LAPORAN KASUS
EFUSI PERIKARDIUM
Disusun oleh : dr. Dwijayanti Titie Anggraeni Dokter Internsip RSUD Balaraja
Dokter Pembimbing dr. Bondhan Prajati dr. Iik Rahmawati
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALARAJA KABUPATEN TANGERANG BANTEN 2018
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipresentasikan serta disetujui laporan kasus dengan judul:
EFUSI PERIKARDIUM
Oleh: dr. Dwijayanti Titie Anggraeni Dokter Internsip RSUD Balaraja
Program Internsip Dokter Indonesia Rumah Sakit Umum Daerah Balaraja Kabupaten Tangerang Banten
Balaraja,
Agustus 2018
Mengetahui,
Dokter Pembimbing 1
Dokter Pembimbing 2
dr. Bondhan Prajati
dr. Iik Rahmawati
LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama
: Sdr. M
Nomor CM
: 00.09.08.05
Usia
: 19 Tahun
Alamat
: Kp. Ceplak
Pekerjaan
: Pelajar
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Status Pernikahan
: Belum menikah
Masuk Rumah Sakit : Sabtu, 16 Juni 2018
ANAMNESIS Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di IGD RSUD Balaraja pada hari Sabtu, 16 Juni 2018 pukul 10.00 WIB. 1. Keluhan utama
: Sesak napas
2. Keluhan tambahan : Demam, perut terasa begah, mual, disertai muntah 3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin memberat sejak 3 hari yang lalu. Keluhan sesak napas sudah dirasakan sejak 1 bulan belakangan. Sesak napas diakui membaik apabila pasien berbaring dengan bantal tinggi. Pasien mengaku sesak semakin bertambah apabila pasien melakukan aktivitas ringan. Selain itu, pasien juga mengeluhkan demam sejak 2 minggu SMRS. Demam diakui naik turun, semakin meningkat di malam hari.
Demam menggigil di malam hari disangkal. Keluhan batuk lama lebih dari 2 minggu disangkal, batuk berdarah disangkal, penurunan berat badan 1 bulan belakangan diakui. Pasien juga mengaku perut terasa begah, mual, dan muntah sejak 5 hari yang lalu. Frekuensi muntah diakui tiap kali makan, muntah isi makanan, muntah hitam seperti ampas kopi disangkal. Buang air besar dan buang air kecil diakui normal, buang air besar berwarna hitam disangkal.
4. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengaku bahwa pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat trauma disangkal. Riwayat pengobatan paru disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal. 5. Riwayat Alergi : (-) 6. Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi (-), Peny. Jantung (-), Peny. Ginjal (-). 7. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah memeriksakan diri ke dokter terhadap keluhan ini.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum o Kesadaran
: compos mentis
o Kesan sakit
: tampak sesak
o Kesan gizi
: kesan gizi kurang
o Cara bicara
: normal, koheren
o Cara berbaring
: normal
o Cara duduk
: knee-chest position
o Penampilan
: kurang rapi
o Keadaan khusus
: sianosis (+) oedem (-)
Tanda Vital o TD
: 110/70 mmHg
o Nadi
: 89x/menit
o RR
: 28x/menit
o Suhu
: 37.8 ˚C
o Saturasi O2 : 94 tanpa nasal kanul O2
Status Generalis o Kepala
: Normocephal
o Telinga
: Sekret (-), nyeri (-)
o Hidung
: Tidak ada deformitas, deviasi septum (-), discharge (-) pernapasan cuping hidung (-)
o Mulut
: Oral hygiene baik, tonsil T1/T1, faring hiperemis (-)
o Leher
: JVP meningkat, deviasi trakea (-)
o Thoraks
:
Inspeksi
: bentuk simetris, pergerakan napas simetris, pernapasan
thorakoabdominal, sela iga normal, sternum datar, retraksi sela iga (-)
Palpasi
: pernapasan simetris, vocal fremitus simetris, tidak teraba thrill
Perkusi
: hemithoraks kanan dan kiri sonor, batas paru dan hepar setinggi
ICS 5 midclavicula kanan suara redup, batas paru dan jantung kanan setinggi ICS 3-5 garis parasternalis kanan suara redup, batas paru kiri dan jantung setinggi ICS 3 garis parasternal kiri suara redup, batas paru kiri dan jantung setinggi ICS 5, 1 jari medial garis midclavicula kiri suara redup, batas paru dan lambung setinggi ICS 8 garis axillaris anterior suara timpani.
