BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya penemuan kuman cholera oleh john snow sehingga ia terkenal dengan metode investigasi wabah cholera di London ( 1854 ). Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa yang lebih banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu tertentu di area tertentu atau diantara kelompok tertentu. Disebuah fasilitas pelayanan kesehatan dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika aktivitas surveilans rutin mendeteksi adanya suatu kluster kasus yang tidak biasa atau terjadinya peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari jumlah biasanya. Pakar dan ilmuan merasa mempunyai tantangan dan kesempatan untuk terus menerus menggali dan menemukan ilmu pengetahuan baru guna mengatasi masalah ini. Ketika dokter mendiagnosa suatu penyakit yang tidak biasa, ketika dokter, perawat, bidan, atau petugas laboraturium yang menyadari terjadinya serangkaian kluster kasus. Kluster kasus adalah kelompok kasus penyakit atau peristiwa kesehatan lain yang terjadi dalam rentang waktu dan tempat yang berdekatan. Didalam suatu kluster banyaknya kasus dapat melebihi jumlah yang diperkirakan, umumnya jumlah yang diperkirakan tidak diketahui .
1.2 RUMUSAN MASALAH 1.
Apa pengertian wabah?
2.
Apa saja bentuk wabah?
3.
Apa saja tujuan penyelidikan wabah
4.
Bagaimana langkah – langkah investigasi wabah?
5.
Bagaimana cara penanggulangan wabah?
6.
Bagaimana kriteria kerja wabah
1
1.3 TUJUAN 1.3.1 Tujuan umum Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah tugas dari mata kuliah epidemiologi dan menambah wawasan penulis tentang epidemiologi khususnya tentang Wabah. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui pengertian wabah 2. Untuk mengetahui apa saja bentuk wabah 3. Untuk mengetahui tujuan penyelidikan wabah 4. Untuk mengetahui langkah – langkah investigasi wabah 5. Untuk mengetahui penanggulangan wabah 6. Untuk mengetahui kriteria kerja wabah
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN 1.4.1 Bab I. Pendahuluan, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan, sistematika penulisan, metode penulisan. 1.4.2 Bab II. Tinjauan Teori, berisi pembahasan yang menjelaskan tentang Wabah epidemiologi. 1.4.3 Bab III. Penutup, berisi kesimpulan, dan saran.
1.5 METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi keputusan. Studi kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mencari, mengumpulkan, dan mempelajari materi-materi dari buku maupaun dari media informasi lainnya dalam hal ini yang berkaitan dengan epidemiologi.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI Secara umum wabah dapat diartikan sebagai kejadian penyakit melebihi dari normal (kejadian yang biasa terjadi). Banyak definisi yang diberikan mengenai wabah baik kelompok maupun para ahli diantaranya : 1. Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang didaerah luas ( KBBI : 1989 ). 2. Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit ( depkes RI, DirJen P2MPLP : 1981). 3. Wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka ( UU RI No. 4 tahun 1984 ). 4. Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah, yang nyata jelas melebihi jumlah biasa ( Benenson : 1985 ) 5. Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa ( Last : 1981 ) 6. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989) Tiga komponen wabah : 1. Kenaikan jumlah penduduk 2. Kelompok penduduk disuatu daerah 3. Waktu tertentu Alasan melakukan penyelidikan adanya kemungkinan wabah : 3
1. Mengadakan penanggulangan dan pencegahan a) Ganas tidaknya penyakit b) Sumber dan cara penularan c) Ada atau tidaknya cara penanggulangan dan pencegahan 2. Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan 3. Pertimbangan program 4. Kepentingan umum, politik, dan hukum
