceutical refrigerator yang dilengkapi dengan monitor suhu. 9) PIO RSUP Fatmawati telah melakukan pelayanan informasi obat yang dilakukan oleh apoteker selama 24 jam atau on call dengan nomor 1382. Berbagai bentuk kegiatan pelayanan informasi obat seperti yang ada pada Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi telah dilakukan di

RSUP

Fatmawati.

Pertanyaan - pertanyaan

yang diajukan meliputi

pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi, stabilitas, harga, efek samping, dosis, interaksi, kompatibilitas, ketersediaan, kontraindikasi, farmakokinetik, farmakodinamik, toksisitas, cara pemakaian, cara penyimpanan, indikasi, dan keracunan dari suatu obat, serta pertanyaan lain-lain. Pertanyaan terbanyak adalah mengenai dosis obat. Untuk dapat menjawab setiap pertanyaan dengan tepat, maka dilakukan usaha penggalian informasi penanya mengenai identitas pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat pengobatan pasien, dan riwayat alergi atau efek samping obat yang pernah dialami pasien. Literatur yang digunakan di pelayanan informasi obat RSUP Fatmawati adalah literatur tersier, paling banyak menggunakan DIH (Drug Information Handbook). Pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati juga dilakukan dokumentasi yang bertujuan untuk: a) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan dengan lengkap. Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

78

b) Sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa. c) Sebagai catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya. d) Sebagai media pelatihan tenaga farmasi. e) Sebagai basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan pelayanan. f) Sebagai bahan audit dalam melaksanakan quality assurance dari pelayanan informasi obat. Evaluasi yang dilakukan terkait dengan pelayanan informasi obat mencakup penilaian atau pengukuran keberhasilan pelayanan informasi obat dengan cara membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan pelayanan informasi obat serta pemberian masukan kepada pimpinan dalam membuat kebijakan di waktu mendatang. Selama tahun 2012 sempat terjadi penurunan tajam pada jumlah pertanyaan di pelayanan informasi obat. Sekalipun demikian, setiap pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh apoteker. Kecepatan menjawab pertanyaan juga telah diusahakan untuk segera dijawab (< 1 jam). Berdasarkan hasil perhitungan pada bulan September 2013, sebanyak 69,23 % pertanyaan dapat dijawab dalam waktu < 1 jam. Masalah yang masih dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi obat adalah keterbatasan jumlah literatur, literatur yang tidak terkini (tidak up to date), tidak ada jaringan internet untuk mengupdate informasi maupun literatur, apoteker yang tidak selalu di ruang pelayanan informasi obat, dan jumlah pertanyaan yang masih sedikit.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh setelah melakukan praktek kerja profesi Apoteker di RSUP Fatmawati adalah: a. Peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Fatmawati adalah melakukan kegiatan pengelolaan

perbekalan

farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan perbekalan farmasi m erupakan s u at u s i kl us , dimulai dari proses perencanaan, pengadaan, penyimpanan hingga pendistribusian dengan menggunakan sistem satu pintu. b. Peran dan fungsi Apoteker dalam kegiatan farmasi klinik di RSUP Fatmawati yang bersifat profesional antara lain melakukan visite pasien, monitoring atau review penggunaan obat, monitoring efek samping obat, pemberian dan edukasi bagi staf farmasi. c. Kegiatan PKPA di RSUP Fatmawati memberikan wadah bagi calon apoteker untuk dapat mengaplikasikan ilmu kefarmasian yang telah diperoleh sebelumnya. 5.2 Saran Kegiatan kefarmasian yang dilakukan di RSUP Fatmawati sudah berjalan baik, namun untuk mempertahankan kinerja serta meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian maka penulis menyarankan beberapa upaya berikut : a. Untuk meringankan dan memperjelas pembagian kegiatan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati, sebaiknya Wakil Kepala Instalasi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: Waka IFRS Pelayanan, Waka IFRS Perbekalan dan Waka IFRS Farmasi Klinik. b. Untuk mempermudah proses pelaporan pemakaian Narkotik dan Psikotropik, maka IFRS dapat melakukan secara online sebagaimana yang telah diterapkan pada fasilitas pelayanan lain.

79

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Universitas Indonesia

80

c. Pelaporan psikotropik hendaknya dilakukan setiap satu bulan sekali bersamaan dengan pelaporan narkotik, hal ini dilakukan untuk menjamin data yang dilaporkan tersebut. d. Sebaiknya penyimpanan produk hasil produksi disimpan di gudang Farmasi, untuk mempermudah akses distribusi dan memaksimalkan ruang produksi hanya untuk kegiatan produksi saja. e. Untuk rekonstisusi obat yang memerlukan kondisi steril, setelah pengamatan kami menyarankan agar perlu dilakukan monitoring lingkungan pada saat dilakukan rekonstitusi. f.

Untuk menunjang kegiatan farmasi klinik, maka perlu diaktifkan kembali kegiatan konseling (tanpa harus diminta oleh pasien, apoteker harus berperan aktif dalam menentukan pasien yang membutuhkan konseling).

g. Untuk depo rawat jalan, beri Label LASA pada obat-obat LASA yang belum dilengkapi penanda untuk meminimalisir kesalahan dalam pengambilan obat, simpan obat keras di depo bagian dalam atau bagian yang tidak terjangkau dengan konsumen, dan sediakan lemari psikotropik terpisah. h. Untuk depo IBS, sebaiknya ditempatkan seorang apoteker sebagai penyelia depo IBS. i. Hasil dari tugas yang di berikan kepada para peserta PKPA di RSUP Fatmawati sangat baik dijadikan acuan atau evaluasi dari kegiatan pelayanan kefarmasian

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

DAFTAR ACUAN

Daris, Azwar. (2012). Pengantar Hukum dan Etika Farmasi. Tangerang : Duwo Okta. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2006) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. (2009). Pedoman Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas, Balai Kesehatan Masyarakat, dan Rumah Sakit Daerah. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta : Sekretariat Negara RI. PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia. (2004). Pedoman Bagi Peserta Askes Sosial. Jakarta : PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia. RSUP

Fatmawati. (2012a). Keputusan Direktur Utama No. HK. 03.05/II.1/1686/2012 (025/FAR) tentang Standar Prosedur Operasional Hak Akses Sistem Informasi Farmasi. Jakarta : RSUP Fatmawati.

RSUP

Fatmawati. (2012b). Keputusan Direktur Utama No. HK. 03.05/II.1/779/2012 tentang Penyimpanan Narkotika Dan Psikotropika. Jakarta: RSUP Fatmawati.

RSUP

Fatmawati. (2012c). Keputusan Direktur Utama No. HK. 03.05/II.1/1612/2012 (025/FAR) tentang Standar Prosedur Operasional Tata Cara Persuratan, Pelaporan, Pengarsipan di Instalasi Farmasi. Jakarta : RSUP Fatmawati. 81

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Universitas Indonesia

83

RSUP

Fatmawati. (2013) Diunduh dari http://www.fatmawatihospital.com/konten/details/profil#sejarahsingkat. Pada : 28 Oktober 2013 Pukul 22.00 WIB.

Siregar, Charles J.P. (2003). Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Terapan. Jakarta : EGC

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

LAMPIRAN

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

84

Universitas Indonesia Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

85

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

86

Lampiran 3. Alur Pengkajian Resep

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

87

Lampiran 4. Alur Pemantauan Efek Samping Obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

88

Lampiran 5. Alur Kegiatan Pemantauan Interaksi Obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

89

Lampiran 6. Alur Penyimpanan Resep dan Arsip (surat masuk, surat keluar, SK, Laporan-laporan dan arsip Kepegawaian)

Resep

Arsip

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

90

Lampiran 7. Alur Pemusnahan Resep dan Arsip

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Lampiran 8. Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi

91

Universitas Indonesia Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

92 8 Lampiran 9. Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi oleh Tim Penerima

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

93 Lampiran 10. Alur Masuk ke Ruang Produksi Aseptik

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

94

Lampiran 11. Alur Pelayanan Obat Sitostatika Rawat Jalan dan Rawat Inap

Rawat Jalan

Rawat Inap

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Lampiran 12. Prosedur Penyiapan Obat Rawat Jalan Secara Individual Prescription

95

Universitas Indonesia Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

96

Lampiran 13. Alur Pelayanan Resep di Depo Askes

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

97

Lampiran 14. Alur Distribusi Obat Secara Dosis Unit di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

98

Lampiran 15. Alur Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan di Depo Instalasi Bedah Sentral OK Cito

OK Elektif

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

99

Lampiran 16. Alur Program Pelayanan Informasi Obat

User (pasien/lainnya) Menyampaikan pertanyaan secara lisan/tertulis

Apoteker 1. Menerima pertanyaan 2. Penilaian penanya dan pertanyaan sesungguhnya

Tidak

1. 2. 3. 4.

Ya

Apoteker Pencatatan pertanyaan pada formulir pelayanan informasi obat. Penelusuran jawaban atas pertanyaan dalam literatur. Penyusunan jawaban dalam formulir pelayanan informasi obat. Penyampaian jawaban kepada user.

User 1. Menerima jawaban pertanyaan 2. Memberi respon atas informasi yang telah diberikan Tidak Ya Selesai

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI, JALAN FATMAWATI, CILANDAK, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013

PEDOMAN PEMBERIAN OBAT PARENTERAL

SANTI YANUARTI UTAMI, S.Farm. 1206330072

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..

i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..

ii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….

iii

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………..

1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………

1

1.2 Tujuan……………………………………………………………

2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………..………………………

3

2.1 Definisi Sediaan Parenteral……………………………………….

3

2.2 Persyaratan Sediaan Parenteral……………………………………

3

2.3 Penggolongan Sediaan Parenteral…….…………...……………...

5

2.4 Rute Pemberian Sediaan Parenteral……………………………….

5

2.5 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Sediaan Parenteral............

7

2.6 Pedoman Pemberian Obat Parenteral..............................................

8

2.6.1 Dosis…………..……………………………………………

8

2.6.2 Pelarut…….………………………………………………...

9

2.6.3 Stabilitas…….……………………………………………...

9

2.6.4 Ketidakcampuran (Incompatibility)...……………………...

12

BAB 3 METODE PENGUMPULAN DATA…………………………….

13

3.1

Waktu dan Tempat Pengumpulan Data………………………….

13

3.2

Metode Pengumpulan Data…………………………………….

13

BAB 4 HASIL…………………………………………………..………………

14

DAFTAR ACUAN………………………………………………………………

19

ii

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Salah satu kegiatan apoteker rumah sakit adalah menyediakan dan/ atau

membuat sediaan obat sesuai dengan standar teknis pembuatan yang sudah dikenal, termasuk di dalamnya teknik pencampuran sediaan-sediaan parenteral, serta menempatkannya dalam wadah yang tepat. Apoteker rumah sakit bertanggung jawab terhadap seluruh proses pembuatan sampai penyerahan sediaan obat, termasuk sediaan obat parenteral pada pasien atau tenaga kesehatan lain (Linden, Ellyana. et al., 2009). Sediaan parenteral merupakan sediaan steril yang biasa diberikan dengan berbagai rute. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik diantara bentuk sediaan obat yang lain karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke bagian dalam tubuh. Rute pemberian parenteral yang paling umum adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006). Pada umumnya, pemberian obat secara parenteral dilakukan Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila penderita tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan cara lain (Ansel, H.C., 1989) Hal penting yang perlu diperhatikan seorang apoteker dalam pencampuran dan pemberian sediaan parenteral pada pasien adalah masalah stabilitas bahan obat. Ketidakstabilan suatu bahan obat dalam sediaan parenteral dapat berakibat obat menjadi tidak aktif secara farmakologi dan/atau menjadi berbahaya bagai pasien. Oleh karena itu, seorang apoteker rumah sakit perlu mempunyai pengetahuan mengenai stabilitas bahan obat (Linden, Ellyana. et al., 2009). Selain

itu,

apoteker

perlu

mempunyai

pengetahuan

tentang

ketercampuran/ketidakcampuran suatu sediaan parenteral, baik dalam larutan infus, pemberian melalui syringe, Y-site, maupun aditif (Linden, Ellyana. et al., 2009). Ketidakcampuran suatu sediaan parenteral adalah reaksi yang tidak 1 Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

2

diinginkan terjadi ketika dua obat atau lebih diberikan melalui IV atau larutan parenteral. Hal inilah yang mengarah seorang apoteker harus mampu menangani masalah fisik, kimia, dan kecocokan/ketidakcocokan terapi untuk merancang alternatif suatu sediaan parenteral yang cocok ketika masalah tersebut muncul (Deb, Ratul., 2012). Penulisan laporan ini terdapat dosis setiap sediaan parenteral serta pelarut yang kompatibel untuk melarutkan atau mengencerkan suatu sediaan parenteral. Laporan ini diharapkan dapat diterapkan sebagai acuan dalam pencampuran dan pemberian obat secara parenteral.

1.2

Tujuan 1. Memahami pedoman pemberian obat secara parenteral. 2. Memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam pencampuran dan pemberian sediaan parenteral.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Sediaan Parenteral Istilah parenteral berasal dari kata Yunani “Para” dan “Enteran, yang

berarti disamping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara menyuntikkan obat dibawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa. Karena rute ini di sekitar daerah pertahanan yang sangat tinggi dari tubuh yaitu kulit dan selaput/membran mukosa, maka kemurnian yang sangat tinggi dari sediaan harus diperhatikan. Sediaan ini diberikan melalui beberapa rute pemberian yaitu intramuskular, intravena, intrakutan, subkutan, intraspinal, dan intra dermal (Ganiswara, 2005). Sediaan parenteral dapat didefinisikan sebagai produk obat steril yang tersedia dalam bentuk larutan, suspensi, emulsi, atau bubuk yang dapat dilarutkan oleh pelarut kompatibel yang diberikan melalui suntikan (Ahuja, Satinder dan Stephen Scypinsky., 2001)

2.2

Persyaratan Sediaan Parenteral Kerja optimal dari larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya

akan diperoleh jika memenuhi persyaratan (Voight, A., 1995), yaitu : 1. Aman Injeksi tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau menimbulkan efek toksik. 2. Harus jernih Injeksi berupa larutan harus jernih dan bebas dari partikel asing, serat dan benang. Pada umumnya, kejernihan dapat diperoleh dengan penyaringan. Alat-alat penyaringan harus bersih dan dicuci dengan baik sehingga tidak terdapat partikel dalam larutan. Penting untuk menyadari bahwa larutan yang

3

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Universitas Indonesia

4

jernih diperoleh dari wadah dan tutup wadah yang bersih, steril dan tidak melepaskan partikel. 3. Sedapat mungkin isohidris Isohidris artinya pH larutan injeksi sama dengan pH darah dan cairan tubuh lain yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak terasa sakit dan penyerapan obat dapat maksimal. 4. Sedapat mungkin isotonis Isotonis artinya mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan tekanan osmosa darah dan cairan tubuh yang lain, yaitu sebanding dengan tekanan osmosa larutan natrium klorida 0,9%. Penyuntikan larutan yang tidak isotonis ke dalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Bila larutan yang disuntikkan hipotonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih kecil) terhadap cairan tubuh, maka air akan diserap masuk ke dalam sel-sel tubuh yang akhirnya mengembang dan dapat pecah. Pada penyuntikan larutan yang hipertonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih besar) terhadap cairancairan tubuh, air dalam sel akan ditarik keluar, yang mengakibatkan mengerutnya sel. Meskipun demikian, tubuh masih dapat mengimbangi penyimpangan-penyimpangan dari isotonis ini hingga 10%. Umumnya larutan yang hipertonis dapat ditahan tubuh dengan lebih baik daripada larutan yang hipotonis. Zat-zat pembantu yang banyak digunakan untuk membuat larutan isotonis adalah natrium klorida dan glukosa. 5. Tidak berwarna Pada sediaan obat suntik tidak diperbolehkan adanya penambahan zat warna dengan maksud untuk memberikan warna pada sediaan tersebut, kecuali bila obatnya memang berwarna. 6. Steril Suatu bahan dikatakan steril jika terbebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora). 7. Bebas pirogen Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

5

Hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian injeksi dengan volume besar, yaitu lebih dari 10 ml untuk satu kali dosis pemberian. Injeksi yang mengandung pirogen dapat menimbulkan demam.

2.3

Penggolongan Sediaan Parenteral Menurut USP, obat suntik dibagi dalam lima jenis yang secara umum

didefinisikan sebagai berikut (Ansel, H.C., 1989): 1. Obat larutan atau emulsi yang sesuai untuk obat suntik, memakai judul “_______ injection.” (Contoh: Insulin Injection) 2. Bubuk kering atau larutan pekat, tidak mengandung dapar, pengencer atau zat tambahan lain dan bila ditambah pelarut lain yang sesuai memberikan larutan yang memenuhi semua aspek persyaratan untuk obat suntik, dan ini dibedakan dengan judul: “Sterile ________” (Contoh: Sterile Ampicillin Sodium) 3. Sediaan-sediaan seperti dijelaskan di nomor 2 kecuali bahwa mereka mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau zat penambah lain, dan dibedakan dengan judul: “________ for injection” (Contoh: Methicillin Sodium for Injection) 4. Padatan yang disuspensikan di dalam media cair yang sesuai dan tidak untuk disuntikkan intravena atau ke dalam ruang spinal, dibedakan dengan judul: “Sterile _________ Suspension” (Contoh: Sterile Cortisol Suspension) 5. Padatan kering, yang bila ditambahkan pembawa yang sesuai menghasilkan sediaan yang memenuhi semua aspek persyaratan untuk Sterile Suspension dan yang dibedakan dengan judul “Sterile ________ for Suspension” (contoh: Sterile Ampicillin for Suspension).

2.4

Rute Pemberian Sediaan Parenteral Berdasarkan cara pemberiannya, sediaan parenteral dapat digolongkan

dalam beberapa jenis(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979), yaitu : 1. Injeksi intraderma atau intrakutan

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

6

Injeksi intrakutan dimasukkan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah startum korneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume yang disuntikkan sedikit (0,1 - 0,2 ml). Digunakan untuk tujuan diagnosa. 2. Injeksi subkutan atau hipoderma Injeksi subkutan dimasukkan ke dalam jaringan lembut dibawah permukaan kulit. Jumlah larutan yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Larutan harus sedapat mungkin isotonis dan isohidris, dimaksudkan untukmengurangi iritasi jaringan dan mencegah terjadinya nekrosis (mengendornya kulit). 3. Injeksi intramuskular Injeksi intramuskular dimasukkan langsung ke otot, biasanya pada lengan atau daerah gluteal. Sediaannya biasa berupa larutan atau suspensi dalam air atau minyak, volume tidak lebih dari 4 ml. Penyuntikan volume besar dilakukan dengan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit. 4. Injeksi intravena Injeksi intravena langsung disuntikkan ke dalam pembuluh darah, berupa larutan isotoni atau agak hipertoni, volume 1-10 ml. Larutan injeksi intravena harus bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian. Injeksi intravena yang diberikan dalam volume besar, umumnya lebih dari 10 ml, disebut infus. Jika volume dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen. 5. Injeksi intraarterium Injeksi intraarterium dimasukkan langsung ke dalam pembuluh darah perifer, digunakan jika efek obat diperlukan segera. Umumnya berupa larutan, dapat mengandung cairan non iritan yang dapat bercampur dengan air, volume 1-10 ml. Tidak boleh mengandung bakterisida. 6. Injeksi intrakardial Injeksi intrakardial dimasukkan langsung ke dalam otot jantung atau ventrikulus, hanya digunakan untuk keadaan gawat. Tidak boleh mengandung bakterisida. Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

7

7. Injeksi intratekal atau subaraknoid Injeksi intratekal digunakan untuk menginduksi spinal atau lumbal anestesi dengan menyuntikkan larutan ke ruang subaraknoid, biasanya volume yang diberikan 1-2 ml. Injeksi intratekal yang digunakan tidak boleh mengandung bakterisida untuk wadah dosis tunggal. 8. Injeksi intraperitonial Injeksi intraperitonial disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapannya cepat, bahaya infeksi besar sehingga jarang dipakai. 9. Injeksi intraartikulus Injeksi intraartikulus digunakan untuk memasukkan material seperti obat anti inflamasi langsung ke luka atau jaringan yang teriritasi. Injeksi berupa larutan atau suspensi dalam air. 10. Injeksi subkonjungtiva Larutan atau suspensi dalam air untuk injeksi selaput lendir bawah mata, umumnya tidak lebih dari 1 ml. 11. Injeksi intrasisternal dan peridual Injeksi ini disuntikkan ke intrakarnial sisternal dan lapisan dura dari spinalcord. Keduanya merupakan prosedur yang sulit dengan peralatan yang rumit.

2.5

Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Sediaan Parenteral Pemberian melalui injeksi mempunyai beberapa keuntungan maupun

kerugian dibandingkan dengan melalui cara lain. Keuntungan pemberian secara parenteral (Groves, M., 1988 ; Turco dan King, 1979), yakni: (1)

Obat-obat yang rusak atau diinaktifkan oleh sistem saluran cerna atau tidak diabsorpsi dengan baik untuk memberikan respon memuaskan, dapat diberikan secara parenteral,

(2)

Sering digunakan apabila dibutuhkan absorpsi yang segera, seperti pada keadaan darurat,

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

8

(3)

Kadar obat dalam darah yang dihasilkan jauh lebih bisa diramalkan (kadar obat lebih besar dari pemberian oral),

(4)

Memungkinkan pemberian dosis yang lebih kecil,

(5)

Pemberian secara parenteral berguna dalam pengobatan pada pasien yang tidak mau bekerjasama, kehilangan kesadaran atau sebaliknya tidak dapat menerima obat secara oral. Adapun kerugian pemberian secara parenteral (Groves, M., 1988 ; Turco

dan King, 1979), yakni: (1)

Apabila obat sudah disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi. Ini berarti, pemusnahan untuk obat yang mempunyai efek tidak baik atau toksik maupun kelebihan dosis karena ketidakhati-hatian akan sukar dilakukan,

(2)

Tuntutan sterilitas untuk sediaan parenteral sangat ketat,

(3)

Harga sediaannya relatif mahal,

(4)

Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan pengobatan,

(5)

Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan serta sulit untuk memulihkan keadaan bila terjadi kesalahan.

2.6

Pedoman Pemberian Obat Parenteral

2.6.1

Dosis (Syamsuni, 2005) Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat

dipergunakan atau diberikan kepada seseoarng penderita, baik untuk obat dalam maupun obat luar. Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan dosis adalah dosis maksimum dewasa untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan, dan rektal. Selain itu, dikenal juga istilah dosis lazim. Dalam Farmakope Indonesia Edisi III tercantum dosis lazim untuk dewasa dan bayi atau anak yang merupakan takaran petunjuk yang tidak mengikat. Dosis obat yang harus diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan tergantung banyak faktor antara lain umur, bobot badan, luas Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

9

permukaan tubuh, jenis kelamin, kondisi penyakit, dan kondisi daya tangkis penderita. 2.6.1.1 Macam-macam dosis (Syamsuni, 2005) Selain dosis lazim, juga dikenal macam-macam istilah dosis yang lain, yaitu : 1. Dosis terapi, takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan penderita. 2. Dosis minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita. 3. Dosis maksimum, takaran obat terbesar yang diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan keracunan pada penderita. 4. Dosis toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan keracunan pada penderita. 5. Dosis letalis, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan kematian pada penderita. Dosis letalis terdiri atas a. LD 50 : takaran yang dapat menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan. b. LD 100 : takaran yang dapat menyebabkan kematian pada 100% hewan percobaan.

2.6.2

Pelarut Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat

lain. Umumnya, pelarut merupakan jumlah terbesar dari sistem larutan (Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi, 2007). Pelarut dikenal juga sebagai zat pendispersi yaitu tempat menyebarkannya partikel-partikel zat terlarut (Sumardjo, Damin., 2006)

2.6.3

Stabilitas (Linden, Ellyana., et al, 2009) Suatu sediaan memerlukan kondisi penyimpanan (suhu dan tempat) yang

tepat agar terjaga stabilitasnya Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

10

2.6.3.1 Suhu Penyimpanan Beberapa suhu penyimpanan dalam hubungan stabilitas suatu sediaan parenteral : 1. Suhu kamar adalah suhu yang berkisar antara 20-25°C dan setelah diperhitungkan toleransi penyimpangan menjadi kisaran 15-30°C. 2. Cool temperature yang diterjemahkan menjadi suhu sejuk adalah suhu penyimpanan antara 8-15°C. 3. Cold temperature yang diterjemahkan menjadi suhu dingin adalah suhu penyimpanan ≥8°C (tidak lebih dingin). 4. Penyimpanan dalam lemari pendingin adalah penyimpanan pada suhu 2-8°C. 5. Penyimpanan dalam freezer (suhu beku) adalah penyimpanan pada suhu antara -25°C dan -10°C. Sebagian besar sediaan memiliki perbedaan kondisi penyimpanan antara sebelum dan sesudah rekonstitusi. Perlu diperhatikan rentang waktu stabil sediaan yang telah direkonstitusi karena seringkali suatu sediaan telah mengalami perubahan potensi tanpa didahului perubahan stabilitas fisik (misalnya : terbentuk endapan dan/ atau kabut).

2.6.3.2 Parameter Penilaian Stabilitas Parameter yang biasanya digunakan untuk menilai stabilitas adalah t90 (shelf life). Shelf life merupakan waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi 90% dari konsentrasi awal. Suatu sediaan obat dikatakan stabil apabila konsentrasi yang tersisa minimum 90% dari konsentrasi awal atau dekomposisi bahan obatnya tidak lebih dari 10%. Selain shelf life, suatu obat dikatakan stabil bila hasil degradasinya tidak melebihi spesifikasi yang sudah ditetapkan. Contoh : hasil degradasi cefepime, Nmethyl pirrolydine, merupakan senyawa yang toksik dan berdasarkan United Stated Pharmacopoeia (USP), konsentrasi yang diperbolehkan tidak boleh melebihi 1%. Dengan demikian, bila konsentrasi N-methyl pirrolydine dalam larutan cefepime telah mencapai 1%, meskipun konsentrasi cefepime belum Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

11

mencapai 90% dari konsentrasi awal, larutan cefepime tersebut dianggap tidak stabil. Dua parameter diatas merupakan parameter yang umum digunakan. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa masing-masing rumah sakit mempunyai parameter sendiri berdasarkan konsensus bersama yang disusun, dengan memperhatikan sifat fisika kimia tiap obat dan kondisi lingkungan.

2.6.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Bahan Obat Stabilitas bahan obat dipengaruhi oleh antara lain : 1. pH pH berperan penting dalam reaksi hidrolisis, terutama dalam kaitannya dengan acid-base catalysis. Sedapat mungkin suatu larutan obat dibuat dalam pH stabilitas maksimumnya, sehingga stabilitas obat dalam larutan lebih terjamin. 2. Suhu Suhu berpengaruh terhadap shelf life. Umumnya dalam fase cair, semakin tinggi sushu, semakin tinggi dekomposisinya. Contoh : shelf life larutan meropenem 22 mg/ml dalam NS pada 4°C adalah 4,87 hari; sedangkan pada 23°C hanya 17,4 jam. Pengaruh suhu terhadap dekomposisi obat terutama dipengaruhi energi aktivasi dan berkaitan dengan persamaan Arrhenius. 3. Pelarut Beberapa pelarut (seperti dapar ataupun pelarut yang mengandung karbohidrat) dapat menyebabkan efek katalisis. Contoh : ampicillin ternyata mempunyai shelf life lebih rendah bila dilarutkan dalam %% glukosa dibandingkan dengan dalam NS ataupun air. Hal ini disebabkan adanya reaksi spesifik antara ampicillin dan larutan karbohidrat. Golongan beta-laktam yang lain (seperti amoxicillin) dan golongan karbapenem (imipenem, meropenem, dan ertapenem) juga memberikan hasil serupa. 4. Konsentrasi Konsentrasi obat terlarut mempunyai peranan dalam mekanisme polimerisasi. Umumnya, untuk golongan beta-laktam, semakin tinggi konsentrasi, semakin Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

12

tinggi pula dekomposisi yang terjadi. Contoh : pada suhu 4°C dan 23°C, larutan meropenem 1 mg/ml dalam NS mempunyai kecepatan dekomposisi lebih rendah dibandingkan larutan meropenem 22 mg/ml (t90 1 mg/ml vs 22 mg/ml pada 4°C ±10 hari vs ±4 hari, sedangkan pada 23°C ±22 jam vs ±17 jam). 5. Faktor-faktor lainnya : kekuatan ion, konstanta dielektrik, oksigen, cahaya, dan lain-lain.

2.6.4

Ketidakcampuran (Incompatibility) (Linden, Ellyana., et al, 2009) Berisi informasi tentang ketidakcampuran suatu sediaan obat, baik dalam

larutan infus, pemberian melalui syringe, Y-site maupun aditif. Informasi tentang ketidakcampuran suatu sediaan tidak selalu diketahui karena terbatasnya penelitian yang dilakukan. Bahkan ketidakcampuran harus dilakukan sesuai dengan kondisi praktis saat pencampuran dua atau lebih sediaan obat dilakukan. Oleh karena itu, sangat direkomendasikan bila memungkinkan sediaan intravena diberikan secara terpisah dengan sediaan intravena yang lain. Suatu campuran bahan obat akan dikategorikan sebagai ketidakcampuran hanya apabila sudah jelas dinyatakan dalam brosur obat maupun bukti penelitian yang terdapat dalam pustaka. Apabila terdapat perbedaan pendapat mengenai beberapa hasil penelitian tentang ketidakcampuran, baik disebabkan perbedaan kondisi perlakuan maupun larutan infus yang digunakan, maka tidak akan dimasukkan dalam data ketidakcampuran dalam laporan ini. Apabila tidak ditemukan informasi mengenai ketidakcampuran monografi obat tertentu dalam laporan ini, bukan berarti tidak terdapat data mengenai hal tersebut, namun perlu melakukan konsultasi dengan apoteker atau pusat informasi obat lebih lanjut.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

BAB 3 METODE PENGUMPULAN DATA

3.1

Waktu dan Tempat Pengumpulan Data Pengkajian terhadap pedoman pemberian obat parentral dilakukan pada tanggal

27 September – 25 Oktober 2013 yang bertempat di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan.

3.2

Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penyusunan pedoman pemberian obat parenteral

yaitu melalui penelusuran/studi literatur dari media cetak maupun elektronik. Pembuatan laporan dimulai dengan melakukan studi literatur dari berbagai sumber dengan kriteria sebagai berikut : 1. Buku teks, 2. Review artikel, dan 3. E-book. Kemudian dilakukan penyusunan laporan berdasarkan sumber pustaka.

13

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL

No

Obat

1.

ABU 5 ml (Serum anti bisa ular : ABU I (khusus ular dari luar Papua), ABU II (Khusus ular dari Papua)

Dosis

Pelarut

 Simpan pada suhu antara 2°C dan 8°C.  Jangan dibekukan

Stabilitas setelah Penyiapan -

Inkompatibilitas -

14

Universitas Indonesia

 Jumlah dosis yang tepat  500 ml bergantung tingkat keparahan NaCl 0,9% penderita pada saat akan atau menerima serum dekstrosa  Dosis pertama sebanyak 2 vial 5% @5 mL yang bila ditambahkan kedalam larutan fisiologis menjadi larutan 2% dan diberikan sebagai cairan infus dengan kecepatan 40-80 tetes/ menit, diulang 6 jam kemudian  Apabila diperlukan (misalnya dalam keadaan gejala–gejala tidak berkurang atau bertambah ) Serum Antibisa Ular Polivalen dapat terus diberikan setiap 24 jam sampai maksimum 80 – 100 mL.  Serum Antibisa Ular Polivalen yang tidak diencerkan dapat

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

2.

Obat

Pelarut

 diberikan langsung sebgai suntikan intravena dengan sangat perlahan-lahan.  Dosis Serum Antibisa Ular Polivalen untuk anak-anak sama dengan dosis untuk orang dewasa. Lakukan Uji Kepekaan terlebih dahulu, jika peka lakukan desensitisasi.  Dosis awal 0.5-1 U / kgBB /  Amino hari dalam dosis terbagi. acids  Atau direkomendasikan juga 4.25%. dengan dosis 0.2-0.4 units/  Dekstrosa kgBB/ hari untuk mencegah 25%. terjadinya hipoglikemia.  NaCl 0.9%

Stabilitas Penyimpanan

 Insulin reguler harus disimpan dalam pendingin dan dilindungi dari pembekua n.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Simpan  Larutan Insulin pada suhu dapat hilang 2 dan 8 C; efektifitasnya bila jangan dicampur dengan dibekukan; zinc and isophane hindari insulin. pemanasan dan cahaya.  Setelah digunakan vial bisa disimpan hingga 31 hari jika di 15

Universitas Indonesia

Actravid HM 100 IU/10 ml, Actravid HM 100 IU/ 3 ml [insulin shortacting (kerja pendek) : Neutral sol of human monocompone nt (HM) insulin (recombinant DNA origin]

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

3.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas

simpan di refrigerator dengan suhu 2°C dan 8°C  Karena  Risiko perdarahan alteplase meningkat dengan tidak penggunaan derivatif mengandun kumarin, antiplatelet g agen agregasi, bakteriostat heparin atau agen ik, produk lainnya yang tersebut mempengaruhi harus hemostasis digunakan (sebelum, selama segera. atau dalam 24 jam  Apabila pertama setelah tidak pengobatan dengan digunakan Actilyse). dengan  Seiring pengobatan segera, dengan Angiotensin dapat Converting Enzim disimpan (ACE) inhibitor tidak lebih dapat meningkatkan 16

Universitas Indonesia

Actilyse 50 mg  ST-elevation myocardial  Untuk  Simpan (Alteplase) infarction (STEMI) : rekonstitu pada  Pasien >67 kg : total dosis : 100 si, temperatur mg selama 1,5 jam; infuse 15 digunaka ruangan mg selama 1-2 menit, infuse 50 n pelarut dan mg selama 30 menit. Infus 35 aqua pro terlindungi mg selama maksimal 1 jam. injection. dari  Pasien ≤67 kg : infuse 15 mg IV  Untuk cahaya bolus selama 1-2 menit, lalu pemberia langsung. infuse 0,75 mg/kg (tidak lebih n melalui dari 50 mg) selama maksimal 30 infus IV, menit diikuti 0,5 mg/kg selama dilarutkan 60 menit (tidak lebih 35 mg). dengan  Emboli paru-paru akut : 100 mg Dekstrose selama 2 jam. 5% dalam  Stroke iskemia akut : air atau  Rekomendasi total dosis 0,9 NaCl mg/kg (maksimum total dosis : 0.9%. 90 mg).

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

4.

5.

Obat

Dosis

Pelarut

 Pasien ≤ 100 kg : 0,9 mg/kg sebagai IV bolus selama 1 menit diikuti 0,81 mg/kg sebaga infs lanjutan selema 60 menit.  Pasien > 100 kg : 9 mg sebagai IV bolus selama 1 menit diikuti 81 mg sebagai infuse lanjutan selama 60 menit. Adona AC-17  1 ampul@5 ml - 2 ampul@10 Amp 50 mg/10 ml secara IV drip infusion. ml  Dosis dapat dinaikkan atau (Carbazochro diturunkan tergantung dari usia me Na pasien dan gejala penyakit. Sulfonat)  Serangan jantung: 0,5-1 g IV tiap 5 menit jika dibutuhkan;  Asma: 0,2-1 mL larutan IM diulang tiap 4 jam, 0,1-0,25 mg injeksi IV lambat

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

dari 24 jam reaksi anafilaktoid. pada suhu  Pemantauan 2-8°C. dianjurkan terutama untuk pasien yang menerima ACE inhibitor secara bersamaan.  Simpan pada suhu 8°-15°C dan terlindung dari cahaya.  NaCl  Lindungi 0,9%, dari  Dextrose cahaya, 5% dalam panas air ektrem, dan pembekua n.  Simpan -

-

 Lindungi dari cahaya dan udara.  Sediaan yang sudah mengalami perubahan warna tidak boleh

-

Larutan misalnya bikarbonat

alkali, Na

17

Universitas Indonesia

Adrenalin 0,1% (Adrenalin bitartrat)

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

6.

7.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

di tempat sejuk  Tidak ada  Simpan karena pada suhu diberikan 15°-30°C. langsung secara IV.

lagi digunakan -

 Dekstrose  Simpan 5% dalam Antara air. 20°-25° C  NaCl (68-77 ° 0.9%. F);  Atau dapat disimpan pada suhu 15°-30° C (59-86 ° F).  Tidak.

 Jangan digunakan apabila produk keruh.  Karena tidak mengandu ng pengawet, maka dianjurkan penggunaa n produk

Inkompatibilitas

 Alkohol, etanol

misalnya

 Aqua pro injeksi

18

Universitas Indonesia

Aethoxysklerol  Max dosis harian: 2 mg/kg kreussler Inj berat badan/hari. Varises 3% 2 ml sklerosasi hingga 2 mL/lokasi. (polidocanol) Sklerosasi dari varises vena kulit 0.3-0.5 mL sebagai dosis tunggal. Sklerosasi wasir 0,51,5 mL/tempat sakit. Max: 2,5 mL/sesi. Albuminar-25  Anak : Hipovolemia 0,5-1 Infus 25% 100 g/kg/dosis (10-20 ml/kg). ml (Human  Dewasa : Dosis lazim 25 g. Albumin) dosis ini dapat diulang jika dalam 15-30 menit tidak ada respon, tetapi tidak boleh lebih dari 250 g selama 48 jam. Hipoprotenemia : o,51g/kg/dosis. Diulang setiap 1-2 hari jika potensi hilang. Hipovolemia : 5% albumin 0,51g/kg/dosis. Diulang jika dibutuhkan.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

8.

9.

Obat

Alinamin – F 20 mg/10 ml (Fursutiam HCl 25 mg/ml, glucose 2000 mg/ml) Amfoterisin 50 mg/10 ml (Amfoterisin B)

Dosis

Pelarut

 10 sampai 20 ml, sehari 1 sampai 2 kali, secara intravena dan perlahan-lahan.

boleh didinginka n atau dibekukan  Aqua pro  Simpan injeksi. pada temperatu r ruangan.  Untuk  Simpan rekonstitu pada suhu si, 2°-8° C digunaka dan n aqua terlindung pro dari injeksi cahaya. tanpa  Stabil pengawet pada . temperatur  Untuk ruangan infus, selama 2

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

tidak lebih dari 4 jam.  Suhu kamar 25°30°C.

 Tidak diketahui.

 Amfoterisi n B yang direkonstit usi dengan aqua pro injeksi tanpa pengawet dan ditutup stabil pada temperatur ruangan selama 24 jam dan

 NaCl 0,9% atau larutan yang berisi agen pengawet dapat menyebabkan presipitasi (pengendapan) antibiotik.

19

Universitas Indonesia

 Bayi dan anak-anak : 0,1 mg/kg/dosis. Maksimum 1 mg; infus selama 30-60 menit. Dosis pemeliharaan : 0,25-1 mg/kg/dosis diberikan sekali sehari; infus selama 2-6 jam. Amfoterisin B dapat diberikan setiap hari 1-1,5 mg/kg/dosis. Dosis kumulatif 1,5-2 g selama 6-10 minggu. Durasi terapi : dengan variasi infeksi, durasi lazim 4-12 minggu atau dosis kumulatif 14 g.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

10.

Obat

Aminophylline 10 ml (Aminophyllin e)

Dosis

Pelarut

 digunaka  minggu n sampai 1 dextrosa bulan. 5% dalam air dengan pH di atas 4,2.  Dekstrosa  Simpan 5% dalam pada suhu air 25°-30°C  NaCl dan 0.9%. terlindung  Ringer’s dari injection, cahaya. lacatated.  Periksa  Dekstrosa kemasan 10% terkait dalam air. pembentu  Dekstrosa kan 5% dalam partikulat ringer’s dan injection, lactated.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 2°-8°C selama 1 minggu pada suhu

 Ampul  Y-site : amiodaron tersebut HCl, ceftazidime, dinyatakan cimetidine HCl, stabil tanpa ciprofloxacin, batas diltiazem HCl, waktu pada dobutamin HCl, suhu docetaxel, kamar. doxorubicin HCl,  Stabilitas ondansetron HCl, aminophyli paclitaxel, potassium n dengan chkoride. konsentrasi  Adiktif : amikacin tidak sulfate, ascorbic melebihi acid, atracurium 40 mg / ml besylate, bleomycin dilaporkan sulfate, cefepime 20

Universitas Indonesia

 IV Infus. Pediartik <9 tahun 1 mg/kg BB/ jam, pediatric >9 tahun dan dewasa merokok 0,8 mg/kg BB/jam , dewasa tidak merokok 0,5 mg/kg BB/jam, penderita dengan dekompensasi jantung atau fungsi hati 0,2 mg/kg BB/jam.  IV intermittent. 30 menit. Laju infuse maksimum 25 mg/menit.  IV bolus Minimum 10 menit. Laju infus maksimum 25 mg/menit.  IV Bronkospasme akut yang parah, Loading dose : 5 mg / kg (berat badan ideal).

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Pemeliharaan: 0,5 mg / kg / jam. Dosis tidak boleh melebihi 25 mg /menit.

Stabilitas Penyimpanan



perubahan warna. Jangan digunakan jika terbentuk kristal. Kristal teofilin mungkin dapat terbentuk pada pH <8.

Stabilitas setelah Penyiapan

HCl, ceftazidime, ceftriaxone sodium, chlorpromazine HCl, ciprofloxacin, clindamycin phosphate, epinefrin HCl, insulin, meropenem, vanncomycin HCl, verapamil HCl, vitamin B kompleks dengan vitamin C, procaine HCl.

21

Universitas Indonesia

dapat dipertahan kan pada pH 3,5-8,6 selama setidaknya 48 jam pada suhu 25°C.  Walaupun amonophyl in produk diberi label untuk penyimpan an dengan perlindung an dari cahaya, salah satu studi aminophyli n 50 mg / ml tidak

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

menemuka n perubahan potensi teofilin setelah delapan minggu penyimpan an dengan paparan sinar neon. 11.

 Dosis biasa: 500 ml infus melalui vena perifer. Max: 2.500 mL / hari.  Infusion rate: 500 mL/120 menit, melambat pada pasien usia lanjut & sakit kritis.

 Dekstrosa 5% dalam air,  NaCl 0.9%.

 Wadah harus disimpan pada suhu 25°C dan dilindungi dari pembekua n dan cahaya



22

Universitas Indonesia

Aminofluid Infus 500 ml; Aminofluid Inf 1000 ml (per L : glucose 75 g; total free amino acids 30 g; total nitrogen 4,7 g; essential/non essential a,ino acids 1,44 g;

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

branched chain amino acid 30% w/w)

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

23

Universitas Indonesia

kondisi pelarutnya. asam dan  Obat dalam bentuk basa. Obat kering yang tidak larut dilarutkan harus dalam air. sesuai dengan proses  Stabilitas pembuatan yang aminophyli direkomendasi. n yang  Partikulat tercatat tidak akan terbentuk dalam melebihi waktu dua jam 40 mg / ml setelah dilaporkan menambahkan 1 ml terkontrol aminofilin sampai 5 pada pH ml air suling steril 3.5 sampai bersama dengan 1 ml 8.6 dari masing-masing  Walaupun obat berikut: produk dimenhydrinate, aminophyli hidroklorida n diberi Hidroksizin, Fenitoin label untuk natrium, penyimpan proklorperazin an dengan edisylate, Promazine hidroklorida,

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Aminofusin L

 15-60 ml/kg BB/hari.

Pelarut

-

Stabilitas Penyimpanan

 Simpan

Stabilitas setelah Penyiapan perlindung an dari cahaya, salah satu studi menngemu kakan bahwa aminophyli n dengan konsentrasi 50 mg / ml tidak mengalami perubahan potensi setelah delapan minggu penyimpan an dengan paparan sinar neon. -

Inkompatibilitas hidroklorida Prometazin, hidroklorida Vankomisin

24

Universitas Indonesia

12.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

13.

