Enggan Taubat Jauh dari Rahmat Allah
ENGGAN TAUBAT, MENJAUH RAHMAT ALLAH OLEH : H. MAS’OED ABIDIN
Abu
Tamam
mengisyaratkan
sebuah
hadits
Rasulullah SAW yang bersumber dari Anas bin Malik r.a: “Setiap orang di antara kamu sekalian melakukan kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang bertaubat.” (HR. Ahmad).
Taubat yang berakar dari kata taaba yang berarti kembali. Yaitu kembali kepada Allah SWT, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari yang dibenci Allah menuju yang diridhai Allah SWT. Kembali ke jalan Allah dengan bertaubat taubatan Nashuha (taubat yang sesungguhnya) adalah satu jalan menuju kebahagiaan dunia maupun akhirat. Taubat merupakan rahmat Allah kepada para 1 H. Mas’oed Abidin
Segeralah Mengejar Raedha Allah hamba-Nya.
Allah
Maha
kelemahanhamba-hamba-Nya. tidak
sesuci
malaikat,
Mengetahui Manusia
karena
akan
diciptakan
manusia
penuh
kekurangan, diciptakan sebagai makhluk yang memiliki syahwat, keinginan dan sebagainya sehingga manusia gampang tergoda oleh bujuk rayu syetan yang selalu saja
mengajaknya untuk melakukan kejahatan dan
kemaksiatan. Allah Maha Mengetahui yang demikian itu ada pada diri hamba-hamba-Nya, maka Allah membukakan pintu taubat (maaf dan ampunan) bagi mereka. Demikianlah Allah, At Tawwab; Maha Penerima Taubat,
Al
Ghaffaar;
Ghafururrahim;
Maha
Maha Pemberi
Pengampun, Maaf
&
Al Maha
Penyayang. “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah lalu memohon ampun terhadap dosadosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat dosa
selain
meneruskan
dari
pada
perbuatan
Allah?Dan
kejinya
itu
mengampuni
mereka sedang
tidak mereka
mengetahui. ” (Q.S. Ali Imran: 135)
Allah telah menyatakan kasih sayang-Nya kepada 2 H. Mas’oed Abidin
Enggan Taubat Jauh dari Rahmat Allah hamba-hamba-Nya
dengan
membuka
lebar
pintu
taubat.. Sayangnya, banyak manusia, para hamba-Nya yang enggan untuk bertaubat.. Malas untuk kembali ke jalan-Nya. Mereka masih senang berada di dalam kubangan
kenistaan,
berlumur
dosa
dan
noda
kemaksiatan. Bahkan masih saja ada yang dengan sengaja dan terang-terangan melakukan kemungkaran dan kemaksiatan tanpa ada rasa malu kepada orangorang beriman. Tidak ada pula rasa takut kepada Allah Ta’ala. Dengan demikian, hidayah Allah menjauh dari mereka. Dalam penilaian ajaran Islam, orang yang enggan atau belum mau atau tidak ada niat dalam hatinya untuk bertaubat disebabkan banyak hal, di antaranya: 1. Merasa bahwa diri tidak pernah berbuat dosa
atau
kesalahan
kepada
Allah
maupun kepada sesama manusia serta lingkungannya. Orang seperti
ini menjalani kehidupan dalam
perbudakan hawa nafsunya. Segala perbuatan yang dipandang buruk oleh Agama, olehnya dianggap baik. 3 H. Mas’oed Abidin
Segeralah Mengejar Raedha Allah Di saat itu syetan merasuki jiwa dan menguasai sehingga menyebabkan lupa diri kepada perintah Allah Ta’ala dan larangan-larangannya.
َ َ ْ شي ّ م ال م ذِك َْر ُ طا ْ َ ست َ ْ ن فَأن ْ ا ْ ُساه ُ ِحوَذ َ عَل َي ْه َ طا َ ِ الل ّهِ ُأول َئ ّ ب ال ب ِ ن ِ ك َ حْز ّ ِ ن أل َ إ ُ حْز ِ َ ْ شي َ ْ شي ّ ال ن َ ْ م ال ِ خا َ سُرو ُ ُن ه ِ طا
“Syetan
telah
menguasai
mereka,
lalu
menjadikan
mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan syetan,
ketahuilah,
sesungguhnya
golongan
syetan
itulah golongan yang merugi.” (Q.S. Al Mujadilah: 19)
2. Cinta
kepada
dunia
berlebihan
dan
melupakan kampung akhirat. Orang ini terlalu silau oleh keindahan dan kemewahan alam fana, sehingga membuat dirinya terjerat
rayuan
dunia.
Kehidupan
terpengaruh
materialistik, dan menurutkan nafsu (hedonistik). Akibatnya kenikmatan ukhrawi yang dijanjikan Allah dicampakkannya.. “Maka di antara manusia ada yang mendoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di
dunia.”
