Makalah Tentang Pembahasan Islam Liberal

  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Tentang Pembahasan Islam Liberal as PDF for free.

More details

  • Words: 8,951
  • Pages: 39
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Islam adalah agama yang haq, yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firmanNya dalam al-Qur’an :

qèd üÏ%©!$# @yör& ¼ã&s!qßu 3yßgø9$$Î/ ÈûïÏur Èd,ysø9$# ¼çntÎgôàãÏ9 n?tã ÈûïÏd9$# ¾Ï&Íj#ä. 4 4s"x.ur «!$$Î/ #YÎgx© ÇËÑÈ “ Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. Al-Fath : 28) Dan untuk menjadi Rahmat bagi seluruh alam :

tBur »oYù=yör& wÎ) ZptHôqy úüÏJn=»yèù=Ïj9$! ÇÊÉÐÈ “ Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya : 107) Dan satu-satunya agama yang diridhai Allah SWT.

bÎ) úïÏe$!$# yYÏã «!$# ÞO»n=óM}$# 3 $tBur y#n=tF÷z$#¨ úïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# wÎ) .`ÏB Ï÷èt/ $tB ãNèduä! %y` ÞOù=Ïèø9$# $Jøót/ óOßgoY÷t/ 3 `tBur öàÿõ3t ÏM»t$t«Î/ «!$# cÎ*sù ©!$# ßìÎ| É>$|¡Ïtø:$# ÇÊÒÈ “ Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS. Ali-Imran : 19) Islam juga agama yang utuh yang mempunyai akar, dimensi, sumber dan pokok-pokok ajarannya sendiri. Siapa yang konsisten dengannya maka ia termasuk Al-Jama’ah atau Firqah Najiyah (kelompok yang selamat). Allah SWT berfirman

1

dalam al-Qur’an :

pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$#$ (#qãèÏÛr&ur tAqß§9$# Í<'ré&ur ÍöDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrãsù n<Î) «!$# ÉAqß§9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# 4 y7Ï9ºs ×öyz ß`|¡ômr&ur ¸xÍrù's? ÇÎÒÈ “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul (Nabi), dan Ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. An-Nisa’ : 59) dan yang keluar atau Menyimpang darinya maka ia termasuk Firqah Halikah (kelompok yang binasa). Sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an surat Ali-Imran : 31-32 yang artinya :

ö@è% bÎ) óOçFZä. tbq7Åsè? ©!$# ÏRqãèÎ7¨?$$sù ãNä3ö7Î6ósã ª!$# öÏÿøótur ö/ä3s9 ö/ä3t/qçRè 3 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÌÊÈ ö@è% (#qãèÏÛr& ©!$# ^qß§9$#ur ( bÎ*sù (#öq©9uqs? ¨bÎ*sù ©!$# w =Ïtä tûïÍÏÿ»s3ø9$# ÇÌËÈ “Katakanlah : “ Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah : “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (QS. AliImran : 31-32) Diantara firqah halikah adalah firqah Liberaliyah. Liberaliyah adalah sebuah paham yang berkembang di Barat dan memiliki asumsi, teori dan pandangan hidup yang berbeda dengan Islam tentunya. Dalam tesisnya yang berjudul “Pemikiran Politik Barat”, Ahmad Suhelani, MA menjelaskan prinsip-prinsip pemikiran ini. Pertama, prinsip kebebasan individual. Kedua, prinsip kontrak sosial. Ketiga, prinsip masyarakat pasar bebas. Keempat, meyakini eksistansi Pluralitas

