Efedrin Hidung Steril.docx

  • Uploaded by: Sari Rahayuni
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Efedrin Hidung Steril.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,132
  • Pages: 18
FORMULASI SEDIAAN STERIL “TETES HIDUNG EPHEDRINE HCL (NASDRINE)” (No. 4 / Senin, 28 Mei 2018) I.

TUJUAN - Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan tetes hidung steril - Untuk mengetahui cara sterilisasi sediaan tetes hidung steril - Untuk mengetahui formula untuk sediaaan tetes hidung Ephedrine HCl - Untuk mengetahui perhitungan tonisitas

II.

MONOGRAFI A. Senyawa Aktif 1. Ephedrini Hydrochloridum (FI edisi IV hal 50) 

Rumus molekul

: C10H15NOHCL



Bobot molekul

: 201,70



Pemerian

: Zat padat menyerupai lemak, tidak berwarna, atau granul atau hablur putih



Kelarutan

: Mudah larut dalam air, larut dalam etanol, tidak larut dalam eter



Dosis

: 50 mg/150 mg



Kegunaan

: Simpatomimetikum dan Dekongestan

B. Senyawa Zat Tambahan 1. Natrium Klorida (Farmakope Indonesia edisi IV hal 584) 

Nama zat

: NaCl



Bobot molekul

: 58,4



Kelarutan

: Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih, dan dalam kurang lebih 10 bagian gliserol



Pemerian

: Hablur heksahedral tidak

1

berwarna/serbuk

hablur

putih,

tidak

berbau, rasa asin 

Sifat-sifat koligatif : - Titik didih = 1468 0C Titik leleh = 801 0C



Sifat zat

: Korosif terhadap besi



PH

: 4,5 - 7



Kegunaan

: Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh

2. Benzalkonium Klorida (Handbook of pharmaceutical exipient hal 27) 

Nama zat

: Benzalkonii chloridum



Rumus molekul

: C6H5CH2N(CH3)2RCl



Bobot molekul

: 360



Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%, bentuk anhidrat mudah larut dalam benzene dan agak sukar larut dalam eter



Pemerian

: Serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuningan

bisa

tebal/seperti

sebagai

gel

yang

gelatin, berbau aromatis,

rasa sangat pahit

3.



Sifat-sifat koligatif : Titik leleh = 40 0C



Sifat zat

: Higroskopis



PH

:5-8



Kegunaan

: Antimikroba

Propilenglicol (FI edisi IV hal 712) 

Rumus molekul

: C3H8O2



Bobot molekul

: 76,09



Kelarutan

: Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter dan dalam beberapa minyak essensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan 2

minyak lemak 

Pemerian

: Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada lembab



Kegunaan

: Sebagai pelarut

4. Dinatrium hydrogen phosfat (Handbook of pharmaceutical exipient hal 454) 

Rumus molekul

: Na2HPO4



Bobot molekul

: 141,96 g/mol



Kelarutan

: Mudah larut dalam air, lebih larut dalam air dalam air panas, praktik tidak larut dalam etanol



Pemerian

: Serbuk putih/kristal putih/hampir putih tidak berbau



Sifat-sifat koligatif : Titik didih = 261 0C



Sifat zat

: Higroskopik



PH

: 9,1



Kegunaan

: Sebagai larutan pendapar

5. Natrii dihydrogen phosfat (Ditjen POM 1979 hal 409) 

Rumus molekul

: NaH2PO4



Bobot molekul

: 156,01



Kelarutan

: Larut dalam 1 bagian air



Pemerian

: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih,tidak berbau, rasa asam dan asin



Sifat zat

: Higroskopik



PH

:6-8



Kegunaan

: Sebagai larutan pendapar

6. Aqua pro injeksi (Farmakope Indonesia edisi III hal.97) 

Nama zat

: Aqua pro injeksi

3



Rumus molekul

: H2O



Bobot molekul

: 18,02



Kelarutan

: Dapat bercampur dengan pelarut polar dan elekrolit



Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau



Sifat zat

: Stabil dalam setiap keadaan



Kegunaan

: Untuk pembuatan injeksi

III. FORMULASI A. FORMULASI STANDAR Tetes Telinga Ephedrine HCl (Fornas hal 118) Tiap 10 ml mengandung : R/ Ephedrine HCl

100 mg

Natrii Chloridum

50 mg

Chlorbutanolum

50 mg

Propylenglikolum

500 µl

Aquadest

ad 10 ml

B. FORMULASI MODIFIKASI Tiap 30 ml mengandung : R/ Ephedrine HCl

0,5%

Benzalkonium klorida 0,02% Na2HPO4

q.s

NaH2PO4

q.s

Propylenglikol

0,5%

NaCl

q.s

Aqua pro injeksi

ad 30 ml

IV. ALAT DAN BAHAN a. Alat -

Botol tetes hidung

-

Erlenmeyer

4

-

Beaker glass

-

Gelas ukur

-

Buret

-

Corong

-

Spatel

-

Batang pengaduk

-

Kertas saring

-

Timbangan

b. Bahan

V.

