Edisi: 010/Februari 2008
Berbagai kegiatan dijalankan LSM Jejaring Ford ing. Tujuan workshop di dusun ini, agar warga mampu memFoundation (FF) menjelang berakhirnya program yang finishing sendiri keramiknya. Sehingga warga Klisat diharaptepatnya jatuh pada bulan April mendatang. Salah satu kan dapat bersaing dengan produk keramik dari Kasongan. kegiatan yang dilakukan Asppuk (Asosiasi Pendampingan Salah satu gambaran proses finishing, keramik dilapis Perempuan Usaha Kecil) baru-baru ini. Kegiatan berupa dengan anyaman bambu dan rotan. Hal ini dilakukan agar workshop handicraft/kerajinan di selenggarakan di lima dusun keramik lebih menarik seperti yang dijual di Kasongan. KareKedungpring, Klisat, Warungpring, Kadisoro dan Joho. na diketahui kualitas keramik tersebut sudah banyak yang Sebut saja salah sadiekspor ke luar negeri tunya pelatihan yang di dan mengingat sebagian selenggarakan di dusun besar keramik dari KasonKedungpring, Kecamagan berasal dari dusun Klitan Wonolelo, Bantul sat, perlu kiranya dengan misalnya. Dalam workworkshop ini warga Klisat shop tersebut, warga mampu menjual keramik dusun dilatih kerajinan buatannya sendiri. perca kayu atau bagaimWorkshop di Dusun ana memanfaatkan limWarungpring, Kelurahan bah mebel dari kayu Jati. Mulyodadi, Kecamatan Hal ini dilakukan karena Bambanglipuro, Bantul di dusun tersebut banyak warga dilatih membuat pengrajin mebel (mebeanyaman dari bambu, roler). Sehingga pelatihan tan, agel dan mendong. tersebut dirasakan diperPelatihan berlangsung lukan agarlimbah kayu selama enam hari yang tersebut tidak terbuang tepatnya diselenggarakan Perempuan warga Dusun Warungpring, Mulyodadi, Bambanglipuro, mengikuti dengan percuma. pada minggu terakhir FebWorkshop handi- pelatihan membuat handicraft anyaman berbahan rotan, bambu, agel dan mendong. ruari dengan lama pelaticraft ini, diberikan bagi han delapan jam perhari. warga yang berminat untuk ikut saja. Pelatihnya juga tidak Usia peserta 15-56 tahun. Sedangkan pelatihan serupa dengan jauh-jauh didatangkan, melainkan warga setempat yang punya modifikasi desain diberikan juga kepada perempuan di Dusun keahlian khusus tersebut. Dari limbah kayu tersebut, warga Kadisoro, Kecamatan Pandak dan Dusun Klisat Kecamatan yang menjadi peserta workshop dilatih membuat kerajinan Pundong, Bantul. yang lebih bermanfaat seperti kotak sampah dan pelapis meja Selanjutnya, sebagai langkah memajukan perempuan misalnya. usaha kecil inilah Asppuk bekerjasama dengan Dinas PerLain halnya workshop yang diselenggarakan di Dusun industrian Perdagangan dan Koperasi akan membuka stand di Klisat, Kelurahan Srihardono, Kecamatan Pundong, Bantul. perayaan Sekaten ini. Rencananya pada 9-18 Maret mendatang Kebiasaan warga menjual hasil kerajinan berupa keramik yang hasil kerajinan mereka akan dipamerkan di Sekaten, tepatnya terbuat dari tanah liat, selalu dijual ke kasongan dalam bentuk diselenggarakan di alun-alun utara Yogyakarta. Mereka mensetengah jadi. Maksudnya, keramik yang dijual belum difinishdapat empat stand gratis untuk mengikuti pameran tersebut.*
Edisi: 010/Ferbuari 2008 |
Dapur Info
Merencanakan Liputan yang Komprehensif Perkembangan Liputan Gempa
Hingga saat ini, ia baru menghasilkan tiga liputan. Dua liputan berupa feature radio sudah berhasil ditayangkan. Kedua liputan feature tersebut, pertama bertema Kebijakan Perjalanan kegiatan liputan pasca Gempa Bantul ini pembuatan rumah (Housing Code) dan tempat aman bagi seiring dengan perjalanan program pemulihan tersebut. anak. Kedua, Peran Dokter Kecil dalam Penanggulangan Kurang lebih selama 10 bulan dan menjelangnya berakhirnya Demam berdarah. Sedangkan satu liputan belum selesai dan program ini, peserta liputan turut memantau perkembangan di masih perlu revisi namun terhenti begitu saja. lapangan. Banyak kendala yang dihadapi para peserta liputan Itu hanya satu gambaran salah satu persoalan kendalaterutama kendala intern mereka. kendala yang dihadapi peserta. Kendala intern yang dihadapi para peserta terlihat seperti Saat ini para misalnya mengatur peserta yang masih jadwal liputan ke latersisa adalah Dewi pangan, kemampuan Muslikhah (Bulakpenulis yang terbatas sumur Pos), Pito untuk mengungkap Agustin Rudiana persoalan, dan men(Bernas Jogja), cari topik terbaru. Riyana Ekawati Kendala-ken(Kedaulatan Rakdala ini yang akhiryat), Wagino Utonya menimbulkan mo (AJI Jogja), dan gangguan. Akibatdua pembuat film nya, dari sekian dokumenter Rabbanyak peserta liernir dan Didik. putan, sedikit-demi Meskipun sedikit berguguran, ada kendala yang mengundurkan diri. dihadapi para Sebagai contoh “Peserta Program Peliputan Pasca Gempa Bantul pada salah satu acara evaluasi”. peserta, namun kasus salah seorang kualitas tulisan atau peserta liputan yakni laporan mereka tetap Siti Baruni dari Radio menjadi prioritas. Ada beberapa tahap proses penulisan Anak Jogja misalnya. Awalnya ia sangat bersemangat untuk laporan. Pertama, naskah laporan peserta yang telah ada mengikuti program ini. Namun ketika bulan keempat program dibahas oleh tim fasilitator. Setelah itu jika masih ada ini berjalan, ia akhirnya mengundurkan diri. Pengunduran kekurangan baik secara substansi ataupun teknis, mereka diri ia lakukan karena terpaksa, padahal sebelumnya ia tidak diwajibkan memperbaiki laporannya. Kekurangan secara pernah berpikiran untuk berhenti di tengah jalan. substasi misalnya dalam penajaman fakta yang masih perlu Alasan yang utama, pekerjaannya saat itu tidak lagi diperoleh. Sehingga jika tidak memiliki fakta tersebut, peserta bisa ditinggal untuk liputan ke lapangan karena tiba-tiba saja diwajibkan kembali ke lapangan untuk memenuhi kekurangan manajemen meminta ia bekerja dengan sistem baru. Sehingga, tersebut. Jika punya tinggal menambah data yang masih belum keputusan manajemen tempatnya bekerja membuat ia sulit lengkap misalnya. untuk meliput ke lapangan. | Edisi: 010/Ferbuari 2008
Dapur Info Sedangkan masalah teknis berkaitan dengan penulisan laporan yang belum memenuhi standar penulisan. Misalnya penerjemahan dari bahasa Jawa ke Indonesia, jika banyak menggunakan bahasa Jawa dalam wawancara. Kedua, setelah laporan direvisi, maka laporan tersebut dievaluasi kembali. Jika masih ada kekurangan peserta wajib memperbaiki sampai tulisannya benar-benar sudah memenuhi standar penulisan laporan mendalam. Dalam proses-proses di atas tersebut, setiap sebulan atau dua bulan sekali diadakan pertemuan rutin. Pertemuan tersebut guna memantau kegiatan mereka agar tetap terus menjaga kualitas tulisan dengan memberi masukan akan kendalakendala yang di hadapi di lapangan. Kendala lainnya adalah tentang khalayak pembaca. Masih banyak peserta yang menulis laporan seolah hanya ditujukan pada fasilitator atau kepentingan LP3Y. Padahal mestinya laporan dibuat untuk khalayak pembaca koran bersangkutan.
