Generasi Muda ditengah Keluarga dan Maraknya Penyalahgunaan Narkoba Menurut Pusat Penelitian Data dan Informasi Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia bekerjasama dengan Pulitkes UI tentang Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba di 34 Provinsi Tahun 2017, menyebutkan bahwa setahun terakhir selama 2017 jumlah pengguna narkoba sebanyak 3.376.115 orang pada kelompok usia 10-59 tahun dengan total pengguna yang berusia <30 tahun masih lebih tinggi dibandingkan yang berusia ≥30 tahun. Proporsi penyalahguna oleh Pelajar terbesar kedua setelah pekerja yakni 24%, artinya ada sekitar 810.267 pelajar menggunakan narkoba. Situasi darurat narkoba ini membuat pemerintah kian gencar melakukan kegiatan pemberantasan dan pencegahan berupa advokasi, sosialisasi dan kampanye STOP narkoba dengan mengadakan 12.566 kegiatan dan melibatkan 9.177.785 orang dari berbagai kalangan, tidak hanya itu, BNN juga mendorong setiap instansi mulai dari pemerintah, swasta, masyarakat dan lingkungan pendidikan untuk peduli terhadap narkotika, selain itu pemberdayaan masyarakat berupa penyuluhan dan keterampilan terus diberikan, tak luput juga rehabilitasi bahkan sampai memfasilitasi dan memaksimalkan pelayanan tes urine1. Untuk penanganan narkoba di lingkup pemuda sendiri, di pemerintah daerah surabaya misalnya, sudah di lakukan sosialisasi, pembentukan konselor sebaya, kader pemuda anti narkoba, pelaksanaan Training of Trainaer (TOT), dan kurikulum integrasi anti narkoba yang memiliki target sasaran SMA, SMP, Masyarakat, Karang Taruna, PNS, dan Ibu Rumah Tangga2. Kenyataan bahwa peredaran barang haram ini telah menyusuri setiap wilayah kota dan desa, serta digunakan mulai dari setiap kalangan dan tidak pandang usia tentu menjadi hal yang serius bagi pemerintah dan seluruh masyarakat, karena semakin hari akal bulus peredaran narkoba pun bermacam bahkan dengan kemasan beragam membuatnya mampu mengecoh siapa saja. Jika berbicara dampaknya, bukan hanya angka kesakitan dan kematian yang mencuat naik setiap tahunnya, kerugian finansial yang tidak sedikit juga dialami negara, dan yang paling menyedihkan adalah tercorengnya moralitas generasi muda. Jika moralitas sudah dirusak maka tanggung jawab cinta tanah air perlahan akan sirna dan Indonesia terancam kehilangan pewarisnya. 1
http://m.antaranews.com/berita/603985/strategi-terintegras-bnn-untuk-perang-melawan -narkoba. pada tanggal 15 agustus 2018 pukul 12.14 2 Pina, Nuri dan Oedojo Soedirham. Dukungan Pemerintah dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di Kota Surabaya.FKM Universitas Airlangga, Vol. 3, No.2 Desember 2015, hal.174
Pepatah mengatakan “Mencegah lebih baik dari pada mengobati”, kalimat tersebut tentu relevan jika dihubungkan dengan kasus narkoba sekarang. Upaya preventif (pencegahan) sangat penting dilakukan sebelum adanya penyalahgunaan dan menekan keparahan tren narkoba. Menjamurnya pengguna dan pecandu narkoba dikalangan generasi muda dikarenakan kegagalan kita dalam mencegah. Upaya preventif ini bisa di mulai dari lingkungan keluarga, karena menurut saya, keluarga adalah imunitas pertama untuk menangkal pengaruh narkoba pada generasi muda yang notabene masih prematur dalam psikis, sosial, dan pengalaman. karenanya yang sedang mereka jajaki sekrarang adalah masa transisi yang labil. Maka dari itu, jika ingin menecegah infasi tren narkoba di kalangan generasi muda, kita harus membenahi kembali lingkungan keluarga. Penelitian membuktikan bahwa sebenarnya faktor eksternal adalah pengaruh terbesar generasi muda menggunakan narokoba, sehingga generasi muda butuh pertahanan diri dan pola pendidikan yang dapat membantu generasi muda dalam menyikapi penyalahgunaan narkoba, lebih lanjut dijelaskan pula beberapa bentuk pola asuh keluarga khususnya orang tua yang mempengaruhi masa depan generasi muda,pola asuh tersebut diantaranya; otoritatif, otoriter, permisif dan tidak terlibat, dan diantara pola asuh tersebut menurut Hasan (2008), menjelaskan bahwa pola asuh otoritatif merupakan gaya pengasuhan yang fleksibel, dimana orang tua memberi anak otonomi, namun berhati-hati menjelaskan batasan yang mereka harapkan memastikan anak untuk mengikuti pedoman tersebut.3 Maka berdasarkan penelitian di atas, dengan pola asuh yang benar dan baik, keluarga khususnya orang tua punya tanggung jawab dan peluang yang besar untuk membentuk karakter generasi muda. Menurut saya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua jika bercermin pada pola asuh otoritatif, seperti; memberikan pendidikan agama dan akhlak. Agama dan akhlak merupakan pendidikan dasar yang harus diberikan pada anak mulai sejak lahir, bahkan Islam
menekaknkan pendidikan agama dan akhlak sejak di dalam
kandungan. Jika pun orang tua merasa kurang mampu memberikan pendidikan agama dan akhlak maka orang tua punya tanggung jawab untuk menyekolahkan anak mereka pada guru agama yang dipercaya. Hal ini sangat penting karena menurut saya landasan sebuah akhlak adalah agama dan agama tanpa akhlak adalah kehancuran.