-

Ephedrine HCl

-

NaCl

-

Benzalkonium klorida

-

Propilenglikol

-

Na2HPO4

-

NaH2PO4

-

Aqua pro injeksi

PROSEDUR KERJA 1.

Siapkan alat dan bahan, di sterilkan dengan metode sterilisasi masingmasing

2.

Botol atau wadah yang digunakan dicuci lalu dibebas alkalikan dengan cara direndam air panas selama 30 menit, lalu dibilas dengan aqua pro injeksi dan sterilkan

3.

Timbang bahan obat sesuai dengan perhitungan

4.

Masukkan Ephedrine

HCl kedalam beaker glass, tambahkan

propilenglicol aduk ad larut 5.

Masukkan NaCl kedalam beaker glass, tambahkan Benzalkonium chloridum aduk ad homogen

6.

Masukkan Na2HPO4 dan NaH2PO4 ke dalam beaker glass, tambahlan aqua p.i secukupnya aduk ad homogen

7.

Kemudian campuran disaring, lalu masukkan kedalam botol

8.

Tambahkan aqua p.i ad tanda batas kalibrasi

5

9.

Cek PH (apakah sudah sesuai dengan syarat sediaan tetes hidung)

10. Disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC dinginkan 11. Kemas dalam dus, beri etiket luar dan brosur 12. Lakukan evaluasi mutu terhadap sediaan tetes hidung Ephedrine HCl

VI. EVALUASI SEDIAAN Evaluasi sediaan tetes hidung dilakukan antara lain : 1.

Uji Organoleptis a. Dievaluasi bau dan warna sediaan b. Diuji tetesan sediaan dengan melihat konsistensi cairan apakah dapat menetes atau tidak.

2.

Uji pH Diukur pH sediaan tetes hidung dengan mencelupkan pH meter ke dalam sediaan.

3.

Uji Kejernihan a. Diletakkan wadah sediaan yang berisi cairan tetes hidung di dalam kotak dengan latar hitam dan putih di bagian dalamnya. b. Disinari wadah dari arah samping. c. Pertama, didekatkan wadah pada lampu pada sisi latar putih, amat kejernihan cairan dengan melihat ada atau tidak kotoran yang berwarna gelap. d. Kedua, didekatkan wadah pada lampu pada sisi latar hitam, amat kejernihan cairan dengan melihat ada atau tidak kotoran yang berwarna muda. e. Parameter Kejernihan : suatu cairan dinyatakan jernih, jika kejernihan sama dengan air atau pelarut yang digunakan.

4.

Uji Kebocoran Dibalik botol tetes sediaan tetes hidung dengan mulut botol menghadap ke bawah, diamati ada atau tidaknya cairan yang keluar menetes dari botol.

6

VII. PERHITUNGAN DAPAR Diketahui = 0,01 pH = 5,5 – 6,5 (standar sediaan tetes hidung) pH = 6,5 pKa = 7,3 (ketetapan)



𝑝𝐻

= pKa +

6,5

= 7,3 +

log(garam) log(asam)

log(garam) log(asam)

log(garam) log(asam) garam 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 − 0,8 = asam garam 0,1580 = asam −0,8

=

𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 = 0,158 asam 

𝐾𝑎 = − log 𝑝𝐾𝑎 𝐾𝑎 = − log 7,3 𝐾𝑎 = − log (−7,3) 𝐾𝑎 = 5,0118 𝑥 10−8



𝐻 + = − log 𝑝𝐻 𝐻 + = − log (−6,5) 𝐻 + = 3,1622 𝑥 10−7

A. Dapar 

𝛽 = 2,303 x C x

Ka .[H+ ] (Ka+[H+ ])2

(5,0118 x 10−8 .3,1622 𝑥 10−7 ) 0,01 = 2,303 x C x (5,0118 x 10−8 + 3,1622 𝑥 10−7 )2 0,01 = 2,303 x C x

(1,5848 x 10−14 ) (1,3421 x 10−13 )