2.2 BENTUK WABAH a. Berdasarkan Sifatnya Pembagian wabah berdasarkan sifatnya yaitu : 1. Common Source Epidemic Adalah suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang reatif singkat. Adapun common source epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan jam, tidak ada angka serangan kedua Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit berlangsung sangat cepat dalam waktu yang singkat (point source of epiemic), maka resultan dari semua kasus/ kejadian berkembang hanya dalam satu masa tunas saja Point source epidemic dapat pula terjadi pada penyakit oleh faktor penyebab bukan infeksi yang menimbulkan keterpaparan umum seperti adanya zat beracun polusi zat kimia yang beracun di udara terbuka. 2. Propagated / Progresive Epidemic Bentuk epidemik dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa tunas yang lebih lama pula. Propagated / progresif epidemik terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui vektor, relatif lama waktunya
4
dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masyarakat yang rentan serta morbilitas dari penduduk setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal anggota masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan urutan generasi kasus. Masa tuntas penyakit tersebut diatas adalah sekitar satu bulan sehingga tampak bahwa masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada saat di mana jumlah masyarakat yang rentan mencapai batas yang minimal. Contohnya, kejadian wabah demam berdarah di suatu tempat yang dalam penyebarannya memerlukan waktu yang lama, dimana wabah ini memerlukan masa inkubasi. Selain itu penularan wabah demam berdarah ini, melalui vector yang berupa nyamuk Aides Aigepty. b. Berdasarkan Cara Transmisinya Menurut transmisinya, wabah dibedakan atas : 1. Wabah dengan penyebaran melalui media umum (common vehicle epidemics), yaitu : a) Ingesti bersama makanan atau minuman, misalnya Salmonellosis. b) Inhalasi bersama udara pernafasan, misalnya demam Q (di laboratorium). c) Inokulasi melalui intravena atau subkutan, misalnya hepatitis serum. 2. Wabah dengan penjalaran oleh transfer serial dari pejamu ke pejamu (epidemics propagated by serial transfer from host to host), yaitu : 1) Penjalaran melalui rute pernafasan (campak), rute anal-oral (shigellosis), rute genitalia (sifilis), dan sebagainya. 2) Penjalaran melalui debu. 3) Penjalaran melalui vektor (serangga dan arthropoda).
2.3 TUJUAN PENYELIDIKAN KLB/WABAH a. Tujuan umum
5
1.
Upaya penanggulangan dan pencegahan
2.
Surveilans
3.
Penelitian
4.
Pelatihan
5.
Menjawab keingintahuan masyarakat
6.
Pertimbangan program
7.
Kepentingan politik dan hokum
8.
Kesadaran masyarakat
b. Tujuan khusus 1.
Memastikan diagnose
2.
Memastikan bahwa terjadi KLB/wabah
3.
Mengidentifikasi penyebab KLB
4.
Mengidentifikasi sumber penyebab
5.
Rekomendasi: cepat dan tepat
6.
Mengetahui jumlah korban dan populasi rentan, waktu dan periode KLB, serta tempat terjadinya KLB (variable orang, waktu dan tepat)
2.4 LANGKAH – LANGKAH INVESTIGASI WABAH Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya penemuan kuman kolera oleh John Snow sehingga ia terkenanl dengan metode investigasi wabah kolera di London (1854). Langkah melakukan investigsi wabah dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang sistemik yang terdiri dari: 1.
Persiapan Investigasi di Lapangan Persiapan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu: a) Investigasi
: Pengetahuan ilmiah perlengkapan dan alat.
b) Administrasi
:
Prosedur
administrasi
termasuk
izin
dan
pengaturanperjalanan. c) Konsultasi
:
Peran
masing-masing
petugas
yang
turun
kelapangan. 2.
Pemastian Adanya Wabah
6
Dalam mementukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu atau bulan sebelumnya. b) Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan. c) Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya. 1) Catatan hasil surveilans. 2) Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register, dan lain-lain. 3) Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau data nasional. 4) Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi penyakit yang biasanya ada. d) Pseudo endemik (jumlah kasus yang dilaporkan belum tentu suatu wabah) :
3.
1)
Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita.