Dan
tiadalah
4 H. Mas’oed Abidin
baginya
bahagian
(yang
Enggan Taubat Jauh dari Rahmat Allah menyenangkan) di akhirat”. (Q.S. Al Baqarah: 200)
3. Lupa bahwa suatu saat nanti kehidupan akan diakhiri dengan kematian dan hari pembalasan. Walaupun seorang mengetahui bahwa suatu saat ia pasti akan mati, namun kecintaannya kepada dunia membuatnya terlena, dan lupa untuk bersegera taubat kepada Allah. Hikmah kematian tidak pernah membuka pintu hati dan menyadarkannya. Sehingga lupa menyiapkan bekal kebajikan, bekal taqwa dan amal shaleh dalam hidup kini untuk kehidupan sesudah mati. Bahkan ia menganggap bahwa masih jauh dari ajal kematian dan menyangka bahwa umur masih panjang belum tua bangka, maka tak perlu baginya segera bertaubat. Bila diajak untuk bertaubat, dengan entengnya ia mengatakan: “nanti saja kalau sudah tua!” Ketika ajal menjemput secara tiba-tiba, sakaratul maut
datang
menghampiri,
5 H. Mas’oed Abidin
barulah
sadar
ingin
Segeralah Mengejar Raedha Allah bertaubat dan menyesali diri dan ingin kembali kepada kehidupan untuk diisi dengan amal dan ibadah yang di amanatkan atas dirinya. Namun waktunya sudah terlambat. Ketika ajal tiba, maka kematian mustahil untuk ditunda. Sungguh malang nasib diri… “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila
datang
kematian
kepada
seseorang
dari
mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke
dunia),
agar
aku
berbuat
amal
yang
shaleh
terhadap yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (Q.S. Al mukminum: 99-100)
4. Dalam hati ada penyakit yang merusak hiasan fitrah Ilahiyah dan kebenaran di dalamnya. Allah hatinya
mengunci tidak
mati
dapat
lagi
hati
mereka,
menerima
sehingga
kebenaran-
kebenaran yang disampaikan kepadanya. Demikian pula dengan pendengaran dan penglihatan mereka. Semuanya tidak berfungsi menerima hidayah Allah. Akalnya, pikirannya, hatinya, pendengarannya, dan penglihatannya selalu digunakan mengingkari perintah 6 H. Mas’oed Abidin
Enggan Taubat Jauh dari Rahmat Allah Allah dan dipakainya untuk kemaksiatan. Perbuatan itu, menjadikan diri calon penghuni neraka. “ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami
(ayat-ayat
Allah)
dan
mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai untuk
telinga,
mendengar
(tetapi) (ayat-ayat
tidak
dipergunakannya
Allah).
Mereka
itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. ” (Q.S. Al A’raf : 179)
ة ُ م ِ َذي هُو ِ ّ ح ل ََنا دِي ْن ََنا ال ْ ِ صل َ ص ّ ُالل ّه ْ ع ْ ما َأ ّ َ ،شَنا لت ا نا يا ن د نا ل ح ل ص ا و ،نا ر م ِ ِ مَعا َ ْ َ َ َ ُ ْ َ ي فِي َْها ْ ْ َ ِ ِ َو،مَعاد َُنا ِ ح ل ََنا آ ْ ِ صل َ ي إ ِل َي َْها ْ وَ ا ِ خَرت َِنا اّلت ّ ُي ك ،ر َ ل َ ل ْال ْ ا ِ َ جع ٍ ْ خي ِ حَياةَ زَِياد َةً ل ََنا ف ّ ُن ك م ً ح ِ ة ل ََنا َ ت َرا ْ َوا َ ل ّ ُ الل ّه،ر َ ْ مو َ ل ال ْ م ِ َ جع ٍ س َ خيرا م ْ َ جع ْ َ جع ل غَد ََنا ِ م ْ وَ ا،سَنا ْ ا ْ نأ َ ْل ي َو ْ ً ْ َ مَنا ي َ ن َ ِ ح ِ ْمن ي َو ْ وَ ا،مَنا ْ خي ًْرا ْ س ِ عاقِب َت ََنا ف 7 H. Mas’oed Abidin
Segeralah Mengejar Raedha Allah
ال ُمور ك ُل ّها ،و أ َ ي الد ّن َْيا َو ز خ ن م نا ر ج ِ ِ َ ْ ِ ْ ْ َ َ ُ ْ ِ ِ عَ َ ة. ب ال ِ خَر ِ ذا ِ سب َُقوَْنا َرب َّنا اغِْفْرل ََنا وَِل ِ ْ ن َ وان َِنا ال ّذِي ْ َ خ َ جع َ ْ ن ن وَل َ ت َ ْ ليــ َ ي قُل ُوْب َِنا ِغل ّ ل ِل ّذِي ْ َ ما ِ لف ِ ب ِا ْ ِ وا َرب َّنا إ ِن ّ َ م. ف َر ِ ك َرُءوْ ٌ حي ْ ٌ آ َ من ُ ْ
8 H. Mas’oed Abidin