14.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

pada suhu 2°C-8°C.

-

 Simpan pada suhu 2°C-8°C.

-

-

-

 Endapan kristal dapat terjadi karena perubahan temperatur selama penyimpan an.

 Kocok larutan pada temperatur 15°C-25°C untuk melarutkan endapan sebelum digunakan dan setelah

-

25

Universitas Indonesia

600 Infus 500  ml (per L : amino acids 50 g; sorbitol 50 g; xylitol 50 g; vit; electrolytes) Aminofusin  50 mL/kg berat badan/hari, laju Paed Infus 500 infus: 2-5 mL/kg berat ml (per L : badan/jam. amino acids 50 g; vit; electrolytes) Aminoleban  Dosis dewasa : 500-1000 ml/ Infus 500 ml dosis melalui infus drip IV. (High conc of Kecepatan infus (500 ml) yang branced chain diberikan pada orang dewasa amino acid and melalui infus perifer 180-300 low conc of menit (sekitar 25-40 tetes/ aromatic menit). amino acid (no  Untuk total nutrisi parenteral, tyrosine), Na, 500-1000 ml injeksi harus Cl, other dicampur dengan glukosa atau important larutan laindan diberikan selama

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat amino acids

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

24 jam melalui pembuluh darah vena sentral.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

26

Universitas Indonesia

 didinginka n.  Jangan gunakan produk jika terjadi perubahan warna atau endapan yang tidak larut setelah pengocoka n.  Jangan gunakan jika tutup rusak dan larutan keruh.  Simpan pada temperatur di bawah

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

15.

Obat

Dosis

Pelarut

 Untuk pemberia n secara langsung, dapat dicampur dengan larutan asam amino yang dapat tercampur kan atau regimen infuse yang mengand ung asam amino

Stabilitas setelah Penyiapan

30°C, lindungi dari cahaya.  Sediaan  Simpan harus pada disimpan temperatur pada suhu tidak kurang 15°C-30° dari 25°C. C dan  Jangan terlindung dibekukan. dari  Jangan cahaya gunakan jika matahari terjadi langsung. pemisahan emulsi.  Periksa kompatibilit as dan stabilitas nutrisi campuran sebelum digunakan.

Inkompatibilitas

-

27

Universitas Indonesia

Aminoplasmal  Dosis tergantung pada Infus 10% 500 keparahan kondisi katabolik ml, atau kebutuhan terhadap asam Aminoplasmal amino. Infus 5% 500  Dosis maksimum sehari 2 g ml (20 Amino asam amino/kg BB/ tidak boleh acids and berlebih dalam nutrisi electrolyte) parenteral.  Proporsi dari asam amino tidak boleh lebih dari 20% dari total.  Dosis harian : 1,5-2,0 ml/kg BB(ekuivalen dengan 3,0-4,0 g N(2)-L-alanyl-glutamin/BB). Sebanding dengan 100-140 ml larutan untuk pasien dengan berat badan 70 kg.  Dosis maksimum harian : 2,0 ml larutan /kg BB.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 16.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

28

Universitas Indonesia

Aminosteril  Laju infus : 1,3-1,5 mL/kg berat  Dekstroa  Simpan  Aminosteril  Kandungan Infus 10% 500 badan/jam (30-35 tetes/menit 5% dalam pada suhu Infus 10% aminosteril, misalnya ml (Asam untuk 70 kg berat badan). air. dibawah dengan L-metionin dapat amino) Maksimum laju infus: 1,25  Fat 25°C dan elektrolit mengurangi efek mL/kg berat badan/jam setara emulsion terlindungi tanpa levodopa. Jika perlu dengan 0,1 g/kg berat 10% dari karbohidrat digunakan levodopa, badan/jam. cahaya. yang tersisa obat harus  Dosis maksimum: 1,5 g asam  Jauhkan setelah ditambahkan ke amino/kg berat badan/hari dari digunakan, larutan, sebelum tubuh setara dengan 1300 jangkauan harus digunakan. ml/hari untuk 70 kg berat anak-anak. dibuang. badan.  Jangan  Umur digunakan simpan pada setelah tanggal dilarutkan kadaluwars sesuai a. petunjuk,  Tempatkan tidak ada pada sehingga bentuk harus sediaan digunakan cair dan dengan botol. segera.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 17.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

29

Universitas Indonesia

Aminosteril  Untuk infus IV : Dosis  Dexstrose  Simpan  Aminosteril  Karena kemungkinan infant Infus maksimum: hingga 0,1 g asam 5% dalam pada suhu Infus 10% kontaminasi dan 6% 100 ml amino/kg BB setara dengan 1,6 air, dibawah dengan ketidakcocokan, (Asam amino) mL/kg BB/jam.  Fat 25°C dan elektrolit larutan asam amino Dosis harian maksimum: dosis emulsion terlindungi tanpa tidak boleh dicampur harus dibatasi sampai 1 g asam 10% dari karbohidrat dengan obat lain. amino/kg berat badan/hari. cahaya. yang tersisa Selain obat dapat 1 tahun hidup: 1,5-2,5 g asam  Jauhkan setelah mengubah sifat amino/kg berat badan. dari digunakan, fisikokimia dari 2 tahun-5 hidup: 1,5 g asam jangkauan harus larutan, obat tersebut amino/kg berat badan. anak-anak. dibuang. dapat menghasilkan 6 tahun-14 hidup: 1 g asam  Jangan  Umur risiko reaksi beracun. amino/kg berat badan. digunakan simpan Jika benar-benar pada setelah diperlukan untuk tanggal dilarutkan menambah obat lain kadaluwars sesuai ke dalam Aminosteril a. petunjuk, Infant 6%, penting  Gunakan tidak ada untuk produk sehingga mempertimbangkan yang harus sterilitas dan homogen. digunakan homogenitas produk dengan akhir, misalnya, saat segera. menambahkan emulsi lemak, unsur

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

18.

Obat

Aminovel 600 infus 500 ml (per L : Lamino acid 50 g; sorbitol 100 g; electrolytes, vit)

Dosis

Pelarut

 Dosis dewasa : untuk gangguan internal atau kekurangan protein sebelum operasi 500 ml IV drip infus selama 4-6 jam. Diulang tiap 12 jam selama 5-7 hari.  Untuk gangguan sintesis protein setelah operasi 500 ml selama 46 jam diikuti infus drip larutan Darrow’s dan larutan gula 10%. Diulangi dengan interval 24 jam selama 5-7 hari.

 Asam amino  Glucosa  Emulsi lemak 10%

Stabilitas Penyimpanan

 Lindungi cahaya dan temperatur yang ekstrem hingga siap digunakan  Hindari dari pembekua n atau suhu lebih dari 40°C.

Stabilitas setelah Penyiapan

elektrolit dan vitamin untuk nutrisi TPN. -

30

Universitas Indonesia

 Simpan pada temperatur di bawah 30°C, hindarkan dari cahaya. Kecepatan maksimal infus IV 3 ml / menit.  Gunakan segera setelah segel dibuka dan jangan digunakan jika kemasan rusak dan

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

19.

Obat

Amiparen Infus 500 ml (per L : total free amino acid 100 g; nitrogen 15,7 g; Na 2 meq; acetate 120 meq)

Dosis

Pelarut

-

 Simpan di tempak sejuk.  Jauhkan dari sinar matahari langsung.

Stabilitas setelah Penyiapan larutan keruh. -

Inkompatibilitas

-

31

Universitas Indonesia

 Infus vena sentral : Dosis dewasa: 1000 mL/hari dengan infus drip melalui vena sentral.  Infus vena peripheral : Dewasa: 500 mL/dosis dengan infus drip melalui vena perifer. Laju infus perifer sekitar 10 g asam amino selama 60 menit. Laju infuse yang lazim adalah 100 mL selama 60 menit (sekitar 25 tetes / menit) dan harus disesuaikan dengan kasus anak-anak, pasien lansia dan pasien yang sakit parah.  Dosis dapat ditingkatkan atau diturunkan tergantung pada usia pasien, gejala dan berat badan.  Kombinasi Amiparen dengan larutan karbohidrat sangat direkomendasikan untuk penggunaan yang efisien dari

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

20.

Obat

Dosis

Pelarut

 Simpan pada tempat sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya

Stabilitas setelah Penyiapan  Karena merupaka n golongan beta laktam, produk harus segera digunakan .

Inkompatibilitas

 Amoksisilin dapat menurunkan efektivitas kontrasepsi oral yang mengandung estrogen.  Konsentrasi plasma amoksisilin ditingkatkan jika probenesid diberikan bersamaan.  Ada penurunan ekskresi methotrexate (peningkatan risiko toksisitas).  Jangan diberikan amoksisilin bersamaan dengan agen bakteriostatik seperti kloramfenikol.  Peningkatan frekuensi ruam kulit pada pasien yang 32

Universitas Indonesia

asam amino di dalam tubuh. Amoksisilin  Injeksi intramuskular : 500 mg  Aqua pro Inj 1 g setiap 8 jam; Anak 50-100 injeksi (Amoksisilin mg/kg BB sehari dalam dosis trihidrat) terbagi;  Injeksi intravena atau infus : 500 mg tiap 8 jam, dapat dinaikkan samapi 1 g tiap 6 jam pada infeksi berat; anak : 50-100 mg/hari dalam dosis terbagi.  Listerial meningitis (dalam kombinasi dengan antibiotik lain), infus intravena, 2 g setiap 4 jam untuk 10-14 jam.  Endokardititis (dalam kombinasi dengan antibiotik lain jika diperlukan), infus intravena, 2 g setiap 6 jam, ditingkatkan hingga 2 g setiap 4 jam seperti dalam endokarditis enterokokus atau jika amoksisilin digunakan tunggal.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

21.

Obat

Dosis

Pelarut

Ampicilin  Bayi dan anak :  Aqua pro serbuk i.m/i.v Intramuskular dan intravena : 1injeksi 250 mg/vial, 00-400mg/kg BB/hari setiap 6  NaCl Ampicilin jam (maksimum 12 g/hari). 0,9% serbuk i.m/i.v  Dewasa : 500 mg/vial, Intramuskular dan intravena : Vicillin serbuk 250-500 mg setiap 6 jam. i.m/i.v 1000 mg/vial sebagai garam Na (Ampicillin)

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

 Serbuk  Setelah injeksi rekonstitusi disimpan , gunakan pada sesegera tempat mungkin kering dan (tidak lebih sejuk. dari 1 jam pada suhu kamar) dan tidak boleh dibekukan.

Inkompatibilitas

33

Universitas Indonesia

menerima amoksisilin bersama dengan allopurinol.menerima amoksisilin bersama dengan allopurinol.  Larutan infus : RL.  Dalam syringe : gentamicin sulphate, kanamycin sulphate, metoklopramida, streptomycin sulfate stabilized.  Y-site : epinephrine HCl, fluconazole, midazolam HCl, nicardipine HCl, ondansetron, verapamil HCl.  Adiktif : amikacin sulfate, chlorpromazine HCl, dopamine HCl, gentamicin sulfate.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 22.

Obat

Dosis

Pelarut

Anbacim 1 g,  Anak 3 bulan sampai 12 tahun : Zinacef vial 75-150 mg/kg BB/hari setiap 8 250 mg, jam (maksimum dosis : 6 g/ Zinacef vial hari). 750 mg,  Anak ≥13 tahun dan dewasa : Cefuroxime 750 mg-1,5 g setiap 6-8 jam 750 mg atau 100-150 mg/kg/hari setaip (cefuroxime 6-8 jam (maksimum dosis : 6 Natrioum) g/hari).

Stabilitas Penyimpanan

 Larutan untuk infuse (konsentra si 1,5 g/50 ml) dalam aqua pro injeksi stabil selama 24 jam pada suhu <25°C; dan 72 jam pada penyimpan an dalam kulkas.  Larutan IV bolus dan suspense IM stabil selama 5 jam pada

Inkompatibilitas  Larutan infus : Na bikarbonat.  Dalam syringe : pentoprazole Na.  Y-site : azithromycin, filgrastim,fluconazol e, midazolam HCl.  Aditif : ciprofloxacin, ranitidine HCl.

34

Universitas Indonesia

 Dekstrosa  Simpan 5% serbuk dalam air untuk  NaCl injeksi 0,9% pada suhu  Ringer’s 15°C-30°C injection, dan lactated. terlindung  Dekstrosa dari 10% cahaya. dalam air. Larutan ataupun serbuk kering dapat menjadi gelap tergantung pada kondisi penyimpan an, namun perubahan

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

23.

Obat

Dosis

 Dextrose 5% dalam air.  NaCl 0,9%.  RL

warna tersebut tidak mengindika sikan terjadinya perubahan potensi.  Simpan pada temperarat ur ruangan yang terkontrol

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

suhu <25°C dan 48 jam pada penyimpan an dalam kulkas.  Hanya untuk penggunaan 24 jam pada temperatu r ruangan.

 Tidak disebutkan.

35

Universitas Indonesia

Anexate 0,5  Dosis pediatrik : dosis awal mg/5 ml 0,01 mg/kg selama 15 menit. (Flumazenil) Dosis pengulangan (maksimum 4 dosis) 0,005-0,01 mg/kg (maksimum 0,2 mg) diulangi setiap interval 1 menit. Total kumulatif dosis maksimum 1 mg atau 0,05 mg/kg.  Dosis dewasa untuk membalikkan kesadaran : dosis awal 0,2 mg IV selama 15 menit. Dosis pengulangan (dosis maksimum : 4 dosis) jika tidak mengalami pembalikkan kesadaran, maka berikan dosis 0,2 mg/hari selama 1 menit.

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Pelarut

Total kumulatif dosis maksimum 1 mg (dosis lazim : 0,6-1 mg). Dalam pembalikkan kesadaran berikan setiap interval 20 menit dengan dosis maksimum1 mg/dosis dan 3 mg/jam.  Dosis dewasa untuk overdosis benzodiazepin : dosis awal 0,2 mg/IV selama 30 detik. Jika tidak mengalami perubahan, maka diberikan 0,3 mg selama 30 menit. Dosis pengulangan : 0,5 mg selama 30 menit diulangi setiap interval 1 menit. Total kumulatif dosis maksimum : 3 mg (dosis lazim 1-3 mg). Jika tidak mengalami perubahan, maka ulangi setiap interval 20 menit dengan dosis maksimum 1 mg/dosis dan 3 mg/hari. Antrain 500  Injeksi 500 mg jika sakit timbul, mg/ml 2 ml berikutnya 500 mg tiap 6 – 8

-

Stabilitas Penyimpanan



Terlindun g dari

Stabilitas setelah Penyiapan

 Simpan di bawah

Inkompatibilitas

 Amidopirin.

36

Universitas Indonesia

24.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat (Metamizol Na)

25.

Dosis

Pelarut

jam. Maks. 3 x sehari secara IM atau IV.

Apidra Inj 100  Diberikan cepat (0-15 menit IU/ml 10 ml sebelum atau segera setelah [insulin ultramakan) melalui suntikan rapid-acting subkutan atau infus pompa (kerja sangat subkutan, berdasarkan cepat) : insulin penetapan dosis secara individu. glulisin]

Stabilitas Penyimpanan cahaya.

 Amino acids 4.25%,  dekstrosa 25%  NaCl 0.9%

 Simpan di lemari es (2°-8°C).  Jangan membekuk an.  Lindungi dari cahaya.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

37

Universitas Indonesia

suhu 30°C dan terlindung dari cahaya.  Jangan disimpan dilemari pembeku.   Setelah  Larutan Insulin dapat digunakan, hilang efektifitasnya jangan bila dicampur dengan disimpan zinc and isophane diatas suhu insulin. 25°C.  Setelah digunakan vial bisa disimpan hingga 31 hari jika disimpan di

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

26.

Obat

Apidra Solostar [insulin ultrarapid-acting (kerja sangat cepat) : insulin glulisin]

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

 Dosis awal 0.5-1 U / kgBB / hari  Tidak ada  Insulin dalam dosis terbagi. karena reguler  Atau direkomendasikan juga langsung harus dengan dosis 0.2-0.4 units/ diberikan disimpan kgBB/ hari untuk mencegah secara dalam terjadinya hipoglikemia. subkutan pendingin (SC). dan dilindungi dari pembekua n.  Lindungi dari cahaya

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

38

Universitas Indonesia

refrigerato r dengan suhu 2°C dan 8°C.  Simpan  Larutan Insulin dapat pada suhu hilang efektifitasnya 2°-8°C; bila dicampur dengan jangan zinc and isophane dibekukan; insulin. hindari pemanasan dan cahaya.  Produk yang digunakan sebagai cadangan dapat disimpan selama 4 minggu dibawah suhu 25°C.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

27.

Obat

Dosis

Pelarut

Apomorfin  Dosis harian bervariasi antara HCl 5 mg/ml 1 pasien, biasanya dalam kisaran ml (Apomorfin 3-30 mg. HCl)  Total dosis harian apomorphine HCl tidak boleh lebih dari 100 mg.

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

39

Universitas Indonesia

Tidak harus disimpan di lemari es.  Jangan digunakan setelah periode tersebut.  NaCl  Apomorfin  Jangan  Produk obat ini 0,9% HCl harus digunakan tidak boleh  Aqua pro disimpan jika larutan dicampur dengan injeksi. dalam telah obat lain. pendingin berubah dan menjadi dilindungi hijau. dari Solusinya pembekua harus n. diperiksa  Lindungi secara dari visual cahaya sebelum digunakan.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Pelarut

Apresoline 10  Anak : 0,1-0,2 mg/kg/dosis mg/10 ml (tidak lebih dari 20 mg) setiap (Hydralazine 4-6 jam sesuai kebutuhan, Hydrochloride) dinaikkan sampai 1,5-3,5 mg/kg/hari setiap 4-6 jam.

 Dekstrosa 5%  Dekstrosa 10% dalam air

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

 Terlihat dengan jelas dan tidak berwarna kuning pucat, larutan boleh digunakan.  Untuk penggunaan tunggal saja. Setiap larutan yang tidak terpakai harus dibuang.  Simpan  Dapat pada suhu digunakan ruangan selama 8 yang sampai 12 terkontrol jam setelah

Inkompatibilitas

 Hydralazine hydrochloride bereaksi dengan metal yang menyebakan 40

Universitas Indonesia

28.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

29.

Pelarut

 Dewasa : Hipertensi : Dosis  NaCl awal 10-20 mg/dosis setaip 4-6 0,9% jam sesuai kebutuhan, dapat  RL ditingkatkan menjadi 40 mg/dosis, lalu diganti dengan terapi oral.  Dewasa : preeklampsia/eklampsia : 5 mg/dosis lalu ditingkatkan menjadi 5-10 mg setiap 20-30 menit sesuai kebutuhan. Aquadest Infus  Sesuai kebutuhan karena  Tidak ada 500 ml digunakan sebagai pelarut. karena digunaka n sebagai pelarut. Arixtra 2,5  Dewasa :  NaCl 0,9% mg/0,5 ml DVT profilaksis : dewasa ≥50 (Fondaparinux kg : 2,5 mg sekali sehari. DVT Na) profilaksis dengan riwayat penyakit HIT : 2,5 mg sekali sehari. Durasi lazim 5-9 hari

Stabilitas Penyimpanan dan terlindungi dari pembekuan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

pencampura perubahan warna , n larutan misalnya pada yang syringe. Oleh karena disimpan itu, hydralazine pada suhu hydrochloride 30°C sebaiknya disiapkan apabila sesaat sebelum tidak digunakan. mengalami perubahan warna.  Harus  Dengan darah karena disimpan dapat menyebabkan di suhu terjadinya hemolisis ruangan jika diberikan secara yang IV. terkontrol.

 Simpan pada suhu di bawah 25°C.  Tidak boleh dibekukan  Simpan  Jika Arixtra  Produk obat ini tidak pada suhu ditambahkan boleh dicampur di bawah ke dalam dengan produk obat 30°C. NaCl 0,9% lain.  Tidak “minibag” boleh (volume 25

41

Universitas Indonesia

30.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

(ditingkatkan menjadi 10 hari pada operasi abdominal atau 11 hari operasi pinggul atau operasi lutut). Profilaksis lanjutan dapat ditingkatkan menjadi 32 hari. Pengobatan DVT/PE akut : pertama kali diberikan warfarin kemudian pengobatan harian diberikan fondaparinux sampai INR selama 2-3 hari (biasanya 5-7 hari) : <50 kg diberikan 5 mg sekali sehari. 50-100 kg diberikan 7,5 mg sekali sehari. >100 kg diberikan 10 mg sekali sehari. Durasi harian : 5-9 hari (maksimal 26 hari).

Stabilitas Penyimpanan dibekukan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

42

Universitas Indonesia

ml atau 50 ml) harus segera digunakan, tetapi dapat disimpan antara 15°30°C sampai 24 jam. “Minibag” biasanya terdiri dari berbagai polimer termasuk PVC, polyethylene , polypropyle ne, atau stirenaethylenebuta diene secara individu atau

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Artem 80 mg/ml 1 ml (Artemeter)

32.

Artesunate Injeksi 60 mg/ml 1 ml (Artesunat)

 Injeksi intramuskular selama 5 hari. Dosis awal 3,2 mg/kg BB diikuti dengan 1,6 mg/kg BB selama 4 hari. Dosis awal untuk dewasa 160 mg diikuti dengan 80 mg dari hari ke dua sampai hari ke lima. Dosis untuk anakanak atau pasien kelebihan berat badan harus diturunkan atau dinaikkan berdasarkan berat ideal dibawah pengawasan dokter.  Injeksi intravena 2,4 mg/kg BB  Dekstrosa pada hari pertama diikuti 5% dengan 1,2 mg/kg BB selama 6  NaCl hari. 0,9%

33.

Asam Traneksamat

 Fibrinolisis lokal: 500 mg-1 g injeksi IV 3x/hari. Jika

 NaC 0.9%;

-

Stabilitas setelah Penyiapan dalam kombinasi. -

Inkompatibilitas

-

 Simpan di  Simpan di  Produk obat ini tidak bawah bawah boleh dicampur suhu 30°C. suhu 30°C dengan produk obat  Terlindung dan harus lain. i dari digunkan cahaya. dalam waktu 1 jam. l  Simpan  Setelah  Penicillin dan obat pada pengencera yang bersifat basa 43

Universitas Indonesia

31.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat 500 mg, Asam Traneksamat 250 mg (Asam traneksamat)

34.

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

diperlukan terapi IV lebih dari 3  Glukosa suhu hari, berikan 25-50 mg/kg/hari 5% kamar. infus IV kontinu;  Ringer  Koagulasi intravaskular laktat tediseminasi dengan aktivasi predominan sistem fibrinolisis: 1 g injeksi IV; netralisasi terapi trombolisis: 10 mg/kg BB injeksi IV lambat;  Dosis pada gangguan ginjal: Cl Cr >20-50 mL/menit berikan 10 mg/kg tiap 12 jam, Cl Cr 10-20 mL/menit berikan 10 mg/kg tiap 12-24 jam, Cl Cr <10 mL/menit berikan 5 mg/kg tiap 12-24 jam  Dosis disesuaikan pada setiap  Tidak ada  Simpan di individu karena bawah digunaka suhu 25°C. n sebagai  Jangan pelarut. membekuk an.

Stabilitas setelah Penyiapan n, stabil selama 24 jam dalam lemari pendingin.

 Jangan digunakan jika larutan keruh.  Simpan pada ruangan dengan suhu

Inkompatibilitas kuat.

-

44

Universitas Indonesia

Asering Infus 500 ml (per L : Na 130 meq; K 4 meq; Cl 109 meq; Ca 3 meq; Asetat 28 meq), Asering Infus 500 ml (per L : Na 130

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Dosis

Obat

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

meq; K 4 meq; Cl 109 meq; Ca 3 meq; Asetat 28 meq; Dekstrosa anhidrat 50 g

35.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

terkontrol dan terlindung dari pembekuan dan temperatur tinggi (40°C atau lebih)

Ativan 20  mg/10 ml (Lorazepam) 

 Dextrosa 5%  “Ringer’s injestion, lactated (RL).  NaCl 0,9%.  Aqua pro injeksi

 Simpan di dalam lemari dingin dan terlindungi dari cahaya.

 Produk dapat disimpan sampai 2 minggu pada temperatur ruangan.  Berdasarka n stabilitas fisik dan kimia, produk

 Lorazepam inkompatibel dengan buprenorphine hydrochloride.

45

Universitas Indonesia



Antiemetik. Anak-anak 2-15 tahun : 0,05 mg/kg (tidak lebih dari 2 mg/dosis). Dewasa : 0,52 mg setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Ansietas dan sedasi. Bayi dan anak : 0,05 mg/kg/dosis (range 0,02-0,09 mg/kg) setiap 4-8 jam. Preoperatisi dewasa : IM : 0,05 mg/kg diberikan 2 jam sebelum operasi (maksimum 4 mg/dosis). IV : 0,044 mg/

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Dosis

Obat

 

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

20 menit sebelum operasi (maksimum 2 mg/dosis). Operasi amnesia dewasa : ditingkatkan menjadi 0,05 mg/kg (maksimum 4 mg/dosis) Sedasi. Bayi dan anak-anak : 0,05 mg/kg (range 0,02-0,09 mg/kg). Pada IV diberikan dosis terkecil 0,01-0,03 mg/kg setiap interval 20 menit.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

46

Universitas Indonesia

 dapat diterima sampai 60 hari pada temperatur ruangan.  Sebagai produk parenteral, lorazepam harus bebas dari partikel dan tidak mengalami perubahan warna sebelum digunakan.  Tidak boleh digunakan jika mengandun g partikel dan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

36.

37.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

mengalami perubahan warna. -

 Simpan  Larutan alkalin. pada tempat tertutup dan pada suhu dingin.  Simpan di  Secara fisik  Atrakurium besilat dalam dan kimia, inkompatibel dengan lemari stabil pada propofol dingin dan suhu 5°C terlindungi selama 24 dari jam. cahaya.  Atau secara fisik dan kimia, stabil pada suhu 25°C selama 24 jam.

47

Universitas Indonesia

ATP 20 mg/2  Ampul : IM / SC 1 ampul sekali  Tidak ada ml(Adenosin sehari, IV 1 ampul sekali sehari karena Tri Phosphate disuntikkan perlahan pada 10 diberikan Disodium) mg/1-2 menit atau bila langsung dicampur dengan 10-20 mL secara injeksi glukosa isotonik atau IM. hipertonik. Atrakurium  Anak 1 bulan sampai 2 tahun :  Dextrosa besilat 25 dosis awal 0,2-0,4 mg/kg diikuti 5% dalam mg/ml 2,5 ml, dengan dosis pemeliharaan air. Atrakurium sesuai kebutuhan untuk  NaCl besilat 50 pengobatan blokade 0,9%. mg/ml 5 ml, neuromuskular. Notrixum 10  Anak >2 tahun sampai dewasa : mg/ml 5 ml, 0,4-0,5 mg/kg, lalu 0,08-0,1 Tramus 10 mg/kg setiap interval 20-45 mg/ml 2,5 ml menit setelah dosis awal untuk (Atrakurium pengobatan blokade besilat) neuromuscular, lalu diikuti dengan pengulangan dosis 0,080,1 mg/kg setaip interval 15-25

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

38.

Obat

Atropin 0,25 mg/ml 1 ml (Atropin sulfat)

Dosis

Pelarut

 NaCl 0,9%  Glukosa 5% (dengan penamba han KCl).  Ringer’s injection, lactated.

Stabilitas setelah Penyiapan

 Simpan  Simpan kemasan injeksi pada pada sushu temperatur kamar. ruangan  Hindarka yang n suhu terkontrol beku. antara 15°C-30°C (59°F86°F).  Hindari

Inkompatibilitas

 Y-site : Na tiopental.  Dalam syringe : Pantoprazole Na.

48

Universitas Indonesia

menit.  Dosis awal setelah suksinilklorida untuk intubasi : dewasa 0,2-0,4 mg/kg.  Infus lanjutan : Operasi. Dosis awal 9-10 mcg/kg/menit secara IV bolus lalu untuk pemeliharaan 5-9 mcg/kg/menit dengan laju infus 11-13 mcg/kg/menit selama anestesi. ICU : bisanya diberikan dengan laju infus 11-13 mcg/kg/menit  Pramedikasi: 300-600 mcg injeksi IV segera sebelum induksi anestesi atau 300-600 mcg injeksi SC atau IM 30-60 menit sebelum induksi;  Bradikardi intraoperatif: 300600 mcg injeksi IV;  Kontrol ES muskarinik atau edroporium dalam pembalikan blok neuromuskular kompetitif: 600 mcg-1,2 mg injeksi IV;  Bradikardi infark miokard: 500

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

39.

Pelarut

mcg injeksi IV diulang tiap 3-5 menit, total dosis 3 mg;  CPR untuk asistol: 3 mg IV dosis tunggal.  Imunisasi pasif: Dosis yang diberikan untuk orang dewasa adalah 1500 IU per IM,  Dan untuk anak adalah 750 IU per IM.

ATS [Untuk pencegahan : ampul 1500 IU 1 ml. Untuk pengobatan : ampul 10.000 IU 2 ml vial 20.000 IU 4 ml] (Serum antitetanus = ATS), ATS 10 ml (Serum Antitetanus immunoglobuli n) Avastin 25  Kanker payudara : 10 mcg/kg mg/ml 4 ml setiap 2 minggu (dengan (Bevakizumab) kombinasi paklitaksel).  Kanker kolorektal : 5-10 mcg/kg setiap 2 minggu

\

 Aquadest  NaCl 0,9 %

 NaCl 0,9%

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

pembekuan  Terlindung dari cahaya.  Simpan di  Simpan lemari es pada suhu (2°C-8°C). < 25oC,  Jangan lindungi membekuk dari cahaya an. dan lemari pendingin

Inkompatibilitas

 Obat ini tidak boleh dicampur dengan obat lain.

 Jangan  Larutan  Produk obat ini tidak gunakan infus harus boleh dicampur obat ini digunakan dengan produk obat setelah segera lainnya kecuali NaCl tanggal setelah 0,9%; polivinil 49

Universitas Indonesia

40.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

41.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

kadaluwars pengenceran klorida. a yang  Jangan  Konsentrasi profil tertera pada gunakan degradasi karton luar Avastin jika bevacizumab diamati dan pada terlihat ada bila diencerkan label botol partikulat dengan solusi  Simpan di atau dextrosa 5%. lemari es perubahan (2°C-8°C). warna  Jangan sebelum membekuk pemberian. an.  Terlindungi dari cahaya.  Serbuk berwarna putih sampai hampir putih.

 Larutan rekonstitusi berwarna kuning pucat sampai

 Larutan : larutan yang mengandung dekstrosa dan karbohidrat lainnya, produk darah, hidrolisat protein.

50

Universitas Indonesia

(kopmbinasi dengan fluorourasil).  Glioblastoma : 10 mcg/kg setiap 2 minggu sebagai monoterapi atau kombinasi dengan irinotecan.  Kanker paru-paru : 15 mcg/kg setiap 3 minggu sebagai monoterapi atau kombinasi dengan karboplatin atau paklitaksel.  Kanker sel ginjal : 10 mcg.kg setiap 2 minggu sebagai monoterapi atau kombinasi dengan interferon alfa.  Kanker ovarian : 15 mcg/kg setiap 3 minggu. Bactesyn 3,0 g  Dewasa 1.5-12 g/hr terbai dalam  NaCl [ampisilin 2 g 6-8 jam, maks 4g/hr untuk 0,9% + sulbaktam 1 sulbactam. g  Infeksi berat: s/d 12 g/hr. Anak, (sultamisilin)], bayi, neonatus 150 mg/kg BB/hr. Bactesyn 1,5 g  Profilaksis infeksi operasi: 1.5-3

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat [ampisilin 1 g + sulbaktam 0,5 g (sultamisilin)]

Dosis

Pelarut

g sebelum induksi anaestetic. Diulang tiap 6-8 jam. Diberikan sebelum atau sesudah makan

Stabilitas Penyimpanan Simpan vial yang belum dibuka pada suhu ≤30°C.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

51

Universitas Indonesia

kuning.  Y-site : amiodaraon Untuk HCl, ciprofloxacin, memastikan nicardipine HCl, potensi obat ondansetron HCl. tetap stabil  Aditif : selama Aminoglikosida, periode ciprofloxacin. infuse, pemberian larutan harus selesai dalam 8 jam dihitung dari saat merekonstit usi larutan. Larutan rekonstitusi untuk injeksi IM harus digunakan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

42.

Obat

Baquinor Infus 200 mg/100 ml, ciprofloxacin, Jayacin Infus 2 mg/ml 100 ml, Jayacin 200 mg/ml 10 ml (Ciprofloxacin HCl)

Dosis

Pelarut

 Dosis lazim anak-anak : 20-30 mg/kg /hari setiap 12 jam. Maksimum 800 mg/hari.  Dosis lazim pada dewasa : 200400 mg setiap 12 jam.

 Dekstrosa 5% dalam air.  NaCl 0,9%  Dextrose 10% dalam air.  “Ringer’s injection, lactated

Stabilitas Penyimpanan

 Simpan pada suhu 5°C-25°C, dan terlindung dari cahaya.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

52

Universitas Indonesia

dalam waktu 1 jam setelah rekonstitusi.  Setelah  Dalam syringe : botol Pantoprazole Na. dibuka,  Y-site : stabilitas Aminophylline, obat ampicillin sodiumdipengaruhi sulbactam sodium, oleh faktorazithromycin, faktor cefepime HCl, mikrobiolo furosemida, heparin gis dan sodium, propofol, higienis. phenytoin sodium.  Larutan  Aditif : yang telah aminophylline, disiapkan amoxicillin sodiumharus clavulanate segera potassium, ampicillin diberikan. sodium-sulbactam  Larutan sodium, ceftazidime, infuse cefuroxime sodium, ciproxin clindamycin

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

43.

Obat

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

peka phosphate, heparin terhadap sodium. cahaya. Botol hanya boleh dikeluarkan dari pembungku snya sesaat sebelum digunakan.  Injeksi intramuscular atau  Aqua pro  Simpan  Simpan  Tidak disebutkan. intravena lambat atau infus, 2,4injeksi pada suhu pada suhu 4,8 g sehari dalam 4 dosis ruangan tidak lebih terbagi, pada infeksi yang lebih yang dari 30°C berat dapat ditingkatkan jika terkendali pada perlu (dosis tunggal diatas 1,2 g 2°C kemasan injeksi intravena). sampai kedap  Bayi prematur dan neonatal 8°C. udara. dibawah 1 minggu, 50 mg/kg  Lindungi  Terlindung BB dalam 2 dosis terbagi; bayi dari dari cahaya. 1-4 minggu, 75 mg/kg BB/hari kelembaba  Jika dalam 3 dosis terbagi; Anak 1 n digunakan bulan-12 tahun 100 mg/kg untuk 53

Universitas Indonesia

Benzatin Benzil Penicillin 1,2 juta IU/ml 20 ml, Benzatin Benzil Penicillin 2,4 juta IU/ml 20 ml (Benzatin Benzil Penisilin)

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas

injeksi, maka larutan harus bebas dari mikroorgani sme.

54

Universitas Indonesia

BB/hari dalam 4 dosis terbagi (dosis lebih tinggi mungkin dibutuhkan); rute intravena direkomendasikan pada neonatal dan bayi.  Endokarditis (dalam kombinasi dengan bakteri lain jika diperlukan); infuse atau injeksi intravena lambat 7,2 gram/hari dalam 6 dosis terbagi, tingkatkan jika perlu (contoh dalam endokarditis enterokokus atau jika benzil penisilin digunakan tunggal) menjadi 14,4 g sehari dalm 6 dosis terbagi.  Antraks (dalam kombinasi dengan antibakteri lain), infuse atau injeksi intravena lambat, 2,4 g setiap 4 jam; anak 150 mg/kg BB sehari dalam 4 dosis terbagi.  Profilaksis infeksi streptokokus grup B intrapartum, infuse atau

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Bifotik, Cepraz 1 g, ceropid 1 g (Cefoperazon Na)

45.

Biru metilen 10 mg/ml sebagai dihidrat (Metil

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

injeksi intravena lambat, dosis awal 3 g selanjutnya 1,5 g setiap 4 jam hingga saat melahirkan.  Penyakit meningokokus; injeksi intravena lambat atau infuse, 2,4 gram setiap 4 jam. Bayi premature dan neonatal dibawah 1 minggu, 100 mg/kg BB/hari, dalam 2 dosis terbagi; neonatal 1-4 minggu 150 mg/kg BB/hari dalam 3 dosis terbagi; anak 1 bulan -12 tahun 180-300 mg/kg BB/hari dalam 4-6 dosis terbagi.  IM/IV Dewasa : 2 - 4 gram  NS.  perhati setiap 12 jam.  Aqua pro  Infeksi berat : 6 - 12 gram injeksi. terbagi dalam 2, 3, 4 dosis.  Glucose injection.  Persalinan tahap 3 : 0,5-1 mL  Tidak ada  (0,1-0,2 mg) IM setelah karena keluarnya kepala atau bahu diberikan anterior atau segera setelah langsung

Simpan dalam wadah kedap udara. Simpan pada temperatu r

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Gunakan larutan rekonstitusi sesegera mungkin.  Sisa yang  Obat ini tidak boleh tidak dicampur dengan digunakan obat lain. harus 55

Universitas Indonesia

44.

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

thionin klorida)

46.

-

56

Universitas Indonesia

melahirkan anak. secara ruangan dibuang.  Untuk General Anestesi: IM, Intrayang Rekomendasi Dosis: 1 mL (0,2 artikular, terkontrol mg) IV. intrasinov .  Uterus atonia/Perdarahan: 1 mL ial, IM atau 0,5-1 mL IV. Dapat intralesio diulang sesuai kebutuhan nal. dengan interval tidak kurang dari 2 jam.  Pengobatan subinvolusi, “Lochiometra”, perdarahan/nifas : 0,5-1 mL IM 3 kali sehari pada wanita menyusui sebaiknya tidak lebih dari 3 hari. Bisolvon  Dalam kasus parah serta  NaCl  Simpan  Jangan ampul 4 mg/2 sebelum dan sesudah intervensi 0,9%. pada suhu dicampur ml bedah, 1 ampul IV (durasi  Dekstrosa kamar dan dengan (Bromheksin injeksi 2 - 3 menit) 2 - 3 kali 5% terlindung larutan HCl) sehari. dalam air. dari cahaya alkali matahari. karena sifat asam larutan bisolvon

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Bonviva 3mg / 3ml (Asam ibandronat)

 Prefilled syringe 3mg / 3ml secara injeksi IV bolus selama 15-30 detik, dilakukan tiap 3 bulan.

48.

Brainact 250 mg 2 ml, Brainact Inj 500 mg 4 ml, Citicoline Injeksi 250

 Untuk kehilangan kesadaran akibat trauma kepala atau operasi otak : biasanya 100 mg sampai 500 mg, 1-2 kali sehari secara drip IV atau IV biasa.  Untuk gangguan psikis atau

 NaCl 0,9%.  Dextrosa 5% dalam air.

 Simpan pada suhu ruangan yang terkendali 15°C sampai 30°C.

-

 Larutan jernih dan tidak berwarna.  Simpan pada

Stabilitas setelah Penyiapan (pH 2,8) dapat menyebabk an kekeruhan atau flokulasi.  Harus digunakan dengan segera.  Residu harus dibuang sesuai dengan prosedur kesehatan. -

Inkompatibilitas

 Larutan Bonviva untuk injeksi tidak boleh dicampur dengan larutan yang mengandung kalsium atau produk obat lainnya yang diberikan secara intravena.

-

57

Universitas Indonesia

47.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat mg, Neurolin 1000 mg 8 ml (citicolin)

49.

Bricasma 0,5 mg/ml 1 ml (Terbutalin sulfat)

Dosis

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

suhu 15°C sampai 30°C dan terlindung dari cahaya.

 Dekstros  Simpan  Jangan  Y-site : insulin. e 5% pada suhu menggunaka  Aditif : bleomycin dalam air 15°C n larutan sulfate.  NaCl sampai yang 0.45% 30°C mengalami  NaCl  Lindungi perubahan 0.9% dari cahaya warna.  Jangan dicampur dengan 58

Universitas Indonesia

saraf :dalam kasus-kasus gangguan kesadaran pada infark serebri stadium akut ; biasanya diberikan citicolin 1000 mg sekali sehari secara IV selama dua minggu berturut-turut.  Dalam kasus-kasus pasca hemiplegia apopletik; biasanya citicoline 1000 mg diberikan sekali sehari secara IV selama 4 minggu berturut-turut, dan jika tampak perbaikan, pemberian dilanjutkan selama 4 minggu lagi.  Untuk meringankan bronkospasmae akut, biasanya atau 2 kali secara inhalasi 250 mcg setiap 4-6 jam, Maks : 8 x inhalasi selama 24 jam.  Breath-actuated : 1 x inhalasi 500 mcg bila diperlukan, Maks : 6 x inhalasi selama 24 jam.  Bronkospasmae berat atau tidak responsif, dosis yang biasa

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

10. mg dihirup 2-4 x sehari

50.

Broadced 1000 mg, Ceftriaxon Inj 1g, Cefxon Injeksi (Ceftriaxone)

 Lidokain HCl (tanpa ephinefrin e) 1%,  Aqua pro Injeksi,  NaCl 0.9%,  Dekstrosa 5% dalam air, Air bakteriost atik untuk injeksi (benzyl alcohol 0,9%).

 Simpan pada suhu 30°C dan terlindung dari cahaya.

larutan alkali (pH>7,0)  Larutan  rekonstitus i stabil selama 6 jam pada suhu kamar atau 24  jam dalam kulkas (suhu 5°C).  Gunakan  larutan rekonstitus i sesegera mungkin.  Larutan dengan konsentrasi 100 mg/ml stabil selama 3

Inkompatibilitas

Larutan infus : larutan yang mengandung calcium (contohnya larutan Hartmann dan Ringer) Y-site : azithromycin, filgrastim, flukonazol. Aditif : aminophylline, clindamycin phosphate, linezolid.

59

Universitas Indonesia

 Dewasa dan anak di atas 12 tahun: 1 sampai 2 gram diberikan sekali sehari (atau dalam dosis terbagi dua kali sehari) tergantung pada jenis dan beratnya infeksi. Dosis harian total tidak boleh melebihi 4 gram.  Untuk infeksi gonokokal : 250 mg secara IM sebagai dosis tunggal.  Bayi dan di bawah 12 tahun : untuk infeksi serius selain meningitis, 50 – 75 mg / kgBB / hari (maksimum 4 gram per hari) dalam dosis terbagi setiap 12 jam, dengan atau tanpa dosis muatan 75 mg / kg. Untuk penggunaan pra operasi  (profilaksis bedah), dosis tunggal 1 gram diberikan ½

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

sampai 2 jam sebelum operasi dianjurkan.

BuvAnestesi Spinal 5% Heavy 20 mg/50ml

 Dewasa 400 mg dosis tunggal setiap hari  Bedah anesth: Lumbar epidural (perut, panggul & bedah

 NaCl 0.9%.

 Lindungi dari cahaya.

hari pada suhu kamar atau 10 hari pada suhu 4°C. Warna larutan berkisar antara kuning muda hingga merah coklat, tergantung dari kadar dan lamanya penyimpan an.  Simpan pada suhu kamar terkendali,

Inkompatibilitas

 Bupivakain Injeksi tidak boleh dicampur dengan obat lain. 60

Universitas Indonesia

51.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat (Bupivacaine HCl)

Dosis

Pelarut 



Stabilitas setelah Penyiapan pembekuan harus dihindari  Produk yang mengandu ng nfuse ri ne harus dilindungi dari cahaya selama penyiapa  Tempat penyimpan an harus bebas dari bakteri

Inkompatibilitas  Larutan tidak harus disimpan dalam wadah logam, misalnya jarum atau bagian logam jarum suntik, ion logam akan terlarut dapat menyebabkan bengkak di tempat suntikan.

