BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Anak-anak sangat rentan terhadap penyakit dan hospitalisasi (Wong, 2014).
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah (Supratini, 2014). Hal tersebut menurut Aziz (2016) dikarenakan anak memiliki ketahanan fisik yang lebih rentan, dibandingkan orang dewasa yang memiliki ketahanan fisik lebih baik. Selama hospitalisasi anak memiliki stresor yang menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak (Wong, 2014). Stresor utama dari hospitalisasi pada anak antara lain adalah perpisahan, kehilangan kendali,cedera tubuh, dan nyeri (Wong, 2014). Cummings (1996 dikutip dari James, Ghai,sharma, 2012) menyatakan selama masa hospitalisasi anak selalu memiliki pengalaman tidak terduga dan menjalani prosedur yang menyebabkan anak merasa nyeri. Prosedur invasif baik yang menimbulkan nyeri atau tidak, merupakan ancaman bagi anak prasekolah yang konsep integritas tubuhnya belum berkembang baik (Wong, 2014). Anak akan bereaksi terhadap rasa nyeri dengan menyeringai wajah, menangis, mengatupkan gigi, mengigit bibir, membuka mata dengan lebar, atau melakukan tindakan agresif seperti menggigit, menendang, memukul, atau berlari keluar (Nursalam dkk, 2015). Prosedur invasif yang didapatkan oleh anak yang menjalani hospitalisasi yaitu pungsi vena (pungsi vena jugularis, pungsivena femoralis, dan pungsi vena eksremitas), pungsi lumbal, injeksi, dan pemasangan infus (Wong, 2014). Pungsi pengambilan sampel darah dan pemasangan infus intravena (IV) merupakan bagian dari prosedur yang rutin dilakukan saat seseorang menjalani perawatan di rumah sakit (Zemsky, 2018). Prosedur terapi melalui jalur intravena tersebut menimbulkan kondisi nyeri akut bagi anak (Sulistiyani, 2015). Nyeri akut merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul akibat kerusakan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam kondisi akibat kerusakan yang tiba – tiba atau lambat dengan berbagai tingkatan baik sedang hingga tinggi dengan diantisipasi atau diprediksi serta waktunya kurang dari 6 bulan (NANDA, 2012).
Distraksi merupakan metode untuk mengalihkan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik distraksi menonton kartun animasi terhadap skala nyeri pada pasien saat pemberian injeksi obat intravena di Ruang perawatan Mas Alit RSUD Blambangan Banyuwangi.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh teknik distraksi menonton kartun animasi terhadap skala nyeri pada pasien saat pemberian injeksi obat intravena di Ruang perawatan Mas Alit RSUD Blambangan Banyuwangi. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi sebelum diberikan teknik distraksi menonton kartun animasi terhadap skala nyeri pada pasien saat pemberian injeksi obat intravena di Ruang perawatan Mas Alit RSUD Blambangan Banyuwangi. 2. Mengidentifikasi setelah diberikan teknik distraksi menonton kartun animasi terhadap skala nyeri pada pasien saat pemberian injeksi obat intravena di Ruang perawatan Mas Alit RSUD Blambangan Banyuwangi. 3. Menganalisis Pengaruh Teknik distraksi menonton kartun animasi terhadap skala nyeri pada pasien saat pemberian injeksi obat intravena di Ruang perawatan Mas Alit RSUD Blambangan Banyuwangi.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Pemberian cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh ke
dalam pembuluh vena untuk memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan elektrolit, darah, maupun nutrisi (Perry & Potter, 2016). Pemberian cairan intravena disesuaikan dengan kondisi kehilangan cairan pada klien, seberapa besar cairan tubuh yang hilang. Pemberian cairan intravena merupakan salah satu tindakan invasif yang dilakukan oleh perawat. Memberikan obat adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut (oral) dan dengan injeksi sesuai dengan program pengobatan dari dokter. 2.2
Jenis pemberian obat a.
Oral Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter.
b.
Pemberian obat secara parenteral Pemberian obat secara parenteral merupakan pemberian obat melalui injeksi atau infuse. Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan melalui beberapa rute pemberian, yaitu Intra Vena (IV), Intra Spinal (IS), Intra Muskular (IM), Subcutaneus (SC), dan Intra Cutaneus (IC). Obat yang diberikan secara parenteral akan di absorbs lebih banyak dan bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan obat yang diberikan secara topical atau oral. Perlu juga diketahui bahwa pemberian obat parenteral dapat menyebabkan resiko infeksi. Resiko infeksi dapat terjadi bila perawat tidak memperhatikan dan melakukan tekhnik aseptic dan antiseptic pada saat pemberian obat. Karena pada pemberian obat parenteral, obat diinjeksikan melalui kulit menembus system pertahanan kulit. Komplikasi yang sering terjadi adalah bila pH osmolalitas dan kepekatan cairan obat yang diinjeksikan tidak sesuai dengan tempat penusukan sehingga dapat mengakibatkan kerusakan jaringan sekitar tempat injeksi.
Pada umumnya pemberian obat secara parenteral di bagi menjadi 4, yaitu : a.
Pemberian Obat Via Jaringan Intra Kutan.
1) Pengertian Intra Kutan Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit. Intra kutan biasanya di gunakan untuk mengetahui sensivitas tubuh terhadap obat yang disuntikkan. 2) Tujuan Pemberian obat intra kutan bertujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral. 3) Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : a) Tempat injeksi b) Jenis spuit dan jarum yang digunakan c) Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi d) Kondisi atau penyakit klien e) Pasien yang benar f) Obat yang benar g) Dosis yang benar h) Cara atau rute pemberian obat yang benar i) Waktu yang benar 4) Indikasi dan Kontra Indikasi a) Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas. b) Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit
5) Alat dan Bahan a) Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat. b) Obat dalam tempatnya c) Spuit 1 cc/spuit insulin d) Cairan pelarut e) Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit) f) Bengkok g) Perlak dan alasnya. 6) Prosedur Kerja a) Cuci tangan b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien c) Bebaskan daerha yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang terbuka dan keatasan d) Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik e) Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquades. Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksi atau steril. f) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan. g) Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik. h) Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat di permukaan kulit. i) Suntikkkan sampai terjadi gelembung. j) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase. k) Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal dan jenis obat. l) Daerah Penyuntikan : - Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD. - Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus deltoideus.
b.
Pemberian Obat Via Jaringan Subkutan.
1) Pengertian Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan di bawah kulit yang dapat dilakukan pada daerah lengan bagian atas sebelah luar atau sepertiga bagian dairi bahu, paha sebelah luar, daerah dada dan sekitar umbilicus (abdomen). 2) Tujuan Pemberian obat melalui jaringan sub kutan ini pada umumnya dilakukan dengan program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat 2 tipe larutan yaitu jernih dan keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe lambat. 3) Hal-hal yang perlu diperhatikan a) Tempat injeksi b) Jenis spuit dan jarum suntik yang akan digunakan c) Infeksi nyang mungkin terjadi selama injeksi d) Kondisi atau penyakit klien e) Apakah pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat f) Obat yang akan diberikan harus benar g) Dosisb yang akan diberikan harus benar h) Cara atau rute pemberian yang benar i) Waktu yang tepat dan benar 4) Indikasi dan kontra indikasi a) Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama, karena tidak memungkinkan diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya, obat dosis kecil yang larut dalam air. b) Kontra indikasi : obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak larut dalam air atau minyak.
