Essay Gagal Ginjal New.docx

  • Uploaded by: sadila rinjani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Essay Gagal Ginjal New.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,272
  • Pages: 12
ESSAY KEPERAWATAN GAWAT DARURAT TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI INSTALASI GAWAT DARURAT

Dosen Pembimbing : Ns. Misbah Nurjannah ., M.Kep DISUSUN OLEH : KELOMPOK 15 SADILA RINJANI

NPM : 15.11.4066.E.A.0043

YENI APRIANI

NPM : 15.11.4066.E.A.0046

AKADEMI KEPERAWATAN YARSI SAMARINDA 2018

Manfaat Menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal di unit gawat darurat agar dapat mengetahui secara dini dan dapat memberikan intervensi yang tepat serta mengantisipasi terjadinya komplikasi dari gagal ginjal

yang dapat merusak dan menyebabkan

keparahan bahkan menyebabkan kematiaan. Diharuskan pengkajian awal lebih yang berfokus fokus pada airway, breathing, circulation, dan pengkajian sekunder untuk menemukan tanda serta gejala yang terjadi agar hasilnya dapat ditangani oleh spesialis dan tenaga medis lainnya.

Analisis Literatur Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan inversible yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan kesimbangan cairan maupun elektrolit , sehingga timbul uremia(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (KMB Vol 2). Menurut Price dan Wilson (2008) klasifikasi penyebab gagal

ginjal

kronik

adalah

sebagai

berikut

:Penyakit

infeksi

tubulointerstitial : pielonefritis kronik atau refluks nefropati, Penyakit perad angan : Glomerulonefritis. Penyakit vaskuler hipertensif : Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis, Gangguan jaringan ikat : lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa , sklerosis sistemik progresif, Ganggauan congenital dan herediter : penyakit ginjal polikistik , asidosis tubukus ginjal, Penyakit metabolik: Diabetes melitus

,hiperparatiroidisme

amiloidosis,

Penyalahgunaan

analgesi,

Nefropati obstruktif. Patofisiologi dari gagal ginjal kronik : Sudut pandang Tradisional, mengatakan bahwa semua unit nefron telah terserangpanyakit namun dalam stadium yang berbeda-beda dan bagian spesifik dari nefronyang berkaitan dengan fungsi-fungsi tentu saja dapat benarbenar rusak atau berubahstrukturnya, misalnya lesi organik pada medulla akan merusak susunan anatomik dari lengkung henle.2. Pendekatan Hipotesis Bricker atau hipotesis nefron yang utuh, berpendapat bahwabila nefron terserang penyakit maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa nefronyang masih utuh tetap bekerja normal. Uremia akan timbul bila jumlah nefron yangsudah sedemikian berkurang sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit tidak dapat dipertahankan lagi.Adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap ancaman ketidak seimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal, terjadi peningkatanpercepatan filtrasi, beban solute dan reabsorbsi tubulus dalam setiap nefron yangterdapat dalam ginjal turun dibawah normal. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasildalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat fungsiginjal yang rendah. Namun akhirnya kalau 75 % massa nefron telah hancur, makakecepatan filtrasi dan beban solute bagi setiap nefron sedemikian tinggi sehinggakeseimbangan glomerolus-tubulus tidak dapat lagi dipertahankan. Fleksibilitas baik pada proses eskresi maupun konsentrasi solute dan air menjadi berkurang. (Musliha,2010) Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadiumgagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR(Glomerular Filtration Rate) yang tersisa dan mencakup : Penurunan cadangan ginjal; Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal(penurunan fungsi ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron

