BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan sendi secara komplet / lengkap terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi, dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain, sendi rahangnya telah mengalami dislokasi. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi. Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
B. Rumusan Masalah 1. Apa konsep medis dari dislokasi ? 2. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dislokasi ? 3. Apa satuan acara penyuluhan untuk pasien dislokasi ? 4. Apa jurnal terkait dislokasi ?
C. Tujuan 1. Tujuan umum Tujuan dari pembuatan makalah dislokasi adalah supaya mahasiswa mampu memahami dislokasi serta mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dislokasi.
1
2
2. Tujuan khusus a. Mahasiswa mampu memahami konsep medis dislokasi. b. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dislokasi. c. Mahasiswa mampu memahami satuan acara penyuluhan untuk pasien dislokasi. d. Mahasiswa mampu memahami jurnal terkait dislokasi.
3
BAB II ISI A. Konsep Medis 1. Definisi Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). (Pearce EC,2010) Dislokasi merupakan cidera sendi yang serius dan jarang terjadi. Dislokasi terjadi bila sendi terlepas dan terpisah, dengan ujung-ujung tulang tidak lagi menyatu. Bahu,siku,jari,pinggul, lutut, dan pergelangan kaki merupakan sendi-sendi yang paling sering mengalami dislokasi. (Thyerson,2011) 2. Epidemiologi Hasil subjek penelitian adalah 55 pasien yang terdiri dari 39 laki-laki dan 16 perempuan. Sebanyak 26,1% penderita berusia 14-24tahun dan 70,9% diderita oleh laki-laki. Berdasarkan waktu kejadian dislokasi, 76,4% pasien datang dengan dislokasi akut. Penyebab utama dislokasi adalag trauma (90,9%). Penyebab dislokasi adalah 60% akibat trauma langsung. Dislokasi anterior didapati paling banyak terjadi yaitu 90,9% dengan 34,5% kasus mengalami komplikasi fraktur dislokasi. (RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dari bulan januari 2012 sampai bulan desember 2013) 3. Anatomi Fisiologi a. Histologi tulang Secara hitologinya, pertumbuhn tulang dibagi menjadi 2 jenis (Arif Musstaqin,2008) yaitu : 1) Tulang imatur, terbentuk pada perkembangan embrional dan tidak terlihat lagi pada usia satu tahun. Tulang imatur mengandung jaringan kolagen . 2) Tulang mtur, ada 2 jenis yaitu tulang kortikl dan tulang trabekular. b. Komponen Penyusun Tulang Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun atas tiga sel:
4
1) Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas menyekresi sejumlah besar fosfatase alkali yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagai fosfatase dari alkali akan memasuki aliran darah sehingga kadar fosfatase alkali dalam darah dapat menjadi indicator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang. 2) Osteosit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. 3) Osteoklas adalag sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang diabsorpsi. Tidak seperti osteoblast dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel ini menghasilkan proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah. Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung, dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak, matriks tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium, dan flor. Lebih dari 99% kalsium tubuh total terdapat dalam tulang, sumsum tulang merah yang terletak dalam rongga tulang menghasilkan sel darah merah dan putih dalam proses yang dinamakan hematopoiesis. Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan temperatur tubuh (Brunner & Suddarth,2002) c. Fungsi Utama Tulang
5
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai fungsi utama yaitu : 1) Membentuk rangka badan 2) Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot 3) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium, dan garam. 4) Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang memounyai fungsi tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoletik untuk memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. (Arif Mustaqqin,2008) d. Anatomi Sendi Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara,misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau otot. Ada 3 tipe sendi sebagai berikut : a.
Sendi fibrosa (sinartrodial),merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan. Tulang yang satu dengan tulang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa.
b.
Sendi kartilaginosa (amfiartrodia), merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak. Sendi kartilaginosa adalah sendi yang ujungujung tulangnya dibungkus oleh tulang rawan hialin, disokong oleh ligamen, dan hanya dapat sedikit bergerak.
c.
Sendi sinovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan bebas. Sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi tulang rawan hialin.