5) Alat dan bahan a) Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat b) Obat dalam tempatnya c) Spuit insulin d) Kapas alcohol dalam tempatnya e) Cairan pelarut f) Bak injeksi g) Bengkok perlak dan alasnya 6) Prosedur kerja a) Cuci tangan b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan c) Bebaskan daerah yang akan disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apabila menggunakan pakaian, maka buka pakaian dan di keataskan. d) Ambil obat dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan. Setelah itu tempatkan pada bak injeksi. e) Desinfeksi dengan kapas alcohol. f) Regangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan). g) Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat dari permukaan kulit. h) Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah, suntikkan secara perlahan-lahan hingga habis. i) Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai masukkan ke dalam bengkok. j) Catat hasil pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis serta dosis obat. k) Cuci tangan. l) Daerah Penyuntikan : - Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah 1/3 bagian dari Spina Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor (os coxygeus) - Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris) - Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)
c.
Pemberian Obat Via Intra Vena Pemberian Obat Via Jaringan Intra Vena langsung
1) Pengertian Cara memberikan obat pada vena secara langsung. Diantaranya vena mediana kubiti/vena cephalika (lengan), vena sephanous (tungkai), vena jugularis (leher), vena frontalis/temporalis (kepala). 2) Tujuan Pemberian obat intra vena secara langsung bertujuan agar obat dapat bereaksi langsung dan masuk ke dalam pembuluh darah. 3) Hal-hal yang diperhatikan a) Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai 70 detik lamanya. b) Tempat injeksi harus tepat kena pada daerha vena. c) Jenis spuit dan jarum yang digunakan. d) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi. e) Kondisi atau penyakit klien. f) Obat yang baik dan benar. g) Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar. h) Dosis yang diberikan harus tepat. i) Cara atau rute pe harus benar.mberian obat melalui injeksi 4) Indikasi dan kontra indikasi a) Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril. b) kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
5) Alat dan bahan a) Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat. b) Obat dalam tempatnya. c) Spuit sesuai dengan jenis ukuran d) Kapas alcohol dalam tempatnya. e) Cairan pelarut (aquades). f) Bak injeksi. g) Bengkok. h) Perlak dan alasnya. i) Karen pembendung. 6) Prosedur kerja a) cuci tangan. b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. c) Bebaskan daerah yang akan disuntik dengan cara membebaskan pakaian pada daerah penyuntikan, apabila tertutup, buka dan ke ataskan. d) Ambil obat pada tempatnya sesuai dosi yang telah ditentukan. Apabila obat dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan aquades steril. e) Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan injeksi. f) Tempatkan obat yang telah di ambil ke dalam bak injeksi. g) Desinfeksi dengan kapas alcohol. h) Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas daerah yang akan dilakukakn pemberian obat atau minta bantuan untuk membendung daerah yang akan dilakukan penyuntikan dan lakukan penekanan. i) Ambil spuit yang berisi obat. j) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah. k) Lakukan aspirasi, bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan hingga habis. l) Setelah selesai ambil spuit dengan menarik secara perlahan-lahan dan lakukan masase pada daerah penusukan dengan kapas alcohol, spuit yang telah digunakan di masukkan ke dalam bengkok. m) Catat hasil pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
n) Cuci tangan. Pemberian Obat Via Jaringan Intra Vena tidak langsung 1) Pengertian Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intra vena. 2) Tujuan Pemberian obat
intra
vena secara tidak
langsung bertujuan
untuk
meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik dalam darah. 3) Hal-hal yang perlu diperhatikan a) Injeksi intra vena secara tidak langsung hanya dengan memasukkan cairan obat ke dalam botol infuse yang telah di pasang sebelumnya dengan hatihati. b) Jenis spuit dan jarum yang digunakan. c) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi. d) Obat yang baik dan benar. e) Pasien yang akan di berikan injeksi tidak langsung adalah pasien yang tepat dan benar. f) Dosis yang diberikan harus tepat. Tidak langsung harus tepat dan benar. g) Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi 4) Indikasi dan kontra indikasi a) Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril. b) Kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
5) Alat dan bahan a) Spuit dan jarum sesuai ukuran b) Obat dalam tempatnya. c) Wadah cairan (kantung/botol). d) Kapas alcohol dalam tempatnya.. 6) Prosedur kerja a) Cuci tangan. b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. c) Periksa identitas pasien dan ambil obat dan masukkan ke dalam spuit. d) Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantung. Alangkah baiknya penyuntikan pada kantung infuse ini dilakukan pada bagian atas kantung/botol infuse. e) Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol pada kantung/botol dan kunci aliran infuse. f) Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat secara perlahan-lahan ke dalam kantong/botol infuse/cairan. g) Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantung cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung yang lain. h) Ganti wadah atau botol infuse dengan cairan yang sudah di injeksikan obat di dalamnya. Kemudian gantungkan pada tiang infuse. i) Periksa kecepatan infuse. j) Cuci tangan. k) Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu dan dosis pemberian. l) Daerah Penyuntikan : -
Pada Lengan (v. mediana cubiti / v. cephalika)
-
Pada Tungkai (v. Spahenous)
-
Pada Leher (v. Jugularis)
-
Pada Kepala (v. Frontalis atau v. Temporalis) khusus pada anak – anak
d.
Pemberian Obat Via Intramuskular
1) Pengertian Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat dilakukan pada daerah paha (vastus lateralis) dengan posisi ventrogluteal (posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid). 2) Tujuan Agar obat di absorbs tubuh dengan cepat. 3) Hal-hal yang perlu diperhatikan a) Tempat injeksi. b) Jenis spuit dan jarum yang digunak c) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi. d) Kondisi atau penyakit klien. e) Obat yang tepat dan benar. f) Dosis yang diberikan harus tepat. g) Pasien yang tepat. h) Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar. 4) Indikasi dan kontra indikasi a) Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya. b) Kontra indikasi : Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saraf besar di bawahnya. 5) Alat dan bahan a) Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat. b) Obat dalam tempatnya. c) Spuit da jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk dewasa panjangnya 2,53 cm, untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm.
d) Kapas alcohol dalam tempatnya. e) Cairan pelarut. f) Bak injeksi. g) Bengkok. 6) Prosedur kerja a) Cuci tangan. b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. c) Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu letakkan dalam bak injeksi. d) Periksa tempat yang akan di lakukan penyuntikan (perhatikan lokasi penyuntikan). e) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi. f) Lakukan penyuntikan : - Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara, anjurkan pasien untuk berbaring
telentang
dengan
lutut
sedikit
fleksi.
