File Soho Pabrik-dikonversi.docx

  • Uploaded by: Anonymous RSxGjCLMlH
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View File Soho Pabrik-dikonversi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 33,257
  • Pages: 144
UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA PERIODE 7 JANUARI – 28 FEBRUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LIDIA ROMITO TAMBUNAN, S. Farm. 1206313305

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA PERIODE 7 JANUARI – 28 FEBRUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

LIDIA ROMITO TAMBUNAN, S. Farm. 1206313305

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

ii Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

iii

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. SOHO Industri Pharmasi. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai kelulusan pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan, laporan ini sangatlah sulit bagi Penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi UI. 2. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Farmasi 3. Ibu Dian Cahyaningtyas, S.Si., Apt. selaku Quality Assurcaen Department Head dan pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengenal Departemen Quality Assurance. 4. Bapak Dr.HDarysu.n,

M.Si., selaku penm g baitm asbbiimbingannya selama

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini. 5. Ibu Fina AlfianiA , pSt..Fasrem la.k,u Qualit

y Control Department Head

(SOHO) dan pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengenal Departemen Quality Control PT. SOHO Industri Pharmasi. 6. Ibu Dra. Lily Sutedjo, Apt. selaku Quality Operation Division Head yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengenal Divisi Quality Operation. 7. Herry Mulyadi, S.Farm.,Apt. sebagai Quality Monitoring System Sub Departement Head atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. 8. Niken Permata Sari, S.Farm., Apt., sebagai Quality Monitoring Section Head atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. iv

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

Universitas Indonesia

9. Prici Stella sebaQguaailit

y Compliance Section Head atas kesempatan,

bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis 10. Hamzah Bahmudah, S.Farm., Apt., sebagai Quality Support Section Head atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. 11. Rika, S.FAarpm t .,

sebagai QC Half Finish Finished Good Section Head atas

kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. 12. Ferawati Mey, S.T. sebagai QC Packaging Material Section Head atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. 13. Seluruh manajer dan karyawan di PT. SOHO Industri Phayram ngastiida

k

dapat disebutkan satu persatu atas kesediannya membantu dan memberikan pengarahan selama praktek kerja pfero si apoteker ini. 14. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi yang telah banyak memberikan bekai lmu, b

erbagi pengalaman, dan pengetahuan

kepada penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi. 15. Seluruh teman-teman ApotekenrgkUI a

atan 76 yang telah mendukung dan

bekerja sama selama perkuliahan dan pelaksanaan PKPA. Serta sahabat yang selalu membantu dan mendukung Penulis di saat senang dan susah. 16. Dan akhirnya, tak henti penulis mengucradpansybueku

rirm teakasih kepada

keluarga yang telah membesarkan penulis, yang selalumencurahkan kasih sayang, motivasi, bantuan dan dukungan yang tak ternilai selama ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia farmasi.

Penulis

2013

v

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

: Lidia Romito Tambunan

NPM

: 1206313305

Program Studi

: Apoteker

Fakultas

: Farmasi

Jenis Karya

: Laporan Praktek Kerja

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif ( Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya akhir saya berjudul :

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. SOHO Industri Pharmasi Kawasan Industri Pulogadung Jl. Pulogadung No. 6 Jakarta Periode 7 Januari- 28 Februari 2013

Beserta perangkat yang ada ( jika diperlukan ). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data ( database , merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian saya buat pernyataan ini dengan sebenarnya.

Dibuat di

: Depok

Pada Tanggal

: 22 Juni 2013

Yang menyatakan

( Lidia Romito Tambunan)

vi

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii KATA PENGANTAR....................................................................................... iv DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii DAFTAR L P AM IRAN ................................................................................... ix BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1 16.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 16.2 Tujuan .................................................................................................... 3 BAB 2 TINJAUAN UMUM............................................................................. 4 2.1 Industri Farmasi ..................................................................................... 4 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi ....................................................... 4 2.1.2 Persyaratan Usaha Industri Farmasi ........................................... 4 2.1.3 Pembinaan dan Pengawasan Industri Farmasi ........................... 5 2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik ........................................................... 7 2.2.1 Manajemen Mutu ....................................................................... 7 2.2.2 Personalia ................................................................................. 10 2.2.3 Bangunan dan Fasilitas ............................................................ 11 2.2.4 Peralatan ................................................................................... 12 2.2.5 Sanitasi dan Higiene ................................................................. 13 2.2.6 Produksi ................................................................................... 14 2.2.7 Pengawasan Mutu .................................................................... 19 2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu .................................................. 20 2.2.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan Produk Kembalian ............................................................. 22 2.2.10 Dokumentasi ............................................................................ 24 2.2.11 Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak ............................... 25 2.2.12 Kualifikasi dan Validasi ........................................................... 26 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS ....................................................................... 30 3.1 Sejarah PT. SOHO Group .................................................................... 30 3.1.1 PT. ETHICA Industri Farmasi ................................................. 30 3.1.2 PT. SOHO Industri Pharmasi ................................................... 30 3.1.3 PT. Parit Padang Global ........................................................... 31 3.1.4 PT. Global Harmony Retailindo............................................... 32 3.1.5 PT. Universal Health Network ................................................. 33 3.2 Visi dan Misi SOHO Group ................................................................. 34 3.2.1 Visi SOHO Group .................................................................... 34 3.2.2 Misi SOHO Group ................................................................... 34 3.2.3 Nilai budaya SOHO Group ...................................................... 35 3.3 Struktur Organisasi SOHO Group ....................................................... 37 3.3.1 Research and Development (R&D) Division ........................... 37 3.3.2 Quality Operation Division ....................................................... 38

vii

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

Universitas Indonesia

3.3.3 3.3.4

Production Division ................................................................ 47 Supply Chain (SCM) D onivisi .................................................... 59 3.3.4.1 Production Planning Department ............................. 59 3.3.4.2 Material Procurement Department........................... 60 3.3.4.3 Inbound Logistic Department ................................... 61 3.3.4.4 Custom Clearance Department................................. 63 3.3.5 Validation and Documentation Division (VDD) ..................... 64 3.3.6 Technical Division .................................................................. 65 3.3.6.1 Departemen Urusan Umum (Genersral Affai ) .......... 65 3.3.6.2 Departemen Teknik (E innegering ) .......................... 69 3.3.6.3 Departemen Kesehatan, Keamanan, dan Lingkungane(aHlth y, Safety, and Enviromental /HSE Department..)................................................. 77 3.4 Lokasi dan Sarana PT. SOHO Industri Pharmasi ............................... 78 3.4.1 Lokasi PT. SOHO Industri Pharmasi ...................................... 78 3.4.1.1 Ruangan Produksi di Gedung 2................................... 79 3.4.1.2 Ruangan Produksi di Gedung 3 .................................. 79 3.4.1.3 Ruangan Produkdsii G edung Obat Tradisional ......... 79 3.4.2 Bangunan, Fasilitas, dan Sarana Penunjang PT. SOHO Industri Pharmasi .................................................................... 80 3.4.2.1 Desain Pabr..i.k.....................................................................................................................80 3.4.2.2 Sistem Pengolahan Air .............................................. 80 3.4.2.3 Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC)..................................................................... 81 3.4.2.4 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ................. 81 3.4.2.5 Pengelolaan dan Pengendalian Hama ....................... 81 BAB 4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9

PEMBAHASAN .............................................................................. Manajemen Mutu .............................................................................. Personalia .......................................................................................... Bangunan dan Fasilitas ..................................................................... Peralatan ............................................................................................ Sanitasi dan Higiene ......................................................................... Produksi ............................................................................................ Pengawasan Mutu ............................................................................. Inspeksi Diri dan Audit Mutu ........................................................... Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan Kembalian ......................................................................................... 4.10 Dokumentasi ..................................................................................... 4.11 Pembuatan Analisis Berdansarka Kontrak ........................................ 4.12 Kualifikasi dan Validasi ....................................................................

83 83 84 85 86 87 88 90 90 92 93 94 95

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 97 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 97 5.2 Saran ................................................................................................. 97 DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 98 LAMPIRAN .................................................................................................... 99 viii

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

Universitas Indonesia

DAFTAR B GAR M Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4

Logo PT. ETHICA Industri Farmasi ...................................... 30 Logo PT. SOHO Industri Pha..r..m ...a..s.i.............................. 31 Logo PT. Parit Padang Global ................................................ 32 Logo PT. Universal Health Network ...................................... 34

viii

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

Universitas Indonesia

DAFTAR P LAM IRAN Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. SOHO Group ............................................ 99 Lampiran 2 Struktur Organisasi Manufacturing PT. SOHO Group ................... 99 Lampiran 3 Struktur Organisasi Quality rOaptieon Di vision dan Depamrteen nya .............................................................................. 100 Lampiran 4 Struktur Organisasi Production Divoinsi dan Departemennya ......102 Lampiran 5 Struktur Organisasi Supply Chain Division dan Departemennya.. 104 Lampiran 6 Struktur Organisasi Technical Division dan Departemennya .........106 Lampiran 7 Struktur Organisasi Validation and Documentation Departement.................................................................................... 109

ix Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Obat disini meliputi bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Setiap industri farmasi memiliki kewajiban untuk menghasilkan sediaan farmasi yang berkualitas, aman, dan efektif. Pengawasan dan pengontrolan kegiatan pada industri farmasi yang berhubungan dengan dihasilkannya sediaan farmasi yang sesuai dengan tujuan penggunaannya dilakukan oleh pemerintah dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), baik ditinjau dari segi perizinan, produksi, peredaran, maupun kualitas obat yang diedarkan. Pemerintah selalu mengusahakan tersedianya obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat bagi masyarakat. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah dengan penerapan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) bagi Industri Farmasi serta diharuskannya penelitian bioavailabilitas

dan

bioekivalensi

untuk

beberapa obat yang akan

dipasarkan. CPOB pertama kali diterbitkan pada tahun 1988, kemudian diikuti dengan penerbitan petunjuk Petunjuk Operasional Penerapan CPOB pada tahun 1089 untuk memberikan penjelasan dalam penabaran sehingga pedoman ini dapat diterapkan secara efektif di setiap industri farmasi. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang

1 Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

Universitas Indonesia

2

farmasi, pedoman CPOB telah direvisi sebanyak 2 (dua) kali, yaitu tahun 2001 dan 2006, untuk mengantisipasi era globalisasi

dan

di bidang

berkesinambungan

farmasi.

CPOB

diperbaiki

secara

harmonisasi

mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta

pergeseran paradigma dalam melakukan pengawasan terhadap mutu produk. Pemastian mutu mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian mutu mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain, seperti desain dan pengembangan produk. CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan izin edar dan spesifikasi produk serta tujuan penggunaannya. CPOB mencakup produksi dan pengawasan mutu. Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan

prosedur

pelulusan

yang

memastikan

bahwa

pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yan belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Salah satu persyaratan dasar dari CPOB adalah tersedianya sarana yang diperlukan dalam CPOB, termasuk personil yang terkualifikasi dan terlatih. Operator pelaku CPOB memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar. Sumber daya manusia sebagai pelaku CPOB dalam industri farmasi mencakup profesi apoteker. Apoteker dituntut memiliki pengetahuan, wawasan, keterampilan yang memadai, dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmunya secara profesional di lapangan yang sebenarnya. Berbagai bidang pekerjaan yang dapat dijalankan apoteker sehubungan dengan peran dan tanggung jawabnya, yaitu misalnya di apotek, rumah sakit, lembaga pemerintahan, perguruan tinggi, lembaga penelitian, laboratorium pengujian mutu, laboratorium klinis, laboratorium forensik, berbagai jenis industri meliputi industri obat, kosmetik, jamu, obat herbal, fitofarmaka, nutrasetikal, makanan sehat, obat veteriner dan

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

3

industri vaksin, lembaga informasi obat serta badan asuransi kesehatan. Pembekalan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman calon apoteker yang komprehensif antara teori dan praktek langsung sangat diperlukan. Pembekalan ini dapat memberikan gambaran kepada calon apoteker mengenai tanggung jawabnya di masyarakat, dalam hal ini di industri farmasi.

Calon

apoteker

juga

dapat

memberikan

kontribusinya

dalampeningkatan kualitas dan kuantitas produk farmasi dengan penerapan CPOB. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT. SOHO Industri Farmasi dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi

Apoteker

(PKPA). Pelaksanaan PKPA ini berlangsung selama dua bulan, yaitu dari tanggal 7 Januari 2013 hingga 28 Februari 2013.

1.2 Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bagi para calon apoteker memiliki tujuan, yaitu : a. Mengetahui aspek-aspek yang berhubungan dengan penerapan CPOB di industri farmasi, khususnya di PT SOHO Industri Pharmasi. b. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di dalam industri farmasi.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

BAB 2 TINJAUAN UMUM

2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, usaha industri farmasi wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. b. Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang termasuk dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.1.2 Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas : a.

Berbadan usaha berupa perseroan terbatas.

b.

Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.

c.

Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

d.

Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia, masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu.

e.

Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian. Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana

diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan hidup. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB. Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara sertifikasi CPOB diatur oleh Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI dengan

4 Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

Universitas Indonesia

5

rekomendasi dari kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM). Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri farmasi yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan perundangundangan. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat izin usaha industri wajib : a. Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam satu tahun. Laporan industri farmasi disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI dengan tembusan kepada Kepala Badan.Laporan dapat dilaporkan secara elektronik. b. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri farmasi yang dilakukannya. c. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, bahan baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk pengangkutannya dan keselamatan kerja. Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang berlaku bagi jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk melakukannya setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi

2.1.3 Pembinaan dan Pengawasan Industri Farmasi

Pembinaan terhadap pengembangan industri farmasi dilakukan Kepala Badan POM. Pedoman mengenai pembinaan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pengawasan terhadap industri farmasi dilakukan oleh Kepala Badan. Dalam melaksanakan pengawasan, tenaga pengawas dapat melakukan pemeriksaan dengan :

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

6

a. Memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat untuk memeriksa, meneliti dan mengambil contoh segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan, dan perdagangan obat dan bahan obat. b. Membuka dan meneliti kemasan obat dan bahan obat. c. Memeriksa dokumen atau catatan lain yang diduga memuat keterangan mengenai

kegiatan

pembuatan,

penyimpanan,

pengangkutan

dan

perdagangan obat dan bahan obat. d. Mengambil gambar (foto) seluruh atau sebagian fasilitas dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan, penyimpanan, pengangkutan, dan/atau perdagangan obat dan bahan obat. Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa : a. Peringatan secara tertulis (diberikan oleh Kepala Badan POM). b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat, atau mutu (diberikan oleh Kepala Badan POM). c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat atau mutu (diberikan oleh Kepala Badan POM). d. Penghentian sementara kegiatan (diberikan oleh Kepala Badan POM). e. Pembekuan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan POM). f. Pencabutan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan POM). Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal : a. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

7

Farmasi dan perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan. b. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturutturut 3 (tiga) kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar. c. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari menteri. d. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang ditetapkan dalam Surat Keputusan

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik 2.2.1 Manajemen Mutu Manajemen mutu (Quality Management) merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh industri farmasi untuk memastikan bahwa seluruh aspek yang berkenaan dengan produksi obat memenuhi pedoman yang berlaku, yaitu Cara Pembuatan Obat yang Baik agar produk obat yang dihasilkannya memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan efikasi secara reprodusibel dan konsisten. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dibentuknya “Kebijakan Mutu” (Quality Policy) yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari seluruh jajaran di semua departemen dalam perusahaan, pemasok dan distributor. Terdapat 2 unsur dasar dari manajemen mutu, yakni tersedianya suatu sistem (Quality System) yang mencakup seluruh struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber data, serta terdapatnya tindakan sistematis yang dapat memastikan bahwa produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut sebagai Pemastian Mutu (Quality Assurance). Secara sederhana, Pemastian Mutu merupakan suatu sistem yang memastikan bahwa segala aspek yang berhubungan dengan produksi

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

8

obat diatur dan dikendalikan serta memenuhi CPOB sehingga mutu obat yang dihasilkan selalu terjamin. Aspek tersebut bisa secara tunggal atau kolektif membentuk suatu sistem. Oleh karena itu, sistem Pemastian Mutu yang benar dalam suatu Industri Farmasi harus dapat memastikan bahwa: a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memerhatikan persayaratan CPOB dan Cara Berlaboratorium yang Baik; b. Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan CPOB diterapkan; c. Tanggung jawab manajerial diruaikan dengan jelas dalam uraian jabatan; d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan pasokan dan penggunaan bahan awal dan pengemas yang benar; e. Dilakukannya pengawasan terhadap produk antara dan pengawasanselama-proses lain, dan validasi; f. Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses, pengemasan, dan pengujian bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi; g. Obat tidak dijual atau dipasok sebelum kepala bagian Pemastian Mutu menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum; h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa produk disimpan dan didistribusikan secara sedemukian rupa agar mutu tetap terjaga selama masa edar/simpan obat; i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu secara berkala; j. Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui; k. Penyimpangan yang terjadi dilaporkan, diselidiki, dan dicatat; l. Tersedianya sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu produk; m. Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetuji; dan n. Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses, dan memastikan perbaikan yang berkesinambungan.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

9

Salah satu bagian dari pemastian mutu adalah penerapan CPOB di suatu industri farmasi, yang berfungsi untuk memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya, yang dipersyaratkan dalam izin edar, dan spesifikasi produk. Persyaratan dasar dari CPOB mencakup aspek: -

Proses produksi dan titik kritisnya;

-

Sarana produksi (personel; bangunan; peralatan; bahan, wadah, dan label; prosedur dan instruksi, serta tempat penyimpanan dan transportasi);

-

Sistem dokumentasi dan catatan pembuatan;

-

Sistem penyimpanan dan distribusi;

-

Sistem penarikan kembali; serta

-

Penanganan terhadap keluhan produk yang telah beredar.

Salah satu bagian dari CPOB adalah Pengawasan Mutu (Quality Assurance). Bagian ini berhubungan dengan pengambilan sampel, penentuan spesifikasi, dan pengujian sampel. Selain itu, bagian ini memastikan bahwa melalui pengujian tersebut, bahan yang belum diluluskan tidak akan digunakan dalam proses produksi, serta produk yang belum dinilai mutunya dan dinyatakan memenuhi syarat tidak akan diluluskan untuk dijual atau dipasok. Pengawasan mutu juga memiliki tanggungjawab atas validitas prosedur pengawasan mutu yang diterapkan, terjaminnya mutu baku pembanding, kebenaran label wadah bahan dan produk, dan pemantauan stabilitas zat aktif dan produk jadi. Selain itu, pemastian mutu juga turut ambil bagian dalam investigasi keluhan yang terkait dengan mutu proudk, serta kegiatan pemantauan lingkungan. Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian Pemastian Mutu adalah melakukan pengkajian mutu produk (Product Quality Review). Kegiatan ini dilakukan untuk menilai konsistensi proses produksi dan kesesuaian terhadap spesifikasi bahan dan produk jadi, melihat tren, dan mengidentifikasikan perbaikan yang diperlukan. Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala, biasanya setiap tahun. Aspek yang dibahas dalam pengkajian mutu produk hendaknya meliputi kajian terhadap bahan awal dan bahan kemas; hasil IPC dan pengujian terhadap obat jadi; bets-bets uang tidak memenuhi spesifikasi;

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

10

penyimpangan dan ketidaksesuaian; perubahan yang dilakukan; variasi yang diajukan; hasil pemantauan stabilitas; obat kembalian, keluhan, dan penarikan obat; tindakan perbaikan; komitmen pasca pemasaran; status kualifikasi peralatan dan sarana; dan kesepakatan teknis.

2.2.2 Personalia Industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Hal ini karena sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan. Tiap personil tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat. Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan mutu. Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

11

dimana pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi. Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi.

2.2.3 Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, kontruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran-silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Syarat-syarat bangunan dan fasilitas dalam CPOB antara lain: a. Letak

bangunan

menghindaripencemaran

hendaklah dari

sedemikian

lingkungan

rupa

sekelilingnya,

untuk seperti

pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri yang berdekatan. b. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikontruksi, dilengkapi dan dirawat dnegan tepat agar memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarangnya serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. c. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan serta fasilitas hendaklah dibersihkan dan diinfeksi (bila perlu) sesuai prosedur tertulis yang rinci. d. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. e. Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah masuknya personil yang tidak berkepentingan. Area produksi, area penyimpanan dan area pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak bekerja di area tersebut. f.

Permukaan dinding, antai dan langit-langit bagian dalam ruagan di mana terdapat bahan bakudan bahan pengemas primer,produk antara atau

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

12

produk ruahan yang terapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak melepaskan partikulat serta memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif g. Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan. h. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah teroisah dari area produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotope hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.

2.2.4 Peralatan Seluruh peralatan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi, dipasang dan ditempatkan, serta dirawat dengan tepat dan baik agar mutu obat yang dihasilkan melalui alat tersebut selalu terjamin. Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda nomor identitas yang jelas yang akan dicantumkan dalam perintah produksi dan catatan bets. Penggunaan suatu peralatan utama, serta perawatannya, harus dicatatn dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor bets produk. Peralatan harus didesain dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya, yakni bagian yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau absortif yang dapat memengaruhi mutu produk; serta bagian yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus seperti pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan produk. Peralatan juga harus didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan yang digunakan pada bahan yang mudah terbakar, atau ditempatkan di area di mana digunakan bahan yang mudah terbakar, hendaklah dilengkapi dengan pelengkapan eletris yang kedap eksplosi serta dibumikan dengan benar. Pada peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa, dan/atau mencatat, hendaklah ketepatannya selalu diperiksa dan dikalibrasi. Peralatan harus dipasang dan ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang atau campur baur

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

13

produk serta diberi jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan. Secara berkala, peralatan harus dirawat menggunakan prosedur tertulis untuk mencegah malfungsi atau pencemaran. Jika peralatan tersebut rusak, hendaknya peralatan tersebut dikeluarkan dari area produksi. Kegiatan perbaikan dan perawatan hendaknya tidak menimbulkan risiko terhadap mutu produk.

2.2.5 Sanitasi dan Higiene Ruang lingkup sanitasi dan higienes meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber kontaminasi potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higienes yang menyeluruh dan terpadu, serta program tersebut senantiasa dievaluasi secara berkala untuk menjamin efektifitasnya. Higiene yang diterapkan pada suatu perusahaan farmasi dilaksanakan oleh tiap personil secara perorangan untuk mencegah kontaminasi produk yang berasal dari personil. Tiap personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya. Pakaian pelindung yang digunakan personil harus bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan personil. Program higiene hendaklah mencakup prosedur yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene dan pakaian pelindung personil. Sentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan produk antara dan poduk ruahan yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk hendaklah dihindari. Poster diperlukan untuk memberikan instruksi supaya menggunakan sarana mencuci tangan dan mencuci tangannya sebelum memasuki area produksi. Merokok, makan, minum, mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan makanan, minuman, bahan untuk merokok atau obat pribadi hanya diperbolehkan di area tertentu. Proses sanitasi dilakukan pada bangunan dan fasilitas. Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Sarana yang harus tersedia adalah toilet dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci bagi personil yang letaknya

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

14

mudah diakses dari area pembuatan dan sarana penyimpanan pakaian pribadi maupun miliki pribadinya. Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk dan hendaknya dikumpulkan dalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan secara berkala. Rodentisida, insektisida, agens fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh mencemari peralatan, bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses atau produk jadi sehingga perlu ada prosedur tertulis dalam pemakaian zat-zat tersebut. Prosedur tertulis tersebut menunjukkan penanggung jawab untuk sanitasi serta menguraikan jadwal, metode, peralatan dan bahan pembersih yang harus digunakan. Peralatan yang telah digunakan juga harus dibersihkan baik bagian luar maupun dalam dengan prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan. Pembersihan dan penyimpanan alat serta bahan pembersih dilaksanakan dalam ruangan yang terpisah dari ruangan pengolahan. Prosedur tertulis untuk pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan dalam pembuatan obat sebaiknya dibuat, divalidasi, dan ditaati. Prosedur ini dirancang agar pencemaran peralatan oleh agen pembersih atau sanitasi dapat dicegah. Prosedur ini setidaknya meliputi penanggung jawab pembersihan, jadwal, metode, peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan serta metode pembongkaran dan perakitan kembali peralatan yang mungkin digunakan untuk memastikan pembersihan yang benar terlaksana. Desinfektan dan deterjen sebaiknya dipantau terhadap pencemaran mikroba.