2

Sosio – Kultural dan Politik Masyarakat. (Gado-Gado Islam Liberal; Sabili no 15 Thn IX/81) Islam liberal menurut Charless Kurzman muncul sekitar abad ke-18 dikala kerajaan Turki Utsmani Dinasti Shafawi dan Dinasti Mughal tengah berada digerbang keruntuhan. Pada saat itu tampillah para ulama untuk mengadakan gerakan pemurnian, kembali kepada al-Qur’an dan sunnah. Pada saat ini muncullah cikal bakal paham liberal awal melalui Syah Waliyullah (India,1703-1762), menurutnya islam harus mengikuti adat lokal suatu tempat sesuai dengan kebutuhan penduduknya. Hal ini juga terjadi dikalangan Syi’ah, Aqa Muhammad Bihbihani (Iran, 1790) yang mulai berani mendobrak pintu ijtihad dan membukanya lebarlebar. Ide ini terus bergulir Rifa’ah Rafi’ al-Tahtawi (Mesir,1801-1873) memasukan unsur eropa dalam pendidikan Islam. Shihabuddin Marjani (Rusia,18181889) dan Ahmad Makhdun (Bukhara, 1827-1897) memasukan mata pelajaran sekuler kedalam kurikulum pendidikan Islam. (Charless Kurzman : xx-xxiii). Sementara Amir Ali (1879-1928) melalui buku The Spirit of Islam berusaha mewujudkan seluruh nilai liberal yang dipuja di Inggris pada masa Ratu Victoria. Lalu mucul Qasim Amin (1865-1908) kaki tangan eropa dan pelopor emansipasi wanita, penulis buku Tahrir al-Mar’ah. Setelah itu muncul Ali Abd. Raziq (1888-1966) yang mendobrak system khilafah, menurutnya Islam tidak memiliki dimensi politik karena Muhammad hanyalah pemimpin agama. Lalu diteruskan oleh oleh Muhammad Khalafullah (1926-1927) yang mengatakan bahwa yang dikehendaki oleh al-Qur’an hanyalah system demkrasi tidak yang lain. (Charless : xxi, l) Di Pakistan muncul Fazlur Rahman (lahir 1919) yang menetap di Amerika dan menjadi guru besar Universitas Chicago, ia menggagas tafsir konstekstual yaitu satu-satunya model tafsir yang adil dan terbaik menurutnya. Bahkan ia mengatakan al-Qur’an itu mengandung dua aspek legal moral dan ideal moral yang dituju oleh al-Qur’an adalah ideal moralnya karena itu ia yang lebih pantas untuk diterapakan

3

(Fazlur Rahman : 21; William M. Watt : 142-143). Dan masih banyak sekali tokoh liberal barat yang terlalu jika disebutkan disini. Pada intinya mereka sama-sama ingin menyebarkan paham liberal. Di Indonesia muncul Nurcholis Madjid (murid dari Fazlur Rahman di Chicago) yang memelopori gerakan firqah liberal bersama dengan Djohan Efendi, Ahmad Wahid dan Abdurrahman Wahid (Gusdur). Nurcholis Madjid telah memulai gagasan pembaharuannya sejak tahun 1970-an. Pada saat itu ia telah menyuarakan pluralisme agama dengan menyatakan : “Rasanya toleransi agama hanya akan tumbuh diatas dasar paham kenisbian (relativisme) bentuk-bentuk formal agama ini dan pengakuan bersama akan kemutlakan suatu nilai yang universal, yang mengarah kepada setiap manusia yang kiranya merupakan inti dari setiap agama” (Nurcholis Madjid :239). Dan sekarang muncullah apa yang disebut JIL (Jaringan Islam Liberal) yang mengusung ide-ide Nurcholis Madjid dan para pemikir-pemikir lain yang cocok dengan pikirannya. Namun kemunculan serta maraknya kelompok JIL dimasa reformasi ini bersamaan dengan keinginan kuat umat islam untuk menerapkan Syari’at Islam bukanlah suatu kebetulan semata, sepertinya JIL (Jaringan Islam Liberal) ini dibentuk untuk menghadang kelompok “Fundamentalis” yang ingin kembali kepada ajaran islam secara kaffah. Yang dimaksud dengan Islam Fundamentalis yang menjadi lawan firqah liberal adalah orang yang memiliki lima ciri - ciri sbb : 1. Mereka yang digerakkan oleh kebencian yang mendalam terhadap barat 2. Mereka yang bertekad mengembalikan peradaban Islam masa lalu dengan