Pada ventrogluteal dengan cara, anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi. Cara, anjurkan pasien untuk tengkurap. - Pada daerah dorsogluteal dengan dengan lutut di putar kea rah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan diletakkan di depan tungkai bawah. - Pada daerah deltoid (lengan atas) dilakukan dengan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi. g) Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus. h) Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit, bila tidak ada darah yang tertarik dalam spuit, maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara perlahan-lahan hingga habis. i) Setelah selesai, tarik spuit dan tekan sambuil di masase daerah penyuntikan dengan kapas alcohol, kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan dalam bengkok. j) Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian. k) Cuci tangan
l) Daerah Penyuntikan : - Bagian lateral bokong (vastus lateralis) - Butoks (bagian lateral gluteus maksimus) - Lengan atas (deltpid) N
Diagnosa
NOC
NIC
Ansietas
Tujuan :
Teknik
berhubungan
Setelah
o 1.
dilakukan
dengan ancaman keperawatan
2
pada status terkini
pasien
kecemasan
Menenangkan
asuhan (5880)
x
24
jam Aktivitas :
kembali Pertahankan sikap yang
normal kriteria hasil :
tenang dan hati-hati
Tingkat rasa takut 1210
Berada disisi klien
Kode
Indikator
S
ST
pada bayi dan anak
A 12100 Tidak 5
3
Peluk dan beri keamanan
Bicara
5
dengan
lembut
dapat
atau bernyanyi pada bayi
beristaraha
atau anak
t
Usap
dahi
klien
jika
diperlukan 2.
Nyeri
akut Tujuan :
berhubungan dengan cidera fisik
Setelah
Manajemen Nyeri (1400) dilakukan
tindakan Aktifitas
agens keperawatan selama 2x 24 jam Lakukan pengkajian nyeri Pasien tidak mengalami nyeri, secara komprehensif dengan kriteria hasil:
Gunakan
Kontrol Nyeri (1605)
terapeutik
Kode
Indikator
160502 Mengenali
strategi
S
S
Bantu
A
T
mencari dan menyediakan
3
5
kapan nyeri
keluarga
dalam
dukungan Ajarkan
teknik
nonfarmakolohi
untuk
pengurangan nyeri
terjadi
Dukung istrahat atau tidur 160503 Mengguna
3
5
yang
adekuat
membantu
untuk
menurunkan
kan
nyeri
tindakan pencegaha n
Konsep Dorothea Orem Pengertian Orem mengajukan 3 (tiga) teori yang saling berhubungan dan banyak digunakan. Pusat dari ketiga teori tersebut adalah bahwa fungsi manusia dan pemeliharaan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan dengan merawat untuk hal – hal tersebut. Teori pertama “defisit perawatan diri,” merupakan yang paling komprehensif dan inti dari idenya. Hal ini merupakan gambaran konseptual penerima perawatan sebagai manusia yang tidak mampu melakukan perawatan diri secara kontinyu dan independen dikarenakan hal – hal yang terkait dengan kesehatan atau keterbatasan (Orem, 1985, hlm. 34). Teori kedua, “teori perawatan diri” berdasar pada ide sentral bahwa suatu hubungan muncul antara tindakan perawatan diri yang dipertimbangkan serta perkembangan dan fungsi individu dan kelompok. Teori ketiga, “teori sistem keperawatan” yang menggambarkan kebutuhan perawatan diri terapeutik dan tindakan – tindakan serta sistem – sistem yang terlibat dalam perawatan diri dalam konteks hubungan interpersonal dan yang dibangun dalam diri manusia dengan defisit perawatan diri (Orem dan Taylor, 1986, hlm. 44). Fokus dalam ketiga teori ini adalah perawatan diri yang didefinisikan sebagai “praktik atau aktivitas individu memulai dan menunjukkan keperluan mereka sendiri dalam memelihara hidup, kesehatan, dan kesejahteraan” (Orem, 1985, hlm. 84). Perawatan diri tidak terbatas pada seseorang yang memberikan perawatan untuk dirinya sendiri; hal ini termasuk perawatan yang ditawarkan oleh orang lain untuk keperluan orang lain. Perawatan mungkin ditawarkan oleh anggota keluarga atau orang lain hingga orang tersebut mampu untuk melakukan perawatan diri. Perawatan diri mempunyai tujuan dan berperan terhadapintegritas struktural, fungsi, dan perkembangan manusia (Orem, 1985, hlm. 86). Tujuan yang ingin dicapai adalah keperluan universal, perkembangan, dan perawatan kesehatan akibat penyimpangan kesehatan.
Manusia dan Klien Keperawatan Manusia mempunyai kemampuan memberikan perawatan diri mereka sendiri atau perawatan untuk orang lain yang ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri universal, perkembangan, dan penyimpangan kesehatan. Kemampuan ini dipelajari dan diingat. Kemampuan perawatan diri dipengaruhi oleh usia, status perkembangan, pengalaman, dan latar belakang sosiokultural juga variabel lainnya. Defisit perawatan diri adalah untuk menyeimbangkan antara kebutuhan perawatan diri dan kemampuan perawatan diri serta merupakan indikasi dari suatu status ketergantungan sosial. Perawatan diri atau perawatan ketergantungan diperantarai oleh usia, tahap perkembangan, pengalamanhidup, orientasisosiokultural, kesehatan, dansumber-sumber yang tersedia.
Terapi Keperawatan Perawatan diri terapeutik meliputi tindakan – tindakan perawat, pasien, dan orang lain yang mengatur kemampuan perawatan diri dan memenuhi kebutuhan perawatan diri. Perawat mengkaji kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri mereka dan potensi hambatan untuk melakukan perawatan diri mereka. Perawat terlibat dalam memilih proses yang valid dan reliable atau teknologi atau tindakan untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri. Komponen perawatan diri terapeutik adalah kompensasi keseluruhan, kompensasi sebagian, dan suportif – edukatif. Berdasar Orem (1985) dan Orem dan Taylor (1986). AplikasiTeori Menurut Orem (2001), perawatan merupakan fokus khusus pada manusia yang membedakan keperawatan dari pelayanan masyarakat lainnya. Dari sudut pandang ini, peran keperawatan dalam masyarakat untuk memampukan individu dalam mengembangkan dan melatih kemampuan perawatan diri mereka agar mereka dapat memenuhi kebutuhan perawatan yang berkualitas dan memadahi pada diri mereka sendiri. Menurut teori ini, individu yang mempunyai kebutuhan perawatan diri melebihi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut disebut defisit perawatan diri dan mengindikasikan bahwa orang tersebut
membutuhkan keperawatan. Oleh karena itu, Orem menjelaskan mengapa keperawatan diperlukan. Praktik keperawatan berbasis Orem telah dikembangkan dalam perawatan pasien berbagai usia dengan segala jenis kebutuhan perawatan diri penyimpangan kesehatan dan kebutuhan perkembangan (Parker, 2006). Misalnya untuk pasien anak, Hass (1990, dalam Parker, 2006) menyatakan bahwa kegunaan Teori Defisit Perawatan Diri Orem sebagai basis praktik keperawatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perawatan anak dengan masalah kesehatan kronis.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DAN ANALISA JURNAL
3.1
Asuhan Keperawatan Biodata Tanggal/ jam MRS
: Senin, 23 oktober 2017/ 20.30 wib
Ruang
: Mas Alit
No. Register
: 2929xx
Diagnosa Medis
: Kejang demam komplikata
Tgl/ jam pengkajian
: Kamis, 10 Januari 2019 /
1. IDENTITAS ANAK DAN KELUARGA a.
b.