61

Universitas Indonesia

ekstremitas bawah termasuk operasi caesar) 75-150 mg (5 mg / mL); toraks epidural (atas perut) 12,5-37,5 mg (2,5 mg / mL), bedah dada 25-50 mg (5 mg / mL), ekor epidural 37,5100 mg (2,5 mg / mL) & / atau 75-125 mg (5 mg / mL), blok lainnya (infiltrasi lokal) 12,5150 mg (2,5 mg / mL) atau 25150 mg (5 mg / mL), interkostal (per segmen) 10-20 mg (2,5 mg / mL) atau 15-25 mg (5 mg / mL); brakialis pleksus 100-150 mg (5 mg / mL ), siatik 3 in 1 (obturator femoralis & kutaneus lateralis) 50-100 mg (5 mg / mL), pudenda 7,5-100 mg (2,5-5 mg / mL)  Analgesia: Caudal epidural (pengobatab nyeri pasca-op) 5075 mg bolus (2,5 mg / mL); lumbar epidural (bolus & infus kontinu) 15-60 mg bolus (2,5-5

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Dosis

Obat



52.

Calcium glukonat 10% 10 ml, calcii gluconas ampul 100 mg/1 ml (Kalsium glukonat)

 



mg / mL) diikuti oleh 12,518,75 mg / jam (1,25-2,5 mg / mL); (infus kontinu selama pasca-op) toraks epidural 6,2512,5 mg / jam (1,25 mg / mL) Anak hitung dosis berdasarkan berat sampai dengan 2 mg / kg, adrenalin dapat ditambahkan untuk memperpanjang durasi blok dengan 50-100%. Hipokalsemia : IV: 2-15g/24 jam sebagai nfuse kontinyu atau dalam dosis terbagi Hipokalsemia Neonatus: 200800 mg / kg / hari sebagai nfuse kontinyu atau dalam 4 dosis terbagi (maksimal 1 g / dosis) Hipokalsemia Bayi dan Anakanak: 200-500 mg / kg / hari sebagai nfuse kontinyu atau dalam 4 dosis terbagi (maksimal: 2-3 g / dosis) Hipokalsemia tetani : IV: 1-3 g /

 NS  D5W  D5S

 Simpan pada suhu kamar. Sediaan yang mengandun g endapan tidak boleh digunakan.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Larutan  Y-site : fluconazole, IV/ larutan lansoprazole. infus IV  Dalam syringe : stabil metoclopromide HCl, selama 24 pantoprazole Na. jam pada  Aditif : dobutamin suhu HCl, kamar. Methylprednisolone  Hindari sodium succinate. dari pembekuan .

62

Universitas Indonesia



Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Dosis

Obat









Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

dosis dapat diberikan sampai respon terapi tercapai Hipokalsemia tetani Bayi dan Anak-anak: 100-200 mg / kg / dosis selama 5-10 menit; dapat diulang setiap 6-8 jam atau diikuti dengan nfuse 500 mg / kg / hari Keracunan Magnesium atau serangan jantung dengan adanya hiperkalemia atau hipokalsemia: IV: 500-800 mg / dosis (maksimal 3 g / dosis) Keracunan Magnesium atau serangan jantung dengan adanya hiperkalemia atau hipokalsemia Bayi dan Anak-anak: 60-100 mg / kg / dosis (maksimal 3 g / dosis) Pemeliharaan untuk kebutuhan elektrolit TPN: IV: Persyaratan Harian: 1,7-3,4 g/1000 kcal/24 jam Overdosis Calcium channel 63

Universitas Indonesia



Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

53.

Cardiject 25 mg/ml 10 ml, Dobutamine Giulinni Infus 250 mg/5 ml, Dobutel Inj 50 mg/ml 5 ml (Dobutamin HCl) Catapres 0,15

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

blocker : infuse IV : larutan 10% 0,6-1,2 mL / kg / jam atau I.V. 0,2-0,5 ml / kg setiap 15-20 menit untuk 4 dosis (maksimum: 2-3 g / dosis)  Hanya untuk pemberian secara IV. Berikan perlahan (â ¼ 1,5 ml kalsium glukonat 10% per menit) melalui jarum kecil ke pembuluh darah besar untuk menghindari terlalu cepat meningkat serum kalsium dan ekstravasasi  Neonatus : 2-15 mcg/kg/menit.  Dekstrosa  Simpan  Karena  Inkompatibel dengan  Anak-anak dan dewasa : 2,5-20 5% dalam pada bersifat alkalin, tidak boleh mcg/kg/menit, maksimum 40 air temperatur sitotoksik, dicampur dengan Na mcg/kg/menit. ruangan harus bicarbonate 5%, terkontrol digunakan larutan alkali lainnya, dan segera atau obat lain, atau terlindungi dalam waktu larutan yang berisi dari panas 24 jam. kombinasi bisulfit dan cahaya. dan etanol.  Injeksi intravena : lambat  NaCl  Simpan  Simpan  Tidak diketahui.

64

Universitas Indonesia

54.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

55.

Obat

Dosis

Pelarut

perlahan 150-300 mcg; maksimum 750 mcg dalam 24 jam.

Cedantron, Ondansetron 4 mg/2 ml, Ondansentron inj 8 mg/2 ml (ondansetron)

 Pengobatan mual muntah pasca bedah : 4 mg/IM sebagai dosis tunggal atau injeksi IV secara perlahan.  Pemberian kemoterapi yang sangat emetogenik : mula-mula diberikan injeksi 8 mg/IV secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi diikuti dengan infus 1 mg ondansentron/jam secara kontinyu selama kurang dari 24 jam atau 2 kali injeksi 8 mg peroral selama 5 hari.  Penderita dengan gangguan fungsi ginjal tidak memerlukan

0,9%

pada temperatur ruangan

 Dextrose  Larutan 5% dalam ondansetro air, n HCl  Dekstrosa jernih dan 5% dalam tidak air berwarna. dengan Ampul potasium tidak klorida boleh di 0,3%, autoklaf.  Manitol  Simpan 10%, pada suhu injeksi 15°Cringer 30°C atau itu,lactate di dalam d,  NaCl

Stabilitas setelah Penyiapan pada suhu 37°C selama 10 minggu dan terlindungi dari cahaya.  Larutan IV  infuse yang sudah dibuat harus segera digunakan.  Larutan ondansetro n HCl dalam NS, D5W, D5¼NS, D5S stabil pada suhu kamar dan penerangan

Inkompatibilitas

Y-site : aminophylline, ampicillin sodium, ampicillin sodiumsulbactam sodium, cefepime HCl, furosemida, methylprednisolone sodium succinate, piperacillin sodium, sodium bicarbonate.

65

Universitas Indonesia

mg/ml (Klonidin HCl)

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut 0,9%,  NaCl 0,9% dengan potassium klorida 0.3%.

Lemari pendingin dan terlindung dari cahaya.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

normal selama 48 jam. Kombinasi ondansetro n dengan obatobatan bersifat basa menunjukk an terjadinya pengendap an.  Ondansetro n stabil dalam wadah infuse polietilen atau botol gelas tipe 1. Larutan 66

Universitas Indonesia

penyesuaian dosis harian, frekuensi, ataupun cara pemberian.  Penderita dengan gangguan fungsi hati, dosis total harian tidak boleh lebih dari 8 mg.  Anak berusia lebih dari 4 tahun : 5 mg/m2 IV selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi diikuti dengan pengobatan oral 4 mg tiap 8 jam selama 5 hari.  Untuk penderita lanjut usia (lebih dari 65 tahun) efektivitasnya dan toleransinya ama dengan pada penderita dewasa mula sehingga tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis/ cara pemberian pada penderita lanjut usia.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

56.

Obat

Cedocard mg/10 (Isosorbid dinitrat)

Dosis

Pelarut

10  Infus intravena : 2-10 mg/jam; ml dosis lebih tinggi samapi 20 mg/jam mungkin diperlukan.

 NaCl 0,9%  Dextrosa 5% dalam air

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

heparin

67

Universitas Indonesia

ondansetro n dalam NS atau D5W juga  Simpan  Ampul atau  Y-site : pada suhu botol harus sodium. kamar. digunakan  Larutan /diencerkan ampul atau segera botol setelah sebelum dibuka dan dibuka sisanya tidak dibuang. berwarna. Lakukan pengencera n secara aseptic.  PVC dapat mengabsor bsi isosorbide dinitrate, gunakan container

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

57.

Obat

Cefazol 1 (Sefazolin Natrium)

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

68

Universitas Indonesia

dan administrat ion set yang terbuat dari polietilen atau gelas. g  Anak >1 bukan : 25-100  Dextrosa  Sinpan  Larutan  Dalam syringe : mg/kg/hari setiap 6-8 jam, 5%. pada suhu harus ascorbic acid maksimum 6 g/hari.  NaCl kamar dan dipakai injection, cimetidine  Dewasa : 250 mg-1,5 g setiap 60,9%. hindari dalam HCl, lidocaine HCl, 12 jam (biasanya 8 jam),  Aqua pro paparan waktu 48 pantoprazole tergantung infeksi, maksimum injeksi langsung jam setelah sodium. dosis 12 g/hari. cahaya, rekonstitusi  Aditif : amikacin karena pada suhu sulfate, atracurium paparan kamar. besylate, bleomycin yang lama  Larutan sulfate, ranitidine dapat rekonstitusi HCl. menyebab harus kan disimpan perubahan dalam warna tempat serbuk. gelap.  Presipitasi

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Cefotaxim

Pelarut

 Infeksi ringan sampai sedang: 1 g  NaCl

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

Serbuk dan dapat larutan terjadi cefazolin karena dapat pengaruh berubah perubahan menjadi suhu, lebih gelap namun karena dapat pengaruh diatasi kondisi dengan penyimpan menghanga an, namun tkan vial perubahan dalam air warna hangat. tidak mengindik asikan terjadinya perubahan potensi.  Serbuk  Larutan  Dalam syringe :

69

Universitas Indonesia

58.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat 1000 mg, Clafaron vial 500 mg, 1 g, 2 g.

Dosis

Pelarut

injeksi IM atau IV atau infus IV tiap 12 jam; infeksi berat: 2 g injeksi atau infus IV 4x/hari. Dosis lebih tinggi sampai 12 g/hari terbagi dalam 3-4 dosis;  Gonorrhoea: 500 mg injeksi IM atau IV dosis tunggal;  Meningitis bakterial: dewasa dan anak-anak >12 tahun 1 g, anak di bawah 12 tahun 50 mg/kg;  Dosis pada gangguan ginjal: Cl Cr <5 mL/menit berikan 1 g loading dose kemudian dosis pemeliharaan 50% dari dosis normal

0,9%,  Glukosa 5%,  GlukosaNaCl  Hartmann,  Ringer Laktat

Stabilitas Penyimpanan injeksi stabil pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

70

Universitas Indonesia

rekonstitusi pantoprazole. berwarna  Y-site : azithromycin, kuning filgrastim, muda fluconazole, samapi gemcitabine HCl, kuning hetastarch dalam NS. tergantung dari pelarut, konsentrasi, dan penyimpana n. Warna kuning pucat dari larutan induk mengindika sikan adanya perubahan potensi.  Larutan rekonstitusi dapat

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

59.

Obat

Cefoperazole Sulbactam 1 g

Dosis

Pelarut

-

 Simpan dalam wadah kedap udara.

Stabilitas setelah Penyiapan disimpan selama 24 jam pada suhu 25°C -

Inkompatibilitas

-

71

Universitas Indonesia

 Dewasa : 2-4 g/ hari, diberikan tiap 12 jam dalam dosis terbagi. Infeksi berat atau sukar disembuhkan dosis dapat ditingkatkan sampai 8 g/ hari.  Anak 40 mg/kgBB/hari, dosis dapat diberikan tiap 6 - 12 jam dalam dosis terbagi. Infeksi berat atau sukar disembuhkan dosis dapat ditingkatkan sampai dengan160 mg/kgBB/hari.  Neonatus minggu pertama : dosis maks sulbaktam : 80 mg/kgBB/hari. Bila perlu diberikan cefoperazone > 80 mg/kgBB/hari, cefoperazone tambahan diberikan secara terpisah.  Pasien dengan gangguan fungsi hati maks 2 g/ hari.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

60.

Obat

Ceftazidime pentahydrate, fortum 500 mg, fortum 1 g, fortum 2 g

Dosis

Pelarut

 Dextrose 5% dalam air;  NaCl 0,9%; aqua steril untuk injeksi;  Ringer Laktat.  Dekstrosa 10% dalam air.

 Simpan pada suhu 25°C dan terlindung dari cahay. Rentang warna larutan dari kuning terang

Stabilitas setelah Penyiapan

 Larutan dengan konsentrasi 1 mg/ml dan 40 mg/ml dalam pelarut yang sesuai, stabil selama 18 jam pada

Inkompatibilitas

 Larutan infus : sodium bicarbonate  Dalam syringe : pantoprazole sodium.  Y-site : Amiodaron HCl, azithromycin, doxorubicin HCl liposome injection, midazolam HCl, phenytoin sodium.  Aditif : amikacin sulfate, 72

Universitas Indonesia

 Gangguan fungsi ginjal dengan bersihan kreatinin < 15 ml/menit : sulbactam maks 500 mg/ 12 jam. IV pemberian infus berkala 1 g/ 20 ml diperlukan lebih dari 15-60 menit. injeksi IV 1 g/ 20 ml, diberikan minimal > 3 amenit. IM lidokain merupakan media yang sesuai untuk pemberian secara IM, tetapi tidak untuk rekonstitusi awal  Dosis standard: 1 g injeksi IM atau IV tiap 8 jam atau 2 g injeksi/infus IV tiap 12 jam;  Infeksi berat: 2 g injeksi/infus IV tiap 8-12 jam atau 3 g tiap 12 jam;  ISK atau infeksi lebih ringan: 500 mg-1 g injeksi IM atau IV tiap 12 jam;  Infeksi paru pseudomonal pada sistik fibrosis: hingga 50 mg/kg injeksi/infus IV tiap 8 jam;  Profilaksis bedah atau bedah

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

prostat: 1 g pada induksi anestesi diulang jika diperlukan ketika kateter dilepas;  Dosis pada kelainan ginjal: Cl Cr 31-50 mL/menit 1-2 g tiap 12 jam, Cl Cr 16-30 mL/menit 1-2 g tiap 24 jam, Cl Cr 6-15 mL/menit 500 mg-1 g tiap 24 jam, Cl Cr <5 mL/menit 500 mg-1 g tiap 48 jam

 D5S.

Stabilitas Penyimpanan

suhu <25°C dan 7 hari di dalam lemari pendingin.

Inkompatibilitas aminophylline, gentamicin sulfate.

73

Universitas Indonesia

sampai kuning muda tergantung pada konsentras i pelarut dan kondisi penyimpan an yang digunakan. Perubahan warna menjadi lebih gelap tidak mengindik asikan adanya perubahan potensi.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 61.

Obat Cefriex 1 g

Dosis

Pelarut  D5W  N5

Simpan pada suhu kamar (25-30o C), hindarkan dari cahaya, lemari pendingin

Stabilitas setelah Penyiapan  Stabil 2 hari dalam suhu kamar 250C  10 hari dalam lemari pendingin 50C

Inkompatibilitas Kalsium atau dengan aminoglikosida, amsacrine, flukonazol, labetalol, atau vankomisin, atau pentamidin

74

Universitas Indonesia

 Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun: Gonorrhea : 250 mg IM sebagai dosis tunggal.  Profilaksis infeksi perioperatif: 1 gram IV diberikan 0,5-2 jam pada awal pembedahan.  Infeksi lain: 1-2 gram IM/IV setiap 24 jam atau 500 mg-1 gr setiap 12 jam. Dosis maksimal 4 gr/hari  Anak-anak dibawah 12 tahun: Meningitis : pada pengobatan hari pertama: 100 mg/kg BB diberikan secara IM/IV kemudian dilanjutkan 100 mg/kg BB setiap 24 jam atau 50 mg/kg BB setiap 12 jam. Pengobatan diberikan selama 714 hari. Dosis maksimal 4 gram/hari  Otitis media: 50 mg/kg BB IM, maksimal 1 gram sebagai dosis tunggal.Infeksi kulit dan jaringan lunak: 50-75 mg/kg BB

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Ceftum 1 g

63.

Cernevit

Pelarut

 IM/IV setiap 24 jam atau 2537,5 mg/kg BB setiap 12 jam. Dosis maksimal 2 gram/hari. Infeksi serius lain: 25-37,5 mg/kg BB IM/IV setiap 12 jam. Dosis maksimal 2 gram/hari.  Dewasa: 1-6 g/hari dalam 2-3 dosis terbagi Bayi > 2 bulan dan anak-anak : 30-100 mg/kg bb/hari, dalam 2-3 dosis terbagi.  Neonates dan bayi < 2 bulan : 25-60 mg/kg bb/hari, dalam 2 dosis terbagi. Besarnya dosis dapat disesuaikan dengan jenis infeksi, derajat infeksi, usia, berat badan, dan fungsi ginjal dari penderita.  Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis dapat disesuaikan dengan cara menurunkan dosis dan atau dengan memperpanjang interval pemberian obat.  Dewasa dan anak >15 tahun: 2-5

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

 5WFI  N5

 Simpan pada suhu < 25o C, lindungi dari cahaya dan lemari pendingin

 Gunakan segera dan boleh disimpan maksimum 12 jam pada ruangan atau 7 hari di dalam lemari pendingin.

 Air steril

 Simpan

 Buang

Inkompatibilitas

 Na bikarbonat, asetilsistein, amikasin, amiodaron, amfoterisin, cisatrakurium, klaritromisin, dobutamin, eritromisin laktobionat, flukonazol, gentamisin, midazolam, pantoprazol, fenitoin Na, propofol, tobramisin, vankimisin  Ca glukonat, bisulfit 75

Universitas Indonesia

62.

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

64.

Obat

Dosis

Pelarut

Injeksi

mL dosis tunggal melalui IM atau IV, sebagai dosis harian dapat diberikan hingga 10 mL;  Anak dengan BB hampir 30 kg: dosis tunggal 0,4-1 mL

untuk injeksi

Ceradolan 1 g (cefotiam dihydrochlorid e)

 0.5-2 g/ hari terbagi dalam 2- 4  Aqua pro dosis. injeksi.  Larutan glukosa.  Larutan elektrolit.  Larutan asam amino.

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

bleomisin. Jangan campur secara langsung dengan emulsi lipid

-

76

Universitas Indonesia

pada suhu larutan 4-25°C. yang tidak Lindungi terpakai. dari Gunakan cahaya segera dan panas. larutan Jangan yang telah disimpan disiapkan dalam dalam 24 freezer. jam  Simpan  Gunakan pada suhu larutan kamar. rekonstitusi sesegera mungkin. Apabila larutan disimpan, gunakan dalam waktu 8 jam.

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 65.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

77

Universitas Indonesia

Ceremax Infus  Pengobatan, secara infuse  natrium  Larutan  Larutan  Nimodipin tidak 0,2 mg/ml 50 intravena melalui kateter sentral klorida nimodipin nimodipin boleh langsung ml, Nimotop awalnya 1 mg/jam (sampai 500 0,9% berwarna stabil ditambahkan ke Infus 10 mg/ml mg/jam jika berat badan kurang  glukosa kuning hingga 10 larutan infuse atau 50 ml, dari 70 kg atau jika tekanan 5% jernih. jam dicampur dengan Nootropil Inf darah tidak stabil), tingkatkan  larutan Simpan terpapar obat-obat lain. 12 g/60 ml , setelah 2 jam menjadi 2 mg/jam ringer pada suhu cahay Nootropil Inj asalkan tidak terjadi penurunan laktat <25°C, dan buatan atau 1g/5 ml tekanan darah hebat dan harus  larutan hindarkan cahaya (Nimodipin) dilanjutkan paling sedikit 5 hari Ringer dari matahari (maksimal 14 hari); jika laktat paparan langsung. dilakukan pembedahan selama dengan langsung  Jika pengobatan, lanjutkan paling magnesiu sinar diperlukan, sedikit 5 hari setelah m matahari pompa pembedahan; waktu  dekstran (sejak infuse penggunaan maksimal 21 hari. 40 botol dapat  HAES ® dikeluarka dilindungi (poli [On dari dengan 2kotaknya. pembungku hidroksiet s yang il]) pati buram 6% (opaque).  5%  Larutan albumin tidak boleh

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

manusia  Darah  manitol 10%

66.

Cetadop 200 mg/5 ml, Dopac Amp 40 mg/ml 5 ml, Dopamine Giulini Inj 50 mg/5 ml, Dopamin Inj 200 mg / 10 ml (Dopamin HCl)

 Larutan sodium chlorida 0.9%,  Larutan glukosa 5% dalam air.  Larutan Ringer laktat

 Simpan pada suhu 25-30°C dan terlindung dari cahaya.

Inkompatibilitas

digunakan setelah 25 jam dihitung dari setelah botol dibuka.  Larutan  Larutan infus : infus larutan alkali (pH jernih, >7). tidak  Y-sote : insulin berwarna. regular, Na Jika terjadi Tiopental. perubahan  Aditif : ampicillin warna, Na. jangan digunakan.  Larutan infuse harus disiapkan segera sebelum digunakan 78

Universitas Indonesia

 Larutan infus harus harus disiapkan segera sebelum digunakan. Pembuatan infus dengan cara mengencerkan satu atau beberapa vial injeksi ke dalam lartan NaCl isotonis secara tekhnik aseptik sampai konsentrasi larutan 0.4-1.6 mg/ml.  Infus diberikan secara IV maksimal dalam waktu 24 jam setelah pembuatan, dengan kecepatan infus 2-5 mcg/kg/menit. kemudian kecepatan dinaikkan secara bertahap sampai 5-10 mcg/kg/menit dan jika perlu

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

dapat dinaikkan sampai 10-50 mcg/kg/menit. jika dosis melebihi 50 mcg/kg/menit disarankan urin yang keluar dicek sesering mungkin. Apabila sesuai, volume darah sebaiknnya diperbaiki dulu sebelum pemberian dopamin.



Stabilitas Penyimpanan 

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

79

Universitas Indonesia

 dan  diberikan maksimal dalam waktu 24 jam setelah pembuatan.  Larutan infus yang telah siap digunakan akan stabil selama periode pemberian infus pada umumnya (sekitar 24 jam), kecuali laruatn infuse dalam RL (maksimal

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

67.

Chirocaine (Levobupivaka in hidroklorida)

Dosis

Pelarut

 Anestesi pembedahan : epidural  NaCl untuk pembedahan, 10-20 0,9% ml(50-150 mg) larutan 5 atau 7,5 mg/ml; bedah caesar, 15-30 ml (75-150 mg) larutan 5 mg/ml intratrakeal, 3 ml (15 mg) larutan 5 mg/ml.  Blokade saraf perifer : 1-40 ml larutan 2,5-5,mg/ml (maksimal 150 mg).  Infiltrasi lokal, anak (<12 tahun) 0,25-0,5 ml/kg BB (1,25-2,5 mg/kg BB) larutan 2,5 mg/ml atau 5 mg/ml, Dewasa 1-60 ml (maksimal 150 mg) larutan 2,5 mg/ml.

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

80

Universitas Indonesia

6 jam).  Simpan  Setelah  Larutan basa, pada pengencera suntikan natrium emperatur n dalam bikarbonat. e ruangan larutan yang natrium terkontrol klorida 20-25°C 0,9%, (68-77°F), secara kecuali kimia dan diizinkan fisika dapat dapat digunakan disimpan selama 7 pada suhu hari pada 15-30°C 20-22°C. (59-86°F)  Selain itu, secara kimia dan fisik, pencampur an dengan klonidin, morfin atau fentanyl

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

68.

Obat

Chloramex 1 g (kloramfenikol )

Dosis

Pelarut

 Simpan obat pada suhu kamar

Stabilitas setelah Penyiapan dapat digunakan selama 40 jam pada 20-22°C.  Hasil pencampur an obat dapat bertahan selama 30 hari;  Gunakan hanya jika cairan masih jernih;  Cairan obat yang dibekukan kemungkin an akan dapat bertahan

Inkompatibilitas

 Tidak dinyatakan

81

Universitas Indonesia

 DOSIS ANAK:  NaCl 0,9% - Meningitis: IV. Infant: >30 hari dan anak : 50-100 mg/kg/hari terbagi setiap 6 jam - Infeksi lain: IV. Infant: >30 hari dan anak : 50-75 mg/kg/hari terbagi setiap 6 jam. Dosis maksimal: 4 g/hari.  DOSIS DEWASA: - 50-100 mg/kg/hari terbagi setiap 6 jam. Makimum dosis harian 4 g/hari. - dapat diberikan IV kurang dari 1 menit dengan konsentrasi 100 mg/mL atau IV intermittent infuse lebih dari 15-30 menit dengan konsentrasi akhir <20 mcg/mL.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

69.

Obat

Cisplatin 10 mg, Cisplatin 50 mg (Sisplatin)

Dosis

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

selama 6 bulan.  Simpan  Karena  Hindari kontak vial pada bersifat dengan aluminium. suhu 15sitotoksik, Cisplatin bereaksi 25°C. maka harus dengan logam  Lindungi digunakan aluminium dari segera membentuk endapan cahaya. dalam hitam platinum.  Tidak waktu 24  Cisplatin terurai boleh jam setelah dengan larutan dalam disimpan preparasi. media dengan klorida di lemari rendah, konsentrasi pendingin. klorida setidaknya harus setara dengan 0,45% dari natrium klorida.  Produk ini obat tidak boleh dicampur dengan produk obat lainnya.  Antioksidan (seperti natrium metabisulfit), bikarbonat (natrium 82

Universitas Indonesia

 Anak-anak. Jadwal dosis  Dekstrosa intermiten : 37-75 mg/m2 sekali 5% dalam setiap 2-3 minggu atau 50-100 air. mg/m2 selama 4-6 jam sekali  NaCl setiap 21-28 hari. Dosis harian : 0,9% 2 15-20 mg/m /hari untuk 5 hari setiap 3-4 minggu. Sarkoma osteogenik atau neuroblastoma : 60-100 mg/m2 per hari setiap 34 minggu. Tumor otak yang kambuh : 60 mg/m2 sekali sehari per 2 hari setiap 3-4 minggu. Kanker sumsum tulang : infuse lanjutan : dosis tinggi 55 mg/m2 per 72 jam, total dosis 165 mg/m2.  Dewasa : Kanker kandung kemih : 50-70 mg/m2 setiap 3-4 minggu. Kanker kepala dan leher : 100-120 mg/m2 setiap 34 minggu. “malignant pleural mesothelioma in combination

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

70.

Obat

Clavamox IV 1000 mg (Amoksisilin + Asam Klavulanat)

Dosis

Pelarut

with pemetrexed : 75 mg/m2 per hari selama siklus 21 hari. Kanker metastatic ovarian : 75100 mg/m2 setiap 3-4 minggu. Kanker testicular : 10-20 mg/m2/hari setiap 3-4 minggu.  Pervial clavamox IV 500 :  Aqua pro Amoksisilin trihidrat 500 mg, K injeksi. clavulanate 100 mg.  Pervial clavamox IV 1000 : amoksisilin trihidrat 1000 mg, K clavulanat 200 mg.

Stabilitas setelah Penyiapan

Stabilitas Penyimpanan

 Simpan  serbuk pada suhu 2-8°C.



bikarbonat), sulfat, fluorourasil dan paclitaxel dapat menonaktifkan cisplatin dalam sistem infus.  Larutan infus : NS, D5W, RL.  Y-site : midazolam HCl.  Aditif : cirofloxacin, metronidazole.

83

Universitas Indonesia

Gunakan larutan rekonstitusi sesegera mungkin, maksimum 20 menit setelah dilarutkan. Stabilitas menurun dengan peningkata n konsentrasi .leh karena itum untuk IV Infus,

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Clinimix

Pelarut

 Pasien dengan BB 60 – 70 kgBB

 Untuk

Stabilitas Penyimpanan

 Sediaan

Stabilitas setelah Penyiapan gunakan larutan rekonstitusi sesegera mungkin.  Clavamox IV kurang stabil dalam larutan infuse yang mengandun g glukosa, dekstran, atau bikarbonat, namun dapat diinjeksika n ke selang infus dalam waktu 3-4 menit.  Larutan

Inkompatibilitas

 Zat tambahan 84

Universitas Indonesia

71.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat N9G15E Infus 1 L (Amino acids, glucose, electrolytes)

Dosis

Pelarut

N9G15E ; Maks : 3 ml/ kg/ jam (40 ml/ kg/ hari). N9G20E : Maks : 2.5 ml/ kg/ jam (40 ml/ kg/ hari).

harus disimpan pada suhu 15°C-30° C dan terlindung dari cahaya matahari langsung.

Stabilitas setelah Penyiapan steril dan bebas pirogen.  Jangan dibekukan  Jangan digunakan jika larutan tidak jernih dan jika wadah serta tutup rusak. Jangan gunakan terus menerus.  Jangan gunakan sebelum dan sesudah transfusi darah

Inkompatibilitas mungkin tercampur.

tidak

85

Universitas Indonesia

pemberia n secara langsung, dapat dicampur dengan larutan asam amino yang dapat tercampur kan atau regimen infuse yang mengand ung asam amino utama.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

86

Universitas Indonesia

dengan mengguna kan infus yang sama. gunakan segera setelah segel dibuka dan dicampur ke duanya.  Stabil selama 7 hari pada temperatur 2°C-8°C selama 48 jam. Jangan gunakan campuran lebih dari 24 jam pada

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

72.

Obat

Cordarone Amp 150 mg/3 ml (Amiodaron HCl)

Dosis

Pelarut

 Infus IV : dosis biasa 5 mg/ kgBB dalam 250 ml dekstrosa 5% selama 20 menit sampai 2 jam; dosis dapat diulangi 2-3 x selama 24 jam  Pemeliharaan : 1-20 mg / kgBB/ 24 jam (biasanya 600-800/ 24 jam hingga besar dari 1200 mg/ kgBB/ 24 jam) dalam 250 ml dekstrose 5% setelah beberapa hari

 Dekstrosa 5%.

Stabilitas Penyimpanan

 Simpan pada suhu <25°C dan hindarkan dari cahaya.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

87

Universitas Indonesia

temperatur 2°C-8°C.  Pada saat  Y-site : pemberian, aminophylline, perlindung ampicillin sodiuman terhadap sulbactam sodium, cahaya cefazolin sodium, tidak ceftazidime, diperlukan, digoxin, heparin namun sodium, imipenemhindarkan cilastin sodium, dari sodium bicarbonate. paparan  Dalam syringe : langsung patoprazole sodium. sinar matahari.  Amiodaron HCl 0,6 mg/ml dalam D5W stabil selama 5 hari pada suhu

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

88

Universitas Indonesia

±25°C.  Larutan dengan konsentrasi <0,6 mg/ml dalam D5W tidak stabil dan sebaiknya tidak digunakan.  Data mengenai kompatibili tas dengan NS masih belum dapat dipastikan. Bila NS hendak digunakan, maka

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

73.

Obat

Cotrimoksazol 5 ml, Cotrimoksazol 10 ml (Kotrimoksazo l DOEN III kombinasi sulfametoksaz ol 80 mg/ml, trimetoprim 16 mg/ml)

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

-

89

Universitas Indonesia

gunakan konsentrasi amiodaron HCl 1,8-4 mg/ml  Infus intravena : 960 mg/hari  Dekstrosa  Simpan vial  Untuk tiap 12 jam, dapat ditingkatkan 5% pada larutan 5 menjadi 1,44 gram tiap 12 jam dalam air. temperatur ml/125 ml pada infeksi berat. Anak 36 ruangan di mg/kg BB /hari terbagi dalam yang dekstrosa dua dosis. Pada infeksi berat terkontrol 5% dalam dapat ditingkatkan menjadi 54 dan tidak air, mg/kg BB/hari. boleh di gunakan lemari selama 6 dingin. jam setelah preparasi.  Untuk larutan 5 ml/100 ml di dekstrosa 5% dalam air, gunakan

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

selama 4 jam setelah preparasi.  Untuk larutan 5 ml/75 ml di dekstrosa 5% dalam air, gunakan selama 2 jam setelah preparasi.  Produk tidak boleh disimpan dalam lemari pendingin. Cravit IV 100  Infus IV lambat : 1 x sehari,  NaCl 0,9  Simpan  Selama  Larutan infus : ml selama 7 sampai 14 hari %, vial yang pemberian larutan yang (levofloxacin)  Glukosa masih larutan IV mengandung Al3+, 5%, tertutup infuse Ca2+, Cu2+, Mg2+,  Glukosapada suhu tidak Zn2+ 90

Universitas Indonesia

74.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut NaCl (dengan tambaha n KCl)  Ringer Laktat

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Y-site : Azithromycin, furosemide, heparin sodium, nitroglycerine, propofol.

91

Universitas Indonesia

25°Cdiperlukan  30°C dan perlindung terlindung am dari terhadap cahaya., cahaya. termasuk  Bila tutup paparan vial sudah cahay dibuka, matahari larutan langsung harus karena segera levofloxac digunakan in dalam mengalam waktu 3 i peruraian jam untuk bila mencegah terkena kontaminas sinar i bakteri. ultraviolet Larutan . injeksi yang tidak terpakai lagi harus dibuang.

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

75.

Obat

Cryptal Infus 200 mg/100 ml, Diflucan Infus 2 mg/ml 100 ml (Fluconazol)

Dosis

Pelarut

 Dekstrosa 5% dalam air.  Ringer’s injection, lactated.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

Tidak boleh dicampur dengan larutan yang bersifat basa (contohnya Na bikarbonat)  Simpan  Simpan  Produk obat ini dalam injeksi tidak boleh wadah pada suhu dicampur dengan kedap 5°C sampai obat lain. udara pada 25°C (41°F suhu di sampai bawah 77°F). 30°C.  Jangan membekuk an.  Jangan dibuka sampai 92

Universitas Indonesia

 Kandidiasis Orofaring 50 mg / hari selama 7 - 14 hari.  Infeksi kandida mukosa (kecuali kandidiasis vaginalis) 50 mg / hari selama 14 - 30 hari. Pada kasus berat dosis dapat ditingkatkan sampai 100 mg / hari.  Infeksi kandida yang lainnya atau kandidiasis yang menyebar, kandidemia 400 mg / hari, diikuti dengan 200 mg hari tergantung pada respon klinis,

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

76.

77.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

93

Universitas Indonesia

dapat ditingkatkan menjadi 400 siap mg / hari. digunakan.  Meningitis Cryptococcal 400 mg 1 kali / hari, diikuti dengan 200-400 mg 1 kali perhari selama 6-8 minggu. Cytarabine 100  IV :75-200 mg/m2/hari untuk 5-  “Bacterio  Simpan  Simpan  Produk obat ini 2 mg/ml 10 hari; atau 100 mg/m untuk static pada pada tidak boleh (Sitarabin 7 hari; atau mg/m2/dosis setiap water for temperatur temperatur dicampur dengan Adenosin) 12 jam untuk 7 hari. injection” ruangan ruangan obat lain. yang terkontrol. terkontrol berisi sampai 48 benzil jam. alcohol. Dacarbazin  Intraarterial : 50-499 mg/m2  Dekstrosa  Simpan vial  Karena  heparin, 200 mg untuk 5-10 hari. 5% pada suhu bersifat hidrokortison, L(Dakarbazin)  IV. Hodgkin’s disease, ABVD : dalam air. 2°-8°C dan sitotoksik, cysteine and natrium 375 mg/m2 hari 1 dan 15 setaip  NaCl terlindungi produk hidrogen karbonat. 2 4 minggu atau 100 mg/m /hari 0,9% dari cahaya. harus untuk 5 hari.  Simpan digunakan  Melanoma metastatik (tunggal pada segera atau kombinasi dengan obat temperatur tidak lebih 2 lain) : 150-250 mg/m hari 1-5 dari 24 jam setiap 3-4 minggu. pada

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

78.

Obat

Daktinomisin 0,5 g (Daktinomisin)

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

-

94

Universitas Indonesia

ruangan temperatur yang ruangan. terkontrol selama 4 minggu sampai 3 bulan.  Anak >6 bulan. Dosis lazim  Dekstrosa  Simpan  Karena : 15 mcg/kg/hari untuk 5 5% vial pada bersifat hari setiap 3-6 minggu atau dalam air. temperatur sitotoksik, 400-600 mcg/m2/hari untuk  NaCl ruanganda maa harus 5 hari setiap 3-6 minggu. 0,9% n digunakan “Wilm’s tumor”, terlindungi segera “rhabdomyosarcoma”, dari tidak lebih “Ewing’s sarcoma” 15 cahaya dari 24 jam mcg/m2/hari untuk 5 hari dan pada suhu (dalam regimen kombinasi kelembaba 4°C atau dan terjadwal). n. pada Osteosarkoma : 600 temperatur mcg/m2/dosis hari 1,2,3 ruangan sebagai bagian kombinasi yang terapi. terkontrol.  Dewasa. Dosis lazim : 15 mcg/m2/hari untuk 5 hari

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

95

Universitas Indonesia

setiap 3-6 minggu atau 400600 mcg/m2/hari untuk 5 hari setiap 3-6 minggu atau 1000 mcg/m2/hari pada hari 1 atau 12 mcg/m2/hari untuk 5 hari (monoterapi) atau 500 mcg/m2/hari pada hari 1 atau 2 sebagai bagian kombinasi kemoterapi. Kanker testicular : 1000 mcg/m2/hari pada hari 1 sebagai bagian dari kombinasi kemoterapi. “Gestasional trophoblastic neoplasm” : 12 mcg/m2/hari untuk 5 hari (monoterapi) atau 500 mcg/m2/hari pada hari 1 atau 2 sebagai bagian kombinasi kemoterapi. “Wilm’s tumor”, “rhabdomyosarcoma” ” 15 mcg/m2/hari untuk 5 hari (dalam regimen kombinasi dan terjadwal).

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

79

80.

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Osteosarcoma : 600 mcg/m2/dosis hari 1,2,3 sebagai bagian kombinasi terapi. Ovarian tumor : 500 mcg/m2/hari untuk 5 hari setiap 4 minggu atau 300 mcg/m2/hari untuk 5 hari setiap 4 minggu. Darrow  Dosis sesuai kebutuhan pasien.  Tidak ada  Simpan  Larutan Glukosa Ana karena pada suhu yang (DG Ana) langsung dibawah tersisa Infus 500 ml diberikan. 25°C. dibuang setelah digunakan. Darrow  Dosis sesuai kebutuhan pasien.  Tidak ada  Simpan  Larutan Glukosa Half karena pada suhu yang Strength Infus langsung dibawah tersisa 500 ml diberikan. 25°C. dibuang setelah digunakan. Daunorubicin  Anak. Total kumulatf dosis  Dekstrosa  Simpan  Karena Hidroklorida tidak boleh lebih dari 300 5% pada bersifat 2 DBL 20 mg/4 mg/m pada anak > 2 tahun atau dalam air. temperatur sitotoksik, ml 10 mg/kg pada anak < 2 tahun.  NaCl ruangan maka harus

Inkompatibilitas

-

-

 Injeksi natrium heparin dan deksametason natrium fosfat. 96

Universitas Indonesia

81.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat (Daunorubicin HCl)

Dosis

Pelarut 0,9%

yang terkontrol.  Terlindung dari cahaya.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

digunakan segera sampai 24 jam pada suhu 4°C atau pada temperatur ruangan yang terkontrol.

97

Universitas Indonesia

Anak <2 tahun atau BSA <0,5 m2, semua kombinasi terapi : 1 mg/kg/dosis per protocol dengan frekuensi tergantung regimen. Anak ≥2 tahun dan BSA ≥ 0,5 m2 : semua kombinasi terapi 25 mc/ m2 pada hari 1 setiap minggu untuk 4-6 siklus. Infus lanjutan : 3060 mg/ m2/ hari pada hari 1-3.  Dewasa. Total kumulatif dosis tidak boleh dari 500 mg/m2 tanpa resiko kardiotoksisitas dan tidak boleh lebih dari 400 mg/m2 pada pasien yang mendapatkan radiasi dada. Semua kombinasi terapi : 45 mg/ m2/hari untuk 3 hari. Dewasa <60 tahun : awalnya 45 mg/ m2/hari untuk 3 hari, kemudian menyusul 45 mg/ m2/hari untuk 2 hari. Dewasa ≥60 tahun : awalnya 30 mg/m2/hari untuk 3 hari,

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

82.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

 Air steril  Simpan vial  Simpan untuk pada suhu pada injeksi. tidak lebih temperatur  Dextrose dari 25°C ruangan 5% yang dalam air, terkontrol  NaCl sampai 1 0.9%. minggu  Ringer’s dan injection, terlindung lactated dari cahaya.

Inkompatibilitas

-

98

Universitas Indonesia

kemudian menyusul 30 mg/m2/hari untuk 2 hari. Deferoksamin  Untuk akut. Anak ≥ 3 tahun: IM mesilat 500 90 mg/kg/dosis setaip 8 jam mg/ml 10 ml (maksimum 6 g/24 jam).. IV 15 (Deferoksamin mg/kg/jam (maksimum 6 g/24 mesilat) jam). Dewasa : IM, IV : awalnya 1000 mg yang diikuti 500 mg setiap 4 jam sampai 2 kali dosis; kemudian dosis 500 mg diberikan setiap 4-12 jam. Dosis maksimum rekomendasi 6 g/hari.  Untuk kronis. Anak ≥ 3 tahun : IV 15 mg/kg/jam (maksimum 12 g/24 jam). Sub Q : 20-40 mg/kg/hari selama 8-12 jam (maksimum dosis 1000-2000 mg/hari). Dewasa : IM, IV 5001000 mg/hari. Maksimum dosis 1 g/hari tanpa tranfusi, 6 g/hari jika pasien menerima tranfusi. SuQ : 1-2 g setiap hari atau 2040 mg/kg/hari selama 8-24 jam.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Obat

83.

Dexamethason e Amp 5 mg/ml, Kalmethasone Inj 5 mg / ml, Oradexon 5 mg/ml 1 ml (Deksametason sodium phosphate)

 Dosis standard: 0,5-24 mg /hari melalui IM atau injeksi/ nfuse IV;  Edema serebral berkaitan dengan malignansi: dosis awal 10 mg injeksi IV diikuti 4 mg IM tiap 6 jam selama 2-4 hari;  Meningitis: 10 mg injeksi IV tiap 6 jam untuk 4 hari;  Intraartikular, intrasinovial atau injeksi jaringan lunak: sendi besar 2-4 mg, sendi kecil 0,8-1 mg, bursa 2-3 mg, pelapis tendon 0,4-1 mg, infiltrasi jaringan lunak 2-6 mg, ganglia 1-2 mg. Injeksi dapat diulang tiap 3-5 hari atau 2-3 minggu.

 Dekstrosa 5% dalam air,  NaCl 0.9%.

 Terlindung dari cahaya dan simpan pada suhu 2-25°C. Dexameth asone sodium phosphate tidak tahan terhadap panas dan tidak boleh di autoklaf.

84.

Dextrose 5% 500 mL, Dextrose 10% 500 mL, Dextrose 40%)

 Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan: kebutuhan cairan pada umumnya sekitar 40 mL/kg/24 jam, dosis tergantung umur, BB, dan kondisi klinis

 Tidak ada karena digunaka n sebagai pelarut.

 Simpan di bawah suhu 25°C.