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak, serta sinovium yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi
6
permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening , tidak membeku, dan tidak berwarna, jumlah yang ditimbulkan dalam tiap-tiap sendi relatif kecil (1-3ml). Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe,atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme lain dibawa oleh cairan sendi yang membasahi tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau ketika usia bertambah.beberapa kolagen baru pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe satu yang lebih fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuan hidrofiliknya. Perubahan ini berarti tulang rawan akan kehilangan kemampuannya untuk menahan kerusakan bila diberi beban berat. Aliran darah kesendi banyak yang menuju sinovium. Pembuluh darah mulai masuk melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul. Jaringan kapiler sangat tebal dibagian sinovium yang menempel langsung pada ruang sendi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan didalam plasma berdifusi dengan mudah kedalam ruang sendi. Proses peradangan dapat sangat menonjol disinovium karena didaerah tersebut banyak mendapat aliran darah dan juga terdapat banyak sel mast dan sel lain serta zat kimia yang secara dinamis berinteraksi untuk merangsang dan memperkuat respon peradangan. Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah yang berdekatan terutama adalah jaringan penyambung yang tersusun dari sel-sel dan substansi dasar. Dua macam sel yang ditemukan pada jaringan penyambung adalah sel-sel yang tidak dibuat dan tetap berada pada jaringan penyambung (seperti sel mast, sel palsma, limfosit, monosit, dan leukosit polimorfonuklear). Serat- serat yang terdapat pada substansi dasar adalah kolagen dan elastin. Kolagen dapat dipecahkan oleh kerja kolagenase. Serat-serat elastin memiliki sifat elastis, serat ini terdapat dalam ligamen, dinding
7
pembuluh darah besar, dan kulit. Elastin dipecahkan oleh enzim yang disebut elastase. 4. Etiologi Cedera olahraga. Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya; terperosok akibat main ski, senam, volly. Permain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja. Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga seperti benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin. 5. Klasifikasi Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya (Brunner & Suddart,2002) adalah : a. Dislokasi
congenital,
terjadi
sejak
lahir
akibat
kesalahan
pertumbuhan,paling sering terjadi pada pinggul. b. Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi, misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang. c. Dislokasi traumatic, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena traua yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekelilingnya
dan
mungkin
juga
merusak
struktur
sendi,ligamen,syaraf, dan system vaskular. Kebanykan terjadi pada orang dewasa. Dislokasi berdasarkan tipe kliniknya (Brunner & Suddart 2002) adalah : a. Dislokasi akut, umumnya terjadi pada shoulder,elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan disekitar sendi. b. Dislokasi berulang.Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleg frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka
8
disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patella femoral joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkab dengan patah tulang atau fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, torus atau kontraksi otot dan tarikan. Dislokasi berdasarkan tempat terjadinya : a. Dislokasi sendi rahang. Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena menguap atau terlalu lebar dan terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali. b. Dislokasi sendi bahu. Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada dianterior dan medial gelnoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior) dan dibawah glenoid ( dislokasi inferior). c. Dislokasi sendi siku. Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan dislokasi sendi siku kearah posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku. d. Dislokasi sendi jari. Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak akan ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan. e. Dislokasi sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal. Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian. f. Dislokasi panggul. Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum ( dislokasi sentra). g. Dislokasi patella. Paling sering terjadi ke arah lateral, reduksi dicapai dengan memberikan tekanan kearah medial pada sisi lateral patella
9
sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan. Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
10
6. Patofisiologi
11
7. Manifestasi Klinis a. Deformasi pada persendian Jika sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat celah . b. Gangguan gerakan Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut. c. Pembengkaan Pembengkan ini bisa parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas d. Nyeri Sendi bahu,sendi siku,metakarpal palangeal dan sendi pangkal paha servikal e. Kekakuan (Aston, J N. 1999) 8. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik yang dapat menunjang diagnosa adalah sebagai berikut : a. Sinar-X (Rontgen) Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih. b. CT scan CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya. c. MRI MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak)
12
dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi. (Brunner, Suddarth,2001) 9.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan dislokasi sendi sebagai berikut : a. Medis 1) Farmakologi Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik a) Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul. b) Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam. 1) Pembedahan a) Operasi ortopedi Operasi
ortopedi
merupakan
spesialisasi
medis
yang
mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para pasien
yang
memiliki
kondisi-kondisi
arthritis
yang
mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi: b) Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah. c) Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
13
d) Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka. b. Non medis Dislokasi
reduksi:
dikembalikan
ketempat
semula
dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat. 1) Dengan RICE R : Rest (istirahat) I : Ice (kompres dengan es) C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan) E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi) (Brunner, Suddarth,2001) 10. Pencegahan a. Cedera Akibat Olahraga 1) Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari 2) Latihan atau exercise 3) Conditioning b. Trauma Kecelakaan 1) Kurangi kecepatan 2) Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman 3) Patuhi peraturan lalu lintas (Brunner, Suddarth,2001) 11. Komplikasi Komplikasi Dini b. Cedera Saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut. c. Cedera Pembuluh Darah : Arteri aksilla dapat rusak. d. Fraktur Dislokasi (Aston, J N. 1999) Komplikasi Lanjut
14
a. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi. b. Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid c. Kelemahan otot (Aston, J N. 1999) 12. Prognosis Prognosis tergantung pada sendi tertentu dislokasi dan cedera jaringan sekitarnya. Cedera saraf dan arteri disekitar sendi memiliki prognosis buruk . Fraktur periartikular berisiko untuk arthritis posttraumatic dan kebutuhan untuk pergantian nanti bersama.dislokasi sendi terjawab memiliki prognosis buruk.
B. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan data pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada : a. Keluhan Utama Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri. Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan menurun. b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi, pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera. c. Riwayat Penyakit Dahulu Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
15
d. Pemeriksaan Fisik 1) Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami dislokasi. 2) Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi. 3) Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi. 4) Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi e. Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah : 1) Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien. 2) Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien. 3) Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 4) Rasa aman (ansietas) : klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya. 2. Diagnosa a. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik). b. Hambatan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
gangguan
muskuloskletal. c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstremitas ditandai dengan perubahan postur tubuh. d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
16
3. Perencanaan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik) NO
1
Diagnosa
Tujuan dan
Rencana
Keperawatan
Kriteria Hasil
Tindakan
Nyeri akut
Setelah diberikan
berhubungan
asuhan
keadaan
keadaan umum
dengan agen
keperawatan
umum
pasien dan
penyebab cedera selama 1x24 jam,
pasien(tingkat
tingkat nyeri
Fisik(trauma
diharapkan nyeri
nyeri dan
pasien.
kecelakaan dan
berkurang dengan
TTV)
cedera olahraga)
kriteria hasil : 1. Memperlihatk
1. Observasi
Rasional
2. Beri posisi
1. Mengetahui
2. Posisi semi
nyaman(semi
fowler dapat
fowler).
meminimalkan
DS :
an
klien
pengendalian
nyeri pada
melaporkan
nyeri.
dislokasi
adanya nyeri.
2. Melaporkan
3. Berikan
DO :
tidak adanya
kompres
berperan dalam
klien tampak
nyeri
hangat pada
vasodilatasi
lokasi
pembuluh
dislokasi
darah.
berperilaku
3. Tidak
3. Kompres hangat
distraksi
menunjukan
(mondar mandir,
adanya nyeri
aktivitas
meningkat.(tid
distraksi dan
dan relaksasi
berulang,
ak ada
relaksasi.
berfungsi dalam
memegang
ekspresi nyeri
mengalihkan
daerah nyeri),
pada
fokus nyeri
perilaku
wajah,tidak
pasien
ekspresif
gelisah atau
(gelisah,
ketegangan
tentang
bfungsi utk
meringis,
otot,tidak
penyebab
mngurangi
nyeri, dan
kecemasan
menangis ,
4. Ajarkan teknik 4. Teknik distraksi
5. Beri HE
5. Penanaman HE
17
menghela napas
merintih atau
antisipasi
pasien terhadap
panjang)
menangis.)
ketidaknyama
kondisinya
nan. 6. Kolaborasi
b. Hambatan
mobilitas
fisik
6. Analgetik dapat
dalam
mengurangi rasa
pemberian
nyeri pada
analgetik
dslksi
berhubungan
dengan
gangguan
muskuloskletal. No.
1.
Diagnosa
Tujuan dan
Tindakan
Keperawatan
Kriteria Hasil
Keperawatan 1. Observasi
Rasional
Hambatan
Setelah diberikan
1. Menunjukkan
mobilitas fisik
asuhan
keadaan
tingkat
berhubungan
keperawatan
umum(tingkat
mobilisasi
dengan
selama …x24
mobilitas dan
pasien dan
gangguan
jam, diharapkan
kekuatan otot)
menentukan
muskuloskletal-
klien dapat
intervensi
DS: pasien
melakukan
selanjutnya
mengeluh sulit
mobilisasi dengan 2. Ajarkan ROM
dalam
teratur dengan
n atau
bergerak-
kriteria hasil :
meningkatkan
DO: tidak dapat
1. Klien
2. Mempertahanka
kekuatan dan
melakukan
mengatakan
aktivitas secara
dapat
mandiri,
melakukan
gerakan tidak
pergerakan
fisiologis dan
teratur atau
dengan
psikologis
bebas
ketahanan otot 3. Pengaturan posisi
4. Berikan bantuan
3. Meningkatkan kesejahteraan
4. Membantu individu
18
tidak
2. Gerakan
terkoordinasi
pasien terkoordinir 3. Pasien dapat melakukan
perawatan diri:
mengubah
berpindah
posisi tubuhnya
5. Berikan HE tentang latihan
persepsi pasien
fisik
terhadap latihan
aktivitas
fisik.