Identitas Anak Nama/Inisial
: An.N
Tempat/tgl lahir
: lumajang, 20 oktober 2014
Usia
: 4 tahun…..........….bulan
Jenis Kelamin
: Perempuan
Anak ke /dari
:( 1 )/(
Alamat
: Jatimulyo RT 29 Kunir
Tanggal Pengkajian
: selasa, 24 oktober 2017/ 09.00 wib
Diagnosa Medik
: kejang demaam komplikata
1 bersaudara)
Identitas Keluarga ( Penanggung jawab ) Nama Ayah/Ibu
:Ny.M / …..………………
Usia Ayah/Ibu
:………tahun/ 19 tahun
PendidikanAyah/Ibu
:…………/ SD
PekerjaanAyah/Ibu
:………………………/Ibu Rumah Tangga
Agama Ayah/Ibu
: Islam
Sukubangsa Ayah/Ibu
:…………………./ Madura-Jawa
KELUHAN UTAMA Panas sejak 2 hari yang lalu dan diare 5x RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI Panas sejak 2 hari yang lalu, dengan diare 5x cair D. RIWAYATKESEHATANMASALALU 1. Medis
:( )Hepatitis,( )Astma, ( )HIV/AIDS
Lain-lain
: Kejang Demam
Waktuhospitalisasi 15 oktober 2017 2. Pembedahan
:jenis - waktu -
3. Alergi
: tidak ada
4. RiwayatReproduksi Ibu a)
PreNatal
Usiaibusaathamil
:19 tahun
UsiaGestasi
: 39 minggu
GPA
:G.1.P.1.A.0
FrekuensiANC Keluhansaathamil
: 1 kali : Tidak ada
Jamu /Obatyangdigunakan
:Tidak pernah
Kebiasaanselamahamil Makan b)
IntraNatal
Jenispersalinan
: Normal(√ ),SC( ),V/F( )
Indikasitindakanpartus
:tidak pernah
Tempatpersalinan
:RS/Rumahbersalin(√ ),Rumah( )
Penolongpersalinan
:Bidan(√ ), DokterOB( ),Paraji( )
PenyulitPersalinan
:ada( )/tidkada(√ )………………
c)
PostNatal
APGARScore
: 7 (menit1)/ 10 (menitkelima)
PBdanBB
:41,5cm / 2,5gram
LK danLD
: - cm / - cm
Mekoniumdalam24jam
:ya(√ )/tidak( )
Urinasidalam24jam
:ya( √ )/tidak(
)
LamapemberianASI Ekslusif : 26 bulan UsiadiberikanPMT
: 36 bulan
Masalahpadabayi
:………………………………...…………
E. RIWAYATKELUARGA :ya(√ )/tidak( )
Keluargamemilikipenyakityangsama Penyakityangditurunkan
:Ada( )/Tidakada( √ )
Jenis penyakit(bilaada)
:-
Genogram(3generasi)
:
F. KONSERVASI ENERGI 1. Nutrisi a)
Makan
Jenismakanan
:Bubur
Frekuensimakan Porsimakan
: 3x sehari :1/2 porsi
Makananyangdisukai/tdkdisukai Alergimakanan b)
:tdk suka makanan asin / suka makanan manis
:tidak ada
Minum
Jenisminuman
: air putih
Jumlahasupanminum : 240 ml Minumamyangdisukai/tdkdisukai : suka susu c)
BB/TB
: 10 gram/ 102 cm
d)
LILA
:13 cm
e)
Kulit
Warna
:sawo matang
Tekstur
:kasar
f)
Mulutdan Faring
Mukosabibir
:kering
Warna
:.pucat
KariesGigi
:ada
Pergerakanlidah
:baik
Tespengecapan
: baik
Reflekmenelan/menghisap: baik Reflekgag g)
:baik
Rambut
Warna
:hitam kepirangan
Distribusi
:tidak merata
Tekstur
:kasar
Kebersihankulitkepala: kusam, kotor 2. Eliminasi a)
BAK
1)Frekuensi/jumlah
:6x
2)Warna
:kuning
3)KeluhansaatBAK
: tidak ada
4)Penggunaanalatbantu: tidak ada b)
BAB
1)Frekwensi
:6 x
2)Warna
:bening
3)Konsistensi
:cair
4)KeluhansaatBAB
: nyeri perut
5)Penggunaanobat-obatan : tidak ada c)
AnoGenitalia
1)Genitaliawanita (a) Kebersihan
: bersih
(b) Edema
: tidak ada
(c) Rabas
:tidak ada
(d) Labiamayoradan minora:tidak kotor/ ada (e) Lubanganus
:ada
3. IstirahatdanTidur Frewensitidursiang
:3-4 jam
Frekuensitidurmalam :.5-6 jam Kualitastidur
:.kurang nyenyak
Kebiasaansebelumtidur
: ditepuk tepuk pantatnya
Keluhansaattidur
: ramai
4.
Aktifitasbermain,olahragadanrekreasi
Frekuensibermain/rekreasi
: sering
Jenisbermain
:boneka
Keluhansaataktivitasbermain: kecapekan 5.Kebersihandiri Frekuensimandi
: Seko
Dibantu/mandiri
:dibantu( √ ),mandiri ( )
Frekuensikeramas
:tidak ada
Dibantu/mandiri
:dibantu( ),mandiri ( )
Memilihpakaiansendiri
: iya
Dibantu/mandiri
:dibantu( √ ),mandiri ( )
Kebersihankuku
:kotor, kuku panjang
Kebersihanpakaian
:bersih,
rapi
G. KONSERVASIINTEGRITASSTRUKTURAL 1. Pertahanantubuh a)
Imunisasi
:Lengkap( ),tidaklengkap( )
No
JenisImunisasi
WaktuPemberian
1.
BGC
2.
HepatitisB1,2,3
3.
DPT1,2,3
1
4.
Polio1,2,3,4
2
5.