0,01 = 2,303 x C x 0,1180

7

0,01 = 0,2717 x C



0,01 0,2717

𝐶

=

𝐶

= 0,0368

𝐶

= garam + asam

0,0368 = 0,158 asam + asam 0,0368 = 1,158 asam



0,0368 1,158

𝑎𝑠𝑎𝑚

=

𝑎𝑠𝑎𝑚

= 0,0317

𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 = 0,158 asam = 0,158 . 0,0317 = 0,005

B. Berat Asam = (asam)x V x BM NaH2PO4 = 0,0317 x 0,03 x 119,98 = 0,114 = 114 mg

C. Berat Garam = (garam)x V x BM Na2HPO4 = 0,005 x 0,03 x 141,96 = 0,0212 = 21,2 mg

VIII. PERHITUNGAN BAHAN 1. Ephedrine HCl

= 0,5 % x 30 ml = 0,15 g

2. Benzalkonium klorida

= 0,02 % x 30 ml = 0,06 g

3. Na2HPO4

= 0,114 g

8

4. NaH2PO4

= 0,0212 g

5. Propylenglikol

= 0,5 % x 30 ml = 0,15 g

IX. PERHITUNGAN TONISITAS 1. Ephedrine HCl

= 0,15 g x 0,28 = 0,042

2. Benzalkonium klorida

= 0,006 g x 0,16 = 0,00096

3. Na2HPO4

= 0,114 g x 0,29 = 0,033

4. NaH2PO4

= 0,0212 g x 0,42 = 0,0089

5. Propylenglikol

= 0,15 g x 0,08 = 0,012

Jumlah = 0,042 + 0,00096 + 0,033 + 0,0089 + 0,012 = 0,096 gram

Jumlah NaCl agar isotonis pada sediaan steril 10 ml = 0,9 % x 30 ml = 0,27 gram

Butuh penambahan NaCl agar isotonis sebanyak = 0,27 gram – 0,096 gram = 0,174 gram

X.

PENIMBANGAN BAHAN 1. Ephedrine HCl

= 0,15 g

2. NaCl

= 0,174 g

3. Benzalkonium klorida

= 0,006 g

4. Na2HPO4

= 0,114 g

5. NaH2PO4

= 0,0212 g

6. Propylenglikol

= 0,15 g

7. Aqua pro injeksi

= ad 30 ml

XI. PEMBAHASAN Pada praktikum ini membuat sediaan “Tetes Hidung Ephedrine HCl” yang bertujuan mahasiswa diharapkan dapat memahami cara memformulasi sediaan tetes hidung Ephedrine HCl, mengetahui faktor-

9

faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan pembawa, serta aksi teraupetik dari bahan aktif. Guttae nasales adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung. Sebagai cairan pembawa umumnya digunakan air. PH cairan pembawa sedapat mungkin antara 5,5-7,5 dengan kapasitas dapar sedang, isotonis atau hampir isotonis. Tidak boleh menggunakan cairan pembawa minyak mineral atau minyak lemak. Pada praktikum kali ini membuat obat tetes telinga menggunakan zat aktif Ephedrine HCl yang berkhasiat sebagai dekongestan, bahan-bahan yang digunakan antara lain adalah Ephedrine HCl, Larutan Fisiologis, dan Aquadest. Pada resep ini hanya dibuat 30 ml dimana dengan hal ini, perlu dilakukan perhitungan pada penimbangan bahan. Pada pembuatannya digunakan aquadest sebagai cairan pembawa. Cairan pembawa pada umumnya untuk sediaan guttae nasales adalah air, dimana sebaiknya mempunyai pH 5,5-6,5 dengan kapasitas dapar sedang, isotonis/hampir isotonis. Tidak dianjurkan menggunakan cairan pembawa berupa minyak mineral maupun minyak lemak, karena dapat menimbulkan pneumonia. Pada resep ini digunakan larutan fisiologis yang berfungsi sebagai zat pendapar. Zat pendapar yang dapat digunakan adalah pendapar yang cocok dengan PH 6,5 yaitu Na2HPO4 dan NaH2PO4. Obat tetes hidung ini harus isotonis terhadap cairan hidung sehingga digunakan NaCl sebagai zat pengisotonik. Obat tetes hidung diawetkan sesuai dengan kebutuhannya. Konsentrasi zat pengawet pada kebanyakan larutan dekongestan hidung sangat rendah dan berkisar antara 0,5-1%. Digunakan Benzalkonium klorida sebagai pengawet karena sediaan yang dibuat dalam dosis ganda. Bahan lain yang digunakan dalam pembuatan tetes hidung ini adalah propilenglikol yang fungsinya sebagai pembawa. Zat pembawa atau pelarut di sini yaitu digunakan aqua pro injeksi (API) supaya steril dan bebas dari pirogen. Semua alat-alat harus disterilisasikan agar mendapatkan larutan yang steril, bebas partikel asing dan mikroorganisme. Cara sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi awal dengan autoclav pada suhu 121oC yang dilakukan pada alat alat yang akan digunakan dalam praktikum formulasi

