LAPORAN PRESENTASI JURNAL PENGARUH OLAHRAGA AERIAL YOGA TERHADAP TEKANAN INTRAOKULER DAN PENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TEKANAN INTRAOKULER
OLEH KELOMPOK 3 : 1. AA ISTRI MAS RADIKA DEVI
(1602001)
2. AMBAR ARUM R
(1602003)
3. GLADYS FLORIDA W
(1602019)
4. I LUH SEKAR AYU D M
(1602023)
5. I PUTU OKA SURYANA
(1602024)
6. JANUARIA SUDIAHARTATI
(1602026)
7. MARGARITA LAKLEY F
(1602033)
8. PATRICIA YUNITA DWI A
(1602044)
9. RACHMAD KELI EHA
(1602046)
10. RUTH WIDYA PINASTHI
(1602048)
11. SHINTIA CHRIST D
(1602050)
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA 2018/2019
(Jurnal Pembanding 1)
PENGARUH OLAHRAGA AERIAL YOGA TERHADAP TEKANAN INTRAOKULER Rahmah Sadida1, Maharani2, Riski Prihatiningtias2 1Mahasiswa
Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
2Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
JL. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang-Semarang 50275, Telp.02476928010
ABSTRAK Latar belakang: Yoga mempunyai beberapa manfaat untuk kesehatan, namun perlu dipikirkan efek sampingnya. Posisi headstand pada yoga dapat meningkatkan tekanan intraokuler (TIO). Peningkatan TIO dapat menjadi faktor risiko terjadinya glaukoma. Tekanan intraokuler yang tinggi berkaitan dengan fluktuasi yang tinggi, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi TIO yaitu aktivitas dan olahraga. Kenaikan TIO yang singkat bukan merupakan hal yang berbahaya pada individu normal, namun dapat berbahaya apabila hal tersebut terjadi pada penderita glaukoma. Tujuan: Menganalisis pengaruh olahraga aerial yoga terhadap tekanan intraokuler. Metode: Observasional analitik dengan pendekatan Cohort di Oryza Gym dan Ading Yoga & Pilates Studio Semarang. Tiga puluh enam wanita peserta aerial yoga berusia 20-30 tahun yang memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan dalam penelitian. Pengukuran TIO dilakukan sebelum dan setelah 60 menit melakukan aerial yoga menggunakan alat Tonopen XL. Perbedaan TIO sebelum dan sesudah olahraga dianalisis dengan uji Wilcoxon. Hasil: Rerata pengukuran TIO sebelum olahraga 19,34 ± 2,75 mmHg dengan nilai terendah 14 mmHg dan nilai tertinggi 25 mmHg. Rerata pengukuran TIO sesudah olahraga 16,92 ± 2,60 mmHg dengan nilai terendah 13 mmHg dan nilai tertinggi 22 mmHg. Tekanan intraokuler setelah olahraga lebih rendah dibanding TIO awal, dengan perbedaan bermakna (p= 0,000 ). Kesimpulan: Olahraga aerial yoga menurunkan TIO secara signifikan. Kata kunci: Aerial yoga, tekanan intraokuler (TIO)
(Jurnal Pembanding 2)
PENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TEKANAN INTRAOKULER Novalia Larissa Fandhira1, Maharani2, Riski Prihatningtias2 1Mahasiswa
Program Studi S-1 Ilmu Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
2 Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
JL. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. 02476928010
ABSTRAK Latar Belakang : Tekanan intraokuler adalah faktor risiko penyakit glaukoma yang dapat dimodifikasi. Aktivitas fisik dan posisi tubuh dapat mempengaruhi tekanan intraokuler. Salah satu pilihan aktivitas fisik yang dewasa ini semakin banya digemari oleh masyarakat adalah yoga, terutama cabang Hatha Yoga. Tujuan : Membuktikan pengaruh latihan Hatha yoga terhadap tekanan intraokuler Metode : Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan rancangan penelitian post-test only two groups. Subjek penelitian berjumlah 38 orang yang dibagi menjadi kelompok Hatha Yoga dan kelompok kontrol. Pada setiap kelompok terdiri dari 19 subjek berjenis kelamin perempuan yang berusia 20 - 40 tahun. Subjek pada kelompok Hatha Yoga telah megikuti latihan yoga selama minimal 3 bulan, sedangkan subjek pada kelompok kontrol belum pernah mengikuti latihan yoga. Pengambilan data pada kelompok Hatha Yoga dilakukan sesaat setelah latihan Hatha Yoga yang dilaksanakan 1 kali selama 60 menit. Sedangkan pengambilan data pada kelompok kontrol dilakukan pada waktu yang sama di hari yang berbeda. Data yang diambil adalah tekanan intraokuler. Analisa data menggunakan uji T tidak berpasangan. Perbedaan dinyatakan bermakna jika p<0,05. Hasil : Berdasarkan data yang terkumpul dari 38 subjek, didapatkan hasil rerata tekanan intraokuler pada kelompok hatha yoga adalah 16,18 ± 2,40 mmHg sedangkan pada kelompok kontrol adalah 18,42 ± 2,52 mmHg. Pada uji T tidak berpasangan didapatkan perbedaan yang bermakna antar kedua kelompok (p = 0,008). Kesimpulan : Latihan hatha yoga selama minimal 3 bulan dapat membantu menurunkan tekanan intraokuler. Kata Kunci : Hatha Yoga, tekanan intraokuler
ANALISIS PICO
NO.