2)
Adanya cara diagnosis baru.
3)
Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat.
4)
Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa.
5)
Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan.
Pemastian Diagnosis Semua temuan secara klinis harus dapat memastikan diagnosis wabah, hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : a) Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut. b) Untuk menyingkirkan kesalahan laboraturium yang menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan. c) Semua temuan klinis harus disimpulakan dalam distribusi frekuensi. d) Kunjungan terhadap satu atau dua penderita.
4.
Pembuatan Definisi Kasus
7
Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat kriteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang. Penyelidikan sering membagi kasus menjadi pasti (compirmed), mungkin (probable), meragukan (possible), sensivitasdan spefsifitas. 5.
Penemuan dan Penghitungan Kasus Metoda untuk menemukan kasus yang harus sesuai dengan penyakit dan kejadian yang diteliti di fasilitas kesehatan yang mampu memberikan diagnosis. Informasi berikut ini dikumpulakan dari setiap kasus : a) Data identifikasi (nama, alamat, nomor telepon). b) Data demografi (umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan). c) Data klinis. d) Faktor risiko, yang harus dibuat khusus untuk tiap penyakit. e) Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau memberi umpan balik.
6.
Epidemiologi Deskriptif a) Gambaran waktu berdasarkan waktu Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan dengan grafik histogram yang berbentuk kurva epidemic, gambaran ini membantu : 1) Memberi informasi samapai dimana proses wabah itu dan bagaimana kemungkinan kelanjutannya. 2) Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan pada periode tersebut, bila telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya. 3) Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian mengetahui apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya. b) Gambaran wabah berdasarkan tempat Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik berbentuk Spot map. Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol tempat tertentu yang menggambarkan distribusi
8
geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis kejadian namun mengabaikan populasi. c) Gambaran wabah berdasarkan ciri orang. Variable orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada hubungannya dengan keterpajanan atau kerentanan terhadapa suatu penyakit. Misalnya karakteristik inang (umur, jenis kelamin, ras/suku, status kesehatan) atau berdasarkan pemaparan (pekerjaan, penggunaan obat-obatan). 7.
Pembuatan Hipotesis Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya petugas memformulasikan hipotesis meliputi sumber agens penyakit, cara penularan, dan pemaparan yang mengakibatkan sakit. a) Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu: 1)
Apa reservoir utama agen penyakitnya?
2)
Bagaimana cara penularannya?
3)
Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?
4)
Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
b) Wawancara dengan beberapa penderita. c) Mengumpulkan beberapa penderita mencari kesamaan pemaparan. d) Kunjungan rumah penderita. e) Wawancara dengan petugas kesehatan setempat. f) 8.
Epidemiologi diskriptif.
Penilaian Hipotesis a) Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, b) Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki peran kebetulan, c) Uji kemaknaan statistik, Kai kuadrat.
9.
Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahan Dalam hal ini penelitian tambahan akan mengikuti hal dibawah ini: a) Penelitian Epidemiologi (epidemiologi analitik). b) Penelitian Laboratorium (pemeriksaan serum) dan Lingkungan (pemeriksaan tempat pembuangan tinja).
9
10. Pengendalian dan Pencegahan Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin upaya penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya. 11. Penyampaian Hasil Penyelidikan Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara pertama Laporan lisan pada pejabat setempat dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas mengadakan pengendalian dan pencegahan dan yang kedua laporan tertulis. Penyampaian penyelidikan diantaranya: a) Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan. b) Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah: simpulan dan saran harus dapat dipertahankan secara ilmiah. c) Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran). d) Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan. e) Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa datang.
