Ekokes Tugas 16 Maret 2019.docx

  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ekokes Tugas 16 Maret 2019.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,595
  • Pages: 6
TUGAS INDIVIDU EKONOMI KESEHATAN “Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan”

Disusun Oleh : Dhiana Rachmawati 1806253910

PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2019

1a.Jelaskan apa yang dimaksud demand terhadap yankes dan apa saja faktor yang mempengaruhinya? Demand terhadap pelayanan kesehatan merupakan suatu permintaan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Demand dalam pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh demand kesehatan, artinya seseorang yang kesehatan nya sedang kurang baik (sakit) tentu akan membutuhkan pelayanan kesehatan. Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Kesehatan merupakan modal untuk bekerja dan hidup untuk mengembangkan keturunan. Timbul keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup manusia. Tentunya demand untuk menjadi sehat tidaklah sama antar manusia. Seseorang yang kebutuhan hidupnya sangat tergantung dari kesehatannya tentu akan mempunyai demand yang lebih tinggi akan status kesehatannya. Demand dalam pelayanan kesehatan erat kaitannya dengan keinginan (wants), permintaan (demand), dan kebutuhan (needs), hat diatas dapat digambarkan sebagai berikut (Trisnantoro, 2018).

Keinginan seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup. Keinginan ini didasarkan pada penilaian diri terhadap status kesehatannya

Keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam perilaku mencari pertolongan tenaga dokter

Keadaan kesehatan yang oleh tenaga kedokteran dinyatakan harus mendapatkan penanganan medis

Keinginan (Wants)

Permintaan (Demand)

Kebutuhan (Needs)

Faktor-faktor yang mempengaruhi demand terhadap pelayanan kesehatan:  Kebutuhan berbasis fisiologis, kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis menekankan pentingnya keputusan petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapatkan pelayanan medis. Keputusan petugas medis ini akan mempengaruhi penilaian seseorang akan status kesehatannya. Berdasarkan situasi ini makan demand pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan atau dikurangi.  Penilaian pribadi akan status kesehatan, secara sosio antropologis, penilaian akan status kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya, dan norma-norma sosial di masyarakat. Indonesia sebagai negara timur sejak dahulu telah mempunyai pengobatan alternatif dalam

 



 



bentuk pelayanan dukun. Pelayanan ini sudah berumur ratusan tahun sehingga dapat dilihat bahwa demand terhadap pelayanan pengobatan alternatif ada dalam masyarakat. Variabel-variabel ekonomi tarif, hubungan tarif terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin tinggi tarif maka demand akan menjadi semakin rendah. Penghasilan masyarakat, kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan yang sebagian besar merupakan barang normal. Akan tetapi, ada pula sebagian pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, yaitu adanya kenaikan penghasilan masyarakat justru menyebabkan penurunan konsumsi. Hal ini terjadi pada rumah sakit pemerintah di berbagai kota atau kabupaten. Ada pula kecenderungan mereka yang berpenghasilan tinggi tidak menyukai pelayanan kesehatan yang menghabiskan waktu banyak. Hal ini diantisipasi oleh rumah sakit yang menginginkan pasien dari golongan mampu. Faktor penghasilan masyarakat dan selera mereka merupakan bagian penting dalam analisis demand untuk keperluan pemasaran rumah sakit. Asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan, Faktor asuransi kesehatan menjadi penting dalam hal demand pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, di Amerika Serikat masyarakat tidak membayar langsung ke pelayanan kesehatan, tetapi melalui sistem asuransi kesehatan. Di samping itu, dikenal pula program pemerintah dalam bentuk jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin dan orang tua. Adanya asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Faktor umur sangat mempengaruhi demand terhadap pelayanan preventif dan kuratif. Semakin tua seseorang sendiri meningkat demandnya terhadap pelayanan kuratif. Jenis kelamin, penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa demand terhadap pelayanan kesehatan oleh wanita lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Hasil ini sesuai dengan dua perkiraan. Pertama, wanita mempunyai insidensi penyakit yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Kedua, karena angka kerja wanita lebih rendah maka kesediaan meluangkan waktu untuk pelayanan kesehatan lebih besar. Pendidikan, seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi (Trisnantoro, 2018).