Campak
1
1
b) Strukturfisik 1) PenampilanUmum (a) TingkatKesadaran
:cm(√),somnolen( ),Sopor ( ), Koma( )
(b) Postur tubuh
:simetris
2) PengukuranAntropometri (a) LD
:53cm
(b) LK
:37cm
3) PengkajianTanda-tandavital (a) Tekanandarah
: - mmHg
(b) Suhu
:38,1°C
(c) Nadi
:115/menit
(d) Respirasi
: 29 / menit
4) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Kepala (Lingkari salah satu sesuai dengan kondisi yang ditemukan pada klien): Inspeksi
Bentuk Kepala : Bulat Ukuran Kepala
: normocephali
Kondisi Kepala
: Simetris
Kulit Kepala : Tidak ada luka, bersih,tidak berbau Rambut
:
Penyebaran/ Pertumbuhan Rambut
: Rata
Keadaan Rambut
: Kusam
Warna Rambut
: Hitam/ Merah/ Beruban/ Menggunakan
Cat Rambut Bau Rambut
: Berbau/ Tidak
Wajah Warna Kulit Wajah
: Pucat/ Kemerahan/ Kebiruan
Struktur Wajah
: Simetris/ Tidak
Sembab
: Ada/ Tidak
Palpasi Ubun-Ubun
: Datar/ Cekung/ Cembung
Benjolan
: Ada/ Tidak
Pemeriksaan Mata Inspeksi dan Palpasi Kesimetrisan
: Simetris/ tidak
Protesa mata
: Ya/tidak
Palpebra: Edema
: Ada/ Tidak
Lesi
: Ada/ Tidak
Benjolan
: Ada/ Tidak
Ptosis
: Ada/ Tidak
Bulu Mata
: Rontok/ Tidak, Kotor/ Bersih
Konjungtiva
: Pucat/ Merah/ Hiperemis, Edema/ Tidak
Sclera
: Putih/ Kuning
Pupil: Refleks Cahaya
: Baik/ Tidak
Respon
: Miosis/ Midreasis
Ukuran
: Isokor/ Anisokor
Kornea dan Iris Peradangan
: Ada/ Tidak
Gerakan Bola Mata
: Normal/ Tidak
Tes Ketajaman Penglihatan Visus Kanan
: ……………………………………
Visus Kiri
: ……………………………………
Tekanan Bola Mata (Tonometer)
: ……………………………
Luas Lapang Pandang : Normal/ Abnormal Penggunaan alat bantu
:.……………………………………
Pemeriksaan Hidung Inspeksi Os Nasal & Septum Nasal
: Deviasi/ Normal
Orifisium Nasal
: (Ada Sekret/ Tidak Ada), (Ada Sumbatan/ Tidak Ada)
Selaput Lendir
: Kering/ Lembab/ Basah (Hipersekresi), (Ada Perdarahan/
Tidak Ada) Tes Penciuman
: Normal/ Abnormal
Pernapasan Cuping Hidung
: Ada/ Tidak
Palpasi Nasal
: (Bengkak/ Tidak),(Nyeri/ Tidak), (Krepitasi/ Tidak)
Pemeriksaan Telinga Inspeksi dan Palpasi Bentuk Telinga
: Simetris/ Tidak
Ukuran Telinga
: Lebar/ Sedang/ Kecil
Kelenturan Daun Telinga
: Lentur/tidak
Os Mastoid
: (Hiperemis/ Normal), (Nyeri/ Tidak), (Benjolan/ Tidak)
Inspeksi Lubang Telinga
: (Ada Serumen/ Tidak), (Ada Benda Asing/ Tidak),
(Ada Perdarahan/ Tidak), (Membran Timpani Utuh/ Pecah) Tes Pendengaran
: Normal/ Abnormal
Rinne s+/-,d +/Weber lateralisasi sd Swabach memanjang memendek Pemeriksaan Mulut dan Faring Inspeksi Bibir
: (Cyanosis/ Tidak), (Kering/ Basah), (Ada Luka/ Tidak),
(AdaLabioschiziz/ Tidak)
Gusi dan Gigi : (Normal/ Tidak), (Ada Sisa Makanan/ Tidak), (Ada Caries Gigi/Tidak.
Jika
ada
caries,
uraikan
secara
rinci
ukuran
dan
mulaikapanterjadinya)……………………………………… Ada
Karang
Gigi/
Tidak
(Jika
ada,
uraikan
banyaknya
dan
lokasinya)
……………………………………………………, Ada Perdarahan/ Tidak (Jika ada, jelaskan sumber perdarahan dan banyaknya) ………………………………………………, Ada Abses/ Tidak (Jika ada, uraikan sejak kapan, apa penyebabnya dan lokasinya) …………………………………… Lidah Warna
: Merah/ Putih, lainnya……………
Hygiene
: (Kotor/ Bersih), (Ada Bercak Putih/ Tidak)
Orofaring
: (Ada Bau Napas/ Tidak), ( Ada Peradangan/ Tidak),
(Adapalatoschiziz/ Tidak), (Ada Luka/
Tidak), (Uvula
Simetris/ Asimetris), (Ada
Peradangan Tonsil/ Tidak), (Ada Pembesaran Tonsil/ Tidak), (Selaput Lendir Kering/ Basah), (Ada Perubahan Suara/ Tidak), (Ada Dahak/ Tidak), (Ada Benda Asing/ Tidak) Tes Perasa
: Normal/ Abnormal
Pemeriksaan Leher Inspeksi dan Palpasi Posisi trachea : Deviasi/ Tidak Kelenjar Thyroid
: Ada Pembesaran/ Tidak
Kelenjar Limfe
: Ada Pembesaran/ Tidak
Vena Jugularis : Ada bendungan/ Tidak Denyut Carotis
: Adekuat/ Inadekuat
Pemeriksaan Integumen dan Kuku
Inspeksi dan Palpasi Warna Kulit
: Putih/ Hitam/ Cokelat, Kuning Langsat, Kuning Sawo
Matang, lainnya...................... Hygiene Kulit
: Bersih/ Kotor
Hygiene Kuku
: Bersih/ Kotor
Akral
: Hangat/ Dingin/ Panas
Kelembaban
: Lembab/ Kering/ Basah
Tekstur Kulit
: Halus/ Kasar
Turgor
: < 2 detik/ > 2 detik
Kuku
: Ada Clubbing of Finger/ Tidak Ada
Warna kuku
: Merah muda/ sianosis/ pucat
Capillary Refill Time : < 2 detik/ > 2 detik Kelainan Pada Kulit (sebutkan jika ada) : ………………………………………. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak Inspeksi Pembengkakan
: Ada/ Tidak
Kesimestrisan
: Simetris/tidak
Warna Payudaran & Aerola Mammae
: Normal/ Hiperpigmentasi
Retraksi Payudaran & Putting
: Ada/ Tidak
Lesi
: Ada/ Tidak
Pembengkakan Kelenjar Limfe di Aksila
: Ada/ Tidak
Palpasi Benjolan Nyeri
: Ada/ Tidak, lokasi:............................................... : Ada/ Tidak, lokasi:................................................
Secret yang Keluar
: Ada/ Tidak, Jenisnya: ..........................................
Pemeriksaan Thoraks Pemeriksaan Paru Inspeksi Bentuk thoraks
: Normal Chest/ Pigeon Chest/ Funnel Chest/ Barrel
Chets, Simetris/ Asimetris Pola Napas
: Reguler/ Irreguler
Retraksi Intercostae
: Ada/ Tidak
Retraksi Suprasternal : Ada/ Tidak Tanda-Tanda Dyspneu
: Ada/ Tidak (Jika ada,
sebutkan………………………………..) Batuk
: Produktif/ Kering/ Whooping/ Tidak Ada
Palpasi : (Tulis hasilnya) ……………………..
