Ringkasan journal 1 Tujuan penelitian ini menilai faktor risiko akivitas fisik dan sarana kerja yang dominan dapat menimbulkan low back pain (LBP) pada perawat di ruang Rawat Inap dan Unit Gawat Darurat Rumah Sakit di Jakarta serta memberikan rekomendasi pengendalian risiko LBP. Observasi dilakukan untuk mengidentifikasi aktivitas berisiko tinggi LBP, metode rapid entirebody assessment (REBA) menilai tingkat risiko ergonomi, kuesioner dan Nordic body map menilai faktor risiko lainnya serta keluhan LBP.Dilakukan penelitian pada tahun 2012– 2013, di tiga rumah sakit yang terdiri atas dua rumah sakit pemerintah yaitu rumah sakit militer (RS Bhayangkara) dan rumah sakit sipil yang dikelola oleh pemerintah daerah DKI-Jakarta (RSUD Tarakan), dan satu rumah sakit swasta RSS (nama rumah sakit tidak bersedia dipublikasikan). Subjek penelitian adalah perawat yang memberi pelayanan pasien di ruang Rawat Inap dan Unit Gawat Darurat.Hasil penelitian mendapatkan prevalensi LBP cukup tinggi pada perawat UGD di RSUD Tarakan tahun 2013 (61,1%) dan perawat rawat inap di RS Bhayangkara tahun 2012 (31,8%), namun rendah pada perawat UGD di RSS bila dibandingkan dengan hasil survei global (43,1–87%); aktivitas yang dominan menimbulkan LBP adalah membungkuk dan angkat angkut pasien. Didapatkan hubungan yang bermakna postur membungkuk (p=0,031; OR=1,18–133,89), sudut lengkung punggung (p=0,024; OR=1,65-196,31), dan transfer pasien (p=0,011; OR=5,22–176,83) dengan tingkat risiko LBP. Simpulan, aktivitas fisik perawat dan sarana kerjanya dapat menyebabkan LBP sehingga disarankan menyediakan sarana kerja yang adjustable serta ‘meja’ dinding di toilet untuk pengukuran urin, memenuhi rasio perawat-pasien minimal, SOP, mendidik perawat agar mampu melakukan pengendalian Ringkasan journal 2 Tujuan dari studi ini adalah untuk melakukan analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja petugas kesehatan dan administrasi di Rumah Sakit Akademik UGM.Waktu pelaksanaan penelitian pengambilan sampel dan data pada bulan Maret sampai Juli 2017. Informan dari penelitian ini adalah petugas kesehatan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Akademik UGM. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor bahaya di instalasi gawat darurat terdiri dari bahaya fisik, biologi, ergonomi, perilaku, dan psikologis. Faktor bahaya fisik merupakan yang dominan yaitu jarum suntik (benda tajam) yang berdampak luka tusuk dan tertular penyakit menular dari pasien. Nilai risiko tertinggi bahaya fisik dan biologi pada proses pekerjaan pemasangan infus pada pasien sebesar 150 (tinggi) mengharuskan adanya perbaikan secara teknis. Nilai risiko ini didapatkan apabila telah melakukan rekomendasi pengendalian dari peneliti. Ringkasan journal 3 Tujuan penelitian Untuk menilai bahaya kesehatan kerja yang dihadapi oleh petugas kesehatan dan langkah-langkah mitigasi. Metode cross-sectional dengan menggunakan metode pengumpulan data kuantitatif di antara 200 responden yang bekerja di 8 fasilitas kesehatan utama di Kampala. Hasil Secara keseluruhan, 50,0% responden melaporkan mengalami bahaya kesehatan kerja. Di antaranya, 39,5% mengalami bahaya biologis sedangkan 31,5% mengalami bahaya nonbiologis. Prediktor untuk mengalami bahaya termasuk tidak mengenakan alat pelindung diri (APD) yang diperlukan, bekerja lembur, tekanan terkait pekerjaan, dan bekerja di berbagai fasilitas kesehatan. Langkah-langkah pengendalian untuk memitigasi bahaya adalah memanfaatkan area dan wadah yang terpisah untuk menyimpan limbah medis dan penyediaan alat dan peralatan keselamatan.Kesimpulan, Petugas kesehatan dalam situasi ini
mengalami beberapa bahaya di tempat kerja mereka. Faktor-faktor terkait termasuk tidak memakai semua peralatan pelindung yang diperlukan, bekerja lembur, mengalami tekanan terkait pekerjaan, dan bekerja di berbagai fasilitas. Intervensi harus dilembagakan untuk mengurangi bahaya. Secara khusus kesenjangan pasokan APD, tekanan terkait pekerjaan, dan kepuasan dalam mematuhi langkah-langkah mitigasi harus diatasi.