Inkompatibilitas

 Dari sudut  Y-site : pandang ciprofloxacin, mikrobiolo midazolam HCl. gi, harus  Dalam syringe : digunakan difenhydramine HCl, segera, pantoprazole sodium. namun nfuse yang telah disiapkan dapat disimpan pada suhu 2-8°C dan diinfuskan dalam 24 jam (pada suhu ruang)  Jangan Alteplase, digunakan amoxicillin, jika larutan caspofungin, cokeruh. amoxiclav,  Simpan dantrolene, 99

Universitas Indonesia

No

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat 25 mL, Dextrose 5% 100 ml (Dextrose)

85.

Diamox 500 mg (Asetazolamid Natrium)

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

pasien;  Pengobatan hipoglikemia berat: 50 mL glukosa 20% atau 20-50 mL glukosa 50% injeksi IV lambat

Stabilitas setelah Penyiapan

daptomisin, enoksimon, ertapenem, eritromisin laktobionat, furosemid, hidralazin, isoniazid, itrakonazol, fenitoin Na, urokinase

 Inkompatibel dengan multivitamin.

100

Universitas Indonesia

pada suhu ruangan yang terkontrol dan terlindung dari pembekuan dan temperatur tinggi (40°C) atau lebih.  Anak. Glaukoma : IV 20-40  Dekstrosa  Simpan vial  Karena mg/kg/24 jam setiap 6 jam , 5% pada produk tidak boleh lebih dari 1 g/hari. dalam air. temperatur tidak Edema: IV 5 mg/kg atau 150  Nacl ruangan mengandun mg/m2 sekali setiap hari. 0,9%. yang g  Dewasa. Glaukoma akut : IV terkontrol. pengawet, 250-500 mg. diulangi dalam 2-4 maka jam. Maksimum 1 g/hari. digunakan Edema : IV 250-375 mg sekali selama 24 sehari. Metabolik alkaloid : IV jam setelah 250 mg setiap 6 jam untuk 4 rekonstitus.

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

86.

Dosis

Obat

Diazepam Amp 10 mg/2 ml (Diazepam)

 





dosis atau 500 mg dosis tungggal. Respiratory stimulant in COPD : IV 250 mg dua kali sehari. Sedasi pada pasien ICU: IV: 0,03-0,1 mg / kg setiap 30 menit sampai 6 jam Status epileptikus: IV: 5-10 mg setiap 5-10 menit diberikan lebih dari 5 mg / menit (dosis maksimum: 30 mg) Sedasi atau relaksasi otot atau ansietas :IM, IV: Anak-anak: 0,04-0,3 mg / kg / dosis setiap 2-4 jam sampai maksimum 0,6 mg / kg dalam jangka waktu 8jam jika diperlukan Status epileptikus: IV: Anakanak> 30 hari dan Anak-anak: 0,1-0,3 mg / kg diberikan lebih dari 5 mg / menit; dosis dapat diulang setelah 5-10 menit; maksimum: 10 mg / dosis Untuk pemberian IV, berikan

Rekonstitusi Per manufaktur, jangan mencampur produk I.V. dengan obat lain

 Simpan pada suhu 200-250C  Lindungi dari cahaya

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Potensi  Inkompatibel di dipertahank tempat pemberian : an sampai Amphotericin B 3 bulan jika cholesteryl sulfate disimpan complex, atracurium, pada suhu cefepime, kamar dexmedetomidine,  Paling diltiazem, stabil pada fluconazole, pH 4-8; foscarnet, hidrolisis gatifloxacin, heparin, terjadi heparin with pada pH < hydrocortisone 3. sodium succinate, hetastarch, hydromorphone, linezolid, meropenem, pancuronium, potassium chloride, 101

Universitas Indonesia



Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas  propofol, vecuronium, vitamin B complex dengan C.  Inkompatibel dalam syringe : Doxapram, glycopyrrolate, heparin, hydromorphone, nalbuphine, sufentanil  Inkompatibel jika dicampur : Bleomycin, buprenorphine, dobutamine, doxorubicin, floxacillin, fluorouracil,furosemi de

102

Universitas Indonesia

suntikan perlahan-tidak lebih dari 5 mg (1 ml) / menit. Injeksi lambat mengurangi risiko trombosis vena, flebitis, iritasi lokal, pembengkakan dan gangguan pembuluh darah  Pada anak-anak, berikan suntikan perlahan-lahan selama 3 menit untuk mengurangi risiko apnea dan hypersomnolence. Jangan gunakan di vena kecil dari tangan atau pergelangan tangan  Penyesuaian dosis pada gangguan hati: kurangi dosis sebesar 50% pada sirosis dan hindari di penyakit hati parah / akut  Hindari injeksi intra-arteri atau ekstravasasi, yang dapat menimbulkan arteriospasm yang dapat menyebabkan gangren. Jangan mencampur atau encerkan dengan larutan lainnya

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

87

88.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

atau obat-obatan Dibekacin  Dosis harian 100 mg untuk  NaCl  Simpan Meiji 100 orang dewasa dan 1-2 mg/kg 0,9%. pada mg/2 ml BB untuk bayi dan anak-anak  Air steril temperatur (Dibekasin diberikan secara IM dibagi 1 untuk ruangan. sulfat) atau 2 dosis. Dosis dapat injeksi. disesuaikan dengan usia atau keparahan infeksi.  IV Infus Drip: Dewasa: 100 mg sehari dibagi dalam 2 dosis selama 30-60 menit.

 Sebelum operasi 1 tab 3 x / hari, 2 - 3 jam sebelum operasi. 1 jam sebelum operasi 2 amp IV/IM.  Selama operasi IM atau IV/IM bila diperlukan atau 4 amp dalam cairan infus. Darurat, untuk efek segera 2 amp IV dan

-

 Dibekacin sulfat sangat stabil.  Ketika dilarutkan dalam NaCl 0,9% atau air steril untuk injeksi dapat disimpan pada 25°C selama 7 hari.  Simpan di dalam wadah kedap udara, dan lindungi

Inkompatibilitas

 Diuretik

 Ethamsilate tidakkompatibel dengan banyak senyawa termasuk sejumlah antibakteri suntik.

103

Universitas Indonesia

Dicynone 250 mg / 2 ml (etamsilat)

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Digoxin 0,25 mg/ml 2 ml (Digoxin)

90.

Dilantin 250 mg/5 ml, Phenitoin 100

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

2 amp IM. dari  Setelah operasi selama 4 hari cahaya. setelah operasi, 2 amp IM/IV pagi dan sore atau 3 tab/hari dalam 3 dosis. Anak ½ dosis dewasa.  Pencegahan atau pengobatan pendarahan kapiler darurat 2 amp 3 x / hari IM/IV. Pencegahan dan terapi 1 tab 3 x / hari. Anak ½ dosis dewasa.  Pada keadaan gawat  Aqua pro  Simpan darurat/akut, dosis muatan injeksi pada diberikan secara infus  Dekstrosa temperatur intravena, 250-500 mcg dalam 5% ruangan 15-20 menit, diikuti dengan dalam air. yang sisanya dalam dosis terbagi tiap  NaCl terkontrol. 4-8 jam (tergantung dari respon 0,9%.  Terlindung jantung) sampai total dosis dari muatan 0,5 1 mg tercapai. cahaya.  Penyuntikan secara IV tidak  Sodium  Simpan boleh lebih dari 50 mg per chlorida sediaan menit. 0.45% pada

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Simpan  Tidak berlaku. selam 48 jam pada suhu 4°C atau selama 24 jam pada 23°C  Larutan injeksi yang sudah

 Larutan infus : D5W, RL, D5S.  Y-site : Cefepime

104

Universitas Indonesia

89.

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat mg/2 ml (Fenitoin Na)

91.

Dosis

Pelarut

 Batas keamanan dilantin relatif kecil.  Pada pengobatan status epileptikus, pemberian secara IV lebih baik dibandingkan dengan IM karena tidak terjadi penghambatan absorpsi.

Stabilitas Penyimpanan

 Sodium chlorida 0.9%

Inkompatibilitas

suhu kamar (≤25°C) dan terlindung dari cahaya.

diencerkan HCl, ceftazidime, (Phenytoin ciprofloxacin, dalam NS) diltiazem HCl, tidak boleh heparin sodium, disimpan propofol. di dalam  Dalam syringe : kulkas. [pantoprazole Larutan sodium. injeksi  Aditif : amikasin yang sudah sulfate, dobutamin diencerkan HCl, insulin regular, harus lidocaine HCl, segera nitroglycerin. digunakan. Simpan  Simpan pada suhu sampai 9 20°C. hari di lemari pendingin atau 1 hari pada temperatur ruangan yang 105

Universitas Indonesia

Dipeptiven  Dosis tergantung pada  Larutan  Infus 100 ml, keparahan kondisi katabolik asam Dipeptiven atau kebutuhan terhadap asam amino. Infus 50 ml amino.  Larutan (per 100 ml ;  Dosis maksimum sehari 2 g nutrisi L-alanine 8,2 asam amino/kg BB/ tidak boleh parenteral g; Lberlebih dalam nutrisi glutamine13,4 parenteral. 6 g)  Proporsi dari asam amino tidak boleh lebih dari 20% dari total.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

92.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas

terkontrol.

-

 Diatrizoate meglumine 52% dan diatrizoate sodium 8%, diatrizoate sodium 60%, haloperidol, iodipamide meglumine, iodipamide meglumine 52%, ioxaglate meglumine 39.3% dan ioxaglate sodium 19.6%, pentobarbital, thiopental. 106

Universitas Indonesia

 Dosis harian : 1,5-2,0 ml/kg BB(ekuivalen dengan 3,0-4,0 g N(2)-L-alanyl-glutamin/BB). Sebanding dengan 100-140 ml larutan untuk pasien dengan berat badan 70 kg.  Dosis maksimum harian : 2,0 ml larutan /kg BB. Diphenhidrami  Dewasa dan remaja : 10-50 mg  Dextran  Disimpan n 10 mg/ml IM atau IV setiap 4-6 jam, bila 6% pada (Difenhidrami perlu. Dosis tunggal 100 mg dalam tempat n HCl) dapat diberikan bila perlu. dextrose, yang sejuk Dosis maksimal 400 mg/hr. dextran  Usila : Mulai dengan dosis 6% dewasa terkecil. Usila lebih dalam sensitif terhadap efek NS, antikolinergik. D5LR,  Anak-anak : 5 mg/kg/hr IM D51/4NS atau IV, terbagi dalam 3-4 , dosis. D51/2NS , D5NS, D5W, D10W, emulsi

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Amobarbital, amphotericin B, dexamethasone sodium phosphate with lorazepam and metoclopramide, iodipamide meglumine, phenytoin, phenobarbital, thiopental. Diprivan 1%  Induksi IV : Anak (Sehat) 3-16  Dekstrosa  Simpan  Sediaan  Y-site : amikacin 20 ml, Recofol tahun, ASA-PS 1 atau 2 : 2,55% pada suhu yang tidak sulpahte, atracurium 20mg 10 ml, 3,5 mg/kg selama 20-30 detik, dalam air. antara 2°C diencerkan besylate, calcium Recofol 10mg digunakan dosis terendah untuk  NaCl sampai harus chloride, /ml 20 ml anak ASA-PS 3 atau 4. 0,9%. 25°C. digunakan ciprofloxacin, (Propofol) Dewasa (Sehat), ASA-PS 1 atau  D5S  Terlindung dalam diazepam, digoxin, 2, <55 tahun : 2-2,5 mg/kg (40 dari cahay. waktu 12 doxorubicin HCl, mg setiap 10 detik sampai onset jam, gentamisin sulfate, induksi). sedangkan netilmycin sulfate, Lansia, Lemah, atau ASA-PS 3 sediaan verapamil HCl, atau 4 :1-1,5 mg/kg (20 mg yang Phenytoin sodium. setiap 10 detik samapi onset diencerkan induksi). Jangan gunakan laju harus lemak 10%, LR, 1/2NS, NS.

93.

107

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas

digunakan dalam 6 jam.  Sisa sediaan yang tidak digunakan harus segera dibuang.

108

Universitas Indonesia

dosis bolus (tunggal atau pengulangan).  Infus IV dosis pemeliharaan : Anak (sehat) 2 bulan-16 tahun, ASA-PS 1 atau 2: awalnya 200300 mcg/kg/menit; setelah 30 menit, jika tidak ada tanda klinik anestesi, maka turunkan laju infus; gunakan laju infus lazim 125-150 mcg/kg/menit (range 125-300 mcg/kg/infus); anak ≤5 tahun membutuhkan laju infuse yang sama dengan anak yang lebih tua. Dewasa (sehat), ASA-PS 1 atau 2, <55 tahun, awalnya 100-200 mcg/kg/menit untuk 10-15 menit, turunkan 30%-50% setiap 30 menit pertama dosis pemeliharaan; laju infuse lazim 50-100 mcg/kg/menit. Lansia, lemah, ASA-PS 3 atau 4 : 50-100 mcg/kg/menit.  Dosis pemeliharaan infus IV

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

94.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Simpan  Simpan pada selama 72 temperatu jam pada r ruangan lemari yang pendingin terkontrol dan . terlindung Terlindun dari cahaya g dari langsung. cahaya.

Inkompatibilitas

 Riboflavin, penambahan asam misalnya garam barbitturat, derivatif sulfonamida, eritromisin alktobionat, penisilin G Kalium, natrium oksasilin, natrium nafsilin.

109

Universitas Indonesia

bolus : dewasa (sehat), ASA-PS 1 atau 2, <55 tahun : 25-50 mg sesuai kebutuhan. Doksisiklin  Anak <8 tahun (<45 kg) : 2-5  Dekstrosa  hyclate serbuk mg/kg/hari dalam 1-2 dosis 5% i.m/i.v 100; terbagi, tidak lebih dari 200 dalam air. 200 mg/vial mg/hari.  Dekstrosa (Doksisiklin  Anak >8 tahun (>45 kg) dan 10% hidroklorida dewasa : 100-200 mg/kg/hari dalam air. hemietanolat dalam 1-2 dosis terbagi.  Normosol hemihidrat) M dalam  dektrosa 5% dalam air.  Normosol R dalam Dekstrosa 5% dalam air.  PlasmaLyte 56 dalam dekstrosa 5%.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

95.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas

Simpan  Karena  Fluorouracil dan pada bersifat natrium heparin. kemasan sitotoksik, asli maka sampai digunakan digunakan segera Simpan sampai 24 pada jam pada lemari temperatur dingin ruangan. dan terlindung dari cahaya.

110

Universitas Indonesia

 PlasmaLyte 148 dalam dekstrosa 5%.  Ringer’s injection.  NaCl 0,9%. Doxorubicin  Anak :  Dekstrosa  10 mg/5 ml, 35-75 mg/m2 /dosis setiap 21 5% Doxorubicin hari atau dalam air. 50 mg/25 ml 20-30 mg/m2 /dosis sekali satu  NaCl (Doksorubisin) minggu atau 0,9%. 60-90 mg/m2 /dosis diberikan sebagai infuse lanjutan selama  96 jam setiap 3-4 minggu.  Dewasa :dosis lazim 60-75 mg/m2 /dosis setiap 21 hari atau 60 mg/m2 /dosis setiap 2 minggu atau 40-60 mg/m2 /dosis setiap 3-4 minggu atau 20-30 mg/m2 /dosis untuk 2-3

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

96.

Dosis

Obat

Dormicum 15  mg/3 ml, Dormicum 5 mg/5 ml (Midazolam  hidroklorida) 

Duvadilan mg/2 ml

10 

Stabilitas setelah Penyiapan

hari setiap 4 minggu atau 20 mg/m2 /dosis sekali satu minggu. Injeksi inramuskular  Dekstrosa  Simpan  Secara fisik premedikasi sebelum operasi : 5% pada dan kimia, dewasa 0,07-0,1 mg/kg BB. dalam air. temperatu stabil pada Anak 0,15-0,2 mg/kg BB.  NaCl r ruangan suhu 25°C Injeksi intravena premedikasi 0,9%. terkontrol selama 24 sebelum diagnostic/intervensi dan jam. bedah 2,5-5 mg, selanjutnya 1 terlindung mg bila diperlukan. i dari Induksi anestesi dewasa 10-15 cahaya. mg intravena dalam kombinasi dengan narkotik 0,03-0,3 mg/kg BB/jam. Anak 0,15-0,2 mg/kg BB intramuscular dalam kombinasi dengan ketamin. Sedasi dalam unit perawatan intensid (ICU) dosis muatan (loading dose) 0,03-0,3 mg/kg BB; dosis penunjang 0,03-0,2 mg/kg BB/ jam. Prematur : IV 0,2-0,3 mg/menit  Dekstrosa  Simpan  Simpan meningkat hingga 0,5 5% pada suhu pada

Inkompatibilitas

 Larutan midazolam injeksi atau infus tidak harus diencerkan dengan 6% b/v dekstran (dengan natrium klorida 0,9%) dalam glukosa.  Larutan midazolam injeksi atau infus tidak boleh dicampur dengan larutan alkali.  Midazolam kan membentuendapan dalam larutan yang mengandung hidrogen karbonat. -

111

Universitas Indonesia

97.

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut dalam air.  NaCl 0,9%.

(Isoksuprin HCl)

98.

dalam air. NaCl 0,9%.

-

Tidak ada karena digunaka n sebagai pelarut.

tidak lebih dari 25°C dan terlindung dari cahaya. tidak lebih dari 25°C dan terlindung dari cahaya. -

 Simpan di bawah suhu 25°C

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

temperatur ruangan yang terkontrol.

temperatur ruangan yang terkontrol.

-

-

 Pada suhu  Larutan glukosa kamar atau yang tidak ruangan, mengandung sebaiknya elektrolit, tidak pada suhu boleh diberikan tidak lebih. bersamaan dengan 112

Universitas Indonesia

99.

mg/menit. Lanjutkan infus sampai 24 jam kemudian diikuti  oleh IM 10 mg 3 kali sehari. Gangguan peredaran darah 20 mg 3-4 kali sehari atau 10 mg 3 kali sehari IV/IA. Eas pfrimmer  250 mL/hari. Max laju infus: 20 infusion Infus tetes/menit. 250 ml(per L : asam amino essential 18 g; histidin 69 g) Ecosol  IV: kecepatan alir yang  Glucose 5%, dianjurkan 2.5 Ecosol ml/70kgBB/menit Glucose 10% atau180ml/70kgBB/jam atau disesuaikan dengan kondisi penderita.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

 Kecepatan maksimal rata-rata 500mg/kgBB/hari selama periode kurang dari 24 jam 100.

Ecosol NaCl 0,9% 500 mL, Ecosol NaCl 0,9% 100 ml, Ecosol NaCl 1% 500 mL, Ecosol NaCl 3% 500 mL, Ecosol NaCl 0,9% 1000 mL, Ecosol NaCl 0,9% 25 mL (NaCl)

dari 25°C

 Simpan di bawah suhu 25°C

 Harus disimpan pada suhu ruangan yang terkendali  Hindari dari pembekuan dan panas tinngi.

Inkompatibilitas darah melalui infus set yang sama, karena akan terjadi aglomerasi. Amiodaron, amfoterisin, dantrolene, diazepam emulsi, filgrastim, mycophenolate, quinupristin dengan dalfopristin

113

Universitas Indonesia

 Terapi dan pencegahan  Tidak ada kekurangan cairan: dosis karena tergantung umur, BB, dan digunaka kondisi klinis pasien, 40 n sebagai mL/kg/24 jam; pelarut.  Hiponatremia: untuk penurunan Na akut yang berat, dibutuhkan penggunaan NaCl 0,9% infus IV.  Pada kasus sangat parah, penggunaan NaCl 1,8% mungkin dibutuhkan  Hipernatremia: pada kekurangan volume yang parah, berikan NaCl 0,9% infus IV  Infus IV 2.5 ml/kgBB/jam atau 60 tetes/ 70 kgBB/ menit atau 180 ml/ 70 kgBB/ jam atau disesuaikan dengan kondisi penderita.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Dosis

Obat

Pelarut

101.

Ecosol Ringer Laktat Infus 500 ml (per L : Na laktat 3,1 g; NaCl 6 g; KCl 0,3 g)

102.

Efedrin 50  3 kali sehari, 15-60 mg. Anak 3 mg/ml (Efedrin kali sehari; anak kurang dari 1 hidroklorida) tahun 7,5 mg, 1-5 tahun 15 mg, 6-12 tahun 30 mg.

 Dosis individu

 Tidak ada karena digunaka n sebagai pelarut.

 Simpan di bawah suhu 25°C

 NaCl  0,9%.  Dekstrosa 5%

Simpan pada temperatu r.

Stabilitas setelah Penyiapan  Jangan gunakan jika larutan keruh.  Simpan pada ruangan dengan suhu terkontrol dan terlindung dari pembekuan dan temperatur tinggi (40°C atau lebih)  Simpan pada suhu 25°C atau 4°C

Inkompatibilitas -

 Natrium fenobarbital

114

Universitas Indonesia

No

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

dalam air.

103.

Eloxatin 50 mg (Oxaliplatin)

ruangan selama 60 yang hari. terkontrol dan terlindung dari cahaya. Simpan  Setelah pada dilarutkan kemasan ke dalam asli dan dekstrosa terlindung 5%, secara i dari fisika dan cahaya. kimia, Hindari stabil pembekua sampai 48 n. jam pada suhu 2°C8°C dan 24 jam pada suhu 25°C  Secara mikrobiolo gi, harus

Inkompatibilitas

 Produk obat yang diencerkan tidak boleh dicampur dengan obat lain dalam kantong infus yang sama atau jalur infuse, kecuali oxaliplatin dapat dipakai bersamaan dengan asam folinat melalui Y-line.  Jangan bercampur dengan obat alkalin atau larutan lain, khususnya 5fluorouracil, asam folinat mengandung 115

Universitas Indonesia

 Dewasa. Pengobatan adjuvant :  Dekstrosa  85 mg/m2 melalui intravena, 5% diulangi setiap 2 minggu selama 12 siklus (6 bulan).  Pengobatan kanker kolorektal metastatic : 85 mg/m2 melalui intravena, diulangi setiap 2 minggu.   Dosis harus disesuaikan sebagai fungsi tolerabilitas.  Oksaliplatin harus selalu diberikan sebelum fluoropirimidin.  Oksaliplatin harus diberikan dalam infus intravena 2 hingga 6 jam dalam 250 hingga 500 ml larutan dekstrosa 5% untuk

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

mendapatkan kadar lebih besar dari 0,2 mg/ml. Pada banyak kasus, oksaliplatin sudah diberikan dalam kombinasi dengan 5-fluorourasil dalam infuse kontinu. Untuk pengobatan yang diulangi setiap 2 minggu, regimen yang mengandung 5-fluorourasil dalam bolus dan dalam infus kontinu telah dilakukan.

Endoxan 0,5 g,  Anak. SLE : 500-750 mg/m2  Aqua pro  Endoxan 1 g, setiap bulan. Maksimum dosis 1 injeksi

Produk

digunakan dengan segera. Apabila tidak digunakan dengan segera, maka tanggung jawab pengguna. Karena bersifat sitotoksik, maka harus digunakan segera sampai 24 jam pada suhu 2°C8°C.  Sediaan rekonstitusi

Inkompatibilitas trometamol sebagai eksipien dan garam trometamol dalam obat lain. Obat Alkalin atau larutan tersebut akan berdampak negatif terhadap stabilitas oxaliplatin.  Jangan bercampur oxaliplatin dengan larutan saline atau lainnya yang mengandung ion klorida (termasuk kalsium, kalium atau natrium klorida).  Jangan menggunakan peralatan injeksi yang mengandung aluminium. -

116

Universitas Indonesia

104.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

105.

Pelarut

Endoxan 200 g/m2.  NaCl mg  Anak dan dewasa. Dosis 0,9%. 2 (Siklofosfamid tunggal : 400-1800 mg/m (30-  Dekstrosa a) 50 mg/kg) per pengobatan (1-5 5% dalam hari) yang bisa diulang pada air. interval 2-4 minggu. Dosis  D5S. lanjutan per hari : 60-120 mg/m2 (1-2,5 mg/kg) per hari. Epinephrine  Serangan jantung: 0,5-1 g IV  NaCl 0.1% 1 ml tiap 5 menit jika dibutuhkan; 0,9%, (Epinefrin HCl  Asma: 0,2-1 mL larutan IM  Dextrose = Adrenalin diulang tiap 4 jam, 0,1-0,25 mg 5% dalam bitartrat) injeksi IV lambat air

Etoposide 20  Anak. IV : 60-120 mg/m2/hari mg/ml 5 ml untuk 3-5 hari setiap 3-6 (Etoposid) minggu. AML : pengurangan induksi 150 mg/m2/hari untuk 2-3 hari

 Dekstrose 5% dalam air  NaCl 0.9%

Stabilitas Penyimpanan siklofosfa mida tidak boleh disimpan pada suhu >25°C.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

stabil dalam waktu 2-3 jam.

 Lindungi  Lindungi dari dari cahaya cahaya, dan udara. panas  Sediaan ektrem, yang sudah dan mengalami pembekua perubahan n. warna  Simpan di tidak boleh tempat lagi sejuk digunakan  Dapat  Karena disimpan bersifat sampai 6 sitotoksik, bulan maka harus pada digunakan

Larutan misalnya bikarbonat

alkali, Na

 Plastik ABS.

117

Universitas Indonesia

106.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut  Ringer’s injection, lactated.

suhu 30°C

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

segera selama 24 jam pada temperatur ruangan.

118

Universitas Indonesia

setiap 2-3 siklus. Intensifikasi atau konsolidasi : 250 2 mg/m /hari untuk 3 hari. Tumor otak : 150 mg/m2/hari pada hari 2 dan 3. Neuroblastoma 100 mg/m2/hari selama 1 jam pada siklus 1-5. BMT yang digunakan pasien dengan rhabdomyosarcoma atau neuroblastoma infuse IV 2 lanjutan 160 mg/m /hari untuk 4 hari. Regimen dosis untuk BMT : 60 mg/m2/dosis sebagai dosis tunggal.  Dewasa. Kanker paru-paru (kombinasi dengan obat kemoterapi lain) : IV 35 mg/m2/hari untuk 4 hari atau 50 mg/m2/hari untuk 5 hari setiap 3-4 minggu. Kanker testikular (kombinasi dengan obat kemoterapi lain) : IV 100 mg/m2 setiap hari untuk

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

107.

Obat

Dosis

Pelarut

3 dosis yang diulangi setiap 3-4 minggu. BMT/leukemia kambuh : IV 2,4-3,5 g/m2 atau 25-70 mg/kg selama 4-36 jam. Extrace 100  Profilaksi, 25-75 mg tiap hari; mg/ml 2 ml, terapetik tidak kurang dari 250 Vitamin C mg tiap hari dalam dosis (Asam terbagi. Askorbat)

Stabilitas Penyimpanan

 Dekstrosa  5% dalam air  NaCl 0.9%  Dekstrosa 5% dalam NaCl 0.9%.  Ringer’s lactat  Dekstrosa 10% dalam air.

Stabilitas setelah Penyiapan

 Y-site : etomidate, thiopental sodium.  Dalam syringe : cefazolin sodium.  Aditif : aminophylline, bleomycin sulfate, sodium bicarbonate.

119

Universitas Indonesia

Untuk  Simpan menghind pada suhu ari 23°C tekanan selama 24 dalam jam. ampul  Sedikit yang perubahan berlebiha warna pada n, ampul sediaan vitamin C tidak harus mempengar disimpan uhi efek dalam terapetik kulkas vitamin C. bersuhu 25°C dan tidak boleh dibiarka

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

108.

Obat

Pelarut

 Injeksi IV : Dewasa supraventrikular takiaritmia 10 mg IV lambat selama 3 menit. Manajemen peningkatan tekanan darah normal selama

 Dekstrosa 5% dalam air  NaCl 0.9%.

Stabilitas Penyimpanan n pada suhu kamar sebelum digunakan . Oleh karena itu, setelah penyimpa nan yang lama, ampul harus dibuka secara berhatihati.  Simpan pada suhu <30°C

Stabilitas setelah Penyiapan

 Setelah rekonstitus i, larutan jernih, tidak berwarna

Inkompatibilitas

 Y-site : diazepam, furosemida, phenytoin sodium.

120

Universitas Indonesia

Farmabes 5 mg/ml 5 ml (Diltiazem HCl)

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

 operasi 10 mg IV lambat selama 1 menit, diikuti dengan infus IV pada tingkat 5 - 15 mcg / menit / kgBB. Hipertensi darurat IV drip infus dosis 5 - 15 mcg / menit / kgBB. Setelah tekanan darah menurun ke tingkat sasaran, dosis infus disesuaikan dengan level seperti indikasi pemantauan tekanan daerah yang diinginkan.

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

121

Universitas Indonesia

(hindarkan  Jangan suhu beku) digunakan dan bila terjadi terlindung perubahan dari warna atau cahaya. terdapat endapan setelah dilarutkan sampai konsentrasi 1 mg/ml, diltiazem HCl tercampur secara fisik dan stabil secara kimia pada larutan infus (N5, D5W, D5½S) selama

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

109.

Obat

Farmadol Infus 10 mg/ml 100 ml (Farmadol)

Dosis

Pelarut

-

 Lindungi dari cahaya.

Stabilitas setelah Penyiapan 24 jam dalam container yang terbuat dari PVC atau gelas, pada suhu kamar atau pada penyimpan an dalam kulkas (refrigerato r).  Simpan pada ruangan dengan suhu di bawah 30°C, dan hindari dari pembekuan .

Inkompatibilitas

Tidak tercampur dengan produk medis lainnya.

122

Universitas Indonesia

 Vial Dewasa & remaja dengan BB 50 kg diberikan 100 mL infus IV selama 15 menit sampai 4 kali sehari. Max Dosis harian 4 g.Dewasa & remaja <50 kg, childn dengan BB > 33 kg berat badan (kira-kira 11 thn) 1,5 mL / kg BB sampai 4 kali sehari. Max Dosis harian 60 mg / kgBB atau 3 g. Dosis harus

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

diberikan setidaknya dengan interval 4 jam. Fenavel 75 mg/3 ml, Voltaren 75 mg/3 ml (Natrium diklofenak)

 Injeksi intramuskular dalam ke  NS dalam otot panggul, untuk nyeri  D5W pasca bedah dan kambuhan akutnya, 75 mg sekali sehari (pada kasus berat dua kali sehari) untuk pemakaian maksimum 2 hari.  Kolik ureter, 75 mg kemudian untuk 75 mg lagi untuk 30 menit berikutnya bila perlu.

111.

Fentanyl 0,05 mg / ml 2 ml (Fentanil)

 Sedasi untuk prosedur minor / analgesia: Dewasa: IV: 25-50 mcg; dapat diulang setiap 3-5

 Dekstrose 5% dalam aqua



Simpan  Produk pada suhu harus <30°C, dibuat terlindung segar dan dari panas digunakan dan segera. cahaya.  Setelah pencampur an, larutan tidak boleh disimpan.  Produk tidak boleh digunakan apabila membentuk kristal atau endapan,  Formula  Lindungi  Inkompatibel dalam injeksi ; dari syringe : simpan cahaya, Pentobarbital 123

Universitas Indonesia

110.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Dosis

Obat

    112.

 

menit untuk efek yang diinginkan atau efek samping Maksimal dosis 500 mcg/4 jam ; dosis yang lebih tinggi digunakan untuk prosedur utama Pemberian I.V. sebagai infus lambat selama 1-2 menit Juga dapat diberikan sebagai infus kontinyu atau PCA (unlabeled use) rute IV: kekakuan otot dapat terjadi dengan pemberian cepat IV Amp Dewasa : 1 g 3 kali sehari IV / IM. Infusion pada kasus Parah : infus terus-menerus hingga 12 g setiap hari.

Fima Hes 200  0.5-1 mL SC. Infus 500 ml (perL : HES 200.000/0,5 60 g; NaCl 6,9 g;

 NaCl 0,9%

-

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

simpan  Inkompatibel jika di pada suhu campur : 15°C dan Fluorouracil, 30°C methohexital,  Shell life 3 pentobarbital, years thiopental sediaan harus digunakan 24 jam setelah penyiapan  Simpan  Residu  Tidak diketahui. pada suhu harus 15°Cdibuang. 25°C.

pada temperatur e kamar  Lindungi dari cahaya

 Tidak ada 

Simpan  Harus pada suhu digunakan kamar (25 dengan segera setelah

 fosfat anorganik, hidrogen karbonat atau oksalat

124

Universitas Indonesia

113.

Fepiram 3 g/15 ml, Neurotam 3 g/15 ml, Piracetam Inj 3 g/15 ml (Piracetam)

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

KCl 0,3 g; CaCl 0,22 g; Lar Na Laktat 4,48 g)

114.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

30°C), hindarkan dari cahaya

5-fluorouracil  Dewasa. IV Bolus : 500-600 ebewe 0,5 g/10 mg/m2 setiap 3-4 minggu atau ml (5425 mg/m2 pada hari 1-5 setiap fluorouracil) 4 minggu.  Infus IV lanjutan : 1000 mg/m2/hari untuk 4-5 hari setiap 3-4 minggu atau 23002600 mg/m2 per hari setiap 1 minggu atau 300-400 mg/m2/ hari atau 225 mg/m2 untuk 5-8 minggu (dengan terapi radiasi).

125

Universitas Indonesia

 Dekstrosa  5% dalam air.  NaCl 0,9%.  Asam amino  4,25%.  Dekstrosa 5%.   Dekstrosa 5% dalam ringer’s injection, lactated.  Dekstrosa

dibuka kemasanny a.  Apabila tersisa harus dibuang. Simpan  Sediaan  Y-site : filgrastim, pada injeksi ondansetron HCl. temperatu normalnya  Dalam syringe : r ruangan tidak epirubicin HCl. terkontrol berwarna  Aditif : carboplatin, . hingga cytarabin, diazepam, Terlindun berwarna doxorubicin HCl, gi dari kuning epirubicin HCl, cahaya. pucat. fentanyl citrate, Hindari Larutan leucovorin calcium. dari berwarna pembekua kuning n. muda tidak mempengar uhi efektivitas dan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

3,3% dalam NaCl 0,3%.  Plasmalyt e 3G5.

Fosmicin 1 g, Fosmicin Inj 2

 Dosis lazim untuk penggunaan IV: 2-4 g untuk dewasa dan 100-

 D5W  Aqua pro

 Simpan pada

keamanan sediaan. Larutan kuning tua menunjukk an sediaan mengalami dekomposi si dan harus dibuang.  Sediaan harus disimpan pada suhu kamar, terlindung dari cahaya dan terhindar dari suhu beku.  Sediaan yang telah

Inkompatibilitas

-

126

Universitas Indonesia

115.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Pelarut

 200 mg/kg untuk anak-anak, diberikan melalui infus drip dalam 2 dosis terbagi  Pembedahan abdominal akut dan elektif: 8 g dosis tunggal infus IV 0,5-1 jam sebelum operasi  Gangguan ginjal: jangan berikan jika Cl Cr < 20 mL/menit, interval dosis harus selama 16 jam dengan kecepatan 20-40 mL/menit Fraxiparine  Profilaksis gangguan prefilled tromboemboli: General operasi syringe 0,4 ml, 2.850 anti-XA IU (0,3 mL) Fraxiparine setiap hari. SC injeksi harus prefilled diberikan 2-4 jam sebelum syringe 0,6 ml operasi. Ortopedi operasi 38 (Nadropin Ca) anti-XA IU/kg & meningkat 50% pada hari ke 4 pasca operasi. Dosis awal harus diberikan 12 jam pra operasi & 12 jam pasca operasi. Pengobatan kuratif dari “deep g (Fosfomisin Na)

116.

Dosis

injeksi.  NaCl 0,9%.

Stabilitas setelah Penyiapan

Stabilitas Penyimpanan suhu kamar.

Inkompatibilitas

 direkonstit usi dalam NS atau D5W stabil selama 24 jam pada suhu kamar.

Buang  Antikoagulan oral, bagian aspirin, non steroidyang tidak non inflamatori, terpakai antiplatelet, setiap kortikosteroid dan menyuntik. dektstran. Jangan dicampur dengan larutan lainnya. Harus 127

Universitas Indonesia

 Tidak ada  Shelf life 3  karena tahun. langsung  Simpan di diberikan bawah secara 25°C, tetapi subkutan tidak (SC). membeku.   Jangan mendingink an sebagai suntikan 

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

dingin karena mungkin menyakitka n.  Jangan gunakan setelah tanggal kadaluwars a ditampilkan pada karton.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

digunakan segera dan dalam keadaan segar.

128

Universitas Indonesia

vein thrombosis” dosis per injeksi adalah 86 anti-Xa/kg diberikan 12 jam terpisah. Pengobatan angina tidak stabil & non-Q wave MI selama 2 hari SC injeksi 12 jam/hari. Dosis per injeksi adalah 86 antiXa/kg dalam kombinasi dengan aspirin hingga 325 mg aspirin setiap hari. Dosis awal diberikan sebagai bolus IV & dosis berikutnya diberikan oleh SC injeksi.  Pencegahan pembekuan darah selama hemodialisis diberikan sebagai dosis tunggal ke jalur arteri pada awal setiap sesi. Untuk pasien tanpa peningkatan risiko perdarahan dosis awal yang disarankan sesuai dengan berat badan & biasanya cukup untuk sesi 4 jam. Pasien tubuh berat <50 kg 2.850 anti-Xa (0.3 mL), 50-69 kg 3.000 anti-Xa

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

117.

Dosis

Obat

Furosemid 20 mg/2 ml, Lasix Inj 20 mg/2 ml (Furosemid Na)









(0.4 mL) & ≥ 70 kg 5.700 antiXa (0,6 mL). Dewasa: IV: 20-40 mg / dosis, dapat diulang dalam 1-2 jam sesuai kebutuhan dan meningkat sebesar 20 mg / dosis sampai efek yang diinginkan telah dicapai Interval dosis biasa: 6-12 jam; untuk edema paru akut, dosis biasa adalah 40 mg IV selama 12 menit. Jika tidak memadai, dosis dapat ditingngkatkan sampai 80 mg Catatan: ACC / AHA 2005 pedoman untuk gagal jantung kongestif kronis merekomendasikan dosis tunggal maksimal 160-200 mg Gagal Jantung refraktori: oral, IV: Dosis hingga 8 g / hari Lansia: oral, IM, IV: awal: 20 mg / hari; perlahan ditingkatkan untuk respon yang diinginkan

 NaCl 0,9%  Dekstrose 5% dalam aqua  Manitol 20%  Lebih disukai dgn Ringer Laktat

 Simpan pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya.  Sebaiknya tidak disimpan di dalam lemari pendingin karena dapat menyebab kan terbentukn ya kristal.  Paparan

Stabilitas setelah Penyiapan

 Larutan yang dibuat harus digunakan dengan segera.  Jangan gunakan jika warna larutan sudah kuning.

Inkompatibilitas

 Y-ste : azithromycin, chlorpromazin HCl, ciprofloxacin, fluconazole, vincristine sulfate, vinblastine sulfate.  Dalam syringe : Doxorubicin HCl, metoklopramide HCl, pantoprazole sodium, vincristine sulfate.  Aditif : chlorpromazine HCl, diazepam, dobutamin HCl, metoclopramide HCl.

129

Universitas Indonesia



Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

 Injeksi I.V. harus diberikan perlahan-lahan  maksimum tingkat pemberian untuk IVPB atau infuse kontinyu: 4 mg / menit. 118.

Stabilitas setelah Penyiapan

cahaya dapat menyebab kan perubahan warna.  Simpan di  Simpan lemari selama 24 pendingin jam di pada suhu lemari 2-8°C. pendingin  Hindari dari dan pembekuan. disipakan  Larutan secara yang beku teknik tidak boleh aseptik di digunakan. laminar air flow (LAF).

Inkompatibilitas

 Tidak boleh ditambahkan atau dicampur dengan larutan infus obat lain untuk menghindari pengendapan protein atau denaturasi.

130

Universitas Indonesia

Gammaraas  Terapi substitusi  Dekstrosa 2,5 g/50 ml immunodefisiensi primer & 5% [Plasma sekunder 2-8 mL (100-400 dalam air. Immune mg)/kg berat badan pada  Dekstrosa Globulin IV interval bulan. Dapat 15% (human) 5%] ditingkatkan hingga 16 mL (800 dalam air. mg)/kg berat badan atau lebih  Dekstrosa sering. Imunosupresi pasien 5% transplantasi digunakan dalam sebelum & setelah operasi. NaCl Awalnya 10 mL (500 mg)/kg 0,225%. berat badan/bulan. ITP 8 mL (400 mg)/kg berat badan selama 5 hari berturut-turut atau 20 mL (1.000 mg)/kg berat badan selama 2 hari berturut-turut. Sindrom Kawasaki 20-40 mL (1-2 g)/kg berat badan sebagai

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

119.

120.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

131

Universitas Indonesia

dosis tunggal dalam kombinasi dengan aspirin. Gansiklovir  CMV renitis : anak >3 tahun  Dekstrosa  Simpan vial  Selama 12  Inkompatibel 500 mg dan dewasa : Infus IV lambat 5% pada jam pada dengan paraben. (Gansiklovir (dosis tergantung berat badan) : dalam air. temperatur temperatur Rekonstitusi dengan natrium) Terapi awal : 5 mg/kh/dosis  NaCl ruangan ruangan. “bacteriostatic water setiap 12 jam untuk 14-21 hari 0,9% yang for injectin” yang diikuti terapi pemeliharaan 5 terkontrol. berisi paraben dapat mg/kg/hari sebagai dosis  Hindari membentuk tunggal per dosis harian untuk 7 temperatur endapan. hari/minggu atau 6 mg/kg/hari diatas 40°C. untuk 5 hari/minggu. Gelofusine  Dosis, kecepatan infus, dan lama  NaCl  Simpan  Produk  Ketidakcampuran Infus 10% 500 pemberian tergantung pada 0,9%. pada 25°C sebaiknya dapat terjadi pada ml, Tetraspan kebutuhan tiap individu dan (77°F), tidak pencampuran dengan Infus 6% 500 disesuaikan dengan kondisi hindari digunakan obat lain. ml beberapa parameter. (misalnya panas yang jika larutan (Hydroxyethyl tekanan darah) berlebihan, tidak starch)  Untuk pertama kali infus 20-30 tidak jernih, ml secara perlahan kepada membeku. wadah atau pasien dengan pengawasan. Jangan kemasan gunakan rusak. jika

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

121.

Obat

Gentamycin 80 mg/2 mL (Gentamisin sulfat)

Dosis

Pelarut

 NS  D5W  D10W

membentu k endapan kristal atau keruh cokelat tua.  Sediaan dengan konsentras i 10 mg/ml disimpan pada suhu 20-25°C.  Sediaan dengan konsentras i 40 mg/ml disimpan

Stabilitas setelah Penyiapan

 Dalam NS dan D5W, larutan gentamicin stabil selama 24 jam pada suhu kamar (25°C).

Inkompatibilitas

 Dalam syringe : ampicillin sodium, cloxacillin sodium, heparin sodium, pantoprazole sodium.  Aditif : ampicillin sodium, cefepime HCl, ceftazidime, cloxacillin sodium, heparin sodium.  Y-site : azithromycin, furosemida, heparin sodium, hetastarch,

132

Universitas Indonesia

 IM, IV :Konvensional: 1-2,5 mg / kg / dosis setiap 8-12 jam, untuk memastikan konsentrasi puncak yang cukup di awal terapi, dosis awal yang lebih tinggi dapat dipertimbangkan pada pasien tertentu jika cairan ekstraseluler meningkat (edema, syok septik, pascaoperasi, atau trauma)  Sekali sehari: 4-7 mg / kg / dosis sekali sehari, beberapa dokter merekomendasikan cara ini untuk semua pasien dengan fungsi ginjal normal  Intrathecal: 4-8 mg/hari  Dosis standard: 3-5 mg/kg injeksi/infus IV tiap 6-8 jam;

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

121.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas propofol.

