Fenol

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fenol as PDF for free.

More details

  • Words: 6,235
  • Pages: 27
Tugas 1 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) TL3204 FENOL Nama

: Hieronimus Indra Praseyo NIM

: 15306118

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2009

FENOL

I. PENDAHULUAN Penggunaan kimia dalam kebudayaan manusia sudah dimulai sejak zaman dahulu. Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam, yang berkaitan dengan komposisi materi, termasuk juga perubahan yang terjadi di dalamnya, baik secara alamiah maupun sintetis. Senyawa-senyawa kimia sintetis inilah yang banyak dihasilkan oleh peradaban modern, namun materi ini pulalah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang berbahaya. Dengan mengetahui komposisi dan memahami

bagaimana

perubahan

terjadi,

manusia

dapat

mengontrol

dan

memanfaatkannya untuk kesejahteraan manusia. Pelepasan bahan berbahaya pada tahun 1990-an di Indonesia, Filipina, dan Thailand diprakirakan telah meningkat menjadi sekitar empat, delapan, dan sepuluh kali lipat. Intensitas atau perbandingan antara limbah bahan berbahaya yang ditimbulkan dengan unit hasil industri secara mencolok juga meningkat, terutama di daerah industrialisasi yang berkembang dengan cepat seperti di negara-negara ASEAN dan China. Pada permulaan tahun 1970-an, lebih dari 85% hasil industri Indonesia berasal dari kegiatan industri yang berlokasi di Pulau Jawa. Sekitar 55% dari pusat-pusat industri di Pulau Jawa berlokasi di daerah perkotaan, yang kemudian naik menjadi 60% pada tahun 1990. Di empat kota saja (Jakarta, Surabaya, Bandung dan Semarang) terdapat sekitar 36% dari total industri di Pulau Jawa, yang setara dengan sekitar 27% dari seluruh hasil industri Indonesia. Perkembangan industri disamping berdampak positif pada perkembangan ekonomi, juga menimbulkan dampak negatif tidak hanya pada pusat-pusat industri dan daerah sekitarnya tetapi juga pada tingkat nasional, regional dan lingkungan secara global. Menurut World Bank, ada 3 pola pertumbuhan industri yang perlu diperhatikan yaitu: - Kecepatan pertumbuhan sektor industri - Distribusi spasial yang belum merata - Pergeseran jenis industri

Undang-Undang (UU) RI Nomor 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, sebagai pengganti UU No. 4/1982, menempatkan masalah bahan dan limbah berbahaya sebagai salah satu perhatian utama, akibat dampaknya terhadap manusia dan lingkungan bila tidak dikelola secara baik, dengan definisi sebagai bahan berbaya dan beracun. Pasal 16 dan Pasal 17 UU-23/1997 mengatur larangan membuang dan mengatur pengelolaan limbah dan B3. Selanjutnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 74/2001 mengatur lebih lanjut tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3). Masalah limbah menjadi perhatian serius dari masyarakat dan pemerintah Indonesia, khusunya sejak dekade terakhir ini, terutama akibat perkembangan industri yang merupakan tulang punggung peningkatan perekonomian Indonesia. Peraturanperaturan tentang masalah ini telah banyak dikeluarkan oleh Pemerintah, tetapi di lapangan banyak mengalami hambatan. Penanganan limbah merupakan suatu keharusan guna terjaganya kesehatan manusia serta lingkungan pada umumnya. Namun pengadaan dan pengoperasian sarana pengolah limbah ternyata masih dianggap memberatkan bagi sebagian industri. Keaneka ragaman jenis limbah akan tergantung pada aktivitas industri serta penghasil limbah lainnya. Mulai dari penggunaan bahan baku, pemilihan proses produksi, pemilihan jenis mesin dan sebagainya, akan mempengaruhi karakter limbah yang tidak terlepas dari proses industri itu sendiri. Sebagian dari limbah industri tersebut berkatagori hazardous waste. Tetapi jenis limbah ini berasal pula dari kegiatan lain, seperti dari aktivitas pertanian (misalnya penggunaan pestisida), kegiatan enersi (seperti limbah radioaktif PLTN), kegiatan kesehatan (seperti limbah infectious dari rumah sakit) atau dari kegiatan rumah tangga (misalnya penggunaan batere merkuri). Namun sebagian besar jenis limbah yang dihasikan, biasanya berasal dari kegiatan industri. Limbah berkatagori non-hazardous tidak perlu ditangani seketat limbah hazardous, walaupun limbah tersebut berasal dari industri. Sesuai dengan PP 18/99 juncto 85/99, padanan kata untuk Hazardous Waste yang digunakan di Indonesia adalah Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan disingkat menjadi Limbah B3.

FENOL Salah satu bahan pencemar yang sering menimbulkan masalah adalah hidrokarbon aromatis. Hidrokarbon yang sering dijumpai, terutama di perairan, adalah fenol dan derivatnya dari karbonisasi batubara, bahan kimia sintetik, dan industri minyak (Semple and Cain, 1996). Senyawa fenolik ini merupakan polutan berbahaya (Dong et al. 1992). Fenol alami dapat dijumpai di berbagai tanaman. Tanin merupakan suatu kelompok senyawa polifenolik yang biasanya merupakan komponen tumbuhan, dan terdiri dari 2 kelas utama, yaitu yang terkondensasi dan hidrolisat. Disamping itu tumbuhan menghasilkan lignin yang merupakan kelompok polifenol sekerabat dengan tanin yang sangat sulit didegradasi oleh bakteri (Gamble et al., 1996). Senyawa-senyawa fenol merupakan senyawa organik yang mempunyai sifat racun. Bila mencemari perairan dapat membuat rasa dan bau tidak sedap, dan pada nilai konsentrasi tertentu dapat menyebabkan kematian organisme di perairan tersebut.