2.5 PENANGGULANGAN WABAH Penanggulangan wabah biasa disebut dengan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan wabah secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi wabah. Kegiatan ini dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru
10
dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi wabah secara mingguan. Datadata yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi. Penyelenggaraan SKD- KLB telah diatur dalam PERMENKES No.949/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini KLB. Upaya penanggulangan KLB dilaksanakan dengan tujuan untuk memutus rantai penularan sehingga jumlah kesakitan, kematian maupun luas daerah yang terserang dapat ditekan seminimal mungkin. Dalam operasionalnya penyelidikan
kegiatan yang
penanggulangan
selanjutnya
digunakan
selalu
disertai
kegiatan
istilah
penyelidikan
dan
penanggulangan KLB. Upaya penyelidikan dan penanggulangan secara garis besar meliputi: 1.
Persiapan Penyelidikan dan Penanggulangan KLB Persiapan penyelidikan dan penanggulangan KLB meliputi persiapan administrasi, tim penyelidikan epidemiologi, bahan logistik dan bahan laboratorium serta rencana kerja penyelidikan epidemiologi KLB. Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi KLB bekerjasama dengan unit kesehatan terkait setempat, dapat melakukan wawancara, pemeriksaan medis dan laboratorium terhadap penderita, pemeriksaan orang-orang yang mendapat serangan penyakit, pemeriksaan sumbersumber penyebaran penyakit, pemeriksaan data perawatan penderita di unit pelayanan kesehatan, pemeriksaan data perorangan, sekolah, asrama, dan tempat-tempat lainnya yang berhubungan dengan penyebaran penyakit dengan memperhatikan etika pemeriksaan medis dan etika kemasyarakatan setempat. Rekomendasi dirumuskan dengan memperhatikan asas segera, efektif dan efisien dalam rangka penanggulangan KLB yang sedang berlangsung sesuai dengan kemampuan yang ada serta disampaikan kepada tim penanggulangan KLB dengan memperhatikan kerahasiaan jabatan dan implikasi terhadap kesejahteraan dan keselamatan masyarakat.
2. Memastikan adanya KLB
11
Kepastian adanya suatu KLB berdasarkan pengertian dan kriteria kerja KLB yang secara formal ditetapkan oleh Bupati/Walikota atas rekomendasi teknis Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, baik bersumber data kesakitan dan atau data kematian yang ada di masyarakat atau data dari unit pelayanan penderita serta hasil pemeriksaan laboratorium. Untuk memastikan adanya KLB, maka data penderita setidaknya menunjukkan perkembangan penyakit dari waktu ke waktu berdasarkan tanggal mulai sakit dan atau tanggal berobat yang dapat digunakan untuk memperkirakan tanggal mulai sakit, tempat kejadian menurut unit pelayanan penderita berobat, tempat tinggal penderita, tempat usaha atau karakteristik tempat lain, serta menurut umur, jenis kelamin dan kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan kebutuhan untuk memastikan adanya KLB. Secara operasional, langkah-langkah untuk memastikan adanya KLB adalah sebagai berikut : a) Melakukan analisis terhadap data kesakitan dan kematian yang ada di Puskesmas atau Rumah Sakit b) Mendiskusikan
dengan
petugas
poliklinik
tentang
adanya
peningkatan jumlah penderita atau diduga penderita penyakit berpotensi KLB diantara yang berobat ke poliklinik menurut desa atau lokasi tertentu. c) Menanyakan pada setiap orang yang datang berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit tentang adanya peningkatan jumlah penderita atau diduga penderita penyakit berpotensi KLB tertentu atau adanya peningkatan jumlah kematian di desa, sekolah, asrama atau tempat lain. Peningkatan jumlah penderita dibandingkan dengan kewajaran jumlah penderita pada keadaan normal berdasarkan data yang ada di Puskesmas