2.2.6 Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penanaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi, dilakukan sesuai

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

15

dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Bagian yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera setelah diterima atau diolah sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau distribusi. Bahan yang diterima diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya dengan pemesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dan bilamana perlu diberi penandaan dengan tanda yang sesuai. Produk antara dan produk ruahan yang diterima juga ditangani seperti penerimaan bahan awal. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada kondisi yang disarankan oleh pabrik pembuatnya dan diatur agar ada pemisahan antar bets dan memudahkan rotasi stok. Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang. Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba atau pencemaran lain. Bila bekerja dengan bahan atau produk kering, dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan, dan nomor bets. Bila terjadi penyimpangan maka harus ada persetujuan tertulis dari Kepala bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu. Akses ke bangunan dan fasilitas produksi hanya untuk personil yang berwenang. Pembuatan produk non-obat hendaklah dihindarkan dibuat di area dan dengan peralatan khusus untuk produksi obat. Bahan awal yang digunakan harus berasal dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan, pengeluaran, dan jumlah bahan tersisa harus dicatat dan semua bahan awal harus memenuhi spesifikasi sebelum diluluskan. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan dan kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Wadah tempat sampel bahan awal diambil hendaknya diberi identifikasi. Sampel tersebut kemudian diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi dan selama pengujian bahan awal dikarantina

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

16

sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian Pengawasan Mutu. Bahan yang mengalami sensitif panas hendaklah disimpan di dalam ruangan yang suhu udaranya dikendalikan dengan ketat, begitu juga pada bahan yang sensitif lembab. Semua bahan awal yang ditolak diberi penandaan dan yang diterima diserahkan untuk produksi oleh personil yang berwenang. Sebelum suatu Prosedur Pengolahan Induk diterapkan terdapat langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah diterapkam dengan menggunakan bahan dan peralatan yang ditentukan akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu. Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan atau bahan hendaklah disertai dengan tindakan validasi ulang. Validasi kritis terhadap proses dan prosedur secara rutin dilakukan untuk memastikan proses atau prosedur tersebut tetap mampu memberikan hasil yang diinginkan. Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan, atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tiap tahap proses, produk dan bahan harus dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Pencemaran silang dapat dihindari dengan tindakan pengaturan yang tepat, misalnya produksi di dalam gedung terpisah (untuk produk seperti penisilin, hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup,dan sediaan yang mengandung bakteri hidup dan produk biologi lain serta produk darah), tersedia ruang penyangga dan penghisap udara, memakai pakaian pelindung yang sesuai, melaksanakan prosedur pembersihan, dan prosedur lain yang digunakan untuk memperkecil risiko pencemaran. Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap. Pengendalian pengeluaran bahan dan produk untuk produksi, dari gudang, area penyerahan, atau antar bagian produksi sangat penting. Hanya bahan awal, pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh diserahkan. Bahan

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

17

awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa ulang kebenarannya. Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan harus diperiksa sebelum digunakan. Kegiatan pembuatan produk yan berbeda tidak boleh dilakukan bersamaan atau berurutan di dalam ruang yang sama kecialu tidak ada risiki teradinya campur baur atau pencemaran silang. Kodisi lingkungan di area pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar selalu berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. Semua peralatan yang dipakai juga harus diperiksa sebelum digunakan. Batas waktu dan kondisi penyimpanan produk dalam pross hendaknya ditetapkan. Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan, serta pengunaan sarana dan peralatan. Sistem penghisap udara harus dipasang dengan letak lubang pembuangan sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari produk atau proses lain. Perhatian khsuus juga diberikan untuk melindungi produk terhadap pencemaran serpihan logam atau gelas. Pengadaan, penanganan, dan pengawasan bahan pengemas primer dan bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama seperti terhadap bahan awal. Bahan pengemas primer, bahan pengemas cetak atau bahan cetak lain yang tidak berlaku lagi atau obsolete harus dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat. Pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan dilaksanakan di bawah pengendalian ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas, dan bahan cetak lain harus diperiksa dan diverivikasi kebenarannya. Untuk memastikan keseragamaan bets, dilakukanlah pengujian atau pemeriksaan selama proses dengan metode yang telah disetujui. Pemantauan ini dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja produksi. Prosedur yang diterapkan harus menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi pengambilan sampel (hendaknya pada awal, tengan dan akhir proses), jumlah

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

18

sampel yang diambil, spesifikasi yang harus diperiksa, dan batas penerimaan tiap spesifikasi. Hasil pengujian akan menjadi bagian dari catatan bets. Jika suatu bahan atau produk tidak memenuhi persyaratan dan dinyatakan ditolak, maka barang tersebut hendaklah disimpan secara terpisah dan diberi penandaan yang jelas. Barang tersebut dapat dikembalikan kepada pemasoknya, diolah ulang, atau dimusnahkan sesuai dengan persetujuan kepada bagian Pemastian Mutu. Syarat dilakukannya pengolahan ulang terhadap suatu bets adalah kepastian bahwa mutu akhir produk tidak terpengaruh dan proses dikerjakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selain pengolahan ulang, suatu bets juga dapat mengalami pemulihan ulang, yaitu penggabungan ke dalam bets lain dari produk yang sama pada suatu tahap pembuatan obat. Seluruh produk jadi hanya dapat dipasarkan setelah mendapatkan persetujuan pelulusan oleh kepala Pengawasan Mutu. Selama menunggu keputusan tersebut, produk jadi diberikan status karantina dan diletakkan dalam tempat yang terpisah (area karantina). Produk akhir yang akan diluluskan hendaknya memenuhi kriteria dalam aspek spesifikasi dan persyaratan mutu, sampel pertinggal yang jumlahnya mencukupi untuk pengujian di masa mendatang, pengemasan dan penandaan yang menenuhi syarat, dan rekonsiliasi bahan kemasnya diterima. Setelah keputusan pelulusan diberikan, produk jadi tersebut hendaklah dipindahkan ke gudang produk jadi dan pemasukan bets dicatat di kartu stok. Selanjutnya, pendistribusian barang harus memenuhi konsep first-in-first-out. Semua bahan dan produk yang terlibat dalam proses produksi disimpan secara rapi dan teratur pada kondisi lingkungan yang sesuai berdasarkan uji stabilitas. Kegiatan pergudangan ini hendaklah terpisah dari kegiatan lain. Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian pergudangan adalah penerimaan bahan awal, bahan kemas, dan produk jadi, serta penyerahan ke bagian produksi atau distributor. Bahan awal dan bahan kemas hanya dapat diterima oleh bagian penerimaan jika telah sesuai terhadap persyaratan. Jika bahan tersebut ditolak, hendaknya disimpan terpisah dengan bahan yang diterima. Dalam pendistribusian bahan awal dan bahan kemas, hendaklah mengikuti prinsip FIFO dan FEFO.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

19

Bahan dan obat hendaknya diangkut dengan cara tertentu sehingga tidak merusak keutuhan dan kondisinya tetap terjaga; seperti diletakkan dalam kondisi suhu yang terpantau dan di dalam wadar yang memberikan perlindungan yang cukup. Pengiriman dan pengangkutan sendiri hendaknya dilaksanakan setelah ada order pengiriman dan kegiatan tersebut didokumentasikan dalam catatan penyimpanan yang mencakup tanggal pengiriman, nama dan alamat pelangga, uraian produk, dan kondisi pengangkutan dan penyimpanan

2.2.7 Pengawasan Mutu Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk menyatakan bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Bagian pengawasan mutu haruslah berdiri sendiri (independen) dari bagian lainnya, terutama bagian produksi, agar kegiatan yang dilakukan selalu bersifat objektif dan memberikan hasil yang memuaskan. Kegiatan yang dilakukan oleh bagian Pengawasan Mutu harus menerapkan Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu yang Baik. Pedoman ini mencakup 7 aspek yaitu bangunan dan fasilitas, personil, peralatan, pereaksi dan media perbenihan, baku pembenihan, spesifikasi dan prosedur pengujian, serta catatan analisis. Menurut Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu yang Baik, laboratorium yang digunakan untuk pengujian harus terpisah secara fisik dari ruang produksi, dan laboratorium biologi, mikrobiologi, dan kimia hendaknya terpisah satu dari yang lain. Ruangan yang berisi instrument juga harus terpisah sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap interfensi elektris, getaran, atau kelembaban. Peralatan, instrument, dan perangkat lunak yang dilakukan dalam kegiatan pengujian hendaklah dikualifikasi/divalidasi, dirawat dan dikalibrasi dalam jangka waktu yang sesuai dan dilakukan sebelum instrumen tersebut digunakan untuk pengujian. Pereaksi dan media yang digunakan dalam kegiatan pengujian hendaklah memiliki label yang berisi identitas yang lengkap, termasuk waktu daluwarsa. Media yang akan digunakan hendaklah telah melalui uji kontol positif dan negatif. Baku pembanding dapat diperoleh dari komisi farmakope yang diakui atau menstandarisasi bahan baku terhadap baku pembanding primer atau sekunder (disebut sebagai baku kerja).

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

20

Prosedur pengujian yang diterapkan dalam kegiatan di laboratorium hendaklah divalidasi terlebih dahulu dan sesuai dengan metode yang telah disetujui pada saat pemberian izin edar. Setiap kegiatan pengujian juga hendaknya didokumentasikan dengan baik dalam catatan analisis yang mencakup nama dan nomor bets, nama analis, metode, semua data, perhitungan, spesifikasi, hasil, dll. Kegiatan yang dilakukan oleh bagian pengawasan mutu mencakup semua kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium, yaitu pengambilan sampel dan aktivitas pemeriksaan dan pengujian. Pengujian tersebut dilakukan terhadap bahan awal, produk antara, produk ruahan, produk jadi. Selain itu, bagian pengawasan mutu juga melakukan uji stabilitas, pemantauan lingkungan, pengujian dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan, dan menyusun dan memperbaharui metode pengujian. Pengambilan sampel dilakukan di suatu tempat khusus, menggunakan alat yang dikhususkan untuk tiap material, dan sampel diletakkan di wadah yang sesuai. Rencana pengambilan sampel dapat mengikuti “n-p-r plan” untuk bahan awal dan Military Standard 105D untuk bahan kemas. Setiap sampel yang sudah dikumpulkan, kemudian diuji menggunakan metode pengujian yang telah divalidasi dan hasilnya dinilai berdasarkan syarat spesifikasi yang telah ditentukan. Uji stabilitas merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk menilai karakterisitk stabilitas obat dan menentukan kondisi penyimpanan yang sesuai serta tanggal daluwarsa produk. Uji ini dilakukan pada produk baru; kemasan baru (berbeda dari standar yang telah ditetapkan); perubahan formula, metode atau sumber material; bets yang diluluskan dengan pengecualian (bets yang sifatnya berbeda dari standar atau bets yang diolah ulang); dan produk yang telah beredar.

2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendalah dilakukan secara rutin, di

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

21

samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Aspek-aspek dalam CPOB untuk inspeksi diri mencakup antara lain: personalia, banguanan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan peralatan, penyiapan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan, pengolahan dan pengawasan-selama-proses, pengawasan mutu, dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan re-validasi, kalibrasi alat atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan, pengawasan label dan hasil inspeksi sebelumnya dan tindakan perbaikan. Tim inspeksi diri terdiri dari paling sedikit 3 anggota yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Anggota tim dapat dibentuk dari dalam atau dari luar perusahaan. Tiap anggota hendaklah independen dalam melakukan inspeksi dan evaluasi. Inspeksi diri dapat dilakukan per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan; namun hendaklah dilakukan minimal 1 kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri. Setelah inspeksi diri dilaksanakan hendaklah dibuat laporan inspeksi diri yang mencakup antara lain: hasil inspeksi diri, evaluasi serta kesimpulan; dan saran tindakan perbaikan. Hendaknlah dibuat program tindak lanjut yang efektif. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak. Pada audit dan persetujuan pemasok, semua pemasok hendaklah dievaluasi secara teratur.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

22

2.2.9

Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan Produk Kembalian Semua keluhan dan informasi yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi

kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani kasus yang mendesak sebaiknya disusun suatu sistem, mencakup penarikan kembali produk yang diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Penarikan kembali produk dilakukan bila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang berisiko terhadap kesehatan. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar lalu dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain misalnya wadah yang menimbulkan keraguan tentang identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat. a. Keluhan Penyebab adanya laporan dan keluhan mengenai produk, yaitu:  Kerusakan fisik, kimiawi, atau biologis dari produk atau kemasannya  Adanya reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi fatal, dan reaksi medis lainnya  Respon klinis produk rendah atau tidak berkhasiat Penyelidikan dan evaluasi laporan dan keluhan mencakup:  Pengkajian seluruh informasi mengenai laporan atau keluhan  Inspeksi sampel obat yang dikeluhkan, dan sampel pertinggal dari bets yang sama  Pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets, distribusi dan laporan pengujian dari produk yang dikeluhkan. Tindak lanjut yang dilakukan setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan mencakup :  tindakan perbaikan bila diperlukan  penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan  tindakan lain yang tepat

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

23

b. Penarikan Kembali Produk Hal- hal yang perlu diperhatikan pada saat terjadi penarikan kembali produk, yaitu : 1. Penunjukan personil yang bertanggung jawab, memahami operasi penarikan kembali, independen terhadap bagian penjualan dan pemasaran untuk melaksanakan dan mengoordinasikan penarikan kembali produk bersama dengan staf. 2. Adanya prosedur tertulis yang diperiksa secara berkala untuk mengatur segala tindakan penarikan kembali. 3. Operasi penarikan kembali sebaiknya mampu dilakukan segera dan tiap saat 4. Keputusan penarikan kembali produk:  dapat diprakarsai oleh industri farmasi atau atas perintah dari otoritas pengawasan obat  secara intern berasal dari kepala bagian manajemen mutu dan perusahaan  dapat melibatkan satu bets atau lebih atau seluruh bets produk akhir  dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan produk Pelaksanaan penarikan kembali hendaklah dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan.

d. Produk Kembali Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai berikut : a. produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi sehingga dapat dikembalikan ke dalam persediaan b. produk kembalian yang dapat diproses ulang c. produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses ulang. Produk ini hendaklah dimusnahkan sesuai dengan

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

24

prosedur pemusnahan yang mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk.

2.2.10 Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personel menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mangandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting. Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta mengeuraikan semua operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh pada mutu produk akhir. Isi dokumen tidak boleh berarti ganda, dimana yang dimaksud disini judul, sifat, dan tujuan dinyatakan dengan jelas. Dokumen tidak boleh ditulis tangan, tapi jika dokumen perlu pencatatan, penulisan tangan harus jelas, terbaca, dan tidak dapat dihapus. Perubahan terhadap penulisan tangan ini hendaklah ditandatangani, diberi tanggal, dan memungkinkah pembacaan informasi semula. Catatan pembuatan hendaklah disimpan selama paling sedikit satu tahun setelah tanggal daluwarsa produk jadi. Spesifikasi perlu disahkan dengan benar dan diberi tanggal, atau jika perlu spesifikasi produk antara dan produk ruahan. Selain spesifikasi, dokumen lain

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

25

yang diperlukan adalah dokumen produksi, yaitu Dokumen Produksi Induk, Prosedur Produksi Induk, dan Catatan Produksi Bets. Dokumen Produksi Induk yang disahkan secara formal mencakup nama, bentuk sediaan, kekuatan dan deskripsi produk, nama penyusun dan bagianya, nama pemeriksa serta daftar distribusi dokumen. Produksi Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk yang disahkan secara formal harus tersedia untuk tip produk dan ukuran bets yang akan dibuat. Catatan Pengolahan Bets harus tersedian bagi tiap bets yang diolah. Metode pembuatan catatan ersebut didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi. Hal tersebut juga berlaku untuk Catatan Pengemasan Bets. Prosedur tertulis diperlukan untuk pengambilan sampel yang mencakup personil yang diberi wewenang mengambil sampel, metode, dan alat yang harus digunakan, jumlah yang harus diambil dan segala tindakan pengamanan yang harus diperhatikan untuk menghindarkan kontaminasi terhadap bahan atau segala penurunan mutu. Prosedur pengujian bahan dan produk yang diperoleh dari tiap tahap produksi yang menguraikan metode dan alat yang harus digunakan juga diperlukan. Catatan mengenai distribusi tiap bets hendaklah disimpan untuk memfasilitasi penarikan kembali bets bila perlu. Dokumentasi lain yang perlu disediakan adalah prosedur tertulis dan catatan yang berkaitan mengenai tindakan yang harus diambil atau kesimpulan yang dicapai, prosedur pengoperasian yang jelas untuk peralatan utama pembuatan dan pengujian, dan buku log untuk mencatat peralatan utama atau kritis

2.2.11 Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab masing- masing pihak. Hal-hal yang perlu diperhatikan : 1. Kontrak tertulis meliputi pembuatan dan atau analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait 2. Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain sesuai dengan izin edar produk

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

26

3. Kontrak mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari penerima kontrak Tanggung jawab pemberi kontrak adalah menilai kompetensi penerima kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan memastikan mengikuti CPOB. Penerima kontrak harus memiliki gedung dan peralatan yang cukup, pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten untuk melakukan pekerjaan yang diberikan oleh pemberi kontrak. Kontrak menyatakan prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan dan memastikan bahwa tiap bets telah dibuat dan diperiksa pemenuhannya terhadap persyaratan izin edar.

2.2.12 Kualifikasi dan Validasi a. Prinsip Industri farmasi mengidentifikasi validasi yang diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang memengaruhi mutu produk hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.

b. Perencanaan Validasi Unsur utama program validasi dirinci dengan jelas dan didokumentasikan didalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen yang setara. RIV mencakup : 1. Kebijakan validasi 2. Struktur organisasi kegiatan validasi 3. Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi 4. Format dokumen, format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan 5. Pengendalian perubahan 6. Acuan dokumen yang digunakan

c. Kualifikasi 1. Kualifikasi Desain (KD)

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

27

Kualifikasi desain merupakan unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru. Desain harus memenuhi ketentuan dari CPOB dan didokumentasikan.

2. Kualifikasi Instalasi (KI) Kualifikasi ini dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru, atau yang dimodifikasi. KI mencakup hal-hal berikut : Instalasi peralatan, pipa, sarana penunjang dan instrumentasi sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain 3. Kualifikasi Operasional (KO) KO akan dilakukan seteleh KI selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. KO mencakup hal- hal berikut : pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, sistem, dan peralatan; pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah, sering dikenal sebagai kondisi terburuk. 4. Kualifikasi Kinerja (KK) KK dilakukan setelah KI dan KO selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui atau pelaksanaannya dapat disatukan dengan KO. KK mencakup hal-hal berikut : pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan; uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah. 5. Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah Operasional

d. Validasi Proses Validasi prosesnya umumnya dilakukan sebelum produk dipasarkan. Bila hal tersebut tidak memungkinkan maka validasi dapat dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan. Proses yang telah berjalan dan metode analisis juga dilakukan validasi. Fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan telah terkualifikasi, dievaluasi secara berkala untuk verifikasi bahwa proses masih bekerja dengan baik.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

28

1. Validasi Prospektif Validasi ini mencakup hal berikut : -

Uraian singkat suatu proses, ringkasan tahap kritis proses pembuatan yang harus diinvestigasi

-

Daftar peralatan/ fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur, pemantau dan pencatat serta status kalibrasinya

-

Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan; daftar metode analisis yang sesuai; usul pengawasan selama proses dan kriteria penerimaan

-

Pengujian tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria penerimaan dan validasi metode analisisnya bila diperlukan

-

Pola pengambilan sampek; metode pencatatan dan evaluasi hasil

2. Validasi Konkuren Validasi ini dilakukan ketika produksi rutin dapat dimulai tanpa lebih dulu menyelesaikan program validasi. Persyaratan dokumentasi untuk validasi konkuren sama seperti validasi prospektif.

3. Validasi Retrospektif Validasi ini hanya dapat digunakan untuk proses yang telah mapan, tetapi tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk, prosedur pembuatan atau peralatan.

e. Validasi Pembersihan Validasi ini dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran mikroba, didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan. Metode analisis yang digunakan telah tervalidasi dan memiliki kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran. Validasi proses pembersihan sebaiknya dilakukan pada bagian alat yang bersentuhan maupun yang tidak bersentuhan langsung dengan produk. Prosedur validasi ini dilakukan sebanyak tiga kali berurutan dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa metode tersebut telah tervalidasi.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

29

f. Pengendalian Perubahan Prosedur pengendalian perubahan memastikan bahwa data pendukung cukup menunjukkan proses yang diperbaiki akan menghasilkan suatu produk sesuai mutu yang diinginkan dan konsisten dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Kemungkinan dampak perubahan fasilitas, sistem, dan peralatan terhadap produk dievaluasi, termasuk analisis risiko

g. Validasi Ulang Secara berkala fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihan dievaluasi untuk konfirmasi bahwa validasi masih absah. Jika tidak ada perubahan yang signifikan dalam status validasinya, kajian ulang data yang menunjukkan bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan untuk validasi ulang.

h. Validasi Metode Analisis Tujuan validasi metode analisis adalah mengetahui bahwa metode analisis sesuai tujuan penggunaannya. Validasi metode analisis dilakukan terhadap: uji identifikasi; uji kuantitatif kandungan impuritas; uji batas impuritas; uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan atau obat atau komponen tertentu dalam obat; uji disolusi untuk obat atau penentuan ukuran partikel untuk bahan baku aktif. Karakteristik validasi yang umumnya perlu diperhatikan adalah akurasi, presisi, ripitabilitas, intermediate precision, spesifisitas, batas deteksi, batas kuantitasi, linearitas, dan rentang.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

3.1 Sejarah PT. SOHO Group 3.1.1

PT. ETHICA Industri Farmasi PT.Ethica merupakan perusahaan pertama yang didirikan oleh Manager

Tan Tjhoen Lim (The Founder) pada tanggal 30 November 1946. Mula-mula perusahaan ini didirikan dengan nama N.V ETHICA HANDEL MY kemudian berubah menjadi PT.ETHICA Industri Farmasi. Perusahaan ini merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi obat-obatan injeksi (steril) di pasar resep (ETHICA), beroperasi dengan peralatan modern dan didukung dengan penerapan cara pembuatan obat yang baik (CPOB). Saat ini PT.ETHICA telah memproduksi lebih dari 100 jenis produk obat. Logo PT.ETHICA Industri Farmasi memiliki arti tertentu, dimana logo tersebut merupakan inisial N huruf E yang berada di dalam dua buah lingkaran yang mempunyai arti kesempurnaan,fleksibelitas,dan tekad yang bulat demi meraih cita-cita. Dua buah lingkaran dapat diartikan sebagai suatu kerjasama yang saling mendukung untuk mencapai tujuan . Warna merah tua (maroon) mempunyai arti semangat perjuangan serta dedikasi yang tinggi. Nama Ethica,selain berarti budi pekerti yang baik,juga mencerminkan etos kerja dan usaha yang bermatabat.

Gambar 3.1 : Logo PT.ETHICA

3.1.2

PT. SOHO Industri Pharmasi Perusahaan kedua yang didirikan setelah berdirinya PT. Ethica adalah PT.

SOHO Industri Pharmasi pada tanggal 18 juli 1951 sebagai “sister company” PT.Ethica. Perusahaan ini didirikan dengan tujuan untuk memasuki pasar dengan produk-produk oral terutama di pasar resep. Dalam perkembangannya, di tahun 1996 PT.SOHO mulai memasuki pasar obat bebas (OTC). Perusahaan yang 30 Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

Universitas Indonesia

31

mendapat predikat “The Fastest Growing Company among Top Twenty Pharmaceutical Companies” (sumber:Independent Survey) ini, dikenal juga sebagai “PIONEER & TRENDSETTER NATURAL MEDICINE” di pasar resep melaksanakan secara konsisten CPOB dan juga telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2000. Saat ini PT.SOHO memiliki lebih dari 180 jenis produk. Logo PT.SOHO Industri Pharmasi memiliki makna tertentu, dimana logo tersebut berbentuk dasar batu permata/diamond bersudut empat dengan warna merah. Warna merah tersebut merupakan cerminan etos kerja dan falsafah yang secara adil selalu menjaga keseimbangan komunikasi dan perlakuan ke semua arah, demi kemajuan dan keberhasilan bersama. Berlian (diamond) merupakan lambang keabadian, bernilai tinggi dan sangat berharga yang merupakan wujud usaha perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. SOHO adalah akronim dari ‘SOCIETAS HONORABILIS’ (bahasa latin), yang artinya adalah masyarakat/perkumpulan/paguyuban orang-orang yang terhormat karena perilaku hidupnya yang terpuji. Hal ini berarti bahwa para pendiri,jajaran manajemen,dan seluruh karyawan dari perusahaan adalah orang-orang terhormat dan terpandang yang selalu menjaga integritas yang tinggi dalam menjalankan usaha.

Gambar 3.2 : Logo PT. SOHO Industri Pharmasi

3.1.3 PT.Parit Padang Global PT.Parit Padang Global didirikan pada tanggal 27 agustus 1956. Kata Parit Padang diambil dari nama salah satu kota kecamatan di pulau Bangka merupakan tempat kelahiran pendiri. Perusahaan ini didirikan untuk dapat mengambil alih pendistribusian produk-produk PT.Ethica dan PT.SOHO Industri Pharmasi. PT. Parit Padang juga bekerjasama dengan pencipal-pencipal lainnya, seperti : Astra Zeneca Indonesia, Pfizer, Nestle, Sosro dan La Tulipe. Perusahaan ini telah

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

32

menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2000 dan dikenal sebagai pelopor distibusi farmasi Indonesia pertama dengan sistem “On Line”. PT. Parit Padang memiliki 25 Cabang, yaitu Jakarta (3 cabang), Tanggerang, Bogor, Cirebon, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya (2 cabang), Malang, Denpasar, Medan, Pekanbaru, Padang, Jambi, Palembang, Bandar Lampung, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Makasar, dan Manado Logo PT. Parit Padang berupa inisial dua buah huruf P yang saling tersambung dan berwarna hitam. Parit Padang dapat diartikan sebagai “saluran air yang mengalir di tanah yang luas dan member kehidupan”, yang sesuai dengan usaha distribusi produk dan jasa kesehatan yang berkualitas tinggi secara luas. Inisial huruf P yang saling bersambung adalah gambaran dari usaha yang berkesinambungan,saling mendukung dan bersinergi.Warna hitam mengandung arti ketugahan hati,tegar tak mudah terpengruh, dan upaya yang tinggi dalam mencapai tujuan

Gambar 3.3 : Logo PT.Parit Padang Global

3.1.4

PT. Global Harmony Retailindo PT. Global Harmony Retailindo (PT GHR) merupakan Unit Bisnis dari

SOHO Group dan saat ini berada di bawah manajemen PT. Parit Padang. PT. Global Harmony Retailindo didirikan di Jakarta pada tanggal 11 November 2008 sebagai salah satu usaha untuk mendukung terwujudnya visi 2015 yaitu SOHO Group akan menyediakan produk dan kesehatan yang berkualitas tinggi. Salah satu bisnis utama dari PT. Global Harmony Retailindo adalah Apotek Harmony. Apotek Harmony hadir sebagai Wellness Pharmacy, yang menyediakan produk dan pelayanan kesehatan yang memperhatikan keseimbangan dan keharmonisan di berbagai aspek kehidupan,dan memposisikan perusahaan sebagai perusahaan yang fokus ramah kepada pelanggan. Tim manajemen Apotek Harmony di perkuat oleh tenaga-tenaga kerja yang sudah sangat berpengalaman

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

33

dalam dunia farmasi. Motto kerja Apotek Harmony adalah, “Melayani dengan Segenap Hati”. Adapun pelayanan yang disediakan oleh Apotek Harmony adalah : 1. Apotek. 2. Praktek Dokter Umum . 3. Praktek Dokter Spesialis 4. Praktek Dokter Gigi 5. Laborotarium Klinik.

3.1.5

PT. Universal Health Network PT. Universal Health Network (UNIHEALTH), merupakan perusahaan

multi level marketing, yang didirikan pada tanggal 06 April 2009 dan mulai beroperasi pada tanggal 02 Juli 2009. Unihealth berlokasi di Ruko Mangga Dua Square. Unihealth yang merupakan anak usaha SOHO Group ini merupakan perusahaan Multi Level Marketing (MLM). Unihealth didukung sepenuhya oleh group farmasi terkemuka Indonesia yang telah berusia lebih dari 50 tahun, dan telah terbukti memiliki reputasi terbaik, baik secara kualitas produk maupun manajemen mutunya dalam skala nasional maupun internasional. Unihealth menyediakan produk-produk kesehatan terbaik, seperti : suplemen kesehatan dan kecantikan, vitamin, perawatan kulit dan perlengkapan kecantikan baik itu produksi local (produksi soho) maupun dari mancanegara. Unihealth menganut sistem MLM murni, yang artinya tidak ada skema pyramidmoney game atau skema tersembunyi lainnya yang dapat merugikan anggotanya. Sistem MLM yang digunakan untuk para anggotanya mengedepankan prinsip menguntungkan semua pihak, yaitu bagi perusahaan, leader/pimpinan jaringan dan seluruh anggotanya, berdasarkan prestasi terbaik dari masing-masing anggota. Sampai bulan Juni 2010 anggota Unihealth sudah mencapai +/- 2500 orang yang tersebar di seluruh Indonesia mulai dari NAD, Sumut, Sumbar, Jambi, Kep.Riau, Sumatra, Selatan, Banten, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

34

Gambar 3.4: Logo PT. Universal Health Network

3.2 Visi dan Misi SOHO Group 3.2.1

Visi SOHO Group Visi SOHO Group 2015 adalah menjadi salah satu kelompok perusahaan

global terkemuka dalam bidang manufaktur, distribusi dan menyediakan produk dan jasa kesehatan berkualitas tinggi. Adapun tujuan Visi 2015 adalah sebagai berikut : a. Prespektif keuangan Untuk mencapai pertumbuhan penghasilan SOHO Group. b. Perspektif Pelanggan Untuk didedikasikan pada kepuasan pelanggan dengan level yang tertinggi dan memperoleh kepercayaan dari dokter, pasien dan pelanggan lain yang dilayani. c. Perspektif Proses Internal Untuk mencapai “best in class” di seluruh aktivitas operasional. d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan yang “best in class”.

3.2.2

Misi SOHO Group Visi 2015 juga dilengkapi dengan Misi SOHO Group, yaitu merupakan

kebanggaan melayani pelanggan kami dengan menyediakan secara terus-menerus produk dan jasa kesehatan yang berkualitas tinggi untuk meningkatkan mutu kehidupan dan usia panjang. Adapun maksud dari Misi tersebut adalah : 1. Dengan bangga (Proudly) •

Dengan kebanggaan/rasa bangga

2. Terus-menerus (Continually) •

Terus-menerus mengadakan perubahan/pembaharuan dalam hal produk dan jasa kesehatan

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

35



Mempunyai keunggulan bersaing (Competitive Advantage )



Terus-menerus memperbaharui

3. Mutu kehidupan (Quality life) • Mengembangkan sebagian atau seluruh aktivitas yang terganggu/terbatasi karena suatu penyakit ke arah/mendekati kondisi aktivitas normal • Mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan sehingga dapat beraktivitas secara terus-menerus seperti yang diinginkan • Mencegah kemungkinan adanya gangguan kesehatan 4. Usia panjang (Longevity) • Memperpanjang usia

3.2.3 Nilai Budaya PT. SOHO Group Terdapat 7 nilai budaya di PT. SOHO Group, yaitu : 1. Kerja Sama yang Memiliki Komitmen tinggi Kerja sama yang tinggi diharapakan dimiliki oleh seluruh karyawan, tidak hanya kerja sama antar individu dalam departemen atau divisi yang sama,tapi juga kerja sama lintas departemen dan divisi,termasuk kerja sama antar unit PT. SOHO Group. Kemampuan untuk bekerja sama tersebut harus dilandasi oleh pemahaman setiap karyawan mengenai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dan bagaimana keterkaitan kerjanya dengan bagian atau departemen atau divisi atau Unit lain dalam PT. SOHO Group.

2. Pelayanan Prima kepada pelanggan Nilai yang diharapkan dimiliki dalam perilaku karyawan adalah pelayanan yang memuaskan dan melebihi harapan pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Tentunya pelayanan yang diberikan dapat berupa pelayanan dalam hal penyediaan produk yang berkualitas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maupun pelayanan jasa yang dibutuhkan.

3. Pemrakarsaan Cara Baru dalam Menjalankan Usaha Karyawan diharapkan secara proaktif mencari cara kerja yang lebih efektif melalui ide-ide dan kreatifitas karyawan sehingga menghasilkan produk dan

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

36

proses kerja yang lebih baik lagi. Dalam nilai budaya kerja ini, karyawan juga diharapkan proaktif untuk mengusahakan pengembangan dirinya, mencari jalan keluar penyelesaian m,asalah yang dihadapinya tanpa harus selalu terus-menerus diintruksikan atau diminta oleh alasannya.