Di lingkungan industri migas, fenol banyak ditemukan di dalam air buangan kilang. Pengamatan pada kegiatan produksi serta di lingkungan sumur minyak menunjukkan bahwa senyawa ini juga ditemukan di dalam air terproduksinya. Di dalam Buku Mutu Limbah Cair (BMLC) bagi Kegiatan Minyak dan gas serta Panas Bumi, Nomor Kep.42/MENLH/10/1906, disebutkan bahwa kandungan fenol total di dalam limbah cair bagi kegiatan eksplorasi dan produksi dibatasi hingga 2 mg/l untuk pembuangan di pantai, sementara untuk pembuangan di lepas pantai tidak ada ketentuannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" terhadap kandungan fenol di dalam air terproduksi dari beberapa kegiatan produksi migas di Indonesia menunjukkan bahwa kandungan fenol melampaui batas yang disebutkan di atas. Hasil penelitian oleh LEMIGAS tersebut menunjukkan bahwa kandungan fenol di dalam air terproduksi berkisar 20.50 mg/l, terdiri atas beberapa jenis senyawa diantaranya adalah fenol, kresol, sinlenol, 2isopropil fenol dan 2,3,5 trimetil fenol. Hasil penelitian menyebutkan juga bahwa sifat toksik dari masing-masing senyawa fenol standar yang dinyatakan sebagai harga LC50-nya adalah cukup rendah, yaitu sekitar 0.1-0.4 mg/l. Hasil pengujian terhadap percontoh air terproduksi yang disimpan secara statis selama 3 hari, menunjukkan terjadinya penurunan kandungan senyawa fenol sebesar 34.7%. Degradasi akan meningkat lagi setelah air terproduksi mencapai perairan di tempat keluaran, yaitu sebesar 42.2%. Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air.

II. Karakteristik Fenol Dalam kehidupan sehari-hari fenol dikenal sebagai karbol atau lisol yang berfungsi sebagai zat disenfektan. Beberapa

sinonim

fenol

dalam

dunia

internasional

diantaranya

:

Carbolic acid, Hydroxybenzene, Phenic, monohydroxybenzene; phenic acid, phenylic acid, phenyl hydroxide; oxybenzene, monophenol, phenyl hydrate, phenylic alcohol; phenol alcohol; phenyl alcohol, phenol reagent, benzenol, carbolic, monophenol, Baker's P and S liquid and ointment, NCI-C50124, NA 2821 Molten RCRA. Struktur atom fenol adalah sebasai berikut :

CASR number

: 108-95-2

Molecular formula : C6H5O Fenol merupakan salah satu dari sekian banyak senyawa turunan benzena. Sedangkan sifat umum dari senyawa benzene sendiri diantaranya : Sifat Fisik: • • • •

• • •

Zat cair tidak berwarna Memiliki bau yang khas Mudah menguap Tidak larut dalam pelarut polar seperti air air, tetapi larut dalam pelarut yang kurang polar atau nonpolar, seperti eter dan tetraklorometana Titik Leleh : 5,5 derajat Celsius Titik didih : 80,1derajat Celsius Densitas : 0,88

Sifat Kimia: • • • •

Bersifat kasinogenik (racun) Merupakan senyawa nonpolar Tidak begitu reaktif, tapi mudah terbakar dengan menghasilkan banyak jelaga. Lebih mudah mengalami reaksi substitusi dari pada adisi

Berikut merupakan karakteristik senyawa fenol: • • • • •

Mudah terbakar Bebau tajam Tidak berwarna Crystalline mass Syrupy liquid



Mudah larut dalam alkohol, gliserol, minyak tanah,kloroform, ether, dan sangat larut dalam air.



Colorless to pink crystalline mass or white powder



syrupy liquid when mixed with water

Physical Properties: •

Warning properties: Adequate; sweet, acrid odor at > 0.05 ppm



Molecular weight: 94.1 daltons



Boiling point (760 mm Hg): 359 oF (182 oC)



Freezing point: 104.9 oF (43 oC)



Specific gravity: 1.06 at 68 oF (20 oC) (water = 1)



Vapor pressure: 0.36 mm Hg at 68 oF (20 oC)



Gas density: 3.24 (air = 1)



Water solubility (9% at 77 oF) (25 oC); hygroscopic



Flammability: 175 oF (79 oC)



Flammable range: 1.7% to 8.6% (concentration in air)



Lower explosion limit: 1,3 %(V)



Upper explosion limit: 9,0 %(V)



Density: 1,071 g/cm3 (25 °C)



Autoignition temperature: 605 °C



Partition coefficient (n-octanol/water): log Pow: 1,5



Clear liquid or white crystalline, Change in colour if exposed to air and light:, pink, red.



Evaporation rate: In water: 3,2 months (estimated half-life) In top soil: relatively rapid.

Fenol dapat bereaksi dengan oksidator kuat, kalsium hipoklorit, alumunium klorida dan asam. Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.

III. Sumber dan Produksi fenol Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat dengan proses Raschig. Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara. Fenol merupakan komponen utama pada antiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik. Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya). Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. Sumber-sumber fenol di lingkungan diantaranya : o

Point sources Fenol merupakan komponen umum dalam limbah pada kilang minyak. Fenol juga dapat ditimbulkan pada proses konversi batubara menjadi bahan bakar gas maupun bahan bakar cair dan produksi batu arang dari bahan baku batu bara. Fenol dapat masuk ke lingkungan dari bocornya

kilang minyak, bangunan konversi batubara, buangan dari proses pengolahan limbah kota, dll. o

Diffuse sources, and point sources included in aggregated emissions data Terlepas ke udara dari alam atau manusia yang telah terkontaminasi fenol.

o

Natural sources Fenol ditemukan secara alami pada kotoran hewan dan material dekomposisi organik.

Bagi Indonesia, industri yang berkembang cepat, limbah rumah tangga yang semakin berlimpah ruah berakibat pada munculnya pencemaran dan dapat dipastikan akan meningkat pula dari tahun ke tahun. Walaupun sejumlah usaha telah dilakukan Pemerintah untuk mengatasi masalah ini, namun kesadaran masyarakat yang masih rendah merupakan kendala utama, sehingga tidak berjalannya beberapa program Pemerintah dalam penanggulangan limbah tersebut. Fenol dan derivat-derivatnya merupakan polutan yang sangat berbahaya di lingkungan karena bersifat racun dan sangat sulit didegradasi oleh organisme pengurai. Fenol adalah senyawa kimia yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi jaringan, kulit, mata dan mengganggu pernapasan manusia. Nilai ambang batas senyawa fenol untuk baku mutu air minum sebesar 0,001 ppm, mutu buangan air industri sebesar 0,3 ppm serta di lingkungan para pekerja gas fenol adalah 0,3 ppm2. Fenol di alam mengalami transformasi kimia, biokimia, dan fisika. IV. Penggunaan Fenol Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik. Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin) pembasmi rumput liar, dan lainnya. Secara besar besaran dipakai dalam industri plastik dan resin fenol. Selain itu penggunaannya juga dapat dijumpai dalam industri obat,tekstil, cat,kayu, pupuk, kertas,