 Setelah pengencera n baik

 Gliseril trinitrat tidak kompatibel dengan polivinil

133

Universitas Indonesia

 endokarditis: 1 mg/kg tiap 8 pada suhu jam; dosis gangguan ginjal: Cl 15-30°C Cr >70 mL/menit berikan 80 mg tiap 8 jam, Cl Cr >30-70 mL/menit berikan 80 mg tiap 12 jam, Cl Cr 10-30 mL/menit berikan 80 mg tiap 24 jam, Cl Cr <10 mL/menit berikan 80 mg tiap 48 jam dan monitor kadarnya  Pemberian rute IM jika memungkinkan : Absorpsi lambat dan konsentrasi puncak lebih rendah, mungkin karena sirkulasi yang buruk pada otot atrofi, dapat terjadi setelah injeksi IM; pada pasien lumpuh, disarankan rute IV Glyceryl  Dewasa dan lansia tergantung  Dekstrosa  Sebelum Trinitate DBL kondisi klinis : 5% pengguna 50 mg/10 ml 5 Gagal jantung kongestif tidak dalam air an: ml (Glyceryl responsif, infark miokard akut Trinitrat) dan gagal jantung sisi kiri . Kisaran dosis normal adalah

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut





Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

Jangan  natrium klorida (PVC). simpan di klorida  Poliuretan juga atas 25°C. 0,9% menginduksi Simpan maupun hilangnya bahan wadah dekstrosa aktif. dalam 5% dalam  Tidak boleh ada karton wadah obat lain yang luar. kaca, diicampur dengan Ampul stabilitas produk ini obat. trinitrat dalam gliseril penggunaa harus n kimia dan digunakan fisik segera selama 7 dan setiap hari pada yang kedua 18°C tersisa dan 4°C. atau tidak  Setelah digunakan dilarutkan harus dengan dibuang. dekstrosa 5% di polikarbon at atau 134

Universitas Indonesia

10-100 mikrogram/menit  NaCl diberikan sebagai infus 0,9% intravena kontinu dengan pemantauan tekanan darah dan denyut jantung. Infus harus dimulai pada tingkat yang lebih rendah lalu ditingkatkan hatihati sampai respon klinis yang diinginkan tercapai. Pengukuran hemodinamik lainnya sangat penting dalam respon pemantauan terhadap obat termasuk tekanan kapiler pulmoner, “cardiac output” dan elektrokardiogram prekordial. Angina pektoris. Kecepatan infus awal 10-15 mikrogram/ menit dianjurkan, dapat ditingkatkan secara hati-hati dengan penambahan sebesar 510 mikrogram sampai respon klinis yang diinginkan tercapai

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Gunakan dalam operasi. Kecepatan infus awal 25 mikrogram/menit, ini harus ditingkatkan secara bertahap sampai sistolik tekanan arteri yang diinginkan tercapai . Dosis umum adalah 25-200 mikrogram/menit . Anak-anak. Tidak dianjurkan untuk digunakan pada anakanak .

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

135

Universitas Indonesia

jarum suntik polipropile n pada konsentrasi 1 mg atau 4 mg per ml, stabilitas penggunaa n cahaya, kimia dan fisik selama 72 jam pada suhu kamar.  Namun, dari sudut pandang mikrobiolo gi, produk harus digunakan segera. Jika

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

136

Universitas Indonesia

tidak segera digunakan, di-gunakan waktu dan kondisi penyimpan an sebelum digunakan adalah tanggung jawab pengguna dan biasanya tidak akan lebih dari 24 jam pada 2-8 ° C, kecuali pelarutan telah terjadi dalam

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

122.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

-

137

Universitas Indonesia

Kondisi septik terkendali dan divalidasi. Jangan gunakan jika larutan berubah warna. Granon 1 mg  Anak ≥2 tahun dan dewasa  Dekstrosa  Larutan  Larutan (Granisetron (Profilaksis kemoterapi). 5% jernihm rekonstitusi hidroklorida) Selama kemoterapi : 10 dalam air. tidak harus mcg/kg/dosis (maksimum  NaCl berwarna segera 1mg/dosis) diberikan 30 menit 0,9%. atau agak digunakan. untuk kemoterapi. Untuk  D5S. berwarna  Larutan beberapa obat (seperti seperti rekonstitusi karboplatin, siklofosfamida) jerami. stabil dengan aksi emesis tidak terlalu  Simpan selama lama, 10 mcg/kg setiap 12 jam, pada suhu minimum jika dibutuhkan. Setelah kamar dan 24 jam bila kemoterapi 40 mcg/kg/dosis (3 terlindung disimpan mg/dosis). Maksimum 9 mg/24 dari pada suhu jam. kamar

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

cahaya.

123.

Haemaccel colloidal infus 3,5% 500 ml (poligelin)

 Glikosida jantung

138

Universitas Indonesia

dengan kondisi penerangan normal dan terlindung dari paparan langsung cahaya matahari. Setelah itu, larutan tidak boleh digunakan lagi.  Infus intravena, dosis awal 500-  Tidak ada  Simpan  Setelah 1000 ml dari larutan 3,5-4%. karena pada suhu botol langsung antara 2°C infuse diberikan dan 25°C. dibuka, sisa secara  Jika yang tidak dosis disimpan digunakan tunggal di atas langsung dan 25°C, dibuang. diberikan  Harus

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut secara IV infuse.

124.

Haldol Decanoat 50 mg/ml 1 ml, Serenace 5 mg/ml 1 ml (Haloperidol laktat)

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

maka digunakan tanggal dalam kadaluwar keadaan sa segar dan dikurangi segera. dua tahun.  Simpan  Apabila  Y-site : Cefepime pada suhu terjadi HCl, fluconazole, 15°Cpengendap heparin sodium, 30°C dan an piperacillin sodiumterlindung sebaiknya tazobactam sodium. dari dibuang.  Dalam syringe : cahaya.  Apabila Difenhidramin HCl,  Periksa tersisa dari heparin sodium, larutan preparasi, ketorolac injeksi maka tromethamine. secara sebaiknya visual dibuang. sebelum diberikan untuk

139

Universitas Indonesia

 Anak 6-12 tahun :  D5W sedasi/psikotik disorder IM  NS (Sebagai laktat) : 1-3 mg/dosis setiap 4-8 jam sampai maksimum 0,15 mg/kg/hari.  Dewasa. Psikosis IM (sebagai laktat) 2-5 mg setiap 4-8 jam sesuai kebutuhan. Delirium di ICU IV 2-10 mg, dapat diulang dosis bolus setiap 20-30 menit sampai respon klinis yang diinginkan tercapai lalu diberikan 25% dosis maksimum setiap 6 jam, monitor ECG dan QTc Interval; IV Intermiten 0,003-0,15 mg/kg setiap 30 menit sampai 6 jam. Infus IV lanjutan 100 mg/100 ml D5W,

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

laju infuse 3-25 mg/jam.

Hepa-Merz 5  g/10 ml, Livola 500 mg/10 ml,  SNMC [LOrnitin LAspartat(LOL A)] 

126.

Hicort 100  mg/ml, Hydrocortison e Inj 100

-

   

Dacarbazin Dimenhidrinat. Kanamisisn sulfat. Promazin

140

Universitas Indonesia

125.

mendetek si adanya partikel dan perubahan warna. Pasien dapat diberikan sampai  Dekstrosa  Simpan  Hindari dengan 4 ampul per hari. 5% pada penyimpan Pada pra-koma atau koma, temperatur an pada sampai dengan 8 ampul dapat e ruangan suhu di diberikan dalam 24 jam, yang bawah tergantung pada keparahan terkontrol. 25°C kondisi  Masa aktif Pada ampul ditambahkan ke hingga 3 cairan infus sebelum digunakan. tahun. Laju infus maksimum adalah 5 g L-ornhitine-L-aspartate (sesuai dengan isi 1 ampul) per jam. Injeksi intramuskular atau  Dekstrosa  Simpan  Setelah injeksi intravena lambat atau 5% pada suhu rekonstitusi infuse 100-500 mg, 3 kali dosis dalam air. 20°C , larutan terbagi dalam 24 jam atau NaCl stabil pada 0,9%.

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat mg/vial (Hidrokortison Natrium Suksinat)

Humalog cartridge 100 IU/ml 10 ml [Insulin ultra-

Pelarut

sesuai kebutuhan; anak dengan  Dekstrosa injeksi intravena sampai dengan 5% umur 1 tahun 25 mg, umur 1-5 dalam tahun 50 mg, umur 6-12 tahun NaCl 100 mg. 0,9%.

 Dosis awal 0.5-1 U / kgBB / hari dalam dosis terbagi  Atau direkomendasikan juga dengan dosis 0.2-0.4 units/

 Amino acids 4.25%, dekstrose

Stabilitas Penyimpanan sampai 25°C

 Insulin lispro harus disimpan.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

temperatur hidroklorida. ruangan  Prometazin yang hidroklorida. terkontrol  Vankomisin dan hidroklorida. terlindungi  Vitamin B kompleks dari dengan vitamin C. cahaya.  Larutan digunakan jika bebas dari mikroorgan isme.  Larutan yang tidak terpakai dibuang setelah 3 hari.  Simpan  Larutan Insulin dapt pada suhu hilang efektifitasnya 2°C dan bila dicampur dengan 8°C; zinc and isophane 141

Universitas Indonesia

127.

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

128.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

kgBB/ hari untuk mencegah terjadinya hipoglikemia  Biasanya diberikan 2x dosis per harinya.

25%  NaCl 0.9%

Humalog mix 25 cartridge 100IU/ml 3 ml (Insulin analog, campuran : Lispro protamine susp

 Dengan injeksi subkutan, 15  Tidak ada  menit sebelum dan sesudah karena makan, sesuai kebutuhan. langsung diberikan secara subkutan (SC). 

Inkompatibilitas

dalam pendingin dan dilindungi dari pembekua n.

jangan insulin. dibekukan; hindari pemanasan dan cahaya  Setelah digunakan vial bisa disimpan hingga 31 hari jika di simpan di refrigerator dengan suhu 2°C dan 8°C Sebelum  Menjaga  Dengan tidak pengguna cartridge adanya studi an, digunakan kompatibilitas, simpan pada suhu produk obat tidak Humalog kamar boleh dicampur Mix25 di (15°- 30°C) dengan obat lain. kulkas. dan Jangan membuang 142

Universitas Indonesia

rapid-acting (kerja sangat cepat)]

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat 75% Lispro 25%)

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan membeku kan.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

143

Universitas Indonesia

setelah 28 hari. Jangan menaruhny a dekat panas atau di bawah sinar matahari.  Jangan menyimpan pena atau cartridge yang digunakan di lemari es.  Pena dengan cartridge tidak harus disimpan dengan jarum

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

144

Universitas Indonesia

terpasang.  Jauhkan dari jangkauan dan penglihatan anak-anak.  Jangan gunakan Humalog Mix25 setelah tanggal kadaluwars a yang tercantum pada label dan karton.  Jangan gunakan Humalog Mix25, jika terdapat gumpalan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

145

Universitas Indonesia

materi atau jika partikel putih menempel pada bawah atau dinding cartridge.  Periksa setiap kali Anda menyuntik kan sendiri. Obat tidak boleh dibuang melalui air limbah atau sampah rumah tangga. Tanyakan apoteker

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

129.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

Anda bagaimana membuang obat-obatan tidak lagi diperlukan. Langkahlangkah ini akan membantu untuk melindungi lingkungan  Human  Produk ini Tetanus harus Immunogl dibawa ke obulin kamar atau harus suhu tubuh disimpan sebelum dalam digunakan. wadah  Jangan asli pada gunakan 2°C-8°C larutan sampai 2 yang

Inkompatibilitas

 Produk obat ini tidak boleh dicampur dengan obat lain.

146

Universitas Indonesia

Human tetanus  Profilaksis tetanus 250 IU IM.  Tidak ada immunoglobuli Dosis harus dua kali lipat dalam karena n Inj 500 kasus luka dengan kerusakan langsung IU(Human jaringan atau luka yang diberikan tetanus terinfeksi atau cedera yang secara immunoglobuli terjadi lebih dari 24 jam atau subkutan n) pada orang dewasa dengan (SC). berat lebih dari rata-rata. Terapi klinis tetanus tunggal dosis 3,000-6,000 IU IM dalam kombinasi dengan prosedur

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

klinis lainnya yang sesuai.

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

147

Universitas Indonesia

tahun. mengandun  Penyimpa g nan partikulat. hingga  Setiap satu produk minggu yang pada suhu digunakan kamar atau bahan (25°C) limbah dalam harus wadah dibuang asli. sesuai  Jangan dengan dibekukan kebutuhan . lokal  Simpan dalam botol aslinya. Menyimp an botol dalam karton luar untuk

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

130.

Obat

Humulin R 100 IU dan Cart 3 ml [Insulin shortacting (kerja pendek) : regular soluble human insulin (recombinant DNA origin)

Dosis

Pelarut

 Dosis tergantung individu  Durasi kerja 4-12 jam

Stabilitas Penyimpanan

melindun gi dari cahaya.  Amino  Insulin acids reguler 4.25% harus  Dekstrose disimpan 25% dalam  NaCl 0.9% pendingin dan dilindungi dari pembekua n.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

148

Universitas Indonesia

 Simpan  Larutan Insulin dapt pada suhu hilang efektifitasnya 2 dan 8 C; bila dicampur dengan jangan zinc and isophane dibekukan; insulin. hindari pemanasan dan cahaya  Setelah digunakan vial bisa disimpan hingga 31 hari jika di simpan di refrigerator dengan suhu 2°Cdan 8°C

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 131.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Human  Produk ini  Produk obat tidak Tetanus harus boleh dicampur Immunogl dibawa ke dengan obat lain. obulin kamar atau harus suhu tubuh disimpan sebelum dalam digunakan. wadah  Jangan asli pada gunakan 2°C-8°C larutan sampai 2 yang tahun. mengandun  Penyimpa g nan partikulat. hingga  Setiap satu produk minggu yang pada suhu digunakan kamar atau bahan (25°C) limbah dalam harus wadah dibuang asli sesuai dengan 149

Universitas Indonesia

Hyperhep-B  Infus IV pada tingkat awal  Tidak ada S/D 217 IU/ml maks 0,02 mL/kg/menit untuk karena 0,5 ml (Human pertama kali 10 menit, langsung Hepatitis B Ig) ditingkatkan secara bertahap diberikan maks 0,04 mL/kg/menit. secara Pencegahan HBV infeksi ulang intramusc setelah transplantasi hati untuk ular atau gagal hati, hepatitis B yang subkutan. diinduksi selama fase pemeliharaan non-replikator pasien dewasa 2,000-10,000 IU/bulan untuk mempertahankan kadar antibody >100-150 IU/L pada pasien HBV-DNA. Pencegahan hepatitis B dalam kasus kecelakaan pada pasien nonimunisasi setidaknya 500 IU, tergantung pada intensitas keparahan, segera setelah terkena kecelakaan & dalam 2472 jam. Hepatitis B

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

immunoprofilaksis pada pasien haemodialisa pasien 8-12 IU/kg dengan maksimum 500 IU setiap 2 bulan. Pencegahan hepatitis B pada bayi baru lahir, seorang ibu HBV-carrier, pada saat lahir atau setelah lahir 30100 IU/kg.

132.

Stabilitas setelah Penyiapan

 Jangan kebutuhan dibekukan. lokal  Simpan dalam botol aslinya. Menyimpa n botol dalam karton luar untuk melindungi dari cahaya.  Simpan  Larutan antara 2°C jernih, sampai tidak 30°C. berwarna  Hindari sampai pembekua berwarna n. kuning pucat.  Larutan yang sudah berwarna

Inkompatibilitas

 Y-site : furosemida, propofol.  Dalam syringe : heparin sodium.  Aditif : cefepime

150

Universitas Indonesia

Hypobhac 150  Injeksi intramuskular, intravena  Asam mg/1,5 ml, lambat atau infuse 4-6 mg/kg amino Hypobhac Inj BB/hari sebagai dosis tunggal 8,5%. 300 mg/1,5 ml atau dosis terbagi tiap 8-12 jam. Dekstran (Netilmisin Pda infeksi berat dosis dapat 6% sulfat) naik sampai 7,5 mg/kg BB/hari dalam dalam tiga kali pemberian dekstrosa 5%.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

 Dekstran 40 10% dalam dekstrosa 5%.  Dekstrosa 50%.  Dekstrosa 10% dalam air.  Dekstrosa 5% dalam air.  Manitol 10%.  Manitol 10%.  Normosol R IV : induksi 1 ml (10 IU) / 1000  Dekstran ml. Dosis awal infus : 1-4 6% dalam miliunit/ menit, secara bertahap kemudian meningkat hingga 1-2 miliunit/ menit dengan interval

Stabilitas Penyimpanan

(dosis segera diturunkan bila terdapat perbaikan klinis, biasanya setelah 48 jam). Neonatus kurang dari 1 minggu : 3 mg/kg BB tiap 12 jam; diatas 1 minggu 2,5-3 mg/kg BB tiap 12 jam; Anak 2-2,5 mg/kg BB tiap 8 jam. Infeksi saluran kemih 150 mg/hari (dosis tunggal) selama 5 hari. Gonore 300 mg dosis tunggal.

Induxin Inj 10 UI/ml

kuning tua tidak boleh digunakan.

 Simpan pada

 Simpan pada suhu

Inkompatibilitas HCl, furosemide

 Induxin tidak harus diinfus melalui

151

Universitas Indonesia

133.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat (oksitosin)

Dosis

Pelarut

> 20 menit  Jika terjadi aborsi, dosis 10 IU / 500 ml dengan kecepatan infus 20-40 tetes/ menit  Pengendalian pendarahan postpartum uterus : 10-40 IU / mL 1.000 dengan infus IV atau IM 10 IU setelah melahirkan plasenta.

wadah kedap udara dan lindungi dari cahaya  Temperatu r runag penyimpan an berkisar antara 2°C sampai 8°C.

Stabilitas setelah Penyiapan ruang yang terkontrol dan terlindung dari cahaya  Jangan digunakan jika sediaan mengalami perubahan warna atau membentu k endapan.

Inkompatibilitas darah atau plasma, karena keterkaitan peptida dengan cepat dilemahkan oleh oksitosin sehingga menonaktifkan enzim.  Induxin tidak kompatibel dengan larutan yang mengandung natrium metabisulfit sebagai stabilisator

152

Universitas Indonesia

 dekstrosa 5%  Dekstran 65 dalam NaCl 0,9%  Dextroseringer 's injeksi, kombinas i  Dextrose 10% dalam air  Ringer injeksi, Ringer injeksi, laktat  Sodium klorida 0,45%  NaCl 0,9%.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

134.

Integrilin 75 mg/ 100 ml 100 ml (Eptifibatide)

Dosis

Pelarut

 Sodium  chlorida 0.9%  Dextrose 5%  dalamsodi um chlorida 0.9%.

Simpan di lemari es (2°C8°C). Simpan dalam kemasan yang asli untuk melindun gi dari cahaya

Stabilitas setelah Penyiapan  Simpan di bawah pendingina n dan terlindung dari cahaya  Obat ini dapat disimpan sampai dua bulan pada suhu kamar.

Inkompatibilitas  Furosemide

153

Universitas Indonesia

 Akut koroner sindrom dengan serum kreatinin <2 mg / dL 180 mcg / kg IV bolus sesegera mungkin setelah diagnosis, diikuti dengan infus kontinu dari 2 mcg / kg / min sampai dengan 72 jam atau sampai debit  Jika PCI dilakukan selama Integrilin terapi, infus harus dilanjutkan sampai 18-24 jam setelah prosedur atau sampai discharge, yang memungkinkan 96-jam terapi, 2-4 mg / dL 180 mcg / kg IV bolus sesegera mungkin setelah diagnosis, diikuti dengan infus kontinu dari 1 mcg / kg / min. PCI dengan serum kreatinin <2 mg / dL 180 mcg / kg IV bolus segera sebelum mulai dari PCI, diikuti dengan infus kontinu dari 2 mcg / kg / min & bolus 180-mcg/kg 2 10 menit setelah bolus 1, lanjutkan infus sampai 18-24

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

135.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

jam atau sampai discharge, 2-4 mg / dL 180 mcg / kg IV bolus segera sebelum mulai dari PCI, diikuti dengan infus kontinu dari 1 mcg / kg / min & a 2-180 mcg / kg bolus diberikan 10 menit setelah bolus 1. Insulatard HM  Dengan injeksi subkutan, sesuai  Tidak ada  100 IU/ml 10 kebutuhan. karena ml [Insulin diberikan intermediatelangsung acting (kerja secara menengah) : subkutan  Human (SC). monocompone nt isophane insulin (recombinant DNA origin)]

Stabilitas setelah Penyiapan

 Suspensi koloid tidak harus ditambahkan ke dalam cairan infuse.

154

Universitas Indonesia

Sebelum  Selama digunakan penggunaa , disimpan n atau pada suhu digunakan 2-8°C. sebagai Hindari cadangan: pembekua Simpan n. dibawah 25°C.  Jangan mendingin kan.  Jangan membekuk an.  Menyimpa n botol

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

136.

Obat

Inviclot 5000 IU/ml 5 ml (Heparin Na)

Dosis

Pelarut

 NaCl 0,9%  Dekstrosa 5% dalam air

 Simpan pada suhu 15°C30°C

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

dalam karton luar untuk melindungi dari cahaya.  Dari sudut  Y-site : Amiodarone pandang HCl, ciprofloxacin, mikrobiolo diazepam, gi, harus gentamicin sulfate, digunakan haloperidol lactate, segera, isosorbide dinitrate, namun levofloxacin, infus yang tramadol HCl, telah phenytoin sodium. disiapkan  Dalam syringe : dapat amikacin sulfate, disimpan amiodarone HCl, pada suhu chlorpromazine HCl, 2-8°C dan diazepam, diinfuskan doxorubicin HCl, dalam 24 gentamisin sulfate, jam (pada haloperidol lactate, suhu streptomycin sulfate 155

Universitas Indonesia

 Hemodialisa : biasanya diberikan 7.500-12.500 IU (tanpa pengawaet) untuk setiap dialisis  Pemberian IV : 5.000-10.000 IU setiap 4 jam melalui injeksi bolus atau infus berkesinambungan dalam larutan pembawa injeksi Natrium klorida atau injeksi Dekstrosa. Dosis harus dimonitor dengan melakukan uji koagulasi sebelum pemakaina dan bervariasi tergantung pada respon masing-masing. Waktu pembekuan harus 2-3 kali nilai control  Pemakaian subkutan (dosis

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas

ruang)  Aditif : atracurium  Tidak besylate, boleh ciprofloxacin, digunakan cytarabine, jika gentamicin sulfate, berubah kanamycin sulfate. warna atau mengandu ng endapan  Heparin harus disimpan pada suhu kamar terkendali dan lindungi dari pembekuan dan suhu melebihi 40°C  Dalam sebuah 156

Universitas Indonesia

terapetik) : pemberian SC 10.000 UI dapat diberikan setiap 8 jam setelah injeksi bolus IV sebesar 5000 UI  Cara pemberian heparin dosis rendah : dosis lazim yang dianjurkan adalah 5.000 UI dengan injeksi SCsetiap 8 atau 12 jam tanpa kontrol laboratorium. Cara ini digunakan pada : semua pasien yang berhubungan dengan hemostatika yang berumur lebih dari 40 tahun yang mengikuti prosedur bedah thorax dan major elektif abdominal. Injeksi pertama dari aturan ini (yaitu 5.000 UI) dimulai 2 jam sebelum operasi dan pengobatan dianjurkan selama 7 hari  Pembedahan umum atau ortopedi dengan risiko tinggi atau VTE: 5000 unit injeksi SC 2 jam sebelum pembedahan

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

kemudian tiap 8-12 jam sampai pasien dapat bergerak; profilaksis VTE pada pasien lainnya: 5000 unit SC tiap 8-12 jam; dosis standard IV infus: 5000 unit injeksi IV diikuti 18 unit/kg/jam infus IV

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

157

Universitas Indonesia

studi di rumah sakit pengoplosa n natrium heparin 1 unit / ml dalam natrium klorida 0,9%, aktivitas antikoagul an dapat dipertahan kan selama setidaknya 12 bulan setelah sterilisasi dengan autoklaf dan penyimpan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

137.

Obat

Iopamidol 0,612 g/ml 20 ml, Iopamidol 0,755 g/ml 20 ml,

Dosis

Pelarut

-

 Simpan pada temperatur ruangan yang terkontrol dan terlindung dari cahaya.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

an selanjutnya dilakukan pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya matahari.  Botol  Obat ini tidak boleh sekali dicampur dengan dibuka obat lain. harus segera digunakan.  Larutan yang tidak digunakan harus dibuang.

158

Universitas Indonesia

 Lumbar Myelography : Dewasa 5-10 ml. Thoraco-Cervical Myelography dewasa 5-10 ml. Cerebral Angiography dewasa 5-10 ml (diulangi jika penting) dan anak-anak tergantung umur dan berat badan. Peripheral Arteriography dewasa 20-50 ml (diulangi jika penting) dan anak-anak tergantung umur dan berat badan. Venography Dewasa 20-50 ml dan anakanak tergantung umur dan berat badan, dosis maksimum tidak boleh lebih dari 250 ml. Computer Tomography

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

138.

Obat

Dosis

Pelarut

-

 Jauhkan dari cahaya.

Stabilitas setelah Penyiapan

 Shelf life : 5 tahun.  Botol yang telah dibuka, harus segera digunakan.  Residu yang tidak digunakan harus dibuang.

Inkompatibilitas

 Tidak boleh dicampur dengan obat lain.  Hindari penggunaan logam.

159

Universitas Indonesia

Enhancement Dewasa Brain scanning 50 - 100ml dan Dewasa Whole body scanning 40-100ml. Intravenous Urography Dewasa 40 - 80 ml, jika mengalami gagal ginjal, maka diberikan dosis lazim sampai 1,5 mg/kg; anak-anak 12,5 mg/kg atau tergantung umur dan berat badan. Arthrography Dewasa 1-10 ml. Iopamiro 300  Lumbar Myelography : Dewasa mg/100 ml, 5-10 ml. Thoraco-Cervical Iopamiro 300 Myelography dewasa 5-10 ml. mg/50 ml, Cerebral Angiography dewasa Iopamiro 300 5-10 ml (diulangi jika penting) mg/30 ml (tiap dan anak-anak tergantung umur botol dan berat badan. Peripheral konsentrasi Arteriography dewasa 20-50 ml iodium 300 (diulangi jika penting) dan mg/ml anak-anak tergantung umur dan mengandung berat badan. Venography lopamidol Dewasa 20-50 ml dan anak61,24 g/ml) anak tergantung umur dan berat

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

139.

Obat

Iopromida 300 mg 20 ml, Iopromida 300 mg 50 ml

Dosis

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Larutan yang digunakan harus bebas dari partikel.

-



Simpan di  Shelf life :  Antihistamin atau bawah 30 3 tahun. kortikosteroid, agen ° C.  Jika profilaksis. Lindungi berubah dari warna atau cahaya terdapat dan sinarpartikulat X. (termasuk kristal) atau 160

Universitas Indonesia

badan, dosis maksimum tidak boleh lebih dari 250 ml. Computer Tomography Enhancement Dewasa Brain scanning 50 - 100ml dan Dewasa Whole body scanning 40-100ml. Intravenous Urography Dewasa 40 - 80 ml, jika mengalami gagal ginjal, maka diberikan dosis lazim sampai 1,5 mg/kg; anak-anak 12,5 mg/kg atau tergantung umur dan berat badan. Arthrography Dewasa 1-10 ml.  Intravenous urography. Dewasa: minimum dosis 1ml/kg atau 1.3ml/kg. Anakanak: neonatus 4,0 ml/kg BB, nayi 3,0 ml/kg BB, anak 1,5 ml/kg BB.  Computerised tomography. Cranial CT 1-2ml/kg BB. Whole-body CT dosis dan tingkat pemberian tergantung

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Dosis

Obat



    



pada organ dalam penyelidikan, masalah diagnostic, scan dan hasilnya berbeda dari scanner yang digunakan pertama kali. Angiography: dosis tergantung pada usia, berat badan, “cardiac output” dan kondisi umum pasien, masalah klinis, pemeriksaan teknik dan sifat dan volume daerah vaskular harud diselidiki. Cerebral angiography Aortic arch angiography 50-80 ml. Selective angiography 6-15 ml. Retrograde carotid angiography 30-40 ml. Thoracic aortography 50-80 ml. Abdominal aortography 40-60 ml. Bifemoral arteriography 40-60 ml. Peripheral angiography. Ekstremisitas tinggi. Arteriography : 8-12 ml.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

kemasan rusak harus dibuang.  Harus digunakan segera dan dalam keadaan segar.

161

Universitas Indonesia



Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

140.

Obat

Isoptin Inj 2,5 mg/ml 2 ml (Verapamil HCl)

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

 Dokter atau perawat harus memeriksa bahwa tanggal kadaluwars a pada label belum berlalu sebelum Anda diberi suntikan.  Tidak digunakan setelah tanggal kadaluwars a dicetak

Inkompatibilitas

 Larutan alkalin

162

Universitas Indonesia

Venography : 15-30 ml. Ekstremisitas rendah. Arteriography : 20-30 ml. Venography : 30-60 ml.  2,5 mg/ml (2 ml-4 ml)  Dekstran  Simpan 40 10% pada dalam temperatur NaCl ruangan 0,9%. yang  Dekstran terkontrol 75 6% dan dalam terlindung NaCl dari 0,9%. cahaya.  Dekstrosa  Hindari 5% in dari Ringer’s pembekua injection, n. lactated.  Dekstrosa 5% dalam NaCl 0,45%.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

141.

Obat

Pelarut

 Injeksi IV. Dosis tergantung pada keparahan kondisi katabolic atau kebutuhan terhadap asam amino.  Dosis maksimum sehari 2 g asam amino/kg bb tidak boleh berlebihan dalam nutrisi

 Dekstrosa 5% dalam NaCl 0,9%.  Dekstrosa 5% dalam air.  Ringer’s injection.  Ringer’s injection, lactated.  NaCl 0,45%.  NaCl 0,9%.  Untuk pemberia n secara langsung, dapat dicampur dengan

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

pada label.

 Sediaan  Simpan harus pada disimpan temperatur pada suhu tidak kurang 15°C-30° dari 25°C. C dan  Jangan terlindung dibekukan.

-

163

Universitas Indonesia

Ivelip 20% 100 ml, Ivelip 20% 250 ml, Ivelip 20% 500 ml (per L : Soyben oil 200 g; egg

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

142.

Obat

Dosis

Pelarut

 parenteral.  Dosis harian : 1,5-2,0 mL/kg bb (ekuivalen dengan 3,0-4,0 g N92)-L.Alanyl-glutamin/kg bb) sebanding dengan 100-140 mL larutan untuk pasien dengan berat badan 70kg.

Kabivent Infus 1440 ml, Kabivent Infus 2400 ml [glucose (11%), amino acids & electrolyte (Vamin 18

 Dewasa dan anak > 10 tahun : 27-40 ml/ kgBB/ hari  Anak 2-10 tahun : 14-28 ml/ kgBB/ hari.

larutan asam amino yang dapat tercampur kan atau regimen infuse yang mengand ung asam amino utama.  Untuk pemberia n secara langsung, dapat dicampur dengan larutan asam

Stabilitas setelah Penyiapan

 Jangan gunakan jika terjadi pemisahan emulsi.  Periksa kompatibilit as dan stabilitas nutrisi campuran sebelum digunakan.   Sediaan  Kabven harus periferal disimpan hanya pada suhu dapat 15°C-30° dicampur C dan dan terlindung digunakan dari jika larutan cahaya. jernih dan sedikit

Inkompatibilitas

dari cahaya matahari langsung

-

164

Universitas Indonesia

phosphatides 12 g; glycerol 25 g; Na Oleate 0,3 g)

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Dosis

Obat Novum), emulsion (Intralipid 20%)]

fat

Pelarut amino yang dapat tercampur kan atau regimen infuse yang mengand ung asam amino utama.

Stabilitas Penyimpanan matahari langsung

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

165

Universitas Indonesia

berwarna atau agak kuning dan jika emulsi berwarna putih dan homogen  Jangan disimpan pada temperatur di atas 25°C dan jangan dibekukan  Jangan digunakan jika kemasan rusa  Terdiri dari 3 bagian kantung yang

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

166

Universitas Indonesia

dicampur sebelum penggunaa n. Setelah tutup dibuka, stabilitas secara fisika dan kimia dari 3 campuran kantung dapat digunakan selama 24 jam pada temperatur 25°C. Buang sisa larutan jika tidak terpakai.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Dosis

Obat Ka-En 4 B  Infus 500 ml (per L : Na 30 meq; K 8 meq; Cl 28 meq;laktat 10 meq; glukosa 37,5 meq)

 Tidak ada karena diberikan secara IV infus.

Pada suhu kamar, terhindar dari cahaya matahari langsung.  Tidak boleh digunakan lebih dari tanggal kadaluwar sa.

144.

Ka-En 1B Infus 500 ml (per L : Na 38,5 meq; Cl

 Ka-En 1 B : dewasa 500-1000  Tidak ada ml dengan infus drip IV. karena Kecepatan infus : Dewasa ; 300diberikan 500 ml/ jam. Anak > 3 tahun secara IV

 Pada suhu kamar, terhindar dari

Ka-En 4B : Untuk bayi dan neonatus, dosis harus disesuaikan dengan kondisi pasien, umur dan berat badan.

Stabilitas setelah Penyiapan  Setelah tutup dibuka, stabilitas secara fisika dan kimia dari 3 campuran kantung dapat digunakan selama 24 jam pada temperatur 25°C. Buang sisa larutan jika tidak terpakai.  Setelah tutup dibuka, stabilitas

Inkompatibilitas -

-

167

Universitas Indonesia

143.

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat 38,5 gluksa meq)

145.

Dosis

meq; 37,5

atau BB > 15 kg 50-100 ml/ jam

infus.

 Ka-En 3B : dewasa dan anak  Tidak ada usia 3 tahun atau lebih atau BB karena 15 kg atau lebih : 500-1000 diberikan mlpada satu kali pemberian secara IV secara drip IV infus.

 cahaya matahari langsung. Tidak boleh digunakan lebih dari tanggal kadaluwar sa.

 Pada suhu kamar, terhindar dari cahaya matahari langsung.  Tidak

Stabilitas setelah Penyiapan secara fisika dan kimia dari 3 campuran kantung dapat digunakan selama 24 jam pada temperatur 25°C. Buang sisa larutan jika tidak terpakai.  Setelah tutup dibuka, stabilitas secara fisika dan kimia dari 3

Inkompatibilitas

-

168

Universitas Indonesia

Ka-En 3B Infus 500 ml (per L : Na 50 meq; K 20 meq; Cl 50 meq; laktat 20 meq; gluksa 27 meq)

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan boleh digunakan lebih dari tanggal kadaluwar sa.

146.

 Ka-En 3A : dewasa dan anak usia 3 tahun atau lebih atau BB 15 kg atau lebih : 50-100 ml/ jam

 Tidak ada karena diberikan secara IV infus.

 Pada suhu kamar, terhindar dari cahaya matahari langsung.  Tidak boleh digunakan lebih dari tanggal

campuran kantung dapat digunakan selama 24 jam pada temperatur 25°C. Buang sisa larutan jika tidak terpakai.  Setelah tutup dibuka, stabilitas secara fisika dan kimia dari 3 campuran kantung dapat digunakan

Inkompatibilitas

-

169

Universitas Indonesia

Ka-En 3A Infus 500 ml (per L : Na 60 meq; K 10 meq; Cl 50 meq; laktat 20 meq; gluksa 27 meq)

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan kadaluwar sa.

147.

Ka-En MG-3 Infus 500 ml (per L : Na 50 meq; K 20 meq; Cl 50 meq; laktat 20 meq; gluksa 100 meq)

 Ka-En MG3 : 500-1000 ml pada  Tidak ada satu kali pemberian melalui karena infus drip IV diberikan secara IV infus.

selama 24 jam pada temperatur 25°C. Buang sisa larutan jika tidak terpakai.  Setelah tutup dibuka, stabilitas secara fisika dan kimia dari 3 campuran kantung dapat digunakan selama 24 jam pada temperatur 25°C.

Inkompatibilitas

-

170

Universitas Indonesia

 Pada suhu kamar, terhindar dari cahaya matahari langsung.  Tidak boleh digunakan lebih dari tanggal kadaluwar sa.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Dosis

Obat

Pelarut

148.

Kalmeco 500 mcg, Lapibal 500 mcg, Mecobalamin 500 mcg (mekobalamin)

 Injeksi IV / IM : 1 ampul 3x sehari.

149.

Kaltrofen 100 ml (Ketoprofen)

 Nyeri & Dismenore : Pasien  Dapat dewasa : 25mg atau 50mg setiap langsung 6-8 jam jika diperlukan. digunaka  Pasien dengan gangguan fungsi n secara ginjal & hati : Untuk Pasien IM. dengan kerusakan ginjal/hati sedang, dosis tertinggi sehari adalah 150 mg.

-

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Simpan pada suhu kamar (dibawah 30°C), terlindung dari cahaya.

 Buang sisa larutan jika tidak terpakai  Simpan pada ruangan dengan suhu di bawah 30°C.

 Asam askorbat, dekstrosa, dan pitomenadion, dan 5% warfarin natrium.



 Sediaan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, panas dan lembab

-

Simpan pada suhu <30°C dan terlindung dari cahaya.

171

Universitas Indonesia

No

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

150.

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

 pada suhu kamar (25°C),  Masa kadaluarsa adalah 3 tahun sejak diproduksi Karboplatin  Infus IV Anak. “Solid Tumor” :  Dekstrosa  Simpan  Simpan 150 mg/15 ml 300-600 mg/m2 sekali setiap 4 5% pada selama 8 (Karboplatin) minggu. Tumor otak : 175 dalam air. temperatur jam pada 2 mg/m per minggu untuk 4  NaCl ruangan emperat minggu setiap 6 minggu, 0,9%. yang ure dengan 2 minggu periode  Air steril terkontrol. ruangan pemulihan. untuk Terlindung yang tidak  Infus IV Dewasa : Kanker injeksi. i dari lebih dari 2 ovarian : 300-600 mg/m setiap cahaya. 25°C. 4 minggu atau target AUC 5-7,5 setiap 3 minggu . “Autologous BMT” : 150 mg/m2 (total dosis) dibagi selama 4 hari. Kedacillin 1 g  Dewasa 2-4 g/hari, Anak 40-80  Aqua pro  Simpan  Pada proses (Sulbenisilin mg/kg BB/hari. Diberikan injeksi pada suhu pelrutan sodium) secara intramuscular atau  Larutan kamar. sediaan,

Inkompatibilitas

 Hindari penggunaan metal aluminium.

-

172

Universitas Indonesia

151.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

intravena, dibagai dalam dua kali pemberian.

Stabilitas Penyimpanan

dekstrosa

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

173

Universitas Indonesia

 larutan dapat menjadi hangat, tetapi hal ini tidak mempengar uhi kualitas larutan.  Simpan pada suhu tidak lebih dari 30°C pada kemasan kedap udara.  Terlindung dari cahaya.  Jika digunakan untuk injeksi, maka

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

152.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas

larutan harus bebas dari mikroorgani sme. Jangan  Harus  Injeksi tidak boleh simpan di digunakan dicampur dengan atas 25 ° dengan produk obat lain. C. segera dan Jangan dalam membeku keadaan kan. segar Simpan karena dalam apabila posisi didiamkan tegak. lama akan mengalami pengendap an.

174

Universitas Indonesia

Kenacort  Intraartikular, intrabursal,  Tidak ada  IA/ID 10 mg/5 selubung tendon. Dewasa : karena ml, Trilac 10 dosis lazim sendi kecil 2,5-5 langsung mg/5 ml mg, sendi besar 5-15 mg, dosis diberikan (Triamsinolon untuk sendi kecil sampai 10 mg, secara  asetonida) sedangkan untuk sendi besar intraderm sampai 40 mg. Maksimum al atau dosis untuk semua sendi 20-80 intramusk  mg. ular.  Intradermal. Dewasa : dosis lazim 1 mg.  IM. Range 2,5-100 mg/hari. Anak : dosis lazim 0,11-0,16 mg/kg/hari dibagi 3-4 dosis. Anak 6-12 tahun : dosis lazim 40 mg. Anak >12 tahun dan dewasa : dosis lazim 60 mg. Adanya alergi/asma : 40-100 mg sebagai dosis injeksi

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

153.

Obat

Ketalar 100 mg/ml 10 ml, Ketamin 10 mg/ml 20 ml (Ketamin HCl)

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Simpan  vial pada temperatu r ruangan yang terkontrol . Terlindun g dari cahaya.

Inkompatibilitas

Simpan  Barbiturat pada suhu diazepam. 25°C.

dan

175

Universitas Indonesia

tunggal. Sklerosis multiple (eksaserbasi akut) : 160 mg sehari untuk satu minggu, diikuti 64 setiap hari untuk 1 bulan.  Anak. IM: sedasi/analgesik 4-5  Dekstrosa  mg/kg/dosis, dosis dinaikkan 5% sampai 13 mg/kg. IV : dalam air. sedasi/analgesic 1-2  NaCl mg/kg/dosis, dapat diulangi 0,9%. hingga mencapai efek yang  Air steril diinginkan. Infus IV lanjutan : untuk Sedasi 5-20 mcg/kg/menit, injeksi.  diulangi hingga mencapai efek sedasi yang diingkan.  Anak ≥16 tahun dan dewasa. Induksi anestesi. IM : 6,5-13 mg/kg, dosis lazim untuk menghasilkan 12-25 menit anestesi : 10 mg/kg. IV 1-4,5 mg/kg, dosis lazim untuk menghasilkan 5-10 menit anestesi : 2 mg/kg. Infus IV lanjutan 1-2 mg/kg infuse

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Ketesse 50 mg/2 ml (Deksketoprof en trometamol)

155.

Ketorolac 10%, Ketorolac 3% (Ketorolak trometamin)

Pelarut

selama 0,5 mg/kg/menit yang dikombinasi dengan diazepam untuk mencegah reaksi emergensi.  50 mg tiap 8-12 jam IM atau IV, jika diperlukan dapat diulang tiap 6 jam, dosis maksimal 150 mg/hari  Tidak ditujukan untuk pemakaian jangka panjang, harus dibatasi untuk periode simtomatik akut.

 NaCl 0,9%,  Glukosa,  Ringer laktat

Stabilitas Penyimpanan

 Simpan di bawah suhu 30°C dan terlindung dari cahaya

 Dewasa : mula-mula 10 mg IM  Dekstrosa  atau bolus IV, kemudian 10-30 5% mg setiap 4-6 jam sesuai dalam kebutuhan sampai total NaCl maksimum dosis harian 90 mg 0,9%. (60 mg pada pasien usia lanjut,  Dekstrosa  Pasien dengan gangguan fungsi 5% ginjal ringan dan pasien dengan dalam air. berat badan kurang dari 50 kg).  NaCl  Pemberian injeksi IV sekurang0,9%

Stabilitas setelah Penyiapan

 Larutan harus terlindung dari cahaya matahari langsung

Simpan  Gunakan pada suhu larutan 15°Crekonstitusi 30°C di dalam 24 tempat jam. kering  Larutan dan injeksi terlindung dalam dari syringe cahaya. harus

Inkompatibilitas

-

 Y-site : azithromycin, hetastarch dalam lacatated electrolyte injection.  Dalam syringe : diazepam, haloperidol lactate, morphine sulfate, pethidin HCl. 176

Universitas Indonesia

154.

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

kurangnya dilakukan 15 detik.  D5S  Durasi maksimum terapi tidak  Ringer’s boleh dari 2 hari.Penggunaan lakatat harus dimulai dari dosis efektif yang paling rendah dan dalam jangka waktu sesingkat mungkin bagi semua pasien.

Stabilitas Penyimpanan 



Inkompatibilitas

digunakan dalam 15 menit.