Peserta Baru Untuk mengatasi para peserta liputan yang mempunyai kendala dan akhirnya berhenti di tengah jalan sebelum program berakhir, solusinya tim fasilitator memutuskan untuk mencari peserta baru. Setelah melalui seleksi, diperoleh dua peserta baru yang diharapkan dapat membantu mengatasi persoalan ini. Dua peserta baru tersebut terbilang dapat membantu program ini karena sebelumnya mereka juga pernah terlibat kerjasama dengan LP3Y. Kedua peserta tersebut yakni Ichwan Prasetyo (Solo Pos) dan CM. Ida Tungga Gautama, sebagai mantan jurnalis Harian Bernas dan pernah mendapat hibah untuk penelitian dan menulis laporan mendalam dari LP3Y tentang kesehatan reproduksi perempuan di Yogyakarta, serta menjadi peserta Crash Program pada tahun 1999.
Perubahan Penugasan Ada perubahan yang mendasar setelah beberapa bulan program liputan gempa ini berjalan. Langkah ini diambil karena melihat kendala yang dihadapi peserta karena sulit menentukan topik liputan. Sehingga awalnya, peserta bebas menentukan topik yang dikehendaki, namun saat ini topik liputan ditentukan oleh fasilitator. Perubahan penugasan ini sebenarnya tidak jauh dari tujuan semula. Liputan masih mencari fakta tentang gambaran program yang dijalankan LSM selama ini. Seperti kemanfaatan program, masalah yang dihadapi selama program berjalan, dsb. Perbedaannya hanya setiap peserta liputan meliput satu dusun dengan berbagai program yang dijalankan. Sehingga akhir dari tulisan mereka dapat menjadi gambaran atau profil dusun tentang kegiatan lembaga. Menjelang berakhirnya program pada bulan April mendatang, para peserta dipersiapkan menghasilkan laporan yang komprehensif tentang program LSM yang dijalankan selama ini. Seberapa jauh kemanfaatan program yang dijalankan bagi warga setempat? Setelah nanti program berakhir berapa program yang tetap berkesinambungan dan berapa yang terhenti? Mengingat dalam satu liputan peserta ada salah satu warga merasa khawatir akan perjalanan program jika ini akan berakhir April 2008 nanti. *** kepada peserta:
Berikut tugas liputan yang diberikan
1. Dewi Muslikhah meliput di dusun Joho 2. Pito Agustin Rudiana meliput di Dusun Klisat 3. Wagino Utomo meliput di Dusun Kedungpring 4. Riyana Ekawati meliput di Dusun Warungpring 5. CM. Ida Tungga Gautama meliput di Dusun Kadisoro 6. Ichwan Prasetyo meliput program housing di lima dusun. Pertemuan dengan peserta dijadwalkan pada tanggal 19 Februari dan 25 Maret 2008.***
Edisi: 010/Ferbuari 2008 |
Analisis Info
Tata Perumahan dan Liputan Pascagempa Ada sejumlah perubahan mencolok pada fisik permukiman, khususnya di Bantul, pascarekonstruksi di kawasan yang terkena bencana gempa 27 Mei 2006. Pertama, permukiman di desa-desa di Bantul yang luluhlantak kini dipenuhi bangunan rumah kecil-kecil berukuran sekitar 40 m2. Di satu petak lahan yang sebelum gempa hanya berdiri satu unit bangunan rumah, kini berdiri lebih dari satu. Kedua, di kampung-kampung yang sebelumnya sudah padat permukiman, terkesan makin padat karena adanya penambahan jumlah bangunan. Ini terjadi akibat penambahan KK (Kepala Keluarga) yang memisahkan diri dari KK induk lalu mendapatkan jatah rumah program rehab-rekon pemerintah. Ketiga, rumah berdinding tembok dengan struktur beton bertulang dan desain nyaris seragam, menjadi warna dominan bangunan permukiman di desa-desa di Bantul. Rumah-rumah berarsitektur tradisional, kecuali yang berbahan kayu/bambu (pada umumnya tidak hancur ketika diguncang gempa), menyusut jumlahnya karena rusak/hancur lalu diganti dengan rumah desain program rehab-rekon berukuran 6X6 m. Keempat, kampung-kampung yang sebelum gempa sudah padat bangunan permukiman kini selain lebih padat juga semrawut. Kesan semrawut ini karena kemunculan rumah-rumah baru bantuan program rekonstruksi yang harus dibangun di lahan awal yang semula hanya ditempati satu bangunan rumah. Dari satu sisi, kehadiran rumah-rumah baru program rekonstruksi pascagempa ini menunjukkan bahwa warga korban gempa sudah mendapatkan kembali apa yang menjadi salah satu kebutuhan hidup mereka, yakni papan (rumah). Sebagian warga korban gempa kini, menjelang dua tahun pascagempa, sudah kembali menjalani kehidupan seperti biasa. Di sisi lain, patut dipertanyakan seberapa aman kondisi permukiman pascarekonstruksi ini jika melihat perubahan tata perumahan yang nyaris tanpa perencanaan itu? Dengan pengecualian bangunan tradisional berkonstruksi kayu – yang terbukti “tak apa-apa”, kecuali genting yang merosot, saat digoyang gempa 5,9 SR 27 Mei 2006 lalu – konstruksi bangunan rumah bantuan program rekonstruksi | Edisi: 010/Ferbuari 2008