perekat, dan lainnya. Dalam bidang kimia, fenol juga sering dipakai sebagai reagen dalam analisis kimia. Senyawa fenol seringkali digunakan untuk pengukuran konsentrasi karbohidrat dan protein dalam metode asam sulfur percobaan uji sensitifitas biomarker pada ikan medaka, Oryzias latipes untuk kemudian dilakukan pengukuran ekspresi gennya pada level choriogenin, vitellogenin dan reseptor estrogen dengan reverse trancriptionpolymerase chain reaction (RT-PCR), pencucian sel pada ikan atlantik salmon dalam pengujian

laboratorium,

pencucian

macrophage

monolayer

dalam

uji

chemiluminescence (CL) pada ikan turbot (Scophthalmus maximus,L.) terhadap respon immun non spesifik setelah diinfeksi dengan Vibrio pelagius, perendaman kelenjar pituitari ikan indian major carp dalam larutan guanidium thiocyanate-phenolchloroform (GTC) untuk dalam tahapan isolasi RNA, untuk mendapatkan ekstrak DNA dalam metode fenol-chloroform atau pengujian ekspresi enzim metionin sulfoksid reduktase A (MsrA) yang terkandung dalam bakteri. V. Toksisitas Fenol Dari beberapa sumber yang ada, terdapat beberapa informasi tentang toksisitas phenol sebagai berikut : Acute oral toxicity: LD50 / rat = 317 mg/kg. Acute inhalation toxicity: LC50 / rat / 4 h = 0,316 mg/l. Acute dermal toxicity: LD50 / rat = 669 mg/kg Irritation and corrosivity: Causes burns. Exposure quickly causes a strong corrosive action upon all body tissue. Possible risks of irreversible effects. Sensitization: Did not cause sensitization on laboratory animals. Repeated dose toxicity: berbahaya, sangat berbahaya dan merusak organ kesehatan manusia jika masuk melalui pernapasan manusia,kontak dengan wajah dan jika tertelan kedalam tubuh manusia.

Pemakaian berkepanjangan dapat menyebakan efek kronis : yaitu kekacauan dan berantaknya sistem syaraf, kerusakan pada hati dan organ ginjal. Jika kontak dengan kulit/wajah dilakukan berkepanjangan atau berulang-ulang dapat menyebabkan dermatitis, kerusakan syaraf kulit. IARC evaluation: (1999) Group 3; Unclassifiable as to carcinogenicity to humans (because of inadequate or limited evidence). EC: Mutagenic Category 3. Experiences with human exposure Toksik jika masuk lewat pernapasan, termasuk kontak dengan kulit dan jika fenol tertelan manusia. Fenol akan sangat cepat masuk ke dalam tubuh lewat pernapasan, dan gesekan dengan kulit dan melalui rongga mulut. Gejala gejal keracunan fenol diantaranya adalah muntah-muntah, kejang kejang,terkejut, aktivitas jantung yang tidak normal, ketidaksadaran, kesulitan dalam bernapas, berhentinya pernapasan sampai pada kematian manusia. Kemungkinan juga memiliki efek pada: sistem saraf pusat, jantung, hati, ginjal, air seni. Ecological Information Ecotoxicity effects Tidak diklasifikasikan sebagai berbahaya. Toxicity to fish phenol: LC50 / fish / 96 h = 7 - 36 mg/l Mobility Distribusi: Air: 1% Air: 98,5% Tanah: 0,5% Air: Produk evaporasi lambat. Fenol larut dalam air. Tanah: mobilitas tinggi. Distribution: Air: 1% Water: 98.5% Soil: 0.5% Persistence and degradability Perkiraan masa atmospheric: <1 hari. Photodegradable. Degradasi dalam air: sepenuhnya 1 - 4 hari. Telah siap untuk didegradasi. Degradasi tanah dalam: sepenuhnya 2 - 5 hari. Telah siap didegradasi. Bioaccumulative potential Tidak diharapkan adanya bioakumulasi. phenol: Bioconcentration factor (BCF) = 2

Koefisien partisi (n-octanol/water): log POW = 1,5 Disposal considerations Buangan limbah berbahaya sesuai dengan peraturan lokal dan nasional. Komisi Eropa limbah kode: 07 01 99 RANGKUMAN DATA TENTANG TOKSISITAS FENOL PADA SAAT PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI Sekilas rangkuman tentang toksisitas pada waktu Pertumbuhan / Reproduksi Terdapat pengaruh yang besar toksisitas phenol pada waktu pertumbuhan atau reproduksi, berdasarkan bukti-bukti pada toksisitas racun pada binatang. Sebelum melahirkan terdapat phenol yang telah kaitkan dengan penurunan berat pada ketuban dan kelangsungan hidup, dan dengan peningkatan luar biasa pada gejala neurological. Toksisitas pada saat pertumbuhan Studi epidemiologi waktu sebelum melahirkan tidak ada hubungannya dengan toksisitas phenol bayi manusia yang lahir cacat. Ada beberapa peningkatan keguguran spontan dan perubahan sex ratio anak yang terkena phenol pada kandungan ibu, namun

hal ini

menjadi sumber

informasi untuk dijadikan sebagai

prioritas.

Menggunakan phenol sebagai desinfektan atau obat lokal telah menyebabkan kematian. Neonates adalah syaraf yang akan peka terutama terhadap imbas dari racun phenol karena kelemahan dari hemoglobin fetal ke methemoglobinemia. Sebelum melahirkan terdapat phenol akan menghasilkan efek yang sama. Temuan yang paling konsisten dari studi toksisitas pertumbuhan yang dilakukan pada binatang adalah penurunan bobot ketuban dan kelangsungan hidup. Penurunan yang signifikan pada berat ketuban pada tikus telah digunakan US EPA untuk mengatur lisensi untuk RfDs kronis dan subchronic eksposur phenol. Cacat yang terjadi telah dilaporkan dalam beberapa studi, namun tidak secara konsisten. Satu studi dievaluasi pasca terjadinya efek dari phenol diberikan sebelum kelahiran oleh gavage. Terkena kotoran tikus ternyata secara morfologi akan normal saat lahir, namun kemudian berkembang kasus kelumpuhan.

