Dokumen Presentasi Agama Tentang Islam Liberal

  • Uploaded by: INTERMILANESE
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dokumen Presentasi Agama Tentang Islam Liberal as PDF for free.

More details

  • Words: 1,747
  • Pages: 18
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Islam adalah agama yang haq, yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firmanNya dalam al-Qur’an dalam surat Al-Fath yang artinya: “ Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. Al-Fath : 28) Dan untuk menjadi Rahmat bagi seluruh alam : “ Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya : 107)

Dan satu-satunya agama yang diridhai Allah SWT, sebagaimana firman Nya :

”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran:19) Islam juga agama yang utuh yang mempunyai akar, dimensi, sumber dan pokok-pokok ajarannya sendiri. Siapa yang konsisten dengannya maka ia termasuk Al-Jama’ah atau Firqah Najiyah (kelompok yang selamat). Dan yang keluar atau Menyimpang dari ajaran-Nya maka ia termasuk Firqah Halikah (kelompok yang binasa).

Diantara firqah Haliqah salah satunya adalah firqah Liberaliyah. Liberaliyah adalah sebuah paham yang berkembang di Barat dan memiliki asumsi, teori dan pandangan hidup yang berbeda dengan Islam tentunya. Dalam tesisnya yang berjudul “Pemikiran Politik Barat”, Ahmad

Suhelani,

pemikiran ini.

MA

menjelaskan

prinsip-prinsip

Pertama, prinsip kebebasan individual.

Kedua, prinsip kontrak sosial. Ketiga, prinsip masyarakat pasar bebas. Keempat, meyakini eksistensi Pluralitas Sosio – Kultural dan Politik Masyarakat. (Gado-Gado Islam Liberal; Sabili no 15 Thn IX/81)

I.2. Ruang Lingkup Pembahasan Di Indonesia khususnya sudah banyak aliran atau kelompok yang mengatas namakan Islam dari mulai ingkar Sunnah, Ahmadiyah, JIL, dll. Tapi dalam prakteknya mereka tidak menjalankan ajaran Islam itu sendiri, yang sudah tentu dalam Islam ada tuntunan atau pedoman serta batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar oleh penganutnya. Karena Ajaran islam sudah berpegang teguh kepada dua pedoman yaitu al-Qur’an dan al-Hadist seperti hadist Rasulullah SAW. Beliau bersabda : “Aku telah tinggalkan untukmu dua hal al-Qur’an dan Assunnah, kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang teguh pada keduanya”. (HR. Tirmidzi) Hadist shahih diatas sudah sangat jelas, bahwa umat islam harus selalu berpegang teguh kepada al-qur’an dan Assunnah dan Rasulullah SAW dalam hal ini telah menjamin keselamatan untuk kita sebagai umatNya di dunia dan akhirat. Dalam pembahasan masalah ini, agar tidak keluar jauh dari pokok permasalahan yang akan dibahas, maka penulis membatasi penulisan hanya pada Jaringan Islam Liberal (JIL).

1.3 Maksud dan Tujuan 

Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan penulis khususnya dan para pembaca umumnya dalam pemahaman agama Islam serta aliran2 yang terdapat didalamnya, supaya tidak terjebak dalam menanggapi dan menyikapi suatu ajaran agama karena ini menyangkut keselamatan hidup kita semua di dunia dan akhirat kelak.



Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk penilaian pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

BAB II PERMASALAHAN Apa itu Islam Liberal? Menurut mereka (JIL) nama “Islam liberal” menggambarkan prinsip-prinsip Islam yang menekankan kebebasan pribadi (sesuai dengan doktrin kaum mu’tazilah tentang kebebasan manusia) dan pembebasan dari struktur sosial-politik yang menindas. Sederahananya JIL ingin mengatakan bahwa secara pribadi manusia bebas (liberal) dalam menafsirkan Islam sesuai dengan hawa nafsunya dan membebaskan Negara dari agama (sekuler).

Mengapa disebut Islam Liberal? Jaringan Islam Liberal (JIL) adalah sebuah pemikiran yang sifatnya liberal, yang menurut mereka tidak terpaku dengan teks-teks Agama (Al-Qur’an dan hadist), tetapi lebih terikat dengan nilai-nilai yang terkandung dalam teksteks tersebut. Mereka (JIL) percaya bahwa Islam selalu dilekati kata sifat, sebab menurut mereka (JIL) pada kenyataannya Islam ditafsirkan secara berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan penafsirnya. Kami memilih satu jenis tafsir dan dengan demikian satu kata sifat terhadap Islam yaitu “liberal”. Untuk mewujudkan Islam Liberal, kami membentuk Jaringan Islam Liberal (JIL), tandasnya.