10

steril. Ephedrine HCl tahan terhadap pemanasan dan melebur pada suhu 240oC maka dari itu, Ephedrine HCl disterilisasi didalam oven dengan suhu 150oC selama 1 jam. Sebelumnya, Ephedrine HCl harus digerus halus telebih dahulu untuk diperoleh ukuran partikel yang sekecil mungkin dalam ukuran micron sebagai persyaratan sediaan injeksi suspensi. Sediaan Ephedrine HCl ini disterilisasi dengan teknik sterilisasi aseptis dimana semua bahan atau campuran bahan disterilisasi terlebih dahulu sebelum dicampurkan dibah LAF. Pada proses pengerjaan, dilakukan metode aseptis untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi. Suspensi pada suhu tinggi akan menyebabkan terjadinya kehilangan air, karena air akan menguap pada suhu lebih dari 100OC dan partikel zat aktif yang tidak larut saat dilakukan pengocokan untuk melartkan sediaan tidak akan terlarut dengan baik. Karena adanya perbedaan kestabilan dan sifat masing-masing bahan maka sterilisasi lebih baik dilakukan dengan teknik aseptis. Bahan-bahan selain Ephedrine HCl di sterlisasi dengan cara yang cocok. Dalam pembuatan obat tetes ini juga, pH harus diperhatikan agar tetap dalam rentang kestabilan bahan. Obat tetes hidung tidak boleh mengandung partikulat sehingga sebelum dimasukkan ke dalam botol obat, sediaan harus terlebih dahulu disaring, penyaringan dilakukan untuk menghilangkan partikel atau endapan yang ada pada larutan. Larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam botol obat tetes hidung. Hasil dari uji organoleptis sediaan tetes hidung Ephedine HCl berwarna bening dan tidak berasa serta dapat menetes. Hasil dari uji pH sediaan tetes hidung Ephedrine HCl memiliki pH 6,0. Dari literature idealnya sediaan tetes hidung sebaiknya memiliki pH yang ekuivalen dengan cairan hidung yaitu 5,0-6,5. Hasil dari uji kejernihan sediaan tetes hidung Ephedrine HCl yang dibuat terlihat jernih dan memiliki kejernihan sama dengan air. Hasil dari uji kebocoran sediaan tetes hidung Ephedrine HCl yang dibuat tidak terjadi kebocoran. Dari hasil evaluasi terseebut dapat disimpulkan bahwa tetes hidung Ephedrine HCl memenuhi persyaratan. Adapun pembahasan dari zat aktif lainnya yang dilakukan oleh kelompok lain, diantaranya :

11

1. Pada sediaan tetes hidung Neomicyn sulfat, digunakan sebagai antibiotic untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Adapun bahan pembantu/tambahan yang digunakan ,seperti benzalkoinum klorida digunakan sebagai bahan pengawet, paraffin liquid paraffin sebagai pembawa digunakan untuk pelarut yang cocok terhadap sediaan tetes hidung dan aqua destilasi steril. 2. Pasa sediaan tetes hidung Natrium Diklofenak, menggunakan aquadest dan NaCl yang digunakan karena zat pembawanya ini sangat baik kekentalannya dan tidak menghalangi fungsi dari rambut hidung getar. Natrium

dikofenak

merupakan

tetes

hidung

digunakan

untuk

mengurangi peradangan pada hidung. Digunakan 1 tetes 3 - 5 kali sehari. Setiap kali menggunakan tetes hidung, memungkinkan solusi untuk tetapi di hidung anda untuk 5 – 10 menit. 3. Pada sediaan tetes hidung Oxymetazolin, digunakan untuk nasal dekongestan umumnya untuk rintis musiman atau tidak musiman, atau sinusitis.obat-obat golongan imidazolin menyebapkan vasokontriksi pada mukosa hidung dengan reseptor alfa-1 sehingga mengurangi volume mukosa dan dengan mengurangi penyumbatan hidung. Bahan tambahan yang digunakan adalah dapar fosfat pH 6,5 dipilih sesuai dengan pH hidung manusia. Dimana dalam dapar ini telah di tambahkan benzalkonium klorida sebagai pengawet, NaCl sebagai pengisotonis dan aquadest steril sebagai pembawa. 4. Pada