KRITERIA
JAWAB
PEMBENARAN DAN CRITICAL THINKING
1
Problem
YA
JURNAL 1 :
(P)
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik dengan TIO
Jurnal 1
sebagai salah satu faktor risiko yang ditandai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Hampir 60 juta orang di dunia terkena glaukoma, diantara kasus-kasus tersebut, sekitar 50% tidak terdiagnosis. Sekitar 6 juta orang mengalami kebutaan akibat glaukoma, menjadikan penyakit ini sebagai penyebab kebutaan kedua baik di dunia maupun di Indonesia.
Problem (P) Jurnal 2
JURNAL 2 :
YA Glaukoma
merupakan
penyakit
mata
dimana
terjadi
kerusakan saraf optik (neuropati optik) diikuti oleh kelainan lapangan pandang dengan kenaikan tekanan intraokuler sebagai salah satu faktor risikonya. Glaukoma adalah penyebab kebutaan terbesar kedua setelah katarak. Sebanyak 4,5 juta orang atau 12% dari total kebutaan di dunia, disebabkan oleh glaukoma.1 Sedangkan di Indonesia, glaukoma menyebabkan 13,4% dari total kebutaan. Berbeda dengan katarak, apabila terlambat ditangani, kebutaan yang diakibatkan oleh glaukoma bersifat permanen atau tidak dapat diperbaiki
Critical Thinking : Tekanan intraokular adalah tekanan yang dihasilkan oleh isi bola mata terhadap dinding bola mata. Tekanan ini dipengaruhi oleh lapisan dinding bola mata dan volume bola mata yang terdiri dari : aquos humor, korpus vitreus, pembuluh
darah
intraokular
dan
isinya.
Tekanan
intraokular diharapkan berada dalam angka yang normal di
dalam dinamika cairan aquoshumor, karena aquos humor sendiri mempunyai fungsi sebagai media refraksi, pemberi nutrisi dan mempengaruhi tekanan hidrostatik untuk stabilitas bola mata. 2
Intervention
YA
JURNAL 1 : Aerial yoga :
(I)
Subjek diberi tetes mata anestesi topikal dan diukur tekanan
Jurnal 1
intraokulernya. Subjek diberi tetes mata antibiotik sebelum latihan dimulai. Subjek kemudian mengikuti latihan aerial yoga selama 60 menit/sesi. Sampel hanya mengikuti satu kali sesi saja, dalam setiap sesi diikutkan 3 sampai 5 sampel. Dengan jadwal setiap hari Selasa, Jumat dan Sabtu. Setelah sesi latihan selesai, subjek diberi tetes mata anestesi topikal dan tekanan intraokulernya diukur kembali. Subjek diberi tetes mata antibiotik setelah pengukuran selesai.
JURNAL 2 : Intervention (I) Jurnal 2
YA
Hatha yoga : Hatha Yoga dilakukan pengukuran tekanan darah terlebih dahulu sebelum mendapat perlakuan latihan Hatha Yoga selama 60 menit. Sesaat setelah selesai melakukan latihan Hatha Yoga langsung dilakukan pengukuran tekanan intraokuler pada mata kanan saja. Kelompok kontrol dilakukan pengukuran tekanan darah kemudian langsung dilakukan pengukuran tekanan intraokuler pada mata kanan saja. Pengukuran pada kelompok kontrol dilakukan pada jam yang sama dengan saat pengukuran pada kelompok Hatha Yoga.