Adapun tujuan utama kelompok JIL ini adalah menyebarkan gagasan Islam Liberal seluas-luasnya kepada masyarakat. Untuk itu kami memilih bentuk jaringan, bukan organisasi kemasyarakatan, maupun partai politik. JIL adalah wadah yang longgar untuk siapapun yang memiliki aspirasi dan kepedulian terhadap gagasan Islam Liberal, tandasnya lagi. Dalam implementasinya pemikiran ini dapat disebut meninggalkan teks sama sekali dan hanya menggunakan rasio dan selera hawa nafsu belaka.

Berikut ini adalah beberapa point tentang misi JIL, yaitu :

1). Mengembangkan penafsiran Islam yang liberal sesuai dengan prinsip-prinsip yang kami anut, serta menyebarkannya kepada seluas mungkin khalayak. 2). Mengusahakan terbukanya ruang dialog yang bebas dari tekanan konservatisme. Kami yakin, terbukanya ruang dialog akan memekarkan pemikiran dan gerakan Islam yang sehat. 3). Mengupayakan terciptanya struktur sosial dan politik yang adil dan manusiawi.

Adapun Paham yang di usung oleh kelompok JIL, adalah : 

Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajari kita bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relative, oleh sebab itu setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.



Liberalisme adalah memahami nash-nash agama (al-Qur’an dan hadist) dengan menggunakan pikiran yang bebas dan hanya menerima doktrindoktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata.

Lebih Jelasnya dibawah ini kami cantumkan beberapa point yang berhubungan dengan masalah kesesatan JIL yang kami kutip dari beragai sumber, diantaranya adalah : 1.

Umat Islam tidak boleh memisahkan diri dari umat lain, sebab manusia adalah keluarga universal yang memiliki kedudukan yang sederajat. Karena itu larangan perkawinan antara wanita muslimah dengan pria non muslim sudah tidak relevan lagi.

2.

Produk hukum Islam klasik (fiqh) yang membedakan antara muslim dengan non muslim harus diamandemen berdasarakan prinsip kesederajatan universal manusia.

3.

Agama adalah urusan pribadi, sedangkan urusan Negara adalah murni kesepakatan masyarakat secara demokratis.

4.

Hukum Tuhan itu tidak ada. Hukum mencuri, Zina, Jual – Beli, dan pemikiran itu sepenuhnya diserahkan kepada umat islam sendiri sebagai penerjemahan nilai-nilai universal.

5.

Muhammad adalah tokoh histories yang harus dikaji secar kritis karena beliau adalah juga manusia yang banyak memiliki kesalahan.

6.

Kita tidak wajib meniru Rasulullah secara harfiah. Rasulullah berhasil menerjemahkan nilai-nilai Islam universal di Madinah secara kontekstual. Maka kita dapat menerjemahkan nilai itu sesuai dengan kenteks yang ada dalam bentuk lain.

7.

Wahyu tidak hanya berhenti pada zaman nabi Muhammad saja (wahyu verbal memang telah selesai dalam bentuk al-Qur’an), tetapi wahyu dalam bentuk temuan ahli fakir akan terus berlanjut. Sebab temuan akal juga merupakan wahyu karena akal adalah anugerah Tuhan.

8.

Karena semua temuan manusia adalah wahyu, maka umat Islam tidak membuat garis pemisah antara Islam dan Kristen, Timur dan Barat, dan seterusnya.

9.

Nilai Islami itu bisa terdapat di semua tempat, semua agama, dan semua suku bangsa. Maka melihat Islam harus dari isinya bukan dari bentuknya.

1.

Agama adalah baju dan perbedaan agama sama dengan perbedaan baju. Maka sangat konyol orang yang bertikai karena perbedaan baju (agama). Semua agama mempunyai tujuan pokok yang sama, yaitu penyerahan diri kepada tuhan.

2.

Misi utama Islam adalah penegakan keadilan. Umat islam tidak perlu memperjuangkan jilbab, memelihara jenggot, dan sebagainya.

3.

Memperjuangkan

Syari’at

Islam

wujud

ketidak

berdayaan

umat

Islam

dalam

menyelesaikan masalah secara arasional. Mereka adalah pemalas yang tidak mau berfikir. 4.

Orang yang beranggapan bahwa semua masalah dapat diselesaikan dengan syari’at adalah orang kolot dan dogmatis.

5.

Islam adalah proses yang tidak pernah berhenti, yaitu untuk kebaikan manusia. Karena keadaan umat manusia itu berkembang, maka agama (Islam) juga harus berkembang dan berproses demi kebaikan manusia. Kalau Islam itu diartikan sebagai paket sempurna seperti zaman Rasulullah, maka itu adalah fosil Islam yang sudah tidak berguna lagi.