Fokal fremitus Perkusi Suara perkusi
: (Tulis hasilnya) ……………………………
Auskultasi Suara Auskultasi
: (Tulis hasilnya) ……………………………
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi Prekordium
Ictus Cordis:terlihat/tidak
Perkusi : (Tulis hasilnya) …………………………
Batas Jantung
Kesimpulan ukuran jantung : (Tulis hasilnya) ………………………… Auskultasi S1 dan SII
: tunggal/ganda
S III dan S IV
: ada/tidak
Pemeriksaan Abdomen Inspeksi Bentuk Abdomen
: Flat/ Cekung/ Cembung
Benjolan/ Massa
: Ada Benjolan/ Tidak (Jika ada, uraikan tentang bentuk
dan lokasinya) ………………………………………… Spider nervi
: Ada/ Tidak Ada
Auskultasi Bising Usus
: Abnormal
Palpasi Nyeri
: Ada/ Tidak Ada
Benjolan
: Ada/ Tidak Ada
Turgor Kulit
: ............................
Palpasi Hepar
:
Hasil
: Teraba/ Tidak Teraba (jika teraba, uraikan ukuran,
karakteristik permukaan dan pinggir hepar, konsistensi, adakah tekan)
nyeri .........................................................................................................................................
..................................................................... Kesimpulan
: Hepatomegali/ Tidak
Palpasi Lien: Hasil
: Teraba/ Tidak Teraba (jika teraba, uraikan ukuran menurut
garis Schuffner)........................................................................ Kesimpulan
: Splenomegali/ Tidak
Palpasi Acites Hasil
: Ada/ Tidak Ada
Palpasi Ginjal Hasil
: Teraba/ Tidak Teraba (jika teraba, uraikan karakteristiknya)
…………………………………………………………………… Kesimpulan
: Pembesaran Ginjal/ Tidak
Perkusi Bunyi Perkusi : Timpani/ Hipertimpani/ Dullness/ Pekak Perkusi Acites : Ada (Shifting Dullness)/ Tidak Ada Acites Perkusi ginjal : nyeri/tidak
Pemeriksaan Kelamin dan Sekitar Klien Laki-Laki Inspeksi Distribusirambut Pubis
: Merata/ Tidak Merata
Hygiene Mons Pubis : Bersih/ Kotor Kulit Penis dan Skrotum
: (Ada Lecet/ Tidak), (Ada Pembengkakan/
Tidak, Ada), (Benjolan/ Tidak), (phimosis/tidak), (paraphimosis/tidak) Meatus Urethra
: (berlubang/ Tidak), (Ada Sekresi Cairan/ Tidak)
(hipospadia/epispadia/norma), (jika ada, sebutkan jenisnya............................) Palpasi Penis Skrotum
: (Ada Benjolan/ Tidak) : Ada Benjolan/ Tidak
Testis
: nyeri/ Tidak,
Jumlah testis
: 1 atau 2
Inguinalis
: Ada benjolan/ Tidak
Denyut Femoralis
: Teraba/ Tidak
Klien Perempuan Inspeksi Distribusirambut Pubis
: Merata/ Tidak Merata
Hygiene Pubis
: Bersih/ Kotor
Kulit Sekitar Pubis
: (Ada Lesi/ Tidak), (Ada Erithema/ Tidak), (Ada Fluor Albus/
Tidak), (Ada Bisul/ Tidak) Labia Mayora dan Minora
: Ada Lecet/ Tidak, Ada Peradangan/ Tidak
Klitoris
: Ada Lesi/ Tidak
Meatus Urethra
: berlubang/ Tidak, Ada Sekresi Cairan/ Tidak
Rabas vagina
: ada/tidak
Palpasi Daerah Inguinal
: Ada Benjolan/ Tidak
Denyut Femoralis
: Teraba/ Tidak Teraba
Pemeriksaan Anus Inspeksi
Lubang Anus
: Ada/ Tidak Ada
Perdarahan
: Ada/ Tidak
Haemorhoid
: Ada/ Tidak
Tumor
: Ada/ Tidak
Polip
: Ada/ Tidak
Fissura Ani
: Ada/ Tidak
Fistel
: Ada/ Tidak
Perineum
: Ada Jahitan/ Tidak, Ada Luka/ Tidak, Ada
Benjolan/ Tidak, Ada Pembengkakan/ Tidak Palpasi Nyeri Tekan
: Ada/ Tidak
Kontraksi Sfingter
: Adekuat/ Inadekuat
Rectal touche
: BPH/tidak
Pemeriksaan Muskuloskeletal Inspeksi Bentuk Vertebrae
: Normal/ Skoliosis/ Lordosis/ Kifosis/
Kifoskoliosis Kesimetrisan Tulang
: Simetris/ Asimetris
Pergerakan Otot Tidak Disadari ROM Simetrisitas Otot
: Ada/ tidak
: Aktif/ pasif : simetris
Palpasi Edema Ekstremitas
: Ada/ Tidak (lokasi jika ada)
Kategori Edema (jika ada)
: (Tulis hasilnya) …………………………
Kekuatan Otot
:
KONSERVASI INTEGRITAS PERSONAL Temperamen
: ceria
Respon
: Tenang
Menyatakan keinginan
: mampu
Mengatasi masalah
: Belum mampu
Kemampuan menyelesaikan tugas : Cepat Keyakinan untuk sembuh : Yakin Riwayat Perkembangan Kemampuan dan bergaul : Mudah Kemampuan motorik halus : Baik Kemampuan motorik kasar : baik Kemampuan bahasa/kognitif : baik
KONSERVASI INTEGRITAS SOSIAL Yang mengasuh
: Ibu
Hubungan dengan anggota keluarga : baik Hubungan dengan saudara kandung : baik Hubungan dengan teman
: baik
Dukungan keluarga
: ada
Dukungan teman
: ada
5
5
5
5
Kebiasaan beribadah
: jarang
Pengambilan kepuitusan
: dibantu
Lingkungan rumah
: baik
Lumajang,
2018
Pemeriksa
(
)
PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium No Jenis periksa
Hasil
Normal
1.
Hemoglobin
11,7
P: 13,0 – 18,0 , L : 14,0 – 18,0
2.
Leukosit
6,700
3500 – 10.000
3.
Eritrosit
4,58
L: 4,5-6,5 , P: 3,0 – 6,0 jt
4.
Laju endap darah
-
L : 0-5 - , P: 0-7
5.
Hematokrit
34
L : 40-54% , P: 35 – 47 %
6.
Trombosit
283.000
150.000 – 450.000
7.
SGOT
69
Up to 37
8.