3
Fani, Iredho. Peran Orang Tua dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba pada Generasi Muda. PSIKIS UIN Raden Fatah Palembang, Vol.2, No.1, hal 43-44
Selain itu Orang tua harus Menjalin komunikasi yang baik dan terbuka, karena komunikasi yang baik merupakan indikator penting bagi perkembangan psikologis generasi muda, mereka tidak perlu mencari ruang diluar untuk mengekspresikan perasaannya, karena keluarga saja sudah cukup menjadi pendengar dan pemberi solusi terbaik bagi setiap masalah. Komunikasi
juga bisa digunakan
orang tua untuk mengetahui sekaligus mengawasi
pergaulan anak. Hal lain yang perlu diperbaiki oleh keluarga adalah tidak memaksakan kehendak. Orang tua memang tidak boleh memaksakan kehendak namun boleh mengutarakan dan menjelaskan tentang benar dan salah, sehingga dapat dipahami bahwa setiap perilaku selalu beresiko. Disisi lain, Menghargai dan menghormati keputusan anak juga merupakan upaya orang tua untuk mencerminkan bahwa generasi muda juga punya hak yang sama dengan orang dewasa selama hal itu benar, orang tua harus mengajari bagaimana cara menghadapi masalah dengan baik sebagai upaya memandirikan dan membuat anak lebih bijak dalam mengambil keputusan sendiri. Memberikan Apresiasi dan Motivasi adalah dua hal penting yang harus dilakukan, karena keduanya mampu membuat generasi muda menjadi pribadi yang percaya diri, merasa disayang dan dihargai, serta perasaan nyaman dan aman di keluarganya sendiri. Keluarga merupakan suatu unit kecil dari sebuah negara, akan tetapi kekuatan dasar sebuah negara ada di tangan keluarga, sehingga membenahi keluarga sama hal nya seperti membenahi pondasi bangunan, bangunan akan runtuh jika pondasinya rapuh. Keikutsertaan keluarga dalam pemberantasan narkoba adalah langkah yang tepat, karena pembentukan jati diri generasi muda yang cinta akan tanah air dimulai dari bagaimana lingkungan keluarga yang mengasuhnya, membesarkannya, mendidiknya dan juga mengiringi setiap langkahnya demi menjamin bahwa mereka aman dari ancaman negatif seperti narkoba. Mewujudkan generasi muda yang cinta tanah air dapat dibangun sejak dini dan bisa dimulai dari mana saja termasuk keluarga. Menciptakan keluarga yang nyaman dan menyenangkan adalah tugas bersama sehingga generasi muda tahu dari mana mereka berasal, kemana mereka akan pergi, bagaimana diri mereka nanti, dan suatu saat mereka tahu tempat kembali dan narkoba bukan masalah yang terlalu kompleks untuk dipecahkan ketika generasi muda tau, mau dan mampu untuk membentengi diri sendiri.
Maka dari itu beberapa saran yang dapat saya berikan kepada beberapa pihak terkait, diantaranya; Kepada orang tua. Orang tua diharapkan dapat menjadi figur terbaik bagi generasi muda dengan memberikan nilai-nilai moral dan spiritual sejak dini, sehingga generasi muda yang hebat merupakan cerminan dari kehebatan orang tuanya. Kepada masyarakat. Lingkungan dalam masyarakat dan masyarakat itu sendiri diharapkan dapat berperan aktif membantu menanggulangi dan mencegah peredaran narkoba dikalangan generasi muda dengan cara mengajak pemuda ikut serta dalam segala kegiatan positif yang dikoordinir oleh perangkat desa, seperti; gotong royong bersih-bersih kampung, pengajian, lomba-lomba meriah yang diadakan di hari-hari besar. Kepada Pemerintah. Melalui kebijakan-kebijakannya, pemerintah diharapkan dapat mengkomandoi segala hal yang berhubungan dengan pencegahan, penanganan, dab pemberantasan narkoba semaksimal mungkin. Keseriusan pemerintah dibuktikan dengan memberikan peraturan hukum yang ketat dan tidak pandang bulu merupakan tonggak terwujudnya Indonesia yang anti narkoba. Kepada Generasi muda. Generasi muda diharapkan dapat mengaplikasikan nila-nilai moral dan agama yang telah didapatkan baik dari keluarga, guru, teman sebaya. Karena dengan mengaplikasikannya, pemahaman dan penghayatan yang mendalam tentang hal yang benar dan salah akan terbentuk dengan sendirinya. Sehingga menjadi individu-individu yang cinta tanah air adalah hal yang niscaya bagi generasi muda karena mereka sudah bisa membentengi diri dari pengaruh buruk narkoba
Daftar Pustaka BNN dan Pulitkes UI. (2017). Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba di 34 Peovinsi Tahun 2017 Pina, Nuri dan Oedojo Soedirham. Dukungan Pemerintah dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di Kota Surabaya.FKM Universitas Airlangga, Vol. 3, No.2 Desember 2015, hal.174 Fani, Iredho. Peran Orang Tua dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba pada Generasi Muda. PSIKIS UIN Raden Fatah Palembang, Vol.2, No.1 (2016). Hal 43-44
Sumber lain: Asmalsyah, Susylo. (2016). Strategi Terintegrasi BNN untuk Perang Melawan Narkoba. diakses dari http://m.antaranews.com/berita/603985/strategi-terintegras-bnn-untuk-perangmelawan -narkoba. pada tanggal 15 agustus 2018 pukul 12.14