177

Universitas Indonesia

Larutan jernih dan berwarna sedikit kuning. Paparan cahaya dalam waktu lama dapat menyebab kan perubahan warna larutan dan terbentuk endapan. Endapan mungkin terjadi pada pH rendah.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 156.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan Simpan dibawah suhu 30°C, lindungi dari cahaya.

 Harus digunakan dengan segera dan dalam keadaan segar.

Inkompatibilitas -

178

Universitas Indonesia

Kidmin Infus  Gagal Ginjal Kronis : Infus  Diinfuska  200 ml (per L : Vena Perifer : Dosis Lazim n lewat L-amino acid Dewasa : 200 mL/hari, diinfus vena 72 g; BCAA melalui vena perifer. Laju perifer. 45,8%; infuse pada orang dewasa  Atau EAA/NEAA adalah 100 mL selama 60 menit diinfuska ratio 2,6 : 1; (sekitar 25 tetes/menit ) dan n lewat total nitrogen harus perlahan infus pada anakvena 10 g) anak, pasien lanjut usia dan sentral sakit parah . Dosis dapat sebagai disesuaikan sesuai dengan total kondisi , berat badan pasien dan nutrisi usia . Ketika diberikan selama parenteral hemodialisis , harus diresapi melalui vena sisi injeksi pelabuhan sirkuit dialisis mulai 90-60 menit sebelum akhir terapi hemodialisis . Mengenai kalori , > 1500 kkal / hari dianjurkan untuk diberikan untuk efisiensi penggunaan asam amino .  Central Vein Infusion : Biasa Dosis Dewasa : 400 mL / hari ,

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Pelarut

diinfuskan melalui vena sentral dengan nutrisi parenteral total . Dosis dapat disesuaikan sesuai dengan kondisi , berat badan pasien dan usia . Lebih dari 300 kkal kalori nonprotein harus diberikan per 1 g nitrogen ( 100 ml Kidmin ) untuk efisiensi penggunaan asam amino .  Gagal Ginjal Akut : Biasa Dosis Dewasa : 600 mL / hari , diinfuskan melalui vena sentral dengan nutrisi parenteral total . Dosis dapat disesuaikan sesuai dengan kondisi , berat badan pasien dan usia . Lebih dari 300 kkal kalori nonprotein harus diberikan per 1 g nitrogen ( 100 ml Kidmin ) untuk efisiensi penggunaan asam amino Klorpromazin  Injeksi intramuscular yang  Dekstran 25 mg/ml 1 ml, dalam (untuk pengobatan gejala 6% Klorpromazin akut) 25-50 mg setaiap 6-8 jam. dalam 5 mg/ml 2 ml Anak : 15 tahun 500 mcg/kg dekstrosa

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

 Simpan kemasan pada 

 Simpan larutan pada suhu 18°C-23°C

Inkompatibilitas

 Pentobarbital.

179

Universitas Indonesia

157.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat (Klorpromazin HCl)

Dosis

Pelarut

BB tiap 6-8 jam (maksimal 40 mg sehari) ; 6-12 tahun 500 mcg/kg BB tiap 6-8 jam (maksimal 75 mg/hari).

ur ruangan yang terkontrol .  Terlindun g dari cahaya.  Hindari pembekua n.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

dalam keadaan gelap selama 30 hari.

180

Universitas Indonesia

 5%.  Dekstran 6% dalam NaCl 0,9%.  Dekstrosa 2% dalam air.  Dekstrosa 5% dalam air.  Dekstrosa 10 % dalam air.  Dekstrosa 10% dalam NaCl 0,9%.  Fruktosa 10% dalam NaCl

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

158.

Obat

Dosis

Pelarut

0,9%.  Fruktosa 10% dalam air.  Ringer’s injection, lactated.  NaCl 0,9%.  “Water  for injection”    

Stabilitas setelah Penyiapan

Simpan di  Setelah lemari es dilarutkan, (2°Cdari sudut 8°C). pandang Jangan mikrobiolo membeku gi, produk kan. harus Terlindun digunakan g dari segera. Jika cahaya. tidak Shelf life segera 30 bulan. digunakan Dapat dalam disimpan penggunaa pada n waktu

Inkompatibilitas

 Produk obat tidak boleh dicampur dengan obat lain.

181

Universitas Indonesia

Koate-DVI  Hanya dengan IV. Perdarahan 250 IU 5 ml ringan dan profilaksis dosis [Faktor VIII tunggal 10 IU/kg. Perdarahan (Konsentrat)] sedang 15-25 IU/kg. Jika perlu, dosis berulang 10-15 IU/kg setiap 8-12 jam. Perdarahan berat Dosis Awalnya 40-50 IU/kg. Pemeliharaan: 20-25 IU/kg 8-12 jam. Bedah dosis Pra-operasi: 50 IU/kg. Untuk mempertahankan tingkat hemostatik, infus berulang mungkin diperlukan 6-12 jam & selama 10-14 hari sampai penyembuhan selesai.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan suhu ruangan (hingga 25°C) untuk jangka waktu 12 bulan.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

182

Universitas Indonesia

dan kondisi penyimpan an sebelum digunakan adalah tanggung jawab pengguna.  Namun, selama penelitian in vitro, secara kimia dan fisik stabil selama 24 jam pada 30 ° C di PVC infus. Setelah dilarutkan, secara kimia dan fisik stabil

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

159.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

183

Universitas Indonesia

selama 3 jam di dalam studi in vitro. Jangan dibekukan. Konyne 80  Injeksi Intravena.  “Water  Jangan  Shelf life 3  Tidak boleh Vial 1000 IU + Haemarthrosis awal, perdarahan for simpan di tahun dicampur dengan pelarut 25 ml, otot atau perdarahan mulut 20 – injection” atas 25 ° C.  Setelah produk obat lain, Konyne 80 40 IU/dl ulangi setiap 24 jam,  Jangan dilarutkan, pengencer, atau Vial 500 IU + setidaknya 1 hari, sampai membekuka dari sudut pelarut. pelarut 10 ml episode perdarahan yang n. pandang (faktor IX ditunjukkan dengan nyeri  Simpan mikrobiolo kompleks) teratasi atau penyembuhan pada botol gi dan dicapai. Haemarthrosis lebih dalam produk luas, perdarahan otot atau karton luar, tidak hematoma 30 – 60 IU/dl, ulangi untuk mengandun infus setiap 24 jam selama 3 - 4 melindungi g hari atau lebih sampai rasa sakit dari cahaya. pengawet, dan cacat akut diselesaikan. produk Pendarahan yang mengancam yang telah jiwa 60-100 IU/dl, ulangi infus dilarutkan setiap 8 sampai 24 jam sampai harus ancaman teratasi. Operasi minor segera

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas

digunakan.  Stabilitas fisikokimia selama 24 jam pada suhu kamar (maks. 25°C).  Namun, jika tidak diberikan segera, penyimpan an harus tidak melebihi 8 jam pada suhu kamar.

184

Universitas Indonesia

termasuk pencabutan gigi 30 – 60 IU/dl setiap 24 jam, setidaknya 1 hari, sampai penyembuhan dicapai. Operasi utama 80-100 IU/dl (pra-dan pasca operasi), ulangi infus setiap 8-24 jam sampai penyembuhan luka, setidaknya 7 hari untuk mempertahankan faktor aktivitas IX dari 30% sampai 60% (IU/dl).  Infus lanjutan dalam bedah. Tingkat yang diinginkan faktor IX untuk hemostasis 40-100% IU/dl. Dosis muatan awal untuk mencapai tingkat yang diinginkan diberikan dosis bolus tunggal 90 IU per kg (kisaran 75-100 IU/kg berat badan). Frekuensi dosis Infus IV lanjutan tergantung pada klirens dan faktor tingkat IX. Lama pengobatan sampai 5 hari, perawatan lebih lanjut

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

160.

Obat

Dosis

Pelarut

 Dekstrosa 5%.  NaCl 0,9%.

Stabilitas setelah Penyiapan

-

-

Inkompatibilitas

-

185

Universitas Indonesia

mungkin diperlukan tergantung pada operasi. Kuinin  Dewasa. Kina diberikan dengan dihidroklorida dosis muatan 20 mg garam /kg 25% 2 ml BB dilarutkan dalam dekstrosa (Kina) 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 4 jm pertama. Selanjutanya, 4 jam kedua, hanya diberikan cairan dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%. Setelah itu, diberikan kina dengan dosis pemeliharaan 10 mg/kg BB dalam larutan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% sampai pasien dapat minum kina per oral. Jika tidak memungkinkan pemberian infuse kina, maka dapat diberikan kina hiroklorida 10 mg/kg BB secara IM dengan masing-masing setengah dosis pada paha depan kiri dan kanan (jangan diberikan pada pantat). Untuk pemakaian intramuscular, kina dapat dapat

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

161.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

 Produk obat ini tidak boleh dicampur dengan produk obat lainnya.  Hal ini penting untuk memastikan bahwa jarum suntik tidak mengandung jejak bahan lainnya.

186

Universitas Indonesia

diencerkan dengan 5-8 ml NaCl 0,9% untuk mendapatkan kadar 60-100 mg/ml.  Anak. Infus kina HCl 25% diberikan dengan dosis 10 mg.kg BB )bila umur <2 bulan : 6-8 mg/kg BB) diencerkan dengan dekstrosa 5% atau NaCl 0,9% sebanyak 5-10 ml/kg BB diberikan selama 4 jam. Diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapt minum obat. Lantus 100  Diberikan subkutan berdasarkan  Tidak ada  Jangan  Shelf life : IU/ml 10 ml penetapan secara individu. karena simpan di 2 tahun. [insulin longTidak untuk diberikan secara diberikan atas 25 ° C.  Produk acting (kerja intravena. langsung  Jangan obat dapat panjang) : secara membekuka disimpan insulin subkutan n. selama glargine] (SC).  Simpan maksimal 4 pada botol minggu dalam tidak lebih karton dari 25°C dan

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

luar, untuk melindungi dari cahaya.

162.

187

Universitas Indonesia

Lantus Solostar 100 IU/ml 3 ml [insulin longacting (kerja panjang) : insulin glargine]

jauhkan dari panas langsung atau cahaya langsung.  Menyimpa n botol dalam karton luar untuk melindungi dari cahaya.  SubQ: Dewasa: diabetes tipe 2:  Tidak ada  Jangan  Simpan  Jangan mencampur Pasien belum mendapat Insulin: karena simpan di botol atau encerkan dengan 10 unit sekali sehari, diberikan atas 25 ° C. belum insulin lain disesuaikan dengan respon langsung  Jangan dibuka, pasien (rentang dalam studi secara membekuka cartridge, klinis: 2-100 unit / hari) subkutan n. dan  Cl Cr 10 - 50 mL / menit: (SC).  Simpan perangkat diberikan sebesar 75% dari dosis pada botol insulin normal dan glukosa dimonitor dalam sekali dengan cermat karton. pakai di  Cl Cr <10 mL / menit: diberikan lemari es,

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

sebesar 25% sampai 50% dari dosis normal dan monitor glukosa dengan cermat  Pemberian SubQ: Harus diberikan sekali sehari, pada setiap waktu, tetapi harus diberikan pada waktu yang sama setiap hari. Suntikan dingin harus dihindari. SubQ pemberian biasanya dilakukan ke dalam paha, lengan, pantat, atau perut, dengan lokasi dirotasi

Stabilitas Penyimpanan luar, untuk melindungi dari cahaya.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

188

Universitas Indonesia

jangan mengguna kan jika telah dibekukan. Jika tidak didinginka n, mengguna kan dalam waktu 28 hari dan melindungi dari panas dan cahaya  Setelah dibuka (digunakan ), botol dapat disimpan dalam lemari es atau

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

189

Universitas Indonesia

sampai 28 hari pada suhu kamar Setelah kartrid dibuka (OptiClik ®) dan perangkat insulin sekali pakai (SoloStar ®) (digunakan ) harus disimpan pada suhu kamar dan digunakan dalam waktu 28 hari, jangan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

163.

Obat

Dosis

Pelarut

Leucovorin  Pengobatan overdosis antagonis calcium 250 asam folat : diberikan 10 mg/m mg, luas permukaan tubuh tiap 6 Rescuvolin 50 jam secara IV atau IM samapai mg/10 ml kadar metotreksat dalam serum (Kalsium dibawah 10-8 M. folinat)  Pengobatan anemia megaloblastik : tidak melebihi 1 mg per hari diberikan secara IM atau oral.

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas

mendingin kan  Ketika  Produk obat ini dilarutkan tidak boleh dengan dicampur dengan pelarut obat lain. tanpa mengandun g pengawet, maka harus segera digunakan.  Ketika dilarutkan dengan “bacteriost atic water for injection”, maka dapat disimpan selama 14 hari di 190

Universitas Indonesia

 “Bacterio  Simpan static pada water for temperate injection” ruangan  Aqua pro yang injeksi. terkontrol  Dekstrosa dan 5% terlindung dalam air dari  NaCl cahaya. 0,9%.  Dekstrosa 10% dalam air.  Dekstrosa 10% dalam NaCl 0,9%.  Ringer’s injection, lactated.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

164.

Obat

Dosis

Pelarut

Leunase 10000  50-200 ku/kg BB/hari dalam unit (Linfuse intravena. asparginase)

Stabilitas Penyimpanan

 Aqua pro  injeksi.  NaCl 0,9%.

Stabilitas setelah Penyiapan

-

191

Universitas Indonesia

dalam lemari pendingin atau temperatur ruangan yang terkontrol dan terlindung dari cahaya. Simpan di  Simpan di dalam dalam lemari lemari pendingin pendingin . dan dapat digunakan sampai 8 jam selama larutan tersebut bebas dari partikel.

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 165.

Obat

Dosis

Pelarut

Levemir  SMPG > 10,0 mmol / l (180 mg  Tidak ada Flexpen / dl) : + 8 U. SMPG 9,1-10,0 karena 100U/ml 3 ml mmol / l (163-180 mg / dl) : + 6 diberikan [Insulin longU. SMPG 8,1-9,0 mmol / l langsung acting (kerja (145-162 mg / dl) : + 4 U. secara panjang) : SMPG 7,1-8,0 mmol / l (127subkutan. insulin 144 mg / dl) : + 2 U. SMPG detemir] 6,1-7,0 mmol / l (109-126 mg / dl) : + 2 U.  Jika salah satu pengukuran SMPG 3,1-4,0 mmol / l (56-72 mg / dl) : - 2 U; <3,1 mmol / l (<56 mg / dl) : - 4 U  SMPG = Self Monitoring Glukosa Plasma

Stabilitas Penyimpanan 



 

 Shelf life : 30 bulan.  Simpan pada suhu dibawah 30°C maksimal 6 minggu.  Jangan mendingin kan.  Levemir harus dilindungi dari panas dan cahaya.

Inkompatibilitas  produk obat mengandung tiol atau sulfit dapat menyebabkan degradasi insulin.  Levemir tidak harus ditambahkan ke cairan infus.  Produk ini obat tidak boleh dicampur dengan produk obat lainnya.

192

Universitas Indonesia



Simpan di lemari es (2°C8°C). Jauhkan dari elemen pendingin . Jangan membeku kan. Simpan cartridge dalam karton luar untuk melindun gi dari cahaya. Simpan tutup pada

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan



166.

 Hipotensi aku, infuse intravena, melalui kateter vena sentral, larutan mengandung norepinefrin bitartrat 80 mcg/ml (setara dengan norepinefrin basa 40 mcg/ml) dengan kecepatan awal 0,16-0,33 ml/menit, disesuaikan dengan responnya.  Henti jantung, injeksi intravena cepat atau intrakardiak 0,5-0,75

 Asam  amino 4,25%.  Dekstrosa 25%.  Dekstrosa 5% dalam NaCl 0,9%.  Dekstrosa

Inkompatibilitas

FlexPen untuk melindun gi dari cahaya. Simpan tutup pada InnoLet untuk melindun gi dari cahaya. Simpan  Shelf life :  Zat alkali dan pada 18 bulan. oksidasi, barbiturat, temperatu  Secara klorfeniramin, r ruangan kimia dan klorotiazid, yang fisik stabil nitrofurantoin, terkontrol selama 24 novobiosin, fenitoin, dan jam pada natrium bikarbonat, terlindung 25 ° C bila natrium iodida, dari diencerkan streptomisin. cahaya. dengan 4 mg/liter 193

Universitas Indonesia

Levophed 4 mg/4 ml, Raivas 1 mg/ml 4 ml, Vascon 1 mg/ml 4 ml (Norepinefrin bitartrat)

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

ml larutan mengandung 5% norepinefrin bitartrat 200 dalam air. mcg/ml (setara dengan  Ringer’s norepinefrin basa 100 mcg/ml). injection, lactated.  NaCl 0,9%.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

194

Universitas Indonesia

 sampai 40 mg/liter basis noradrenali n dalam NaCl 9 mg/ml (0,9%) atau larutan glukosa 5%.  Namun, dari sudut pandang mikrobiolo gi pandang, produk harus digunakan segera. Jika tidak segera digunakan, waktu dan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

167.

Obat

Lidocain 2% 2 ml PHP (Lidokain HCl)

Dosis

Pelarut

 Dekstrosa 5% dalam natrium klorida 0,45%  Dekstrosa 5% dalam injeksi Ringer,

 Ditempat sejuk, hindarkan dari cahaya  Stabil pada suhu kamar.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

kondisi penyimpan an adalah tanggung jawab pengguna dan biasanya tidak akan lebih dari 24 jam pada 2 sampai 8 ° C.  Harus  Inkompatibel di disimpan tempat pemberian : pada suhu Amphotericin B kamar cholesteryl sulfate yang complex, thiopental terkendali  Inkompatibel di dan dalam syringe : dilindungi Cefazolin dari panas  Inkompatibel jika yang dicampur : 195

Universitas Indonesia

 Injeksi IV pada pasien tanpa gangguan sirkulasi yang berat, 100 mg sebagai bolus selama beberapa menit (50 mg pada pasien dengan BB lebih ringan atau pasien dengan gangguan sirkulasi yang berat), segera diikuti dengan infuse 4 mg/menit selama 30 menit, 2 mg/menit selama 2 jam,

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

kemudian 1 mg/menit ; kadarnya dikurangi lagi bila infusnya dilanjutkan lebih dari 24 jam (pantauan EKG dan supervisi dokter ahli jantung).  Setelah injeksi IV, Lidokain masa kerjanya pendek (berakhir dalam 15-20 menit). Bila infus IV tidak segera tersedia, injeksi intravena awal 50-100 mg dapat diulangi bila perlu 1 kali atau 2 kali dengan interval tidak kurang dari 10 menit  IV: Gunakan microdrip (60 tetes / mL) atau pump infus untuk mengatur dosis yang akurat 168.

 Dewasa : selama 15 menit pertama 0.25-0.5 ml/ kgBB/ jam  Bayi baru lahir sampai dengan 3 g/ kgBB/ hari dengan kecepatan infus sampai 0.15 g/ kgBB/ jam.

Stabilitas setelah Penyiapan berlebihan dan pembekuan  Larutan berair dilaporkan stabil terhadap panas, asam, dan alkali.

 Sediaan harus disimpan pada suhu 15°C-30° C dan

 Jangan gunakan jika emulsi tidak homogen setelah dikocok.

Inkompatibilitas Amphotericin dacarbazine, methohexital, phenytoin.

B,

-

196

Universitas Indonesia

Lipofundin 20% 100 ml, Lipofundin 20% 500 ml (per L : Soyben oil 100 g; medium

laktat  Dekstrosa 5% dalam natrium klorida 0,9%  Ringer injection, laktat  Dekstrosa 5% dalam air  NaCl 0,45%  NaCl 0,9%.  Untuk pemberia n secara langsung, dapat dicampur dengan

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

169.

Dosis

Obat

Pelarut



Lovenox 20 mg/0,2 ml, Lovenox 40 mg/0,4 ml, Lovenox prefilled syringe 60 mg/0,6 ml (Enoxaparin Na)

 IV: dosis 1 mg / kg ke dalam pembuluh, dosis ini biasanya diberikan selama 4 jam sesi haemodyalisis. Jika fibrin cincin terbentuk, suntikan segar 0,5 sampai 1 mg / kg harus dilakukan tergantung pada waktu sebelum akhir dialisis.  Pada pasien haemodialisa itu dengan risiko perdarahan atau

larutan asam amino yang dapat tercampur kan atau regimen infuse yang mengand ung asam amino utama.  NaCl 0.9%.

terlindung dari cahaya matahari langsung.

 Simpan pada suhu <25 °C (hindarkan suhu beku).  Injeksi enoxaparin e sodium jernih, tak

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

atau botol rusak  Jangan disimpan pada temperatur > 25°C  Jangan dibekukan.

 Simpan pada suhu di bawah 25 °C.  Injeksi murni dari natrium enoxaparin e 100 mg / ml

-

197

Universitas Indonesia

chain trigliserides (MCT) 100 g; egg yolk phospholipids 12 g; glycerol 25 g)

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

 dengan disoder perdarahan progresif, sesi dyalisis dapat dilakukan dengan menggunakan dosis 0,5 mg / kgBB atau 0,75 mg / kgBB.

170.

 Dewasa: IV: dosis Test (untuk menilai fungsi ginjal yang memadai): 12,5 g (200 mg / kg) selama 3-5 menit untuk menghasilkan aliran urin minimal 30-50 mL urin per jam  Jika aliran urin tidak meningkat,

 berwarna sampai kuning pucat.

 Tidak ada karena dapat langsung digunaka n.

 Simpan di suhu kamar  Hindari dari pembekua n

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 menunjukk an bahwa injeksi murni tersebut jika dikemas ulang dalam plastik jarum suntik akan stabil selama 5 hari pada suhu kamar.  Harus  Y-site : cefepime disimpan HCl, doxorubicin pada suhu HCl, pamtoprazole kamar sodium. yang  Aditif : meropenem. terkendali dan 198

Universitas Indonesia

Manitol Infus 20% 250 ml, Manitol Infus 20% 500 ml, (Manitol)

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas

 dilindungi dari pembekuan .  Larutan secara kimiawi stabil. Manitol 20% akan stabil setelah diautoklaf pada suhu 250°F selama 15 menit. 

 dosis tes kedua dapat diberikan. Jika dosis uji tidak 199

Universitas Indonesia

 Kristalisas i dapat terjadi pada suhu rendah, jangan mengguna kan larutan yang mengandu ng Kristal  Pemanasa n dalam bak air panas dan goncangan kuat dapat digunakan untuk resolubiliz ation

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Marcain 0.5% 20 ml, Marcain 5 mg/ml 4 ml (Bupivakain

Pelarut

 menghasilkan output urin yang dapat diterima, maka perlu menilai kembali manajemen pengobatan  Awal: 0,5-1 g / kg. Pemeliharaan: 0,25-0,5 g / kg setiap 4-6 jam; dosis harian biasa: 20-200g/24 jam.  Tekanan intrakranial: edema serebral: 0,25-1,5 g IV / kg / dosis sebagai larutan 15% sampai 20% dibandingkan> = 30 menit  mempertahankan osmolalitas serum 310 sampai <320 mOsm / kg  Pencegahan gagal ginjal akut (oliguria): 50-100 g dosis  Pengobatan oliguria: 100 g dosis.  Dewasa 400 mg dosis tunggal setiap hari  Bedah anestesi: Lumbar epidural (perut, panggul &

 sodium chlorida 0.9%.

Stabilitas Penyimpanan

 Lindungi dari cahaya.

Stabilitas setelah Penyiapan

 Simpan pada suhu kamar terkendali,

Inkompatibilitas

 Tidak disebutkan.

200

Universitas Indonesia

171.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat HCl)

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas

 pembekuan harus dihindari  Produk yang mengandu ng epinephine harus dilindungi dari cahaya selama penyiapan  Tempat penyimpan an harus bebas dari bakteri

201

Universitas Indonesia

 bedah ekstremitas bawah termasuk operasi caesar) 75-150 mg (5 mg/mL); toraks epidural (atas perut) 12,5-37,5 mg (2,5 mg/mL), bedah dada 25-50 mg (5 mg/mL), epidural 37,5-100 mg (2,5 mg/ mL) & atau 75-125 mg (5 mg/mL), blok lainnya (infiltrasi lokal) 12,5-150 mg (2,5 mg/mL) atau 25-150 mg (5 mg/mL), interkostal (per segmen) 10-20 mg (2,5 mg/mL) atau 15-25 mg (5 mg/mL); brakialis pleksus 100-150 mg (5 mg/mL ), siatik 3 in 1 (obturator femoralis & kutaneus lateralis) 50-100 mg (5 mg/mL), pudenda 7,5-100 mg (2,5-5 mg/mL)  Analgesia: Caudal epidural (pengobatab nyeri pasca-op) 5075 mg bolus (2,5 mg/mL); lumbar epidural (bolus & infus kontinu) 15-60 mg bolus (2,5-5 mg/mL) diikuti

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Dosis

Obat



172.

Martos 10 Infus 10% 500 ml (Maltose)





173.

Stabilitas setelah Penyiapan

oleh 12,5-18,75 mg/jam (1,252,5 mg/mL); (infus kontinu selama pasca-op) toraks epidural 6,25-12,5 mg / jam (1,25 mg /mL). Anak hitung dosis berdasarkan berat sampai dengan 2 mg/kg, adrenalin dapat ditambahkan untuk memperpanjang durasi blok dengan 50-100%. Dewasa 500-1000 ml dengan  Simpan  Simpan kecepatan tetesan infus pada pada suhu perlahan, 500 ml dalam 2 jam kemasan ruang. atau 0.3 g / kgBB/ jam kedap Dosis disesuaikan tergantung udara. pada tingkat keparahan dan usia pasien. Remaja dan dewasa.  Tidak ada  Jangan  Harus Kontrasepsi IM : 150 mg setiap karena disimpan digunakan 3 bulan. Kontrasepsi SubQ : diberikan pada suhu dalam 104 mg setiap 3 bulan (setiap langsung diatas keadaan 12-14 minggu). secara 25°C, segar. Dewasa. Kanker karsinoma IM IM.  Hindari  Sisa yang : 400-1000 mg/minggu. dari. tidak

Inkompatibilitas

-

 Tidak diketahui

202

Universitas Indonesia

Medroksi  progesteron asetat 50 mg/ml (Medroksi progesteron  asetat)

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Dosis

Obat

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 pembekuan

Medroksi  progesteron asetat 50 mg/ml (Medroksi progesteron  asetat)

175.

Medixon 125 mg, Medixon 500 mg, Methyl Prednisolon 125 mg (metil prednisolon sodium succinate)

 



203

Universitas Indonesia

174.

 digunakan harus dibuang. Remaja dan dewasa.  Tidak ada  Jangan  Harus  Tidak diketahui Kontrasepsi IM : 150 mg setiap karena disimpan digunakan 3 bulan. Kontrasepsi SubQ : diberikan pada suhu dalam 104 mg setiap 3 bulan (setiap langsung diatas keadaan 12-14 minggu). secara 25°C, segar. Dewasa. Kanker karsinoma IM IM.  Hindari  Sisa yang : 400-1000 mg/minggu. dari tidak pembekuan digunakan . harus dibuang.  Dewasa : secara IV atau IM, 10Asam  Simpan  Sediaan  Y-site : 40 mg (base), diulangi sesuai amino pada suhu yang telah ciprofloxacin, kebutuhan 4,25% 15°Cdirekonstit docetaxel, etoposide Untuk dosis tinggi ; IV, 30 mg  Dekstrosa 30°C, usi harus phosphate, (base) per kgBB diberikan 25% kering, digunakan filgrastim,  sekurang-kurangnya 30 menit. Dekstrosa dan dalam gemcitabine HCl, dosis dapat diulangi setiap 4-6 5% dalam terlidnung waktu 48 ondansetron HCl, jam sesuai kebutuhan natrium dari jam. paclitaxel, propofol. Untuk eksaserbasi akut pada klorida cahaya.  Lakukan  Dalam syringe : sklerosis ganda ; IM/IV, 160 mg 0,45% pemeriksaa pantoprazole (base) perhari selama 1 minggu,  Dekstrosa n. sodium.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

176.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

Stabilitas Penyimpanan

 terjadinya  Aditif : pembentuk gluconate. an endapan atau perubahan warna sebelum pemberian

Terlindun  g dari cahaya  dan Xrays

calcium

Shelf life :  Antihistamin, 5 tahun. kortikosteroid Sisa yang profilaksis. tidak digunakan harus dibuang. 204

Universitas Indonesia

 diikuti dengan 64 mg setiap hari  5% selama satu bulan. natrium  Untuk pengobatan luka tulang klorida akut : IV, 30 mg(base) per kgBB 0,9% diberikan selama 15 menit,  Dekstrosa diikuti dengan 45 menit infus, 5% dalam 5.4 mg per kgBB berat badan air  per jam, selama 23 jam Ringger  Untuk pengobatan tambahan ini pada AIDS yang berhubungan injeksi, dengan Pneomocystis carinii : laktat IV 30 mg (base) dua kali sehari  Sodium pada hari pertama sampai ke klorida lima, 30 mg sekali sehari pada 0,9%, hari ke enam sampai ke sepuluh, 15 mg sekali sehari pada hari ke sebel;as sampai dua puluh satu. Meglumin  Dewasa. Infus drip urograpi 2-  Tidak ada  amidotrizoat 4ml/kg berat badan hingga 250 karena 65% 50 ml, ml. “retrograde urography” 5diberikan Meglumin 10ml. langsung natrium  Anak-anak. Infus drip urograpi secara amoditrizoat : tidak boleh lebih dari 4 ml/kg IV. 76% 20 ml berat badan.

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

177.

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

(Meglumin amidotrizoat) Methergin 0,2  Persalinan tahap 3 : 0,5-1 mL  Tidak ada  mg/ml 1 ml (0,1-0,2 mg) IM setelah karena (Metil keluarnya kepala atau bahu diberikan ergometrin, anterior atau segera setelah langsung Pospargin 0.2 melahirkan anak. secara mg/ml 1 ml  Untuk General Anestesi: IM, Intrahydrogen Rekomendasi Dosis: 1 mL (0,2 artikular, maleat) mg) IV. intrasinov  Uterus atonia/Perdarahan: 1 mL ial, IM atau 0,5-1 mL IV. Dapat intralesio diulang sesuai kebutuhan nal. dengan interval tidak kurang dari 2 jam.  Pengobatan subinvolusi, “Lochiometra”, perdarahan/nifas : 0,5-1 mL IM 3 kali sehari pada wanita menyusui sebaiknya tidak lebih dari 3 hari. Metokloprami  Injeksi intramuscular atau  Dekstrosa  d 5 mg/ml 2 ml intravena lebih dari 1-2 menit, 5% (Metokloprami 10 mg (5 mg pada dewasa muda dalam

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

Simpan  Sisa yang  Obat ini tidak boleh pada tidak dicampur dengan temperatu digunakan obat lain. r ruangan harus yang dibuang. terkontrol .

Larutan  Larutan injeksi metoklopra jernih, tak mida dalam

 Y-site : cefepime HCl, furosemida, propofol. 205

Universitas Indonesia

178.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

d HCl)

berusisa 15-19 tahun dengan NaCl berat di bawah 60 kg) 3 kali 0,9%.  sehari; Anak sampai dengan 1  Dekstrosa tahun (berat sampai 10 kg) 1 5% mg 2 kali sehari, 1-3 tahun (10dalam air. 14 kg) 1 mg 2-3 kali sehari, 3-5  Ringer’s tahun (15-19 kg) 2 mg 2-3 kali injection, sehrai, 5-9 tahun (20-29 kg) 2,5 lactated. mg 3 kali sehari, 9-14 tahun (30  NaCl kg dan lebih) 5 mg 3 kali sehari. 0,9%.  Manitol 20%

berwarna. Simpan ampul yang belum dibuka pada suhu kamar dan terhindar dari cahaya.

 Dalam syringe : ampicillin sodium, calcium gluconate, chloramphenicol sodium succinate, furosemida, pantoprazole sodium, sodium bicarbonate.  Aditif : furosemida.

206

Universitas Indonesia

50 ml NS, D5W, RL stabil selama 48 jam, bila disimpan pada suhu 5°C-30°C dan terlindung dari cahaya. Pada kondisi penerangan normal, larutan yang sudah diencerkan hanya dapat disimpan selama 24 jam. Ampul yang sudah dibuka harus

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 179.

Obat Metronidazol Infus 500 mg/100 ml (Metronidazol)

Dosis

Pelarut

 Infeksi anaerob (jika terapi oral tidak cukup): 500 mg infus IV tiap 8 jam, biasanya selama 7 hari  Profilaksis bedah: 500 mg infus IV pada induksi dengan hingga 3 dosis 500 mg lebih lanjut diberikan tiap 8 jam untuk prosedur yang berisiko tinggi  Ensefalopati hepatik: 500 mg 1x/hari (umumnya hanya jika fungsi hati sangat buruk dan kadang jika fungsi renal terganggu), ClCr <10 mL / menit: diberikan 50% dari dosis atau setiap 12 jam

 NaCl 0,9%  Glukosa 5%  GlukosaNaCl

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas

 dibuang  Larutan infus : dan tidak D10W. boleh  Y-site : filgrastim, digunakan pantoprazole sodium. lagi.Setela  Aditif : amoxicillin h dibuka, sodium-calvulanate gunakan potassium. segera. Buang larutan yang tidak terpakai  Metronidaz ol injeksi harus disimpan pada 15°C sampai 30°C dan terhindar dari cahaya.

207

Universitas Indonesia

 Larutan jernih, tidak berwarna.  Simpan pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya.  Sediaan tidak boleh disimpan di dalam kulkas karena dapat menyebabk an pembentuk an kristal.  Sediaan harus terlindung

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

 Infant dan anak : IV ; 0.5-1 mEq/ kgBB/ dosis dapat diulang setiap 10 menit, dosis tidak boleh lebih dari 10 mEq/ menit, neonatus dan anak < 2 tahun 4.2% (0.5 mEq/ ml)  Dewasa : dosis awal : 1 mEq/ kgBB/ dosis 1 kali; dosis pemeliharaan : 0.5 mEq/ kgBB/ dosis setiap 10 menit  Hiperkalemia : Dewasa ; IV ; 1 mEq/ kgBB setelah 5 menit.



Stabilitas setelah Penyiapan

Stabilitas Penyimpanan

 dari paparan langsung cahaya matahari. Dekstro  Simpan sa 5% pada suhu dalam kamar. air.

Meylon 84% 25 ml (Natrium bikarbonat)

181.

MgSO4 20%  Hipomagnesemia. Anak IV; IO  Dekstrosa  25 ml, MgSO4 : 25-50 mg/kg/dosis selama 105% 40% 25 ml 20 menit, maksimum dosis dalam air. (Magnesium tunggal 2000 mg. Dewasa,  Fat sulfat) defisiensi rendah IM 1 g setiap emulsion

 Injeksi disimpan pada suhu ruangan, terlindung dari panas dan pembekuan  Hanya digunakan jika larutan bersih

Simpan  pada temperatu  r ruangan yang

 Y-site : amiodaron HCl, calcium chloride, midazolam HCl, verapamil HCl, ondansetron HCl.  Dalam syringe : metoclopropamide HCl, pantoprazole sodium, thiopental sodium.  Aditif ; amoxicillin sodium, ampicillin sodium, ascorbic acid injectiom. Shelf life :  Magnesium sulfat 36 bulan. tidak kompatibel Setelah dengan alkali dibuka, hidroksida harus. (membentuk larutan 208

Universitas Indonesia

180.

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan terkontrol  . Hindari  dari temperatu r diatas 40°C. Hindari dari pembekua n.

digunakan langsung. Sisa yang tidak digunakan harus dibuang

Inkompatibilitas  magnesium hidroksida), karbonat alkali (membentuk larutan magnesium karbonat) dan salisilat. Streptomisin sulfat dan tetramisin sulfat dihambat oleh ion magnesium.

209

Universitas Indonesia

 6 jam untuk 4 dosis, atau  10%,  dengan level serum magnesium. ]\Intraven Defisiensi parah IM sampai 250 a.  mg/kg selama periode 4 jam, IV  Ringer’s 1-2 g/jam untuk 3-6 jam lalu injection, 0,5-1 g/jam sesuai kebutuhan lactated. untuk perbaikan defisiensi.  NaCl Gejala defisiensi IV 1-2 g 0,9%.  selama 5-60 menit, dosis pemeliharaan infuse untuk perbaikan defisiensi 0,5-1 g/jam. Aritmia dengan induksi hipomagnesium 1-2 g selama 520 menit (dengan serangan jantung) atau selama 5-60 menit (gejala aritmia tanpa serangan jantung). Seizure dengan induksi magnesium IV 2 g selama 10 menit.  Asama (mengancam jiwa atau ekserbasi parah setelah 1 jam terapi intensif) IV. Anak 25-75 mg/kg (maksimum 2 g). Dewasa 2 g.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 182.

Obat Mikasin 500mg 2 ml, Mikasin 250 mg 2 ml (Amikasin sulfat)

Dosis

Pelarut

 Bayi, anak dan dewasa : I.M. ,  Dekstrose I.V. : 5 – 7,5 mg/kg BB/dosis 5% dalam setiap 8 jam. air  Beberapa dokter menyarankan  Ringer dosis sehari 15-20 mg/kg BB Laktat untuk semua pasien dengan  NaCl 0.9% fungsi ginjal yang normal

Stabilitas Penyimpanan  Simpan pada suhu kamar

Stabilitas setelah Penyiapan

 Y-site : hetastarch, propofol.  Dalam syringe : heparin sodium, pantoparzole sodium.  Aditif : aminophylline, ampicillin sodium, cefazolin sodium, ceftazidime, heparin sodium, phenytoin sodium, thiopental sodium, vitamin B kompleks dengan vitamin C.

210

Universitas Indonesia

 Larutan amikacin stabil selama 24 jam pada suhu kamar, setelah dikeluarkan dari kulkas atau dibekukan.  Amikacin 0,25 dan 5,0 mg/ml stabil dalam larutan infus yang sesuai selama 24 jam pada suhu kamar atau 60 hari

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

183.

Obat

Morphin 10 mg (Morfin Sulfat)

Dosis

Pelarut

 Dekstrosa 5% dalam air

 Lindungi dari cahaya

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 bila dimasukka n ke dalam kulkas (suhu 4°C) atau 30 hari setelah larutan tersebut dibekukan pada suhu 15°C  Simpan  Ketidaksesuaian pada suhu morfin ruangan mungkin tergantung yang pada banyak faktor terkendali, seperti lindungi formulasi yang dari cahaya digunakan, rasio  Degradasi pencampuran, terhantung namun, kepada pH, kebanyakan studi relatif biasanya hanya stabil pada jangka pendek dan 211

Universitas Indonesia

 Pasien tidak pernah pakai opiat Awal 5-10 mg. Dosis pada harihari berikutnya ditingkatkan guna mendapatkan efek pereda nyeri selama 12 jam  Nyeri yang tidak dapat dikontrol dengan opiat yang lebih lemah Awal 10-20 mg tiap 12 jam. Dosis dapat ditingkatkan guna mendapat efek pereda nyeri selama 12 jam.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

184.

Obat

Dosis

Pelarut

 Asam  amino 4,25%  Dekstrosa 25%.  Dekstrosa 5% dalam air.  Natrium bikarbona t 0,05 M.  NaCl

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 pH < 4  mengandung  Larutan beberapa rincian yang pada pencampuran menjadi obat yang sama gelap dalam berbagai menandaka situasi yang berbeda n telah  Garam morfin terjadinya sensitif terhadap degradasi perubahan pH dan dapat diendapkan dalam lingkungan alkalin. Simpan  Karena  Hindari penggunaan pada bersifat aluminium. temperatu sitotoksik,  Obat ini tidak boleh r ruangan maka harus dicampur dengan yang digunakan obat lain. terkontrol segera dan dan dalam terlindung keadaan dari segar. cahaya.  Dapat disimpan sampai 24. 212

Universitas Indonesia

MTX 5  Koriokarsinoma & penyakit mg/vial, MTX tropoblas 15-30 mg per hari IM Inj 50 mg/vial selama 5 hari. Ulangi 3-5 kali [garam Na] dengan periode istirahat ≥1 (Methotrexate) minggu. Karsinoma payudara 40 mg/m2 IV pada hari 1 & hari 8. Leukemia 3,3 mg/m2 dalam kombinasi dengan prednison 60 mg/m2 diberikan setiap hari. Leukemia meningeal 200-500 mcg/kg berat badan intratekal dengan interval 2-5 hari.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

 Psoriasis 10-25 mg / minggu tunggal IM atau IV dosis.

185.

Mycamine 50 mg (Mikafungin Na)

Stabilitas Penyimpanan

0,9%.

 Kandidemia, Kandidiasis akut,  NaCl  Shelf life : dan Kandida peritonitis dan 0,9%. 3 tahun. abses : 100 mg per hari; durasi  Dekstrosa  Obat ini terapi 15 hari (range 10-47 5%. tidak hari). membutuhk  Kandidiasis esophageal : 150 an kondisi mg per hari; durasi terapi 15 penyimpana hari (range 10-20 hari). n khusus.  Profilaksis Infeksi Kandida pada transplantasi sel hematopoetik 50 mg per hari.

Stabilitas setelah Penyiapan

 Obat ini tidak boleh dicampur dengan obat lain.

213

Universitas Indonesia

 jam pada suhu 4°C atau pada temperatur e ruangan yang terkontrol  Dilarutkan dalam botol: secara kimia dan fisik, stabil hingga 48 jam pada suhu 25°C ketika dilarutkan dengan natrium klorida 9 mg/ml (0,9%) atau glukosa 50

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

214

Universitas Indonesia

mg/ml (5%).  Diencerkan ke dalam larutan infus: secara kimia dan fisik, stabil selama 96 jam pada 25°C dan terlindung dari cahaya bila diencerkan dengan natrium klorida 9 mg/ml (0,9%) untuk infus atau glukosa 50 mg/ml (5%) untuk infus .  Mycamine

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

215

Universitas Indonesia

tidak mengandun g pengawet. Dari sudut pandang mikrobiolo gi, larutan harus digunakan segera. Jika tidak segera digunakan, waktu dan kondisi penyimpan an adalah tanggung jawab pengguna dan biasanya tidak akan lebih dari 24 jam pada suhu 2-8°C.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 186.

Obat Naropin 7.5 mg/ml 20 ml (Ropivacain)

Dosis

Pelarut  Aqua pro injeksi,  NaCl 0.9%,  Natrium hidroksid a.

 Harus disimpan pada suhu ruangan yang terkontrol. The dosis tunggal tidak memiliki pengawet antimikrob a.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Pembuatan  Alkalinisasi dapat merekome menyebabkan ndasikan terbentuknya bahwa endapan pada di atas setiap pH 6,0. larutan yang tersisa dalam wadah terbuka harus dibuang segera. Botol infus kontinu tidak boleh dibiarkan selama lebih dari 24 jam  Ampul plastik 10 ml, 20 ml 216

Universitas Indonesia

 Untuk bedah anestesi, dosis ropivacaine HCl adalah 75 sampai 150 mg (15 sampai 30 mL). Dosis untuk epidural thoraks adalah 25 sampai 75 mg (5 sampai 15 mL), dosis aktual yang digunakan tergantung pada tingkat injeksi  Untuk blok saraf perifer seperti pleksus brakialis, dosis khas adalah 175-250 mg (35 sampai 50 mL)  Untuk infiltrasi anestesi adalah 200 mg (40 mL)  Dalam pengelolaan nyeri akut adalah 20 sampai 40 mg (10 sampai 20 mL) sebagai dosis awal diikuti oleh 20 sampai 30 mg (10 sampai 15 mL) pada interval tidak kurang dari 30 menit. Atau, 12 sampai 20 mg (6

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

187.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

 harus disimpan di bawah suhu 30°C selama 36 bulan, Sedangkan tas infus plastik 100 ml, 200 ml, harus disimpan pada suhu 30°C selama 24 bulan. Simpan  Nasea pada suhu digunakan dibawah sebagai 25°C. antiemetic, Terlinsun maka gi dari digunakan cahaya. sebelum Shelf life kemoterapi

Inkompatibilitas

 Obat ini tidak boleh dicampur dengan obat lain.