membangkitkan kembali masa lalu itu

3. Mereka yang bertujuan menerapkan Syari’at Islam 4. Mereka yang mempropagandakan bahwa islam adalah agama dan

4

Negara 5. Mereka yang menjadikan masa lalu itu sebagai penuntun (petunjuk) untuk masa depan Sangat memprihatinkan memang disaat ada orang atau kelompok yang ingin menyuarakan agama Allah (Islam), masih ada saja yang menentang dan tentunya ini akan sangat berbahaya bagi kelangsungan agama dan umat Islam itu sendiri. Karena pada dasarnya kelompok liberal ini ingin menghancurkan Islam dari dalam yaitu dengan cara menyebarkan paham – paham yang sesat dan menyesatkan dengan mengota-atik al-Qur’an dan Assunnah. Namun disinilah batu ujian keimanan. Artinya, siapa yang lapang dada menerima dan bergembira dengan penegakan agama Islam (Syari’at Islam), maka itu suatu bukti keimanan. Sedangkan sikap keberatan apalagi menolak Syari’at Islam adalah suatu bentuk kemunafikan. Allah SWT telah berfirman dalam surat An-Nissa, yang artinya :

sÎ)ur @Ï% öNçlm; (#öqs9$yès? 4n<Î) !$tB tAtRr& ª!$## n<Î)ur ÉAqß§9$# |M÷r&u tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$# tbrÝÁt Ztã #Yrßß¹ ÇÏÊÈ “Apabila diserukan kepada mereka, ‘Marilah kalian (tunduk) kepada hukum yang telah Allah turunkan dan kepada hokum Rasul, niscaya kamu lihat orang-orang munafik itu menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS. An-Nissa :61) Juga firmanNya :

cqä9qà)tur $¨ZtB#uä «!$$Î/ ÉAqß§9$$Î/ur $uZ÷èsÛr&ur ¢OèO 4¯
Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum di-antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka berpaling.” (QS. An-Nuur : 47-48). Ayat-ayat diatas tersebut cukup menjelaskan kepada kita tentang perbedaan sikap orang-orang munafik dan orang-orang beriman dalam bertahkim (menerima hukum) Allah dan Rasul-Nya SAW. I.2. Ruang Lingkup Pembahasan Di Indonesia khususnya sudah banyak aliran atau kelompok yang mengatas namakan Islam dari mulai ingkar Sunnah, Ahmadiyah , JIL, dll. Tapi dalam prakteknya mereka tidak menjalankan ajaran Islam itu sendiri, yang sudah tentu dalam Islam ada tuntunan atau pedoman serta batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar oleh penganutnya. Karena Ajaran islam sudah berpegang teguh kepada dua pedoman yaitu al-Qur’an dan al-Hadist seperti hadist Rasulullah SAW. Beliau bersabda : “Aku telah tinggalkan untukmu dua hal al-Qur’an dan Assunnah, kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang teguh pada keduanya”. (HR. Tirmidzi) Hadist shahih diatas sudah sangat jelas, bahwa umat islam harus selalu berpegang teguh kepada al-qur’an dan Assunnah dan Rasulullah SAW telah menjamin keselamatan untuk kita sebagai umatNya di dunia dan akhirat. Amin Terlalu banyak aliran atau kelompok yang mengatas namakan Islam, akan menyita waktu jika penulis membahas satu persatu aliran tersebut. Dalam pembahasan masalah ini, agar tidak keluar jauh dari pokok permasalahan yang akan dibahas, maka penulis membatasi penulisan hanya pada Jaringan Islam Liberal (JIL).