Auskultasi
: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-, BJ I & II menjauh, iregular, gallop (-), murmur (-)
o Abdomen
Inspeksi
: datar, ikterik (-), spider navy (-), pernapasan thorakoabdominal
Auskultasi
: BU 5 x/menit, venous hump (-), arterial bruit (-)
Perkusi
: Timpani 4 kuadran, shifting dullness (-)
Palpasi
: supel, nyeri tekan (+) Epigastrium, nyeri lepas (-), hepar dan lien
tidak teraba membesar, ballottement ginjal (-), undulasi (-)
o Ekstremitas atas
: simetris, clubbing finger (-), sianosis (-), oedem (-), CRT < 2”,
akral dingin +/+ o Ekstremitas bawah : simetris, deformitas (-), sianosis (-), oedem (-), CRT < 2”, akral dingin +/+
PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Rontgen thorax:
2. EKG
DAFTAR MASALAH 1. Dispnea 2. Febris H+14 3. Dispepsia
DIAGNOSIS MASUK : 1. Efusi Perikardial e.c suspek perikarditis 2. Prolonged febris e.c. bacterial infection
DIAGNOSIS BANDING: 1. Congestive Heart Failure (CHF) 2. Demam Tifoid 3. Tuberkulosis Paru SARAN PEMERIKSAAN: 1. Echocardiografi (USG Jantung) 2. Pemeriksaan darah lengkap dan tubex
TATALAKSANA 1. O2 Nasal kanul 3 lpm, namun saturasi tidak membaik 2. Inj. Lasix 2 ampul, namun klinis pasien masih tampak sesak 3. DC-UT’
SARAN TATALAKSANA Rujuk ke RS Jantung pro-echocardiografi dan tapping efusi pericardial (perikardiosentesis cito) PROGNOSIS 1.
Quo ad vitam
: dubia ad malam
2.
Quo ad functionam
: dubia ad malam
3.
Qua ad sanationam
: dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI Efusi perikardium adalah penumpukan cairan abnormal dalam ruang perikardium, yang dapat disebabkan oleh berbagai kelainan sistemik, lokal, ataupun idiopatik. Cairan
tersebut
dapat
berupa
transudat,
eksudat,
pioperikardium,
atau
hemoperikardium. Efusi perikardium bisa akut atau kronis, dan lamanya perkembangan memiliki pengaruh besar terhadap gejala-gejala pasien. Efusi perikardium merupakan hasil perjalanan klinis dari suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi, keganasan maupun trauma. Gejala vang timbul dari keadaan efusi perikardium tidak spesifik dan berkaitan dengan penyakit yang mendasari terjadinya efusi perikardium.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI Perikardium terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan dalam atau lapisan serosa dan lapisan luar atau fibrosa. Bentuk lapisan fibrosa perikardium seperti botol dan berdekatan dengan diafragma, sternum dan kartílago kosta. Lapisan serosa lebih tipis dan berdekatan dengan permukaan jantung. Perikardium berfungsi sebagai barier proteksi dari infeksi atau inflamasi organ-organ sekitarnya. Jumlah normal cairan perikardium 15-50 ml, disekresi oleh sel mesotelial. Akumulasi abnormal cairan dalam ruangan perikardium dapat menimbulkan efusi perikardium. Selanjutnya akumulasi tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan perikardium, penurunan cardiac output dan hipotensi (tamponade jantung). Akumulasi cairan yang sangat cepat akan mempengaruhi hemodinamik.