217

Universitas Indonesia

 sampai 10 mL) per jam dapat diberikan sebagai infus epidural terus menerus; jika nyeri tambahan diperlukan, dosis hingga 28 mg (14 mL) per jam dapat diberikan  Pada neonatus, bayi, dan anakanak berusia sampai dengan 12 tahun, ropivakain HCl dapat digunakan untuk pengobatan perih dan nyeri pasca operasdiberikan dalam dosis 2 mg / kg (1 mL / kg).  Nasea 0,3  Injeksi intravena, dewasa 0,3 mg  Tidak ada  mg/2 ml sekali sehari, dosis disesuaikan karena (Ramosetron bergantung umur pasien dan diberikan HCl) gejala, bila respon yang langsung diharapkan tidak tercapai, secara  tambahan dosis 0,3 mg dapat IV. diberikan (dosis maksimal 0,6 mg per hari). 

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

 Natrium  Melalui injeksi intravena  Tidak ada tiosulfat 10 ml selama 5-20 menit (sebagai karena (Natrium injeksi natrium nitrit 30 mg/ml), langsung tiosulfat) 300 mg (anak 4-10 mg/kg BB) diinjeksik dilanjutkan dengan natrium an ke tiosulfat 12,5 g (sebaga injeksi pasien natrium tiosulfat 500 mg/ml) secara dengan injeksi intravena selama IV. 10 menit (anak 400 mg/kg BB).

189.

Neostigmin 0,5  Miastenia gravis (diagnosis). mg/5 ml, Anak 0,04 mg/kg sebagai dosis Prostigmin 0,5 tunggal. Dewasa 0,02 mg/kg mg/ml sebagai dosis tunggal. (Neostigmin  Miastenia gravis (pengobtan).

 NaCl  Simpan 0,9%. pada  Aqua pro temperatur injeksi. ruangan yang

 Setelah dibuka, langsung diinjeksika n.

 Tidak kompatibel dengan garamgaram dari logam berat, agen oksidasi, dan asam.  Terjadi dekomposisi apabila dipansakan dengan larutan yang mengandung karbon dioksida dan oksigen.  Jika natrium tiosulat ditriturasi dengan klorat, nitrat, atau permanganta, makan akan terjadi eksplosif.  Neostigmin dapat diencerkan dengan aqua pro injeksi. Akan tetapi, stabilitas injeksi 218

Universitas Indonesia

188.

: 36  dilaksanaka bulan. n.  Simpan  Untuk dibawah penggunaa 25ºC. n dosis  Lindungi tunggal dan dari untuk satu cahaya. pasien.  Untuk  Residu umur harus simpan, dibuang. lihat label untuk tanggal kadaluwar sa.

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat metilsulfat)

190.

Pelarut

Anak IM; IV; Sub Q 0,01-0,04 mg/kg setiap 2-4 jam. Dewasa IM;IV;SubQ 0,5-2,5 mg setiap 1-3 jam sampai 10 mg/24 jam.  Pembalikan blockade neuromuscular non depolarisasi setelah operasi dengan pemberian atropin. Bayi 0,0250,1 mg/kg/dosis. Anak 0,0250,08 mg/kg/dosis. Dewasa 0,52,5 mg/kg/dosis, total dosis tidak boleh melebihi 5 mg. Neurobion  1 ampul per hari melalui IM  NS 5000, intragluteal dalam pada kasus Neurosanbe 3 yang berat. ml, Soluvit (Vitamin B1 100 mg, B6 100 mg, B12 5000 mg) Nexium 40 mg  Anak-anak : Tidak dianjurkan  NaCl (Esomeperazol menggunakan obat ini. 0,9% sodium)  Dewasa : injeksi intravena disuntikkan sekurang-.

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

terkontrol.  Residu  Terlinsungi harus dari cahaya. dibuang.  Hindari pembekuan.  Hindari temperatur diatas 40°C

 Simpan di  Setelah tempat dibuka, sejuk dan langsung terlindung diinjeksika dari cahaya. n.  Residu harus dibuang.  Simpan  Shelf life : dalam 2 tahun di kemasan semua zona asli untuk iklim.

Inkompatibilitas tidak dapat dijamin setelah telah diencerkan

-

 Obat ini tidak boleh dicampur dengan obat lain.

219

Universitas Indonesia

191.

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

 kurangnya selama 3 menit atau melalui infus intravena, pemyakit refluks gastroesofagagal, 40 mg satu kali sehari; gejala penyakit refluks tanpa esofagitis, 20 mg sehari, dilanjutkan dengan pemberian oral jika mungkin

Stabilitas Penyimpanan 



Nitrocine 10  Anak. Hipertensi pulmonari.  RL mg/10 ml Infus lanjutan. Awalnya 0,25-  D5S (Nitrogliserin) 0,5 mcg/kg/menit dan  D5RL dilanjutkan dengan 1 mcg/kg/menit selama 20-60



Inkompatibilitas

melindun  Setelah gi dari rekonstitusi cahaya. : secara Vial yang kimia dan sudah fisik, stabil lepas dari selama 12 kemasn jam pada aslinya 30 ° C. dan Dari sudut terkena pandang cahaya mikrobiolo dapat gi, produk disimpan harus hingga 24 digunakan jam. segera. Jangan simpan di atas 30 ° C. Simpan  Setelah  Dalam syringe : pada suhu pengencera pantoprazole kamar n, larutan sodium. dan tetap stabil  Aditif : phenytoin hindarkan selama 24 sodium. 220

Universitas Indonesia

192.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

menit untuk mencapai efek yang diinginkan. Dosis lazim 13 mcg/kg/menit. Maksimum 5 mcg/kg.menit.  Dewasa. IV 5 mcg/kg/menit, ditingkatkan menjadi 5 mcg/kg.menit setiap 3-5 menit sampai 20 mcg/menit; jika tidak ada respon pada 20 mcg/menit, ditingkatkan menjadi 10 mcg/menit setiap 3-5 menit, sampai 200 mcg/menit.

193.

suhu beku  jam pada suhu kamar. Ampul dan botol yang telah dibuka harus segera digunakan adan obat yang tersisa harus dibuang. Simpan  Larutan pada harus temperatu dibuang r ruangan setelah 24 yang jam dari terkontrol preparasi. . Lindungi dari.

Inkompatibilitas

 Bisulfit, sulfit, dan alkalin.

221

Universitas Indonesia

Nokoba 0,4  Bayi dan anak. Pemulihan  Dekstrosa  mg/ml pasca operasi : 0,01 mg/kg; 5% (Nalokson dapat diulangi setiap 2-3 menit dalam air. HCl) sesuai kebutuhan berdasarkan  NaCl respon. 0,9%.  Anak-anak. Intoksikasi opioid  Aqua pro (Depresi respiratori). Bayi baru injeksi. lahir (termasuk bayi premature)  sampai 5 tahun atau <20 kg,

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

paparan cahaya

222

Universitas Indonesia

 dosis lazim 0,1 mg/kg (maksimum dosis 2 mg), dosis pengulangan setiap 2-3 menit jika dibutuhkan. Anak >5 tahun atau ≥20 kg, 2 mg/dosis, jika tidak ada respon, amak diulangi setiap 2-3 menit. Infus IV lanjutan 0,04-0,16 mg/kg/jam untuk 2-5 hari.  Dewasa. Intoksikasi opioid (Depresi respiratori). 0,4-2 mg, jika dibutuhkan, diulangi setiap 2-3 menit; untuk pemulihan diberikan interval 20-60 menit. Infus IV lanjutan 0,25-6,25 mg/jam. Pada pasien kanker 0,04-0,08 mg 940-80 mcg) IV push lambat, diberikan setiap 30-60 detik sampai pemulihan. Pemulihan pasca operasi 0,10m2 mg setiap 2-3 menit sampai respon yang diinginkan tercapai. Opioid-induksi pruritus 0,25 mcg/kg/jam.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 194.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Norcuron 4  Dengan injeksi inravena,  Aqua pro  mg/ml, intubasi, 80-100 mcg/kg BB; injection. Norcuron 10 pemeliharaan 20-30 mcg/kg BB  “bacterio mg sesuai dengan reaksi pasien; static (Vekuronium Neonatal dan bayi hingga 4 water for Bromida) bulan, dosis awal 10-20 mcg/kg injection” BB kemudian dosis dinaikkan . bertahap untuk mencapai reaksi yang diinginkan; anak diatas 5 tahun seperti dosis dewasa (sampai usia 1 tahun, mula kerja lebih cepat dan mungkin tidak diperlukan dosis intubasi yang tinggi). Dengan infuse intravena 50-80 mcg/kg BB/jam (setelah dosis awal injeksi intravena 40-100 mcg/kg BB).

Stabilitas setelah Penyiapan

 Y-site : diazepam, etomidate, furosemida, thiopental sodium.  Dalam syringe : pantoprazole sodium.

223

Universitas Indonesia

Simpan  Serbuk pada suhu yang telah kamar dilarutkan dan dengan terlindung prosedur dari aseptik cahaya. dapat disimpan 24 jam pada suhu 15°C-25°C.  Serbuk yang telah dilarutkan dengan prosedur aseptik hanya dapat disimpan 12 jam.  Sisa sediaan yang tidak

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

195.

196.

Obat

Novalgin 2 ml inj (Metampiron)

Dosis

Pelarut

 Dewasa dan anak >15 tahun: 2-5 mL dosis tunggal melalui IM atau IV,  Sebagai dosis harian dapat diberikan hingga 10 mL; anak dengan BB hampir 30 kg: dosis tunggal 0,4-1 mL

 Tidak ada karena diberikan langsung secara IV atau IM.

Stabilitas setelah Penyiapan

Stabilitas Penyimpanan

 Simpan pada suhu ruang  Lindungi dari cahaya.



Simpan di  lemari es (2°C -  8°C). Jauhkan dari elemen pendingin . 

terpakai harus dibuang. Simpan  Jangan campur pada suhu dengan obat lain ruangan (15°C 30°C) Jangan gunakan lebih dari tanggal kadaluarsa. Shelf life :  Produk obat ini 2 tahun. tidak boleh Jaga tutup dicampur dengan pada obat lain. FlexPen untuk melindungi dari cahaya. Setelah pembukaan 224

Universitas Indonesia

Novomix 30  Dengan injeksi subkutan, segera  Tidak ada  flexpen 100 sebelum makan atau jika karena IU/ml 3 ml diperlukan secepatnya setelah langsung [Insulin makan, sesuai kebutuhan. diberikan analog,  Dengan infuse subkutan, injeksi secara  campuran : intravena atau infuse intravena, subkutan. protamine sesuai kebutuhan. aspart 70%, aspart 30%]



Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan 

197.

 Dosis individu tergantung dari  Tidak ada kondisi pasien dan saran dokter, karena umumnya digunakan dalam langsung kombinasi dengan insulin kerja diberikan sedang atau insulin kerja secara panjang minimal 1x/hari. subkutan.

 Simpan kemasan asli pada suhu 2°C8°C di dalam

Inkompatibilitas

pertama atau dibawa sebagai cadangan: Jangan mendingin kan. Simpan di bawah 30°C sampai 4 minggu. Lindungi dari panas dan cahaya yang berlebihan.  Novorapid  Produk obat ini yang tidak boleh sedang dicampur dengan digunakan obat lain. tidak boleh disimpan 225

Universitas Indonesia

Novorapid Inj 100 IU/ml 10 ml, Novorapid Flex Pen 100 (Insulin aspart)

Jangan membeku kan

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

 Kebutuhan insulin individu untuk dewasa dan anak-anak biasanya 0,5-1 unit/kg/hari

Stabilitas Penyimpanan lemari pendingin, jangan dibekukan  Simpan vial dalam wadah luarnya untuk melindung i dari cahaya

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

226

Universitas Indonesia

pada suhu lebih dari 30°C lebih dari 4 minggu, jangan disimpan di lemari pendingin.  Jangan gunakan lebih dari tanggal kadaluarsa. Larutan yang telah disiapkan stabil pada suhu ruang selama 24 jam

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 198.

Pelarut

Nutriflex lipid  Dosis tergantung pada Peri Infus 1250 keparahan kondisi katabolik ml (Glucose, atau kebutuhan terhadap asam amino acids, amino. electrolyte, and  Dosis maksimum sehari 2 g lipid asam amino/kg BB/ tidak boleh MCT/LCT) berlebih dalam nutrisi parenteral.  Proporsi dari asam amino tidak boleh lebih dari 20% dari total.  Dosis harian : 1,5-2,0 ml/kg BB(ekuivalen dengan 3,0-4,0 g N(2)-L-alanyl-glutamin/BB). Sebanding dengan 100-140 ml larutan untuk pasien dengan berat badan 70 kg.  Dosis maksimum harian : 2,0 ml larutan /kg BB.

Stabilitas Penyimpanan

 Untuk  pemberia n secara langsung, dapat dicampur dengan larutan asam amino yang dapat tercampur kan atau regimen infuse yang mengand ung asam amino utama. Omnipaque  Dosis dewasa dan anak-anak  Tidak ada  300 mg/ml 100 didasarkan banyak variabel karena ml, termasuk: jenis pemeriksaan, langsung 

Stabilitas setelah Penyiapan

Sediaan  Simpan harus pada disimpan temperatur pada suhu tidak kurang 15°Cdari 25°C. 30°C dan  Jangan terlindung dibekukan. dari  Jangan cahaya gunakan jika matahari terjadi langsung. pemisahan emulsi.  Periksa kompatibilit as dan stabilitas nutrisi campuran sebelum digunakan. Simpan pada

 Jangan pindahkan ioheksol

Inkompatibilitas -

 Produk obat ini tidak boleh dicampur dengan 227

Universitas Indonesia

199.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Omnipaque cara pemberian, umur pasien, 300 mg/ml 20 berat badan dan produk. ml, Konsultasikan informasi produk Omnipaque tertentu untuk dosis rinci. 300 mg/ml 50  Dosis pada pasien penyakit hati ml, dan ginjal. Dilakukan Omnipaque penyesuaian dosis pada 350 mg/ml 20 kerudakan parah dengan pasien ml (Ioheksol) ini.

200.

OMZ Inj 40 mg (Omeprazol sodium)

 NS  D5W

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

temperatu dari obat lain. r ruangan kemasan yang yang terkontrol terlindungi dan dari cahaya lindungi sampai dari digunakan. cahaya.  Harus  Hindari digunakan pembekua dengan n. segera.  Simpan  Gunakan  Y-site : midazolam pada suhu larutan HCl, vancomycin 25°Crekonstitus HCl. 30°C dan i dalam terlindung waktu 4 dari jam. cahaya.  Larutan omeprazol dalam NS stabil selama 12 jam.  228

Universitas Indonesia

 Omeprazole IV hanya boleh digunakan jika pemberian secara per oral tidak memungkinkan, contohnya pada pasien yang sakit parah  Dosisnya 40 mg, sehari sekali. Berikan dalam waktu tidak kurang dari 2,5 menit. Berikan dengan kecepatan tidak lebih dari 4 ml/menit.

diberikan secara IV, intraarteri.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Osflex 25  Dewasa 1 injeksi Intraarterial  Tidak ada  mg/2,5 ml setiap minggu selama 5 minggu pelarut (Hialuronat berturut-turut pada lutut atau karena Na) bahu rongga sendi. diberikan langsung secara  intraarteri al. 

202.

Otsu-KCL  Intrakardiak digunakan dalam  Dekstrosa  7,46% 25 ml resusitasi jantung, injeksi dapat 5% (Kalium dilakukan ke dalam rongga dalam air. Klorida) ventrikel. Jangan menyuntikkan  Dekstrosa ke miokardium. Dosis dewasa: 10% 200-400 mg (2-4 ml). Pediatri dalam air

 Larutan omeprazol dalam D5W stabil Selma 3-6 jam.  Simpan di  Setelah tempat dibuka, yang gunakan dingin segera. (2°-8°C).  Residu Lindungi harus dari dibuang. cahaya. Jangan membeku kan. Simpan  Hanya pada dapat temperatu digunakan r ruangan sampai 24 yang jam. terkontrol

Inkompatibilitas

-

 Larutan manitol 20% dan larutan manitol 25% karena membentuk endapan.

229

Universitas Indonesia

201.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas

dan hanya digunakan jika bebas dari partikel.

230

Universitas Indonesia

dosis: 0.2 ml/kg berat badan.  Fat   Infus pada gangguan emulsion hipokalemia. Dosis Dewasa: 10%, 500 mg ke 1g (5-10 ml) pada intravena interval 1 sampai 3 hari,  Dekstrosa tergantung pada respon kalsium 5% pasien atau serum. Diulangi jika dalam diperlukan. Dosis Pediatrik: 0.2 NaCl ml/kg berat badan. 1-10 ml/hari 0,9%. maksimal.  Dektrosa  Intoksikasi magnesium. Dosis 20% Dewasa: 500 mg (5 ml) dalam air. diberikan segera. Amati pasien untuk tanda-tanda pemulihan sebelum dosis lebih lanjut yang diberikan.  Hiperkalaemia, EKG gangguan fungsi jantung. Dosis Dewasa: Sesuaikan dosis dengan memonitor perubahan EKG selama pemberian. Geriatri dosis pasien adalah sama sebagai orang dewasa.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 203.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Ovidrel 250  Hipogonadisme pria 2-3 kali  Tidak ada  mcg 1000-2000 UI/minggu. karena (koriogonadotr  Pubertas tertunda 2 kali 1500 diberikan opin) UI/minggu selama 6 bulan. langsung  Infertilitas wanita 5000-10000 secara  UI setelah terapi dengan HMG, subkutan, dilanjutkan dengan 1-3 kali intraarteri 5000 UI dalam 9 hari al, dan berikutnya. intraderm  al.

Simpan di  Shelf life : lemari es 2 tahun. (2°C Setelah 8°C). dibuka, Simpan produk dalam obat harus kemasan digunakan asli. segera. Selama  Jika tidak masih digunakan, dalam maka masa simpan simpan, sampai 24 disimpan jam pada pada suhu 2°-8°C. di bawah 25°C selama 30 hari tanpa didingink an. Jika tidak digunakan dalam.

Inkompatibilitas  Produk obat tidak boleh dicampur dengan obat lain.  Desinfektan yang mengandung garam amonium kuartener  Deterjen dan benzalkonium klorida dapat menyebabkan larutan memiliki penampilan seperti susu.

231

Universitas Indonesia



Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Dosis

Obat

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan 

 200-500 mg tiap 6 jam

204.

Oxytetracyclin e 250 mg/3 ml, Oxytetracyclin e 50 mg/3 ml (Oksitetrasikli n HCl)

205.

Paklitaksel Inj  30 mg/5 ml (paklitaksel)

-



waktu 30 hari, maka harus dibuang Simpan pada kemasan kedap udara dan terlindung dari cahaya. Shelf life  Setelah : 18 dibuka bulan. sebelum Jangan pengencera simpan di n : secara atas 25°C. kimia dan Menyimp fisik, stabil an botol selama 28 dalam hari pada karton suhu 25 ° luar untuk C. Dari

Inkompatibilitas

 Tidak kompatibel dengan pH asam, alkalin, dan larutan yang mengandung garam logam.

 Polioksietil.  Produk obat ini tidak boleh dicampur dengan obat lain.

232

Universitas Indonesia

IV. Dewasa. Kanker ovarian  Dekstrosa  135-175 mg/m2 selama 3 jam 5% setiap 3 minggu atau 135 dalam air. mg/m2 selama 24 jam setiap 3  NaCl  minggu atau 50-80 mg/m2 0,9% selama 1-3 jam setiap minggu  Dekstrosa atau 1,4-4 mg/m2/hari infus 5%  lanjutan untuk 14 hari selama 4 dalam minggu. Kanker payudara ringer’s 2 metastatic 175-250 mg/m injection, selama 3 jam setiap 3 minggu lactated

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Dosis

Obat 



Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

atau 50-80 mg/m2 per minggu  Dekstrosa  atau 1,4-4 mg/m2/hari infus 5% lanjutan untuk 14 hari setiap 4 dalam minggu. Karsinoma paru-paru NaCl  135 mg/m2 selama 24 jam 0,9%. setiap 3 minggu. AIDS berhubungan dengan sarcoma Kaposi 135 mg/m2 selama 3 jam setiap 3 minggu atau 100 mg/m2 selama 3 jam setiap 2 minggu. Intraperitoneal. Karsinoma ovarian 60 mg/m2 pada hari 8 selama 21 hari pengobatan untuk 6 siklus, dalam kombinasi dengan IV paklitaksel dan intraperitoneal cisplatin.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

233

Universitas Indonesia

melindun  sudut gi dari pandang cahaya. mikrobiolo Pembekua gi, setelah n tidak dibuka mempeng produk aruhi dapat botol disimpan yang selama belum maksimal dibuka 28 hari pada suhu 25°C.  setelah pengencera n : secara kimia dan fisika, stabil pada suhu 5°C dan pada 25°C selama 7 hari bila

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

234

Universitas Indonesia

 diencerkan dalam larutan Dekstrosa 5% dan selama 14 hari ketika diencerkan dalam NaCl 0,9%. Dari sudut pandang mikrobiolo gi, produk harus digunakan segera. Jika tidak segera digunakan, waktu dan kondisi penyimpan an adalah

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

206.

Obat

Pelarut

 Infus rata – rata yang diinginkan : 10 g asam amino lebih dari 60 menit.  Dewasa: 500 ml lebih 60-100 menit (80-130 tetes / menit).

 Emulsi lemak 10%.

Stabilitas Penyimpanan





Stabilitas setelah Penyiapan

 tanggung jawab pengguna dan biasanya tidak akan lebih dari 24 jam  pada 2°8°C. Simpan di  Wadah tempat larutan yang harus sejuk diperiksa Jauh dari secara sinar visual matahari untuk langsung. melihat kabut, perubahan warna, endapan, dan retak botol dan

Inkompatibilitas

-

235

Universitas Indonesia

Pan Amin G 500 ml (Per L : Amino acids 29,2 g; essential amino acids 21,8 g; non essential amino acids 7,4 g; sorbitol 50 g)

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

236

Universitas Indonesia

 diperiksa keadaan vaccum sebelum pencampur an dan sebelum pemberian. Hanya larutan yang jelas harus digunakan.  Sediaan juga harus dilindungi dari suhu yang ekstrem seperti pembekuan atau di atas 40°C. Karena

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

237

Universitas Indonesia

 risiko kontaminas i  mikrobiolo gi, direkomen dasikan untuk menyimpa n campuran larutan nutrisi parenteral untuk waktu sesedikit mungkin setelah persiapan.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

207.

Obat

Panso 40 mg/10 ml (Pantoprazol Na)

Dosis

Pelarut

 Reflux esophagitis dewasa 40 mg / hari dengan injeksi IV lambat selama 2-5 menit atau infus IV selama 15 menit  Hipersekresi patologis terkait dengan sindrom ZollingerEllison 80 mg 12 hari dengan infus IV selama 15 menit. Dosis dapat ditingkatkan sampai 120 mg dua kali sehari & 80 mg 3 kali sehari.

 Dekstrosa 5% dalam air  Ringer Lactat  NaCl 0,9%.

Stabilitas Penyimpanan

 Simpan pada suhu <25°C dan terlindung dari cahaya.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

238

Universitas Indonesia

 Administra si botol tunggal tidak boleh melebihi 24 jam.  Gunakan  Y-site : ampicillin larutan sodium, ceftriaxone rekonstitus sodium, dobutamin i dalam HCl, dopamine HCl, waktu 3 epinephrine HCl, jam. furosemida, insulin,  Gunakan manitol. larutan  Dalam syringe : infus amikasin sulfate, dengan amiodaron HCl, pelarut NS calcium gluconate, dalam cefazolin sodium, waktu 21 cefotaxim sodium, jam. cyclosporine,  Gunakan epinephrine HCl, larutan furosemide, fentanyl infuse citrate. dengan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

208.

Pelarut

Pehacain 2 ml  Injeksi intravena pada pasien (per ml : tanpa gangguan sirkulasi yang Lidokain HCl berat, 100 mg sebagai bolus 20 mg, selama beberapa menit (50 mg adrenalin 12,5 pada pasien dengan BB lebih mcg) ringan atau pasien dengan gangguan sirkulasi yang berat), segera diikuti dengan infus 4 mg/menit selama 30 menit, 2 mg/menit selama 2 jam, kemudian 1 mg/menit; kadarnya dikurangi lagi bila infusnya dilanjutkan lebih dari 24 jam (pantauan EKG dan supervise dokter ahli jantung).  Anak. Hipnosis IM; IV 100-320  Penthal 50 mg/kg sebelum tidur. Sedasi mg/ml, sebelum operasi IM 100-200 Phenobarbital mg 1-1,5 jam sebelum prosedur. 

Stabilitas Penyimpanan





Dekstrosa  5% dalam air. NaCl

Simpan pada temperatu r ruangan yang terkontrol . Terlindun g dari cahaya.

Simpan pada temperatu r ruangan

Stabilitas setelah Penyiapan  pelarut D5W dalama waktu 12 jam.  Simpan pada suhu 4°C

Inkompatibilitas

 amfoterisin B, sulfadiazine natrium, metoheksital natrium, cefazolin natrium, fenitoin natrium.

 Dapat  Inkompatibel disimpa dengan garam n pada barbiturat misalnya suhu clindamisisn fosfat, 239

Universitas Indonesia

209.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

50 mg/ml 1 ml,  Dewasa. Sedasi IM 30-120  0,9%. mg/hari dibagi 2-3 dosis. Sibital Inj 200 Hipnosis IM;IV 100-320 mg mg/2 ml sebelum tidur. Sedasi sebelum (Fenobarbital operasi IM 100-200 mg 1-1,5 Na) jam sebelum prosedur.

210.

Stabilitas Penyimpanan 

Inkompatibilitas

 droperidol, pancuronium bromida, simetidin hidroklorida.  Fenobarbital Na tidak boleh dicampur dengan pentazosin laktat dalam satu syringe. Simpan  Larutan  Inkompatibel kemasan rekonstitusi dengan obat asam. pada stabil  Garam barbiturat temperatu selama 3 misalnya r ruangan hari pada klindamisin fosfat, yang temperatur fentanil sitrat, terkontrol ruangan droperidol, . yang simetidin terkontrol hidroklorida. dan selama 7 hari dalam lemari pendingin (5°C-6°C). yang terkontrol dan terlindung dari cahaya.

 4°C selama 28 hari.

240

Universitas Indonesia

Pentothal  Injeksi intravena sebagai  Dekstrosa  Transfarma 0,5 larutan 2,5% pada pasien 5% g untuk dewasa sehat dengan dalam air. dilarutkan premedikasi, awalnya 100-150  NaCl dalam 20 ml mg (dikurangi pada pasien 0,9%. air inj lansia atau sakit berat) selama  Normosol (Tiopental Na) 10-15 detik (lebih lama pada R, pH 7,4 pasien lansia atau sakit berat) dilanjutkan dengan dosis tambahan bila perlu tergantung respon setelah 30-60 detik atau hingga 4 mg/kg BB; anak untuk induksi 2-7 mg/kg BB.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

211.

Obat

Perdipine 10 mg/10 ml (Nikardipin HCl)

Dosis

Pelarut

 Vial: Encerkan 25 mg ampul dengan 240 mL larutan yang kompatib el untuk mendapat kan 250 mL volume

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Karena tidak mengandun g pengawet, maka harus segera digunakan sampai 24 jam.  Simpan  Vial:  Dengan natrium pada suhu Simpan bikarbonat 5%, kamar, pada suhu Ringer laktat lindungi kamar  Inkompatibel dari terkendali ditempat pemberian : cahaya, 20°C Ampicillin,ampicillin stabil sampai /sulbactam, selama 24 25°C cefepime, jam pada (68A° F furosemide, suhu sampai 77° lansoprazole, kamar. F). thiopental.  Larutan yang diencerkan 241

Universitas Indonesia

 Hipertensi akut: IV: awal: 5 mg / jam meningkat sebesar 2,5 mg / jam setiap 15 menit sampai maksimum 15 mg / jam; pertimbangkan pengurangan sampai 3 mg / jam setelah respon dicapai  Pergantian untuk terapi oral (perkiraan):  20 mg setiap 8 jam oral, setara dengan 0,5 mg / jam IV infuse  30 mg setiap 8 jam oral, setara dengan 1,2 mg / jam

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Dosis

Obat

Pelarut

 

IV infuse 40 mg setiap 8 jam oral, setara dengan 2,2 mg / jam IV infuse  Ampuls harus diencerkan sebelum digunakan.  Pemberian sebagai infus kontinyu lambat.  212.

Pethidin 50 mg (Petidin HCl)

larutan total dan konsentra si akhir 0,1 mg / mL.  Dektrose 5% dalam aqua atau NaCl 0,9%  Tidak ada  karena diberikan langsung secara  subkutan, IM, IV.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

stabil selama 24 jam pada suhu kamar.  Lindungi dari cahaya.

Jangan simpan di atas 30 º C. Simpan ampul dalam karton luar untuk melindun gi dari cahaya.

 Simpan  Produk obat ini pada suhu tidak boleh < 40°C, dicampur dengan terlindung obat lain. cahaya.  Setelah dibuka, harus digunakan dengan segera.

242

Universitas Indonesia

 Dewasa : Dosis lazim 50–150 mg setiap 3-4 jam jika perlu, Injeksi IV lambat : dewasa 15– 35 mg/jam.  Anak-anak : 1.1–1.8 mg/kg setiap 3–4 jam jika perlu. Untuk sebelum pembedahan : dosis dewasa 50 – 100 mg IM/SK.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Phytomenadio n 2 mg/ml, Vitamin K Inj (Fitomenadion/ vitamin K)

 Antidot warfarin: untuk perdarahan besar, hentikan warfarin dan berikan phytomenadione 5-10 mg injeksi IV lambat;  Untuk melawan peningkatan INR berhubungan dengan kelainan hati: 10 mg IV

 Glukosa 5%,  NaCl 0,9%

214.

Plasbumin-20 Infus 20% 100 ml, Plasbumin20 Infus 20% 50 ml, Plasbumin-25 Infus 25% 20 ml (Human Albumin)

 Jumlah larutan albumin yang diberikan akan tergantung pada kondisi klinis pasien dan respon terhadap pengobatan. Dosis berikut telah disarankan: • syok hipovolemik akut : dosis awal 25 g untuk dewasa (misalnya, 500 mL larutan 5% atau 100 mL larutan 25%) dan sampai sekitar 1 g / kg untuk anak-anak • hypoproteinaemia : maksimal

 Dekstran 6% dalam dekstrosa 5%  Dextrose 6% dalam NaCl 0,9%  Kombina si injeksi Dextroseringer  Dextrose

 Simpan kemasan asli pada suhu ruang  Terlindun g dari cahaya langsung  Harus disimpan dalam wadah kaca berwarna dan terlindung dari cahaya.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Hindarkan  Tidak ada. larutan dari cahaya langsung

 Larutanny  Larutan albumin a tidak manusia tidak boleh boleh dicampur dengan digunakan produk obat lain, jika keruh darah, sel darah atau merah dan aqua pro mengandu injeksi ng deposit.  Tanggal kadaluarsa adalah 5 tahun dan harus disimpan 243

Universitas Indonesia

213.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

2 g / kg sehari • neonatal hiperbilirubinemia: 1 g / kg sebelum pertukaran transfusi Tingkat infus harus disesuaikan dengan indikasi dan pasien respon, tetapi secara umum, disarankan kecepatan infus yang sampai 5 mL / menit (larutan 5%) atau 1 sampai 2 mL / menit (larutan 20%).

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas

 pada suhu antara 2°C dan 8°C atau 10°C, atau tidak lebih dari 3 tahun setelah pengoplos an dan dapat disimpan pada suhu tidak lebih dari 30° C atau 37 °C.

244

Universitas Indonesia

 saline – kombinas i  Dekstrosa 2,5% dalam air  Dextrose 5% dalam air  Dextrose 10% dalam air  Dextrose 10% natrium klorida 0,9%  Ringer injeksi  Ringer injeksi, laktat  NaCl 0,45%

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 215.

Obat

Dosis

Pelarut

Pregnyl 5000  Hipogonadisme pria 2-3 kali IU (HCG) 1000-2000 UI/minggu.  Pubertas tertunda 2 kali 1500 UI/minggu selama 6 bulan.  Infertilitas wanita 5000-10000 UI setelah terapi dengan HMG, dilanjutkan dengan 1-3 kali 5000 UI dalam 9 hari berikutnya.

-

Stabilitas Penyimpanan 





Simpan di  Shelf life : lemari es 2 tahun. (2°C Setelah 8°C). dibuka, Simpan produk dalam obat harus kemasan digunakan asli. segera. Selama  Jika tidak masih digunakan, dalam maka masa simpan simpan, sampai 24 disimpan jam pada pada suhu 2°-8°C. di bawah 25°C selama 30 hari tanpa didingink an. Jika tidak digunakan dalam

Inkompatibilitas  Produk obat tidak boleh dicampur dengan obat lain.

245

Universitas Indonesia



Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan 

216.

Procain Penicilin-G Inj 1 juta IU, Procain Penicilin-G Inj 3 juta IU (Procain Penicilin-G)

 Aqua pro  injeksi.

waktu 30 hari, maka harus dibuang. Penyimpa  Simpan nan pada pada lemari suhu pendingin. kamar

Inkompatibilitas

-

246

Universitas Indonesia

 Dewasa: 300.000-900.000 unit sekali atau dua kali sehari dengan suntikan IM.  Dalam pengobatan sifilis, dosis adalah 600.000 unit sekali sehari dengan rute IM. Dosis dapat disesuaikan berdasarkan usia atau tingkat keparahan infeksi.  Anak-anak: 10.000 IU / kg berat badan setiap hari.  Administrasi: Prokain PenisilinG Meiji harus disuntikkan IM ke pantat, paha, otot deltoid atau trisep.  Dalam kasus injeksi kontinu, tempat suntikan harus diubah setiap waktu. Rekonstitusi: Tambahkan

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

217.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Simpan  Simpan pada selama 24 temperatu jam pada r ruangan temperatur yang ruangan terkontrol yang (sekitar terkontrol. 25°C). Terlindun g dari cahaya dan panas. Hindari pembekua n.

Inkompatibilitas

 Tidak ada.

247

Universitas Indonesia

 sekitar 8 mL air steril untuk injeksi ke dalam vial dan kocok keras untuk membuat solusi ditangguhkan homogen Propanolol 1  Injeksi intravena, aritmis, dan  Dekstrosa  mg/ml 1 ml krisis tirotoksik, 1 mg selama 1 5% (Propanolol menit, jika perlu ulang dengan dalam HCl) interval 2 menit; maksimal 10 NaCl mg (5 mg dalam anestesi). 0,9%.  Dekstrosa 5% dalam NaCl  0,45%.  Dekstrosa 5% dalam air.  Ringer’s  injection, lactated.  NaCl 0,45%.  NaCl 0,9%.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Protamine sulphate 10 mg/ml 5 ml (Protamin sulfat)

 Injeksi intravena, selama lebih  Dekstrosa  kurang 10 menit, 1 mg 5% menetralkan 100 unit heparin dalam air. (mukosa) atau 80 unit heparin  NaCl (paru) bila diberikan dalam 0,9%. waktu 15 menit setelah heparin; jika waktunya lebih panjang, diperlukan protamin yang lebih sedikit karena heparin dengan  cepat diekskresi minimal 50 mg.

219.

Quelicin Inj 200 mg/10 ml (suksinilkolin klorida)

 Anak dan dewasa IM : sampai  Dekstrosa  3-4 mg/kg, total dosis tidak 5% lebih dari 150 mg. dalam air.  IV. Karena beresiko hipetemia  NaCl  malignan, infuse lanjutan tidak 0,9%. boleh digunakan pada bayi dan  Dekstrosa anak. Anak kecil, Dosis lazim 2 5% mg/kg/dosis setiap satu waktu; dalam

Inkompatibilitas

Simpan di  Setelah  Sefalosporin dalam dibuka, penisilin. lemari harus pendingin digunakan dan segera. hindari  Residu pembekua harus n. dibuang. Stabil selama 10 hari samapai 2 minggu pada temperatu r ruangan. Simpan  Setelah  Barbiturat pada suhu pelarutan Nafcilin. 2-8°C. dengan Dapat NaCl 0,9%, disimpan stabil selama 3 secara bulan kimia pada suhu selama 4

dan

dan

248

Universitas Indonesia

218.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

220.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

diatas 25°C

 minggu pada suhu 5°C dan 1 minggu pada suhu 25°C

 Larutan jernih, tidak berwarna sampai kuning muda

 Gunakan larutan rekonstitu si dalam waktu 24 jam.

Inkompatibilitas

 Y-site : Amphotericin B choleteryl sulfate complex, aztreonam, cefazolin sodium, cefepime HCl, 249

Universitas Indonesia

 pemeliharaan 0,3-0,6  NaCl mg/kg/dosis setiap 5-10 menit 0,9%. sesuai kebutuhan. Anak yang lebig tua dan remaja, dosis lazim 1 mg/kg/dosis setiap satu waktu; pemeliharaan 0,3-0,6 mg/kg setiap 5-10 menit sesuai kebutuhan. IV. Dewasa. Dosis lazim untu prosedur operasi pendek 0,6 mg/kg (range 0,3-1,1 mg/kg). Prosedur operasi panjang, infus lanjutan 2,5-4,3 mg/menit berdasarkan respon pasien, dosis lazim 0,3-1,1 mg/kg, pemeliharaan 0,04-0,07 mg/kg/dosis sesuai kebutuhan. Radin 50 mg/2  Dosis standard: 50 mg injeksi  N5 IV, infus IV, atau injeksi IM,  D5W ml, Ranitidin diulang tiap 6-8 jam jika 25 mg/2 ml diperlukan; infus kontinu: (Ranitidin  Profilaksis perdarahan GI atas HCl) dosis awal 50 mg injeksi IV diikuti 125-250 mcg/kg/jam

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

 infus IV;  Pasien berisiko teraspirasi asam: 50 mg injeksi IV atau IM 45-60 menit sebelum induksi anestesi umum;  Dosis kelainan ginjal: Cl Cr <50 mL/menit, turunkan dosis individu menjadi 25 mg

Stabilitas Penyimpanan

Inkompatibilitas  ceftazidime, cisplatin.  Dalam syringe : chlorpromazine HCl, diazepam, heparin sodium, midazolam HCl.  Aditif : Atracurium besylat, cefazolin sodium, ceftazidime, cefuroxime sodium, clindamycin phosphate.

250

Universitas Indonesia

 Terjadiny a perubaha n warna sedikit gelap tidak berpengar uh pada potensi obat.  Larutan yang berwarna kecoklata n harus dibuang.  Simpan pada suhu 25-30°C di tempat kering dan terlindun.

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

221.

222.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

 Antibiotik dan steroid.  Gansiklovir  Insulin.  Heparin kecuali diberikan melalui Ysite line untuk penggunaan infuse TPN.

 Produk obat ini tidak boleh dicampur dengan obat lain.

251

Universitas Indonesia

dari cahaya  Dosis sesuai dengan kebutuhan  Fat  Simpan  Karena Renxamin metabolik, pengeluaran energi emulsion pada suhu tidak Infus 9% 200 & status klinis pasien. Dosis 10%, tidak lebih mengandu ml, Renxamin harian tanpa dialisis 0,4-0,6 g intravena. dari 40°C. ng Inj 200 ml asam amino/kg berat  Hindari pengawet, (Asam amino) badan/hari, pada dialisis 0,8-1,2 pembekua maka harus g asam amino/kg berat n. digunakan badan/hari dengan IV lambat.  Terlindun dengan g dari segera cahaya. sampai waktu 24 jam.  Ketika Reviral Infus  Mencegah transmisi HIV ibu  Destrosa  Simpan dan janin. Neonatal, dosis harus 5% pada suhu dilarutkan 200 mg/10 ml dimulai 6-12 jam setelah lahir dalam antara dengan (Zidovudin) dan berlanjut untuk 6 minggu air. 15°Cdekstrosa pertama. Bayi berumur ≥30 25°C. 5% dalam minggu dan <35 minggu 1,5  Terlindun air, dapat mg/kg/dosis setiap 12 jam, g dari disimpan umur 2 minggu 1,5 mg/kg/dosis cahaya. selama 24 setiap 8 jam. Bayi berumu <30 jam pada minggu 1,5 mg/kg/dosis setiap 

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

223.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

252

Universitas Indonesia

 12 jam; pada umu 4 minggu 1,5  temperatur mg/kg/dosis setiap 8 jam. e ruangan Selama persalinan, zidovudin yang IV dengan dosis 2 mg/kg terkontrol sebagai loading dose yang atau diikuti dengan infus lanjutan 1 selama 48 mg/kg/jam sampai tali pusar jam pada terlepas. lemari  Pengobatan infeksi HIV. Anak pendingin 6 minggu sampai 12 tahun, (2°C-8°C). infus IV lanjutan 20  Karena mg/m2/jam, Infus IV berselang tidakmeng 120 mg/m2/dosis setiap 6 jam. andung Anak ≥12 tahun, Infus IV pengawet, berselang 1 mg/kg/dosis setiap maka harus 4 jam (5-6 dosis/hari). Dewasa digunakan IV 1 mg/kg/dosis setiap 4 jam dengan (5-6 dosis/hari). segera.  Stabil  Tidak kompatibel Roculax 50  Endotrakeal intubasi. Dewasa,  Dekstros  Simpan 0,6-1,2 mg/kg berat badan a 5% vial pada selama 24 larutan yang mg/5 ml sebagai IV bolus. Pemeliharaan: dalam lemari jam. mengandung zat (Rokuronium 0,1-0,2 mg/kg berat badan air. pendingin aktif berikut: Bromida) sebagai IV intermiten. Anak-  Dekstros (2°C-8°C) amfoterisin, anak, Awalnya 0,6 mg/kg berat a 5% dan amoksisilin,

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

badan. Pemeliharaan: 0,0750,125 mg/kg berat badan.

224.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

hindari  pembekua n.  Dapat disimpan pada temperatur e ruangan yang terkontrol selama 60 hari.

azathioprine, cefazolin, kloksasilin, deksametason, diazepam, enoximone, eritromisin, famotidine, furosemide, hidrokortison natrium suksinat, insulin, Intralipid, metoheksital, metil prednisolon, prednisolon natrium suksinat, tiopental, trimetoprim dan vankomisin.  Dekstros  Simpan  Dapat  Tidak kompatibel a 5% pada suhu digunakan dengan larutan dalam dibawah ttidak lebih infuse yang air. 30°C. dari 6 jam mengandung  NaCl  Terlindun apabila minyak jarak 0,9%. g dari digunakan polioksietil 253

Universitas Indonesia

Sandimmun 50  Dosis lazim 5-6 mg/kg/hari sebagai dosis tunggal, diinfus mg/ml 5 ml selama 2-6 jam, diberikan pada (Siklosporin) pasien yang tidak bisa menelan kapsul atau larutan oral

dalam NaCl 0,9%.  Ringer’s injection, lactataed.  NaCl 0,9%.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

kemasan  Hindari dari minyak PVC. silion dan zat lemak.  Dapat digunakan tidak lebih dari 12 jam apabila digunakan kemasan gelas Simpan  Setelah  Produk obat ini pada suhu dibuka, tidak boleh 2°C-8°C. langsung dicampur dengan Jangan digunakan obat lain. membeku segera. kan. Buang jika tidak terpakai. Simpan  Shelf life :  Vaksin tidak boleh pada suhu 3 tahun dicampur dengan 2°C-8°C  Setelah obat lain. dalam dilarutkan, lemari vaksin.

cahaya.  Hindarai pembekua n

225.