6

1.3. Maksud dan Tujuan Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan penulis khususnya dan para pembaca umumnya dalam pemahaman agama Islam serta aliran2 yang terdapat didalamnya, supaya tidak terjebak dalam menanggapi dan menyikapi suatu ajaran agama karena ini menyangkut keselamatan hidup kita semua di dunia dan akhirat kelak. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk penilaian pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

7

BAB II PERMASALAHAN Sepanjang sejarah, umat Islam senantiasa dihadapkan kepada berbagai macam tantangan dan ujian. Tak lama setelah wafatnya Rasulullah SAW, umat Islam menghadapi suatu tantangan besar yang hampir-hampir melenyapkan keberadaan Islam, yaitu gelombang kemurtadan yang hampir menyelimuti seluruh wilayah Islam selain Makkah dan Madinah. Namun akhirnya bencana besar tersebut bisa dihadapi berkat keteguhan Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq RA dalam menghadang arus dahsyat tersebut. Bencana besar berikutnya muncul ketika al-Makmun, penguasa tertinggi umat Islam saat itu memaksakan kepada rakyatnya pendapat yang sesat yaitu bahwasanya al-Qur’an adalah makhluk bukan Kalamullah (firman Allah). Namun sekali lagi, Allah SWT membela agama-Nya dengan memunculkan Imam Ahmad Rahmallah

yang

mempunyai

pendirian

teguh

setegar

karang

dalam

mempertahankan pendapat yang haq, bahwasanya al-Qur’an adalah Kalamullah. Setelah itu bencana demi bencana tak henti-hentinya menerpa umat islam. Bencana datang silih berganti namun tak satupun yang bisa menghancurkan Islam. Karena Islam adalah agama Allah yang akan dijaga sampai hari kiamat. Tak ada seorangpun manusia didunia ini yang bisa menghancurkan agama Allah (Islam). Dan sekarang, abad ini tepatnya pada tahun 2001 lalu, muncul lagi sebuah kelompok yang membawa paham liberal (bebas) atau yang kita kenal JIL (Jaringan Islam Liberal) yang lagi-lagi kelompok ini berusaha menghancurkan Islam dengan mengotak – atik ke otentikan al-Qur’an dan Assunnah. Sebetulnya kelompok atau paham sudah muncul pertama kali di Indonesia tahun 1970-an yang diusung oleh Nurcholis Madjid, dkk. Namun sekarang kelompok ini gaungnya lebih besar dan lebih cepat penyebaranya karena didukung dan didanai oleh pihak asing dan mereka telah menguasai jaringan media massa (Radio, Jawa Pos, Kompas, Tempo, Metro TV, dan lain-lain). Kita sebut saja TAF ( The Asian Foundation) yaitu suatu institusi yang menjalin hubungan dengan Yahudi dan CIA dan kelompok seperti JIL inilah

8

yang mereka incar untuk dijadikan tangan – tangan penyebaran paham yahudi dan merekalah actor terbesar dibelakang kelompok JIL ini. Dan sekedar bocoran saja setiap tahunnya JIL mendapat suntikan dana dari TAF sebesar 1,4 Milyar. Tapi tidak TAF saja yang mendanani program mereka, kelompok ini juga mendapatkan suntikan dana dari sumber-sumber domestic, Eropa, dan Amerika. Kemunculan JIL berawal dari kongko-kongko antara Ulil Abshar Abdalla (Lakpesdam NU), Ahmad Sahal (Jurnal Kalam), dan Goenawan Mohamad (ISAI) dijalan Utan Kayu 68 H Jakarta Timur, Februari 2001. Yang kemudian tempat ini menjadi markas JIL. Para pemikir muda lainnya, seperti Lutfi Assyaukani, Ihsan Ali Fauzi, Hamid Basyaib, dan Saiful Mujani menyusul bergabung. Dalam perkembangannya, Ulil disepakati sebagai koordinator. Perkembangan JIL banyak diprakarsai anak muda, usia 20-35-an tahun. Mereka umumnya para mahasiswa, kolomnis, peneliti, serta jurnalis. Tujuan utamanya : Menyebarkan gagasan Islam Liberal seluas-luasnya. “Untuk itu kami memilih bentuk jaringan, bukan organisasi kemasyarakatan ataupun partai politik.” Tulisnya disitus www.islamlib.com Jaringan ini menyediakan pentas berupa koran, radio, buku, booklet, dan website bagi kontributor untuk mengungkapkan pandanganya pada public. Kegiatan pertamanya diskusi maya (milis). Lalu sejak 25 juni 2001, JIL mengisi rubric Kajian UtanKayu di Jawa Pos Minggu yang juga dimuat 40-an Koran segrup. Isinya artikel dan wawancara seputar perspektif Islam Liberal. Dalam situs islamlib.com mereka (JIL) menyatakan, lahirnya JIL sebagai respons atas bangkitnya “ekstrimisme” dan “fundamentalisme” agama di Indonesia. Seperti munculnya kelompok militant Islam, perusakan gereja, lahirnya sejumlah media penyuara aspirasi “Islam militant” serta penggunaan istilah “Jihad” sebagai dalil kekerasan. Akar Islam Liberal adalah “Kita tidak perlu menghiraukan nomenklatur. Tetapi jika sebuah nama harus diberika padanya, marilah kita sebut itu ‘Islam Liberal’.” (Asaf ’Ali Asghar Fyzee [India, 1899-1981]). Perkenalan istilah “Islam Liberal” di Indonesia terbantu oleh peredaran 9