C. ETIOLOGI Penyebab terjadinya efusi perikardium antara lain: 1. Inflamasi dari pericardium (pericarditis) adalah sebagai suatu respon dari penyakit, injury atau gangguan inflamasi lain pada pericardium. Pericarditis dapat mengenai lapisan visceral maupun parietal perikardium dengan eksudasi fibrinosa. Jumlah efusi perikardium dapat bervariasi tetapi biasanya tidak banyak, bisa keruh tetapi tidak pernah purulen. Bila berlangsung lama maka dapat menyebabkan adhesi perikardium visceral dan parietal. 2. Penyebab spesifik dari efusi pericardium adalah : a. Infeksi dari virus, bakterial, jamur dan parasit b. Inflamasi dari perikardium yg idiopatik c. Inflamasi dari pericardium akibat operasi jantung dan heart attack (Dressler's syndrome) d. Gangguan Autoimmune, seperti rheumatoid arthritis atau lupus e. Produksi sampah dari darah akibat gagal ginjal (uremia) f. Hypothyroidism g. HIV/AIDS h. Penyebaran kanker (metastasis), khususnya kanker paru, kanker payudara, leukemia, non-Hodgkin's lymphoma atau penyakit Hodgkin's i. Kanker dari pericardium yang berasal dari jantung j. Therapy radiasi untuk kanker k. Tindakan Chemotherapy untuk kanker l. Trauma atau luka tusuk didekat jantung m. Obat-obat tertentu seperti obat high blood pressure; isoniazid, phenytoin (Dilantin, Phenytek, others), obat kejang epileptic
Penyebab tersering efusi perikardium pada keganasan ialah kanker paru dan payudara (25-35%). Penyebab lainnya ialah : limfoma, kanker saluran cerna, dan melanoma. Tumor primer perikardium seperti mesotelioma atau rhabdomiosarkoma jarang sebagai penyebab efusi perikardial. Perluasan langsung keganasan disekirat jantung seperti kanker esofagus dan paru dapat juga menyebabkan efusi perikardial.
Perikarditis pasca radisi pada penderita kanker dapat menimbulkan efusi perikardial yang dapat timbul setelah beberapa minggu sampai 12 bulan.
D. PATOFISIOLOGI Pada kasus efusi perikardial metastasis perikardial multipel lebih sering dijumpai pada perikardium parietalis dibandingkan dengan perikardium viseralis. Tumor ini secara langsung dapat mensekresi cairan (eksudat), tetapi dapat juga menghalangi aliran limfe. Adanya tumor, timbunan cairan serta penebalan perikardium akan mengganggu gerak jantung. Penimbunan cairan akan mengganggu pengisian diastolik ventrikel kanan sehingga menurunkan isi sekuncup (stroke volume). Hal ini diimbangi oleh mekanisme kompensasi berupa takikardia dan peningkatan kontraksi miokardium. Tetapi jika mekanisme kompensasi ini dilewati, curah jantung (cardiac output) menurun maka akan terjadi gagal jantung, syok sampai kematian. Berapa jumlah cairan agar dapat menimbulkan keadaan ini tergantung dari kecepatan pembentukan cairan dan distensibilitas perikardium. Perikardium dapat terinfeksi mikobakterium TB secara hematogen, limfogen ataupun penyebaran langsung Perikarditis TB sering terjadi tanpa TB paru maupun TB di luar paru lain. Penyebaran tersering karena infeksi di nodus mediastinum, secara langsung masuk ke perikardium,
terutama
di
sekitar
percabangan
trakeobronkial..
Protein
antigen
mikobakterium TB menginduksi delayed hypersensitive response dan merangsang limfosit untuk mengeluarkan limfokin yang mengaktifasi makrofag dan mempengaruhi pembentukan granuloma. Terdapat 4 stadium evolusi perikarditis TB: 1. Stadium fibrinosa. Terjadi deposit fibrin luas bersamaan dengan reaksi granuloma. Stadium ini sering tidak menimbulkan gejala klinis sehingga tidak terdiagnosis. 2. Stadium efusi. Terbentuk efusi dalam kantong perikardium. Reaksi hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, gangguan resorbsi dan cedera vaskuler dipercaya dapat membentuk efusi perikardium. Permukaan perikardium menjadi tebal dan berwarna abu-abu tampak seperti bulu-bulu kusut yang menunjukkan eksudasi fibrin. Efusi dapat berkembang melalui beberapa fase yaitu: serosa, serosanguinous, keruh atau darah. Reaksi seluler awal cairan tersebut mengandung sel polimorfonuklear (PMN). Jumlah total sel berkisar 500-10000/