atau
menurut
pandangan
orang-orang
yang
diwawancarai. d) Melakukan kunjungan ke lokasi yang diduga terjadi KLB untuk memastikan adanya KLB. Tatacara memastikan adanya KLB adalah dengan wawancara penduduk setempat melalui survei masyarakat,
12
dan atau dengan membuka pelayanan pengobatan umum. Apabila jumlah penderita dan atau kematian cukup banyak dan meningkat dibandingkan jumlah penderita pada keadaan sebelumnya sesuai dengan kriteria kerja KLB, maka dapat dipastikan adanya KLB di daerah tersebut. 3. Menegakkan Etiologi KLB a) Etiologi suatu KLB dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis penderita perorangan, gambaran klinis kelompok, gambaran epidemiologi dan hasil pemeriksaan laboratorium atau alat penunjang pemeriksaan lainnya. b) Gambaran klinis penderita perorangan dapat diperoleh berdasarkan wawancara dan pemeriksaan medis penderita, gambaran klinis kelompok penderita dapat diperoleh dari prosentase gejala dan tanda-tanda penyakit yang ada pada sekelompok penderita pada daerah yang terjadi KLB. c) Gambaran epidemiologi dibuat dalam bentuk kurva epidemiologi KLB, angka serangan (attack rate) dan angka fatalitas kasus (case fatality rate) berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin. Gambaran
epidemiologi
lain
dapat
dibuat
berdasarkan
pengelompokan tertentu sesuai dengan kebutuhan mengetahui etiologi KLB. d) Pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa spesimen tertentu sesuai dengan perkiraan etiologi berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan epidemiologi. Bahan spesimen yang menimbulkan perlukaan atau risiko perlukaan diupayakan hanya diambil dari beberapa orang saja sebagai contoh pengujian laboratorium. 4. Identifikasi Gambaran Epidemiologi KLB a) Gambaran epidemiologi KLB menjelaskan distribusi penyebaran penyakit dalam bentuk tabel, kurva epidemi, grafik dan peta, baik dalam angka absolut maupun dalam angka serangan (attack rate), dan angka fatalitas kasus (case fatality rate) berdasarkan golongan umur, jenis kelamin, dan tempat-tempat tertentu yang bermakna
13
secara epidemiologi. Umur dikelompokkan dalam kelompok umur kurang dari 1 tahun, 1 – 4 tahun, 5 – 9 tahun, 10 – 14 tahun, 15 – 44 tahun dan 45 tahun atau lebih, sesuai dengan kebutuhan epidemiologi menurut umur. Tempat dikelompokkan berdasarkan tempat kejadian. Gambaran epidemiologi lain dapat dibuat berdasarkan pengelompokan tertentu sesuai dengan kebutuhan untuk mengetahui etiologi KLB, besar masalah KLB dan menjadi dasar membangun hipotesis sumber dan cara penyebaran penyakit. b) Gambaran epidemiologi KLB juga bermanfaat sebagai data epidemiologi KLB dalam sistem kewaspadaan dini KLB dan referensi perumusan perencanaan, pelaksanaan pengendalian dan evaluasi program penanggulangan KLB 7. Mengetahui Sumber dan Cara Penyebaran KLB Cara untuk mengetahui sumber dan cara penyebaran penyakit adalah berdasarkan metode epidemiologi deskriptip, analitik dan kesesuaian hasil pemeriksaan laboratorium antara penderita dan sumber penyebaran penyakit yang dicurigai. 8. Menetapkan Cara-Cara Penanggulangan KLB Penanggulangan KLB meliputi upaya-upaya pengobatan yang tepat terhadap semua penderita yang ada di unit pelayanan kesehatan dan di lapangan,
upaya-upaya
pencegahan
dengan
menghilangkan
atau
memperkecil peran sumber penyebaran penyakit atau memutuskan rantai penularan pada KLB penyakit menular. Cara-cara penanggulangan KLB sebagaimana tersebut diatas sesuai dengan masing-masing cara penanggulangan KLB setiap jenis penyakit, keracunan atau masalah kesehatan tertentu dan penyakit berpotensi KLB yang belum jelas etiologinya. 9. Rekomendasi Rekomendasi merupakan salah satu tujuan penting dari suatu penyelidikan dan penanggulangan KLB. Rekomendasi berisi cara-cara penanggulangan KLB yang sedang berlangsung, usulan penyelidikan dan penanggulangan KLB lebih luas dan atau lebih teliti, dan upaya