4. Dedikasi dan Produktivitas Dedikasi yang diharapkan dari karyawan adalah kemampuan untuk menempatkan diri untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan, bahkan bila perlu disertai dengan pengorbanan yang tulus, sementara produktifitas yang diharapkan dari karyawan adalah mampu memberikan hasil kerja atau kinerja yang terbaik dengan memperhatikan efektivitas dari efesiensi kerja.

5. Perlakuan yang adil dan Penghargaan atas Prestasi Perlakuan yang adil yang dikembangkan sebagai nilai budaya dalam PT. SOHO Group adalah memperlakukan karyawan/pelanggan sesuai dengan ketentuan, prosedur atau kebijakan yang berlaku, sementara penghargaan atas prestasi

adalah

memberikan

penghargaan

dalam

bentuk

materi

atau

nonmateri,baik secara lisan maupun tertulis,di depan karyawan lain maupun secara pribadi atas prestasi kerja yang dicapai karyawan,dimana prestasi kerja yang dimaksud disini adalah prestasi kerja yang melebihi standar kerja yang telah ditentukan.

6. Perjuangan demi Hasil Optimal Dalam

mengerjakan

sesuatu,karyawan

PT.

SOHO

Group

harus

melakukannya dengan usaha keras dan ketrampilan yang tinggi dan disertai dengan perencanaan yang matang,didiskusikan, diuji coba dan dievaluasi. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa hasil kerja yang diharapkan adalah hasil kerja yang diharapkan adalah hasil yang optimal dan terbaik yang dapat diberikan karyawan.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

37

7. Integritas, Kejujuran dan Disiplin Integritas yang dimaksud dalam nilai budaya ini adalah menjaga dan melaksanakan norma-norma dan ketentuan jyang berlaku dimasyarakat dan organisasi secara konsekuen dan konsisten serta menyimpan rahasia yang dipercayakan; sedangkan kejujuran adalah bekerja dengan itikad dan suasana yang bersih dari segala macam unsur keuntungan diri pribadi (yang tidak menjadi haknya), baik secara material ataupun non-material dan juga jujur dalam menerima dan memberikan informasi; sementara nilai budaya disiplin adalah menepati/menjalankan segala ketentuan dengan tepat dan benar sesuai dengan tepat dan benar sesuai dengan ketentuan yang ada dan tekun melaksanakannya.

3.3 Struktur Organisasi SOHO Group 3.3.1 Research and Development ( R&D ) Division Divisi R&D dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan R&D Division Head. Divisi R&D dibagi menjadi empat departemen yaitu Group Formulation

Development

Department,

Analytical

Method

Development

Department, Packaging Development Department, dan R&D Compliance & Support Department.

a. Group Formulation Development Department Departemen Group Formulation Development bertanggung jawab dalam studi dan pengembangan formula produk,meliputi produk herbal, food supplement, dan produk bioekuivalensi. Penyusunan formula merupakan hal yang sangat penting dalam pembuatan obat. Formula yang disusun oleh departemen ini disebut formula induk, yang berisi identitas obat (no. batch, expired date), formula obat (bahan aktif, bahan tambahan), dan langkah-langkah proses produksi obat.

b. Analytical Method Development Department Departemen ini bertanggungjawab dalam pengembangan metode analisis, meliputi metode stabilitas dan metode fisikakimia. Departemen ini terbagi menjadi tiga sub departemen yaitu, Stability Method Sub Department, Physical

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

38

Chemical Method Sub Department dan Analytical Method Development administrator. Stability method subdepartment memiliki tanggung jawab dalam uji stabilitas produk baru dimaksudkan untuk menjamin kualitas produk yang telah diluluskan dan akan beredar dipasaran. Dengan uji stabilitas dapat diketahui pengaruh faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter – parameter stabilitas produk seperti kadar zat aktif, pH, berat jenis dan net volume sehingga dapat ditetapkan tanggal kadaluwarsa yang sebenarnya.

c. Packaging Development Department Packaging Development merupakan departemen yang bertanggung jawab dalam mendesain kemasan produk baru,produk lama yang direvisi, maupun produk yang dikemas ulang. Packaging composition berisi daftar nama dan jumlah bahan pengemas beserta dengan kelengkapannya antara lain berisi jumlah leaflet, sendok takar, karton, master box, dan label.

d. R&D Compliance&Support Department Departemen ini bertanggung jawab dalam dokumentasi dan registrasi obat baru. Dokumentasi yang dilakukan mencakup dokumentasi pengembangan formulasi, analisa, dan pengemasan dari produk ethical, herbal & produk suplemen, serta riset baru.

3.3.2 Quality Operation Division Sistem manajemen mutu PT. SOHO Industri Pharmasi dilaksanakan oleh Quality Operation (QO) Division. QO Division terdiri atas dua departemen, yaitu Quality Control (QC) Department dan Quality Assurance (QA) Department.

a. Quality Assurance (QA) Department Quality Assurance Department dipimpin seorang apoteker dengan jabatan Quality Assurance Department Head (QADH) yang memiliki tanggung jawab ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan acuan mutu perusahaan dan memastikan penerapan sistem mutu, memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala, melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

39

pengawasan mutu, mengevaluasi catatan batch dan meluluskan/menolak produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan semua faktor terkait, serta memprakarsai dan berperan aktif dalam audit eksternal dan program validasi. Departemen QA memiliki tiga bagian yaitu Quality Compliance Section, Quality Monitoring System Sub Department dan Quality Support Section.

1. Quality Compliance Section Hal-hal yang menjadi tanggung jawab Quality Compliance Section antara lain menangani Follow Up Stability, Product Quality Review (PQR), dan register compliance. Quality Compliance Section memiliki dua Quality Compliance Executive. Quality Compliance Executive 1 bertugas dalam penanganan Follow Up Stability (FUS) yaitu uji stabilitas produk–produk yang sudah beredar di pasaran untuk mengetahui apakah suatu produk tetap memenuhi spesifikasi pada masa peredaran ataupun penyimpanan. Uji stabilitas dilakukan sampai ED + 1 tahun, artinya uji stabilitas dilakukan sampai waktu kadaluwarsa ditambah satu tahun. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui adanya kemungkinan dilakukan perpanjangan masa daluwarsa suatu produk. Perpanjangan masa daluwarsa dilakukan untuk produk yang masih memenuhi syarat sampai ED + 1 tahun. Apabila ditemukan produk yang sudah tidak memenuhi syarat saat ED atau sebelum ED, maka bisa dilakukan pemendekan waktu kadaluarsa dalam pembuatan produk selanjutnya. Quality Compliance Executive 2 bertugas dalam penanganan registrasi produk-produk yang hampir habis masa berlakunya. Penyiapan data dan pelengkapan data untuk registrasi dimulai enam bulan sebelum masa berlakunya habis. Dokumen yang diperlukan antara lain batch record, prosedur pemeriksaan bahan baku, produk setengah jadi dan produk jadi, lembar spesifikasi produk, sertifikat analisa bahan baku, produk setengah jadi, dan produk jadi. Setelah dokumen terkumpul, maka koordinator akan menyerahkannya kepada bagian registrasi. PQR dilaksanakan secara periodik untuk memverifikasi konsistensi suatu produk yang berhubungan dengan Good Manufacturing Practice (GMP) dan kesesuaian dengan spesifikasi terkini menggunakan analisa kecenderungan

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

40

(trend analysis). PQR dilakukan dan didokumentasikan setiap tahun untuk setiap produk (minimal 3 batch) sesuai jadwal yang telah disetujui. Hal yang termasuk di dalam PQR adalah review PQR sebelumnya dan setidaknya meliputi data laboratorium QC, data dari divisi produksi yang termasuk data mesin, pemeriksaan IPC dan yields, data quality (pengenalan produk, pemeriksaan analisa IPC, pemeriksaan bahan awal, pemeriksaan seluruh OOS dan investigasinya, pemeriksaan dari seluruh penyimpangan dan kejadian, pemeriksaan Non Conformance Product (NCP), pemeriksaan dari seluruh pengendalian perubahan yang dilakukan, pemeriksaan hasil program pemantauan stabilitas pada tahun tersebut dan setiap kecenderungan yang merugikan, pemeriksaan seluruh obat kembalian yang terkait keluhan dan penarikan kembali obat jadi (PKOJ) dan investigasi yang dilakukan terkait dengan kualitas produk, pemeriksaan data validasi proses dan metode analisa, pemeriksaan data kalibrasi dan kualifikasi dari mesin dan peralatan, pemeriksaan efektifitas dari tindakan koreksi dan pencegahan yang diambil. Trend Analysis diperiksa dan dievaluasi oleh QO Division Head dan Production Division Head agar dapat mengambil tindakan yang sesuai bila diperlukan.

2. Quality Monitoring System Sub Department Quality Monitoring System Sub Department Head membawahi Quality Monitoring Section Head, Quality System Executive, dan Quality Release Section Head. Quality Monitoring Section Head membawahi Quality Monitoring Inspector (QMI) dan Product Sorter. Secara umum, Quality Monitoring Section menangani audit, inspeksi diri, rancang bangun dan penanganan keluhan. Pelaksanaan inspeksi diri dilakukan secara berkala dan disusun jadwal pada awal tahun. Inspeksi diri mencakup semua bagian di manufacturing dan dilakukan oleh divisi lain sebagai inspektor. Pada penanganan keluhan, keluhan yang diterima harus segera diteruskan ke QA, terutama keluhan yang terkait dengan keamanan produk. QMI harus memasukkan data keluhan yang masuk ke dalam log book keluhan. Kemudian dilakukan penilaian resiko awal

yang mencakup pemeriksaan keluhan

danpenarikan kembali obat jadi dari produk yang sama untuk menentukan

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

41

prioritas melakukan investigasi. Setelah itu dilakukan pemeriksaan mencakup keluhan sebelumnya pada produk yang sama, Corrective Action and Preventice Action (CAPA) yang telah diimplementasikan, dan pemeriksaan batch lain yang berpotensi. Quality Monitoring Section Head akan melakukan

investigasi

terhadap sampel keluhan dengan mengevaluasi batch record dan bila perlu mengirimkan sampel ke QC untuk diuji. Pengujian dilakukan terhadap sampel keluhan dan sampel pertinggal. Apabila sampel keluhan dan contoh pertinggal memenuhi syarat, atau sampel keluhan tidak memenuhi syarat tetapi sampel tertinggal memenuhi syarat, maka keluhan dapat dinyatakan not justified (tidak dapat diterima). Bila sampel keluhan dan sampel pertinggal tidak memenuhi syarat maka keluhan dapat dinyatakan justified (diterima). Bila keluhan diterima, maka QA Department Head harus melakukan investigasi terhadap produk yang sama dengan batch yang berbeda. Bila ternyata ditemukan penyimpangan yang sama pada batch lain maka keluhan dapat dilanjutkan dengan membuat CAPA atau bila perlu recall produk jika kasus dianggap sangat berbahaya. Penanganan pemilihan vendor dilakukan oleh QC bekerjasama dengan QA. Vendor yang sudah disetujui akan masuk dalam daftar Approved Vendor List. Audit eksternal untuk vendor dilakukan secara langsung atau dengan kuesioner untuk vendor yang tidak bisa dikunjungi secara langsung. Quality Monitoring Inspector (QMI) bertugas dalam menganalisis sampel pertinggal jika terdapat keluhan dari konsumen. Product Sorter bekerjasama dengan bagian warehouse untuk memeriksa jumlah dan fisik produk, membuat laporan disposisi ke marketing untuk menentukan tindakan selanjutnya terhadap produk. Quality Sistem Executive bertanggungjawab dalam penanganan CAPA, deviasi, Lembar Usulan Perubahan (LUP), dan Non Conformance Product (NCP). CAPA muncul ketika terjadi permasalahan yang sama berulang-ulang dan permasalahan berakibat pada bagian lain di luar masalah tersebut. Deviasi atau penyimpangan dibagi menjadi tiga yaitu planned deviation seperti pergantian mesin produksi, unplanned deviation seperti terjadi capping pada tablet, dan incident/accident seperti listrik mati. LUP merupakan change control atau pengendalian perubahan untuk perubahan dokumen, alat, mesin, dan lain-lain.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

42

NCP merupakan penyimpangan yang terjadi sebelum proses produksi seperti saat mengecek bahan pengemas sebelum produksi ternyata bahan pengemas mengalami kerusakan. CAPA berasal dari laporan OOS, keluhan, NCP, audit, inspeksi diri, PQR, dan deviasi. Hal-hal di atas bisa ditindaklanjuti dengan CAPA apabila setelah diinvestigasi diketahui bersifat sistemik, kemungkinan berulang sering dan membutuhkan penyelesaian jangka panjang. Terakhir adalah Quality Release Section. Quality Release Section Head menangani kelengkapan dokumen produk-produk yang akan dirilis ke pasaran. Quality Release Section Head membawahi IPC (In Process Control). IPC bekerjasama dengan bagian IPC di Divisi Produksi untuk melakukan pengendalian proses selama produksi. In process control dilakukan terhadap semua tahap produksi, mulai dari mixing, tableting, coating, pengemasan primer dan pengemasan sekunder. Tujuan IPC adalah supaya proses produksi dapat menghasilkan produk sesuai spesifikasi dan mengurangi jumlah produk yang ditolak karena tidak masuk spesifikasi. IPC Inspector merupakan personil QA yang memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang dilakukan oleh IPC produksi. IPC itu sendiri merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian yang ditetapkan serta dilaksanakan selama proses pembuatan produk, termasuk pemeriksaan dan pengujian terhadap lingkungan dan peralatan

3. Quality Support Section Quality Support Section Head bertanggung jawab dalam kualifikasi alatalat produksi dan laboratorium bekerjasama dengan Engineering Department, validasi metode analisa, dan penanganan dokumen-dokumen kalibrasi. Quality Support Section juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kalibrasi alat-alat yang terdapat di laboratorium QC. Kalibrasi alat dilakukan secara berkala yaitu kalibrasi satu tahunan, kalibrasi enam bulanan, kalibrasi tiga bulanan, kalibrasi bulanan, dan verifikasi harian. Untuk kalibrasi satu tahunan dapat dilakukan oleh pihak eksternal (supplier) atau pihak internal. Sedangkan untuk kalibrasi enam bulanan, tiga bulanan, bulanan, dan verifikasi harian dilakukan oleh pihak internal

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

43

yang biasanya dilakukan oleh para analis yang sudah mengikuti pelatihan kalibrasi sebelumnya. Selain itu, Quality Support Section Head juga bertanggung jawab untuk membuat dan merevisi Standard Operating Procedure (SOP) penggunaan dan pembersihan dan SOP kalibrasi alat-alat yang terdapat di laboratorium QC. Setelah SOP jadi maka harus dilaksanakan pelatihan terhadap analis agar para analis dapat menggunakan alat dengan baik dan benar.

b. Quality Control (QC) Department Pada industri farmasi, bagian Quality Control (QC) merupakan bagian yang penting. QC memberikan kepastian tentang mutu produk agar tetap konsisten memiliki spesifikasi yang telah ditetapkan, sehingga produk memberikan manfaat kepada konsumen. Kegiatan pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tetapi juga terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. QC Department di PT. SOHO Industri Pharmasi secara struktural berada di bawah Quality Operational Division yang dikepalai oleh QO Division Head. Departemen QC bersifat independen, sejajar dengan Departemen QA, serta tidak tergantung dengan produksi sehingga QC dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan tanpa terpengaruh oleh bagian lain. QC PT. SOHO Industri Pharmasi terpisah dari QC PT. ETHICA Industri Farmasi. Departemen QC dikepalai oleh seorang apoteker yang disebut QC Department Head dan memiliki beberapa tanggung jawab sebagai berikut : a. Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. b. Memastikan seluruh pengujian yang diperlukan dan validasinya telah dilaksanakan. c. Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, instruksi kerja pengambilan sampel, metode pengujian, kontrak analisis dan prosedur pengawasan mutu yang lain. d. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian pengawasan mutu. e. Menetapkan, memvalidasi, dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

44

QC Department Head membawahi lima section yang menangani Bahan Baku (Raw Material Section Head), Bahan Kemas (Packaging Material Section Head), Produk Setengah Jadi (Half Finished Goods Section Head), Microbiology Section Head dan IPC (In Process Control).

1. Raw Material Section Quality Control bagian ini menangani bahan baku, baik yang digunakan untuk produksi, maupun untuk pengembangan produk (R&D Department). Dalam pelaksanaannya, section ini dibantu oleh beberapa analis dan helper. Proses pemeriksaan bahan baku dimulai dari barang datang dari vendor ke gudang. Warehouse Department akan membuat Lembar Penerimaan Barang (LPB). LPB ini dikirimkan ke QC Raw Material beserta CoA dari vendor agar bahan baku ini diambil sampelnya untuk dilakukan sampling pada bahan baku. Sampling menjadi kegiatan yang penting dalam pengawasan mutu yaitu mengambil sebagian kecil dari satu batch. Pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah kontaminasi atau efek lain yang berpengaruh tidak baik terhadap mutu. Pengambilan sampel dilakukan di ruang sampling. Wadah yang diambil sampelnya diberi label yang mencantumkan isi wadah, nomor batch, tanggal pengambilan sampel dan diberi label “contoh sudah diambil” dengan warna jingga pada wadah bahan baku ersebut. Wadah ditutup rapat kembali setelah pengambilan sampel. Semua alat pengambilan sampel dan wadah sampel terbuat dari bahan yang inert dan dijaga kebersihannya. Mutu suatu batch bahan baku dapat dinilai dengan mengambil dan menguji sampel yang representative. Jumlah yang diambil untuk menyiapkan sampel representative ditentukan secara statistik dan dicantumkan dalam pola pengambilan sampel. Penentuan status bahan baku diluluskan maupun ditolak berdasarkan hasil analisa yang dibandingkan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Spesifikasi ditetapkan berdasarkan literatur yang ada (USP, EP, BP, FI serta CoA dari vendor) dan beberapa modifikasi yang disesuaikan. Apabila hasil analisa dinyatakan bahwa bahan baku diluluskan maka analis akan membuat CoA dan label hijau. Sedangkan bahan baku yang ditolak dibuatkan label merah. Dalam proses produksi, bahan baku yang belum habis dapat dilakukan analisa ulang

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

45

(reanalisa) untuk mengetahui kondisi bahan baku yang akan digunakan. Frekuensi analisa ulang bahan baku berbeda-beda tergantung dari sifat bahan baku sendiri. Bahan baku yang berupa zat aktif waktu analisa ulang adalah setiap satu tahun. Sedangkan bahan baku sebagai bahan tambahan waktu analisa ulang adalah setiap dua tahun, kecuali flavour setiap enam bulan. Bahan baku tambahan yang memerlukan pemeriksaan mikrobiologi frekuensi analisa ulang adalah setiap satu tahun, kecuali untuk kapsul kosong setiap dua tahun. Hasil reanalisa yang masih memenuhi syarat spesifikasi diberi label hijau (diluluskan) sehingga dapat dipergunakan untuk produksi. Sedangkan hasil reanalisa yang tidak memenuhi syarat spesifikasi diberi label merah (ditolak). Perlakuan terhadap bahan baku yang ditolak ini disesuaikan dengan perjanjian yang telah dibuat dengan vendor apakah barang dikembalikan dan diganti, atau langsung dimusnahkan.

2. Packaging Material Section QC bagian ini menangani tentang pengawasan kualitas bahan kemas. Proses pengawasan dimulai dari penerimaan LPB dari Warehouse Department agar dilakukan sampling terhadap bahan kemas. Spesifikasi dari bahan kemas ditetapkan dengan penekanan pada kompatibilitas bahan terhadap produk yang diisikan ke dalamnya. Pengujian terhadap bahan kemas difokuskan pada pemeriksaan fisik meliputi pemerian, jenis bahan kemas, ukuran (panjang, lebar, dan tebal), dan keragaman bobot serta kualitas cetak pada bahan kemas karena cacat fisik yang kritis dan kebenaran penandaan dapat berdampak besar yaitu dapat memberikan kesan meragukan terhadap kualitas produk. Pemeriksaan mikrobiologi diperlukan untuk bahan kemas produk sirup dan cream. Bahan kemas juga dilakukan reanalisa. Frekuensi reanalisa untuk bahan kemas primer adalah setiap satu tahun, sedangkan untuk bahan kemas sekunder dilakukan setiap dua tahun. Parameter yang diperiksa ulang adalah pemerian dan mikrobiologi sesuai dengan spesifikasi masing-masing bahan.

3. Half Finished-Finished Goods Section Quality Control bagian ini mengawasi mutu dari produk setengah jadi dan produk jadi. Dalam pelaksanaannya QC Finished Goods dibantu oleh beberapa

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

46

analis, helper dan dibantu petugas IPC. Pengawasan mutu dari produk setengah jadi dimulai dari pengambilan sampel di bagian produksi. Pelaksana pengambilan sampel dilakukan oleh petugas IPC. Sampling dilakukan setelah proses produksi selesai disertai lembar PA (Permintaan Analisis) dari produksi. Waktu sampling tergantung dari jenis produk dan sifat fisika kimianya. Sampling untuk produk steril dilakukan setelah proses sterilisasi. Produk aseptis sampling dilakukan setelah proses filling selesai. Sampling produk setengah jadi nonsteril dalam bentuk granul dilakukan pada saat proses mixing berlangsung dengan alat thief sampler. Pengambilan sampel dilakukan pada bagian atas, tengah dan bawah dari drum mixer. Sampel untuk granul dilakukan untuk produk yang mengalami perubahan atau validasi proses, seperti perubahan batch size, bahan baku, mesin, dan proses produksi. Pengambilan sampel untuk tablet, kaplet dan kapsul diambil di bagian awal, tengah dan akhir proses produksi, sedangkan untuk untuk tablet salut dan dragee dilakukan di akhir proses produksi. Sampel obat jadi diambil setelah pengemasan primer selesai. Sampel dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai lengkap dengan label dan ditutup rapat. Label berisi nama produk, nomor batch, tanggal pembuatan, tanggal sampling dan paraf petugas IPC yang melakukan sampling. Sampel yang diperoleh diletakkan di tempat penyimpanan QC. Sampel yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan prosedur pengujian untuk masing-masing produk dengan metode yang telah disetujui. Spesifikasi dan prosedur pengujian untuk tiap produk setengah jadi dan produk jadi mencakup spesifikasi dan prosedur pengujian mengenai identitas, kemurnian, mutu dan kadar/potensi. Prosedur pengujian mencakup hal yang seperti telah disebutkan dalam Raw material. Hasil pengujian dilaporkan analis dalam Lembar data awal ( LDA ) berisi nama dan nomor batch dan bentuk sediaan, metode analisis yang digunakan, pernyataan mengenai nilai yang diharapkan, pernyataan apakah memenuhi atau tidak memenuhi syarat, tanggal dan tanda tangan analis yang melakukan pengujian dan yang memeriksa perhitungan. Hasil pengujian (terutama perhitungan) diperiksa oleh supervisor (Half Finished Goods Section Head) sebelum bahan atau produk tersebut diluluskan atau ditolak.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

47

4. Microbiology Section Bagian Quality Control ini menangani pengujian mikrobiologi baik pada bahan baku maupun bahan pengemas, produk setengah jadi dan produk jadi. Tidak semua bahan baku maupun produk jadi dilakukan pengujian mikrobiologi, hanya yang memiliki probabilitas terkontaminasi yang besar seperti bahan baku yang berupa ekstrak serta produk dalam bentuk sediaan sirup dan cream. Pengujian mikrobiologi dimulai dengan diterimanya Permintaan Analisis (PA) dari produksi dan QC Raw Material (RM) / Packaging Material (PM). Kemudian dilakukan sampling dengan perlakuan yang lebih khusus yaitu menggunakan wadah sampling yang steril. Hasil pengujian dilaporkan analis dalam Lembar Mikrobiologi yang berisi nama dan nomor batch dan bentuk sediaan, media yang dipergunakan, pernyataan nilai yang diharapkan pernyataan tidak atau memenuhi syarat, tanggal pemeriksaan dan tanda tangan analis yang melakukan pengujian, tanggal dan tanda tangan QC Microbiology Section Head. Hasil pemeriksaan mikrobiologi ini kemudian diserahkan kepada analis bahan baku atau analis produk setengah jadi sesuai dengan bahan yang diuji. Analis bahan baku atau produk setengah jadi akan membuat Certificate of Analysis (CoA) untuk bahan yang memiliki spesifikasi mikrobiologi sehingga dapat dinyatakan diluluskan (released) 3.3.3 Production Division Divisi Produksi dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan Kepala Divisi Produksi (Production Division Head) yang memiliki tanggung jawab penuh dalam produksi obat, diantaranya yaitu: a. Pemastian bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur b. Pemberian persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan penerapannya secara tepat c. Pengevaluasian dan penandatanganan catatan pengolahan bets sebelum diserahkan kepada Kepala Departemen QA d. Pemeriksan pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian produksi e. Pemastian pelaksanaan validasi, dan

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

48

f.

Pemastian pelaksanaan pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya sesuai kebutuhan.