sediaan

tetes

hidung

Kloramfenikol,

digunakan

sebagai

dekongestan dan antimikroba. Obat tetes hidung ini harus isotonis terhadap cairan hidung, dengan pH normal cairan hidung diperkirakan sekitar 5,5 - 6,5. Sehingga digunakan NaCl sebagai zat pengisotonik, chlorobutanol sebagai pengawet yang stabil di dalamnya. Konsentrasi zat pengawet pada kebanyakan larutan dekongestan hidung sangat rendah dan berkisar antara 0,5-1%. Cairan pembawanya berupa air dan propilenglikol yang fungsinya sebagai pembawa/pelarut. 5. Pada sediaan tetes hidung Phenol, digunakan sebagai anastesi dan analgetik. Cara penggunaanya dengan cara diteteskan 3x sehari 1 tetes

12

melalui rongga hidung dengan menggunakan penetes. Adapun bahan tambahan yang digunakan aquadest sebagai cairan pembawa, zat pendapar yang dapat digunakan adalah pendapar yang cocok dengan PH 6,5 dan NaCl sebagai pengisotonis.

XII. KESIMPULAN 1.

Guttae nasales adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung. Sebagai cairan pembawa umumnya digunakan air. PH cairan pembawa sedapat mungkin antara 5,5-7,5 dengan kapasitas dapar sedang, isotonis atau hampir isotonis. Tidak boleh menggunakan cairan pembawa minyak mineral atau minyak lemak.

2.

Faktor yang paling penting dipertimbangkan ketika menyiapkan larutan tetes hidung adalah tonisitas, pH, stabilitas, viskositas, seleksi pengawet dan sterilisasi.

3.

Dari hasil evaluasi sediaan tetes hidung Ephedrine HCl yang dibuat dihasilkan warna sediaan berwarna bening, tidak berbau dan uji tetesan dapat menetes, Uji pH memiliki pH 6,0, Uji kejernihan dihasilkan sediaan tetes hidung Jernih, Uji Kebocoran dihasilkan sediaan tetes hidung tidak mengalami kebocoran.

4.

Obat tetes hidung Ephedrine HCl digunakan sebagai dekongestan.

5.

Formula obat tetes hidung kami yaitu sebagai berikut : Tiap 30 ml mengandung : R/ Ephedrine HCl

0,5%

Benzalkonium klorida 0,02% Na2HPO4

q.s

NaH2PO4

q.s

Propylenglikol

0,5%

NaCl

q.s

Aqua pro injeksi

ad 30 ml

13

XIII. LAMPIRAN A. ETIKET NASDRINE OBAT TETES HIDUNG

No. Reg : DKL1200100243A1 No. Batch : 123456 Exp. Date : Maret 2020 Tiap ml mengandung : Ephedrine Hidrochlorida 30 mg Cara pemberian : Teteskan sebanyak 1-2 kali sehari pada masing-masing lubang hidung.

B. PRODUK OBAT

C. KEMASAN PRIMER INDIKASI Pengobatan hidung tersumbat hipotensi akibat penggunaa anestesi, akut bronkospasme.

KONTRA INDIKASI Sangat sensitive terhadap efedrin atau komponen formulasi, aritmia, glaucoma, penggunaan bersama dengan agen simnpatomimetik lainnya, penderita dengan anestesi (siklopropan dan halotan), hipertensi, kehamilan dengan tekanan darah 130/80.

PT. FARMASAN Jakarta-Indonesia

1 Botol @30 ml

KOMPOSISI Tiap ml mengandung : Ephedrine Hidrochlorida 30 mg DOSIS Teteskan sebanyak 1-2 kali sehari pasa masing-masing lubang hidung

NASDRINE Ephedrine HCl

PENYIMPANAN Simpan ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya HARUS DENGAN RESEP DOKTER KETERANGAN LEBIH LENGKAP LIHAT DI BROSUR No. Reg : DKL1200100243A1 No. Batch : 123456 Exp. Date : Maret 2020

PT. FARMASAN Jakarta-Indonesia

PT. FARMASAN Jakarta-Indonesia

14

D. KEMASAN SEKUNDER

INDIKASI Pengobatanhidungtersumbathi potensiakibatpenggunaaaneste si, akutbronkospasme.