boleh dikatakan relatif lebih aman dari kehancuran jika gempa berkekuatan 5,9 Skala Richter (bagaimana jika lebih dari 7 Skala Richter?) kembali menggoyang, dibandingkan konstruksi rumah sebelum gempa. Konstruksi bangunan rumah adalah satu hal. Tata perumahan merupakan hal lain. Namun, keduanya, tata perumahan dan konstruksi tidak bisa berdiri sendiri. Sebuah permukiman yang padat dan semrawut menjadi kawasan yang patut dipertanyakan keamanannya dari bencana meskipun konstruksi masingmasing bangunan memenuhi standar bangunan yang aman bagi penghuni. Salah satu hak asasi masyarakat yang harus diperhatikan dalam perumahan yakni perumahan yang memenuhi prinsip memadai. Hak atas perumahan secara ekplisit telah dimuat dalam International Covenan on Economic, Social and Cultural (ICESCR). Sejak 3 Januari 1976 kovenan ini telah menjadi hukum internasional dan lebih dari 140 negara di dunia telah meratifikasinya. Habitability, yakni layak huni, merupakan salah satu dari prasyarat bagi rumah atau perumahan agar dapat dikatakan memadai. Layak huni dalam pengertian tersebut bukan sekadar memiliki luas yang cukup. Rumah atau perumahan yang memenuhi prinsip habitability juga harus bisa melindungi penghuninya dari cuaca, seperti hujan, panas, dan ancaman kesehatan serta bencana bagi para penghuninya. Pada kasus perumahan pascarekonstruksi di Bantul (khususnya, dan lebih khusus di kawasan permukiman yang cukup padat), penting untuk dipertanyakan kembali seberapa layak-hunikah rumah atau perumahan yang bermunculan dalam tata letak yang tidak terencana? Seberapa terlindunginya para penghuni dari ancaman bencana yang sewaktu-waktu bisa datang? Penting diingat, bencana tak harus berupa gempa bumi. Bencana bisa berupa kebakaran, tanah longsor, tanah retak/ambles, banjir, puting beliung. Di permukiman dengan tingkat kerapatan antarbangunan rumah yang tinggi dan nyaris tanpa celah, ancaman bahaya bagi penghuni akan lebih tinggi dibandingkan di permukiman dengan tingkat kerapatan antarbangunan rumah yang rendah.
Analisis Info Dengan kerapatan antarbangunan yang tinggi sehingga antarbangunan rumah nyaris tanpa celah para penghuni akan kesulitan menemukan akses menuju tempat aman yang lapang ketika terjadi gempa bumi ataupun kebakaran. Di beberapa dusun di Bantul, cukup mudah ditemukan pintu dapur yang langsung berhadapan dengan dinding rumah tetangga. Dengan jarak hanya sekitar 1-1,2 m. Sehingga, jika terjadi gempa dan penghuni keluar dari dapur, justru berisiko terkena reruntuhan – atau minimal genting yang berjatuhan-dari rumah tetangga. Salah satu penyebab tata letak rumah seperti itu adalah terbatasnya lahan. Meskipun sebenarnya, bisa saja para perencana (jika memang menjalankan fungsinya) menyiasati keadaan seperti itu dengan orientasi lebih kepada keamanan penghuni. Ancaman “bencana kesehatan/lingkungan” juga mengintai di balik pascarekonstruksi di beberapa tempat di Bantul. Ketika beberapa rumah dibangun di lahan yang semula hanya ada sebuah rumah di atasnya, maka ada tambahan sejumlah septictank dan sumur peresap (bukan sumur resapan air hujan) di lahan yang sama. Dampak jangka panjang yakni terjadinya peningkatan pencemaran terhadap air sumur. Dalam proses rekonstruksi puluhan ribu rumah yang rusak dihantam gempa di Bantul, tidak terlihat adanya perencanaan menyangkut pengadaan jalur-jalur evakuasi yang memudahkan penghuni menyelamatkan diri menuju lahan terbuka jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Dua fakta ini menunjukkan bahwa proses rekonstruksi di daerah bencana, khususnya di Bantul, luput dari mempertimbangkan aspek keamanan yang merupakan bagian dari prinsip layak huni. Proses rekonstruksi, bahkan hingga menjelang dua tahun pascagempa, lebih menekankan kepada teknis bangunan unit per unit (bukan bagian dari kesatuan permukiman), proses administratif dan politis. Dalam kondisi seperti itu, media yang seyogyanya bisa berperan untuk mengingatkan semua pihak akan pentingnya tata perumahan yang aman, juga larut dalam situasi yang sama. Dalam tiga bulan pertama pascagempa, hampir semua media, terutama media cetak, mengekspos berbagai hal berkaitan dengan konstruksi rumah/bangunan yang secara salah kaprah disebut “tahan gempa”; ekspos sejumlah rumah contoh dengan berbagai pilihan bahan, teknologi dan harga, menghiasi halaman-halaman media cetak, termasuk tabloid khusus, terbitan Yogyakarta dan Jakarta. Puluhan artikel non berita (opini) yang ditulis pakar juga berkutat di seputar hal yang sama dengan apa yang dipersoalkan atau diberitakan wartawan. Pada bulan-bulan berikutnya, media massa menyibukkan diri dengan urusan pemberitaan seputar proses rekonstruksi (tahapan pencairan dana rehab-rekon, bagaimana pencairan, siapa yang akan menangani, siapa yang akan mendampingi, pembentukan kelompok penerima dana rehab-rekon, dan seterusnya).