Toksisitas pada reproduksi wanita Satu laporan menyatakan bahwa telah teridentifikasi perempuan dan laki-laki yang bekerja dengan resin pheno-formaldehida rentan terhadap penyakit urogenital tract. Studi tentang multi-generasi reproduksi yang dilakukan pada air minum pada rute tikus dilaporkan tertunda masa remaja, dibuktikan oleh peningkatan usia pada vaginal opening, dan penurunan absolut dan relatif berkenaan dengan berat kandungan. Laporan lainnya diklaim memiliki hubungan antara pernapasan

terkait masuknya

phenol dan gangguan dari siklus estrous. Toksisitas pada reproduksi laki-laki Ada laporan kasus impotensi akut terkait toksisitas pada phenol, tapi ini mungkin telah disebabkan oleh efek dari CNS. Studi tentang multi-generasi reproduksi yang dilakukan pada air minum pada rute tikus dilaporkan tertunda masa remaja, seperti dibuktikan oleh meningkatnya usia pemisahan preputial, dan penurunan absolut dan relatif berat prostat. Rangkuman terkait Terdapat keprihatinan yang tinggi tentang terdapatnya phenol secara besarbesaran. Total produksi phenol Amerika Serikat 1993 dilaporkan menjadi 3,72 miliar pound (HSDB). Pada industri konstruksi dan perumahan, terhitungkan sekitar setengah dari phenol yang digunakan di Amerika Serikat, dengan tambahan 10-15% digunakan untuk aplikasi otomotif. Pabrik dari resin fenoljuga merupakan salah satu penggunaan phenol dilaporkan 1,188 miliar pound pada tahun 1988 (HSDB). Kontaminasi phenol dapat terjadi di tempat kerja, dari lingkungan media, dari tercemarnya air minum atau makanan, atau dari penggunaan produk-produk konsumen yang mengandung phenol (ATSDR). Phenol dengan baik dapat diserap melalui mulut, pencernaan, dan kontak dengan kulit (Reprotox ®).

Data on Developmental and Reproductive Toxicity Perkembangan toksisitas pada manusia 1. Heinonen dkk. (1977), seperti dikutip dalam Schardein. Data dari Collaborative Perinatal Project tidak memberikan bukti untuk sebuah hubungan antara cacat dan pemakaian terhadap antimicrobial agen (termasuk phenol) selama awal kehamilan. 2. Hernberg dkk. (1983), seperti dikutip dalam Reprotext ®. "Dalam Swedish reproductive epidemiological study terhadap pekerjaan yang terjadi kontak dengan disinfectants termasuk phenol dan zat lainnya, jelas tidak ada hubungan dengan risiko untuk lahir cacat. " 3. Kuntz (1976), seperti dikutip dalam Reprotext ®. "Dalam salah satu pemeriksaan, phenol dikatakan mempengaruhi embrio manusia atau janin." 4. Malysheva (1976), seperti dikutip dalam Reprotext ®. "Salah satu studi menyimpulkan bahwa phenol berpotensi mengubah rasio jenis kelamin di tikus pada konsentrasi 30 mg/m3 dan hal yang sama juga diterapkan efek pada manusia. " 5. NIOSH (1976), seperti dikutip dalam HSDB. Laporan adanya keguguran kandungan dan gejala toksisitas setelah pemakaian fenol. Perkembangan toksisitas pada binatang 1. Bernardini dkk. (1996), seperti dikutip dalam ATSDR. Modifikasi teratogenesis kadar logam embrio katak menggunakan Xenopus (FETAX) menunjukkan cacat akibat konsentrasi dari phenol yang juga mengakibatkan kematian. 2. Chapman et al. (1994), seperti dikutip dalam Reprotext ®. Shepard's Catalog dari Teratogenic Agen. "Chapman et al ('94) menemukan bahwa pada konsentrasi 100 micromol tikus piaraan telah terganggu embrionya dan proteinnya berkurang pada 10 dan 50 micromolar

konsentrasi prosencephalic telah berkurang secara signifikan. Efek yang dilihat hanya tikus merah coklat yang terkontaminasi dengan phenol. " 3. Ciranni dkk. (1988), seperti dikutip oleh ATSDR. Tidak ada bukti toksisitas yang diamati dalam fetuses dari hamil mouse phenol diberikan dengan konsentrasi 265 mg / kg pada hari 13 dari kehamilan. 4. Hathaway dkk. (1996), seperti dikutip dalam Reprotext ®. "Rats dan tikus yang diberikan sampai dengan 120 dan 280 miligram per kilogram dari phenol, masing-masing, oleh gavage pada 6-15 bulan dari kehamilan yang berhubungan dengan dosis menunjukkan tanda-tanda fetotoxicity. "" Rats terkena hingga 1,3 ppm dari phenol selama kehamilan menunjukkan peningkatan preimplantation kerugian dan awal setelah kematian. " 5. Heller dan Pursell (1938), seperti dikutip dalam ATSDR. Tidak ada efek dari phenol dalam air minum (1000 ppm) pada pertumbuhan, reproduksi, peningkatan dan normal dari 5 -- generasi tikus; serupa dengan efek kurangnya 5.000 ppm pada 4 generasi. Dams diberikan untuk 30, 60, atau 120 mg phenol / kg-hari,memperlihatkan dosis yang berhubungan dengan penurunan rata-rata tinggal ketuban berat badan, dan peningkatan proporsi gravid uteri dengan resorption pada dosis rendah dan menengah, tetapi tidak pada dosis tinggi. 6. Jones-Harga dkk. (1983A), seperti dikutip dalam TERIS, Reprotext ®, ATSDR, Schardein. Seperti dikutip NTP (1983) oleh IRIS. Phenol diberikan kepada tikus hamil oleh gavage pada 6-15 di GDS dosis 0, 70, 140, dan 280 mg / kg / hari. Betina mendapatkan penurunan berat badan, gemetaran, dan peningkatan kematian ibu yang terjadi di 280 mg / kg / hari. Di fetuses: perlambatan pertumbuhan, kelangsungan hidup menurun, perumbuhan abnormal struktural, dan meningkatkan insiden celah langit-langit yang diamati pada 280 mg / kg / hari dosis tinggi. Schardein hanya mencatat referensi dalam sebuah tabel. 7. Jones-Harga dkk. (1983B), seperti dikutip dalam TERIS, Reprotext ®, ATSDR. Belajar sama seperti dikutip NTP (1983) oleh IRIS. Perkembangan efek phenol dalam tikus yang dievaluasi oleh gavage di 0, 30, 60, dan 120 mg / kg / hari di air pada distilled GDS 6-15. Tidak ada dosis yang berhubungan dengan tanda-tanda toksisitas