b. Apa manfaat mempelajari demand dalam pelayanan kesehatan? Manfaat dari mempelajari demand pelayanan kesehatan menurut saya yaitu sebagai perencaan rumah sakit atau pengambilan keputusan yang tepat untuk masa depan suatu layanna kesehatan. Demand terhadap layanan kesehatan merupakan hal penting yang mempengaruhi masa depan ataupun survival suatu rumah sakit. Oleh karena itu informasi mengenai demand perlu diketahui. Informasi mengenai demand membutuhkan pengukuran yang benar. Kesalahan melakukan penilaian terhadap demand akan berakibat fatal dalam manajemen rumah sakit, terutama pada pengembangan baru yang menggunakan kredit komersial. c. Apa perbedaan demand terhadap yankes dengan demand komoditas lainnya? Demand terhadap pelayanna kesehatan berbeda dengan demand bidang lainnya karena disebabkan oleh:

 Pada dasarnya orang tidak menyukai pelayanan kesehatan berbeda dengan pakaian, rumah, mobil. Yang diharapkan konsumen dalam pelayanan kesehatan adalah cepat sehat  Konsumer pelayanan kesehatan berada dalam posisi lemah dan sangat ditentukan oleh pemberi pelayanan kesehatan  Demand yang terjadi bukan keputusan konsumer walaupun memutuskan dimana mau berobat tapi tidak bisa memutuskan jenis perawatan atau pengobatan untuknya. d. Apa arti dan metode dari pemodelan demand terhadap pelayanan kesehatan? Demand menurut model Grossman merupakan konsep dimana lebih menekankan terhadap demand pelayanan kesehatan melalui investasi, asuransi, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kesehatan demi mencapai keadaan sehat. Groosman juga menguraikan bahwa demand untuk kesehatan memiliki beberapa hal yang membedakan dengan pendekatan tradisional demand dalam sektor lain:  Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan, bukan pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk menghasilkan kesehatan. Dengan demikian demand untuk pelayanan rumah sakit umumnya berbeda dengan demand untuk pelayanan hotel.  Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat menghasilkannya, menggunakan waktu untuk usaha-usaha peningkatan kesehatan, disamping menggunakan pelayanan kesehatan.  Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan tidak terdepresiasi dengan segera.  Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai bahan investasi. e. Seberapa jauh anda memahami perhitungan premi untuk JKN menggunakan model demand terhadap pelayanan kesehatan? Menurut saya perhitungan premi JKN tidak semuanya memenuhi kriteria model demand terhadap layanan kesehatan. Perhitungan premi yang sesuai dengan pemodelan demand ada pada point asuransi karena sumua masyarakat sudah mengikuti asuransi yang diadakan oleh JKN. Namun, belum masuk kepada point investasi yang dapat menguntungkan satu sama lain.

2. Contoh yang saya ambil mengenai demand terhadap pelayanan kesehatan yaitu dari jurnal yang dibuat oleh Tahan P Hutapea pada tahun 2009 dengan judul Faktor-Faktor yang Memoengaruhi Permintaan (Demand) Masyarakat Terhadap Pemilihan Kelas Perawatan pada Rumah Sakit.  Teori dalam jurnal ini yaitu kebutuhan individu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dipengaruhi secara langsung oleh variabel psikologis yang meliputi selera, persepsi sehat-sakit, harapan, penilaian terhadap provider, dan karakteristik individu yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Faktor tidak langsung dioengaruhi oleh sosie ekonomi dan budaya (Supriyanto, 2002). Rumah sakit sebagai salah satu mata rantai pelayanna kesehatan dalam sisten