yangsehat

mengkompensasi

nefron

yang

sudah

rusak,

dan

penurunan

kemampuanmengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan CCT 24 jamdiperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi, insufisiensi ginjal; Terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35% dari normal.Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karenaberatnya beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darahkarena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari GFR, sehingga perlu pengobatan medis Gagal ginjal : yang terjadi apabila GFR kurang dari 20 % normal, Penyakit gagal ginjal stadium akhir; Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% darinormal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau penggantian ginjal. (Corwin, 1994). Manifestasi klinik gagal ginjal kronik yaitu :Kardiovaskuler : Hipertensi, gagal jantung, kongestif , udema pulmoner, perikarditis, Pitting Edema(kaki, tangan, sacrum), Edema periorbital, pembesaran vena leher Dermatologi : Warna kulit abu-abu mengkilat, Kulit kering bersisik, Pruritus, Ekimosis, kuku tipis dan rapuh, Rambut tipis dan kasar. Pulmoner : Krekels, Sputum kental dan liat, nafas dangkal. Gatrointestinal : Anoreksia, mual muntah, cegukan, nafas berbau ammonia, Ulserasi dan perdarahan mulut, Konstipasi dan diare, perdarahan saluran cerna. Neurologi : Tidak mampu konsentrasi, kelemahan dan keletihan, Konfusi /perubahan tingkat kesadaran, disorientasi, kejang, rasa

panas di telapak kaki, Muskuluskeletal : Kram otot, Kekuatan otot hilang, kelemahan pada tungkai, foot drop Reproduktif :Amenore, Atrofi testekuler. Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboraturium Laboraturium darah : BUN, Kreatinin , elektrolit (Na,. K, Ca , Phospat ), Hematologi (Hb, Trombosit , Ht, Leukosit ), Protein , antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin )Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, Sedimen, SDM, keton , SDP, TKK/CCT Pemeriksaan EKG :Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tand perikarditis , aritmia, dan gangguan elektrolit ( hiperkalemi, hipokalsemia), Pemeriksaan USG : Menilai besar dan bentuk ginjal , tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises , ureter proksimal , kandung kemih serta prostate Pemeriksaan Radiologi : Renogrram, intravenous, pyleography , Retograde Pyleography, Renal Arteriografi dan venografi, CT scan , MRI , Renal Biopsi , pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen. Penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik meliputi : Restriksi konsumsi cairan , protein, dan posfat, Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi : alumunium hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia : anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta di beri obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia, Dialisis , Transplantasi ginjal (Reves , Rouxs ,Lockhart, 2011) . Komplikasi gagal ginjal kronik antara lain: Hiperkalemia, Perikarditis, Hipertensi , Anemia, Penyakit tulang ( Smeltzer & Bare 2011)

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan pada klien oleh perawat yang berkompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan diberikan untuk mengatasi masalah secara bertahap maupun mendadak.Asuhan keperawatan di ruang gawat darurat seringkali dipengaruhi oleh karakteristik ruang gawat darurat itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan asuhan keperawatan spesifik yang sesuai dengan keadaan ruangan.Karakteristik unik dari ruangan gawat darurat yang dapat mempengaruhi sistem asuhan keperawatan antara lain : Kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi baik kondisi klien dan jumlah klien yang datang ke ruang gawat darurat, Keterbatasan sumber daya dan waktu., Pengkajian, diagnosis dan tindakan keperawatan diberikan untuk seluruh usia,seringkali dengan data dasar yang sangat terbatas, Jenis tindakan yang diberikan merupakan tindakan yang memerlukan kecepatan danketepatan yang tinggi, Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang bekerja diruang gawat darurat. Berdasarkan kondisi di atas, prinsip umum asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat di ruang gawat darurat meliputi : Penjaminan keselamatan diri perawat dan klien yang terjaga : perawat harus menerapkan prinsip Universal Precaution dan mencegah penyebab infeksi., Perawat bersikap cepat dan tepat dalam melakukan triase, menentukan diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan. Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk mengatasimasalah biologi dan psikososial klien, Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga diberikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama klien-perawat., Sistem monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan, Sistem dokumentasi yang

dipakai dapat digunakan secara mudah dan cepat, Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu dijaga.Berikut penjabaran proses keperawatan yang merupakan panduan asuhan. PENGKAJIAN Standar perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan psikososial diawal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui masalah keperawatan klien dalam lingkup kegawatdaruratan., Adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiap klien gawat darurat., Proses Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi masalah keperawatan gawat darurat. Proses pengkajian terbagi dua : Pengkajian Primer ( primary survey): Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalahaktual/potensial dari kondisi life threatning (berdampak terhadap kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup).Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal tersebut memungkinkan.Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan .Airway : Penilaian tentang