buku Islamic Liberalism (Chicago, 1988) karya Leonard Binder dan Liberal Islam : A Source Book (Oxford, 1998) hasil editan Charles Kurzman. Terjemahan buku Kurzman diterbitkan Paramadian Jakarta, Juni 2001. Versi Indonesia buku Binder dicetak Pustaka Pelajar Yogyakarta, November 2001. Sebelum itu, Paramadina menerjemahkan disertasi Greg Burton di Universitas Monash, berjudul Gagasan Islam Liberal di Indonesia, April 1999. namun dari ketiga buku ini tampaknya buku Kurzman yang paling serius melacak akar,membuat peta, dan menyusun alat ukur Islam Liberal. Para aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) juga lebih sering merujuk karya Kurzman dibanding yang lain. Kurzman sendiri meminjam istilah “itu dari “Asaf ‘Ali Asghar Fyzee, intelektual muslim India. Fyzee orang pertama yang menggunakan istilah “Islam Liberal” dan “Islam Protestan” untuk merujuk kecendrungan tertentu dalam Islam. Yakni Islam yang nonortodoks, Islam yang kompatibel terhadap perubahan zaman dan Islam yang berorientasi masa depan bukan masa silam. Islam dan Liberal adalah dua istilah yang antagonis, saling berhadaphadapan tapi tidak mungkin bisa bertemu, namun demikian ada sekelompok orang di Indonesia yang rela menamakan dirinya dengan Jaringan Islam Liberal (JIL). Suatu penamaan yang “pas” dengan orang-orangnya serta pikiran-pikiran dan agendanya. Islam adalah pengakuan bahwa apa yang mereka suarakan adalah haqq tetapi pada hekikatnya suara mereka itu adalah bathi’l karena liberal tidak sesuai dengan Islam yang diwahyukan dan yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad.

SAW, tetapi bid’ah yang ditawarkan oleh orang-orang yang ingkar kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Apa itu Islam liberal? Islam Liberal adalah suatu bentuk penafsiran tertentu atas 10