mm3. Terjadi perubahan kimiawi yang ditandai dengan penurunan glukosa dan peningkatan protein. Pada stadium ini dapat terjadi efusi masif sebanyak 4 L. 3. Absorpsi efusi. Dengan terbentuknya granuloma perkijuan dan penebalan perikardium. Pada stadium ini terbentuk fibrin dan kolagen yang menimbulkan fibrosis perikardium. 4. Penebalan perikardium parietal, konstriksi miokardium akan membatasi ruang gerak jantung dan ada deposit kalsium di perikardium. Pada kasus ini sudah terjadi penebalan perkardium parietal dan konstriksi miokardium. Bila volume cairan melebihi "penuh" di tingkat perikardium itu, efusi perikardial mengakibatkan tekanan pada jantung
dan terjadi Cardiac Tamponade (tamponade
jantung) yaitu terjadinya kompresi jantung akibat darah atau cairan menumpuk di ruang antara miokardium (otot jantung) dan perikardium (kantung jantung). Kompresi tersebut menyebabkan fungsi jantung menurun. Tamponade jantung yang merupakan kompresi jantung yang cepat atau lambat, akibat akumulasi cairan, pus, darah, bekuan atau gas di perikardium; menyebabkan peningkatan tekanan intraperikardial yang sangat mengancam jiwa dan fatal jika tidak terdeteksi. Insidens tamponade jantung di Amerika Serikat adalah 2 kasus per 10.000 populasi. Lebih sering pada anak laki-laki (7:3) sedangkan pada dewasa tidak ada perbedaan bermakna (laki-laki : perempuan - 1,25:1).7 Morbiditas dan mortalitas sangat tergantung dari kecepatan diagnosis, penatalaksanaan yang tepat dan penyebab. Pembagian tamponade jantung berdasarkan etiologi dan progresifitas: 1. Acute surgical tamponade: antegrade aortic dissection, iatrogenic dan trauma tembus kardiak. 2. Medical tamponade: efusi perikardial akibat perikarditis akut, perikarditis karena keganasan atau gagal ginjal. 3. Low-pressure tamponade: terdapat pada dehidrasi berat.
Pada tamponade jantung terjadi penurunan pengisian darah saat diastolik karena otot jantung tidak mampu melawan peningkatan tekanan intraperikardial. Terdapat 3 fase perubahan hemodinamik : 1. Fase 1: Peningkatan cairan perikardial meningkatkan tekanan pengisian ventrikel. Pada fase ini tekanan ventrikel kanan dan kiri tetap lebih tinggi daripada tekanan intraperikardial. 2. Fase 2: Peningkatan tekanan intraperikardial melebihi tekanan pengisian ventrikel kanan, sehingga curah jantung turun. 3. Fase 3: Tercapai keseimbangan antara peningkatan tekanan intraperikardial dengan tekanan ventrikel kiri sehingga terjadi gangguan curah jantung yang berat.
E. MANIFESTASI KLINIK Banyak pasien dengan efusi perikardial tidak menunjukkan gejala. Kondisi ini sering ditemukan ketika pasien melakukan foto dada x-ray atau echocardiogram untuk mendiagnosa penyakit lain. Awalnya, pericardium dapat meregang untuk menampung kelebihan cairan. Oleh karena itu, tanda dan gejala terjadinya penyakit mungkin akan terjadi ketika sejumlah besar cairan telah terkumpul. Jika gejala muncul, maka kemungkinan akan terdeteksi dari kelainan organ di sekitarnya, seperti paru-paru, lambung atau saraf frenik (saraf yang terhubung ke diafragma). Gejala juga dapat terjadi karena gagal jantung diastolik (gagal jantung yang terjadi karena jantung tidak dapat berdetak normal seperti biasanya pada setiap gerakan karena kompresi ditambahkan). Biasanya gejala yang timbul pada efusi perikardial yaitu: 1. Dada seperti ditekan dan terasa sakit 2. Sesak Napas 3. Terasa mual 4. Perut terasa penuh dan kesulitan menelan Sedangkan gejala efusi perikardial yang menyebabkan tamponade jantung yaitu: 1. Kebiruan pada bibir dan kulit 2. Penderita mengalami syok 3. Perubahan Status mental