Menginjak tahun kedua, liputan tentang proyek rekonstruksi terfokus pada riuh-rendahnya kasus penyelewengan berupa pemotongan dana bantuan rehab-rekon, unjuk rasa warga yang menuntut kepala dusun mundur karena memotongi dana rehab-rekon, dan polemik tentang aspek hukum menyangkut penindakan terhadap para pelaku pemotongan dana rehabrekon. Secara umum, liputan media terhadap penanganan bencana dan pascabencana di Bantul nyaris melulu berisi dramatisasi peristiwa yang hanya punya nilai “sesaat” sepanjang umur sebuah berita. Seperti disinggung pemerhati komunikasi Yogyakarta, Masduki, dalam Kisah Kisruh Penanganan Gempa Bumi di Yogya-Jateng (Cindelaras, 2007), media nyaris tidak memberi tempat bagi liputan yang menyoroti bagaimana seharusnya – minimal sebaiknya – penanganan bencana dan pascabencana dilakukan, agar carut marut penanganan bencana dan pascabencana tidak terus berulang. Tak adanya sorotan media (melalui berbagai format penyajian: straight news, features, news analysis, opinion article, editorial) tentang pentingnya memperhatikan tata perumahan dalam proses rekonstruksi, membuat semua pihak yang terkait dan terlibat dalam proses ini melupakan hal tersebut. Hasilnya, adalah kondisi permukiman seperti digambarkan pada bagian awal catatan ini. Dari perbincangan saya dengan warga di lima dusun di lima kecamatan di Bantul (yang menjadi dampingan Program Terpadu Pemulihan Sosial Ekonomi Ford Foundation) warga mengaku tak pernah ada yang mengingatkan tentang pentingnya memperhatikan tata perumahan, khususnya untuk proses rekonstruksi pascagempa. Mereka juga belum pernah mendapatkan informasi tentang seperti apa sebaiknya menata perumahan di kawasan rawan bencana gempa sehingga tatkala mereka telah memiliki kembali rumah mereka juga bisa aman di dalamnya. Mereka baru merasa diingatkan tentang pentingnya hal itu saat program terpadu Ford Foundation membincang perlunya ada Tata Perumahan Berprespektif Kebencanaan, yang tidak hanya menyoroti rumah yang tanggap gempa. Masalahnya, permukiman pascarekonstruksi yang tanpa perencanaan tata perumahan sudah telanjur berdiri di mana-mana. Dari kasus penanganan rekonstruksi pascagempa Bantul terlihat bahwa media belum memanfaatkan fungsi informatifnya secara optimal. Media baru sebatas menginformasikan ada ini dan ada itu, di sana dan di sini, si polan melakukan ini, si pulan melakukan itu. Bagaimana sebaiknya mengerjakan ini dan mengapa harus begini, bagaimana melakukan itu dan mengapa harus begitu, sehingga bermanfaat jangka pendek maupun panjang bagi banyak pihak, belum tampak di wajah media di tengah penanganan bencana dan pascabencana. Ironisnya, ini terjadi di Yogyakarta: tempat begitu banyak orang pintar, yang bisa ditanyai dan jadi tempat belajar dan sumber berita/tulisan para jurnalis.(ded)
Edisi: 010/Ferbuari 2008 |
Sumber Info
Tema Konferensi AIDS 2008 “Universal Action Now”
Tokoh politik dan para pakar ilmu pengetahuan berbicara pada Konferensi AIDS Internasional 2008 yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Amerika Latin.
Dengan peserta lebih dari 25.000 orang yang diharapkan hadir, AIDS 2008 akan merupakan pertama kalinya Konferensi AIDS Internasional diselenggarakan di Amerika Latin dan dengan ini diharapkan dapat mendorong kepedulian terhadap penyakit ini serta dampaknya pada seluruh kawasan ini.
Tema konfenrensi adalah, “Universal Action Now” (Bertindaklah bersama-sama sekarang), dengan penekanan per“Amerika lunya keputusan Latin dan Karibuntuk memperia telah menuncepat tindakan jukkan kepempencegahan impinanya, dari HIV, pengobadihasilkannya tan, perawatan pengobatan HIV dan dukungan murah, hingserta mengakhiri ga kampanye pelanggaran hak pencegahan asasi manusia yang inovatif, yang mendorserta tingginya ong pandemi Para anggota komite program bersama baru-baru ini bertemu di Mexico City untuk menyeleksi topik- k e p e d u l i a n ini. topik acara AIDS 2008. (photo: Lorena olarte) Sumber: www.aids2008.org – tetapi kami Mexico City (3 Maret 2008). masih memiliki tantangan,” kata wakil ketua panitia Konferensi Panitia Konferensi AIDS Internasional XVII - akan berAIDS 2008 Dr. Luis Soto-Ramirez, Kepala unit virology moleculangsung di Mexico City dari 3 hingga 8 Agustus 2008- hari lar pada Instituto Nacional de Ciencias Medicas y Nutricion Salini mengumumkan akan berpartisipasinya 17 pembicara pada vador Zubiran dan Koordinator pada Komite Perawatan Klinis sidang paripurna, termasuk pakar di bidang HIV, pemimpin CONASIDA. “Kami memandang ke depan untuk belajar dengan masyarakat, praktisi dan tokoh politik dari seluruh dunia. Para dan dari kolega kami dari seluruh dunia.” pembicara akan memulainya tiap hari pada kesempatan sidang paripurna di pagi hari, yang direncanakan untuk mengungkap Lebih dari 10.500 makalah telah dikirim. isu-isu kritis dan langkah ke depannya sebagai upaya bersama Lebih dari separuh dari seluruh pertemuan akan untuk menanggulangi HIV. memperbicarakan masalah ilmu pengetahuan, ini didasarkan pada makalah yang dikirim. Panitia telah menerima 10.500 “AIDS 2008 kali ini mengambil tempat pada saat yang makalah hingga tanggal terakhir 19 Pebruari 2008 yang telah unik dari epidemi, ketika telah meluasnya kesepakatan dalam ditetapkan. Makalah-makalah ini sekarang sedang dalam hal diperlukannya jaminan terhadap akses pencegahan HIV, proses seleksi untuk menentukan mana saja yang layak untuk pengobatan, kepedulian dan dukungan pada 2010 nanti,” dipresentasikan. demikian kata Dr. Pedro Cahn, Wakil Presiden Masyarakat AIDS Internasional (IAS). “Apa yang kami harapkan Pertemuan lainnya dengan Topik yang menarik. sekarang adalah langkah nyata para stakeholder, termasuk Seluruh konferensi akan dibagi dalam tiga kelompok: berlanjutnya investasi dalam riset HIV dan komitmen untuk kelompok ilmu pengetahuan, kemasyarakatan dan kepemimpimewujudkannya melalui campur tangan kita.” nan. Sebagai tambahan, selain membahas makalah yang akan | Edisi: 010/Ferbuari 2008
Sumber Info disampaikan, seperti pada tahun yang lalu, panitia telah merencanakan 50 pertemuan non-makalah yang memfokuskan pada isu menyangkut bahkan lintas tiga area program yang telah dirancang di atas. Beberapa dari isu yang menarik adalah: AIDS, krisis politik dan situasi konflik; perpindahan penduduk dan globalisasi; pemuda, kesehatan seksual dan dampak adanya pendidikan tentang kerentanan terhadap HIV; dan keterlibatan masyarakat dalam penelitian HIV. Untuk pertama kalinya program ini akan melibatkan 6 wilayah yang direncanakan untuk membahas masalah besar yang dihadapi tiap-tiap wilayah. Pembukaan Konferensi AIDS Internasional 2008 akan berlangsung pada Minggu, 3 Agustus 2008, dan dihadiri oleh Pemerintah Meksiko, pemimpin dunia, termasuk di antaranya pemimpin masyarakat mewakili Odha dan pemuda. Pertemuan khusus harian, akan diselenggarakan pada saat jam makan, yang akan menampilkan pembicara-pembicara penting (termasuk kepala pemerintahan) dan mendiskusikan isu-isu besar di seluruh dunia. Pada salah satu pertemuan akan pula disajikan hasil dari pertemuan puncak para pemimpin Odha, sebuah forum pertemuan pemimpin Odha internasional, yang direncanakan akan mengambil tempat di kota Meksiko pula, sebelum acara AIDS 2008. Keterangan lengkap seluruh acara, termasuk kepastian para pembicaranya, akan tersedia lengkap di website konferensi www.aids2008.org pada bulan Juni 2008. Rencana program dan aktivitas untuk delegesi dan masyarakat umum akan melengkapi pertemuan internasional AIDS 2008, dengan menampilkan berbagai aktivitas yang bervariasi, di antaranya adalah beberapa acara yang direncanakan oleh dan untuk pemuda, juga acara-acara kebudayaan yang akan menampilkan kaitan antara AIDS, seni dan kebudayaan. Bagi seluruh delegasi peserta konferensi dan masyarakat umum, Desa Internasional yang diadakan dalam rangkaian AIDS 2008 akan menjadi ruang untuk saling: bercerita, belajar, bertukar pengetahuan dan keahlian, dan untuk membangun koalisi, dan promosi belajar interaktif diantara Odha. Desa Internasional akan mengambil lokasi di Las Americas Hippodrome, yang berdampingan dengan Centro Benamex.