Islam dengan landasan sebagai berikut: a). Membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam. Islam Liberal percaya bahwa ijtihad atau penalaran rasional atas teks-teks keislaman adalah prinsip utama yang memungkinkan Islam terus bisa bertahan dalam segala cuaca. Penutupan pintu ijtihad, baik secara terbatas atau secara keseluruhan, adalah ancaman atas Islam itu sendiri, sebab dengan demikian Islam akan mengalami pembusukan. Islam Liberal percaya bahwa ijtihad bisa diselenggarakan dalam semua segi, baik segi muamalat (interaksi sosial), ubudiyyat (ritual), dan ilahiyyat (teologi). Pendapat ini jelas telah menyalahi dan bertentangan dengan jumhur ulama yaitu tentang semua perkara ibadah adalah haram kecuali yang diperintahkan dan semua perkara non ibadah adalah halal kecuali yng diharamkan. Serta adanya perintah untuk menjauhi syubhat (hal-hal yang tidak jelas halal/haramnya) b). Mengutamakan semangat religio etik, bukan makna literal teks. Ijtihad yang dikembangkan oleh Islam Liberal adalah upaya menafsirkan Islam berdasarkan semangat religio-etik Qur’an dan Sunnah Nabi, bukan menafsirkan Islam semata-mata berdasarkan makna literal sebuah teks. Penafsiran yang literal hanya akan melumpuhkan Islam. Dengan penafsiran yang berdasarkan semangat religio-etik, Islam akan hidup dan berkembang secara kreatif menjadi bagian dari peradaban kemanusiaan universal. Ini adalah pernyataan bahwa islam liberal menganggap penafsiran mereka lebih baik dari pada salaf (ulama terdahulu) padahal Allah SWT jelas-jelas telah meridhai mereka (para radhiyallahu’anha) dan tercantum jelas dalam al-Qur’an yang artinya : “Mereka yang pertama-tama masuk Islam, Allah meridhai mereka dan mereka ridha kepada Allah SWT”. Mereka juga lebih dekat kepada kebenaran dalam menafsirkan islam berdasarkan Sunnah Rasulullah SAW. “Sebaik-baik umatku adalah yang hidup pada masaku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya lagi. (sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in). c). Mempercayai kebenaran yang relatif, terbuka dan plural. 11

Islam Liberal mendasarkan diri pada gagasan tentang kebenaran (dalam penafsiran keagamaan) sebagai sesuatu yang relatif, sebab sebuah penafsiran adalah kegiatan manusiawi yang terkungkung oleh konteks tertentu; terbuka, sebab setiap bentuk penafsiran mengandung kemungkinan salah, selain kemungkinan benar; plural, sebab penafsiran keagamaan, dalam satu dan lain cara, adalah cerminan dari kebutuhan seorang penafsir di suatu masa dan ruang yang terus berubah-ubah. Pendapat ini jelas sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang mana dalam al-Qur’an sudah dijelaskan oleh Allah SWT, yang artinya : “ Kebenaran itu daru Tuhan mu, karena itu janganlah sekali-kali engkau ragu”. d). Memihak pada yang minoritas dan tertindas. Islam Liberal berpijak pada penafsiran Islam yang memihak kepada kaum minoritas yang tertindas dan dipinggirkan. Setiap struktur sosial-politik yang mengawetkan praktek ketidakadilan atas yang minoritas adalah berlawanan dengan semangat Islam. Minoritas di sini dipahami dalam maknanya yang luas, mencakup minoritas agama, etnik, ras, jender, budaya, politik, dan ekonomi. Sebenarnya dalam hal ini tidak terlalu berpengaruh karena pendapat diatas tergantung pada arti “Minoritas” dan “Tertindas” selama tidak ada dalil yang melarang (tidak dilarang oleh Syari’at) maka itu syah-syah saja. Karena pada dasarnya Islam mengajarkan kita harus saling tolong menolong diantara sesama apalagi bila orang tersebut sedang dalam kesusahan. e). Meyakini kebebasan beragama. Islam Liberal meyakini bahwa urusan beragama dan tidak beragama adalah hak perorangan yang harus dihargai dan dilindungi. Islam Liberal tidak membenarkan penganiayaan (persekusi) atas dasar suatu pendapat atau kepercayaan. Menanggapi pendapat ini syah-syah saja selama itu tidak mengganggu umat islam itu sendiri. Tetapi jika dalam kenyataannya ternyata malah meresahkan umat Islam maka wajib diperangi. f). Memisahkan otoritas duniawi dan ukhrawi, otoritas keagamaan dan politik.