atau gejala klinis yang terkait dengan toksisitas fenol. Yang paling penting, temuan yang sangat signifikan adalah pengurangan bobot tubuh ketuban dalam dosis tinggi. Tertinggi ketuban NOAEL adalah 60 mg / kg / hari. 8. Kavlock (1987), seperti dikutip di IRIS. Tikus yang hamil diberi phenol oleh gavage pada dosis 0, 667, dan 1000 mg / kg di gd 11. Pups diteliti pascalahir berat, kelangsungan hidup, dan fungsi yang dievaluasi. Pup weaning weights menurun pada kelompok dosis tinggi. Kidney weights weaning telah menurun pada kedua-duanya. Yang paling mengesankan adalah mencari tanda tanda efek kelumpuhan di limbah dari kotoran, yang kurang jelas sampai 10-14 hari setelah melahirkan. 667 mg / kg LOAEL dalam kajian ini. 9. Kavlock dkk. (1987), seperti dikutip dalam IARC. "Phenol merupakan salah satu dari sejumlah bahan kimia yang digunakan dalam struktur-aktivitas pembangunan studi toksikologi dilaporkan dalam sebuah abstrak. Bahan kimia yang telah administratif [rute yg tak ditentukan] ke kelompok-Sprague Dawley rats pada hari 11 dari kehamilan di empat dosis tingkat antara 0 dan 1000 mg / kg atau ditambahkan ke embryo yang sama di seluruh umur embrio budaya dalam vitro. Dalam vivo, phenol induced hind-dahan ekor dan cacat. Dalam vitro, phenol adalah yang paling kuat dari tujuh congeners diuji; aktivitas Namun, telah meningkat berikut bersama dengan budaya hepatocytes utama. " 10. Kavlock (1990), seperti dikutip dalam ATSDR, TERIS. Ini nampaknya laporan lengkap dari vivo data yang dijelaskan di dalam abstrak yang tercantum di bawah nomor 6 di atas. Phenol telah administratif untuk tikus oleh gavage pada kehamilan 11 hari, pada dosis 0, 100, 333, 667, dan 1000 mg / kg. Terbatas pada titik akhir yang dievaluasi: ibu berubah berat (pada 24 dan 72 jam pasca dosing), peti ukuran (setelah 1 bulan dan 6), kerugian perinatal, berat kotoran(setelah 1 bulan dan 6), dan seperindukan biomas (setelah 1 bulan dan 6). Ibu berat telah mendapatkan terpengaruh signifikan pada dua dosis tinggi. Tidak ada efek pada seperindukan ukuran. Keturunan dari kedua kelompok dosis tertinggi menunjukkan dosis yang berhubungan dengan peningkatan frekuensi sindrom yang dicirikan oleh keriting pada ekor dan / atau hindlimb lumpuh (21,4% dan 27,3% dipengaruhi litters, masing-masing).

11. Korshunov (1974), seperti dikutip dalam Reprotext ®. ". . . tikus menghirup phenol pada konsentrasi 0,5 atau 5 mg/m3 selama 3 bulan. . . menyebabkan kematian dan awal preimplantation pascalahir ...." 12. Malysheva (1976), seperti dikutip dalam Reprotext ®. "Salah satu studi menyimpulkan bahwa phenol mengubah rasio jenis kelamin di tikus di 30 mg / m 3 dan yang sama juga diterapkan efek pada manusia. " 13. Kecil dan Becker (1971), seperti dikutip dalam Reprotox ®, TERIS, Schardein, Shepard's Catalog dari Teratogenic Agen, Reprotext ®, RTECS, HSDB. Tikus hamil diberikan phenol yang suntikan pada GDS 8-10 atau 11-13. Tidak ada efek yang kuat ketuban melaporkan dengan dosis sampai 200 mg per kg. 14. Narotsky dan Kavlock (1995), seperti dikutip dalam Reprotext ®, ATSDR, TERIS. Menurut ATSDR, penurunan yang signifikan dalam jumlah liveborn pups, terkait dengan pernafasan yang parah akibat efek di dams mereka, telah diamati setelah gavage perawatan phenol dengan 53,3 mg / kg-hari pada kehamilan 6-19 hari. Dua dari empat pups hidup dalam satu peti dosis tinggi telah kinked ekor. Menurut TERIS, tidak ada efek yang signifikan pada perawatan seperindukan ukuran. 15. NTIS (OTS-0537777), seperti dikutip dalam RTECS. 120 mg phenol / kg BW-hari yang diberikan melalui saluran oral tikus hamil pada kehamilan 6-15 hari. Dan sangat berpengaruh pada betina tersebut. 16. NTIS (PB83-247726), seperti dikutip dalam RTECS. 30 mg phenol / kg BW-hari yang diberikan melalui saluran oral tikus hamil pada kehamilan 6-15 hari. Data pemasukan kematian (atau mati total resorbed implants per implants). At 120 mg / kg-hari, fetoxicity (gencat fetuses) telah diamati. 17. NTIS (OTS-0573554), seperti dikutip dalam RTECS. Pregnant rats diberi melalui saluran oral pada dosis 360 mg / kg BW-hari pada setiap kehamilan 6-15 bulan. Terjadi efek fetotoxicity (gencat fetuses). 18. NTIS (PB85-104461), seperti dikutip dalam RTECS. Tikus hamil diberi phenol melalui saluran oral pada dosis 400 mg / kg-hari di setiap kehamilan 6-15 bulan. Efek yang tercatat di sistem musculoskeletal ketuban. Gencat fetuses telah diamati pada dosis 260 mg / kg-hari. At 230 mg / kg-hari, postimplantation kematian yang diamati.