Program perluasan akses online
Panitia konferensi kembali akan menawarkan struktur fee dua tingkat untuk membuat peserta baik yang berasal
dari negara berkembang/miskin dan negara maju mampu membayarnya. Akses berbagai bahasa juga ditingkatkan. Meskipun bahasa Inggris adalah bahasa resmi konferensi ini, untuk pertamakalinya di sini, simulasi terjemahan dalam dua bahasa Inggris dan Spanyol akan tersedia pada seluruh rangkaian acara. Website AIDS 2008 juga tersedia dalam dua pilihan bahasa yakni, Inggris dan Spanyol, dan pada saat acara pembukaan akan tersedia secara simultan terjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa resmi di PBB seperti Perancis, Arab, Spanyol, Mandarin dan Rusia. Dalam upaya membuat proceeding konferensi tersedia merata dan seluas mungkin kepada seluruh peserta, website AIDS 2008 akan menyediakan direct links (saluran langsung) keseluruh acara konferensi, termasuk saluran untuk memperoleh makalah dan informasi yang berkaitan dengan acara ini, juga pembicara dan slide akan pula tersedia. Webcasts, podcasts dan transkrip dari seluruh acara penting juga akan dihasilkan di sini dan diproduksi oleh kaisernetwork.org bekerjasama dengan Clinical Care Options, Inc, sebagai provider online resmi menyingkap ilmu pengetahuan. Hal baru yang akan diperkenalkan di sini adalah adanya hubs (penghubung), atau remote viewing locations, dimana mereka yang tidak dapat hadir di Mexico City akan dapat mengetahui melalui layar TV di tempat dimana mereka berada beberapa acara yang telah diseleksi, bersama dengan kelompok diskusinya. Sebuah alat penghubung resmi (official hubs) direncanakan akan dipasang di Afrika Selatan. Sementara lainnya akan dikoordinasikan oleh rekan kerja panitia dan pihak lainnya, diberbagai tempat di seluruh dunia.
Tentang Ke-Panitiaan AIDS 2008
AIDS 2008 diselenggarakan oleh International AIDS Society –IAS (masyarakat AIDS Internasional), Asosiasi Independen para Pakar Terkemuka di bidang HIV di seluruh dunia. Panitia lokal termasuk pemerintah Mexico, pemerintah daerah Mexico city dan para ilmuwan serta para pemuka masyarakat lokal. Mitra kerja panitia AIDS 2008 diantaranya adalah: UNAIDS, WHO, WFP; ICASO, GNP+, ICW; Word YWCA dan AHRN. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai konferensi ini, termasuk informasi tentang persyaratan media yang akan meliput dan pendaftaran online dapat mengunjungi www. aids2008.org. (Sumber: dan diterjemahkan bebas oleh Anung)
Edisi: 010/Ferbuari 2008 |
Spesial Info
Antara Banyugeni dan Minyak Jarak Pemihakan Pers ?
Dua peristiwa diberitakan secara berbeda oleh suratkabar. Berita pertama tentang safari uji coba penggunaan biodisel dengan bahan baku minyak jarak untuk kendaraan roda empat dari Jawa ke Nusa Tenggara tahun 2007 lalu. Berita kedua tentang peluncuran hydrofuel atau bahan bakar berbahan dasar air (banyugeni), 13 Februari 2008 di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Ringroad Barat, Kasihan, Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Peristiwa pertama menjadi berita utama (headline) pada halaman pertama. Sedang peristiwa kedua tidak demikian. Padahal, kedua peristiwa itu secara substansial menyangkut persoalan yang sama, yaitu upaya pencarian bahan bakar alternatif setelah harga BBM fosil semakin meroket belakangan ini. Mencermati perbedaan cara suratkabar memberitakan kedua peristiwa itu, apakah persepsi pembaca atas nilai penting kedua berita itu akan berbeda? Apa yang menyebabkan suratkabar menunjukkan kecenderungan berbeda ketika memberitakan kedua peristiwa itu? Bukankah substansi kedua peristiwa itu menyangkut persoalan yang sama, yaitu upaya pencarian bahan bakar alternatif?