Konsep – konsep diatas adalah merupakan buah pemikiran dari para tokoh ternama yang sangat berpengaruh dalam penyebaran paham tersebut. berikut ini adalah beberapa nama tokoh penggagas JIL di Indonesia, antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Abdul Mukti Ali (mantan Mentri Agama 1971 s/d 1978) Nur Cholis Madjid (Universitas Paramadina, Jakarta) Alwi Abdurrahman Shihab (Mantan Menko Kesra KIB, 2004) Abdurahman Wahid (Mantan Presiden RI ke – 4 (periode 1999 – Juli 2001) Masdar F. Mas’udi (Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, Jakarta) Azyumardi Azra, IAIN Syarif Hidayatullah (Universitas Islam Negara, Jakarta) Goenawan Mohamad, (Majalah Tempo, Jakarta) Jalaluddin Rahmat (Yayasan Muthahhari, Bandung) Moeslim Abdurrahman ( Jakarta) Nasaruddin Umar (IAIN Syarif Hidayatullah ,Universitas Islam Negara – Jakarta) Komaruddin Hidayat (Yayasan Paramadina – Jakarta), dan lain-lain.

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA 3.1. PEMBAHASAN

Ditinjau dari sudut kebahasaan, penggandengan antara kata “Islam” dan “Liberal” itu tidak tepat. Sebab Islam itu artinya tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah SWT, sedangkan Liberal artinya bebas dalam pengertian tidak harus tunduk kepada ajaran Agama (Al-Qur’an dan Hadist). Oleh karena itu, pemikiran liberal sebenarnya lebih tepat disebut “Pemikiran Iblis” dari pada “Pemikiran Islam” karena makhluk pertama yang tidak taat kepada Allah adalah Iblis.

Perkenalan istilah “Islam Liberal” di Indonesia terbantu oleh peredaran buku Islamic Liberalism (Chicago, 1988) karya Leonard Binder dan Liberal Islam : A Source Book (Oxford, 1998) hasil editan Charles Kurzman. Terjemahan buku Kurzman diterbitkan oleh Paramadina Jakarta, Juni 2001. Versi Indonesia buku Binder dicetak Pustaka Pelajar Yogyakarta, November 2001. Sebelum itu, Paramadina menerjemahkan disertasi Greg Burton di Universitas Monash, berjudul Gagasan Islam Liberal di Indonesia, April 1999. namun dari ketiga buku ini tampaknya buku Kurzman yang paling serius melacak akar,membuat peta, dan menyusun alat ukur Islam Liberal. Para aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) juga lebih sering merujuk karya Kurzman dibanding yang lain. Kurzman sendiri meminjam istilah itu dari “Asaf ‘Ali Asghar Fyzee, intelektual muslim India. Fyzee orang pertama yang menggunakan istilah “Islam Liberal” dan “Islam Protestan” untuk merujuk kecendrungan tertentu dalam Islam. Yakni Islam yang nonortodoks, Islam yang kompatibel terhadap perubahan zaman dan Islam yang berorientasi masa depan bukan masa silam.

Dan sekarang muncullah apa yang disebut JIL (Jaringan Islam Liberal) yang mengusung ide-ide Nurcholis Madjid dan para pemikir-pemikir lain yang cocok dengan pikirannya. Namun kemunculan serta maraknya kelompok JIL dimasa reformasi ini bersamaan dengan keinginan kuat umat islam untuk menerapkan Syari’at Islam bukanlah suatu kebetulan semata, sepertinya JIL (Jaringan Islam Liberal) ini dibentuk untuk menghadang kelompok “Fundamentalis” yang ingin kembali kepada ajaran islam secara kaffah.

Yang dimaksud dengan Islam Fundamentalis yang menjadi lawan firqah liberal adalah orang yang memiliki lima ciri - ciri sbb : 

Mereka yang digerakkan oleh kebencian yang mendalam terhadap barat



Mereka yang bertekad mengembalikan peradaban Islam masa lalu dengan membangkitkan kembali masa lalu itu



Mereka yang bertujuan menerapkan Syari’at Islam



Mereka yang mempropagandakan bahwa islam adalah agama dan Negara



Mereka yang menjadikan masa lalu itu sebagai penuntun (petunjuk) untuk masa depan

Sangat memprihatinkan memang disaat ada orang atau kelompok yang ingin menyuarakan agama Allah (Islam), masih ada saja yang menentang dan itu keluar dari mulut orang yang katanya mengaku sebagai orang yang beragam Islam. tentunya ini akan sangat berbahaya bagi kelangsungan agama dan umat Islam itu sendiri. Karena pada dasarnya kelompok liberal ini ingin menghancurkan Islam dari dalam yaitu dengan cara menyebarkan paham – paham yang sesat dan menyesatkan dengan mengotak-atik al-Qur’an dan Assunnah.

Related Documents


More Documents from "innu al kautsar"