kesehatan nasional di Indonesia, akhir-akhir ini menunjukkan pertumbuhan yang bermakna. Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir angka pertumbuhan rumah sakit umum sekitar 30% (dari 581 RSU menjadi 756 RSU), jumlah temoat tidur juga menampilkan pertumbuhan sekitar 44% dari 63,643 tempat tidur menjadi 91,338 tempat tidur (Direktorat Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI, 2002). Kebutuhan atau permintaan akan perawatan rumah sakit dipengaruhi oleh jenis penyakit yang diderita, persepsi sait dari penderita, kepercayaan terhadap dokter, hasrat terhadap pelayanan medis, dan pengalaman kepercayaan terhadap rumah sakit serta keadaan si sakit sendiri (Direktorat jenderal Pelayanan Medik, 2002). Perubahan kebutuhan akan pelayanan rumah sakit menjadi permintaan dan pemilihan kelas perawatan dipengaruhi oleh faktor ability, availability, acceptability, accessibility, willingness dan supply induced (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2003).  Metode dalam penelitian ini dilakukan dengan pemilihan observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel diambil dari masyarakat yang pernah dirawat di rumah sakit dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Penelitian dilakukan pada masyarakat yang pernah dirawat di tiga rumah sakit yang mewakili ketiga jenis kepemilikan rumah sakit yang ada di Surabaya yaitu RSUD Dr. Soetomo (mewakili RS pemerintah), RSAL Dr. Ramelan (mewakili RS ABRI) dan RS Darmo (mewakili RS Swasta). Populasi penelitian adalah anggota masyarakat yang pernah dirawat di tiga rumah sakit tersebut dengan besar sampel 100 responden dari tiap rumah saskit, dengan perincian jumlah responden dari tiap RS kelas VIP, kelas I, Kelas II, dan kelas III.  Hasil penelitian ini, dari 300 kuesioner hasil wawancara hanya 296 responden yang dapat dianalisis karena 4 responsen tidak memenuhi persyaratan dengan rincian 98 kuesioner dari RSUD Dr. Soetomo, 98 dari RSAL Dr. Ramelan dan 100 dari RS. Darmo. Responden lebih banyak dirawat di kelas II dan III dibandingkan kelas I ataupun VIP. Responden laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan responden perempuan. Tingkat pendidikan terbanyak SMA (37,5%), SD (16,8%), Sarjana (14,5%), dan SMP (12,1%). Penghasilan per bulan terbanyak adalah Rp 0,00 – Rp 499.000,00 (45,7%), antara Rp 500.000,00 – Rp 999.000,00 (28,7%) dan diatas Rp 4.500.000,00 (3%). Terlihat dari golongan penghasilan rendah terutama memakai RSUD Dr. Soetomo dan RSAL Dr. Ramelan sedangkan yang berpenghasilan tinggi terutama memakai RS. Darmo. Dari hasil uji beda antara penghasilan seluruh keluara (ability) dengan kelas rawat inap yang dipergunakan pada ketiga RS tersbeut, didapatkan hasil bahwa penghasilan menentukankelas perawatan yang dipergunakan (contingency coefficient= 0.4287 dan p= 0.000) dan makin besar penghasilan makin tinggi kelas yang diminati. Pertimbangan pasien dalam memilih kelas rawat inap terbesar adalah harga kamarnya sesuai dengan kemampuan (47,1%), kemudian alasan fasilitas ruangan (17,9%), diharapkan cukupnya tenaga dokter (11,8%) dan kenyamanan ruangan (9,8%). Dari hasil uji regresi logistik dilihat faktor ability (beta=-0.57327; z-value=-6.79445 dan P=0.0000), availability (beta=-0.29224; zvalue=-2.86279 dan P=0.0077) dan willingness (beta=-0.38393; z-value=-4.29152 dan P=0.0000) berpengaruh secara bermakna pada pemilihan kelas perawatan di

RSUD DR. Soetomo, RSAL Dr. Ramelan dan RS. Darmo, sedangkan faktor acceptability dan accessibility tidak perpengaruh.  Rekomendasi dari penelitian ini yaitu masih dimungkinkan perubahan persentase jumlah tempat tidur dari kelas perawatan pada beberapa RS di Surabaya sesuai dengan keinginan masyarakat pengguna rumah sakit karena masyarakat Surabaya masih mampu dan mau membeli jasa pelayanan rumah sakit tersebut.  Saran dari penulis selain jumlah tempat tidur dari kelas perawatan pada beberapa rumah sakit di Surabaya masih dijangkau oleh masyarakat, rumah sakit di Surabaya juga masih memenuhi kapasitas untuk memberikan pelayanan kesehatan sehingga tidak perlu dibangun rumah sakit baru di wilayah yang sudah banyak tersedia rumah sakit karena akan terjadi persaingan yang sangat ketat karena rumah sakit sebelumnya masih memenuhi permintaan pasien.

Related Documents