Restu dan Pemihakan
Sudah menjadi konvensi yang umum berlaku, berita utama dinilai memiliki informasi penting dengan peringkat relatif tertinggi dibanding berita lain. Sebagai berita yang memiliki peringkat tertinggi, berita utama selalu menempati posisi strategis pada halaman pertama, mudah dilihat, disertai judul yang dicetak dengan ukuran huruf lebih besar dan tebal. Berita utama biasanya juga menggunakan luas kolom lebih banyak. Semua itu dimaksudkan untuk memberi isyarat kepada pembaca bahwa berita tersebut tidak boleh dilewatkan. Maka, ketika berita tentang safari uji coba penggunaan minyak jarak untuk kendaraan roda empat dijadikan berita | Edisi: 010/Ferbuari 2008
utama oleh pers, cetak maupun elektronik, dengan cara itu ada pesan yang hendak disampaikan. Berita tersebut mengandung informasi penting dengan peringkat relatif tertinggi dibanding berita lain. Dua kali berita uji coba tersebut mendapat perlakukan istimewa oleh pers. Pertama saat keberangkatan tim untuk memulai safari uji coba, dan kedua setelah uji coba selesai dan dinyatakan berhasil. Berita terkait juga disertai berita lain tentang kesiapan sejumlah daerah untuk menanam tanaman jarak secara massal. Tanaman jarak bisa tumbuh baik di atas lahan tidak subur. Budidaya tanaman ini dinilai bisa meningkatkan perekonomian rakyat. Berbeda dengan berita peluncuran banyugeni, yang disebut mempunyai keunggulan antara lain bahan dasarnya (air) tidak pernah habis, emisi bahan pencermar rendah, tidak korosif. Berdasarkan pengamatan terhadap lima suratkabar yang memberitakan penemuan baru bahan bakar alternatif tersebut, tidak satu pun di antara lima suratkabar itu yang menjadikan berita tentang peluncuran banyugeni tersebut sebagai berita utama pada halaman pertama. Kedaulatan Rakyat, surarkabar yang diterbitkan di Yogyakarta dan beredar luas di Provinsi DI Yogyakarta, menempatkan berita tentang banyugeni sebagai headline pada halaman yang memuat berbagai peristiwa yang terjadi di Kabupaten Bantul (hal. 6). Koran Tempo memuat berita yang sama halaman tentang Ilmu dan Teknologi (rubrik Zoom In, hal. A13). Radar Yogya, koran yang diterbitkan anak perusahaan kelompok Jawa Pos dan beredar bersama Jawa Pos, memuatnya pada halaman 1. Seputar Indonesia memuatnya secara bersambung pada dua edisi berturut-turut pada halaman khusus Jateng dan DIY (halaman depan atau hal 9). Kompas memuat foto pada halaman depan edisi Yogyakarta, sedang beritanya dimuat pada halaman I.
Spesial Info Perbedaan sebagaimana digambarkan di atas sudah tentu menyebabkan persepsi pembaca terhadap arti penting kedua peristiwa itu akan berlainan. Berita uji coba penggunaan minyak jarak untuk kendaraan roda empat akan dipandang lebih penting dibanding berita tentang peluncuran banyugeni. Ada konsekuensi lain dari pemosisian yang berbeda itu. Sebagai berita utama, informasi uji coba penggunaan minyak jarak berpeluang menjangkau publik yang lebih luas. Jadi, gaungnya lebih kuat. Sedang informasi penggunaan banyugeni sebagai bahan bakar alternatif untuk keperluan serupa, gaungnya lebih lemah. Di era reformasi yang menjamin kebebasan pers ini, keputusan pers memosisikan berita uji coba penggunaan minyak jarak untuk kendaraan roda empat menjadi berita utama sudah tentu harus dipahami sebagai pilihan bebas. Atas dasar yang sama pula pers memosisikan berita peluncuran banyugeni bukan sebagai berita utama. Akan tetapi, apabila dicermati secara lebih kritis, ditemukan fakta yang dapat menjelaskan mengapa pers memosisikan berita atas kedua peristiwa itu secara berbeda. Sebagaimana diberitakan, uji coba penggunaan minyak jarak mendapat restu dari pemerintah pusat, dalam hal ini Presiden SBY. Bahkan SBY memberi sinyal, apabila uji coba berhasil, pemerintah pusat akan mendukung program budidaya tanaman jarak secara massal serta pendirian pabrik pengolahan biji jarak untuk menghasilkan biodisel. Restu itu menjelaskan kehadiran Menteri ESDM untuk melepas keberangkatan tim uji coba saat memulai safari. Begitu pula kesediaan SBY menerima audiensi tim uji coba usai safari untuk mendengar secara langsung laporan hasil uji coba tersebut. Peristiwa peluncuran banyugeni mengungkap realitas berbeda. Tidak ada restu presiden. Tidak ada menteri yang hadir. Peluncuran ini hanya dihadiri oleh Bupati Bantul, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tim Peneliti Pusat Studi Pengembangan Energi Regional sebagai penemu banyugeni, serta undangan lain. Saat peluncuran, dilakukan demonstrasi penggunaan banyugeni untuk menyalakan lentera, kompok, motor, traktor, serta pesawat aeromodelling. Bahkan Bupati Bantul Idham Samawi sempat menaiki motor yang menggunakan bahan bakar banyugeni. Dengan membandingkan secara kritis fakta yang terdapat dalam berita tentang kedua peristiwa itu, muncul indikasi bahwa berita uji coba penggunaan minyak jarak untuk kendaraan roda empat menjadi berita utama adalah karena adanya restu presiden. Restu presiden sebagai fakta menjadi faktor penting yang mendorong pers menjadikan peristiwa itu sebagai berita besar.
Sebagaimana telah dikemukakan, dua peristiwa itu secara substansial menyangkut persoalan yang sama, yaitu upaya pencarian bahan bakar alternatif. Kedua upaya itu berpotensi membuahkan manfaat penting bagi kehidupan masyarakat. Kedua upaya itu juga merupakan prestasi yang belum tentu bisa dicapai setiap orang. Memberitakan hal itu merupakan penghargaan sekaligus pengakuan atas prestasi yang dicapai. Maka, manakala pers memberitakan secara berbeda dua prestasi yang sesungguhnya setara, satu menjadi berita utama karena mendapat restu presiden, sementara yang satu lagi tidak demikian karena tidak mendapat restu presiden, saat itulah bisa ditafsirkan pers melakukan pemihakan. Pers dianggap memihak karena lebih mengistimewakan persoalan yang mendapat perhatian presiden.