12

Kelompok Islam Liberal yakin bahwa kekuasaan keagamaan dan politik harus dipisahkan. Islam Liberal menentang negara agama (teokrasi). Islam Liberal yakin bahwa bentuk negara yang sehat bagi kehidupan agama dan politik adalah negara yang memisahkan kedua wewenang tersebut. Agama adalah sumber inspirasi yang dapat mempengaruhi kebijakan publik, tetapi agama tidak punya hak suci untuk menentukan segala bentuk kebijakan publik. Agama berada di ruang privat, dan urusan publik harus diselenggarakan melalui proses konsensus. Mengapa disebut Islam Liberal? Menurut mereka (JIL) nama “Islam liberal” menggambarkan prinsip-prinsip Islam yang menekankan kebebasan pribadi (sesuai dengan doktrin kaum mu’tazilah tentang kebebasan manusia) dan pembebasan dari struktur sosial-politik yang menindas. Sederahananya JIL ingin mengatakan bahwa secara pribadi manusia bebas (liberal) dalam menafsirkan Islam sesuai dengan hawa nafsunya dan membebaskan Negara dari agama (sekuler). Kami percaya bahwa Islam selalu dilekati kata sifat, sebab pada kenyataannya Islam ditafsirkan secara berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan penafsirnya. Kami memilih satu jenis tafsir dan dengan demikian satu kata sifat terhadap Islam yaitu “liberal”. Untuk mewujudkan Islam Liberal, kami membentuk Jaringan Islam Liberal (JIL), tandasnya. Mengapa juga disebut Jaringan Islam Liberal? Tujuan utama kami adalah menyebarkan gagasan Islam Liberal seluasluasnya kepada masyarakat. Untuk itu kami memilih bentuk jaringan, bukan organisasi kemasyarakatan, maupun partai politik. JIL adalah wadah yang longgar untuk siapapun yang memiliki aspirasi dan kepedulian terhadap gagasan Islam Liberal. Diantara paham yang diusung Islam liberal adalah Pluralisme dan Liberalisme. Berikut ini adalah beberapa point tentang misi dari JIL, yaitu :

13

1). Mengembangkan penafsiran Islam yang liberal sesuai dengan prinsip-prinsip yang kami anut, serta menyebarkannya kepada seluas mungkin khalayak. 2). Mengusahakan terbukanya ruang dialog yang bebas dari tekanan konservatisme. Kami yakin, terbukanya ruang dialog akan memekarkan pemikiran dan gerakan Islam yang sehat. 3). Mengupayakan terciptanya struktur sosial dan politik yang adil dan manusiawi. Jaringan Islam Liberal (JIL) adalah sebuah pemikiran yang sifatnya liberal, yang menurut mereka tidak terpaku dengan teks-teks Agama (Al-Qur’an dan hadist), tetapi lebih terikat dengan nilai-nilai yang terkandung dalam teks-teks tersebut. Dalam implementasinya pemikiran ini dapat disebut meninggalkan teks sama sekali dan hanya menggunakan rasio dan selera hawa nafsu belaka. Diantara paham yang diusung Islam Liberal adalah Pluralisme dan Liberalisme.  Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajari kita semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relative, oleh sebab itusetiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang

lain salah.

Pluralisme juga

mengajarkan bahwa semua pemeluk agama

akan

masuk

dan

hidup

berdampingan di surga.  Liberalisme adalah memahamiqnashnash agama (al-Qur’an

dan hadist)

dengan menggunakan pikiran yang bebas dan hanya menerima doktrindoktrin agama yang sesuai dengan akal