19. Harga dkk. (1986), seperti dikutip dalam IARC, TERIS, Reprotox ®, RTECS. [abstrak] ". . . CD 23 kelompok tikus yang dikontaminasi pada 0, 30, 60, atau 120 mg / kg BW phenol per hari pada hari 6-15 dari kehamilan dan fetuses diperiksa pertumbuhannya dan kelangsungan hidupnya yang berakibat cacat. Tidak ada bukti bahwa betina terkena efek toksisitas fenol, namun pertumbuhan adalah ketuban berjalan sangat lambat pada dosis tinggi. "". . . kelompok-1 CD tikus yang terkontaminasi pada 0, 70, 140 dan 280 mg / kg BW phenol per hari pada hari 6-15 dari kehamilan. Fetuses telah diperiksa segi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan keberadaan cacanya. Terdapat efek toksisitas, namun tidak ada bukti yang signifikan mengenai teratogenicity yang diamati. Besar toksisitas dalam janin yang dicatat pada dosis tinggi ." 20. Proctor & Gamble Co (1993), seperti dikutip dalam HSDB. Phenol telah diteliti oleh gavage ke mated Charles River Crl: CD VAF / tikus betina Plus (10/group) di tingkat dosis 0 mg / kg / hari (kontrol); 3 kelompok di 60 mg / kg / hari; 3 kelompok di 120 mg / kg / hari, atau 180 mg / kg / hari pada kehamilan 6 bulan sampai 14. At 120 mg / kg / hari, termasuk toksisitas yang dikurangi untuk mendapatkan berat badan dan konsumsi pakan. Terdapat perlakuan yang terkait dengan temuan dalam hal klinis,tanda-tanda, perkembangan toksisitas, temuan pembedahan mayat, organ weights, atau hasil patologi. Female reproductive toxicity in humans 1. Ishchenko dkk. (1978), seperti dikutip dalam Reprotext ®. "Perempuan dan laki-laki yang bekerja dengan phenol-formaldehida Resins telah dilaporkan menderita penyakit uro-genital " Female reproductive toxicity in animals 1. Heller dan Pursell (1938), seperti dikutip di IRIS, ATSDR. Dilaporkan pertumbuhan normal dan reproduksi dengan phenol diberikan dalam air minum dalam studi multi-generasi reproduksi tikus. Konsentrasi yang digunakan adalah: 5.000 ppm (diperkirakan sebesar 686 mg / kg / hari) selama 3 generasi, dan 1000 ppm (diperkirakan sebesar 137 mg / kg / hari) selama 5 generasi. Dams diberikan untuk 30,

60, atau 120 mg phenol / kg-hari, anak memperlihatkan dosis yang berhubungan dengan penurunan rata-rata tinggal ketuban berat tubuh, dan peningkatan proporsi gravid uteri dengan resorption situs di rendah dan dosis menengah, tetapi tidak pada dosis tinggi. Data yang dianggap tidak dilaporkan dalam cukup detail untuk menetapkan LOAELs diandalkan dan NOAELs. 2. Kolesnikova (1972), seperti dikutip dalam Reprotext ®. "Phenol mengganggu estrous dalam siklus tikus inhaling phenol pada 0,5 atau 5 mg / m 3 selama 3 bulan" 3. Korshunov (1974), seperti dikutip dalam Reprotext ®. ". . . tikus menghirup phenol pada 0,5 atau 5 mg/m3 selama 3 bulan. . . menyebabkan kematian dan awal preimplantation setelah kematian. . . " 4. NCI (1980), seperti dikutip dalam ATSDR. Tidak ada histopathological efek pada laki-laki atau perempuan di organ reproduksi tikus atau mouse yang terkena phenol dalam air minum untuk 13 bulan (100-10.000 ppm) atau 103 hari (2500 atau 5000 ppm). 5. Proctor & Gamble Co (1993), seperti dikutip dalam HSDB. Phenol diteliti oleh gavage dan Charles River Crl: CD VAF / female rats Plus (10/group) di tingkat dosis 0 mg / kg / hari (kontrol); 3 kelompok di 60 mg / kg / hari; 3 kelompok di 120 mg / kg / hari, atau 180 mg / kg / hari pada kehamilan 6 bulan sampai 14. At 120 mg / kg / hari, termasuk toksisitas yang dikurangi mendapatkan berat badan dan konsumsi makanan. Terdapat perlakuan yang terkait dengan temuan dalam hal klinis tanda-tanda, perkembangan toksisitas, temuan pembedahan mayat, organ weights, atau hasil patologi. Male reproductive toxicity in human 1. Ishchenko dan Pushkina (1978), seperti dikutip dalam Reprotext ®. "Perempuan dan laki-laki yang bekerja dengan phenol-formaldehida Resins telah dilaporkan ke menderita penyakit uro-genital. " 2. O'Donaghue (1985), seperti dikutip dalam Reprotext ®. Dilaporkan berikut keracunan phenol akut pada satu orang. Kemungkinan lebih

disebabkan oleh CNS daripada efek tertentu efek pada organ seks.

Male reproductive toxicity in animals 1. Heller dan Pursell (1938), seperti dikutip di IRIS, ATSDR. Dilaporkan adanya pertumbuhan normal dan reproduksi dengan phenol diberikan dalam air minum dalam studi multi-generasi reproduksi tikus. Konsentrasi yang digunakan adalah: 5.000 ppm (diperkirakan sebesar 686 mg / kg / hari) selama 3 generasi, dan 1000 ppm (diperkirakan sebesar 137 mg / kg / hari) selama 5 generasi. Tidak dilaporkan cukup detail yang cukup untuk menetapkan LOAELs. 2. NCI (1980), seperti dikutip dalam ATSDR. Tidak ada histopathological efek pada jantan atau betina di organ reproduksi tikus atau mouse yang terkena phenol dalam air minum untuk 13 bulan (100-10.000 ppm) atau 103 hari (2500 atau 5000 ppm). 3. Proctor & Gamble Co (1993), seperti dikutip dalam HSDB. Phenol telah diteliti gavage dengan Charles River Crl: CD VAF / female rats Plus (10/group) di tingkat dosis 0 mg / kg / hari (kontrol); 3 kelompok di 60 mg / kg / hari; 3 kelompok di 120 mg / kg / hari, atau 180 mg / kg / hari pada kehamilan 6 bulan sampai 14. At 120 mg / kg / hari, termasuk ibu kebisaan dikurangi mendapatkan berat badan dan konsumsi pakan. Terdapat perlakuan yang terkait dengan temuan dalam hal klinis tanda-tanda, perkembangan toksisitas, temuan pembedahan mayat, organ weights, atau hasil patologi. Data lainnya yang relevan Menggunakan phenol sebagai desinfektan telah menyebabkan kematian atau penyakit. Neonates adalah syaraf yang akan peka terhadap toksisitas phenol karena kerentanan mereka dalam merasakan methemoglobinemia. 1. American Medical Association (1994), seperti dikutip dalam HSDB.