Iklim Kondusif
Sudah tentu perbedaan pemosisian berita tentang dua peristiwa yang dikemukakan melalui hasil pengamatan di atas hanyalah satu kasus. Pengamatan yang lebih intens masih diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kecenderungan seperti itu masih dipraktekkan oleh pers. Masalah tersebut penting menjadi perhatian, mengingat inisiatif mandiri oleh perseorangan, kelompok, atau lembaga, yang menghasilkan pencapaian baru di bidang tertentu, memerlukan iklim kondusif. Iklim kondusif antara lain bisa dikembangkan dengan membuka peluang setara bagi setiap pihak, memberi pengakuan dan penghargaan (apresiasi). Dalam konteks itu, pers bisa menjalankan peran penting. Sebab, berita pencapaian baru bisa dimaknai sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan (apresiasi) oleh pers terhadap setiap pencapaian itu. Demikianlah, sebagai misal, mengapa prestasi seperti pemecahan rekor lari 100 m diberitakan. Memang, pembaca tidak memperoleh manfaat langsung dari peristiwa pemecahan rekor itu. Berita pemecahan rekor itu merupakan pengakuan, sekaligus penghargaan atas prestasi yang dicapai. Rekor baru dicapai berkat latihan sungguh-sungguh, semangat untuk untuk meraih prestasi lebih tinggi, semangat bersaing secara sportif. Semangat itulah yang hendak ditularkan. Untuk memberitakan hal semacam itu, tidak ada urusan dengan restu. Singkat kata, kecenderungan suratkabar mengistimewakan berita tentang inisiatif atau pencapaian yang mendapat restu dari penguasa, bisa disebut sebagai kemunduran. Suatu kecenderungan yang dapat dimaknai sebagai sikap yang ikut melanggengkan budaya paternalistik. Sudah tentu kecenderungan ini harus ditinggalkan. Tidak ada lagi tempat untuk berita menurut petunjuk presiden.*** (ron)
Edisi: 010/Ferbuari 2008 |
Info Buku
Melihat Dapur Koran Bersama Sang Koki Pada bab II, ditulis tentang bagaimana BAGAIMANA sebenarnya dapur suratkabar harian terbesar di negeri ini adanya? Bagaimana lembaga ini bergulat dan bertarung di awal mula lahirnya koran itu? Apa saja kisah tengah persaingan media (suratkabar) di yang mengikuti sejarah perkembangan harian Jakarta. Mulai terlambat cetak hingga isi yang tahun ini memasuki usia 43 tahun itu? lebih banyak artikel (opini) yang sejak awal Buku ini adalah jawabnya. telah membentuk Kompas menjadi koran Nyaris tak ada yang tercecer –paling opini. Berbagai peristiwa dialami oleh tidak secara substansial— penulisan beragam suratkabar ini, antara lain larangan terbit sebuah suratkabar bernama Kompas. yang disampaikan pemerintah pada 20 Memang, menurut editor buku ini dalam kata Januari 1978. Bersama beberapa suratkabar pengantarnya (hal xi), “sejarah” Kompas terbitan Jakarta, Kompas dilarang terbit selama ini ditulis sepotong-sepotong, dengan oleh penguasa waktu itu. Namun, 6 Februari keperluan tertentu. Selain dalam bentuk 1978 Kompas kembali diizinkan terbit. brosur, ada beberapa naskah (buku) yang bisa Ada peristiwa menarik di belakang menjadi referensi “sejarah” Kompas. larangan terbit dan kemudian diizinkan Salah satu jaminan mengapa buku ini kembali itu. Jakob Oetama menandatangani tidak “melenceng” jauh pengkisahannya surat yang berisi permohonan maaf dan janji dari sejarah perjalanan suratkabar tertulis yang diminta pemerintah. Tidak itu, adalah, para penulis dalam Judul Buku : KOMPAS Menulis dari Dalam semua orang dalam setuju langkah itu. : St. Sularto buku ini merupakan sang pelaku, Editor Bahkan ada wartawan yang kemudian : Penerbit Buku Kompas aktor, yang secara langsung terlibat Penerbit mengundurkan diri sebagai sikap Tahun : 2007 dalam berbagai pengalaman, mulai protes. Argumen Jakob, di tengah : xix + 320 dari lahirnya Kompas, pahit getir Tebal tentangan orang dalam adalah berani dalam perjalanan dan naik turunnya mati ternyata lebih mudah dilakukan. suratkabar tersebut. Tetapi berani hidup dan tetap meneruskan perjuangan, mungkin Pada bab tertentu ada bagian-bagian yang menyentuh tidak bisa seketika dimengerti dan dipahami (hal 129). secara manusiawi, terutama bagi orang berkecimpung di Dalam upaya mengupas perjalanan panjang suratkabar suratkabar atau wartawan. Namun, di bagian lain, ada pula Kompas, disajikan pula bagian Kompas dalam Rentang Waktu bagian yang mengisahkan pertarungan suratkabar ini di dan Angka. Pada bagian, perjalanan organisasi, sejak masa tengah medan pertempuran media di saat negara dikuasai awal hingga sekarang disampaikan dengan rinci. Misalnya, rezim pemerintah yang represif. mulai oplah yang pada tahun awal (1965) hanya 5.000 Ada bagian menarik pada bab I, yakni pada bagian ekspemplar hingga menyentuh angka 505.000 eksemplar tiap dengan sub judul: Kompas, Sosialis Sekaligus Kapitalis. hari pada tahun 2005. Juga ada data tentang jumlah karyawan (hal 9). Kompas yang kini bernaung di bawah kelompok berdasarkan bagian, usia, serta jenjang pendidikan. Kelompok Kompas Gramedia (KKG), didirikan oleh dua Pada bagian lain, dikupas tentang persoalan perkembangan orang, Jakob oetama dan PK Ojong tahun 1965. Kelompok suratkabar di tengah era baru media dan jurnalistik (bab III) ini memiliki mimpi dan cita-cita Indonesia Modern dan juga Membangun Prediksi yang Bertanggungjawab dan menunjukkan kemiripan dengan mimpi Inggris Baru dari Kilas Balik (bab IV dan Bab V). Dengan pengkisahan yang Fabian Society. Yakni mimpi bersama, mimpi kolektif, istilah beragam, membaca buku ini seolah diajak melongok dapur kerennya sosialisme-demokrat dengan perjuangan kerakyatan sebuah lembaga penerbitan suratkabar, melalui orang-orang yang berbeda dengan gerakan sosialisme-proletas komunisme yang mengelolanya. (awd) Karl Marx.