Divisi Produksi terbagi menjadi: a. Produksi Non Steril (Non Sterile Production/NSP) b. Produksi Sefalosporin Steril (Sterile Cephalosporine Production/SCP) c. Proses Produksi yang Baik (Production Process Excellent), dan d. Pemenuhan Mutu Produksi (Production Quality Compliance). Struktur organisasi Divisi Produksi dapat dilihat pada Lampiran Proses Produksi yang Baik (Production Process Excellent) bertanggung jawab dalam hal peningkatan produktivitas suatu proses produksi dan pengaturan biaya produksi. Pemenuhan Mutu Produksi (Production Quality Compliance) bertanggung jawab dalam persiapan standarisasi PIC/S agar produk tetap memenuhi syarat keamanan, efikasi, dan mutu. Jenis produk yang diproduksi di PT SOHO Group terdiri dari produk non steril, produk steril, produk sefalosporin, dan produk obat tradisional. Produksi non steril meliputi sediaan solid (tablet, kaplet, kapsul), semi solid (krim, gel), dan likuid (emulsi, suspensi, larutan, sirup), sedangkan untuk produksi steril sefalosporin meliputi sediaan injeksi, sediaan golongan beta laktam, dan sefalosporin. Produk obat tradisional terdiri dari obat yang menggunakan ekstrak yang berasal dari hasil ekstraksi

3.3.3.1 Produksi PT. SOHO Industri Pharmasi Proses produksi adalah pengolahan bahan baku sampai dikemas menjadi produk jadi. Produksi di PT SOHO Industri Pharmasi mencakup kategori NSP yaitu sediaan solid dan non solid. Produk sediaan solid terdiri dari tablet, kaplet, dan kapsul. Proses produksi tablet dan kaplet dimulai dari penimbangan, pencampuran, granulasi, pencetakan, penyalutan, hingga pengemasan. Untuk sediaan kapsul proses produksi dimulai dari penimbangan, pencampuran, pengisian kapsul, hingga pengemasan. Produk sediaan non solid terdiri dari sediaan semisolid (krim, gel) dan likuid (larutan, sirup, suspensi, emulsi). Penjadwalan dan perencanaan produksi menggunakan sistem Rencana Pengemasan Bulanan (Monthly Planning Packaging), yaitu penentuan jadwal

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

49

pengemasan terlebih dahulu baru diikuti penentuan jadwal pencampuran, pencetakan, dan penyalutan. Setiap bahan baku dan bahan pengemas yang datang dari pemasok disimpan di gudang dengan status karantina. Bahan baku dan bahan pengemas berstatus karantina diberi label karantina warna kuning di wadah bahan. Label karantina ditempel oleh pihak Gudang/Warehouse (WH). Bahan baku dan bahan pengemas tersebut baru bisa digunakan untuk produksi setelah diperiksa kemudian dinyatakan lulus oleh QC. Saat dinyatakan lulus, label lulus warna hijau ditempel menutupi label karantina di wadah bahan baku dan bahan pengemas. Bahan baku dan bahan pengemas yang tidak memenuhi syarat dikeluhkan dan dikembalikan ke pemasok. Pengambilan bahan baku atau bahan pengemas dari gudang menggunakan picklist. Picklist merupakan daftar material yang dibutuhkan saat produksi dibuat oleh Perencanaan Bahan (Material Planning) berdasarkan daftar material dalam rencana produksi. Picklist dicetak oleh Produksi dan didistribusikan ke bagian Gudang/Warehouse.

a. Penimbangan Bahan Baku Proses penimbangan merupakan tahap yang kritis dalam proses produksi karena merupakan proses awal dalam produksi dan jika terjadi kesalahan dalam penimbangan maka akan menjadi masalah untuk proses selanjutnya. Bahan baku akan dipesan dari gudang berdasarkan picklist bahan baku. Bahan baku dari gudang kemudian akan diserahterimakan ke bagian produksi di ruang penyangga (buffer room) dan dilakukan pengecekan identitas bahan baku satu persatu sesuai picklist meliputi nomor part, nama dan nomor bahan baku, tanggal kadaluarsa, analisa ulang serta label hijau (release). Bahan baku yang sudah lolos pengecekan akan diletakkan di ruang sebelum penimbangan (staging before weighing room), dan masing-masing akan diletakkan per bets (satu palet hanya untuk satu bets). Proses yang perlu dilakukan sebelum penimbangan adalah penyiapan ruang timbang. Ruang timbang terbagi menjadi 2 jenis yaitu ruang timbang RH rendah dan ruang timbang biasa. Pemisahan ini berdasarkan perbedaan sifat produk yang akan ditimbang, bahan baku yang higroskopis dan mudah rusak karena kelembaban di atas 30% ditimbang di ruang timbang RH rendah sedangkan bahan baku yang tidak rusak karena kelembaban di atas 30%

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

50

ditimbang di ruang timbang biasa. Penyiapan ruang timbang meliputi pengaktifan sistem bilik aliran bawah (down flow booth), pengecekan suhu dan RH, dan pengecekan waterpass. Sistem bilik aliran bawah (down flow booth) adalah sistem pengaturan aliran udara untuk membawa debu dan partikel bahan baku yang jatuh serta terhambur di udara masuk ke dalam penyaring halus/fine filter (di bagian samping bawah ruang timbang) sehingga tidak mengontaminasi penimbang. Penyaring halus/fine filter adalah HEPA filter yang digunakan secara khusus untuk filter partikel/fines zat yang ditimbang. Udara hasil penyaringan penyaring halus/fine filter tersebut akan disirkulasi kembali, dan dialirkan ke dalam ruang timbang melalui HEPA filter di bagian atas. Debu dan partikel akan menempel di HEPA filter dan penyaring halus/fine filter, dan sampai batas maksimal filter akan diganti dengan filter baru. Batas maksimal perbedaan tekanan di HEPA filter adalah 240 Pa dan di penyaring halus/fine filter adalah 120 Pa. Sistem bilik aliran bawah/down flow booth dinyalakan selama 15 menit dan boleh dipakai setelah aliran udara mencapai 40 m/detik. Suhu untuk ruang timbang biasa dan RH rendah adalah ≤ 25°C. RH untuk ruang timbang biasa adalah 45 -75%, dan untuk RH rendah < 30%. Waterpass merupakan parameter distribusi berat pada timbangan, kondisi waterpass adalah kondisi dimana distribusi berat merata di semua sisi timbangan, sehingga di sisi manapun bahan ditimbang akan menghasilkan massa/berat yang sama. Pengecekan waterpass dilakukan dengan mengecek posisi gelembung air dalam alat cek waterpass, posisi yang tepat adalah gelembung berada tepat di tengah lingkaran alat cek waterpass. Penimbangan dilakukan setelah persyaratan bilik aliran bawah/down flow both, suhu, RH dan waterpass terpenuhi. Penimbangan dilakukan pada timbangan sesuai kapasitas masing-masing. Bahan– bahan padat yang sudah ditimbang alam dimasukkan dalam plastik. Bahan-bahan cair akan dimasukkan dalam wadah stainless steel, untuk alkohol dan larutan yang memiliki resiko terbakar/meledak dimasukkan dalam wadah pengaman. Plastik, wadah baja tahan karat (stainless steel) dan wadah pengaman (safety can) yang digunakan harus sudah dicek dan dirilis oleh QC. Bahan yang sudah dimasukkan dalam wadah kemudian diberi label timbang, kemudian diletakkan di dalam ruangan setelah penimbangan (staging after weighing room). Kondisi pada saat

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

51

ini sudah dimulai penggunaan barcode sebagai pengganti label. Penggunaan barcode ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan sistem label dimana jika terjadi perbedaan antara stok fisik dan stok computer (data) maka barcode akan mendeteksi dan memberikan peringatan bahwa bahan tersebut tidak bisa ditimbang.

2. Produksi Solid a. Seksi Pencampuran (Mixing Section) Seksi pencampuran bertanggung jawab melakukan pencampuran bahan baku hingga homogen dan memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya. Proses utama dalam seksi pencampuran adalah pencampuran bahan untuk kempa langsung, granulasi basah, dan granulasi kering. Proses pengempaan langsung dilakukan untuk bahan–bahan yang memiliki sifat alir yang baik. Bahan – bahan yang sifat alirnya tidak baik, tidak bisa diproses kempa langsung tetapi diproses granulasi. Granulasi adalah proses pembentukan granul yaitu massa yang dibentuk dari penyatuan beberapa partikel yang berbeda ukurannya menjadi massa dengan ukuran yang lebih besar. Granul untuk produk farmasi memiliki rentang ukuran 0,2 – 4 mm. Proses granulasi dilakukan untuk meningkatkan sifat alir bahan. Proses granulasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu granulasi basah dan granulasi kering. Proses granulasi basah adalah proses pembentukan granul basah yang menggunakan bantuan air untuk membentuk granul. Larutan lain yang dapat digunakan untuk granulasi basah adalah alkohol, isopropanol dan kombinasi keduanya. Proses granulasi basah dilakukan untuk bahan–bahan yang tahan panas dan tidak rusak karena hidrolisis air. Sedangkan proses granulasi kering adalah proses pembentukan granul kering dengan bantuan tekanan tinggi. Proses granulasi kering dilakukan untuk bahan – bahan yang tidak tahan panas dan mudah rusak karena hidrolisis air, tetapi tahan terhadap tekanan tinggi. Proses pembentukan granul dengan tekanan tinggi dibagi menjadi dua jenis yaitu pembentukan masa kompak (slugging) dan pengempaan menggunakan rol (roller compaction). Slugging adalah pembentukan slug yaitu massa kompak dengan diameter 25 mm dan ketebalan 10 - 15 mm. Alat yang digunakan untuk

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

52

membentuk slug adalah mesin tablet jenis penekan debu besar yang berputar (heavy duty rotary press). Slug dipecah dengan menggunakan penggiling hammer (hammer mill) untuk membentuk granul kering. Roller compaction merupakan proses meremas bahan diantara dua rol untuk membentuk lembaran massa yang rapuh dan segera pecah menjadi serpihan. Serpihan diayak dengan mesh ukuran tertentu untuk membentuk granul. 1) Proses pencampuran bahan untuk kempa langsung Proses kempa langsung merupakan proses yang paling sederhana dan paling cepat karena hanya dilakukan dalam satu tahap yaitu pencampuran kering. Bahan-bahan untuk kempa langsung dicampur di dalam alat pencampur (mixer) hingga homogen kemudain selanjutnya ditampung dalam wadah dan diberi label. Pengawasan saat proses (IPC) tidak dilakukan pada proses pencampuran bahan untuk kempa langsung.

2) Proses pencampuran bahan untuk granulasi basah Proses ini dimulai dari pencampuran basah zat aktif dengan fase dalam yaitu bahan pengisi, pengikat dan penghancur. Alat yang digunakan adalah pencampur super (super mixer), yaitu alat yang mempunyai kemampuan untuk mencampur bahan dengan putaran agitator dan membentuk granul dengan pemotong (chopper). Agitator berbentuk seperti baling-baling dan dapat berputar pada kecepatan tinggi sehingga massa yang ada dapat teraduk dan tercampur oleh gaya putar agitator. Pemotong (chopper) merupakan alat yang digunakan untuk membentuk granul, pemotong (chopper) berfungsi seperti pisau yang memotong massa kempal berukuran besar menjadi granulgranul. Bahan – bahan tertentu seringkali membutuhkan pengayakan dengan mesin penggiling berbentuk kerucut (cone mill) sebelum dicampur dalam pencampur super (super mixer). Selain itu juga terdapat bahan-bahan tertentu setelah dicampur dalam pencampur super (super mixer) harus diayak dengan mesin penggiling berbentuk kerucut (cone mill). Hal ini tergantung dengan prosedur yang terdapat dalam catatan bets. Proses selanjutnya setelah pencampuran basah adalah pengeringan dengan FBD (Fluidized Bed Dryer). Prinsip kerja FBD adalah udara dingin yang telah

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

53

disaring melalui pre filter dan filter akhir (HEPA) dan melewati ruang pemanasan di belakang mesin utama (Heat Exchanger), kemudian udara akan ditarik ke wadah mesin berisi granul yang akan dikeringkan. Udara panas akan menghamburkan granul secara teratur dan kelembaban granul akan ditarik keluar oleh kipas sehingga produk menjadi kering dan rata di setiap butiran. Granul yang dikeringkan akan diperiksa kadar airnya dimana alat yang digunakan untuk memeriksa kadar air adalah alat pengukur keseimbangan kelembaban (Moisture Balance). Granul yang sudah memenuhi persyaratan kadar air selanjutnya diproses dengan granulator. Granul kering hasil granulator selanjutnya dicampur kering dengan fase luar (bahan pelicin, lubrikan, dan disintegran) dalam alat pencampur. Pemilihan jenis mixer tergantung dengan jumlah bahan yang akan dicampur. Pengawasan saat proses (IPC) yang dilakukan saat granulasi basah dilakukan hanya pada pengukuran kadar air. 3) Proses pencampuran bahan untuk granulasi kering Zat aktif dan fase dalam dicampur dan dimasukkan dalam pembentuk granul (granulator), didalam granulator zat aktif dan fase dalam mengalami proses roller compaction dan kemudian diayak dengan mesh. Granul yang dihasilkan selanjutnya akan dicampur kering dalam alat pencampur (mixer). Pengawasan saat proses (IPC) tidak dilakukan dalam proses granulasi kering. Hasil pencampuran kering proses granulasi basah atau granulasi kering selanjutnya akan dibungkus dalam wadah, dilabel dan diletakkan di ruang WIP sebelum diproses ke bagian pencetakan tablet. Ruangan WIP berfungsi untuk menyimpan bahan-bahan hasil pencampuran sebelum masuk proses selanjutnya karena tidak semua bahan setelah selesai proses pencampuran langsung diproses lebih lanjut. Bahan-bahan yang tidak berhasil dicampur dan tidak memenuhi persyaratan harus dikarantina, kemudian dilaporkan kejadiannya ke QA untuk menunggu tindakan yang diambil.

b. Bagian Pencetakan tablet (Tableting Section) Bagian pencetakan tablet memiliki tugas untuk mencetak hasil pencampuran menjadi tablet atau kaplet. Hasil pencampuran yang telah diijinkan

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

54

untuk proses dilanjutkan dibawa ke ruang pencetakan tablet untuk dicetak. Mesin tablet harus disiapkan sesuai catatan bets terutama tentang tekanan dan kedalaman pengisian, karena merupakan parameter kritis untuk mencetak tablet. Ada bermacam-macam mesin pencetak tablet yang digunakan. Secara umum, mesin tablet memiliki bagian yang sama yaitu bagian punch, dies, turret, compression roll, hopper, dan discharge chute, serta dilengkapi dengan uphill deduster untuk menghilangkan debu yang menempel pada tablet dan pendeteksi logam untuk mendeteksi adanya kandungan logam dalam tablet. Perbedaan tiap mesin pencetak tablet yaitu pada cara pengoperasian, jumlah punch, dan jenis punch. Cara pengoperasian

terbagi

menjadi

manual,

semi

otomatis,

dan

otomatis

(komputerisasi). Jumlah punch bervariasi mulai 16 sampai 39 punch. Jenis punch terdapat B-type dan D-type. Punch D-type memiliki diameter punch lebih besar dibandingkan dengan B-type. Pengawasan selama proses (IPC) tablet berlangsung saat pencetakan tablet dilakukan setiap 30 menit sekali. Pengawasan selama proses (IPC) yang dilakukan yaitu ketebalan tablet, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur. Masalah yang sering dihadapi dalam pencetakan tablet adalah capping, laminating, lengket pada dies, dan lengket pada punch. Capping dan laminating diatasi dengan menurunkan tekanan kempa, menambahkan jumlah pengikat sampai optimum, dan memasukkan granul yang kekeringan ke dalam oven dalam keadaan mati/off. Granul tersebut akan menyerap uap air sehingga terjadi peningkatan kadar air dalam granul. Massa tablet yang lengket pada punch dan dies terjadi karena granul terlalu basah, tekanan kempa kurang besar, dan terlalu banyak bahan pengikat. Pengatasan massa tablet yang lengket pada punch dan dies adalah dengan mengeringkan granul yang terlalu basah, menaikkan tekanan kempa dan memakai bahan pengikat dalam jumlah yang optimum. Tablet yang memenuhi syarat disimpan di ruang WIP tablet. Tablet yang tidak memenuhi syarat dikarantina terlebih dahulu, kemudian didiskusikan dengan QA untuk tindakan selanjutnya. Tablet yang ditolak akan dikumpulkan dan dimusnahkan.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

55

c. Bagian Penyalutan (Coating Section) Proses penyalutan adalah proses menutupi tablet dengan suatu lapisan tertentu, baik yang inert atau partikel/zat berkhasiat, baik murni ataupun dalam bentuk tercampur, berbentuk padat atau cair. Proses penyalutan bertujuan untuk menutupi rasa, bau, atau warna obat, memberi perlindungan fisik dan kimia pada obat, mengendalikan pelepasan obat dan meningkatkan penampilan tablet. Proses penyalutan/coating dilakukan setelah tablet hasil cetak sudah memenuhi persyaratan dan diberi label proses akan dilanjutkan. Tahapan proses penyalutan adalah penyiapan larutan salut, proses penyegelen/sealing, proses sub-penyalutan/ subcoating, proses penghalusan dan pewarnaan (smoothing- coloring), dan proses pengkilatan/polishing. Semua tahapan tersebut tidak selalu berlaku untuk setiap tablet tergantung dari jenis tablet yang diproduksi. Jenis tablet salut yang diproduksi adalah tablet salut film/salut selaput, salut gula, dan salut enterik. Tahap penyiapan larutan merupakan tahap kritis karena bila larutan tidak homogen maka tablet tidak tersalut sempurna atau warna tidak merata. Tahap penyegelan/sealing bertujuan untuk menutupi permukaan bahan yang disalut dari penetrasi air dan untuk memperkeras permukaan, larutan yang digunakan adalah larutan yang tidak dapat larut air, seperti shellac, HPMC. Tahap subpenyalutan/subcoating bertujuan untuk menutupi permukaan bahan yang disalut sehingga menjadi bundar sesuai dengan bentuk dan ketebalan yang dikehendaki. Larutan yang digunakan untuk subcoating adalah larutan gula. Tahap penghalusan dan pewarnaan (smoothing-coloring) bertujuan untuk menutupi dan mengisi cacat pada permukaan tablet yang disebabkan oleh tahap subcoating, dan untuk memberi warna dasar pada tablet. Larutan yang digunakan pada tahap tersebut adalah

larutan

gula

yang

ditambah

lake

atau

pewarna.

Tahap

pengkilapan/polishing bertujuan untuk mengkilapkan permukaan tablet salut sehingga terlihat mengkilap dan menarik dengan menggunakan polimer selulosa. Alat yang digunakan untuk penyalutan merupakan sistem panci penyalut otomatis (automated coating pan). Panci yang digunakan merupakan panci berlubang (perforated), yaitu panci berlubang dan dapat dialiri udara panas lebih banyak melalui lubang-lubang tersebut sehingga pengeringan lebih efektif. Panci juga memiliki baffle yang berfungsi untuk membantu pembalikkan tablet sehingga

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

56

penyalutan dapat merata. Bagian alat penyemprot (spray gun) digunakan untuk menyemprotkan larutan penyalut. Parameter kritis saat penyalutan adalah suhu dan putaran panci. Tablet yang sudah selesai disalut dimasukkan ke dalam panci pemoles (polishing) untuk memoles tablet supaya mengkilat. Pengawasan selama proses (IPC) yang dilakukan adalah pengukuran waktu hancur dan keseragaman bobot Pengawasan selama proses (IPC) dilakukan setelah selesai penyalutan. Tablet salut yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dikonfirmasi ke QA untuk memastikan tindakan selanjutnya. Masalah–masalah yang dihadapi saat penyalutan adalah sticking, twinning, chipping dan mottled color. Sticking merupakan menempelnya bagian tablet salut pada dinding mesin sehingga mengakibatkan tablet tidak utuh. Hal ini disebabkan oleh pengeringan yang tidak maksimal. Permasalahan ini dapat diatasi dengan meningkatkan efisiensi pengeringan. Twinning adalah menempelnya tablet salut pada tablet salut yang lain. Hal ini disebabkan oleh kecepatan panci yang lambat, dan alat penyemprot (spray gun) menyemprot larutan salut terlalu cepat. Twinning dapat diatasi dengan mempercepat putaran pan, dan memperlambat semprotan alat penyemprot (spray gun). Chipping adalah lepasnya bagian tablet atau rusaknya bagian tablet. Hal ini terjadi putaran panci yang cepat dan tablet inti yang rapuh. Chipping dapat diatasi dengan memperlambat putaran panci dan menggunakan tablet inti yang tidak rapuh. Mottled color adalah kondisi dimana warna tablet salut yang tidak merata disebabkan oleh pencampuran larutan salut yang kurang homogen dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang terlalu jauh dari tablet. Mottled color dapat diatasi dengan pencampuran homogen larutan penyalut dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang lebih dekat dengan tablet.

d. Proses Produksi Kapsul Selain melakukan produksi kapsul, dilakukan juga pengisian kapsul cangkang gelatin keras. Prinsip kerja mesin pengisian kapsul ini adalah cangkang kapsul yang telah dimasukkan ke dalam hopper akan masuk ke dalam jalur kapsul. Dengan menggunakan vakum, tutup dan badan kapsul dipisahkan. Bagian badan kapsul pada shaft siap diisi granul atau serbuk. Kapsul yang rusak akan ditolak secara otomatis. Tutup dan badan kapsul yang sudah terisi ditempatkan

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

57

pada shaft dan siap untuk ditutup. Kemudian tutup dan badan kapsul ditutup lalu dikunci. Kapsul yang telah terkunci dikeluarkan dari mesin yang kemudian akan masuk ke mesin pemoles. Pemolesan bertujuan untuk membersihkan debu partikel yang menempel pada permukaan cangkang kapsul. e. Bagian Pengemasan Primer (Primary Packaging Section) Pengemasan primer untuk tablet dan salut dibuat dalam 2 bentuk yaitu strip dan blister. Bahan kemasan strip adalah alufoil, sedangkan bahan kemasan blister adalah plastik dan alufoil. Bahan pengemasan yang digunakan adalah bahan pengemas yang sudah dinyatakan lulus oleh QC. Pemeriksaan bahan pengemas dilakukan sebelum proses pengemasan dan yang diperiksa adalah nomor bets dan kualitas pengemas. Pengemas yang tidak layak pakai tidak akan digunakan untuk proses pengemasan dan selanjutnya akan dikarantina untuk dimusnahkan. Pertimbangan pemilihan strip atau blister terletak pada stabilitas bahan yang dikemas dan permintaan pasar. Bahan yang dikemas dengan strip akan lebih stabil dibandingkan dikemas dengan blister, tetapi harga bahan yang digunakan untuk strip lebih mahal dibandingkan bahan blister. Obat–obat yang peka terhadap cahaya hanya dapat dikemas dengan strip, karena blister memiliki bagian transparan yang dapat ditembus cahaya sehingga obat yang peka cahaya akan rusak. Blister merupakan kemasan yang mudah dibuka yaitu dengan didorong dari belakang (push through pack), lebih disukai konsumen dibandingkan strip yang dibuka dengan merobeknya. Bagian mesin strip yang kritis dalam pengemasan primer adalah bagian feeding guide, feeding chute, dan sealing. Bagian feeding guide adalah bagian yang terdapat pada hopper mesin, berbentuk seperti rel/jalur dan berfungsi untuk mengarahkan tablet atau kapsul satu persatu secara berurutan ke dalam feeding chute. Bagian feeding chute adalah bagian saluran atau jalur tablet sebelum masuk sealing. Bagian sealing berfungsi untuk membungkus tablet/kapsul dengan cara menempelkan 2 sisi alufoil dengan panas tinggi sehingga rapat. Bagian mesin blister yang kritis dalam pengemasan primer adalah bagian pembentuk lubang blister, feeding guide, dan bagian sealing. Bagian feeding guide dan sealing memiliki prinsip yang sama dengan mesin strip. Bagian pembentuk lubang blister berfungsi untuk membuat lubang bilster dari plastik,

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

58

plastik ditekan dengan cetakan panas dan segera didinginkan sehingga terbentuk lubang-lubang blister. Bagian pembentuk blister inilah yang membedakan mesin strip dan mesin blister. Pengemasan tablet juga dilakukan dengan botol, bahan-bahan yang rusak karena panas tidak boleh dikemas dengan strip atau blister, karena mesin strip dan blister menggunakan panas tinggi. Proses pengemasan dengan botol adalah dimulai dengan peniupan/blowing botol, pengisian tablet, dan penutupan botol (capping). Proses peniupan/blowing botol berfungsi untuk menghilangkan partikel/debu yang terdapat di botol. Produk sirup kering dikemas dengan botol khusus dimana proses yang dilakukan sama dengan pengemasan botol biasa. Pengawasan selama produksi (IPC) yang dilakukan adalah uji kebocoran dengan larutan metilen biru dalam mesin sedot vakum, dilakukan setiap 15 menit sekali. IPC dilakukan setiap 15 menit supaya saat ditemukan kemasan yang rusak atau bocor dapat segera diambil tindakan perbaikan dan pencegahan sehingga jumlah kemasan yang ditolak tidak terlalu banyak, hanya jumlah kemasan dalam proses pengemasan selama 15 menit saja. Cara menguji kebocoran adalah dengan memasukkan strip ke dalam larutan metilen biru (dalam mesin sedot vakum) dan dan ditutup pintu mesin, vakum dinyalakan dan jika terjadi kebocoran maka strip atau blister akan terisi larutan metilen biru. Sampel IPC harus dibuang dan tidak boleh dikemas ulang setelah dibuka. Strip/blister yang mengalami kebocoran dikarantina dan dikonfirmasi ke QA untuk melakukan pengemasan ulang. Pengecekan penampilan juga dilakukan saat pengemasan, kemasan yang bergaris, penyok atau tidak sempurna akan segera diperiksa penyebabnya, kemudian dikarantina dan dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan supaya kemasan bekas tidak disalahgunakan oleh pihak yang bertanggung jawab. Alufoil sisa pengemasan dikembalikan ke gudang.

f. Bagian Pengemasan Sekunder/Secondary Packaging Section Pengemasan sekunder dilakukan langsung setelah pengemasan primer dimana mesin dibuat model satu jalur (in line). Urutan model satu jalur (in line) adalah dari mesin pelabel/labeling selanjutnya ke mesin cetak/printing untuk label kemudian mesin cetak/printing untuk kemasan sekunder dan mesin

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

59

penyegelan/sealing master box. Proses kritis dari pengemasan sekunder adalah proses pencetakan/printing. Proses pencetakan/printing dilakukan dengan printer dengan warna tinta hitam yang tidak mudah terhapus oleh udara atau gesekan dimana yang dicetak adalah nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan tanggal produksi. Hasil cetakan/printing yang tidak bagus (miring atau kabur) dapat dihapus dengan larutan penghapus (semacam thinner) kemudian dicetak ulang. Pengemasan sekunder masih dilakukan dengan bantuan tenaga manusia. Strip, blister, atau botol yang sudah dicetak dimasukkan secara manual dalam dus kemasan. Dus kemasan juga diprint nomor bets, tanggal kadalursa dan tanggal produksinya. Dus kemasan dimasukkan ke dalam master box dan ditutup dengan selotip. Master box dilabel dan selanjutnya diserahterimakan dengan bagian gudang. Beberapa informasi tercantum pada master box antara lain, terlindung dari cahaya, cara menyusun, jangan memakai alat pengait, dan maksimal tumpukan. Tujuannya adalah untuk menhindari kerusakan selama penyimpanan. Pengawasan selama proses (IPC) yang dilakukan hanya memeriksa nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan tanggal produksi.

3.3.4 Supply Chain Management ( SCM ) Division Divisi Supply Chain Management (SCM) terbagi menjadi empat departemen yaitu Production Planning Department, Material Procurement Department, Warehouse Department, dan Custom Clearance Department. Departemen ini dipimpin oleh seorang Division Head dan dibantu oleh administrator. Struktur organisasi divisi ini dapat dilihat pada Lampiran.

3.3.4.1 Production Planning Department Production

Planning

Department

merupakan

departemen

yang

bertanggungjawab terhadap perencanaan produksi. Departemen ini terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian Production Planning Sub Department dan Product Supply Management Sub Department. Bagian Production Planning terbagi menjadi dua sub bagian yaitu External yang bertanggungjawab dalam perencanaan toll manufacturing, dan Internal yang bertanggungjawab tentang perencanaan produksi Non Sterile Product (NSP) dan Sterile Cephalosporine

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

60

Extract Product (SCEP). Bagian Production Planning Department ini bertanggungjawab dalam pengaturan jadwal produksi. Perencanaan produksi sangat berpengaruh terhadap jumlah produksi. Perencanaan produksi dibuat berdasarkan order plan dari distributor. Order plan dibuat berdasarkan forecasting/peramalan dari Marketing Department. Peramalan sangat penting dalam

perencanaan produksi karena mempertimbangkan

kebutuhan marketing yaitu situasi penjualan masa lalu dan kebutuhan pasar masa depan dengan melihat pertumbuhan pasar. Production Planning Department bertugas untuk menganalisa setiap forecast/peramalan yang berasal dari bagian marketing, kemudian melakukan perencanaan Master Production Scheduling (MPS) dan Master Requirements Planning (MRP). Master Production Scheduling (MPS) berisi jenis, jumlah produk yang akan diproduksi, serta jadwal kapan dilakukannya proses produksi. Setelah MPS dibuat, selanjutnya dibuat MRP untuk menunjang MPS. Master Requirements Planning (MRP) berisi nama dan jumlah material yang dibutuhkan dalam proses produksi. Dokumen Master Requirements Planning (MRP) di-follow up ke bagian warehouse, QA, produksi, dan marketing.

3.3.4.2 Material Procurement Department Material

Procurement

Department

merupakan

departemen

yang

bertanggung jawab terhadap pengadaan bahan awal, yaitu bahan baku (raw material) dan bahan pengemas (packaging material) yang akan digunakan dalam produksi dengan cara membeli dari pemasok yang telah terdaftar. Departemen ini terbagi menjadi tiga section, yaitu Material Planning Section, Raw Material Procurement Section, dan Packaging Material Procurement Section. Material Planning

Section

bertanggung jawab

atas

perencanaan

pemesanan material dalam bentuk shop order yang dibuat berdasarkan Bill of Material (BOM). Shop order tersebut menjadi dasar pembuatan picklist yang digunakan oleh produksi untuk memesan bahan baku dari warehouse. Sementara itu, Raw Material Procurement Section, dan Packaging Material Procurement Section masing-masing bertanggung jawab terhadap pembelian bahan baku dan bahan pengemas.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

61

Dalam

aktifitasnya,

Material

Procurement

Department

menerima

permintaan bahan baku dan bahan pengemas dari Production Planning yang tertulis dalam Purchase Requisition. Permintaan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan mengirim Purchase Order yang berisi daftar barang yang akan dibeli kepada pemasok yang telah tercantum dalam Approved Vendor List, yaitu daftar pemasok yang telah terkualifikasi dan disetujui oleh Quality Assurance. Untuk selalu menjaga ketersediaan bahan, maka tiap bahan awal harus memiliki minimal dua pemasok. Departemen ini juga bertanggung jawab untuk mencari alternatif pemasok jika pemasok yang telah terdaftar tersebut tidak dapat memenuhi permintaan bahan baku dan pengemas.

3.3.4.3 Inbound Department Gudang merupakan suatu bagian dalam industri farmasi yang berfungsi sebagai tempat penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian, pengendaian, pemusnahan, dan pelaporan material serta peralatan agar kualitaas dan kuantitas terjamin. Penyimpanan barang di dalam gudang PT. SOHO Industri Pharmasi mengikuti persyaratan yang disebutkan dalam CPOB, yaitu: 

Harus ada protap yang mengatur tata kerja (penerimaan, penyimpanan, dan distribusi barang.