kesadaran,

dengan

cara

menyentuh,

menggoyangkan

dan

memanggil namanya, misalnya bapak atau ibu, Pastikan kepatenan jalan napas dan kebersihannya segera, lihat adakah partikel-partikel benda asing seperti darah, muntahab, permen karet, gigi palsu atau tulang ,Posisi pasien diatur agar mudah untuk bernapas , Peningkatan sekresi pernapasan, Adanya benda asing pada saluran pernapasan, Adanya bunyi napas yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas. Breathing : Auskultasi bunyi napas dan evaluasi ekspansi dada, usaha respirasi dan adanya bukti trauma dinding dada atau abnormalitas fisik, Kaji irama, kedalaman dan keteraturan pernapasan, dan observasi pernapasan ekspansi bilateral dada, Jika pernapasan tidak adekuat

atau tidak ada dukungan pernapasan, pasien diberikan alat oksigenisasi yang adekuat. Pola dan frekuensi pernapasan, Pengembangan dada simetris atau tidak,Penggunaan otot bantu pernapasan, Adanya retraksi interkosta .Circulation :Cek nadi dan iramanya serta ritme, Kaji tekanan darah, Kaji warna kulit(Adanya sianosis), Kaji adanya bukti perdarahan, Kirimkan sampel darah untuk melakukan cek labolatorium, Capiler refill (3-4 detik), Adakah tanda tanda syok. Pasang Kateter : Pemasangan kateter untuk persiapan melakukan peritoneal dialysis, selain itu untuk pengeluaran urin. Lakukan peritoneal Dialisis ,Ada 4 teknik yang digunakan dalam peritoneal dialysis, yaitu : Dialysis peritoneal intermiten manual, Dialysis peritoneal intermitan dengan pemutar otomatis, Dialysis peritoneal berpindah-pindah yang berkesinambungan, Dialysis peritoneal yang dibantu oleh pemutar secara terus menerus .Pada umumnya dilakukan dialysis peritoneal manual, dialysis peritoneal ini merupakan teknik yang paling sederhana dengan cara sebuah kantong berisi cairan dipanaskan sesuai suhu tubuh, lalu cairan dimasukkan kedalam rongga peritoneum selama 10 menit dan dibiarkan selama 60 – 90 menit. Kemudian dikeluarkan dalam waktu 10 – 20 menit. Keseluruhan prosedur memerluka waktu 12 jam. Pengkajian Sekunder (secondary survey) : Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang ditemukanpada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian obyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit sekarang,riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki. Pengkajian Riwayat Penyakit :Komponen yang perlu

Lakukan Pengkajian Inspeksi : Pernapasan kusmaul (menunjukkan asidosis metabolic), Takipnea, Kulit kering, Pembesaran vena – vena leher,Distensi abdomen, Mual muntah yang ditandai dengan bau uremik  dapat dilakukan pemberian terapi cairan Palpasi : Penurunan turgor kulit ,Pembesaran ginjal dan kantung kemih dapat diraba (pada obstruksi bagian luar kantung kemih), Edema (pada kelebihan cairan) Perkusi :Resonansi perkusi diatas pembesaran ginjal, Garis perkusi pada distensi kantung kemih Auskultasi :Desiran (pada oklusi arteri ginjal), Pernapasan : perubahan bunyi napas, Kardiovaskular : adanya hipotensi yang ditandai dengan hipovolumia dapat menyebabkan terjadinya shock karena adanya gangguan pada eritropoesis. Dapat juga terjadi takikardi, disritmia ; frisksi gesekan mengindikasikan perikarditis uremik. Diagnosa dan Intevensi Keperawatan Resiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan lunak. Intervensi: Monitor tekanan darah, nadi, catat bila ada perubahan tekanan darah akibat perubahan posisi Auskultasi suara jantung dan paru. Evaluasi adanya edema, perifer, kongesti vaskuler dan keluhan dispnea, Kaji tingkat

kemampuan klien beraktivitas.dan batasi aktivitas berlebihan, Beri tambahan O2 sesuai indikasi. Kolaborasi dalam Pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN, Serum kreatinin, Kreatinin klirens, Pemeriksaan thoraks foto, Pemberian obat-obatan anti hipertensi, Siapkan Dialisis. Dialisis adalah difusi partikel larut dari satu kompartemen semipermiabel.