secara mandiri
5. Mengubah
6. Mengembalikan 6. Kolaborasi
posisi tubuh
dengan ahli
autonom dan
fisioterapi
volunter selama
dalam
pengobatan dan
memberikan
pemulihan dari
terapi yang
posisi sakit atau
tepat
cedera
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit. No.
1.
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Ansietas
Kecemasan pasien 1. Kaji
tingakat 1. Mengetahui
berhubungan
teratasi dengan
dengan
KH :
kecemasan
kurangnya
- klien tampak
pasien
pengetahuan
rileks
menentukan
ansietas klien
tentang penyakit - klien tidak
dan
intervensi
tampak bertanya – tanya
tingakat
selanjutnya. 2. Bantu
2. Menggali
pasien mengun
pengetahuan
gkapkan
dari pasien dan
rasa
mengurangi
19
cemas
atau
kecemasan
takutnya
pasien. 3. Agar
3. Kaji
tau
perawat seberapa
pengetahuan
tingkat
Pasien tentang
pengetahuan
prosedur yang
pasien
akan
penyakitnya.
dijalaninya.
4. Agar
4. Berikan
dengan
pasien
mengerti
informasi yang
tentang
benar tentang
penyakitnya dan
prosedur yang
tidak cemas lagi
akan
dijalani
pasien.
C. Satuan Acara Penyuluhan Pokok Bahasan
: Dislokasi
Sub Pokok Bahasan
: Peningkatan Pengetahuan Dislokasi
Sasaran
: Pasien Dislokasi
Hari, Tanggal
: Sabtu, 16 Maret 2019
Pukul
: 13.00-13.30 WIB
Tempat
: Ruang A
I.
Tujuan 1.
Tujuan Umum Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan pasien dapat mengerti dan memahami dislokasi.
2.
Tujuan Khusus Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit diharapkan pasien dapat mengetahui tentang :
20
a. Definisi dislokasi b. Etiologi dislokasi c. Manifestasi klinis dislokasi d. Pencegahan dislokasi e. Penanganan dislokasi II. Metode Penyuluhan Ceramah, tanya jawab III. Media Leaflet IV. Kegiatan Penyuluhan NO
WAKTU
KEGIATAN PENYULUH
1.
3 menit
Pembukaan :
RESPON PESERTA
1. Salam
1. Membalas salam
2. Perkenalan
2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan
3. Memperhatikan
4. Kontrak waktu
4. Memberikan
5. Menggali
pengetahuan
peserta
respon 5. Memberikan respon
2.
20 menit
Inti : 1. Menjelaskan
materi
secara 1. Menyimak
detail mengenai : a. Definisi dislokasi
a. Menyimak
b. Etiologi dislokasi
b. Menyimak
c. Manifestasi klinis dislokasi
c. Menyimak
d. Pencegahan dislokasi
d. Menyimak
e. Penanganan dislokasi
e. Menyimak
2. Sesi Tanya jawab 3.
5 menit
Evaluasi materi :
2. Bertanya
21
Memberikan 5 pertanyaan yang Menjawab berkaitan dengan materi 4.
2 menit
Penutup : 1. Salam penutup
V.
pertanyaan
1. Menjawab salam
Evaluasi 1. Evaluasi Sumatif : pasien mampu mengetahui dan memahami dislokasi
2. Evaluasi Formatif : pasien dan keluarga mampu menjelaskan : a. Definisi dislokasi b. Etiologi dislokasi c. Manifestasi klinis dislokasi d. Pencegahan dislokasi e. Penanganan dislokasi
D. Jurnal “Upaya Meningkatkan Efektifitas Pola Napas Pada Pasien Fraktur Dislokasi Servikal Di Rsop Surakarta”
22
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.
B. Saran Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Dan penulis juga berharap dapat menerima saran dan kritik dari para pembaca yang dapat membangun untuk kesempurnaan makalah ini selanjutnya.
23
DAFTAR PUSTAKA Aston, J N. 1999. Kapita Selekta Traumatologik dan Ortopedik. Jakarta : EGC. Betz, Cecily l. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3. Jakarta: EGC Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20122014.. Jakarta : EGC