Gejala klinik tergantung dari jumlah cairan dan kecepatan penimbunan cairan dalam kavum perikardium. Penderita efusi perikardial tanpa tamponade sering asimtomatik. Kurang dari 30% penderita menunjukkan gejala seperti nyeri dada, napas pendek, ortopnea atau disfagia. Pada pemeriksaan fisik tampak vena leher terbendung, suara jantung terdengar jauh, tekanan nadi mengecil dan takikardia. Tamponade jantung memberikan gejala : gelisah, sesak napas hebat pada posisi tegak dan sesak nafas agak berkurang jika penderita membungkuk kedepan, takikardia, tekanan nadi menyempit, pulsus paradoksus (tekanan sistolik turun lebih dari 10 mmHg pada inspirasi), hipotensi sampai syok. Batas jantung melebar, suara jantung terdengar jauh, terdengar gesekan perikardial, serta vena leher melebar dan berdenyut. Gejala klinik tamponade jantung sangat dipengaruhi oleh kecepatan akumulasi cairan perikardium. Akumulasi lambat memberi kesempatan kompensasi jantung yang lebih baik yaitu: takikardi, peningkatan resistensi vaskuler perifer dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Tetapi akumulasi yang cepat akan menimbulkan peregangan perikardium yang tidak adekuat dan berakibat fatal dalam beberapa menit. Pemeriksaan fisis tamponade jantung : 1. Trias Beck meliputi hipotensi, peningkatan JVP dan suara jantung melemah. 2. Pulsus paradoksus: penurunan tekanan sistolik lebih dari 12 mm Hg pada saat inspirasi. 3. Kussmaul sign: penurunan tekanan dan distensi JVP yang sebelumnya meningkat saat inspirasi. 4. Tanda Ewart: gambaran redup di daerah di bawah skapula kiri ; terjadi pada efusi perikardial luas.
F. EVALUASI DIAGNOSTIK 1. Foto thorak akan menunjukkan jantung membesar berbentuk globuler (water bottle heart). Gambaran jantung seperti ini baru tampak jika cairan lebih dari 250 ml. Sering juga dijumpai efusi pleura.
2. Elektrokardiografi : menunjukkan takikardia, gelombang QRS rendah, elevasi segmen ST yang cekung, dan electrical alternans.
3. Ekokardiografi merupakan pemeriksaan noninvasif yang paling akurat. Disini akan tampak adanya akumulasi cairan didalam kavum perikardium, kadang-kadang juga adanya metastasis pada dinding perikardium. Ekokardiografi merupakan alat diagnostik pilihan dan sensitif untuk mendiagnosis efusi perikardium dan tamponade jantung.
4. Perikardiosentesis diagnostik sebaiknya memakai tuntunan ekokardiografi sehingga lebih aman. Sekitar 50% cairan aspirat bersifat hemoragik dan 10% serosanguinus. Pada cairan
ini dilakukan pemeriksaan kultur, hitung sel dan sitologi. Pemeriksaan sitologi cukup sensitif dengan kemampuan diagnostik sekitar 80%, tetapi hasil negatif palsu sering dijuampai pada limfoma maligna gan mesotelioma. Dalam keadaan demikian dilakukan biopsi perikardium.
5. Pemeriksaan lain: kateterisasi jantung jarang diperlukan. Disini dijumpai tekanan disatolik dalam atrium kana, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis hampir sama.
G. TERAPI Terapi untuk efusi perikardial maligna terdiri dari : 1. Terapi non-spesifik atau simtomatik a.
Perikardiosentesis terapeutik Tindakan ini merupakan tindakan darurat pada tamponade jantung. Disini dapat dipasang pig tail cathether selama 2-3 hari. Selama itu penderita harus diberi antibiotika. Perikardiotomi subxiphoidea dapat dilakukan dibawah anestesi lokal. Angka kekambuhan sekitar 6-12%.
b.
Pembuatan pericardial window Tindakan ini memerlukan torakotomi dan dilakukan drainase dari kavum perikardium ke kavum pleura. Angka kekambuhan sekitar 5-20%.
c.
Perikardiodesis Disini dilakukan pemberian tetrasiklin, thiothepa atau bleomisin ke dalam kavum perikardium untuk melengketkan perikard. Tetrasikin 500 mg dalam 25 ml salin dimasukkan dalam 2-3 menit, atau bleomisin 30 unit dalam 20 ml salin.
d.
Perikardiektomi Disini sebagian besar perikardium diangkat sehingga angka kekambuhan kecil, tetapi mortalitas dan morbiditas lebih besar. Perikardiektomi terutama dilakukan pada perikarditis konstriktif.
