EKONOMI ISLAM, sebuah gagasan Rhenald Kasali saat pengukuhannya sebagai guru besar ilmu manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tanggal 4 Juli 2009 di Depok menyatakan perlunya budaya ekonomi baru, sebab budaya ekonomi yang melekat pada masyarakat, dunia usaha dan pemimpin negara di Indonesia saat ini, dinilai sudah tidak adaptif terhadap perubahan yang terjadi pada pasar global, sehingga bangsa ini terus menerus mengalami krisis (Kompas 6-72009) Pada tanggal yang sama juga diharian Kompas, Dr. Emil Salim ekonom senior Indonesia saat penganugerahan doctor honoris causa kepadanya, di ITB Bandung, mengatakan: Isu lingkungan hidup perlu dimaknai baru, yaitu interdependensi dengan persoalan ekonomi dan sosial. Tanpa pemahaman lingkungan hidup yang lebih holistik ini, pembangunan ekonomi dan sosial justru akan mengancam keberlangsungan manusia. Pernyataan kedua begawan skonomi ini, secara tersirat, berkata bahwa sistim ekonomi yang kita anut sekarang ini, sebut saja ekonomi sekuler, sudah tidak mampu menyelesaikan persoalan dunia. Betapa tidak. Ekonomi sekuler yang ada pada saat ini hanya mengurus persoalan manusia dan materi yang dipakai untuk memenuhi kebutuhannya saja sehingga menjadi sempit jika dibandingkan dengan persoalan kehidupan alam semesta. Karena itu, ilmu ekonomi ini menjadi tidak mampu menjawab persoalan dunia, maka salah satu jalan adalah menemukan cara baru dengan memperluas cakupannya dengan falsafah baru. Ilmu ekonomi sekuler ini bersumber dari pemikiran manusia yang sangat terbatas dan sering berubah ubah sehingga mudah usang. Pakar ekonomi Islam tidak setuju dengan sistim ekonomi macam ini, tetapi mereka belum mampu memberikan alternatif berdasarkan keyakinan mereka yaitu ekonomi Islam.
2 Ketidakmampuan ini karena pendekatan yang dipakai masih menggunakan sistim ekonomi sekuler sebagai bahan pokok pengkajian, sehingga hasilnya hanya berupa perbandingan perbandingan saja dan bukan sosok dari ekonomi Islam itu sendiri. Kalau kita membebaskan diri dari mind set sistim ekonomi sekuler tersebut dan mulai berusaha menemukan apa itu ekonomi Islam, dengan menjadikan isi alQur’an sebagai referensi pokok, insya Allah akan ketemu. Ekonomi adalah ajaran tentang tingkah laku manusia dalam menjalani kehidupan ini, dan tingkah laku itu kata Allah adalah ibadah, sebab Allah menghadirkan manusia dan jin ke dunia ini, tiada lain hanya untuk beribadah kepadaNya. Agama Islam mengajarkan kepada kita ada dua macam ibadah yang diwajibkan Allah untuk dilaksanakan oleh manusia. Ibadah pertama adalah ibadah untuk memenuhi kepentingan Allah. Allah berkehendak agar hartaNya yang ada di bumi dan yang ada di langit dipelihara dengan baik, dan dimanfaatkan sebanyak banyaknya untuk kesajahteraan alam semesta termasuk manusia. Untuk melasanakan tugas ini, Allah telah menetapkan manusia sebagai Khalifatullah Fil Ard (KFA). Manusia melaksanakan tugas ini sesuai dengan kemampuannya masing masing, dimana kemampuan ini diwajibkan untuk ditingkatkan secara terus menerus, supaya kita tidak akan termasuk golongan yang merugi. Untuk menjamin terlaksananya peningkatan kemampuan ini diturunkan perintah berupa ibadah kedua. Ibadah kedua adalah ibadah semata mata untuk kepentingan manusia yang diwajibkan untuk dilaksanakan agar manusia menjadi makin pantas dan mampu menjadi KFA yang baik. Ibadah kedua menunjang ibadah pertama, dan hasil kedua ibadah inilah yang akan dihisab sesudah kita mati. Ekonomi Islam adalah ilmu yang mengatur seluruh tugas KFA dalam melaksanakan tugas dari Allah, sehingga ekonomi Islam
3 tidak hanya mengurus manusia dan materi pemenuh kebutuhan saja, tetapi juga, lingkungan dimana seluruh mahluk Allah hidup. Karena tiadanya kesatuan pendapat apa itu ekonomi Islam, akhirnya lahirlah kegiatan ekonomi yang mengambil dasar dalil dalil dari al Qur’an, antara lain sistim keuangan syariah yang non ribawi. Salah satu cabang ekonomi yang utama adalah industri. Industri Islam yang moderen adalah sebuah industri manufaktur berupa hasil pembaharuan revolusi industri, yang berazaskan ekonomi Islam. Industri ini ramah lingkungan, mensejahterakan alam semesta terutama manusia yang terlibat langsung, memiliki skim pemerataan untuk mendapatkan keadilan, dan bukan alat untuk menumpuk kekayaan, dan memperbaiki diri secara berkelanjutan, dalam usaha mencari ridha Allah. Pencarian ridha Allah ini akan menimbulkan motivasi yang sangat kuat pada diri manusia (kalau perlu dengan nyawa sekalipun) yang akan menghasilkan kinerja yang berkembang secara berkelanjutan dan karena itu insya Allah akan menjadi unggul dan makin unggul. Industri semacam ini kita sebut Industri Manufaktur Berbasis Syariah disingkat IMBAS. Dengan diadopsinya Ekonomi Islam ini, pengembangan cabang ekonomi yang lain akan menjadi mudah, karena sudah memiliki dasar yang jelas yang dilengkapi dengan sistim punishment and reward yang jelas baik secara hukum maupun secara spiritual, Karena cakupannya yang lebih luas akan timbul cabang ekonomi yang baru terutama dibidang persoalan lingkungan hidup, yang terabaikan selama ini, umpamanya aturan tentang perdagangan karbon, cabang penemuan energi yang terbarukan dan lain lain. Jakarta, 6 Juli 2009. Eddy O.M. Boekoesoe