Cukup luas, terang, dapat menyimpan bahan dalam keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih, dan teratur.



Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah terbakar atau mudah meledak.



Tersedia tempat khusus barang karantina dan rejected.



Tersedia ruangan khusus untuk sampling, dengan kualitas ruangan seperti grey area.



Pengeluaran barang mengikuti prinsip First In First Out (FIFO) atau First Expired First Out (FEFO). PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki 6 gudang untuk menyimpan bahan

awal serta produk jadi, yakni gudang PG6 untuk menyimpan semua bahan baku dan bahan pengemas keperluan eksport; gudang Himalaya untuk menyimpan bahan kemas keperluan dalam negeri; gudang Rawaudang untuk menyimpan

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

62

bahan pengemas tersier; gudang Rawakepiting untuk menyimpan simplisia serta senyawa mudah terbakar; gudang Pulokambing untuk menyimpan obat jadi. Pergudangan di PT. SOHO Industri Pharmasi ditangani oleh satu departemen khusus, yaitu Inbound Logistic Department. Departemen ini merupakan hasil restrukturisasi dari Warehouse Department yang dilakukan pada bulan Januari 2013. Restrukturisasi ini merupakan bentuk penegasan peran departemen ini sebagai bagian dari Industri yang bertanggungjawab terhadap kagiatan penerimaan barang, penyimpanan di gudang, serta pendistribusian bahan baku/produk jadi, lebih luas dibandingkan fungsi pergudangan (warehouse). Inbound Logistic Department dikepalai oleh seorang Department Head dan dibantu oleh seorang Sub Department Head. Sub Department Head mengepalai 4 orang Site Supervisor, yaitu Site Supervisor untuk gudang PG6; Site Supervisor untuk gudang Himalaya; Site Supervisor untuk gudang Rawaudang dan Rawakepiting; dan Site Supervisor untuk gudang Pulokambing dan Rawasumur. Penyimpanan barang di dalam gudang PT. SOHO Industri Pharmasi dibedakan berdasarkan 4 kategori, yaitu: 1. Pharma – Non Pharma Pharma dan Non Pharma dibedakan berdasarkan kategori produk akhir bahan awal. Pharma merupakan golongan produk ethical sementara Non Pharma merupakan golongan produk supplement dan non-essentials. Seluruh bahan baku, baik itu zat aktif maupun eksipien yang digunakan dalam memproduksi produk ethical, akan diletakkan di dalam kelas Pharma, begitu pula sebaliknya. 2. Halal – Reguler Bahan yang telah mendapatkan sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia akan diletakkan secara terpisah dengan bahan yang tidak disertifikasi. Pemisahan tersebut hanya sebatas pemisahan pallet, bukan hingga pemisahan ruang. 3. Cephalosporin - Non Cephalosporin Zat aktif golongan cephalosporin dipisahkan dengan zat aktif non cephalosporin. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

63

kontaminasi beta laktam. Pemisahan dilakukan secara pemisahan ruangan. 4. Psikotropik (Obat Keras Terbatas) - non Psikotropik Penggolongan ini didasarkan pada UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, pada sarana produksi farmasi, psikotropika harus disimpan secara terpisah dengan golongan non psikotropika.

Gudang bahan baku dan obat jadi PT. SOHO Industri Pharmasi dikondisikan dalam tiga tingkatan suhu, yaitu suhu ruangan ambiet (<30°C) untuk produk yang stabil terhadap panas, suhu dikondisikan dengan Air Conditioner (15-25 °C) untuk penyimpanan produk yang stabil pada suhu kamar, serta cold room (2-8 °C) untuk produk termolabil. Selain bertanggung jawab terhadap penyimpanan barang, Inbound Logistic Department juga bertanggung jawab terhadap penerimaan barang serta pengeluaran barang dari gudang. Barang yang dinyatakan memenuhi spesifikasi akan dilengkapi dengan Laporan Penerimaan Barang (LPB). LPB kemudian dikirimkan ke bagian Quality Control Department dan QC

Department

melakukan sampling terhadap barang yang diterima tersebut. Barang yang dinyatakan sesuai dengan spesifikasi kemudian diberikan status diluluskan dan dapat dimasukkan ke dalam stok gudang. Pengeluaran barang dari gudang, seperti pendistribusian bahan awal untuk produksi, dilakukan berdasarkan picklist yang dibuat oleh Production Planning dan dicetak oleh bagian Produksi. Dalam menjalankan fungsi gudang sebagai tempat pemusnahan, Inbound Logistic Department bekerja sama dengan Holcim untuk melakukan pemusnahan obat kembalian yang berasal dari distributor. Sebagian besar penyebab kembalian obat adalah karena produk telah mendekati waktu daluwarsa. Pemusnahan barang juga dilakukan pada barang yang ditolak (reject).

3.3.4.4 Custom Clearance Department Custom Clearance Department merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap ekspor dan impor, dimana aktifitas terbesar departemen ini adalah impor bahan baku dari luar negeri.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

64

3.3.5 Validation and Documentation Department (VDD) Validation and Documentation Department merupakan suatu departemen yang berada di bawah struktur Manufacturing. Departemen ini bertanggung jawab atas seluruh aktivitas validasi dan mengelola dokumen terkendali dalam lingkup manufacturing untuk memenuhi ketentuan current Good Manufacturing Practice yang berlaku di Indonesia (CPOB) maupun secara internasional. Struktur organisasi departemen ini dapat dilihat pada Lampiran. Aktivitas validasi yang dilakukan oleh departemen ini bertujuan untuk memastikan bahwa peralatan, fasilitas, sistem, dan proses yang digunakan untuk memproduksi obat memenuhi syarat yang telah ditentukan dan akan menghasilkan produk yang sesuai dengan tujuan penggunaanya. Kebijakan validasi yang berlaku pada lingkungan SOHO Group tertuang dalam Validation Master Plan (VMP) masing-masing fasilitas. Secara garis besar aktivitas yang dilakukan oleh departemen ini adalah melakukan analisis risiko, kualifikasi, dan validasi. Risk Analysis (RA) atau Analisis Risiko merupakan suatu kegiatan menganalisa kemungkinan risiko yang berasal dari desain/fungsi maupun penggunaan peralatan. Tahap Ini dilakukan sebelum proses kualifikasi dimulai. Kualifikasi merupakan upaya pembuktian bahwa fasilitas, sistem,dan fasilitas yang digunakan bekerja dengan benar. Kualifikasi terdiri dari 4 tahap, yaitu kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi desain atau Design Qualification (DQ) dilakukan untuk memastikan apakah desain peralatan yang digunakan telah sesuai dengan kriteria cGMP yang difenisikan dalam User Requirement Specification dan Analisis Risiko. Kualifikasi instalasi atau Installation Qualification (IQ) of equipment / utility system dilakukan untuk memastikan apakah peralatan telah terpasang sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh pembuat equipment/utility. Kualifikasi operasional atau Operational Qualification (OQ) of equipment/utility system dilakukan untuk memastikan apakah peralatan beroperasi sesuai dengan spesifikasinya. Kualifikasi kinerja atau Performance Qualification (PQ) of equipment/utility system dilakukan untuk memastikan apakah peralatan memiliki performa yang diinginkan atau sesuai spesifikasi secara konsisten dan terpercaya.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

65

Kegiatan lain yang dilakukan oleh departemen ini adalah validasi. Validasi sendiri merupakan pembuktian terdokumentasi bahwa proses yang dioperasikan menunjukkan performa yang efektif dan reprodusibel untuk menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi dan ketetapan GMP. Terdapat tiga macam validasi yang dilakukan oleh Validation and Documentation Department, yakni validasi proses, validasi pembersihan, dan validasi sistem komputer. Validasi proses merupakan pembuktian terdokumentasi bahwa proses yang dioperasikan menunjukkan performa yang efektif dan reprodusibel untuk menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi dan ketetapan GMP. Validasi pembersihan merupakan pembuktian bahwa cara pembersihan yang diterapkan pada equipment yang kontak dengan produk terbukti secara efektif mengurangi tingkat kontaminasi pada batas yang dapat diterima. Validasi sistem komputer merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk membuktikan bahwa sistem komputerisasi yang digunakan (hardware dan software) dalam proses pembuatan produk obat sesuai dengan persyaratan CPOB yang berlaku.

3.3.6 Technical Division. 3.3.6.1. Departemen Urusan Umum (General Affairs) Departemen Urusan Umum (General Affairs) terdiri dari Sub Departemen QA Urusan Internal (QA Internal Affairs Sub Departemen), Sub Departemen QA Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub Departemen), dan Sub Departemen Pelayanan Cabang (Branch Services Sub Departemen). Sub Departemen QA Urusan Internal (QA Internal Affairs Sub Departemen) membawahi Urusan Rumah Tangga Area I dan II (House keeping area I dan II), Front office and Security, Fasilitas Kantor (Office Facility), dan Perbekalan Kantor (Office Supplies). Sub Departemen QA Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub Departemen) membawahi Manajemen Limbah dan Hama (Waste and Pest Management) dan Manajemen Transportasi (Transportation Management). Manajemen Limbah dan Hama (Waste and Pest Management) bertanggung jawab dalam penanganan limbah dan pengendalian hama. Sedangkan Manajemen Transportasi (Transportation Management) bertanggung jawab dalam hal

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

66

transportasi. General Affairs Sub Departemen Pelayanan Cabang (Branch Services Sub Departemen) berhubungan dengan cabang-cabang distributor PT. Parit Padang Global yang ada di seluruh Indonesia. Sub Departemen Pelayanan Cabang terbagi menjadi 2 regional, yaitu Urusan Umum Cabang Regional I dan Urusan Umum Cabang Regional II

Penanganan Limbah Penanganan di PT. SOHO Group termasuk dalam Sub Departemen QA Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub Department). Jenis limbah yang ditangani ada tiga jenis, yaitu limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), limbah domestik, dan limbah IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Limbah B3 adalah limbah baik berupa padat maupun cair, yang sifatnya bila tidak dikelola/dimusnahkan dengan tepat dapat mencemarkan lingkungan maupun menimbulkan efek yang tidak baik unruk makhluk hidup, atau dapat juga membahayakan, dikarenakan sifatnya yang beracun, reaktif, mudah terbakar, dan lain-lain. Jenis limbah B3 yang dikelola oleh GA Dept antara lain sisa analisa padat/cair atau sampling bahan baku/obat jadi/contoh pertinggal, bahan baku reject, obat kembalian, obat ruahan yang ditolak, obat jadi yang ditolak, lumpur (sludge) IPAL, oli bekas, lampu TL, kemasan reagen, reagen kadaluarsa, kemasan kontaminasi, dan limbah infeksius. Pemusnahan limbah B3 dilaksanakan oleh perusahaan lain yang telah bekerja sama dengan PT. SOHO Group seperti PT Holcim, PT. WASTEC, PT. Geocycle, dan PT. Tipar Nirmala Sakti. Limbah domestik adalah limbah non B3 yang berasal dari kegiatan seharihari (kegiatan kantor, kamar mandi, sampah taman, daun kering, kemasan air minum) maupun kemasan yang tidak terkontaminasi oleh produk/bahan (kardus, botol, stripping, alufoil, tube, ampul kosong, dan lain-lain), serta limbah herbal hasil ekstraksi. Pengolahan limbah domestik yang berasal dari kegiatan sehari-hari dilakukan pengangkutan oleh pihak ketiga sebanyak 3 kali dalam seminggu. Untuk limbah sisa ekstrak herbal dilakukan pengangkutan setiap seminggu sekali. Sedangkan untuk limbah dari produk/bahan dilakukan kerja sama dengan beberapa pihak ketiga. Limbah jenis alufoil, tube, strip dilebur di peleburan alufoil di daerah Cakung. Limbah jenis kertas, kardus, duplex, master box dilebur di

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

67

pabrik peleburan kertas. Limbah jenis botol, ampul, dan limbah jenis kaca yang tidak memiliki logo perusahaan atau merk langsung dibuang ke TPS domestik, untuk yang memiliki merk ataupun logo perusahaan akan dipecahkan terlebih dahulu sebelum dibuang ke TPS domestik. Limbah IPAL PT. SOHO Industri Pharmasi berasal dari limbah domestik, limbah herbal, dan limbah Pharma, sedangkan limbah IPAL PT. ETHICA Industri Farmasi berasal dari limbah Betalaktam, dan non beta laktam. Pengolahan limbah PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. ETHICA Industri Farmasi dilakukan secara bersama-sama. Unit pengolahan limbahnya terdiri dari pengolahan limbah secara aerob, pengolahan limbah secara anaerob, dan pengolahan domestik. Untuk pengecekan baku mutu air hasil pengolahan unit IPAL dilakukan swapantau outlet IPAL oleh pihak QC setiap 2 kali dalam seminggu, swapantau outlet STP oleh pihak QC setiap 2 minggu sekali, dan setiap 3 bulan sekali oleh BPLHD. Limbah dari PT. ETHICA Industri Farmasi yang merupakan limbah non betalaktam dan limbah domestik cair akan dialirkan langsung menuju bak ekualisasi sebelum melalui proses anaerob. Limbah betalaktam akan ditampung dalam bak penyangga/buffer sebagai tempat penampungan sementara. Dari bak penyangga/buffer, limbah tersebut akan dialirkan ke bak reaktor antibiotik yang akan diproses secara kimia dengan menggunakan NaOH sampai basa (pH 10) dan HCl untuk menetralkan kembali sampai pH 7. Proses ini dilakukan untuk memecah cincin betalaktam. Selanjutnya limbah dialirkan ke bak ekualisasi produksi dimana pada bak tersebut tercampur limbah dr PT ETHICA Industri Farmasi, PT SOHO Industri Pharmasi, serta obat tradisional yang sebelumnya telah disaring terlebih dahulu. Limbah kemudian dilarikan ke bak anaerob untuk dibusukkan. Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi. Limbah domestik cair akan menuju STP (Sewage Treatment Plant). PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki 8 STP tetapi hanya 6 yang memenuhi syarat. Dua STP yang lainnya selalu menghasilkan profil limbah yang tidak memenuhi syarat. STP merupakan suatu sistem perlakuan limbah berupa kolam yang tertutup dengan tiga pipa di dalamnya. Aktivitas pengolahan limbah di STP adalah pengadukan, oksigenasi bakteri, dan pembuangan lumpur aktif (bakteri). Tujuan

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

68

pengolahan limbah di STP ini adalah untuk mengurangi kadar BOD, COD, dan pH air limbah tersebut. Di setiap STP terdapat pump pit untuk mengambil sampel air limbah untuk ditentukan kadar BOD, COD, dan pH. Limbah yang telah memenuhi syarat kemudian akan melalui proses selanjutnya, yaitu proses anaerob. Limbah produksi dan herbal tidak melalui sistem STP, melainkan ditampung dalam suatu bak penampung untuk kemudian diproses secara anaerob. Hal tersebut dilakukan karena bakteri aerob dalam STP tidak mampu menguraikan limbah produksi dan herbal. Limbah produksi dan herbal banyak mengandung senyawa yang dapat membunuh bakteri, oleh karena itu limbah tersebut harus diproses secara anaerob terlebih dahulu. Limbah yang telah dialirkan ke bak ekualisasi anaerob kemudian akan dialirkan ke bak anaerob. Bak anaerob berisi bakteri anaerob yang membantu dalam proses pemecahan molekul-molekul yang terkandung dalam limbah menjadi bentuk yang lebih sederhana. Bak anaerob tidak memerlukan aerasi bsehingga bak tersebut dalam kondisi tertutup. Setelah melalui proses anaerob, limbah akan menuju bak ekualisasi mixing, yaitu bak penampungan sebelum limbah masuk ke proses selanjutnya. Dari bak ekualisasi mixing, limbah akan dialirkan ke bak ekualisasi aerob untuk selanjutnya dialirkan ke bak aerob. Bak aerob berisi bakteri aerob yang disebut dengan lumpur aktif yang dapat menguraikan zat berbahaya. Keberadaan dua bak aerob dengan tujuan mengantisipasi meluapnya limbah. Dalam bak aerob terdapat aerator untuk mensuplai oksigen bagi bakteri. Dari bak aerob, limbah akan dialirkan menuju bak sedimentasi untuk proses pengendapan lumpur aktif. Proses ini tidak menggunakan koagulan, melainkan limbah murni didiamkan selama beberapa waktu. Sehari dua kali banyaknya lumpur aktif diukur dengan cara mengukur pengendapannya pada gelas ukur selama setengah jam. Limbah dari bak sedimentasi kemudian dialirkan ke bak klorinasi untuk menjernihkan. Dari bak klorinasi, limbah akan dialirkan menuju filter feed sebagai bak penampungan sebelum masuk ke tanki penyaringan (filter tank). Tanki penyaringan (filter tank) terdiri dari dua tangki yang terpisah. Satu tangki berisi pasir dan satu tangki lagi berisi karbon aktif. Tanki penyaringan (filter tank) bertujuan untuk menyaring air limbah dan mengurangi bau. Setelah melalui tanki penyaringan (filter tank),

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

69

limbah akan dialirkan menuju bak outlet. Dari bak outlet limbah dibagi menjadi dua aliran, satu aliran menuju ke tanki penampungan (reservoir tank) dan aliran satunya menuju kolam ikan (fish pond). Air limbah olahan yang disimpan dalam tanki penampungan (reservoir tank) digunakan untuk menyiram tanaman disekitar area industri, sedangkan limbah yang dialirkan ke kolam ikan (fish pond) bertujuan sebagai indikator limbah yang ramah lingkungan sehingga ikan bisa hidup di air limbah olahan tersebut. Kolam ikan (fish pond) dihubungkan dengan outlet drain berupa bak kecil untuk tempat pengambilan sampel analisis kualitas air limbah. IPC yang dilakukan dalam proses pengolahan air limbah adalah pengukuran endapan lumpur aktif dan pengecekan pH yang dilakukan setiap hari. Pengecekan pH dilakukan pada sampel yang diambil dari outlet drain. Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil sampel dari bak aerob sebanyak 1000 ml, kemudian lumpur aktif dibiarkan mengendap selama setengah jam. Endapan yang kurang dari 80 ml, menunjukkan bahwa jumlah bakteri terlalu sedikit, sehingga akan dilakukan pembibitan (seeding) ulang, yaitu pembiakan menggunakan bakteri yang baru. Lumpur yang mengendap lebih dari 200 ml mengindikasikan jumlah bakteri yang terlalu banyak dan terjadi penumpukan bakteri yang mengakibatkan bakteri mati karena kekurangan nutrisi. Lumpur tersebut selanjutnya akan dimusnahkan. Lumpur tersebut akan dialirkan ke bak lumpur (sludge tank) sebagai tempat penampungan lumpur mati. Lumpur tersebut selanjutnya akan dialirkan ke pengumpul lumpur (sludge feeder) dan dipisahkan lumpur dari air limbah dengan penyaring bertekanan (filter press). Air perasan yang diperoleh akan diolah lagi dalam bak anaerob, sedangkan lumpur yang diperoleh dimusnahkan bersama dengan limbah B3

3.3.6.2. Departemen Teknik (Engineering) Departemen Teknik (Engineering) dipimpin oleh seorang Kepala Departeman Teknik (Engineering Department Head) yang bertanggung jawab dalam mengatur semua kegiatan Teknik (Engineering) yang terkait dengan produk. Departemen ini memiliki tiga bagian, yaitu:

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

70

3.6.5.2.1. Sub Departemen Perawatan Operasional (Operational Maintenance) Sub Departemen Perawatan Operasional (Operational Maintenance) bertanggung jawab dalam hal pemeliharaan peralatan operasional. Sub Departemen Perawatan Operasional (Operational Maintenance Sub Department) terbagi menjadi dua, yaitu Bagian Perawatan (maintenance section) dan Bagian Peralatan (utility section). Bagian Perawatan (maintenance section) bertanggung jawab terhadap perawatan alat di PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. ETHICA Industri Farmasi. Bagian Perawatan (maintenance section) terbagi menjadi Perawatan area I (maintenance area I) yang bertanggung jawab sebagai koordinator di area I (PT SOHO Industri Pharmasi) dan Perawatan area II (maintenance area II) yang bertanggung jawab sebagai koordinator di area 2 (PT. ETHICA Industri Farmasi). Pelaksanaan perawatan suatu alat dilaksanakan secara rutin berdasarkan waktu (manual book/hystorical), frekuensi penggunaan, dan jam penggunaan. Dalam melakukan maintenance terdapat 3 form, yaitu form pemeriksaan pencegahan & servis pencegahan (preventive check & preventive service form), form serah terima antara Teknik (Engineering) dengan produksi, dan form pembersihan. Pengecekan untuk pemeliharaan mesin dilakukan setiap dua bulan sekali sering disebut sebagai perawatan berkala (periodic maintenance). Hasil pengecekan didata dalam form pemeriksaan pencegahan & servis pencegahan (preventive check & preventive service form). Kerusakan pada mesin produksi harus segera dilaporkan kepada Departemen Teknik (Engineering) melalui form perintah kerja (work order form), dan akan ditindaklanjuti segera oleh Teknik (Engineering) bersamaan dengan itu dilakukan dokumentasi berupa form serah terima. Bagian Peralatan (Utility section) bertanggung jawab dalam pengoperasian dan perawatan alat-alat penunjang produksi seperti boiler, pendingin (chiller), genset, kompresor, kran untuk kebakaran (fire hydrant), pompa air dan limbah. Boiler berfungsi menghasilkan uap air panas dengan suhu tinggi yang sering digunakan untuk produksi. Kompresor digunakan untuk menghasilkan udara bertekanan, kompresor untuk industri farmasi adalah jenis kompresor bebas minyak. Genset berfungsi untuk menghasilkan arus listrik saat listrik mati, genset yang digunakan adalah dua genset masing-masing dengan kekuatan 2000 kVA.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

71

Alat-alat analisis pada laboratorium R&D, QA dan QC menggunakan penyimpan daya dan penstabil (stabilizer) untuk menjaga kemungkinan listrik PLN padam. Fire hydrant terdapat dalam setiap ruangan, posisinya di atap berbentuk karet bundar putih. Fire hydrant ini akan pecah dan menyala otomatis saat ada api. Pengaturan pompa air dan limbah, bagian peralatan (utility) bekerjasama dengan Urusan Umum (General Affairs) untuk mengatur dan mengoperasikannya. Selain perawatan peralatan penunjang, bagian peralatan (utility section) juga bertugas dalam memantau dan merawat ruang mezzanine. Ruang mezzanine adalah ruang yang terdapat di atas ruang yang terlibat dalam pembuatan produksi, ruang mezzanine berisi AHU, pipa hydrant, pipa steam, pipa listrik, pipa air PAM, pipa air murni, dan ducting. Bagian peralatan (utility section) terbagi menjadi empat bagian, yaitu bengkel (workshop), peralatan (utility), listrik (electrical), serta HVAC dan media bersih (clean media). Bengkel (workshop) bertanggung jawab mengurus perbaikan

alat.

Bagian

peralatan

(utility)

bertanggung

jawab

untuk

mengoperasikan alat seperti boiler dan operator yang menjalankan bertanggung jawab terhadap alat harus tersertifikasi. Perlistrikan (electrical) berperan dalam pemantauan dan perawatan perangkat kelistrikan dan berhubungan langsung dengan PLN sebagai penyedia tenaga listrik. Rangkaian listrik untuk pabrik dimulai dari gardu PLN kemudian menuju gardu listrik kecil kemudian menuju ke panel besar yang berada di setiap gedung dan terakhir menuju setiap panel kecil yang berada di ruangan. Tenaga listrik merupakan faktor yang sangat penting untuk produksi, untuk mengatasi keadaan tidak ada tenaga listrik saat mati lampu disediakan dua genset kapasitas 2000 KVA yang dalam waktu lima detik akan segera memenuhi seluruh kebutuhan listrik pabrik. Genset akan mati secara otomatis ketika listrik dari PLN menyala kembali. HVAC dan media bersih (clean media) bertanggung jawab terhadap yang berhubungan dengan kebersihan produksi seperti sistem Pemanasan, Pertukaran, dan Pendingin Udara (Heating, Ventilating, and Air Conditioning/HVAC) dan pengolahan air murni.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

72

1. Sistem HVAC Prinsip kerja HVAC adalah udara luar (fresh air) dan udara hasil resirkulasi di dalam ruangan masuk ke dalam pencampuran chamber yang kemudian disaring menggunaan penyaring awal (pre filter) G4 (efisiensi 80%) dan penyaring antara (medium filter) F7 (efisiensi 95%) untuk mengurangi jumlah partikel. Udara kemudian didinginkan dan diturunkan kelembabannya dengan pendinginan oleh cooling coil sebagai hasil pendinginan oleh chiller atau freon. Udara hasil pendinginan melewati heater/steam coil untuk dipanaskan sesuai dengan suhu udara yang dibutuhkan ruangan kemudian didorong oleh motor menuju filter F9 (98%). Udara hasil penyaringan filter F9 akan mengalami penyaringan akhir oleh HEPA filter H13 (99,95%) dan keluar melalui outlet untuk selanjutnya didistribusikan melalui pipa-pipa. Udara hasil penyaringan HEPA filter selanjutnya dijadikan udara pasokan untuk ruangan produksi yang dikenal persediaan udara (supply air). Persediaan udara (supply air) dari AHU disalurkan melalui saluran (ducting) menuju ke ruangan dengan melalui lubang persediaan udara (supply air) yang terdapat di atap ruangan. Udara yang telah dikondisikan dan disaring kemudian masuk ke ruang-ruang produksi melalui supply diffuser baik dengan tipe swirl ataupun grill. Pada ruangan produksi menggunakan aliran udara swirl agar aliran udara langsung menuju low return perforated. Sebelum masuk ke pencampuran chamber, udara akan melewati sensor temperatur dan kelembaban di mana sensor tersebut akan otomatis mengirimkan sinyal kepada cooling coil untuk mengatur temperatur dan kelembabannya. HEPA merupakan singkatan dari High-Efficiency Particulate Air. Efisiensi HEPA tergantung dari jenisnya. HEPA H13 sanggup menyaring 99,95% dari semua partikel yang lebih besar dari 0,3 mikron. Hal ini berarti untuk setiap 10.000 partikel yang berukuran lebih besar dari 3 mikron, hanya ada peluang 5 partikel yang lolos dari HEPA. Ada empat parameter yang perlu diperhatikan dan dikendalikan dalam sistem AHU yaitu, yang pertama temperatur ruangan yang harus diatur sedemikian rupa agar persyaratan suhu ruangan untuk kegiatan produksi dapat terpenuhi. Temperatur udara dikondisikan dengan bantuan chiller dan boiler. Chiller berfungsi sebagai pensuplai air dingin pada coil, sedangkan boiler

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

73

berfungsi sebagai pensuplai air panas pada heater. Kedua adalah Kelembaban relatif ruangan, kelembaban udara adalah parameter kritis bagi produk-produk yang bersifat higroskopis, seperti sediaan effervescent yang membutuhkan RH di bawah 30%. Tingkat kelembaban udara diatur dengan menggunakan dehumidifier. Ketiga yaitu jumlah partikel. Jumlah partikel dalam setiap ruangan berbeda-beda tergantung klasifikasi ruangan. Jumlah partikel dikendalikan oleh beberapa penyaring yang terdapat pada AHU. Kemudian yang keempat adalah jumlah sirkulasi udara dan perbedaan tekanan. Jumlah sirkulasi udara dan perbedaan tekanan akan menentukan tingkat kebersihan ruangan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi terjadinya kontaminasi silang

2. Sistem pengolahan air murni Fungsi dari sistem pengolahan air murni secara umum untuk menyaring unsurunsur logam (seperti Na, Cl, Mg, Al, dll), bakteri, dan memperkecil angka konduktivitasnya yang ada didalam air. Oleh karena itu, pada proses produksi obat diperlukan air yang murni agar unsur-unsur kimia dan fisika yang tidak diperlukan yang ada didalam air tidak mempengaruhi atau mengkontaminasikan mutu obat yang dihasilkan. Tahapan sistem pengolahan air murni adalah sebagai berikut: 1. Osmosis Osmosis adalah suatu proses alami dimana dua jenis larutan yang berbeda konsentrasi dipisahkan oleh sebuah membran semi permeabel, sehingga larutan yang lebih rendah konsentrasinya akan bergerak menembus membran semi permeabel menuju cairan yang lebih tinggi konsentrasinya hingga terjadi keseimbangan konsentrasi.