Critical Thinking : Aerial yoga terdiri dari gerakan inversi yaitu pembalikan posisi tubuh melawan gravitasi pada aerial yoga tidak
bertumpu pada kepala, namun terdapat tali (hammock) yang bertumpu pada tulang belakang sebagai tumpuan pada saat melakukan pembalikan posisi, berbeda pada penelitian sebelumnya posisi headstand dilakukan bertumpu langsung pada kepala subjek. Hatha Yoga adalah latihan pernapasan (pranayama) dan relaksasi, bukan hanya posisi (asana). Pada latihan Hatha Yoga juga tidak terdapat posisi headstand yang bertumpu pada kepala, melainkan hanya posisi dengan kepala lebih rendah daripada jantung yang bertumpu pada tangan dan kaki.
3
Comparison
YA
(C)
JURNAL 1 : Metode Penelitian : observasional analitik dengan pendekatan Cohort
Jurnal 1
Sampel : Tiga puluh enam wanita peserta aerial yoga berusia 20-30 tahun yang baru pertama kali mengikuti olahraga aerial yoga
Tempat : Ading Yoga & Pilates Studio dan Oryza Gym Semarang.
Waktu : April 2016 sampai dengan Mei 2016 Pengambilan sample : Pegambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling, yaitu setiap subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel terpenuhi.
Comparison (C) Jurnal 2
JURNAL 2 :
YA Metode Penelitian :
Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan rancangan penelitian post-test only two groups..
Sampel : Subjek penelitian berjumlah 38 orang yang dibagi menjadi kelompok Hatha Yoga dan kelompok kontrol. Pada setiap kelompok terdiri dari 19 subjek berjenis kelamin perempuan yang berusia 20 - 40 tahun. Waktu : Mei 2016 sampai dengan Juni 2016
Tempat : Tembalang Semarang Pengambilan sample : Sampel
diambil
menggunakan
metode
consecutive
sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Critical Thinking : consecutive sampling yaitu setiap subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel terpenuhi. Yoga merupakan olahraga yang menyatukan kekuatan, kelenturan dan kepekaan tubuh dengan gaya, postur, dan posisi. Yoga adalah sebuah gaya hidup, suatu sistem antara tubuh, pikiran, dan jiwa.
4
Outcome (O)
YA
JURNAL 1 : Varibel
Mean ± SD
Min -
p
Maks
Jurnal 2 Tekanan Intraokuler 19,34 ± 2,75
14 - 25
0,000*
Sebelum (mmHg) Tekanan Intraokuler 16,92 ± 2,60
13 - 22
Sesudah (mmHg)
Tabel menunjukkan bahwa rerata TIO sebelum olahraga 19,34 ± 2,75 mmHg dan rerata sesudah olahraga 16,92 ± 2,60
mmHg. Rerata TIO sebelum olahraga lebih tinggi dibanding dengan sesudah olahraga. Terjadi penurunan sebesar 2,42 anatara sebelum dan sesudah perlakuan. Perbandingan rerata TIO sebelum olahraga dan sesudah olahraga didapatkan nilai p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara rerata TIO sebelum dan sesudah olahraga.
JURNAL 2 : Variabel
Tekanan
Kelompok Hatha Yoga
Kontrol
(Mean ± SD)
(Mean ± SD)
16,18 ± 2,40
18,42 ± 2,52
p
0,008*
Intraokuler (mmHg)
Tabel menunjukkan bahwa rerata tekanan intraokuler pada kelompok yang mendapatkan latihan Hatha Yoga 16,18 ± 2,40 dan rerata pada kelompok kontrol 18,42 ± 2,52. Rerata tekanan intraokuler lebih rendah pada kelompok yang mendapat intervensi latihan Hatha Yoga dibandingkan dengan yang tidak mendapat intervensi. Terdapat selisih sebesar 2,24 antara
kelompok
kontrol
dan
kelomppok
perlakuan.
Perbandingan rerata tekanan intraokuler kedua kelompok didapatkan nilai p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara rerata tekanan intraokuler kelompok Hatha Yoga dan kelompok kontrol. Latihan Hatha Yoga dapat mempengaruhi tekanan intraokuler, dimana pengaruhnya adalah menurunkan tekanan intraokuler.
‘
Kesimpulan Jurnal pertama dengan judul “Pengaruh Olahraga Aerial Yoga terhadap Tekanan Intraokuler” dapat menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan hatha yoga, karena pada jurnal dengan perlakuan aerial yoga mampu menurunkan tekanan intraokular (TIO) lebih baik dari pada hatha yoga dengan p : 0,000 Pada olahraga aerial yoga dapat dilakukan pada pemula yakni orang yang tidak terlatih atau baru pertama kali melakukan aerial yoga. Hasil akhir dalam penurunan tekanan intraokular juga lebih baik dibandingkan dengan perlakuan olahraga hatha yoga.