cairan Pada

ke

kompartemen

hemodialisis,

darah

lain

melewati

merupakan

membran salah

satu

kompartemen dan dialisat adalah bagian yang lain. Membran semi permiabel adalah lembar tipis, berpori-pori terbuat dari selulosa atau bahan sintetik. Ukuran pori-pori membran memungkinkan difusi zat dengan berat molekul rendah seperti urea, kreatinin, dan asam urat berdifusi. Molekul air juga sangat kecil dan bergerak bebas melalui membran, tetapi kebanyakan protein plasma, bakteri dan sel-sel darah terlalu besar untuk melewati poripori membran. Perbedaan konsentrasi zat pada dua kompartemen disebut gradien konsentrasi. Darah yang mengandung produk sisa seperti urea dan kreatinin, mengalir kedalam kompartemen dialiser atau ginjal buatan, tempat akan bertemu dengan dialisat, yang tidak mengandung urea atau kreatinin. Ditetapkan gradien maksimum sehingga zat ini mengalir dari darah ke dialisat. Aliran berulang darah melalui pada rentang kecepatan 200-400 ml/menit lebih dari 2-4 jam mengurangi kadar produk sisa ini menjadi keadaan yang lebih normal (Hudak & Gallo, 2008). Sistem dari hemodialisa akan membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat, membuang kelebihan air dengan

mempengaruhi tekanan banding antar darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dalam arus darah dan tekanan negatif (penghisap) dalam kompartemen dialisat (proses ultra filtrasi), mempertahankan atau mengembalikan

sistim

bufer

tubuh

dan

mempertahankan

atau

mengembalikan kadar elektrolit tubuh.

Resiko kelebihan Volume Cairan b. d mekanisme regulatori (gagal ginjal) dengan retensi urin ditandai dengan :Pemasukan lebih besar dari pengeluaran, oliguria, perubahan pada berat jenis urin,Distensi vena; TD/CVP berubah, Edema jaringan umum, peningkatan berat badan, Perubahan status mental, gelisah, Penurunan Hb/Ht, gangguan elektrolit, kongesti paru pada foto dada. Intervensi :Awasi denyut jantung, TD, dan CVP, Catat pemasukan dan pengeluaran akurat. Termasuk cairan tersembunyi seperti aditif antibiotik. Ukur kehilangan GI dan perkirakan kehilangan tak kasat mata, contoh : berkeringat. Awasi berat jenis urin,Rencanakan penggantian cairan pada pasien, dalam pembatasan multipel. Berikan minum yang disukai sepanjang 24 jam. Berikan bervariasi, contoh : panas, dingin, beku., Timbang berat badan tiap hari dengan alat dan pakaan yang sama. Kaji kulit, wajah, area tergantung nutuk edema. Evaluasi derajat edema (pada skala +1 sampai +4 ), Auskultasi paru dan bunyi jantung, Kaji tingakat keasadaran ; selidiki perubahan mental, adanya gelisah.

Resiko terhadap Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Katabolisme protein; pembatasan diet untuk menurunkan produk sisa

nitrogen, Peningkatan kebutuhan metabolic, Anoreksia, mual/muntah; ulkus mukosa mulut. Intervensi: Kaji/catat pemasukan diet, Berikan makan sedikit dan sering,Berikan pasien/orang terdekat daftar makanan/cairan yang diizinkan dan dorong terlibat pada pilihan menu, Timbang berat badan tiap hari, Tawarkan perawatan mulut sering/cuci dengan larutan (25%) cairan asam asetat. Berikan permen karet, permen keras, penyegar mulut diantara makanan Kesimpulan Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan inversible yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan kesimbangan cairan maupun elektrolit , sehingga timbul uremia(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (KMB Vol 2). Standar perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan psikososial diawal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui masalah keperawatan klien dalam lingkup kegawatdaruratan., Adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiap klien gawat darurat., Proses Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi masalah keperawatan gawat darurat

Related Documents

Essay Gagal Ginjal New.docx
December 2019 15
Gagal Ginjal
July 2020 32
Ckd Gagal Ginjal Kronik.docx
November 2019 39
Gagal Ginjal Kronik
July 2020 28
Gagal Ginjal Kronik
May 2020 38

More Documents from "Novinda Cahya Ristha"

Essay Gagal Ginjal New.docx
December 2019 15
Tugas Manajemen Dila.docx
December 2019 16
Bab 5 Jumadi.docx
December 2019 12