Muhammad Aulia Daniswara 09111840000020
Pengembangan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) Unmanned Aerial Vehicle (UAV) sering disebut pesawat udara tanpa awak atau kebanyakan masyarakat mengenalnya dengan istilah drone. UAV sendiri ialah salah satu jenis robot penjelajah yang tidak memiliki pilot pengendali didalamnya. Oleh karena itu, UAV dikendalikan dari jarak jauh dari luar kendaraan menggunakan remote control. Selain itu, UAV juga mampu bergerak otomatis sesuai program yang sudah diatur dalam sistem komputernya. Saat ini, pesawat tanpa awak atau drone menjadi populer karena banyak photographer atau videographer yang mengambil cinematic footage untuk menyalurkan hobi. Padahal dalam dunia militer fungsi utama drone hanya sebagai objek terbang untuk sasaran target menembak. Sehingga dalam istilah militer, yang dikenal sebagai pesawat tanpa awak adalah UAV (Unmanned Aerial Vehicle). Dan kendaraan yang memiliki teknologi canggih ini digunakan untuk menjalankan suatu misi tertentu sesuai komando dari pangkalan. Sebelum ada istilah drone dan UAV, dahulu pesawat tanpa awak sering disebut dengan istilah ‘pesawat model remote control’ oleh masyarakat. Sehingga hal itu yang menyebabkan perbedaaan pesawat model remote control dengan drone menjadi tidak jelas. Karena drone adalah suatu objek terbang, bukan dianggap sebagai pesawat. Oleh karena itu, beberapa negara menggolongkan pesawat tanpa awak (UAV) dengan drone dilihat dari ukuran dan beratnya. Ada lima jenis pesawat tanpa awak (UAV) yang lebih sering dikelompokkan berdasarkan bobotnya. UAV super heavy, robot penjelajah udara yang beratnya diatas 2000 kg. UAV heavy, robot penjelajah udara yang beratnya 200-2000 kg. UAV medium, robot penjelajah udara dengan berat antara 50-200 kg. UAV light, robot penjelajah udara yang punya berat 5-50 kg. UAV micro, robot penjelajah udara yang bobotnya sangat ringan kurang dari 5 kg. Saat ini, negara kita telah melakukan pengembangan pesawat tanpa awak (UAV) dengan berbagai tujuan. Untuk dunia militer, pertanian, fotografi, penelitian dan lainlain. Contohnya pada saat perhelatan International Defence Industry Fair (IDEF) 2017, PT. Dirgantara Indonesia (PTDI) berhasil menjalin kerja sama dengan Turkish Aerospace Industries (TAI) untuk mengembangkan drone MALE (Medium Altitude Long Endurance) bagi TNI AU. Menurut direktur PTDI, sistem yang digunakan akan mirip dengan Anka dari Turki dan Patroller dari Perancis, namun rancangannya tetap murni dari Indonesia. Sehingga nantinya Indonesia memiliki pesawat tempur tanpa awak yang mampu terbang selama 24 jam. Jadi, pengembangan UAV adalah sebuah titik awal kemajuan yang ditunjukkan anak bangsa. Dengan adanya pengembangan UAV, hal ini mampu meningkatkan kreatifitas dan antusiasme kedirgantaraan yang ada di Indonesia. Sehingga, segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan militer, ilmu pengetahuan, ataupun sosial di Indonesia menjadi mudah. Harapannya, dengan hadirnya pesawat tanpa awak dapat membawa dampak positif bagi kemajuan teknologi dan menjadi pacuan semangat untuk menciptakan sesuatu yang lebih. Karena hal yang besar pasti berawal dari sesuatu yang kecil.