2. Terapi spesifik Terapi ini ditujukkan untuk mengatasi kanker yang menjadi penyebab efusi tersebut. a. Kemoterapi Kemoterapi terutama diberikan pada kanker payudara, kanker paru sel kecil, limfoma dan leukimia. Tindakan ini tidak dapat segera mengurangi gejala efusi dan respons jangka panjang tergantung pada sensitifitas kanker terhadap kemoterapi. b. Radioterapi Untuk kanker yang radiosensitif diberikan radiasi dengan dosis 2000-3000cGy dalam 2-3 minggu. 3. Perikardiosentesis Suatu prosedur pembedahan dimana perikardium dibuka untuk mengalirkan cairan yang terkumpul didalamnya. Perikardiosentesis terbuka bisa dilakukan dengan membuat insisi kecil dibawah ujung sternum atau melalui suatu insisi kecil diantara tulang iga di sisi kiri toraks.
Indikasi operasi 1. Efusi perikardium berulang atau masif dengan tamponade jantung 2. Biopsi Perikardium 3. Pemasangan alat pacu jantung epikardium Kontra indikasi operasi 1. Efusi perikardium berulang, kronis Berta “bloody” 2. Perikarditis infeksiosa 3. Etiologi Efusi Perikardium 4. Infeksi 5. Keganasan Pemeriksaan Penunjang 1. EKG 2. Ekokardiografi 3. Sitologi cairan 4. Biopsi 5. CT Scan Teknik Operasi 1.
Lakukan aseptik dan antiseptik pada daerah operasi lalu berikan anestesi lokal atau umum.
2.
Kemudian
lakukan
insisi
pada
midline
sekitar
10
cm
mulai
dari
xiphisternaIjunction menuju ke ujung xiphoid. Sebuah bidang di letakkan pada posterior xiphoid kemudian xiphoid diangkat ke anterior sehingga hal ini memisahkan xiphoid dengan rectus sheath.
3.
Xiphisternal junction di pindahkan dan sebuah bidang terbentuk, dengan mengangkat bagian distal sternum ke anterior serta menarik diafragma kebawah sehingga tampak perikardium sebagai sebuah membran fibrosa.
4.
Perikardium di genggam kemudian dilakukan insisi sehingga cairan keluar.
5.
Lalu letakkan chest tube pada rongga perikardium untuk mengalirkan cairan efusi.
6.
Kemudian insisi ditutup lapis demi lapis.
Komplikasi operasi Komplikasi tersering adalah perdarahan durante operasi, infeksi, komplikasi anestesi, hernia pada tempat insisi, serta ceders pada jantung. Mortalitas Angka kematian setelah 30 hari sangat tinggi, tetapi berkaitan dengan proses dasar penyakitnya: 33% penderita dengan efusi malignans dan 5% dengan efusi benigna. Perawatan Pasca Bedah Drainase perikardium ini dipertahankan selama beberapa hari postoperasi sampai dengan jumlah cairan yang keluar dibawah 100 ml/hari. Periode ini memberikan waktu aposisi dan adhesi antara perikardium visceral dan parietal. Follow-Up 1.
Analisis cairan pericardium dengan pemeriksaan kultur, sitologis dan tes yang lain berdasarkan indikasi.
2.
Melakukan terapi yang terdapat berdasarkan hasil analisis
KESIMPULAN 1. Efusi perikardium adalah penumpukan cairan abnormal dalam ruang perikardium. Ini dapat disebabkan oleh berbagai kelainan sistemik, lokal atau idiopatik. 2. Penyebab terjadinya efusi perikardium antara lain inflamasi perikardium, infeksi virus, bakteri, parasit, gangguan autoimun, HIV/AIDS, kanker, dan sebagainya. 3. Pemeriksaan fisik tamponade jantung meliputi trias beck (hipotensi, peningkatan JVP, dan suara jantung melemah), pulsus paradoksus (penurunan tekanan sistolik lebih dari 12 mm Hg pada saat inspirasi), kussmaul sign (penurunan tekanan dan distensi JVP yang sebelumnya meningkat saat inspirasi), Ewart sign (gambaran redup di daerah di bawah skapula kiri ; terjadi pada efusi perikardial luas). 4. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah foto thoraks, elektrokardiografi, ekokardiografi, perikardiosentesis diagnostik. 5. Terapi yang dapat dilakukan adalah perikardiosentesis yaitu suatu prosedur pembedahan dimana perikardium dibuka untuk mengalirkan cairan yang terkumpul didalamnya.