 Profilaksis anak : 1000-3000 UI, injeksi intramuskular, tergantung usia anak.  Profilaksi dewasa : 3000-5000 UI, injeksi intramuskular.

 Tidak ada karena langsung diberikan secara IM.

  

 Sebelum terkena rabies. Satu suntikan 1 mililiter diberikan setiap hari pada hari ke 0 , 7 dan 28 . Hari untuk mencapai status kekebalan yang efektif

 “Water for injection”



254

Universitas Indonesia

226.

Serum anti diphtheria 10.000 IU 5 ml, Serum anti diphtheria Inj 20.000 IU 5 ml (Serum antidifteri =ADS) Serum antirabies 100 IU/ml 20 ml, Vaksin Rabies Kering Orang

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat (Otak mencit) (Serum antirabies)

Dosis

Pelarut

pendingin.  Jangan membeku kan.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

harus segera digunakan.

255

Universitas Indonesia

pada dosis ke-3 adalah 21 hari . Bagi mereka yang berisiko reguler dan berkelanjutan, satu penguat dosis vaksin harus diberikan pada 1 tahun. Dosis lebih lanjut harus diberikan pada tiga interval lima tahun setelahnya.  Setelah terkena rabies. Pengobatan harus dimulai sesegera mungkin setelah dicurigai terkena rabies, diikuti dengan pemberian vaksin dan imunisasi pasif. Pada orang yang diketahui memiliki profilaksis yang memadai, dalam hal kontak dengan hewan rabies, dua vaksin harus diberikan , satu pada hari 0 dan satu pada hari 3. Pada orang dengan profilaksiskurang memadai, suntikan pertama vaksin rabies (hari 0) harus diberikan sesegera mungkin

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

227.

Obat

Sianokobalami n 500 mcg/ml (Sianokobalam in/vitamin B12)

Dosis

Pelarut

setelah dicurigai melakukan kontak dan diikuti oleh empat dosis lanjutan pada hari-hari 3, 7, 14 dan 30 (ditambah dosis 5 dapat diberikan adalah 28 hari sesuai rekomendasi WHO).  Pemberian IM awalnya 1 mg diulangi 10 kali dengan interval 2-3 hari, dosis pemeliharaan 1 mg setiap bulan.

Stabilitas setelah Penyiapan

 Terlindun g dari cahaya dan adalam kemasan yang baik.

 Shelf life : 24 bulan.  Setelah dibuka, harus digunakan segera.

Inkompatibilitas

-

256

Universitas Indonesia

 dekstran 6% di dekstrosa , dekstran 6% dalam NS, D5LR, D51/4NS , D51/2NS , D5NS, D5W, D10W, D10NS, LR, 1/2NS, NS

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

228.

Obat

Sodium Nitroprusside for injection BP 50 mg (Natrium Nitropuside)

Dosis

Pelarut

 Simpan pada temperatur ruangan yang terkontrol.  Terlindun g dari cahaya dan panas.  Hindari pembekua n.

Stabilitas setelah Penyiapan

 Residu harus dibuang setelah 4 jam dari rekonstitus i.  Larutan rekosntitus i dapat digunakan sampai 24 jam selama terlindung dari cahaya.

Inkompatibilitas

 Dobutamin, dopamine, lidokain, nitrogliserin.  Tidak boleh dicampur dengan pengawet.

257

Universitas Indonesia

 Krisis hipertensi, secara infuse intravena, dosis awal 0,5-1,5 mcg/kg BB/menit, kemudian ditingkatkan bertahap 500 nanogram/kg BB/menit setiap 5 menit dalam kisaran 0,5-8 mcg/kg BB/menit (dosis lebih rendah jika sudah mendapat antihipertensi lain); penggunaan dihentikan jika dalam 10 menit, respon tidak memuaskan dengan dosis maksimal. Telah digunakan dosis awal lebih rendah 300 nanogram/kg BB/menit; menjaga tekanan darah diastolic 30-40% lebih rendah dari sebelum terapi, 20400 mcg/menit (dosis lebih rendah untuk pasien yang sudah antihipertensi lain); mengontrol hipotensi saat pembedahan, dengan infuse intravena, maksimal 1,5 mcg/kg

 TPN  Dekstros a 5% dalam air.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

SomatostatinLyomark Inj 3 mg (Somatostatin)

230.

Streptase 1,5 juta IU, Streptase 750.000 IU

Pelarut

BB/menit. Gagal jantung, dengan infus intravena, dosis awal 10-15 mcg/menit, ditingkatkan setiap 5-10 menit sesuai kebutuhan; dosis lazim 10-200 mcg/menit, maksimal 3 hari.  Awalnya 3,5 mcg/kg atau 250 mcg IV bolus lambat selama tidak <1 menit, segera diikuti oleh IV infus kontinu dari 3,5 mcg/kg/jam selama 12 jam. Pemberian terus menerus: Minimal 48 jam untuk maksimal 5 hari.

-

 Trombosis vena dalam, embolisme paru, tromboembolisme arterial akut, vena retina pusat atau

 Dekstros a 5% dalam air.

Stabilitas Penyimpanan

 Simpan pada kemasan kedap udara.  Simpan pada suhu 2°C-8°C.  Terlindun g dari kelembaba n dan cahaya.  Simpan vial pada temperatur ruangan

Stabilitas setelah Penyiapan

-

 Simpan pada lemari pendingin

Inkompatibilitas

-

 Dekstran.

258

Universitas Indonesia

229.

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Dosis

Obat (Sterptokinase)

231.

Streptomycin sulphate 1 g (Streptomisin sulfat)



  

232.

Succinyl asta siccum Inj 100

thrombosis erfecil : infuse intravena, 250000 unit selama 30 menit, kemudian 100000 unit setiap jam selama sampai dengan 24-72 jam menurut kondisi. Infark miokard, 1500000 unit selama 60 menit TBC (>50 kg atau <40 tahun): 15 mg/kg/hari injeksi IM (maksimum 1 g/hari); TBC (<50 kg atau > 40 tahun): 10 mg/kg/hari injeksi IM (maksimum 750 mg/hari), ClCr 10-50 mL / menit: diberikan setiap 24-72 jam ClCr <10 mL / menit: diberikan setiap 72-96 jam Injeksi I.M. ke dalam massa otot besar. Pemberian IV tidak direkomendasikan

 NaCl 0,9%.

yang terkontrol.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

sampai 24 jam.

 Aqua pro  Simpan  Larutan injeksi kemasan tetap stabil asli di selama 24 bawah suhu jam pada 30°C suhu  Terlindung kamar., dari cahaya terlindung dari cahaya.

 Anak dan dewasa IM : sampai  Dekstrosa  Simpan 3-4 mg/kg, total dosis tidak 5% dalam pada suhu

 Inkompatibel dalam syringe : Heparin.  Inkompatibel jika dicampur : : Amobarbital, amphotericin B, chlorothiazide, heparin, methohexital, norepinephrine, pentobarbital, phenobarbital, phenytoin, sodium bicarbonate.  Stabil pada  Barbiturat dan suhu 5°C nafsilin. 259

Universitas Indonesia



Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat mg (Suksinilkolin Cl)

Succinyl asta

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

lebih dari 150 mg. air. 2°C-8°C.  IV. Karena beresiko hipetemia  NaCl malignan, infuse lanjutan tidak 0,9%. boleh digunakan pada bayi dan  Dekstrosa anak. Anak kecil, Dosis lazim 2 5% dalam mg/kg/dosis setiap satu waktu; NaCl pemeliharaan 0,3-0,6 0,9%. mg/kg/dosis setiap 5-10 menit sesuai kebutuhan. Anak yang lebig tua dan remaja, dosis lazim 1 mg/kg/dosis setiap satu waktu; pemeliharaan 0,3-0,6 mg/kg setiap 5-10 menit sesuai kebutuhan.  IV. Dewasa. Dosis lazim untu prosedur operasi pendek 0,6 mg/kg (range 0,3-1,1 mg/kg). Prosedur operasi panjang, infus lanjutan 2,5-4,3 mg/menit berdasarkan respon pasien, dosis lazim 0,3-1,1 mg/kg, pemeliharaan 0,04-0,07 mg/kg/dosis sesuai kebutuhan.  Anak dan dewasa IM : sampai  Dekstrosa  Simpan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

selama 4 minggu taua selama 1 minggu pada suhu 25°C.  Residu harus dibuang setelah 24 jam.

 Stabil pada

 Barbiturat dan 260

Universitas Indonesia

233.

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat siccum 100 mg (Suksinilkolin Cl)

Dosis

Pelarut

pada suhu 2°C-8°C.

Stabilitas setelah Penyiapan suhu 5°C selama 4 minggu taua selama 1 minggu pada suhu 25°C.  Residu harus dibuang setelah 24 jam.

Inkompatibilitas nafsilin.

261

Universitas Indonesia

3-4 mg/kg, total dosis tidak 5% dalam lebih dari 150 mg. air.  IV. Karena beresiko hipetemia  NaCl malignan, infuse lanjutan tidak 0,9%. boleh digunakan pada bayi dan  Dekstrosa anak. Anak kecil, Dosis lazim 2 5% dalam mg/kg/dosis setiap satu waktu; NaCl pemeliharaan 0,3-0,6 0,9%. mg/kg/dosis setiap 5-10 menit sesuai kebutuhan. Anak yang lebig tua dan remaja, dosis lazim 1 mg/kg/dosis setiap satu waktu; pemeliharaan 0,3-0,6 mg/kg setiap 5-10 menit sesuai kebutuhan.  IV. Dewasa. Dosis lazim untu prosedur operasi pendek 0,6 mg/kg (range 0,3-1,1 mg/kg). Prosedur operasi panjang, infus lanjutan 2,5-4,3 mg/menit berdasarkan respon pasien, dosis lazim 0,3-1,1 mg/kg, pemeliharaan 0,04-0,07 mg/kg/dosis sesuai kebutuhan.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No 234.

235.

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

Stabilitas Penyimpanan

Suplasyn 2 ml  2 mL intra-artikuler 3 kali atau  Tidak ada  (Na sekali/minggu. Kondisi kronis: pelarut Hyaluronate) Sampai 5 kali. karena diberikan langsung secara  intraarteri al. 

Simpan di tempat yang dingin (2°-8°C). Lindungi dari cahaya. Jangan membeku kan. Survanta 25  Profilasksis diberikan 100 mg  Tidak ada  Simpan mg/ml fosfolipid (4 ml/kg) intratrakeal, karena pada (Beractant) jika memungkinkan, 4 dosis diberikan lemari selama 48 jam pertama, langsung pendingin frekuensi tidak lebih dari 6 jam. secara (2°C-8°C).  Penyelamatan diberikan 100 mg intratrake  Terlindung fosfolipid (4 ml/kg), dapat al. dari diulangi jika dibutuhkan, cahaya. frekuensi tidak lebih dari 6 jam, maksimum 4 dosis. Sustanon  IM 1 ml 3 mingguan.  Tiadak  Simpan “250” Inj 250 ada dibawah mg/ml karena 30°C.





Setelah dibuka, gunakan segera. Residu harus dibuang.

Inkompatibilitas -

 Shelf life :  Tidak ada penelitian 18 bulan. terbaru karena  Jangan pemberian obat ini dibekukan. secara khusus. Setiap produk yang dibekukan harus dibuang.  Shelf life :  Tidak berlaku. 3 tahun.  Setiap 262

Universitas Indonesia

236.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

237.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Jangan produk mendingin yang tidak kan atau terpakai membekuk atau bahan an. limbah  Simpan harus dalam dibuang. paket asli untuk melindung i dari cahaya.  Simpan  Vaksin  Produk obat ini tidak pada harus boleh dicampur lemari mencapai dengan obat lain. pendingin suhu kamar (2°C-8°C). sebelum  Terlindung digunakan. dari  Vaksin cahaya. harus  Simpan dikocok dalam sebelum paket asli digunakan. untuk 263

Universitas Indonesia

(Testosterone diberikan propionate 30 langsung mg, secara testosterone IM. phenylpropion ate 60 mg, testosterone isocaproateate 60 mg, testosterone decanoate 100 mg) Synflorix  Jadwal imunisasi untuk  Tidak ada Synflorix harus didasarkan pada karena rekomendasi resmi. langsung Bayi 2-6 bulan. Jadwal diberikan Vaksinasi Primer : 3 dosis 0,5 secara mL dengan interval minimal 1 IM. bulan. Dosis penguat dianjurkan minimal 6 bulan setelah dosis primer terakhir antara 12-15 bulan . Bayi >6 bulan dan Anak-anak: 12-23 bulan : 2 dosis 0,5 mL

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

238.

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

dengan interval minimal 2 melindung bulan. i dari Bayi 7-11 bulan : 2 dosis 0,5 cahaya. mL dengan interval minimal 1 bulan. Dosis 3 dianjurkan dalam 2 tahun dengan interval minimal 2 bulan. Testosteron  Remaja dan dewasa laki-laki.  Tidak ada  Jangan  Shelf life :  Tidak ada sampai vial dalam IM. Hipogonadisme : 50-400 karena simpan di 5 tahun. saat ini. minyak 200 mg setiap 2-4 minggu; 75-100 diberikan atas 25 °  Setiap mg/ml mg/minggu atau 150-200 mg langsung C. produk (enantat) setiap 2 minggu. Terlambat secara  Simpan yang tidak [testosteron] pubertas : 50-200 mg setiap 2-4 subkutan dalam terpakai minggu untuk durasi terbatas. (SC). kemasan atau bahan Implantasi subkutan untuk yang asli. limbah terlambat pubertas dan harus hipogonadisme 150-450 mg dibuang. setiap 3-6 bulan.  Remaja dan dewasa perempuan. Kanker payudara metastatik 200-400 mg setaiap 2-4 minggu. Tetagam 300  Profilaksis tetanus 250 IU IM.  Tidak ada  Simpan  Vaksin  Produk obat ini tidak IU 5 ml, Dosis harus dua kali lipat dalam karena dalam harus dicampur dengan Vaksin campak kasus luka dengan kerusakan diberikan wadah asli mencapai obat lain. 264

Universitas Indonesia

239.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat kering (Vaksin Jerap Tetanus = tetanus adsorbed toxid)

Pelarut

jaringan atau luka yang terinfeksi atau cedera yang terjadi lebih dari 24 jam atau pada orang dewasa dengan berat lebih dari rata-rata. Terapi klinis tetanus tunggal dosis 3,000-6,000 IU IM dalam kombinasi dengan prosedur klinis lainnya yang sesuai.

Totilac Infus  Untuk pasien hemodinamik 250 ml (Nadosis tergantung pada laktat 28,25 g, kebutuhan, dosis maksimum 10

langsung secara IM.

-

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

pada 2°Csuhu kamar 8°C. sebelum  Penyimpa digunakan. nan hingga  Residu satu harus minggu dibuang. pada suhu kamar (25 ° C) dalam kemasan asli.  Jangan dibekukan.  Menyimpa n botol dalam karton luar untuk melindung i dari cahaya. -

Inkompatibilitas

-

265

Universitas Indonesia

240.

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

KCl 0,075 g, CaCl2.2 H2O 0,05 g)

241.

 Simpan pada suhu ruangan yang terkontrol yaitu pada suhu 25°C (77°F).  Dan dalam wadah tertutup rapat.

 Larutan  Y-site : heparin jernih dan sodium. tidak  Dalam syringe : berwarna. heparin sodium. Perlindun gan dari maupun paparan cahaya tidak berpengar uh pada stabilitas larutan infuse tramadol dengan 266

Universitas Indonesia

cc/kg BB intravena selama 12 jam, jika dosis maksimum larutan laktat hipertonik sudah tercapai dapat diberikan infus 6% hidroksietil starch jika diperlukan untuk menjaga terapi cairan. Tramal 50 mg,  Nyeri: 50-100 mg injeksi IM  NaCl Tramadol 50 atau IV tiap 4-6 jam; 0,9% mg (Tramadol  Nyeri pascaoperasi: awal 100  Dexrose HCl) mg kemudian 50 mg tiap 10-20 5% menit jika dibutuhkan selama 1 dalam jam pertama, kemudian 50-100 air. mg tiap 4-6 jam (maksimum  RL. 600 mg/hari);  Dosis pada gangguan ginjal: Cl Cr 10-20 mL/menit berikan 50100 mg tiap 8-12 jam, Cl Cr <10 mL/menit berikan 50 mg tiap 8-12 jam

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Trifluid Infus

 Dosis individu

Pelarut

-

Stabilitas Penyimpanan

-

Stabilitas setelah Penyiapan konsentras i 0,5 dan 4 mg/ml dalam D5W atau NS.  Simpan pada suhu <30°C, di tempat kering, dan terlindung dari cahaya.  Stabil selama 24 jam dalam RL dan 4,2 % sodium bicarbonat e. -

Inkompatibilitas

267

Universitas Indonesia

242.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

243.

Obat

 Maksimal :  Triofusin 500 ml/kgBB/hari.

;

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

-

-

50

Stabilitas setelah Penyiapan

 Gunakan larutan jernih dalam kemasan utuh.  Simpan dibawah temperatur 25°C

Inkompatibilitas

-

268

Universitas Indonesia

500 ml (per L : glucose 60 g; fructose 30 g; xylitol 15 g; Na 35 meq; K 20 meq; Mg 5 meq; Ca 5 meq; Cl 35 meq; acetate 6 meq; citrate 16 meq; phosphate 10 mmol; Zn 5 mmol) Triofusin 500 Infus 500 ml (per L : fructose 60 g; glucose 33 g; xylitol 30 g)

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

244.

245.

Obat

Dosis

Triofusin 1000 Infus 500 ml (per L : fructose 120 g; glucose 66 g; xylitol 60 g)

 Maksimal :  Triofusin 1000; ml/kgBB/hari.

Triofusin 1600 Infus 500 ml

 Maksimal :  Triofusin 1600; ml/kgBB/hari.

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

-

-

-

-

25

15

Stabilitas setelah Penyiapan

-

-

269

Universitas Indonesia

 Hindari cahaya.  Gunakan larutan jernih dalam kemasan utuh.  Simpan dibawah temperatur 25°C  Hindari cahaya.  Gunakan larutan jernih dala kemasan utuh.  Simpan dibawah temperatur 25°C  Hindari

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

246.

247.

Dosis

Obat

Triofusin – E 1000 (per L : fructose 120 g; glucose 66 g; xylitol 60 g; electrolyte, vit)



Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

-

-

-

-

Kecepatan infus : pasien dengan BB 70 kg 45-50 tetes/ menit.

cahaya.  Hanya digunakan jika larutan dalam kemasan utuh. Simpan di bawah 25°C, hindari cahaya. -

Inkompatibilitas

-

-

270

Universitas Indonesia

Triparen Infus  Melalui infus intravena 1 L (per L perlahan tergantung dari defisit Triparen No 1 : atau kebutuhan harian. anhydrous dextrose 133 g; fructose 67 g; xylitol 33 g; KCl 1,1 g; K acetate 1 g; Ca gluconate 1,7 g; Mg Sulfate 1 g, dibasic K

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

248.

Obat

Dosis

Pelarut

-



Stabilitas setelah Penyiapan

Simpan  Hanya pada dapat temperatu digunakan r ruangan sampai 24 yang jam. terkontrol dan hanya digunakan jika bebas dari partikel.

Inkompatibilitas

 Larutan manitol 20% dan larutan manitol 25% karena membentuk endapan.

271

Universitas Indonesia

phosphate 1,7 g; Zn 4,8 g; citric acid 1,4 g; calories 933 kCal) Triparen Infus  Melalui infus intravena 1 L (per L perlahan tergantung dari defisit Triparen No 2 : atau kebutuhan harian. anhydrous dextrose 167 g; fructose 83 g; xylitol 42 g; NaCl 2,2 g; KCl 2,6 g; Na citrate 1,5 g; Ca gluconate 1,7 g; Mg Sulfate 1 g, monobasic K phosphate 1,3 g; Zn 4,8 g; citric acid 0,33 g; calories 1168 kCal)

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Tuberculin PPD Inj 1,5 ml @2 UT/0,1 ml (Tuberculin Purified Protein Derivative/PP D)

 Dosis Dewasa, Diagnosis tuberkulosis, imunodefisiensi sel sedang : intradermal 0,1 ml.  Dosis Geriatrik sama dengan dosis dewasa.  Dosis Pediatrik sama dengan dosis dewasa.

250.

Tutofusin OPS Infus 500 ml (per L : Na 100 meq; K 18 meq; Ca`4 meq; Mg 6 meq; Acetate 38 meq; sorbitol 50 g)

 30 mL/kg berat badan/hari  Tidak ada (ekuivalen dengan 1,5 g karena sorbitol/kg berat badan/hari). manitol Pasien dengan berat 70 kg 2 L merupaka hari dengan laju infus hingga 6 n pelarut mL / menit (120 tetes / menit). untuk zat lain.

-

 Simpan dalam lemari pendingin pada suhu 2°C-8°C (36°F46°F).  Tidak membeku.  Lindungi dari cahaya.  Simpan di suhu kamar  Hindari dari pembekua n  Kristalisas i dapat

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Secara mikrobiolo gi harus segera digunakan.  Jika tidak langsung digunakan, setelah dibuka, kemasan harus dibuang setelah 30 hari.  Harus  Inkompatibel di disimpan tempat pemberian : pada suhu Cefepime, kamar doxorubicin yang liposome, filgrastim terkendali  Inkompatibel jika dan dicampur : dilindungi Imipenem/cilastatin, dari meropenem 272

Universitas Indonesia

249.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Pelarut

Urografin 76%  Dewasa. Infus drip urograpi 2- 20 ml (per ml : 4ml/kg berat badan hingga 250 100 mg Na ml. “retrograde urography” 5amidotrizoat, 10ml.

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

terjadi pada suhu  rendah, jangan mengguna kan larutan yang mengandu ng Kristal  Pemanasa n dalam bak air panas dan goncangan  kuat dapat digunakan untuk resolubiliz ation  Terlindun  g dari cahaya  dan X-

Inkompatibilitas

pembekuan Larutan secara kimiawi stabil. Manitol 20% akan stabil setelah diautoklaf pada suhu 250°F selama 15 menit.

Shelf life :  Antihistamin, 5 tahun. kortikosteroid Sisa yang profilaksis. tidak 273

Universitas Indonesia

251.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

252.

Obat

Dosis

Pelarut

660 mg  Anak-anak. Infus drip urograpi meglumin : tidak boleh lebih dari 4 ml/kg amidotrizoat) berat badan. Uromitexan Inj  Infus jangka pendek-dosis 400 mg ifosfamida <2,5 g/m2/hari, dosis (Mesna) lazim mesna 60% dari ifosfamida dibagi 3 dosis (0, 4, dan 8 jam setelah dimulai ifosfamida).  Infus lanjutan-dosis ifosfamida <2,5 g/m2/hari, mesna diberikan secara IV Bolus 20% dari dosis ifosfamida, diikuti dengan infuse lanjutan mesna 40% dari dosis ifosfamida selama 12-24 jam setelah infuse ifosfamida.  Dosis tinggi ifosfamida (>2,5 g/m2/hari, dibutuhkan frekuensi dan dosis tinggi mesna.



rays

 Simpan pada temperatur ruangan yang terkontrol.

Inkompatibilitas



digunakan harus dibuang.  Ampul yang sudah dibuka sebaiknya dibuang.  Stabil pada suhu 25°C selama 24 jam.

 Amfoterisin B kompleks kolesterol sulfat.

274

Universitas Indonesia

 Dekstros a 5% dalam NaCl 0,2%.  Dekstros a 5% dalam NaCl 0,33%.  Dekstros a 5% dalam NaCl 0,45%.  Dekstros a 5% dalam air.  Ringer’s injection,

Stabilitas setelah Penyiapan

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

253.

Obat

Vaksin BCG kering Inj 0,375 mg/ml (Vaksin BCG)

Dosis

Pelarut

 0,05 ml (1 bulan-1 tahun); 0,1 ml (1-18 tahun) dengan cara injeksi intradermal.

lacatated.  NaCl 0,9%.  saline bebas pengawet

Stabilitas Penyimpanan

 Simpan di lemari es (2°C8°C).  Terlindun g dari cahaya.

Stabilitas setelah Penyiapan

 Produk obat ini tidak boleh dicampur dengan obat lain.

275

Universitas Indonesia

 Produk harus digunakan segera setelah rekonstitus i. Dalam hal terjadi penundaan antara rekosntitus i dan pemberian, dapat disimpan hingga 2 jam pada suhu 2°C atau 25°C dan terlindung

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

254.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Vaksin Jerap  Profilaksis tetanus 250 IU IM.  Tidak ada  Diphteria, Dosis harus dua kali lipat dalam karena Tetanus, dan kasus luka dengan kerusakan diberikan Pertusis (DTP) jaringan atau luka yang langsung Inj (Vaksin terinfeksi atau cedera yang secara Jerap Difteri terjadi lebih dari 24 jam atau IM.  Tetanus = DT) pada orang dewasa dengan berat lebih dari rata-rata. Terapi klinis tetanus tunggal dosis 3,000-6,000 IU IM dalam kombinasi dengan prosedur klinis lainnya yang sesuai.



Inkompatibilitas

dari cahaya. Simpan  Vaksin  Produk obat ini tidak dalam harus dicampur dengan wadah asli mencapai obat lain. pada 2°Csuhu kamar 8°C. sebelum Penyimpa digunakan. nan hingga  Residu satu harus minggu dibuang. pada suhu kamar (25°C) dalam kemasan asli. Jangan dibekukan. Menyimpa n botol dalam karton luar untuk 276

Universitas Indonesia



Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

255.

Obat

Vaksin Polio Oral Trivalen (Sabin) Inj 10/20 dosis (Vaksin polio)

Dosis

Pelarut

 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang baru lahir di RS/RB polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain)

 Tidak ada karena langsung diberikan

Stabilitas Penyimpanan



 

256.

 Glukosa 5%; tidak direkmon edasi untuk dilarutka n  NaCl 0,9





 Setelah dibuka, harus digunakan segera.

 Jika larutan diazepam harus digunaka n melalui infus, gunakan segera

Inkompatibilitas

 Tidak dicampur obat lain.

boleh dengan

Wadah PVC, KCl, amfoterisin, atracurium, cisatracurium, dobutamin, flukloksasilin, foscarnet, furosemid, heparin Na, linezolid, 277

Universitas Indonesia

Valdimex 10  Sedasi untuk bedah minor atau mg/2 ml, prosedur dental: 100-200 Valium 5 mg/2 mcg/kg injeksi IV, ml (Diazepam)  Dosis dewasa 10-20 mg

melindung i dari cahaya. Simpan pada lemari pendingin (suhu 2°C-8°C). Jangan membeku kan. Terlindun g dari cahaya. Simpan kemasan asli di bawah suhu 25°C. Larutan harus tidak

Stabilitas setelah Penyiapan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

dapat digunakan untuk penggunaa n darurat

257.

278

Universitas Indonesia

258.

berwarna infus yang meropenem, pabrinex, sampai telah propofol, remifentanil, kuning disiapkan. vecuronium bromida pucat.  Stabilitas  Perubahan tergantung warna dari wadah, menunjuk cairan, kan konsentrasi, larutan dan terdegrada perangkat si dan pemberian tidak boleh digunakan Vancomysin  Bayi >1 bulan dan anak-anak  Dekstros  Simpan  Stabil  Aminofilin. HCl Inj 0,5 g IV : 10-15 mg/kg setiap 6 jam. a 5% pada selama 14  Kloramfenikol (Vankomisin  Dewasa IV : 2-3 g/hari (30-60 dalam temperatur hari di natrium suksinat. HCl) mg/kg/hari) setiap 8-12 jam. air. ruangan. lemari  Penisilin G kalium.  NaCl pendingin.  Penition Na. 0,9%.  Vitamin B kompleks dengan vitamin C. Vasopresin 20  IM, Sub Q. Anak-anak 2,5-10  Dekstrosa  Simpan  Dapat IU/ml 1 ml unit 2-4 kali/hari sesuai 5% dalam kemasan digunakan (Vasopresin) kebutuhan. Dewasa 5-10 unit 2air. dalam tidak lebih

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

259.

Obat

Dosis

Pelarut

temperatur ruangan yang terkontrol.  Hindari pembekua n.

Stabilitas setelah Penyiapan dari jam.

Inkompatibilitas

24

 Simpan  Shelf life :  Tidakboleh dalam 3 tahun. dicampur dengan kemasan  Masa obat lain atau agen aslinya. simpan terapetik lain.  Jangan setelah simpan di pertama atas 25 ° kali wadah C. dibuka:  Jangan Dari sudut membekuk pandang an. mikrobiolo gi, produk harus digunakan 279

Universitas Indonesia

4 kali/hari sesuai kebutuhan.  NaCl  Infus IV lanjutan. Anak-anak, 0,9%. dosis lazim 0,0005 unit/kg/jam, ditambahkan lagi 0,0005 unit/kg./jam setiap 5-10 menit untuk mengurangi keluarnya urin (dosis maksimum 0,01 unit/kg/jam). Dewasa, konversi IM atau SubQ dibutukan 1 jam infus IV lanjutan. Venofer Inj  Orang dewasa dan lebih tua :  NaCl 100 mg/5 ml total dosis kumulatif setara 0,9%. [Fe(OH)3 dengan total deficit besi (mg), sucrose ditentukan berdasarkan kadar complex] haemoglobin dan berat badan. Dosis dan penjadwalan dosis untuk iron secara individu diperkirakan untuk masingmasing pasien berdasarkan pada pertimbangan dari total defisit besi.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

260.

Obat

Dosis

Pelarut

 Simpan pada lemari pendingin.  Dapat disimpan pada temperatur ruangan yang

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

segera.  Masa simpan setelah direkonstit usi dengan NaCl 0,9%:  Dari sudut pandang mikrobiolo gi, produk harus digunakan segera.  Karena  Furosemide baik bersifat dalam jarum sunti sitotoksik, maupun disuntikkan maka harus secara berurutan ke digunakan Y-situs dapat tidak lebih membentuk dari 24 jam endapan. pada suhu 40 C atau pada 280

Universitas Indonesia

Vinblastine 10  Anak-anak. Penyakit hodgkin’s,  NaCl mg/10 ml dosis lazim 6 mg/m2, tidak 0,9%. (Vinblastin boleh diberikan lebih dari 7  “Bacterio sulfat) hari. Penyakit Lettere-Siwe, static 2 dosis lazim 6,5 mg/m , tidak NaCl boleh diberikan lebih dari 7 0,9% hari. Kanker testicular, dosis yang lazim 3 mg/m2, tidak boleh berisi diberikan lebih dari interval 7 benzil hari. alkohol.

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

261.

Obat

Vincristine mg/ml, Vincristine mg/ml (Vinkristin sulfat)

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

281

Universitas Indonesia

 Dewasa. Dosis lazim 3,7 terkontrol temperatur mg/m2, ditambah dosis setiap 7 hanya 14 ruangan hari (berdasarkan respon sel hari atau yang darah putih) sampai 5,5 mg/m2 selama 1 terkontrol. (dosis kedua); 7,4 mg/m2 (dosis bulan. ketiga); 9,25 mg/m2 (dosis keempat); dan 11,1 mg/m2 (dosis kelima); tidak boleh diberikan lebih dari interval 7 hari. Range dosis 5,5-7,4 mg/m2 setiap 7 hari, dosis maksimum 18,5 mg/m2. 1  Anak ≤10 kg atau BSA <1 m2,  NaCl  Simpan  Karena  Vincristine sulfat 0,9%. pada bersifat tidak boleh terapi lazim 0,05 mg/kg sekali 2  Dekstrosa temperatur sitotoksik, dicampur dengan setiap minggu. 5% dalam ruangan maka harus obat lainnya dan  Anak >10 kg atau BSA ≥1 m2 : 2 air. yang digunakan tidak boleh 1-2 mg/m , dapat diulangi sekali terkontrol. tidak lebih diencerkan ke dalam setia[ minggu untuk 3-6  Terlindung dari 24 jam larutan yang minggu, maksimum dosis dari pada suhu meningkatkan atau tunggal 2 mg. Neuroblastoma, cahaya. 40 C atau menurunkan pH di infus IV lanjutan dengan pada luar kisaran 3,5-5,5. doksorubisin 1 mg/m2/hari temperatur Furosemide baik untuk 72 jam. ruangan dalam jarum sunti  Dewasa 0,4-1,4 mg/m2, dapat

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

262.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

maupun disuntikkan secara berurutan ke Y-situs dapat membentuk endapan.  Produk iodihexanol tidak boleh dicampur dengan obat lain atau larutan melalui injeksi atau pemberian “Y-site”.

282

Universitas Indonesia

diulangi setiap minggu atau 0,4yang 0,5 mg/hari infus lanjutan untuk terkontrol. 4 hari setiap 4 minggu atau 0,25-0,5 mg/m2/hari untuk 5 hari setiap 4 minggu. Vispaque 320  Dosis Dewasa. Maksimum dosis  Tidak ada  Simpan  Residu mg/50 ml 80 g. Intraarterial, Iodixanol 320 karena pada harus (Iodixanol) mg/ml, IV, Iodixanol 270 diberikan temperatur dibuang. mg/ml-320 mg/ml langsung ruangan  Setelah  Dosis Geriatrik sama dengan secara IV yang dibuka, dosis dewasa. dan terkontrol. harus  Dosis Pediatrik, dosis intraarteri  Terlindung segera maksimum belum ditentukan. . dari digunakan. Cerebral , ruang jantung , dan cahaya. arteri utama terkait dan visceral,  Hindari Intra arterial : Anak-anak > 1 pembekua tahun 320 mg/mL atau 1-2 n. mL/kg , dosis maksimum 4 mL/kg. Disertai dengan pemeriksaan computer tomografi atau ekskretoris urograpi, IV Anak-anak > 1 tahun : 270 mg/mL atau 1-2 mL/kg, dosis maksimum 2

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

263.

264.

Obat

Dosis

Pelarut

mL/kg. Anak-anak> 12 tahun : Lihat dosis dewasa.  Dilakukan penyesuaian dosis pada kerusakan parah penyakit ginjal dan hati . Vitalipid-N  Antidot warfarin: untuk adult Inj perdarahan besar, hentikan (Fitomenadion warfarin dan berikan kombinasi) phytomenadione 5-10 mg injeksi IV lambat;  Untuk melawan peningkatan INR berhubungan dengan kelainan hati: 10 mg IV  Untuk IV infus kontinu.  Dosis awal: 10-20 mL diinfus perlahan, menjaga pasien di bawah pengawasan ketat (karena mungkin annafilaksis).  Dosis harian dan laju infus tergantung pada kehilangan darah pasien, pada pemeliharaan atau pemulihan hemodinamik dan hemodilusi

-

 Simpan kemasan asli pada suhu ruang  Terlindun g dari cahaya langsung  Jangan simpan di atas 25°C.  Jangan membeku kan.  ShelfLife: 3 tahun.

Stabilitas setelah Penyiapan

 Hindarkan larutan dari cahaya langsung

-

Inkompatibilitas

-

-

283

Universitas Indonesia

Voluven Infus 6% 500 ml [per 1000 ml : hydroxyethyl starch (HES 130/0,4) 60 g; NaCl 9 g]

 Glukosa 5%,  NaCl 0,9%

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

265.

Pelarut

(efek dilusi).  Dosis harian maksimum adalah 50 mL/kg berat badan/hari.  Voluven dapat diberikan berulang-ulang selama beberapa hari sesuai dengan kebutuhan pasien. Lamanya pengobatan tergantung pada durasi dan tingkat hipovolemia, hemodinamik dan hemodilusi tersebut. Water for  Dosis sesuai kebutuhan individu  injections Inj 20 ml, Water for injections Inj 10 ml (Aqua pro injeksi) Widahes Infus  Dosis sesuai kebutuhan  500 ml (per L : individu. hydroxyethyl starch (HES) 200/0,5 60 g; NaCl 9 g)

Tidak ada karena digunaka n sebagai pelarut.

Tidak ada karena digunaka n sebagai pelarut.

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Jangan  Harus  Dengan darah karena simpan di disimpan dapat menyebabkan atas 25 ° di suhu terjadinya hemolisis C. ruangan jika diberikan secara  Jangan yang IV. membeku terkontrol. kan.  Jangan  Tidak kompatibel simpan di dengan injeksi atas 25 ° antibakteri. C.  Jangan

284

Universitas Indonesia

266.

Obat

Dosis

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

267.

Obat

Xylocaine 2% 2 ml, Xylocaine 2% 20 ml, Xylocaine Jelly 2% 10 g (Lignocaine HCl)

Dosis

Pelarut

 NS  D5W  D5RL

membeku kan.  ShelfLife: 3 tahun.  Ditempat sejuk, hindarkan dari cahaya  Stabil pada suhu kamar.

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

 Simpan  Dalam syringe : larutan cefazolin sodium, (setelah pantoprazole sodium. pengencera  Y-site : thiopental n) pada sodium. suhu 25°C,  Aditif : phenytoin tetapi sodium. larutan tanpa pengencera n dapat disimpan pada suhu 30°C

285

Universitas Indonesia

 Injeksi IV pada pasien tanpa gangguan sirkulasi yang berat, 100 mg sebagai bolus selama beberapa menit (50 mg pada pasien dengan BB lebih ringan atau pasien dengan gangguan sirkulasi yang berat), segera diikuti dengan infuse 4 mg/menit selama 30 menit, 2 mg/menit selama 2 jam, kemudian 1 mg/menit ; kadarnya dikurangi lagi bila infusnya dilanjutkan lebih dari 24 jam (pantauan EKG dan supervisi dokter ahli jantung).  Setelah injeksi IV, Lidokain masa kerjanya pendek (berakhir dalam 15-20 menit). Bila infus IV tidak segera tersedia, injeksi

Stabilitas Penyimpanan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

268.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

286

Universitas Indonesia

intravena awal 50-100 mg dapat diulangi bila perlu 1 kali atau 2 kali dengan interval tidak kurang dari 10 menit  IV: Gunakan microdrip (60 tetes / mL) atau pump infus untuk mengatur dosis yang akurat Zovirax 250  Infus intravena (selama 1 jam) :  Dekstrosa  Simpan  Larutan  Tidak ada. mg (Asiklovir pengobatan herpes simpleks 5% dalam pada yang telah Natrium) pada immunocompromised, air. tempearatu direkonstit herpes genital berat awal, dan  NaCl r ruangan usi tidak varicella zoster 5 mg/kg BB 0,9%. yang boleh setiap 8 jam biasanya untuk 5 terkontrol. digunakan hari, dosis digandakan menjadi lebih dari 10 mg/kg BB setiap 8 jam untuk 12 jam. varicella zoster pada immunocompromised dan pada ensefalitis simpleks (biasanya diberikan 10 hari pada ensefalitis, dimungkinkan untuk memberikan selama 14-21 hari). Profilaksis herpes simpleks pada immunocompromised 5 mg/kg BB tiap 8 jam. Catatan :

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

287

Universitas Indonesia

untuk menghindari dosis berlebihan pada pasien obesitas, dosis untuk pemberian parenteral dihitung berdasarkan berat badan ideal.  Bayi sampai 3 bulan, dengan herpes simpleks yang sudah menyebar, 20 mg/kg BB setiap 8 jam selama 14 hari (21 hari jika melibatkan sistem saraf pusat); varicella-zoster (indikasi tidak terlesensi) 10-20 mg/kg BB setiap 8 jam sekurangkurangnya selama 7 hari.  Anak 3 bulan-12 tahun, herpes simpleks dan varicella zoster 250 mg/m2 setiap 8 jam biasanya 5 hari. Dosis 2 digandakan 500 mg/m untuk varicella zoster pada immunocompromised dan ensefalitis simpleks (biasanya diberika 10 hari untuk ensefalitis, dimungkinkan untuk

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

269.

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

-

288

Universitas Indonesia

memberikan selama 14-21 hari). Zyprexa amp  Direkomendasikan Mulai Dosis:  Aqua pro  Jangan  Buang 10 mg 10 mg diberikan sebagai injeksi injeksi simpan di jarum (olanzapin) IM tunggal. Dosis rendah (5 atas 25°C. suntik dan atau 7,5 mg) dapat diberikan,  Lindungi setiap atas dasar status klinis individu. dari larutan Suntikan ke-2, 5-10 mg dapat cahaya. yang tidak diberikan 2 jam setelah injeksi  Jangan digunakan pertama atas dasar status klinis membekuk sesuai individu. Dosis maksimum an. dengan olanzapin adalah 20 mg dengan prosedur tidak lebih dari 3 suntikan klinis yang dalam periode 24 jam. sesuai.  Lansia> 60 tahun:  Gunakan Direkomendasikan Mulai Dosis: larutan 2,5-5 mg. Tergantung pada segera status klinis pasien, suntikan kedalam 2, 2,5-5 mg dapat diberikan 2 waktu 1 jam setelah injeksi pertama. jam dari Tidak lebih dari 3 suntikan rekonstitusi harus diberikan dalam jangka . waktu 24 jam.  Jangan simpan di atas 25 ° C.

Inkompatibilitas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

270.

Obat

Dosis

Pelarut

Zyvox Infus 2  Injeksi intravena selama 30-120 mg/ml 300 ml menit, dewasa diatas 18 tahun, (Linezolid) 600 mg setiap 12 jam.

-

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan

Inkompatibilitas

289

Universitas Indonesia

 Jangan membekuk an.  Produk obat parenteral harus diperiksa secara visual misalnya pemeriksaa n partikulat sebelum pemberian.  Simpan  Setelah  amfoterisin B, pada dibuka: klorpromazin kemasan Dari sudut hidroklorida, asli hingga pandang diazepam, digunakan. mikrobiolo pentamidin  Shelf life : gi, produk isetionat, eritromisin 3 tahun. harus laktobionate, digunakan fenitoin natrium dan segera. Jika sulfametoksazol/

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

No

Obat

Dosis

Pelarut

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas setelah Penyiapan tidak segera digunakan, waktu penyimpan an dan kondisi adalah tanggung jawab pengguna

Inkompatibilitas trimetoprim, ceftriaxon sodium.

Na.

290

Universitas Indonesia Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

DAFTAR ACUAN

Ahuja, Satinder dan Stephen Scypinsky. (2001). Handbook of Modern Pharmaceutical Analysis Volume 3. London : Academic Press. Alexander, Joseph F., et al. (2013). Drug Information Handbook 22th Edition. Ohio : Lexicomp. Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : UI Press. Deb, Ratul. (2012). Parenteral Admixture And Incompatibility. Oktober 27, 2013. http://www.authorstream.com/Presentation/iratul-1367880-parenteraladmixture-and-incompatibility/ Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ganiswara. (2005). Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Groves, M. (1988). Parenteral Technology Manual 2nd edition. USA: Interpharm Press. Lacy, Charles F., et al. (2010). Drug Information Handbook 15th Edition. Ohio : Lexicomp. Linden, Ellyana., et al. (2009). Pedoaman Pemberian Obat Injeksi. Surabaya : Pusat Informasi Obat dan Layanan Kefarmasian (PIOLK) Universitas Surabaya dan Rumah Sakit Katolik St. Vincentius A. Paulo. Potter, Perry. (2006). Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC.

291

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Universitas Indonesia

292

Reynolds, J.E.F., et al. (1982). Martindale Twenty-Eight Edition The Extra Pharmacopoeia. London : The Pharmaceutical Press. Sumardjo, Damin. (2006). Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Bandung : Pt. Setia Purna Inves. Syamsuni. (2005). Farmasetika Dasar dan Perhitungan Farmasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Trissel, Lawrence A., et al. (2005). Hanbook on Injectable Drugs 13th Edition. Bethesda : American Society of Health-System Pharmacists.

Turco dan King. (1979). Sterile Dosage Form: Their Preparation and Clinical Application 2nd edition. Philadelphia: Lea & Febiger. Voight, A. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Related Documents


More Documents from "arif"