14
penanggulangan KLB dimasa yang akan datang. Perumusan suatu rekomendasi berdasarkan fakta hasil penyelidikan dan penanggulangan KLB, merujuk hasil-hasil penelitian dan pembahasan para ahli terhadap masalah yang sama atau berkaitan, kemampuan upaya penanggulangan KLB dan kondisi kelompok populasi yang mendapat serangan KLB. Rekomendasi
disampaikan
kepada
tim
penanggulangan
KLB
berdasarkan asas cepat, tepat dan bertanggungjawab untuk segera menghentikan KLB dan mencegah bertambahnya penderita dan kematian pada KLB. Menurut Pasal 5 ayat (1), Upaya penanggulangan wabah meliputi: a) penyelidikan epidemiologis; b) pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina; c) pencegahan dan pengebalan; d) pemusnahan penyebab penyakit; e) penanganan jenazah akibat wabah; f)
penyuluhan kepada masyarakat;
g) upaya penanggulangan lainnya. Penjelasan Pasal 5 Ayat (1) , Upaya penanggulangan wabah mempunyai 2 (dua) tujuan pokok yaitu : 1
Berusaha
memperkecil
angka
kematian
akibat
wabah
dengan
pengobatan. 2
Membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar penderita tidak bertambah banyak, dan wabah tidak meluas ke daerah lain. Upaya penanggulangan wabah di suatu daerah wabah haruslah dilakukan
dengan mempertimbangkan keadaan masyarakat setempat antara lain : agama, adat, kebiasaan, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, serta perkembangan masyarakat. Dengan
memperhatikan
hal
hal
tersebut
diharapkan
upaya
penanggulangan wabah tidak mengalami hambatan dari masyarakat, malah melalui penyuluhan yang intensif dan pendekatan persuasif edukatif, diharapkan masyarakat akan memberikan bantuannya, dan ikut serta secara
15
aktif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai perlu dilakukan beberapa tindakan, yakni: a) Penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk mengenal sifat sifat penyebabnya serta faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya wabah. Dengan adanya penyelidikan tersebut, maka dapat dilakukan tindakan tindakan penanggulangan yang paling berdaya guna dan berhasil guna oleh pihak yang berwajib dan/atau yang berwenang. Dengan demikian wabah dapat ditanggulangi dalam waktu secepatnya, sehingga meluasnya wabah dapat dicegah dan jumlah korban dapat ditekan serendah-rendahnya. b) Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina adalah tindakan tindakan yang dilakukan terhadap penderita dengan tujuan: 1
Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan;
2
Menemukan dan mengobati orang yang nampaknya sehat, tetapi mengandung penyebab penyakit sehingga secara potential dapat menularkan penyakit (carrier).
c) Pencegahan dan pengebalan adalah tindakan tindakan yang dilakukan untuk memberi perlindungan kepada orang orang yang belum sakit, akan tetapi mempunyai risiko untuk terkena penyakit. d) Yang dimaksud dengan penyebab penyakit adalah bibit penyakit yakni bakteri, virus, dan lain lainnya yang menyebabkan penyakit. Dalam pemusnahan penyebab penyakit, kadang kadang harus dilakukan pemusnahan terhadap benda benda, tempat tempat dan lain lain yang mengandung kehidupan penyebab penyakit yang bersangkutan, misalnya sarang berkembang biak nyamuk, sarang tikus, dan lain lain e) Penanganan jenazah apabila kematiannya disebabkan oleh penyakit yang menimbulkan wabah atau jenazah tersebut merupakan sumber penyakit yang dapat menimbulkan wabah harus dilakukan secara khusus menurut jenis penyakitnya tanpa meninggalkan norma agama serta harkatnya sebagai manusia.