Phenol tidak dianjurkan untuk ibu hamil, bayi di bawah 6 bulan, atau ruam popok. Phenolic disinfectants telah menghasilkan wabah neonatal hyperbilirubinemia bila digunakan untuk membersihkan bassinets dan mattresses yang punya ventilasi buruk di nurseries. Kematian juga telah tercatat pada saat masih bayi. 2. Deichman (1969), seperti dikutip dalam RTECS. Efek racun dalam bayi. LDLo, oral dosis 10 mg / kg. Perilaku efek, kelemahan otot, cyanosis. 3. Goodman and Gilman's The Pharmacological Basis dari terapi (1985), seperti dikutip dalam HSDB. Fatal neonatal hyperbilirubinemia melelui pernafasan yang telah mengandung phenolic vapors pada ruangan berventilasi buruk dan digunakan untuk hama mattresses dan bassinets. 4. Grey dan Kavlock (1990), seperti dikutip dalam Shepard's Catalog dari Teratogenic Agen, Reprotox ®. "Gray dan Kavlock (1990) ^ n eat C14-1labeled phenol dan tikus ke tingkat yang ditentukan dalam tembuni dan janin yang setara dengan ibu serum. "[Abstrak]. 5. Hinkel (1968), seperti dikutip dalam HSDB. Informasi yang diambil dari kutipan dari karya ini di NIOSH, Kriteria Dokumen: Phenol, hal 41, 1976; DHEW Pub., NIOSH 76-196. J jabang bayi meninggal 11 jam setelah aplikasi yang berisi pembalut 2% phenol ke umbilicus. Lain bayi yang terkena phenol ketika dirawat untuk kulit dengan maag 30% phenol-60% kapur urapan. Bayi mengalami kegagalan peredaran darah, kerusakan otak, dan methemoglobinemia. Bayi yang dipulihkan dengan transfusi darah. SUMMARY

Routes of Exposure Pernafasan Phenol yang diserap dengan cepat ke paru-paru. Namun, karena rendahnya keonsentrasi, bahaya melalui pernafasan terbatas. Bau di ambang dari phenol adalah

sekitar 100 kali lebih rendah daripada OSHA PEL, sehingga memberikan peringatan yang cukup berbahaya konsentrasi. Uap Phenol lebih berat dari udara. Anak mungkin menjadi lebih rentan terhadap agen korosif daripada orang dewasa yang disebabkan relatif kecil diameter saluran udaranya. Selain itu, mereka mungkin terkena lebih tinggi daripada orang dewasa di lokasi yang sama karena mereka tidak terlalu tinggi dan semakin tinggi tingkat phenol uap ditemukan dekat dengan tanah. Kulit / Eye Semua jenis phenol menyebabkan iritasi, dan efek dari toksisitas akut phenol paling sering terjadi oleh kontak kulit. Memperencer bahkan(1% -2%) dapat menyebabkan luka bakar parah jika kontak lama. • ATSDR Informasi Umum 3 Racun dapat dihasilkan melalui kulit atau mata. Phenol dan uap cair menembus kulit dengan efisiensi penyerapan kira-kira sama dengan efisiensi penyerapan oleh pernafasan. Di satu kasus, kematian terjadi dalam waktu 30 menit setelah kulit kontak. Anak-anak lebih rentan terhadap toxicants diserap melalui kulit karena mereka relatif lebih besar permukaan wilayah: rasio berat badan. Proses menelan kebetulan dan disengaja ingestions dari phenol telah dicatat. Seperti hanya 50 sampai 500 mg telah fatal pada bayi. Kematian orang dewasa di dihasilkan setelah ingestions dari 1 sampai 32 g. Standards and Guidelines •

OSHA PEL (dibolehkan eksposur batas) = 5 ppm (kulit) (rata-rata melalui 8 jam workshift)



NIOSH IDLH (segera membahayakan kehidupan atau kesehatan) = 250 ppm



AIHA ERPG-2 (pedoman perencanaan tanggap darurat) = (konsentrasi maksimum di udara di bawah ini yang diyakini bahwa hampir semua orang bisa terkena untuk hingga 1 jam tanpa yang tak dpt diubah atau mengalami pengembangan atau lainnya serius kesehatan efek atau gejala yang dapat mengganggu kemampuan individu untuk mengambil tindakan pelindung) = 50 ppm.



Phenol dapat menghasilkan keracunan sistemik. Phenol adalah korosif kimia dan menyebabkan luka bakar di situs kontak. Gejala keracunan sistemik yang sering melibatkan sebuah awal, sementara stimulasi CNS, diikuti dengan cepat oleh CNS depresi. Koma dan serangan dapat terjadi dalam beberapa menit atau mungkin tertunda hingga 18 jam setelah terkena. Lain-lain gejala termasuk mual, muntah, diare, methemoglobinemia, hemolytic anemia, berkeringat berlebihan, hypotension, arrhythmia, pulmonary busung, dan tachycardia..

Health Effects Acute Exposure Sebagai bahan korosif, phenol denatures protein dan umumnya bertindak sebagai racun protoplasma. Phenol juga dapat menyebabkan perangkat kerusakan syaraf (i.e., demyelination dari axons). Keracunan sistemik dapat terjadi setelah terhirup, kontak kulit, kontak mata, atau proses menelan. Biasanya, sementara CNS perangsangan terjadi, maka amat CNS depresi ensues pesat. Kerusakan pada sistem saraf adalah penyebab utama kematian dari phenol poisoning. Namun, kerusakan sistem organ lain (misalnya, acid-base imbalance dan ginjal akut kegagalan) mungkin menyulitkan kondisi. Gejala mungkin tertunda bagi hingga 18 jam setelah terkena. Anak-anak tidak selalu menanggapi kimia dengan cara yang sama seperti orang dewasa lakukan. Protokol yang berbeda untuk mengatur mereka mungkin diperlukan. Ditandai dengan gejala gejala termasuk mual, berkeringat berlebihan, sakit kepala, pusing, dan bising di telinga. Serangan, kehilangan kesadaran, koma, depresi pernafasan, dan kematian Mei terjadi. Koma dan serangan biasanya terjadi dalam beberapa hari ke hari setelah eksposur tetapi mungkin tertunda hingga 18 jam. Cardiovascular Phenol eksposur awal penyebab tingginya tekanan darah, maka makin parah dan tekanan darah rendah shock. Jantung arrhythmia dan bradycardia juga dilaporkan berikut yg berhubungan dgn kulit terpapar phenol.