10 | Edisi: 010/Ferbuari 2008
InfoBuku
Dunia Penyiaran Setelah Orba Tumbang SETELAH rezim otoriter Orde Baru (Orba) di beberapa negara, maka dapat dibuat dua tumbang pada tahun 1998, bagaimana dunia klasifikasi, yakni sistem penyiaran demokratis penyiaran di negeri ini sekarang? Ternyata, yang menempatkan pemikiran dasar bahwa demikian penulis buku ini, sedang berhenti. publik pemilik frekuensi, dan yang kedua Bukan saja sektor industri dan institusinya, adalah klasifikasi sistem penyiaran yang tetapi justru di ranah paling fundamental, yakni otoriter yang menempatkan kekuasaan mutlak sektor kebijakan. Maka lahir dan ditetapkannya pada pemerintah melalui kementerian tertentu, UU No 32/2002 tentang Penyiaran merupakan baik selaku regulator maupun eksekutor. momentum signifikan bagi bergesernya Bagaimana dengan sistem penyiaran konfigurasi sistem penyiaran dari model di Indoensia setelah hancurkan rezim Orba? otoritarian ke model berikutnya. Menurut penulis buku ini, ada beberapa gagasan Dengan penjelasan rinci, buku ini menyang melandasi desakan untuk merevisi total jelajah berbagai persoalan di dunia penyiaran. UU No 24/1997. Undang-undang itu dinilai Selanjutnya, dari dua unsur kata “penyiaran terlalu protektif. Sedikitnya 27 pasal dalam UU dan sistem” dapat disimpulkan, bahwa sistem itu berisi larangan dan tak satu pun pasal yang penyiaran adalah rangkaian penyelenggaraan menyebutkan hak-hak pengelola penyiaran. penyiaran yang teratur dan menggamBagi para pelaku dunia penyiaran, Judul Buku : REGULASI PENYIARAN barkan interaksi berbagai elemen di maupun para pemerhati, UU No dalamnya, seperti tata nilai, institusi, Dari Otoriter ke Liberal 24/1997 ini adalah salah satu UU paling : Masduki individu, broadcaster dan program Penulis kontroversial ketika dibahas di DPR. Penerbit : LKiS Yogyakarta siaran. Sistem penyiaran melingkupi Belum ditandanganinya presiden, Tahun : 2007 pula prosedur dan aturan main, undisebabkan masih ada sejumlah pasal Tebal : x + 290 dang-undang (hal 4). yang perlu didiskusikan kembali. Lantas bagaimana dengan kepeAgar lebih sempurna, UU itu pun milikan dan pengelolaan media penyiaran? Berdasarkan teori dikembalikan ke DPR yang intinya meminta secara resmi DPR penting yang digagas Joseph R.Dominick, sistem kepemilikan mengkaji kembali pasal-pasal tertentu dalam RUU tersebut. dan pengelolaan media penyiaran di berbagai negara, umumKetika UU No 24/1997 diundangkan 29 September 1997, nya tidak terpusat pada satu pihak. disambut dengan hati mendua oleh praktisi penyiaran. Selain Ketika rezim Orba berkuasa, frekuensi dikuasai sepedisambut bahagia karena ada seperangkat UU yang mengatur nuhnya oleh segelintir elit di lingkaran kekuasaan. Seirpenyiaran, namun juga prihatin karena UU itu tidak lebih ing dengan runtuhnya Orba, sistem kontrol rezim itu runtuh sebagai belenggu baru bagi dunia penyiaran. Namun, sejarah ditandai dengan likuidasi Departemen Penerangan, yakni denberkata lain. Dengan bergulirnya wacana revisi, eksistensi gan “mengembalikan” kodrat frekuensi sebagai milik publik. UU yang mestinya efektif berlaku mulai 29 September 1999, Sebab, pada masa Orba, hak milik publik dirampas sehingga “hilang” terbawa angin reformasi. (hal 123). masyarakat tidak bisa menuntut akuntabilitas setiap pengeluSetelah melalui perjalanan panjang dengan segala aran lisensi di berbagai kebijakan penyiaran, melalui mekanpermasalahannya, maka sistem penyiaran memasuki babak isme yang obyektif. baru. Pada 28 November 2002 disahkanlah RUU menjadi UU Membandingkan sistem penyiaran di berbagai negara, No 32/2002 di DPR. Sebuah momentum penting bagi dunia misalnya Amerika Serikat, Perancis, Afrika Selatan, Inggris, penyiaran di negeri ini. Australia, Kanada dan negara ASEAN, dipaparkan pula Buku ini secara sistematis menyajikan bagaimana bagaimana perbedaannya dengan Indonesia. Mengacu UU perjalanan sejarah sistem penyiaran itu, mulai dari sistem No.24/1997, sistem penyiaran Indonesia terpusat pada otoriter hingga liberal. Pemaparan dibagi dalam enam bagian kewenangan mutlak pemerintah (state centered). besar, dilengkapi lampiran Undang-undang No 32/2002 Dari berbagai pembahasan tentang sistem penyiaran tentang Penyiaran. (awd) Edisi: 010/Ferbuari 2008 | 11
Profil
Profil Syarikat Indonesia Syarikat Indonesia (Masyarakat Santri untuk Advokasi Rakyat Di masa emergensi, Syarikat mensuplai kebutuhan pokok Indonesia) merupakan masyarakat korban gempa organisasi jaringan kerja di beberapa dusun secara yang berbasis pada kaum sporadis. Seiring penamuda santri dan NU. taan suplai logistik yang Pada mulanya, Syarikat dilakukan, di fase berikutmerupakan jaringan anak nya Syarikat memulai muda santri-NU yang bekerja untuk membangun bekerja di banyak ruang 4.000 unit rumah transisi grassroot untuk advokasi, di 17 dusun di Bantul dan baik di sektor pertanian, Sleman, yang dilaksanaperburuhan dan sektor kan bekerjasama dengan informal perkotaan. CORDAID dan European Nama organisasi Commission (Echo), selajaringan Syarikat didekma 6 bulan dan diperpanlarasikan pada tanggal jang 2 bulan untuk penam10 Desember 2001 di bahan pembangunan 1.500 LIPI Jakarta. Kemudian unit sanitasi/MCK. Warga Dusun Joho, Banguntapan Bantul saat pencairan dana housing. diperkuat oleh keputuFase pasca gempa, san Musayawarah JarinSyarikat bekerjasama di gan Syarikat di Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur dalam Jaringan Ford Foundation dengan melanjutkan program (20/5/07) dengan menegaskan komitmen Syarikat akan isu pasca gempa di dusun Joho Banguntapan Bantul. pendidikan dan advokasi atas HAM (Hak Asasi Manusia) dan demokrasi. Struktur Organisasi Jaringan Syarikat Indonesia, hingga Secara khusus, Syarikat dideklarasikan sebagai respon 2008, sebagai berikut: kalangan santri dan kaum muda NU akan masa transisi IndoMajlis Syarikat Indonesia (MSI): nesia menuju cita-cita negara yang demokratis. AS Burhan (P3M, koordinator), M. Imam Aziz (LKiS), Sejak dideklarasikan pada tahun 2001, Syarikat bekerja Ruth I Rahayu (ISSI Jakarta), Kamala Chandrakirana (Komatas isu rekonsiliasi akar rumput kaitan tragedi kemanusiaan nas Perempuan), Hilmy Ali Yafie (Rahima Jakarta), Tri Chan1965-66 di 35 kota di Jawa dan beberapa kota di Sulawesi dra Ap (Univ Jember), Loly Suhenty (KPI), Mahmudi Zen Selatan, Bali, Sumatera dan Kalimantan. Hingga kini (2008) (LEKDAS Pamekasan), Heri Anggoro (ALUR Batang) Syarikat berkedudukan di Indonesia, dengan kesekretariatan Sekretaris Eksekutif (SE) : (untuk masa transisi sampai berpusat di Gombangsari Tirtoadi Mlati Sleman Yogyakarta. Mei 2008) Bencana tsunami yang menimpa Aceh dan sekitarnya Saiful H. Shodiq dan bencana gempa yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya, Lebih lanjut tentang Syarikat dapat diakses di www. mendorong Syarikat untuk membentuk divisi Humanitarian syarikat.org Aid. Di Yogyakarta dalam rangka penanganan dan pemulihan akan dampak gempa, Syarikat bekerja sejak masa emergensi, transisi dan pasca gempa. 12 | Edisi: 010/Ferbuari 2008