2. Reverse Osmosis Reverse osmosis adalah suatu teknologi pemurnian air yang paling modern, yang menggunakan membran semi permeabel, yang sangat efektif, ekonomis dan mudah pemeliharaannya, mampu membersihkan air hingga 90-99%

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

74

dari segala macam pencemar yang terkandung di dalam air sehingga menghasilkan air yang bersih dan murni. Proses osmosis merupakan aliran dari cairan yang lebih murni menembus permukaan membran terserap oleh cairan yang lebih kental. Dalam proses osmosis, cairan yang lebih kental menyerap cairan yang lebih murni sehingga ketinggian permukaan cairan yang lebih kental lebih tinggi dari permukaan cairan yang lebih murni. Semakin tinggi perbedaan kekentalan kedua cairan menjadikan semakin banyak cairan lebih murni terserap oleh cairan yang lebih kental. Proses Reverse Osmosis merupakan kebalikan dari proses Osmosis, yaitu memberikan tekanan balik dengan tekanan osmonic lebih besar pada permukaan cairan yang lebih kental, maka cairan yang lebih murni akan menembus permukaan membran menjadi cairan yang lebih murni. Semakin tinggi tekanan yang diberikan pada cairan yang lebih kental akan semakin cepat cairan yang lebih murni menembus permukaan membran. Pada

proses

osmosis,

materi

yang

ada

disekitarnya

seimbang.

Keseimbangan yang terjadi pada kedua cairan yang berbeda kekentalannya yaitu semakin besar perbedaan kekentalan kedua cairan, maka semakin tinggi permukaan cairan yang lebih kental. Perbedaan ketinggian tersebut disebut tekanan osmonic. 3. Proses - proses dalam System Osmotron : a) Proses / cartridge Prefilter (0.5 micron) Proses ini diperlukan untuk melindungi unjuk kerja pori-pori membran yang berukuran sangat kecil. Kecilnya ukuran pori-pori membran menjadikan membrane mudah koyak, tersumbat, atau rusak oleh berbagai materi atau zat. Oleh karena itu air yang akan disalinasi haruslah air baku atau air payau atau air laut yang telah bebas dari materi atau zat yang mudah menyumbat atau mengkoyakan dan atau merusak membran. b) Proses Softener Berfungsi mengurangi kadar kesadahan dalam air (ion-ion mineral bebas). Didalamnya terdapat resin softener. Saat resin jenuh akan diproses regenerasi secara automatis sehingga dapat normal kembali. Proses regenerasi ini membutuhkan garam sebagai pengikat ion mineral.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

75

c) Proses Reverse Osmosis Peralatan yang diperlukan untuk melakukan proses reverse osmosis adalah : 

Membran dengan pori-pori yang lebih kecil dari ukuran molekul larutan ion yang akan di pisahkan, yaitu 0,001 - 0,0001 micron ( 50 – 1000 MWCO).



Tabung untuk tempat membran dengan 1 titik masukan air yang akan dilakukan proses reverse osmosis, 1 titik keluaran untuk air yang telah bebas larutan dan 1 titik keluaran untuk air yang mengandung larutan lebih kental dari air masukan. Kekuatan tabung tempat membran harus mampu menerima tekanan yang diberikan melalui pompa bertekanan tinggi.



Pompa bertekanan untuk memberikan tekanan pada air masukan.



Penyeimbang tekanan pada tabung tempat membran berguna untuk memelihara tekanan air baku yang akan menembus membran tidak kurang dari tekanan osmonic yang diperlukan untuk memisahkan larutan dalam air baku.



Proses prefilter minimal yang perlu dilakukan pada air yang akan melalui proses reverse osmosis adalah sendimen filter, pre filter 0.5 micron, SDI 0.2 micron, Fine Filter 0.5 micron dan untuk mengfilter sendimen dan menyerap polutan yang tidak terlarut dalam air seperti bau, rasa, warna. Proses ini dapat menurunkan kadar konduktivitas hingga 10 Ms.

d) Proses EDI (Elektrik De-Ionisasi) Untuk keperluan air di industri farmasi diperlukan air murni yang memiliki konduktivitas sangat rendah atau tidak menghantarkan listrik atau bebas dari ion hidrogen dan hidroksil. Proses pemurnian ini yang disebut sebagai proses EDI. Proses ini terjadi setelah proses RO dilewatkan pada sebuah media yang dialiri arus listrikdengan arus yang sangat tinggi, sehingga dalam aliran tersebut

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

76

air murni tetap mengalir sementara ion bebas yang menempel pada kutub-kutub muatan lawan jenisnya akan tertinggal pada kutub sumber muatan tadi.

b. Sub Departemen Teknik Perencanaan dan Kehandalan (Engineering Planning and Reliability) Sub Departemen Teknik Perencanaan dan Kehandalan (Engineering Planning and Reliability) bertanggung jawab dalam hal perencanaan kegiatan Teknik. Teknik Perencanaan dan Kehandalan (Engineering Planning and Reliability) terbagi menjadi tiga bagian, yaitu seksi gudang suku cadang (warehouse spare part section), seksi perencanaan teknik (engineering planner section), dan seksi automatisasi dan kalibrasi (automation and calibration section). Seksi gudang suku cadang (Warehouse spare part section) bertanggung jawab untuk menyimpan setiap peralatan yang digunakan untuk perawatan setiap mesin yang ada. Selain itu, bagian gudang (warehouse) juga melakukan penyetokan suku cadang mesin yang cukup vital dengan tujuan apabila terjadi kerusakan pada mesin, bagian Teknik (Engineering) dapat melakukan perbaikan atau penggantian suku cadang tanpa harus menunggu suku cadang dari pemasok. Seksi perencanaan teknik (Engineer planner section) bertanggung jawab terhadap perencanaan kegiatan perawatan terhadap semua sarana utama (mesin produksi) dan sarana penunjang. Seksi perencanaan teknik (Engineer planner section) terbagi menjadi dua, yaitu Pelaksana Pengawasan Dokumen Teknik (Engineering Document Control Executive) dan Pelaksana Perencanaan Perawatan (Maintenance Planner Executive). Seksi automatisasi dan kalibrasi (automation and calibration section) terbagi menjadi dua, yaitu bagian kalibrasi (calibration) yang bertanggung jawab terhadap kalibrasi alat di produksi dan bagian mecathronic yang bertanggung jawab menangani alat atau mesin yang bekerja secara otomatis serta menangani alat-alat yang berarus lemah. Kalibrasi merupakan suatu proses penetapan hubungan secara berkala antara perangkat pengukuran dan satuan pengukuran untuk memastikan kebenaran pengukuran dan analisis, sedangkan verifikasi adalah suatu tindakan pembuktian yang dilakukan terhadap alat ukur untuk

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

77

mengetahui bahwa alat ukur tersebut secara konsisten manpu memberikan hasil yang dapat dipercaya. Kalibrasi dilakukan secara berkala terhadap setiap alat pengukuran, sedangkan verifikasi dilakukan setiap hari dan hanya dilakukan pada timbangan saja. Proses kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil dari alat dengan alat lain yang sudah terkalibrasi. Suatu kalibrator memiliki akurasi dan resolusi yang tinggi. Setiap peralatan yang digunakan untuk pengukuran hasrus dikalibrasi dan dikalibrasi ulang secara berkala. PT. SOHO memiliki kalibrator untuk setiap peralatan kecuali timbangan. Timbangan akan dikalibrasi ke pihak ketiga. Kalibrator disimpan dalam kondisi sedemikian rupa dengan syarat penyimpanan dengan suhu sebesar 25±3° C, dan RH sebesar 60±10 %. Standar tersebut sesuai dengan standar ISO 17025 dan Komite Akreditasi Nasional (KAN). Metode kalibrasi masing-masing alat berbeda-beda, oleh karena itu dibuat prosedur tetap kalibrasi alat.

c. Seksi Proyek Peralatan Mekanik (Mechanical Equipment Project Section) Seksi Proyek Peralatan Mekanik (Mechanical Equipment Project Section) bertanggung jawab dalam hal penanganan proyek baru Teknik (Engineering) hingga sebelum dilakukan validasi. Seksi Proyek Peralatan Mekanik (Mechanical Equipment Project Section) membawahi bagian desain mekanikal.

3.3.6.3. Departemen Kesehatan, Keamanan, dan Lingkungan (Healthy, Safety, and Environmental /HSE Department) PT. SOHO Group berkeinginan untuk meningkatkan dan menjaga standar yang paling tinggi dalam hal keselamatan kerja dari setiap aktivitas perusahaan. Dimanapun kita bekerja dalam kegiatan yang beragam, lingkungan kerja yang aman adalah yang pertama dan utama. HSE adalah suatu departemen yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan hidup. Setiap karyawan baru akan mendapatkan pengarahan dari departemen ini. Tujuan dilakukannya pengarahan adalah agar setiap karyawan memahami persyaratan yang berlaku di PT. SOHO Group sehingga kecelakaan kerja dapat dihindari. Peraturan tersebut dituangkan dalam Petunjuk Umum

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

78

Keselamatan Kerja PT. SOHO Group. Petunjuk-petunjuk yang tertera dalam buku tersebut

bersifat

tambahan dari Peraturan

Perundang-Undangan

tentang

Keselamatan Kerja yang ada di Republik Indonesia yang berhubungan dengan jenis perkerjaan yang dilakukan. Kesehatan meliputi pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pada saat bergabung dengan perusahaan dan pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala. Kesehatan sangat penting untuk diperhatikan agar tidak mengganggu kinerja karyawan dalam bekerja yang berakibat pada mutu produk yang dihasilkan. Aspek keselamatan kerja dilakukan dengan pelatihan yang terkait keselamatan kerja ketika berada di area perusahaan baik pengunjung maupun karyawan. Karyawan wajib mengikuti pedoman keselamatan pekerja. Lingkungan berhubungan dengan dampak yang ditimbulkan proses produksi terhadap kelestarian lingkungan. Salah satunya dengan pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi cemaran ke lingkungan sekitar. Prinsip dari keselamatan kerja adalah kenali lingkungan kerja, pelajari dan resiko yang mungkin Timbul, kemudian cari cara pencegahannya. HSE menerapkan lima hirarki control secara bertahap, yaitu eliminasi, substitusi, pendekatan teknis, pengawasan administrasi, dan APD (Alat Pelindung Diri). Eliminasi yaitu menghilangkan setiap bahaya dan resiko. Substitusi adalah mengganti aktivitas pekerjaan dengan metode yang lain untuk mengurangi resiko yang ada. Pendekatan teknis yaitu penggunaan alat-alat yang mempermudah pekerjaan dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja. Pengawasan administrasi adalah melakukan pengawasan, pendampingan, serta pembuatan prosedur tetap. APD yaitu memperlengkapi diri dengan pelindung seperti jas lab, kacamata (goggle), sarung tangan, masker ketika diperlukan.

3.4. Lokasi dan Sarana PT. SOHO Industri Pharmasi 3.4.1 Lokasi PT. SOHO Industri Pharmasi PT. SOHO Industri Pharmasi berlokasi di Jl. Pulogadung No.6, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta. Di lokasi ini, area untuk Manufacturing SOHO Group (ruangan produksi) terbagi menjadi 3 yaitu area yang terdapat di gedung 2, gedung 3 dan gedung OT.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

79

3.4.1.1 Ruangan Produksi di Gedung 2 Ruang produksi di gedung 2 terdiri dari ruang timbang (weighing room) dan ruang produksi sediaan liquid. Ruang timbang terdiri dari ruang timbang solid, ruang timbang liquid, buffer room, staging before weighing room, staging after weighing room, ruang penyimpanan peralatan timbang. Ruang produksi sediaan liquid terdiri dari ruang blowing botol, ruang mixing, ruang filling packaging primer, ruang packaging sekunder, ruang In Process Control (IPC) liquid, ruang penyimpanan peralatan liquid, ruang penyimpanan pengemas primer, ruang penyimpanan pengemas sekunder, Work In Process (WIP) room, ruang cuci, ruang supervisor dan administrasi.

3.4.1.2 Ruangan Produksi di Gedung 3 Ruang produksi yang terletak di gedung 3 terdiri dari ruang ganti sepatu dan pakaian karyawan, ruang produksi sediaan solid dan ruang supervisor dan administrasi. Untuk ruang produksi sediaan solid terdiri dari ruang mixing, ruang tabletting, ruang coating, ruang filling kapsul, ruang packaging primer, ruang printing, ruang packaging sekunder, ruang penyimpanan cangkang kapsul, ruang penyimpanan peralatan solid, ruang penyimpanan pengemas primer, ruang penyimpanan pengemas sekunder, ruang IPC tablet, ruang IPC mixing, WIP room, ruang cuci.

3.4.1.3 Ruangan Produksi di Gedung Obat Tradisional (OT) Ruang produksi yang terletak di gedung OT terdiri dari ruang ganti sepatu dan pakaian karyawan, ruang produksi sediaan likuid dan ruang supervisor dan administrasi. Untuk ruang produksi sediaan likuid terdiri dari ruang penghalusan bahan, ruang pengeringan, ruang ekstraksi, ruang granulasi, ruang pengemasan primer, ruang IPC , WIP room, dan ruang cuci. Ruang produksi di atas menjadi dikelompokkan menjadi dua kelas yaitu kelas E dan kelas F. Ruang kelas E digunakan untuk produksi sediaan non steril yang ditujukan untuk penggunaan oral dan pengemasan primer, sedangkan kelas F digunakan untuk ruang pengemasan sekunder.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

80

3.4.2 Bangunan, Fasilitas, dan Sarana Penunjang PT. SOHO Industri Pharmasi Bangunan, fasilitas dan sarana penunjang yang terdapat di PT. SOHO Industri Pharmasi didesain dan dibuat sedemikian rupa agar dapat memenuhi ketentuan yang tercantum dalam CPOB serta cGMP dan menjamin terjaganya kualitas produk.

3.4.2.1 Desain Pabrik PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki ruang penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas, penimbangan dan penyerahan produk, pengolahan, pencucian peralatan, penyimpanan peralatan, penyimpanan produk ruahan, pengemasan, karantina produk jadi sebelum pelulusan akhir, pengiriman produk, dan laboratorium pengawasan mutu yang masing-masing ruangan letaknya terpisah satu sama lain. Selain itu, dalam area produksi, terdapat area untuk penimbangan, mixing, granulating, tableting, coating, dan packaging. Permukaan dinding dan lantai untuk area Manufacturing dilapisi dengan cat epoksi. Hal ini bertujuan untuk memperoleh permukaan yang rata dan tidak berpori, tahan terhadap bahan kimia, mudah dibersihkan, dan mudah dibilas dengan air. Pertemuan antara dinding dengan lantai dibuat sedemikian rupa sehingga menghindari adanya sudut (curving). Kemungkinan terdapatnya celah antara rangka jendela dengan kaca, celah pada pemasangan lampu serta pipa harus dihindari untuk mengurangi kontaminasi. Salah satu caranya dengan menggunakan sealant atau dengan mendesain pemasangannya sedemikian rupa.

3.4.2.2 Sistem Pengolahan Air Air yang digunakan untuk kegiatan produksi ada dua macam, yaitu potable water dan purified water. Potable water diperoleh dari air PAM ditampung di tangki penampungan dan telah mengalami proses filtrasi menggunakan pasir dan karbon filter. Potable water digunakan untuk keperluan pembersihan, aktivitas kantin, dan juga sebagai raw water untuk diolah menjadi purified water. Proses pengolahan purified water (PW) terdiri dari tahap pretreatment, reverse osmosis (RO), dan distribution. Pretreatment merupakan

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

81

proses awal untuk mengolah potable water sehingga dapat memenuhi persyaratan untuk proses pengolahan selanjutnya.

3.4.2.3. Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC) Sistem pengaturan tata udara (Air Handling Unit) dalam ruang produksi dan trial di departmen Research and Development mengunakan sistem Heating, Ventillating, and Air Conditioning (HVAC) yang berada di bawah tanggung jawab bagian Engineering Department. Udara yang digunakan berasal dari campuran antara udara sirkulasi dan udara segar. Campuran udara ini akan mengalami filtrasi melalui filter dengan efisiensi kecil hingga besar. Selain itu, mengalami pendinginan dan pemanasan udara untuk mengatur kondisi udara yang dibutuhkan. Parameter kritis yang diatur dari sistem tata udara adalah kelembaban relatif (RH), temperatur, partikel, dan tekanan udara. Setiap parameter tersebut diatur dan dikendalikan sesuai dengan kebutuhan setiap ruangan.

3.4.2.4. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki beberapa sistem untuk pengolahan limbah baik cair maupun padat. IPAL atau Waste Water Treatment Plant (WWTP) merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengolah limbah cair dari kegiatan produksi dan kegiatan sehari-hari di industri. PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki sistem pengolahan limbah domestik, limbah produksi nonbetalaktam, dan limbah produksi betalaktam. Kegiatan pengolahan limbah akhir masih dilakukan di dua area terpisah untuk proses aerob dan anaerob. Namun, saat ini sedang dilakukan pembangunan untuk satu area pengolahan limbah yang terpusat agar lebih efisien. Untuk pemusnahan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), PT. SOHO Industri Pharmasi bekerjasama dengan PT. WASTEC, PT. Geocycle, dan PT. Tipar Nirmala Sakti. 3.4.2.5. Pengelolaan dan pengendalian Hama Pengelolaan dan Pengendalian Hama di PT. SOHO bekerja sama dengan PT. Aardwolf Pestkare. Hama yang dikendalikan antara lain tikus, semut, cicak, lalat, nyamuk, rayap, dan kecoa. Upaya pengendalian dan pembasmian hama tersebut harus dilakukan oleh industri farmasi untuk mengurangi kemungkinan

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

82

terjadinya kontaminasi atau kerusakan produk akibat aktivitas hama-hama tersebut. Seluruh bahan kimia yang digunakan untuk pest control harus mendapat persetujuan dari Departemen Quality Assurance (QA) SOHO Group. Seluruh temuan di area produksi harus segera dilaporkan ke pihak terkait dan Quality Operation Division Head (QO Div. Head).

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

BAB 4 PEMBAHASAN

PT.SOHO Industri Pharmasi beroperasi sebagai anak perusahaan dari SOHO Group, dimana masih ada 4 perusahaan lain yang tergabung didalamnya, yaitu : PT. ETHICA Industri Farmasi, PT. Parit Padang Global, PT. Global Harmony Retaillindo dan PT. Universal Health Network. PT. SOHO Industri Pharmasi merupakan salah satu kelompok perusahaan farmasi terbesar di Indonesia dan telah berdiri lebih dari 50 tahun. Perusahaan ini memproduksi sediaan non steril berupa solid, liquid, kapsul, dan semisolid, sedangkan untuk sediaan steril dan cephalosporine diproduksi oleh PT. ETHICA Industri Farmasi. PT. Parit Padang Global merupakan salah satu perusahaan yang menyediakan bahan baku obat dan sebagai distributor tunggal untuk obat jadi yang diproduksi oleh SOHO Group. Penyimpanan dan penyaluran produk yang dilakukan

telah mengikuti tata cara penyimpanan dan penyaluran

produk yang baik. PT. Global Harmony Retailindo ( PT GHR ) adalah suatu unit bisnis yang masih tergolong baru di SOHO Group yang didirikan sebagai salah satu usaha untuk mendukung terwujudnya visi 2015, di mana SOHO group menjadi salah satu tempat yang menyediakan produk-produk kesehatan yang berkualitas dan terbaik, seperti produk kecantikan, suplemen makanan, vitamin, perawatan kulit baik produk lokal maupun mancanegara. Dalam hal penerapan cara pembuatan obat yang baik menurut aturan dari BPOM, PT. Industri Pharmasi telah melakukan seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat dengan baik. Aspek-aspek tersebut adalah :

4.1

Manajemen Mutu Mutu suatu produk obat tidak ditentukan pada hasil akhirnya saja,

tetapijuga harus dilakukan pemantauan di setiap tahapan proses sehingga sesuai dengantujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar, dan tidak menimbulkan risiko pada penggunaan dari segi mutu,

83 Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

Universitas Indonesia

84

keamanan dan khasiat. Dalam penerapan manajemen mutu dilakukan pemisahan tugas dan tanggung jawab yang jelas di dalam PT. SOHO Industri Pharmasi yang mencakupstruktur organisasi, prosedur dan sumber daya untuk

meyakinkan

bahwa produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Penerapan manajemen mutu di PT. SOHO Industri Pharmasi terbukti dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008 tentang manajemen mutu. Selain itu, PT. SOHO Industri Pharmasi juga telah memiliki beberapa sertifikat CPOBantara lain Sertifikat CPOB untuk sedian tablet non-antibiotik, Sertifikat CPOBuntuk sedian tablet salut non-antibiotik, Sertifikat CPOB untuk sediaan liquid non-antibiotik, dan Sertifikat CPOB untuk sediaan semisolid nonantibiotik. Untuk mengevaluasi kualitas produk, pada sistem manajemen mutu juga dilakukan pengkajian mutu produk (Product Quality Review/PQR) yang dilakukan secara berkala dan didokumentasikan terhadap semua obat terdaftar untuk membuktikan kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi; konsistensiproses; melihat analisis kecenderungan dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses.

4.2

Personalia Personalia PT. SOHO Group sudah memenuhi persyaratan yang

ditetapkan oleh CPOB dimana Personil Kunci yaitu Kepala Bagian Pengawasan Mutu, Kepala Bagian Manajemen Mutu, dan Kepala Bagian Produksi dipimpin oleh seorang Apoteker dan bersifat independen satu sama lain. Di dalam menjalankan kegiatannya, industri farmasi harus memiliki struktur organisasi yang jelas dan deskripsi tugas yang jelas pula. Untuk kegiatan manufaktur,

PT.

SOHO

Industri

Pharmasi

terbagi

dalam

beberapa

divisi/departemen, yaitu Quality Operation Divison, Production Division, Technical Division, Validation and Documentation Department, Supply Chain Division, Finance Department, dan Human Resource Department. PT. SOHO Group juga menerapkan sistem BSC (Balance Score Card), dimana terdapat tahap pembelajaran dan perkembangan (learning and growth) yang memiliki makna bahwa PT. SOHO Group berusaha untuk mengembangkan dan Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

85

meningkatkan potensi setiap personilnya. PT. SOHO Group dalam peningkatan kualitas personil juga melakukan pelatihan yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan SDM. Terdapat 2 jenis pelatihan yaitu pelatihan yang bersifat umum dan pelatihan yang bersifat khusus. Pelatihan umum seperti pelatihan CPOB dan keselamatan kerja yang biasanya diberikan kepada karyawan baru, sedangkan pelatihan khusus seperti pelatihan mesin Manesty Express untuk supervisor departemen produksi.

4.3

Bangunan dan Fasilitas Lokasi bangunan industri farmasi dipersyaratkan untuk menghindari

pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. PT. SOHO Industri Pharmasi berusaha untuk memenuhi persyaratan CPOB, yang ditunjukan dengan lokasi perusahaan yang berada dikawasan industri Pulogadung sehingga dapat meminimalkan pencemaran ke area hunian penduduk. Bangunan serta fasilitas pendukung PT. SOHO Industri Pharmasi telah memenuhi kriteria CPOB dimana sebagai contohnya dinding, lantai dan atap dari ruang produksi telah dilapisi dengan epoxy yang bersifat kedap air, licin dan tahan goresan logam atau roda sehingga mudah dibersihkan. Tiap sudut ruangan dan tangga dibuat melengkung sehingga meminimalkan pengumpulan debu dan kotoran di sudut ruangan maupun tangga. Selain itu, ruangan produksi telah dilengkapi dengan sistem AHU (Air Handling Unit) untuk mengatur kondisi udara, suhu, tekanan, kelembaban dan sirkulasi udara agar sesuai untuk proses produksi. Ruangan produksi di PT. SOHO Industri Pharmasi dikelompokan menjadi beberapa ruangan seperti ruang penimbangan, ruang pengolahan, ruang pencetakan, ruang penyalutan, ruang IPC, dan ruang pengemasan.Selain ruangruang tersebut PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki ruangan produksi untuk sediaan cair dan semi solid. Ruangan produksi tersebut berada in-line sehingga memperlancar proses produksi, ruangan produksi juga langsung berhubungan dengan pengemas black sehingga proses pengemasan sekunder dapat langsung dilaksanakan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

86

Laboratorium pengawasan mutu PT. SOHO Industri Pharmasi juga telah memenuhi persyaratan CPOB. Laboratorium QC terpisah dari area produksi dan dibuat area tersendiri untuk laboratorium mikrobiologi. Di laboratorium QC juga telah tersedia lemari atau ruangan untuk sampel, standar, pelarut, dan reagen; acid chambers; ruang cuci peralatan laboratorium; dan emergency aid. Ruang untuk instrumen telah dibuat terpisah agar terlindung dari pengaruh getaran. Gudang PT. SOHO Industri Pharmasi juga telah memenuhi persyaratan CPOB dimana penyimpanan bahan baku, bahan kemas dan produk jadi telah dibagi berdasarkan suhu penyimpanan ataupun berdasarkan jenis bahan misalnya pemisahan bahan baku halal dari bahan baku lainnya. Terdapat pula kantin yang terpisah dari bangunan produksi dan gedung kesehatan atau yang biasa disebut poli dimana disediakan untuk karyawan yang sedang sakit untuk segera mendapatkan perawatan dan pengobatan. Selain itu, juga terdapat ruang untuk ibu menyusui.

4.4

Peralatan Peralatan yang digunakan oleh PT. SOHO Industri Pharmasi telah

memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Petunjuk CPOB. Peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi memiliki permukaan yang tidak menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi. Bahan yang digunakan dalam peralatan tersebut juga dipastikan tidak bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga mutu produk tidak berubah. Seluruh peralatan juga telah terkualifikasi sebelum digunakan. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat telah terkalibrasi oleh bagian Quality Support Section (Quality Assurance). Setiap peralatan memiliki identitas yang jelas (nomor) dan prosedur tertulis untuk menggunakan dan mengoperasikan peralatan tersebut. Seluruh personel yang akan memakai alat tersebut, terlebih dahulu mendapatkan pelatihan dalam menggunakan alat tersebut. Setiap peralatan juga memiliki prosedur pembersihan dan sebelum digunakan harus dipastikan terlebih dahulu validitas pembersihannya. Mesin yang telah dibersihkan diberikan stiker berwarna hijau. Pembersihan mesin menggunakan metode pembersihan yang telah divalidasi. Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

87

Peralatan produksi ditempatkan masing-masing dalam ruangan yang terpisah. Ruangan produksi pun cukup besar untuk menampung peralatan, mobilitas operator serta untuk proses pembersihannya. Nomor identitas dan validitas pembersihan tiap peralatan yang digunakan dalam produksi dicantumkan dalam Batch Record. Jika peralatan dan/atau validitasnya menyimpang dari yang seharusnya (tercantum dalam Batch Record), maka personel harus melaporkannya dalam laporan deviasi. Pemeliharaan alat dalam PT. SOHO Industri Pharmasi menjadi tanggung jawab bersama antara departemen produksi, departemen engineering, dan departemen QA. Jadwal perawatan alat disesuaikan dengan jadwal produksi sehingga membutuhkan persetujuan dari bagian Engineering, Produksi dan Production Planning. Departemen Produksi bertangung jawab pada pembersihan dan pengatasan problem ringan saat proses produksi. Departemen engineering bertanggung jawab untuk menjaga performa mesin secara berkala.Jika ada peralatan yang bermasalah, maka pada mesin diberikan stiker warna merah. Jika kerusakan tidak dapat ditangani oleh operator produksi, maka peralatan tersebut akan diperbaiki oleh engineering dan dapat dikerjakan di workshop Engineering.

4.5

Sanitasi dan Higiene Higiene yang diterapkan pada suatu perusahaan farmasi dilaksanakan oleh

tiap personil secara perorangan untuk mencegah kontaminasi produk yang berasal dari personil.Salah satu penerapan yang dilakukan di PT SOHO Industri Pharmasi adalah hand-hygiene dimana selalu disiapkan sarana mencuci tangan untuk mencegah kontaminasi terutama dari karyawan yang berhubungan dengan produk.Tiap karyawan yang masuk ke area pembuatan di PT SOHO Industri Pharmasi selalu mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya. Pakaian pelindung tersebut selalu dicuci setelah digunakan sehingga kebersihannya selalu terjaga. Hal ini penting untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan personil. Personil PT SOHO Industri Pharmasi menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut dan secara berkala karena kesehatan personil dapat turut serta memengaruhi mutu produk. Tiap personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

88

dapat merugikan mutu produk dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses jadi sampel sampai dia sembuh kembali. Proses sanitasi dilakukan pada bangunan dan fasilitas. Salah satu contoh penerapan sanitasi di PT SOHO Industri Pharmasi adalah fasilitas toiletnya. PT SOHO Industri Pharmasi menyediakan toilet dalam jumlah yang memadai dan terpisah dari area kerja karyawan.Toilet selalu dilengkapi dengan tisu, sabun, dan pengering tangan. Setiap karyawan yang menggunakan toilet wajib mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum kembali beraktivitas. Sanitasi fasilitas produksi juga diperhatikan. Setelah proses produksi selesai, operator wajib membersihkan alat atau mesin sesuai dengan protap pembersihan dan melakukan sanitasi ruangan. Sanitasi ruangan meliputi pembersihan debu, membersihkan lantai, dinding atap, dan sudut-sudut ruangan produksi sesuai dengan SOP yang berlaku. Setiap personil yang telah selesai mengunakan alat wajib mencuci dan membersihkan alat tersebut sesuai dengan SOP yang berlaku. Peralatan biasanya dibersihkan dengan air kran kemudian dilanjutkan dengan aqua purificata dan alkohol 70%. Peralatan juga dapat dicuci dengan agen pembersih, namun ada tidaknya pengaruh terhadap bahan yang diproses harus dipastikan terlebih dahulu.