Respiratory Mild

eksposur dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan atas. Dengan eksposur lebih serius, pembengkakan di tenggorokan, radang dari batang, tracheal koreng, dan akumulasi cairan di paru-paru dapat terjadi. Proses menelan dapat mengakibatkan kematian dari kegagalan pernafasan.

7 Health Effects • ATSDR ATSDR • Health Effects 7 Gastrointestinal Nausea, vomiting, abdominal pain, diare dan sering gejala setelah terpapar oleh phenol rute. Dari proses menelan phenol juga dapat menyebabkan cedera parah korosif ke mulut, tenggorokan, kerongkongan, dan perut, dengan perdarahan, perforasi, scarring, atau penyempitan formasi sebagai potensi sequelae.

Kegagalan ginjal Ginjal telah dilaporkan dalam peracunan akut. Urinalysis Mei mengungkapkan keberadaan protein (yaitu, albuminuria), membuat, dan greento - perubahan warna coklat dari air seni.

Hematologic Komponen dari darah-darah dan pembentukan organ dapat rusak oleh phenol. Perubahan paling hematologic(misalnya, hemolysis, methemoglobinemia, penindasan sumsum tulang, dan anemia) dapat dideteksi oleh darah tes atau hanya dengan warna atau tampilan pada darah. Methemoglobinemia adalah kekhawatiran di bayi sampai 1 tahun. Anak mungkin akan lebih rentan terhadap kehilangan efektivitas hemoglobin karena relatif anemia dibandingkan dengan orang dewasa.

Ocular Dengan larutan terkonsentrasi phenol dapat menyebabkan mata perih termasuk kerusakan clouding mata permukaan, radang dari mata, dan kelopak mata luka bakar.

Dermal Bila terjadi kontak secara langsung ke kulit putih yang mencakup precipitated bentuk protein. Ini segera berubah merah dan pada akhirnya sloughs, meninggalkan permukaan berwarna coklat sedikit. Jika dibiarkan phenol pada kulit, ia akan menembus dengan cepat dan mengakibatkan kematian dan sel kulit. Jika lebih dari 60 inci persegi dari kulit yang terkena, terdapat risiko kematian. Phenol nampaknya ada lokal yg menyebabkan kematirasaan dan dapat menyebabkan kerusakan ekstensif sebelum sakit yang dirasakan. Karena mereka relatif lebih besar permukaan wilayah: rasio berat badan, anak-anak lebih rentan terhadap toxicants diserap melalui kulit.

Potencial Sequelae Chemical burns kronis dapat menyebabkan efek kulit dan mata.

Chronic Exposure Proses menelan dapat mengakibatkan narrowing dari kerongkongan, dan penyakit jantung dan kerusakan ginjal. Eksposur kronis berulang phenol eksposur di tempat kerja telah menyebabkan ginjal termasuk kerusakan ginjal peradangan, pembengkakan pada ginjal tubules dan sel, dan bersifat merosot perubahan glomeruli. Kerusakan hati dan perubahan pigmen dari kulit yang telah dicatat di beberapa pekerja. Eksposur kronis juga telah berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit artery koroner dan kurang darah pasokan ke jantung di pekerja. Kronis eksposur mungkin lebih serius untuk anak-anak karena potensi lagi periode latency.

Carcinogenicity Phenol belum diklasifikasikan untuk efek yg menyebabkan kanker.Namun, yang dikenal dari promotor Tumors. Reproductive and Developmental Effects Tahun1991 laporan yang diterbitkan oleh US General Accounting Office (Gao) yang

berisi 30 bahan kimia dari keprihatinan karena banyak mempengaruhi reproduksi. Tidak ada laporan tentang efek reproduksi oleh phenol pada manusia. Dalam studi phenol binatang telah dilaporkan akan embryotoxic dan fetotoxic, namun tidak teratogenic. Dalam percobaan binatang, phenol umumnya tidak memiliki efek pembangunan disebabkan kecuali pada dosis yang juga disebabkan toksisitas sang ibu. Pertimbangan khusus mengenai eksposur adalah wanita hamil diperlukan, karena telah phenol yang akan ditampilkan di genotoxic tinggi dosis sehingga, konseling medis dianjurkan untuk wanita hamil yang secara akut terkena.

Sumber : 1. Slide kuliah Pengelolaan B3, pendahuluan, Prof. Enri D. 2. ATSDR. (1998) Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Toxicological Profile for Phenol. 3. HSDB. Hazardous Substances Data Bank. National Library of Medicine (CHEMKNOWLEDGE JANUARY,2002) 4. IARC. International Agency for Research on Cancer (IARC, 1989). Monographs On The Evaluation Of Carcinogenic Risk To Humans, Volume 47. World Health Organization. 5. IRIS. Integrated Risk Information System. US Environmental Protection Agency. (CHEMKNOWLEDGE JANUARY, 2002) 6. Reprotox. Dr. Anthony M. Scialli. (CHEMKNOWLEDGE JANUARY, 2002) 7. Reprotext. Micromedex, Inc. (CHEMKNOWLEDGE JANUARY, 2002) 8. RTECS. Registry of Toxic Effects of Chemical Substances. National Institute of Occupational Safety and Health. (CHEMKNOWLEDGE JANUARY, 2002) 9. Schardein J. L. (2000) Chemically Induced Birth Defects. Third Edition, Marcel Dekker. 10. Shepard’s Catalog of Teratogenic Agents. Dr. Thomas H. Shepard. (CHEMKNOWLEDGE JANUARY, 2002) 11. TERIS. Teratogen Information System. University of Washington. (CHEMKNOWLEDGE JANUARY, 2002)

Related Documents

Fenol
October 2019 7
Fenol
June 2020 4
Fenol Final.docx
October 2019 8
Ol Fenol Eter
October 2019 18