SGPT
54
Up to 54
Foto Rongen/USG/ECG/dll
PENATALAKSANAAN DAN TERAPI Infus D5 ½ NS (1000 cc/24 jam) Inj. Antrain 3x150 mg Inj. Cinam 3x300 gr Inj. Diazepam 3 mg
ANALISA DATA NO
PENGELOMPOKAN DATA
PENYEBAB
MASALAH
1.
Ds
:
ibu
keluarga
pasien Infeksi
Hipertermi (00007)
mengatakan An. N panas sejak 2 hari (demam tinggi)
Reaksi Inflamasi
Do : S : 38,1°C N : 115x/menit
Hipotalamus
RR : 29x/menit Turgor kulit > 2 detik
Peningkatan
Mukosa bibir kering
tubuh
Bibir pucat BB : 10 kg
Hipertermi
suhu
DIAGNOSA KEPERAWATAN NO
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Hipertermi berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan S : 38,1°C N : 115x/menit RR : 29x/menit Turgor kulit > 2 detik Mukosa bibir kering Bibir pucat
2.
3.
4.
Dst.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG BOUGENVILLE/ANAK
Nama : An. N
No.RM
: 2929xx
Umur :
Tanggal dirawat
: 23 Oktober 2017
PERENCANAAN NO
DIAGNOSA
Hipertermi
Tanda
NOC berhubungan Setelah
NIC dilakukan
asuhan
keperawatan Manajemen Kejang (2680) aktivitas:
dengan inflamasi
selama 2x24 jam. Hipertermi berkurang Catat lama kejang
Ditandai dengan :
dengan kriteria hasil :
Longgarkan pakaian
S : 38,1°C
Termoregulasi (0800)
Catat karakteristik kejang
N : 115x/menit RR : 29x/menit Turgor kulit > 2 detik Mukosa bibir kering Bibir pucat
Kode
Indikator
080001 Peningkatan
SA ST suhu 3
5
3
5
Berikan obat anti kejang dengan benar
tubuh 080014 Dehidrasi Keterangan :
Manajemen demam (3740) aktivitas : Monitor TTV
Tangan Perawat
BB : 10 kg
1: Berat (40°C)
Tingkatkan sirkulasi udara
2 : Cukup berat (39°C)
Ajarkan keluarga kompres hangat/tepid
3 : Sedang (38°C)
water sponge
4 : Ringan (37°C)
Kolaborasi dengan dokter pemberian
5 : Tidak ada
obat antipiretik
EVALUASI KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG BOUGENVILLE/ANAK Nama : An. N
No.RM
: 2929xx
Umur :
Tanggal dirawat
: 23 Oktober 2017
TANGGAL
DIAGNOSA
IMPLEMENTASI
EVALUASI
24 Oktober Hipertermi 2017
berhubungan Manajemen kejang (2680) :
dengan Inflamasi
Mencatat lama kejang
S : ibu pasien mengatakan An. N tidak panas O : S : 37,5 °C
Melonggarkan pakaian
N : 105x/menit
Menatat karakteristik kejang
RR : 30x/menit
memberikan obat anti kejang dengan benar
Turgor Kulit >2 detik
Manajemen demam (3740) aktivitas :
Bibir agak pucat
Memonitor TTV
Akral dingin
Meningkatkan sirkulasi udara
A : Masalah teratasi sebagian
Mengajarkan keluarga kompres hangat/tepid
Kode
water sponge
080001 Peningkatan
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat antipiretik
Indikator
SA ST SC suhu 3
5
4
3
5
4
tubuh 080014 Dehidrasi
P : Lanjutkan intervensi : Memonitor TTV Melakukan kompres hangat Obat antipiretik dengan dokter
Manajemen kejang (2680) :
Mencatat lama kejang Melonggarkan pakaian
Hipertermi
Menatat karakteristik kejang
S : ibu pasien mengatakan An. N tidak panas
memberikan obat anti kejang dengan benar
O : S : 37,3 °C
berhubungan Manajemen demam (3740) aktivitas :
dengan Inflamasi
N : 102x/menit
Memonitor TTV
RR : 29x/menit
Meningkatkan sirkulasi udara
Turgor Kulit < 2 detik
Mengajarkan keluarga kompres hangat/tepid
Bibir agak pucat
water sponge
Akral hangat
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat A : Masalah teratasi sebagian antipiretik
Kode
Indikator
080001 Peningkatan
SA ST SC suhu 3
5
4
3
5
4
tubuh 080014 Dehidrasi
P : Lanjutkan intervensi : Memonitor TTV Melakukan kompres hangat Obat antipiretik dengan dokter
EFEKTIFITAS PENURUNAN SUHU TUBUH ANTARA KOMPRES HANGAT DAN WATER TEPID SPONGE PADA PASIEN ANAK USIA 6 BULAN - 3 TAHUN DENGAN DEMAM DI PUSKESMAS KARTASURA SUKUHARJO
Identitas peneliti Nama : Memed Isnaini, Irdawati , Agustaria Tahun : 2014 Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pree eksperimen, rancangan penelitian two group pretest and posttest design, yaitu mengkaji tingkat penurunan suhu tubuh sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Populasi dalam penelitian inia dalah pasien demamdi Puskesmas Kartasura Sukuharjo, pada bulan Januari 2013 yang lalu terdapat 16 pasien yang mengalami demam. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling, yaitu sebanyak 14 sampel. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 14 september - 20 september 2014. Variabel independen adalah pemberian tindakan perlakuan kompres hangat dan water tepid sponge, instrument penelitian menggunakan termometer. Variabel dependen adalah tingkat penurunan suhu tubuh. Analisa data menggunakan uji independent t-test. Hasil Terjadi penurunan rata-rata penurunan suhu tubuh pada kelompok water tepid sponge ratarata dari angka 37.8 menjadi 37,3. Sedangkan pada kompres hangat, rata-rata penurunan suhu tubuh yaitudari angka 37.8 menjadi 37.6 Kelompok perlakuan kompres hangat dievaluasi dan suhu yang dihasilkan pada akhir pengukuran sangat beragam. Sebanyak 7 responden mengalami penurunan suhu mulai dari 0.1 oC – 0.3 oC. Hasil uji statistic dilakukan berdasarkan nilai rerata suhu sebelum perlakuan dan pada akhir periode pengukuran kelompok perlakuan kompres hangat mendapatkan hasil p-value sebesar 0.948 berarti > 0.05. Dengan demikian ada perbedaan minimal antara suhu awal sebelum perlakuan dan setelah perlakuan diberikan.