4.6

Produksi PT. SOHO Industri Pharmasi memproduksi sediaan solid, liquid, dan semi

solid yang tidak bersifat steril.Semua kegiatan produksi tersebut dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan produksinya seperti yang dipersyaratkan oleh CPOB. Dinding, lantai dan atap ruangan produksi dilapisi oleh epoksisehingga memudahkan pembersihan dan mencegah perembesan air.Selain itu, setiap sudut ruangan produksi dibuat melengkung (tidak bersudut) sehingga mudah untuk dibersihkan dan tidak menimbulkan penimbunan debu. Ruangan produksi pun dilengkapi dengan sistem AHU (Air Handling Unit) yang berfungsi untuk mengatur kondisi udara, suhu, tekanan, kelembaban, dan sirkulasi udara agar sesuai untuk proses produksi. Pada ruangan produksi steril pun telah digunakan sistem tersebut dan pembagian kelas sesuai dengan proses produksi masing-masing produk.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

89

Setiap memasuki area produksi, terdapat tata cara berpakaian yang harus dilakukan oleh karyawan dan tamu termasuk cara memakai APD (alat pelindung diri). Saat memasuki ruang ganti, setiap personil wajib menggunakan sepatu black area atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover)dan menggunakan baju black area. Jika ingin memasuki ruangan produksi grey area personil wajib mengenakan pakaian khusus (coverall), penutup kepala, sepatu khusus atau menggunakan penutup sepatu, dan masker. Selanjutnya, personil wajib mencuci tangan dan menggunakan desinfektan. Prosedur ini dilakukan untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar terhadap ruang produksi dan produk yang dihasilkan. Ruang produksi di PT. SOHO Industri Pharmasi dikelompokkan berdasarkan proses pengerjaan yang dilakukan, seperti ruang penimbangan, ruang mixing, dan lain-lain. Ruangan produksi tersebut berada in-line tujuannya untuk mempermudah proses produksi dan biasanya ruangan-ruangan tersebut berisi alat yang in-line misalnya ada satu ruangan yang berisikan supermixer, FBD, dan granulator. Peralatan tersebut dibuat secara in-line untuk mempercepat proses produksi sehingga memperlancar proses produksi. Masing-masing ruangan produksi tidak memproduksi 2 produk yang berbeda. Dipintu bagian depan ruangan tersebut terdapat kertas yang bertuliskan nama produk yang sedang diproduksi. Jika produk yang berbeda tetapi diproduksi dengan menggunakan mesin yang sama maka akan diproduksi secara bergantian yaitu setelah satu produk selesai, mesin dan ruangan harus dibersihkan dahulu dan dicek oleh supervisor baru kemudian dilanjutkan dengan produk yang lain. Selain itu, ruangan produksi memiliki airlock sebagai ruang antara, yang membatasi ruang produksi dan lingkungan luar. Pada setiap proses produksi terdapat tahap-tahap yang harus diperiksa untuk menguji apakah produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah dipersyaratkan, atau yang disebut dengan In

Process

Control (IPC). IPC dilakukan pada tahap awal, tengah, dan akhir proses produksi. Untuk sediaan solid IPC yang dilakukan umunya meliputi: pemerian, kode penandaan, bobot, kekerasan,

diameter,

ketebalan,

keregasan,

dan

waktu

hancur. Untuk sediaan liquid, IPC yang dilakukan meliputi: pemerian, berat jenis, dan pH. Selain IPC, operator dari produksi juga mengirimkan sampel untuk diuji Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

90

oleh bagian Quality Control. Apabila semua hasil uji telah memenuhi syarat, maka produk tersebut dapat di-release ke pasaran.

4.7

Pengawasan Mutu Pengawasan Mutu (Quality Control) merupakan bagian yang esensial

dari CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Departemen QC PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki tiga laboratorium yaitu laboratorium kimia (chemical laboratory), laboratorium instrumen (instrument laboratory), dan laboratorium mikrobiologi (microbiology laboratory). Laboratorium kimia biasanya digunakan untuk pemeriksaan bahan baku yang baru datang dari pemasok atau reanalisa bahan baku, pemeriksaan kualitas air murni, dan pemeriksaan kualitas air limbah. Bahan baku yang baru datang akan diperiksa oleh QC bahan baku (Raw Material) sedangkan bahan pengemas akan diperiksa oleh QC pengemas (Packaging Material). Bahan baku dan bahan pengemas tersebut harus disertai Lembar Penerimaan Barang (LPB) dari gudang (Warehouse) dan sertifikat analisa (Certificate of Analysis/CoA) ataupun Material Safety Data Sheet (MSDS) dari pemasok. Sedangkan, renalisa dilakukan untuk memeriksa bahan baku apakah bahan baku tersebut masih dapat digunakan atau tidak untuk proses produksi. Di laboratorium instrumen terdapat alat-alat yang dibutuhkan dalam menganalisis suatu produk secara kualitatif maupun kuantitatif dan biasanya digunakan untuk pemeriksaan produk setengah jadi dan produk jadi.Selain itu, laboratorium ini juga melakukan pengujian validasi dan verifikasi metode analisis. Laboratorium mikrobiologi digunakan untuk pengujian kontaminasi terhadap mikroorganisme baik pada bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, dan produk jadi setelah pengemasan serta juga melakukan pemeriksaan mikroba pada ruang produksi

4.8

Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi diri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara rutin untuk

menilai apakah seluruh aspek di suatu perusahaan telah memenuhi ketentuan CPOB, Quality Manual, dan persyaratan lainnya serta merekomendasikan Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

91

tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan.Inspeksi diri merupakan suatu bentuk evaluasi internal, yaitu bagian dari suatu perusahaan mengevaluasi bagian lain di perusahaan tersebut. Di SOHO Group, pelaksanaan inspeksi diri merupakan tanggung jawab dari bagian Quality

Operation,

khususnya Quality Monitoring Section sebagai bagian yang menyiapkan dan merevisi SOP, memberikan pelatihan SOP, serta menyusun dan mengirimkan jadwal diri tahunan kepada pihak terkait. Inspeksi diri melibatkan auditor sebagai pihak yang mengaudit serta auditee yaitu pihak yang diaudit. Personel yang tergabung dalam tim auditor harus dipastikan telah memperoleh pelatihan yang cukup atau sudah memperoleh pengetahuan mengenai ketentuan CPOB dan ISO/IEC 17025:2005. Tim auditor terdiri dari seorang koordinator (yaitu QA Department Head), Lead Auditor (orang yang ditunjuk oleh coordinator audit), serta beberapa orang auditor (termasuk QM Sec Head / Quality System Executive, Department Head yang ditunjuk, serta orang lain yang ditunjuk untuk melakukan audit). Hal yang diinspeksi dalam inspeksi diri adalah segala aspek yang terdapat dalam suatu departemen, yaitu karyawan (Catatan Pelatihan, dll), bangunan dan peralatan (termasuk fasilitas dan sistem penunjang), penyimpanan bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi, produksi dan pengemasan, laboratorium, dokumentasi (termasuk Kebijakan Mutu, Sasaran Mutu, Prosedur Kerja), dan house keeping (kebersihan peralatan, lingkungan, ruangan, dll), Adapun daerah yang diinspeksi meliputi semua area Produksi, Quality Assurance

dan

Quality

Control

(Laboratorium

Kimia,

Laboratorium

Mikrobiologi, Ruang Sampling, dan Ruang Pertinggal), R&D (Laboratorium Kimia dan Area Grey), Engineering (Utilities, Gudang, Bengkel, dll), Tempat penyimpanan dokumen, dan Gudang (Packaging & Raw Material, Finished Product, WIP, Karantina, dan Rejected Area). Sementara itu, audit mutu yang dilakukan oleh SOHO Group adalah audit mutu ke Toll Manufacturer, Laboratorium Eksternal dan Distributor, sehigga audit yang dilakukan disebut dengan Audit Eksternal. Bagian yang bertanggung jawab atas terlaksananya Audit Eksternal adalah Quality Monitoring Section. Tujuan dilaksanakannya audit eksternal adalah untuk meyakinkan bahwa perusahaan Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

92

yang menerima Toll Manufacturer dan Analisa Bahan Baku atau produk dari SOHO Group telah memenuhi persyaratan GMP maupun GLP, melakukan penilaian terhadap distributor telah memenuhi persyaratan GDP, serta melakukan penlaian terhadap penyimpangan selama proses produksi, analisa, dan distribusi, sehingga produk yang didistribusikan masih memenuhi persyaratan ke konsumen. Audit dilakukan secara rutin setiap 3 tahun sekali atau lebih bila dibutuhkan.Audit juga dilakukan untuk menentukan toll manufacturer, laboratorium eksternal baru, pabrik baru, serta lokasi pabrik baru. Penilaian yang dilakukan pada audit eksternal adalah menggunakan checklist pada nilai (skala 1-4) yang sesuai dengan kondisi aktual. Nilai akhir yang didapatkan menjadi acuan tindakan yang akan dilakukan pada objek audit tersebut.

4.9

Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan Produk Kembalian Suatu

industri

farmasi

harus

memiliki

sebuah

sistem

untuk

mengakomodasi penangangan suatu produk yang telah dipasarkan namun dirasakan (serta telah dibuktikan) tidak memenuhi persyaratan. Keluhan merupkana suatu bentuk komunikasi yang diterima oleh perusahaan mengenai perbedaan kualitas produk yang telah diterima oleh konsumen.

Cakupan

perbedaan tesebut adalah identitas, keamanan, kemurnian dan efikasi dari produk. Prosedur yang ada tidak dapat digunakan untuk menangani masalah terkait pemasaran (harga dan stok) serta pharmacovigilance. Di SOHO Group, keluhan ditangani oleh bagian Quality Monitoring Section. Bagian ini akan menerima laporan keluhan konsumen dari Clinical Trial Monitoring. Bagian QMS kemudian akan melakukan investigasi terhadap keluhan tersebut menggunakan formulir investigasi. Investigasi tersebut dimulai dengan mempelajari kasus keluhan sebelumnya pada produk yang sama. Setelah itu, Quality Monitoring Section Head (QMSH) melakukan investigasi dengan mengevaluasi catatan batch record product. Jika perlu, QMSH akan mengirimkan sampel untuk di uji oleh QC. Hasil investigasi keluhan menjadi acuan apakah sebuah keluhan dapat diterima (justified) atau tidak (not justified). Sebuah keluhan akan diterima apabila Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

93

sampel keluhan dan contoh pertinggal sama-sama tidak memenuhi persyaratan. Keluhan tidak akan diterima apabila sampel keluhan dan contoh pertinggal keduanya memiliki hasil yang memenuhi syarat, dan apabila sampel keluhan tidak memenuhi syarat namun contoh pertinggal memenuhi syarat. Pada keluhan yang dinyatakan tidak diterima, QO dapat mengemukakan pendapat dan sanggahan Suatu keluhan yang dinyatakan justified (dapat diterima), QA Department Head kemudian melakukan investigasi terhadap produk yang sama namun dengan batch yang berbeda. Berdasarkan hasil investigasi dan tanggapan dari berbagai departemen, dilakukan penilaian risiko akhir untuk menetapkan tindakan lanjutan. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah melakukan penarikan produk. Penarikan produk merupakan suatu tindakan dari sebuah perusahaan untuk mengambil kembali seluruh batch atau produk yang telah beredar di pasaran atas pertimbangan keamanan. Di SOHO Group, penarikan produk merupakan tanggung jawab dari bagian Quality Monitoring Section. Penarikan produk dapat terjadi jika terdapat risiko dengan kategori kritis pada sebuah batch atau produk. Produk kembalian merupakan obat jadi yang telah beredar yang kemudian dikembalikan ke perusahaan karena terdapat keluhan mengenai produk tersebut seperti kerusakan kemasan ataupun mendekati daluwarsa. Di SOHO Group, produk yang dapat dikembalikan adalah produk yang masa daluarsanya +/- 3 bulan. Produk yang dikembalikan, oleh distributor akan diserahkan kembali ke bagian Warehouse obat jadi SOHO Group untuk selanjutnya dimusnahkan.

4.10

Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki departemen sendiri yang bertugas mengelola dokumen yang terdapat di SOHO Group, yaitu Validation andDocumentation Department (VDD). VDD merupakan departemen yang bertanggungjawab dalam mengelola dan menjaga dokumen. VDD merupakan pusat segaladokumen, VDD menyimpan master batch record, semua SOP, mendata semuanomor surat yang keluar PT. SOHO Industri Pharmasi, dan lain-lain.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

94

Review terhadap SOP (Standard ofProcedure) di lakukan dilakukan setiap 3 tahun. Dokumen disimpan dengan sistem inventarisasi yang memudahkan pengawasan dan penelusuran dokumen. Selain dokumentasi secara manual, dokumentasi juga dilakukan dengan mengunakan sistem IFS (Information Finance System). Setiap dokumen yang berkontribusi terhadap produk perlu dilakukan pencatatan sesuai : -

Pencatatan dengan bolpoint tinta biru yang tidak mudah luntur, hal ini bertujuan untuk membedakan dokumen yang asli dengan hasil salinan;

-

Tulisan terbaca, rapi dan mudah dimengerti;

-

Kata-kata tidak menimbulkan arti ganda, langsung pada tujuan;

-

Tidak boleh ada huruf yang bertumpuk;

-

Semua entries/bagian dokumen yang perlu ditulis tangan dilengkapi, tidak boleh ada bagian yang kosong. Bagian yang kosong dicoret menyilang sepertihuruf Z dan diberi paraf dan tanggal pengisian dokumen;

-

Setiap bagian dokumen yang tidak memungkinkan untuk diisi ditulis N.A;

-

Koreksi dilakukan dengan mencoret tulisan yang salah dengan satu garis lurus, diberi paraf, diberi tanggal, dan ditulis data yang benar tepat disampingdata yang salah;

-

Setiap dokumen yang memerlukan perubahan harus disertai

dengan

changerequest berupa Laporan Usulan Perubahan (LUP). 4.11

Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak PT.

SOHO

Industri

Pharmasi

memproduksi

produk-

produk

antibiotik,multivitamin, herbal, dan lain-lain, baik dalam bentuk solid (tablet, kapsul,kaplet), semi solid (gel, krim, salep) dan liquid (sirup, suspensi, emulsi). Produktersebut berasal dari pengembangan produk yang dilakukan sendiri atauberdasarkan lisensi dari perusahaan lain. Beberapa produk unggulan dari PT.SOHO Industri Pharmasi antara lain Imboost®, Diapet®, Laxing®, Fitkom®, danCurcuma Plus Emulsion®.PT. SOHO Industri Pharmasi juga menjalin Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

95

kerjasama dengan berbagaiperusahaan, baik perusahaan dalam negeri maupun perusahaan asing denganmelakukan produksi toll in dan toll out. Produksi toll in berarti pembuatanproduk perusahaan lain di PT. SOHO Industri Pharmasi, sedangkan toll outberarti pembuatan produk PT. SOHO Industri Pharmasi di perusahaan lain.Kerjasama ini dilakukan untuk mengatasi keterbatasan kapasitas produksi danketerbatasan sumber daya serta proses analisis yang harus dilakukan karenaketerbatasan fasilitas atau peralatan. Sebelum pengujian, dilaksanakan auditterlebih dahulu terhadap penerapan CPOB perusahaan penerima kontrak. Produk PT. SOHO Industri Pharmasi yang diproduksi oleh perusahaan lainberdasarkan kontrak (toll out), antara lain produk-produk injeksi, injeksi kering,soft capsule, dan produk sefalosporin dan beta laktam seperti Bellacid® danCedantron® injeksi, sedangkan produk toll in dari PT. SOHO Industri Pharmasiantara lain Eksedryl® dan Tantum Verde®.Perusahaan asing yang menjalin kerjasama dengan PT. SOHO industriPharmasi antara lain CCM Pharma (Malaysia), Kimberly Clark Technol (USA),Warner Lambert (USA), Janssen Cilag (Australia), Zenece (UK).PT. SOHO Indutri

Pharmasi

juga dipercaya

untuk memproduksi produk lisensidari perusahaan asing seperti Angelini Fransesco (Italia),

Fuji

Chemical

Co.

Ltd.(Jepang),

Searle

Divition

ofMonsanto (USA), dan Synthelabo (France).

4.12

Kualifikasi dan Validasi Kualifikasi dan validasi yang dilakukan PT. SOHO Industri Pharmasi

meliputi kualifikasi peralatan, kualifikasi bangunan dan fasilitas, kualifikasi infrastruktur, validasi proses produksi, validasi cara pembersihan, validasi metode analisa, serta verifikasi peralatan dan infrastruktur. Aktifitas kualifikasi dan validasi dilakukan oleh suatu departemen yaitu Validation and Documentation Department (VDD). Tahap-tahap dalam melakukan kualifikasi adalah Design Qualification (DQ), Installation Qualification (IQ) of equipment/utility system, Operational Qualification (OQ) of equipment/utility system, dan Performance Qualification (PQ) of equipment/utility system, setelah itu diperiksa outputnya dan dinilai apakah memenuhi standar penerimaan yang telah ditetapkan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

96

Validasi yang dilakukan adalah validasi proses, validasi proses aseptis dan validasi pembersihan. Secara umum cara melakukan validasi proses di industri farmasi Soho adalah dengan melakukan simulasi pada parameter-parameter produksi dan dikerjakan oleh tenaga yang telah mendapatkan training mengenai validasi. Berikut adalah tahapan pengerjaannya : 1. Melakukan penimbangan bahan baku 2. Proses mixing ( dilakukan pengambilan sampel > 3 titik ) 3. Melakukan pemeriksaan apakah terdapat deviasi 4. Dilakukan penilaian misalnya untuk tablet waktu hancur, keregasan, dll 5. Data hasil uji dibandingkan lalu di review dan di analisa 6. Hasil analisa dituang dalam suatu laporan yang terdiri dari kesimpulan dan saran Validasi proses aseptis yaitu validasi terhadap sediaan steril yang proses produksinya dilakukan secara aseptis ( proses sterilisasi dilakukan

sebelum sediaan dikemas

dalam kemasan primer ). Cleaning Validation menjadi hal penting untuk menjamin bahwa produk tidak terkontaminasi dengan pencemar maupun terjadi mix up atau ketercampuran dengan produk lain yang menggunakan alat, wadah, mesin, ruangan yang sama. Departemen VDD PT. SOHO Industri Pharmasi telah menetapkan suatu kebijakan mengenai urutan pembersihan produk berdasarkan toksisitas, kelarutan dalam air, dan tingkat kesulitan dalam pembersihan, dengan rumus :

=

Toxic D ose elarutan x in cleaning K

Dari rumus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi risk rating maka produk tersebut menjadi produk marker.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan a. PT SOHO Industri Farmasi telah menerapkan pedoman CPOB dengan baik pada semua proses baik dalam proses produksi, pengawasan dan pengendalian mutu, serta kegiatan lain yang terkai dimana aspek-aspek CPOB tersebut telah diimplementasikan dan didokumentasikan dengan baik dan teratur.

b. Seorang apoteker di industri farmasi memiliki peranan yang penting yaitu menjadi personil kunci antara lain sebagai kepala produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan kepala bagian pemastian mutu. Semua bagian dalam struktur organisasi PT. SOHO Industri Pharmasi telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik sesuai pedoman CPOB sehingga semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik.

5.2 Saran a. Tetap menjaga dan mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas dari produksi sediaan obat sesuai dengan pedoman CPOB. b. Peningkatan kerja sama dan komunikasi antar divisi sehingga dapat dihasilkan kinerja dan hasil yang lebih baik.

97 Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799 Tentang Industri Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. PT. SOHO Group. (2012). Orientation Program SOHO Group Value For Health. Jakarta: PT. SOHO Group

98 Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

Universitas Indonesia

99

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. SOHO Group

Lampiran 2. Struktur Organisasi Manufacturing PT. SOHO Group

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

100

Lampiran 3. Struktur Organisasi Quality Operation Division dan Departemennya

Keterangan: Struktur Organisasi Quality Operation Division

Keterangan: Struktur Organisasi Quality Assurance Department

Keterangan: Struktur Organisasi Quality Control Department untuk SOHO

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

101

Lampiran 3. (lanjutan)

Keterangan: Struktur Organisasi Quality Control Department untuk ETHICA

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

102

Lampiran 4. Struktur Organisasi Production Division dan Departemennya

Keterangan: Struktur Organisasi Production Division

Keterangan: Struktur Organisasi Sterille, Cephalosphorin & Extract Production Department

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

103

Lampiran 4. (lanjutan)

Keterangan: Struktur Organisasi Non-Sterile Production Department

Keterangan: Struktur Organisasi Production Process Excellence Departement dan Production Quality Compliance Departement

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

104

Lampiran 5. Struktur Organisasi Supply Chain Division dan Departemennya

Keterangan : Struktur Organisasi Supply Planning Department

Keterangan : Struktur Organisasi Material Procurement Department

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

105

Lampiran 5. (lanjutan)

Keterangan : Struktur Organisasi Import Clearance Department

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

106

Lampiran 6. Struktur Organisasi Technical Division dan Departemennya

Keterangan: Struktur Organisasi Continues Improvement Departement

Keterangan: Struktur Organisasi Health Safety And Environment (HSE) Departement

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

107

Lampiran 6. (lanjutan)

Keterangan: Struktur Organisasi Engineering Department

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

108

Lampiran 6. (lanjutan)

Keterangan: Struktur Organisasi Fixed Asset & Spare Part Procurement Department

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

109

Lampiran 7. Struktur Organisasi Validation and Documentation Departement

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA PERIODE 07 JANUARI 2013 – 28 FEBRUARI 2013

PELAKSANAAN PRODUCT QUALITY REVIEW DAN PROCESS CAPABILITY DI PT.SOHO INDUSTRI PHARMASI

LIDIA ROMITO TAMBUNAN, S. Farm. 1206313305

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI APOTEKER DEPOK MARET 2013

Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................... 1 DAFTAR ISI .......................................................................................................2 BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................3 1.1

Latar Belakang .........................................................................................3

1.2

Tujuan.......................................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................5 2.1

Manajemen Mutu .....................................................................................5

2.2

Pengkajian Mutu Produk ..........................................................................6

2.3

Identifikasi Tren Kualitas, Interpretasi Data dan Penarikan Kesimpulan.............................................................................9

BAB 3 METODOLOGI .....................................................................................13 3.1

Lokasi dan Waktu .....................................................................................13

3.2

Metode ......................................................................................................13

BAB 4 PEMBAHASAN .....................................................................................14 4.1

Pengkajian Mutu Produk PT. SOHO Industri Pharmasi .........................14

4.2

Alur Pelaksanaan Pengkajian Mutu Produk di SOHO Industri Pharmasi ....................................................................17

4.3

Implementasi Pengkajian Mutu Produk di SOHO Industri Pharmasi .....................................................................17

4.4

Process Capability ..................................................................................20

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................24 5.1

Kesimpulan ..............................................................................................24

5.2

Saran .........................................................................................................24

DAFTAR ACUAN .............................................................................................25

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

3

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu berusaha untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan sehingga dapat

mewujudkan

derajat

kesehatan

yang

optimal.

Upaya

kesehatan

diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Obat menjadi pilihan utama dalam mewujudkan upaya kesehatan tersebut. Oleh karena itu perlu adanya jaminan mutu, keamanan dan manfaat terhadap obat yang beredar agar tidak terjadi kesalahan/kerusakan yang dapat merugikan keselamatan maupun materi konsumennya. Dokter, Apoteker, Pasien telah memberikan kepercayaan kepada industri farmasi untuk memproduksi dan mengemas obat dengan kualitas dan keamanan sesuai dengan persyaratan dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu industri farmasi wajib memenuhi persyaratan cara pembuatan obat yang baik dan memiliki sebuah sistem untuk mengimplementasikan pengkajian mutu produk sesuai yang diinstruksikan dalam CPOB. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) atau Good Manufacturing Practices (GMP) adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya. Salah satu penerapan management mutu adalah pengkajian terhadap kualitas produk. Pengkajian terhadap seluruh batch yang diproduksi dalam periode waktu tertentu termasuk produk ekspor. Hal ini untuk membuktikan bahwa produk telah dibuat secara konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas, dan obat jadi. Selain itu juga bertujuan untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses sehingga mutu produk dapat terjaga.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

4

2. Tujuan

Memahami sistem Product Quality Review yang dilaksanakan di

industri

farmasi, khususnya di PT. SOHO Industri Pharmasi dan dibandingkan CPOB yang berlaku serta memahami penilaian kemampuan suatu proses dalam menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasinya

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar manajemen mutu antara lain ; 1. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya 2. Pemastian mutu, yaitu berupa tindakan sistematis untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. Oleh karena itu, CPOB mensyaratkan industri farmasi melakukan pengkajian mutu produk dalam periode waktu tertentu sebagai bukti pengendalian secara konsisten terhadap standar mutu.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

6

2.2 Pengkajian Mutu Produk Pengkajian mutu produk merupakan evaluasi secara berkala yang dilakukan terhadap semua produk terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, untuk melihat tren dan mengidentifkasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses. Berdasarkan ICH Q7A GMP Guide for Active Pharmaceutical Ingredients, industri farmasi membutuhkan review kualitas produk yang dikaji tiap tahun untuk mengetahui konsistensi kualitas produk yang telah diproduksi selama satu tahun. Product Quality Review harus dibuat untuk setiap produk yang diproduksi selama satu tahun atau dipersingkat kurang dari satu tahun. Menurut Pedoman CPOB 2006, hal-hal yang dikaji dalam pengkajian mutu produk mencakup: a. Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk produk, terutama yang dipasok dari sumber baru. b. Kajian terhadap pengawasan selama proses yang kritis dan hasil pengujian obat jadi. c. Kajian terhadap semua batch yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan investigasi yang dilakukan d. Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang signifikan, dan efektifitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan e. Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau metode analisis f. Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak, dari dokumen registrasi yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk ekspor g. Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang tidak diinginkan h. Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan i.

Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan yang sebelumnya

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

7

j.

Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru mendapatkan persetujuan dan obat dengan persetujuan pendaftaran variasi

k. Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan, misalnya sistem tata udara (HVAC), air, gas bertekanan, dan lain-lain l.

Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikan selalu up to date.

Manfaat PQR bagi industri farmasi adalah : 1. Menilai apakah suatu perubahan terhadap spesifikasi produk diperlukan atau tidak. Setelah penilaian yang dilakukan terhadap semua data produk yang dilakukan maka kebutuhan untuk mengubah spesifikasi akan menjadi jelas. Misalnya, jika pengkajian mutu produk menemukan bahwa banyak sediaan tertentu tidak memenuhi spesifikasi untuk kelembaban, hal ini dapat menunjukkan bahwa perubahan spesifikasi sangat dimungkinkan. Akan tetapi, perubahan spesifikasi harus ditinjau terhadap persyaratan mutu produk dan persyaratan peraturan yang berlaku. Selain itu, jika penyimpangan disebabkan deviasi dari hasil validasi batch maka penyelidikan harus dilakukan untuk menentukan apakah proses, bahan, atau prosedur perlu berubah. Namun, jika ditemukan bahwa penyimpangan tidak membahayakan kualitas produk (dibuktikan secara ilmiah yang diverifikasi dengan data), perubahan spesifikasi dapat dibenarkan.