16
f)
Penyuluhan kepada masyarakat adalah kegiatan komunikasi yang bersifat persuasif edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah agar mereka mengerti sifat sifat penyakit, sehingga dengan demikian dapat melindungi diri dari penyakit tersebut dan apabila terkena, tidak menular kepada orang lain. Selain dari pada itu penyuluhan dilakukan agar masyarakat dapat berperan serta secara aktif dalam menanggulangi wabah.
g) Upaya penanggulangan lainnya adalah tindakan-tindakan yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah, yakni bahwa untuk masing masing penyakit dilakukan tindakan tindakan khusus.
2.6 KRITERIA KERJA WABAH / KLB Kepala wilayah / daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah (KJB penyakit menular) diwilayahnya atau tersangka penderita penyakit yang dapat menimbulkan wabah, wajib seera melakukan tindakan – tindakan penanggulangan seperlunya, dengan bantuan unit kesehatan setempat, agar tidak berkembang menjadi wabah (UU No. 4 dan PerMenKes 560/ MenKes/ Per/ VIII/ 1989). Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak dikenal. 2) Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus – menerus selama tiga kurun waktu berturut – turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu). 3) Peningkatan kejadian penyakit/ kematian, dua kali
atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun). 4) Jumlah penderita baru dalam suatu bulan menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata – rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
17
5) Angka rata – rata perbulan selama satu tahun menunjukan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata – rata perbulan dari tahun sebelumnya. 6) Case fatality rate ( CFR ) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan dengan CFR dari periode sebelumnya. 7) Proportional rate ( PR ) penderita dari suatu periode tertentu menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan periode kurun waktu atau tahun sebelumnya. 8) Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus : cholera dean demam berdarah dengue. 9) Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya ( pada daerah endemis ). 10) Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode empat minggu sebelumnya, daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan. 11) Beberapa penyakit seperti keracunan, menetapkan satu kasus atau lebih sebagai KLB. Seperti keracunan makanan dan keracunan pestisida. Satu kenaikan yang kecil dapat saja merupakan KLB yang perlu ditangani seperti penyakit poliomylitis dan tetanus neonatorum kasus dianggap KLB dan perlu penanganan khusus. Peningkatan jumlah kasus atau penderita yang dilaporkan belum tentu suatu wabah (pseudo epidemik) karena peningkatan penderita tersebut bisa karena : 1) Perubahan cara pencatatan 2) Ada cara – cara dignosis baru 3) Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat 4) Ada penyakit lain dengan gejala sama 5) Jumlah penduduk bertambah
18
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN Wabah dapat diartikan sebagai kejadian penyakit melebihi dari normal (kejadian yang biasa terjadi). langkah – langkah investigasi wabah dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu persiapan invetigasi di lapangan, Pemastian adanya Wabah, Pemastian diagnostik, Pembuatan definisi kasus, Penemuan dan Perhitungan kasus, epidemiologi deskriptif, pembuatan hipotesis, Penilaian hipotesis, Perbaikan hipotesis, Pengendalian dan Pencegahan. Penyampaian hasil penyelidikan. Penanggulangan wabah biasa disebut dengan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan wabah secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi wabah. Kegiatan ini dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat .
3.2 SARAN Investigasi wabah adalah peristiwa yang lebih banyak dari biasanya, misalnya wabah DBD. Mencegah lebih baik daripada mengobati, maka dari itu investigasi wabah dilakukan untuk mencegah KLB yang bisa saja terjadi di kemudian hari. .
19
DAFTAR PUSTAKA
Rajab,Wahyudin.2009.Buku
Ajar
Epidemiologi
untuk
Mahasiswa
Epidemiologi
dalam
Kebidanan.Jakarta:EGC. Rianti,Emy,DKK.2009.Buku
Ajar
Kebidanan.Jakarta:Trans Info Media. PERMENKES
No.949/Menkes/SK/VIII/2004
Tentang
Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini KLB.
20