1 Botol @30 ml

NASDRINE Ephedrine HCl

KONTRA INDIKASI Sangat sensitive terhadapefedrinataukompone n formulasi, aritmia, glaucoma, penggunaanbersamadenganag ensimnpatomimetiklainnya, penderitadengananestesi (siklopropandanhalotan), hipertensi, kehamilandengantekanandara h 130/80.

KOMPOSISI Tiap ml mengandung : Ephedrine Hidrochlorida 30 mg ATURAN PAKAI Teteskansebanyak 1-2 kali seharipadamasing-masing lubanghidung

1 Botol @30 ml

NASDRINE Ephedrine HCl

PENYIMPANAN Simpanditempatsejukdan terlindungdaricahaya

TETES HIDUNG PT. FARMASAN Jakarta-Indonesia

HARUS DENGAN RESEP DOKTER KETERANGAN LEBIH LENGKAP LIHAT DI BROSUR

No. Reg : DKL1200100243A1 No. Batch : 123456 Exp. Date: Maret 2020

TETES HIDUNG PT. FARMASAN Jakarta-Indonesia

E. BROSUR NASDRINE OBAT TETES HIDUNG KOMPOSISI Tiap ml mengandung : Ephedrine Hidrochlorida 30 mg INDIKASI Pengobatan hidung tersumbat hipotensi akibat penggunaa anestesi, akut bronkospasme. KONTRA INDIKASI Sangat sensitive terhadap efedrin atau komponen formulasi, aritmia, glaucoma, penggunaan bersama dengan agen simnpatomimetik lainnya, penderita dengan anestesi (siklopropan dan halotan), hipertensi, kehamilan dengan tekanan darah 130/80. EFEK SAMPING Dapat menimbulkan rasa mual dan terjadi muntah-muntah, sakit kepala, terjadi gejala iritsi ringan pada hidung, mulut akan terasa kering dan perasaan mudah haus. ATURAN PAKAI Teteskan sebanyak 1-2 kali sehari pada masing-masing lubang hidung. INTERAKSI OBAT Meningkatkan toksisitas pada jantung, meningkatkan risiko aritmia jantung, meningkatkan risiko hipertensi, hipereksia, sakit kepala. PT. FAMASAN Jakarta-Indonesia Netto.30 30ml ml Botol PENYIMPANAN Simpan ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya HARUS DENGAN RESEP DOKTER No. Reg : DKL1200100243A1 No. Batch : 123456 Exp.

15

DAFTAR PUSTAKA

American Pharmaceutical Association. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, second edition. London : The Pharmaceutical Press. Anonim. 2006. Pemasatian Mutu Obat. EGC. Jakarta. 131 Anonim, 2012, Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik Anonim., 2005, Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons Ed. 5th, Pharmaceutical Press, London, 245 Anief, M. (2000). Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Cetakan ke 9. Yogyakarta:Gajah Mada University- Press, Halaman 32 – 80. Anief, Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta : UI Press. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995.Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1979.Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional, Ed II. Jakarta. Department

of

Pharmaceutical

Sciences.

1982.

Martindale

The

Extra

Pharmacopoeia, twenty-eight edition. London : The Pharmaceutical Press. Jones, D., 2008, Pharmaceutics-Dosage Form and Design, Pharmaceutical Press, London, 103-118. Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi steril. Penerbit Andi : Yogyakarta

16

Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI Press Pharmacopeia USP, 2007. The National Formulary. Edition 30. The United State Pharmacopeia Convention. Page 1759-1760 Sulistiawati, Farida M.Si, Apt. dan Suryani, Nelly M.Si, Apt. 2007. Penuntun Praktikum Teknologi Sedian Steril. Jakarta. Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36th. London : the Pharmaceutical Press. Sutedjo, R.Y. 2008. Mengenal Obat-Obatan secara Mudah dan Aplikasinya dalam Keperawatan. Amara Books. Jakarta Tjay, Tan Hoan, Drs, dkk. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek

Sampingnya.

Jakarta

:

PT.

Alex

Media

Komputindo

17

18

Related Documents

Sensor Hidung
June 2020 12
Tumor Hidung
December 2019 47
Benda Asing Pada Hidung
December 2019 34
Kulit Hidung New.pptx
May 2020 15

More Documents from "Ananda Novia"

Kloramfenikol.docx
May 2020 25
Ppt Kel 10.pptx
May 2020 35
Ppt Fito.pptx
May 2020 26
Bewara.docx
May 2020 21