2. Menilai apakah perubahan dalam prosedur manufaktur atau kontrol diperlukan. Misalnya, jika ditemukan bahwa penyimpangan beberapa proses terjadi selama 1 tahun karena perubahan prosedur untuk melakukan verifikasi ulang atau perubahan dalam kontrol instrumen atau kesalahan operator dalam mengatur suhu di mesin saat produksi maka idealnya dilakukan tindakan korektif untuk mengidentifikasi dan melaksanakan penyelidikan penyimpangan. Namun, dengan adanya pengkajian mutu produk maka tren produk dapat diketahui sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan agar penyimpangan tidak terjadi salah satunya dengan cara melakukan perubahan terhadap prosedur manufaktur atau kontrol terhadap produksi

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

8

3. Menentukan apakah validasi atau revalidasi diperlukan. Salah satu manfaat paling penting dari pengkajian mutu produk adalah untuk menunjukkan perlunya revalidasi. Jika data menunjukkan bahwa proses atau produk tidak mampu lagi secara konsisten mencapai hasil yang diperlukan, atau jika tren tidak terduga dalam data telah jelas maka kebutuhan untuk revalidasi dapat disarankan.

4. Mengidentifikasi perbaikan produk atau peluang penurunan biaya.

5. Konfirmasi change control. Change control adalah proses peninjauan yang diperlukan dari semua perubahan untuk memastikan bahwa perubahan tidak akan berdampak merugikan pada validasi dari peralatan atau proses. Selama satu tahun, mungkin terjadi puluhan perubahan kecil, masing-masing diperkirakan tidak memiliki pengaruh pada produk atau proses. Namun, efek kumulatif dari puluhan perubahan kecil bisa menjadi setara dengan perubahan besar. Kajian mutu produk sebagai deteksi untuk mengamati produk dan proses yang terlibat, apakah dapat menjadi efek negatif kumulatif.

6. Untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh badan regulasi yang ada seperti BPOM

Menurut PIC/s Guide to GMP for Medicinal Products part II, hasil pengkajian yang dievaluasi akan menentukan apakah membutuhkan suatu tindakan corrective action. Salah satu contoh output dari hasil pengkajian mutu produk adalah revalidasi. Akan tetapi, bila tidak ada perubahan yang signifikan yang dilakukan terhadap sistem atau proses, dan pengkajian terhadap kualitas mengkonfirmasi bahwa sistem atau proses secara konsisten menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi, maka tidak diperlukan adanya revalidasi ( ICH Q7 Section 12.6 ). PQR yang baik akan mendatangkan keuntungan bagi industri farmasi yang menjalankannya. Keuntungan tersebut diantaranya dapat menetukan apakah dibutuhkan perubahan spesifikasi, perubahan dari proses produksi dan

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

9

menentukan apakah validasi atu revalidasi dibutuhkan. Selain itu, PQR dapat mengidentifikasi apakah mutu produk dapat ditingkatkan lagi (product improvement ) atau dapat dilakukan pengurangan biaya ( cost reduction ), serta dapat mengomunikasikan kondisi produk dan proses produksi kepada manajemen (Eldon, 2006)

2.3 Identifikasi Tren Kualitas, Interpretasi Data dan Penarikan Kesimpulan

Data kualitas dari masing-masing batch produk diinput dan diplotkan ke dalam suatu seri plot atau grafik, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik statistika. Hal ini dapat mempermudah penarikan kesimpulan dan mempercepat pengambilan tindakan koreksi dan pencegahan jika diperlukan ( Health Sciences Authority, 2008 ). Data kualitas dapat disajikan dalam bentuk tabular atau grafik. Data harus dianalisis kecenderungannya (trended) dan ditentukan apakah proses mampu atau tidak menghasilkan produk yang bermutu dan konsisten. Dalam pelaksanaan proses produksi untuk menghasilkan produk yang bermutu dan konsisten sulit menghindari terjadinya variasi pada proses. Variasi didefenisikan sebagai kecenderungan dalam sistem produksi atau operasional dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab timbulnya variasi, yaitu variasi penyebab khusus dan variasi umum atau alami. Variasi penyebab khusus adalah kejadian-kejadian diluar sistem yang mempengaruhi variasi dalam sistem. Penyebab khusus dapat bersumber dari manusia, material, lingkungan, metode kerja. Variasi penyebab umum atau alami adalah faktor-faktor dalam sistem serta hasil-hasilnya. Berdasarkan kedua jenis variasi yang dapat timbul ini, data yang dikumpulkan melalui PQR dapat dianalisis dengan teknik statistika berikut : a. Control Charts ( Bass, 2007 ) Control charts merupakan alat dalam menganalisis kecenderungan data atau variasi dari proses produksi dan mengidentifikasi apakah proses terkontrol atau tidak dengan data yang bersifat dapat diukur atau kuantitatif. Proses yang terkontrol merupakan proses yang menghasilkan distribusi data berada diantara µ + 3σ atau µ - 3σ, dimana µ adalah rata-rata dan nilai 3σ merupakan batas toleransi

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

10

alami dari proses tersebut. Biasanya plot control charts terdiri dari garis yang menunjukkan under control limit ( UCL ), Center Line ( CL ), lower control limit ( LCL ), serta mean sampel (µ), dirumuskan sebagai berikut : UCL = µ + 3σ CL = µ LCL = µ - 3σ Keterangan : σ = Standar deviasi

Garis kontrol atau control limit dalam control chart merupakan alat yang efektif untuk mendeteksi dan mengidentifikasi gejala penyimpangan suatu proses. Dalam pengendalian proses secara statistikal menggunakan control chart ini, jenis variasi khusus ditandai dengan titik-titik data yang melewati atau keluar dari batas-batas pengendalian yang didefinisikan. Sedangkan jenis variasi umum atau alami ditandai dengan variasi letak titik-titik dari data yang berada dalam batas-batas pengendalian yang didefinisikan ( Gaspersz, 2002 ) Jika terdapat titik-titik diluar garis kontrol, maka akan diindikasikan bahwa proses berada di luar kontrol dan tindakan koreksi harus dilakukan. Control charts tidak menunjukkan berapa banyak dari produk yang berada dalam spesifikasi tetapi lebih kepada bagaimana pola suatu proses produksi berjalan, berapa banyak variabilitas yang ditunjukkan, dan apakah proses produksi tersebut bersifat stabil.

b. Process capability study Studi kapabilitas proses ( Process capability study ) adalah suatu studi mengenai pencapaian kemampuan suatu proses dalam kondisi stabil di mana variasi terjadi karena penyebab alami atau akibat penyebab umum untuk memenuhi suatu spesifikasi. Hubungan antara variasi dan spesifikasi sering diukur dengan menggunakan rasio indeks kapabilitas proses ( Cp ). Cp diartikan sebagai rasio lebar spesifiksai terhadap toleransi variasi umum alami tersebut. Cp ditumuskan sebagai berikut : Cp = (USL-LSL) / 6σ

Keterangan : Cp

= Indeks Kapabilitas Proses

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

11

USL = Upper Spesification Limit LSL = Lower Spesification Limit σ = standar deviasi Nilai Cp sama dengan satu menunjukkan bahwa lebar spesifikasi suatu proses berada tepat ditengah atau sama dengan kisaran toleransi. Untuk mencegah adanya unit yang diproduksi diluar spesifikasi maka nilai Cp minimum adalah 1.33. Jika nilai Cp lebih besar dari 2.00 menunjukkan bahwa spesifikasi akan mudah dicapai Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perhitungan nilai Cp, nilai standar deviasi (σ) harus dihitung menggunakan jumlah sampel yang cukup besar agar diperoleh nilai deviasi (σ) yang bermakna. Selain itu, dalam perhitungan nilai Cp, seluruh data atau proses diasumsikan berada atau berpusat ditengah rata-rata kisaran spesifikasi. Jadi nilai Cp tidak bergantung pada rata-rata proses tersebut. Oleh karena itu, untuk tetap menjamin data berpusat ditengah rata-rata spesifikasi digunakan indeks satu sisi, yaitu indeks kapabilitas proses sisi atas ( Cpu ) dan indeks kapabilitas bawah (Cpl). Nilai Cpu dan Cpl terkecil yang diperoleh akan digunakan sebagai nilai indeks kapabilitas proses ( Cpk ). Perhitungan Cpu, Cpl dan Cpk dirumuskan sebagai berikut : Cpu = (USL-µ) / 3σ Cpl = (µ-LSL) / 3σ Cpk = Min ( Cpu,Cpl ) Indeks kapabilitas proses ( Cpk) menggambarkan seberapa dekat data proses berpusat atau tersebar terhadap batas-batas spesifikasi yang telah ditentukan. Terdapat kriteria penilaian sebagai berikut : a. Jika Cpk = Cp, maka proses terjadi ditengah spesifikasi b. Jika Cpk = 1, maka proses menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi c. Jika Cpk < 1, maka proses menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi d. Kondisi ideal : Cp > 1,33 dan Cp = Cpk, semakin tinggi nilai Cpk dan Cp maka akan semakin sedikit produk yang mungkin berada diluar spesifikasi.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

12

Untuk data yang hanya memiliki satu sisi spesifikasi ( one sided spesification ) atau spesifikasi batas, nilai Cpk hanya dihitung berdasarkan salah satu spesifikasi saja, yaitu nilai Cpk sama dengan Cpu saat hanya terdapat USL atau sama dengan Cpl saat hanya terdapat LSL, sedangkan nilai Cp tidak ditentukan.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

13

BAB 3 METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dan penulisan dilakukan selama dua bulan dari tanggal 07 Januari sampai 28 Maret 2013 di Divisi Operasi Mutu (Quality Operation) PT. SOHO Industri Pharmasi. 3.2. Metode Metode yang digunakan dalam mengkaji sistem dan pembuatan product quality review di PT. SOHO Industri Pharmasi adalah melalui penelusuran literatur (studi pustaka). Berikut adalah beberapa tahapan pengerjaannya : 1. Penelusuran dan pengumpulan data mengenai teori dari Product Quality Review 2. Pemahaman tentang PQR (Product Quality Review) pada literatur yang ada seperti pada PICS, CPOB, Annual Product Review di beberapa negara Eropa dan Amerika, kemudian dilanjutkan dengan pemahaman mengenai SOP (Standar Operasional Prosedur) PT.SOHO industri Pharmasi tentang PQR. 3. Pemahaman praktek PQR di PT. Soho Industri Pharmasi melalui SOP yang ada dan beberapa contoh PQR Produk PT. Soho pada periode 2012. 4. Perbandingan penerapan PQR di PT. Soho dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia. 5. Penulisan Tugas Khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT.Soho Industri Pharmasi.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

14

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian Mutu Produk PT. SOHO Industri Pharmasi

PT.SOHO Industri Pharmasi telah menerapkan pengkajian mutu produk sebagai implementasi management mutu yang terdapat dalam CPOB. Pengkajian mutu produk harus dilakukan sedikitnya 1 kali dalam 1 tahun yang mencakup semua batch yang diproduksi pada periode waktu tersebut. Frekuensi pengkajian produk untuk Medicinal-fast moving dilakukan untuk periode 6 bulan (minimal 10 batch produksi dalam 6 bulan) sedangkan Medicinal-slow moving dilakukan untuk periode 6 bulan (minimal 3 batch produksi dalam 6 bulan). Untuk Supplemen-fast moving pengkajian produk dilakukan untuk periode 3 bulan (minimal 10 batch produksi dalam 3 bulan). Untuk produk yang hanya diproduksi 2 batch atau kurang dalam satu tahun, pengkajian produk dilakukan setiap 2 tahun. Pengkajian mutu produk di PT.SOHO Industri Pharmasi mencakup: 1. Tinjauan bahan awal termasuk bahan kemasan yang digunakan dalam produk tersebut, terutama yang berasal dari sumber-sumber baru. 2. Tinjauan kritis dalam pengawasan selama proses dan hasil produk jadi. 3. Review dari semua batch yang gagal memenuhi spesifikasi yang ditentukan dan investigasinya. 4. Review dari semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang signifikan, penyelidikan terkait, dan efektivitas dari hasil CAPA yang diambil. 5. Tinjauan dari semua perubahan terkait proses atau metode analisis. 6. Tinjauan variasi Otorisasi Pemasaran yang sudah disampaikan / diberikan / ditolak, termasuk berkas untuk negara ketiga (ekspor saja). 7. Tinjauan hasil program pemantauan stabilitas dan setiap kecenderungan yang merugikan. 8. Review dari semua kualitas yang terkait Obat kembalian, keluhan, penarikan kembali dan penyelidikan yang dilakukan pada saat itu. 9. Tinjauan kecukupan tindakan perbaikan untuk setiap proses atau peralatan dari produk sebelumnya.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

15

10. Untuk otorisasi pemasaran yang baru dan variasi, serta tinjauan komitmen pasca-pemasaran. 11. Status kualifikasi peralatan dan utilitas yang relevan, misalnya HVAC, air, gas terkompresi, dll. 12. Tinjauan dari setiap pengaturan kontrak untuk memastikan bahwa mereka up to date.

4.1.1 Peran dan Tanggung Jawab Personil Penyusunan PQR merupakan tanggung jawab seluruh departemen dan dikoordinasikan oleh departemen Quality Assurance (QA). Untuk memudahkan penyusunan PQR maka QA memberikan tanggung jawab ke masing-masing departemen. Adapun beberapa personil kunci yang bertugas dan ikut bertanggung jawab dalam penyususnan PQR di SOHO Industri Pharmasi adalah :

4.1.1.1 Quality Compliance Section Head Quality Compliance Section Head bertanggung jawab untuk menyusun jadwal pelaksanaan PQR tiap produk, memastikan bahwa tiap PQR dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah disetujui, mengkoordinasikan setiap SME ( Subject Matter Expert ) disetiap departemen yang terkait, memastikan bahwa tren data dan kejadian-kejadian yang menyimpang telah diinvestigasi dan ditindak secara layak, mengumpulkan dan menggabungkan seluruh data PQR, memberikan kesimpulan dari laporan PQR dan mendistribusikannya untuk mendapatkan persetujuan dari SME yang terkait, memonitor dan follow up tindakan koreksi ( corrective action ) atau rekomendasi yang timbul dari kesimpulan PQR.

4.1.1.2 Production Section Head Production Section Head bertanggung jawab untuk mengumpulkan seluruh data produksi yang berhubungan dengan proses produksi produk tertentu membuat rangkuman data produksi, membuat grafik analisis kecenderungan dan data perhitungan statistik serta membuat kesimpulan berdasarkan data dan analisi yang telah dilakukan.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

16

4.1.1.3 Engineering Calibration Technician dan Validation Engineer Section Head Engineering Calibration Technician dan Validation Engineer Section Head bertanggung jawab memberikan data kalibrasi dan data kualifikasi mesin yang terkait dengan pembuatan produk selama periode waktu tertentu..

4.1.1.4 Respective Departement Head ( Production, Engineering, VDD ) Beberapa kepala departemen yang terkait berperan sebagai SME dan bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan mengenai penyimpangan data yang terkait dengan departemen tersebut, serta rekomendasi tindakan koreksi dan pencegahan. Selain itu, Respective Departement Head juga bertanggung jawab untuk memberikan kesimpulan dan memastikan hasil evaluasi PQR ditindaklanjuti secara efektif dan efisien.

4.1.1.5 Quality Assurance Departement Head dan Quality Operation Division Head QA Departement Head bertanggung jawab mengevaluasi dan menyetujui jadwal PQR yang dibuat oleh Quality Compliance Section Head , serta mengevaluasi data yang berhubungan dengan kualitas produk, QO Division Head bertanggung jawab memastikan segala ketentuan dalam SOP initerpenuhi, memastikan prosedur mengacu kepada prinsip GMP dan mereview trend analisis.

4.1.1.6 International Business Department (IBD)/ Registration Departement ( BDD) Bagian ini

bertanggung jawab mengumpulkan seluruh data registrasi dan

memberikan kesimpulan serta rekomendasi tindakan yang perlu dilakukan dalam data kualitas.

4.1.1.7 Production Division Head Production Division Head bertugas untuk mereview hasil analisa kecenderungan dan memastikan tindakan koreksi untuk PQR dilaksanakan dengan benar oleh Production Departement Head

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

17

4.2 Alur Pelaksanaan Pengkajian Mutu Produk di SOHO Industri Pharmasi Pengumpulan data-data yang diperlukan dalam PQR dilakukan oleh Quality Compliance Section Head. Data tersebut didistribusikan kepada personil yang berperan sebagai SME. Masing-masing SME bertanggung jawab atas kelengkapan data masing-masing departemen, dan bertanggung jawab untuk mengkaji dan menganalisis data yang berasal dari departemennya, dan memberikan rekomendasi atau tindakan koreksi berdasarkan hasil analisa. Setelah itu laporan PQR berisi ringkasan PQR dibuat oleh Quality Compliance Section Head. Laporan direview dan disetuji oleh senior manajemen, yaitu Production Division Head dan Quality Operation Division Head.

4.3 Implementasi Pengkajian Mutu Produk di SOHO Industri Pharmasi 4.3.1 Review bahan baku dan bahan pengemas yang digunakan dalam produk Review ini mencakup rangkuman dari semua bahan baku dan bahan pengemas primer yang digunakan, rangkuman dari pemasok dan pabrik pembuat dari masing-masing material tersebut, serta rangkuman dari deviasi dan keluhan dari bahan baku tersebut.

4.3.2 Review mengenai In Process Control (IPC) IPC yang direview adalah seluruh kondisi yang dipersyaratkan dalam proses produksi sesuai dengan catatan batch, mencakup jenis alat dan mesin produksi seperti mixer, super mixer, jumlah partikel dalam ruangan, kelembaban dan suhu ruangan produksi, hasil pengujian in process control produk setengah jadu, yield mixing, yield filling dan yield finished product. Review dilakukan terhadap data yang kritikal yang mencakup rangkuman hasil analisis IPC yang diperoleh dari total batch produk yang direview misalnya keragaman bobot, kekerasan, keregasan, waktu hancur, pH, volume, yield filling, dll. Data produksi direview dan dianalisis menggunakan analisa kapabilitas proses. Selanjutnya data juga dianalisa menggunakan peta kendali untuk mendeteksi gejala penyimpangan suatu proses serta kecenderungan data.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

18

4.3.3 Review hasil analisis produk setengah jadi dan produk jadi Review ini didapatkan dari departemen QC melalui hasil pengujian laboratorium dan terdapat dalam data QC laboratory dan data kualitas. Review ini mencakup rangkuman hasil pengujian laboratorium seperti penampilan, identifikasi, pH, berat jenis, disolusi, dll. Data mengenai hasil pengujian juga direview dan dianalisis menggunakan kapabilitas proses dan peta kendali.

4.3.4 Review seluruh batch yang tidak memenuhi spesifikasi Review ini mencakup rangkuman dari seluruh batch yang tidak memenuhi persyaratan, deskripsi dari produk yang tidak memenuhi syarat, dan nomor OOA dari produk sehingga dapat ditelusuri hasil investigasi dari kegagalan tersebut. Selain itu juga dilakukan review mengenai kategori penyebab OOS dan tindakan koreksi yang dilakukan. Data yang didapat kemudian dilakukan perhitungan dan dianalisis tran data mengenai kategori penyebab OOS mana yang sering terjadi.

4.3.5 Review seluruh penyimpangan dan ketidaksesuaian produk Review ini mencakup rangkuman dari deviasi yang terjadi pada proses produksi batch tertentu atau penyimpangan yang terjadi terkait produk, hasil investigasi yang terkait dengan deviasi dan NCP, kategori penyebabnya serta tindakan koreksi yang diambil untuk mengatasinya. Dari data yang diperoleh kemudian dianalisa tren data mengenai kategori penyebab NCP serta deviasi yang paling sering terjadi. Kemudian seluruh deviasi yang terjadi dievaluasi dan dibandingkan dengan PQR tahun sebelumnya. Jika terjadi keterulangan, perlu dilakukan tindakan korektif dan sekanjutnya dievaluasi keefektifan dari tindakan korektif tersebut. 4.3.6 Review perubahan yang dilakukan dalam formulasi, proses produksi dan metode analisis Review ini mencakup rangkuman dari perubahan yang dilakukan maupun diusulkan dalam proses produksi, metode analisis, dan formulasi produk. Kemudian dari data dibuat tren mengenai kategori perubahan yang paling sering dilakukan. Review ini dilakukan untuk mengontrol perubahan-perubahan yang

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

19

diimplementasikan dan memudahkan monitor perubahan yang dapat berpengaruh pada otorisasi pemasaran.

4.3.7 Review otorisasi pemasaran Review ini mencakup rangkuman data registrasi variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen registrasi yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk lokal maupun ekspor, rangkuman spesifikasi produk yang telah disetujui oleh pihak regulator, dan rangkuman jika terdapat produk yang tidak disetujui oleh pihak regulator. Selain itu juga tercantum seluruh perjabjian atau komitmen yang dibuat seperti komitmen untuk melanjutkan studi stabilitas hingga waktu daluwarsanya.

4.3.8 Review hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang tidak diinginkan Review ini mencakup rangkuman hasil stabilitas produk seperti OOS yang ditemukan dari setiap kondisi. Studi stabilitas yang direview merupakan data stabilitas dari batch-batch produk yang diuji selama periode PQR dibuat.

4.3.9 Review produk kembalian, keluhan, dan penarikan kembali terkait dengan kualitas produk Review ini mencakup rangkuman dari deskripsi keluhan seluruh batch yang terkait dengan kecacatan dan kualitas produk, keluhan yang terjadi di pasaran dan lingkungan, serta rangkuman dari penarikan kembali obat jadi dan dilengkapi dengan hasil investigasi dari keluhan dan kembalian serta nomor CAPA sehingga dapat ditelusuri tindakan korektif yang dilakukan.

4.3.10 Review keefektifan Corrective Action dan Preventive Action Review ini mencakup rangkuman seluruh tindakan koreksi yang diambil dalam mengatasi permasalahan yang terjadi seperti OOS, deviasi, dan NCP pada PQR periode yang terdahulu. Selain itu mencakup rangkuman dari keefektifan CAPA yang diambil untuk mengatasi adanya penyimpangan atau NCP yang bersifat kritikal.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

20

4.3.11 Review status kualifikasi mesin, alat, dan validasi yang terkait dengan produk Review ini mencakup rangkuman dari seluruh mesin, alat, dan instrument yang kritikal dan digunakan dalam proses produksi maupun analisis seperti HPLC, mesin mixing, timbangan, sistem Heating Ventilating Air Conditioning (HVAC ) , dan air. Review juga dilengkapi dengan status kualifikasi dan jangka waktu dimana dibutuhkan proses rekualifikasi selanjutnya.

4.3.12 Review perjanjian teknis Review mengenai perjanjian teknis dari produk yang merupakan produk toll in atau toll out dilakukan dalam PQR , dibahas dalam data perjanjian GMP. Review ini merupakan kajian terhadap perjanjian kerjasama untuk melakukan pekerjaan yang terkait dengan proses produksi antar pemberi kontrak dan penerimanya, dimana didalamnya tterdapat tugas dan tanggung jawab masingmasing pihak secara teknis yang terkait dengan GMP. Kajian mencakup seluruh aspek teknis yang terkait GMP seperti tanggung jawab dalam pembelian bahan, analisa, penelusuran bahan baku, pelaksanaan sampling, dll.

4.4 Process Capability Process Capability adalah pengukuran kualitas dari proses yang berasal dari perbandingan proses voice (distribusi) ke customer voice (batas spesifikasi) sehingga dapat mengindikasikan konsistensi dari hasil dari suatu proses, mengetahui produk tersebut sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan, dan dapat digunakan untuk membandingkannya dengan proses lain atau kompetitor. Ukuran dari proses capability disebut capability index, yaitu Cp dan Cpk. Cp merupakan indeks kemampuan yang menggambarkan kemampuan potensi terbaik dari sebuah proses, seperti ketika terpusat di antara batas spesifikasi. Indeks Kemampuan Cp tidak mempertimbangkan lokasi dari mean proses, dalam kaitannya dengan batas spesifikasi. Cp = (USL-LSL) / 6σ

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

21

Nilai yang menentukan bahwa proses telah sesuai atau tidak terhadap karakteristik proses adalah nilai dari Cpk (performance index) yaitu sebuah indeks kemampuan yang mencerminkan jumlah rentang toleransi alami (3σ) yang dapat diserap di antara nilai mean dan batas spesifikasi terdekat. Indeks Cpk mengukur seberapa dekat suatu proses berjalan dengan batas spesifikasi terkaitan persebaran proses. Min {(USL-Average)/( 3σ);( Average -LSL) / (3σ)}

Kedua nilai ini harus dilakukan secara bersama, untuk menghasilkan standar proses yang diinginkan. Secara jelasnya dapat dilihat melalui gambar :

Gambar 4.1 Performance Process Keterangan : Nilai Cp < 1.33 menunjukkan bahwa proses tidak capable untuk memenuhi spesifikasi

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

22

Nilai Cpk < 1.33 menunjukkan bahwa proses menghasilkan produk yang tidak memenuhi lower spesification level (LSL).

Langkah- langkah dalam melakukan studi process capability : 1.

Penentuan parameter-parameter kritis seperti spesifikasi, dll.

2.

Pengumpulan data sebanyak mungkin, dan menentukan secara jelas presisi dari tiap data ( contoh : pembulatan sampai dua desimal )

3. Analisis data dari proses yang telah dikumpulkan -

Asumsi apakah proses menunjukkan hasil dengan distribusi

-

yang normal

-

Fokus pada rata- rata dan standar deviasi data

4. Analisis sumber variasi dan menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi rata-rata proses dan penyebarannya ( standar deviasi )

Beberapa contoh tindakan korektif dan preventif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan process capabilitynya adalah:  Melakukan inspeksi terhadap raw material yang masuk ke gudang penyimpanan.  Memeriksa ulang secara keseluruhan kondisi gudang yang layak untuk penyimpanan raw material.  Melakukan perawatan secara berkala terhadap peralatan. Bila diperlukan dilakukan pergantian dengan yang baru.  Perlunya pengawasan yang ketat kepada operator dari pihak manajemen, supaya proses dapat terkendali. Berikut adalah contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai Cp dan Cpk. Parameter yang dinilai adalah kadar air granul X. No.

No. Batch

Kadar air granul X (%)

1.

B12301

8.16

2.

D23670

8.96

3.

H23236

8.43

4.

J67898

8.99

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

23

Rata-rata

= 8.63

Max

= 8.99

Min

= 8.16

SD

= 0.405329

USL

= 10

LSL

=8

Cp = (USL-LSL) / 6σ = ( 10-8 ) / 6 x 0.405329 = 0.822377042 Cpk = Min {(USL-Average)/( 3σ);( Average -LSL) / (3σ)} = Min { ( 10-8.63) / 3 x 0.405329 ) ; (8.63-8) / 3 x 0.405329 ) } = Min ( 1.126656 ; 0.518098 ) = 0.518098

Dari hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses kurang mampu memenuhi persyaratan kadar air granul, dimana hasil perhitungan Cpk menunjukkan bahwa kadar air lebih cenderung mengarah ke batas bawah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelusuran lebih lanjut mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hal tersebut.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

24

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Pelaksanaan Product Quality Review di PT.SOHO Industri Pharmasi yang merupakan penerapan dari manajemen mutu secara umum telah mengikuti Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik serta penilaian kemampuan suatu proses dalam menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasinya telah terlaksana dengan baik.

5.2 Saran

Salah satu bagian yang di uraikan dalam PQR adalah tentang penanganan CAPA. Dalam PQR perihal tentang CAPA perlu dibahas lebih mendalam untuk meningkatkan keefektifan CAPA dalam mengatasi akar permasalahan yang terjadi dalam PQR serta untuk memudahkan pemantauan apakah tindakan pencegahan dan perbaikan tersebut diselesaikan secara efektif dan tepat waktu.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

25

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.

Bass,L., (2007). Six Sigma Statistics with Exel and Minitab. The McGraw-Hill Companies,Inc.,Amerika,Hal 145-150

Eldon.(2006). Annual Product Review. GMP Compliance Workshop.

Gasperstz, Vincent. (2002). Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pharmaceutical Inspection Convention Pharmaceutical Inspection Cooperation Scheme (PIC/S). (2009). Guide to Good Manufacturing Practice for Medical Products Part I. www.picscheme.org. PE 009-9 (Part I), Geneva.

Siregar, Khawarita. 2006. Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 4 : Studi Penerapan Progres Capability dan Acceptability Sampling Plans Berdasarkan Mil-STD 1916 untuk Mengendalikan Kualitas Produk pada PT X. Medan.

SOHO Group. (2012). Pedoman Kerja Product Quality Review.Jakarta.

Universitas Indonesia Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013

Related Documents

Soho
November 2019 13
Soho-scriptie
May 2020 11
Soho Final
April 2020 5
Soho Model
November 2019 4
Soho 2
June 2020 3

More Documents from ""