Kelompok perlakuan kompres tepid sponge dievaluasi dan suhu yang dihasilkan pada akhir mengalami penurunan suhu berkisar antara 0.3 - 0.6oC. Kelompok perlakuan kompres tepid Sponge mendapatkan hasil signifikasi sebesar 0,183 berarti < 0,948. Dengan demikian ada perbedaan penurunan suhu tubuh yang signifikan antara suhu akhir pada kelompok kompres hangat dan kompres Water tepid spong
PENGARUH TEPID SPONGE TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH DAN KENYAMANAN PADA ANAK YANG MENGALAMI DEMAM
Identitas Peneliti Nama : Tia Setiawati1, Yeni Rustina2, Kuntarti Tahun : 2015 Metodologi penelitian Penelitian ini menggunakan disain Quasi Experimental dengan jenis rancangan PretestPosttest Non Equivalent Control Group Design. Kegiatan tepid sponge dilaksanakan selama 20 menit untuk setiap partisipan di kelompok intervensi. Pengukuran suhu tubuh (pre-test) sebelum diberikan antipiretik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan untuk memperoleh data dasar suhu tubuh. Kelompok intervensi diberikan obat antipiretik (parasetamol atau ibuprofen) dan tepid sponge. Tepid sponge dilakukan segera setelah anak diberi minum obat antipiretik. Kegiatan evaluasi (post-test) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan pada menit ke-60 setelah pemberian antipiretik untuk mengukur penurunan suhu dan tingkat kenyamanan. Hasil sebelum dan sesudah intervensi dibandingkan. Instrumen untuk mengukur skala kenyamanan merupakan adaptasi dari comfort daisies Kolcaba (2000). Instrumen tersebut bergambar bunga daisi yang terdiri dari 4 ekspresi. Ekspresi bunga tersebut menunjukkan tingkat kenyamanan, yaitu ekspresi menangis (1) menunjukkan sangat tidak nyaman, wajah sedih (2) menunjukkan tidak nyaman, ekspresi senyum (3) menunjukkan nyaman, dan ekspresi tertawa (4) menunjukkan kondisi sangat nyaman
Hasil
Perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah dilakukan tepid sponge disertai pemberian antipiretik pada kelompok intervensi Terdapat perbedaan suhu sebelum dan setelah intervensi (tepid sponge disertai pemberian antipiretik) pada pengukuran pertama (10 menit setelah selesai tepid sponge disertai pemberian antipiretik) dan pengukuran kedua (30 menit setelah pengukuran pertama) dengan p value 0,000. Terdapat perbedaan suhu setelah 10 menit selesai dilakukan tepid sponge dan 30 menit setelah pengukuran pertama , dengan p value 0,000. Perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah diberikan antipiretik pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan suhu sebelum dan setelah pemberian antipiretik pada pengukuran pertama (30 menit setelah pemberian antipiretik) dan pengukuran kedua (60 menit setelah pemberian antipiretik) dengan pvalue 0,000. Terdapat perbedaan suhu setelah 30 menit setelah pemberian antipiretik dan pengukuran kedua (60 menit setelah pemberian antipiretik) dengan pvalue 0,000. Perbedaan tingkat kenyamanan sebelum dan setelah tepid sponge disertai pemberian antipiretik pada kelompok intervensi. Terdapat perbedaan tingkat kenyamanan sebelum dan setelah tepid sponge disertai pemberian antipiretik dengan p value 0,000. Rata-rata nilai kenyamanan pada kelompok intervensi sebelum perlakuan sebesar 1,84 (tidak nyaman berdasarkan skala daisies) dengan standar deviasi 0,55. Rata- rata nilai kenyamanan kelompok intervensi setelah mendapat perlakuan adalah 2,84 (nyaman).
PENGARUH KOMPRES TEPID SPONGE HANGAT TERHADAP SUHU TUBUH PADA ANAK UMUR 1-10 TAHUN DENGAN HIPERTERMIA (STUDI KASUS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG)
Identitaspeneniliti Nama : Sri Haryani, Syamsul Arif Tahun : 2012
Metode Penelitian Pada penelitian ini menggunakan design Quasy eksperimentl dengan bentuk rancangan one group pretest-postest. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji beda non parametrik yaitu uji wicoxon.Peneliti mengukur suhu tubuhsebelum dilakukan eksperimen kemudian setelah dilakukan eksperimen peneliti mengukur kembali suhu tubuh responden Tempat penelitian ini dilakukan di RSUD Tugurejo khususnya diruang perawayan anak kelas 2 dan 3. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 1-17 januari 2012 dengan sampel 36 orang. Pada penelitian ini adalah semua anak usia 1-10 tahun yang menhgalami hipertermia suhu tubuh diatas 37C. Pengambilan data peneliti menggunakan termometer digital dan menggunakan air dengan suhu 35C. Prosedur pelaksanaan tepid sponge diambil dari tahaptahap pelaksanaan tepid sponge yang direkomendasikan oleh Rosdahl dan Kowalski, (2008).
Hasil Pada penelitian ini rata-rata suhu tubuh suhu tubuh sebelum diberikan tepid sponge sbesar 38,5C dengan standart deviasi 0,4C. Nilai rata-rata setelah diberikan tepidsponge sebesar 37,1C dengan standart deviasi 0,5C. Sehingga dapat diketahui ada penurunan nilai rata-rata suhu tubuh sebesar 1,4C. Hasil penelitian mendapatkan bahwa suhu tubuh pada pasien anak setelah pemberian kompres tepid sponge rata-rata dapat mengalami penurunan 1,4C. Waktu yang diperlukan untuk komprespada penelitian ini sekitar 20 menit. Berdasarkan hasil analisis ujiwilcoxon menunjukkan nilai Z sebesar -5,297 dengan nilai p=0,0001 (<0,05). Hal ini berarti dapat disimpulkan pada tingkat signifikan 5% terbukti ada pengaruh kompres tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien hipertemi. Hal ini membuktikkan bahwa tepid sponge efektif dalam membantu menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami hipertermi. Pemberian tepid sponge dalam penelitian ini terbukti dapat menurunkan suhu tubuh pasien.
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari asuhan keperawatan yang dilakukan selama 2x24 jam mendapat hasil : 4.1.1 Hasil pengukuran suhu tubuh sebelum dilakukan tepid water sponge pada anak. N adalah 38,1°C dan setelah dilakukan tepid water sponge pada anak N adalah 37,5 °C yang berarti terdapat penurunan suhu pada anak N sebesar 0,6 °C
Saran Bagi instansi pendidikan diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat digunkan untuk sistem pemebelajaran tentang pengaruh hidroterapi terhadap hipertensi Bagi petugas kesehatandiharapkan bisa bermanfaat dan dapat digunakan untuk membantu menurunkan suhu pada anak dengan teknik tepid water sponge Bagi masyarakat, diharapkan bisa di aplikasikan pada kegiatan sehari-hari sehingga dapat membantu untuk menurunkan suhu pada anak dengan teknik tepid water sponge
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardhi. 2015. NANDA, NIC-N0C 2015. Yogyakarta : Mediaction Herdman, T.Heather. 2015. Nanda Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC Gloria, dkk. 2013. NIC-NOC. Yogyakarta : Mocomedia Departemen Kesehatan RI. 2011. Buku Saku Petugass Kesehatan Lintas Diare. Jakarta : Depkes RI Marcell, TM. 2007. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC Orem, D. E., (1985). Nursing : Concept of practice. (3rd Ed.). New York : McGraw-Hill. Orem, D. E., (2001). Nursing : Concept of practice. (6th Ed.). St. Louis : Mosby Inc.