14

pikiran semata. Lebih jelasnya, di bawah ini kami cantumkan pemikiran-pemikiran sesat kelompok JIL tersebut yang kami kutip dari berbagai sumber : 1. Umat Islam tidak boleh memisahkan diri dari umat lain, sebab manusia adalah keluarga universal yang memiliki kedudukan yang sederajat. Karena itu larangan perkawinan antara wanita muslimah dengan pria non muslim sudah tidak relevan lagi. 2. Produk hukum Islam klasik (fiqh) yang membedakan antara muslim dengan non muslim harus diamandemen berdasarakan prinsip kesederajatan universal manusia. 3. Agama adalah urusan pribadi, sedangkan urusan Negara adalah murni kesepakatan masyarakat secara demokratis. 4. Hukum Tuhan itu tidak ada. Hukum mencuri, Zina, Jual – Beli, dan pemikiran itu sepenuhnya diserahkan kepada umat islam sendiri sebagai penerjemahan nilai-nilai universal. 5. Muhammad adalah tokoh histories yang harus dikaji secar kritis karena beliau adalah juga manusia yang banyak memiliki kesalahan. 6. Kita tidak wajib meniru Rasulullah secara harfiah. Rasulullah berhasil menerjemahkan nilai-nilai Islam universal di Madinah secara kontekstual. Maka kita dapat menerjemahkan nilai itu sesuai dengan kenteks yang ada dalam bentuk lain. 7. Wahyu tidak hanya berhenti pada zaman nabi Muhammad saja (wahyu verbal memang telah selesai dalam bentuk al-Qur’an), tetapi wahyu dalam bentuk temuan ahli fakir akan terus berlanjut. Sebab temuan akal juga merupakan wahyu karena akal adalah anugerah Tuhan. 8. Karena semua temuan manusia adalah wahyu, maka umat Islam tidak membuat garis pemisah antara Islam dan Kristen, Timur dan Barat, dan seterusnya. 9. Nilai Islami itu bisa terdapat di semua tempat, semua agama, dan semua suku bangsa. Maka melihat Islam harus dari isinya bukan dari bentuknya.

15

10. Agam adlaah baju dn perbedaan agama sama dengan perbedaan baju. Maka sangat konyol orang yang bertikai karena perbedaan baju (agama). Semua agama mempunyai tujuan pokok yang sama, yaitu penyerahan diri kepada Tuhan. 11. Misi utama Islam adalah penegakan keadilan. Umat islam tidak perlu memperjuangkan jilbab, memelihara jenggot, dan sebagainya. 12. Memperjuangkan Syari’at Islam wujud ketidak berdayaan umat Islam dalam menyelesaikan masalah secara arasional. Mereka adalah pemalas yang tidak mau berfikir. 13. Orang yang beranggapan bahwa semua masalah dapat diselesaikan dengan syari’at adalah orang kolot dan dogmatis. 14. Islam adalah proses yang tidak pernah berhenti, yaitu untuk kebaikan manusia. Karena keadaan umat manusia itu berkembang, maka agama (Islam) juga harus berkembang dan berproses demi kebaikan manusia. Kalau Islam itu diartikan sebagai paket sempurna seperti zaman Rasulullah, maka itu adalah fosil Islam yang sudah tidak berguna lagi. Konsep - konsep diatas, merupakan buah pemikiran dari beberapa tokoh yang sangat berpengaruh pada penyebaran paham tersebut. JIL mendapat 28 kontributor domestik dan luar negeri sebagai “juru kampanye” Islam Liberal. Yang mana dari Indonesia diantaranya adalah : 1. Abdul Mukti Ali Biodata : Nama Lengkap

: Prof. Dr. H. Abdul Mukti Ali

Lahir

: Cepu, 23 Agustus 1923

Meninggal

: Yogyakarta, 5 Mei 2004 (81 th )

Mukti Ali adalah alumnus Universitas Islam Indonesia, yang dulu bernama Sekolah Tinggi Islam, ketika berumur 17 tahun, ia masuk di Pondok Pesantren Termas, Pacitan, Jawa Timur. Kemudian melanjutkan studi ke India setelah perang

16

dunia kedua, dan ia mendapatkan gelar doctor di sana pada tahun 1952. setelah itu ia melanjutkan studi ke McGill Univercity, Montreal, Kanada mengambil gelar MA. Dalam melakukan pembaharuan Islam, ia cenderung menjaga hubungan baik dengan kalangan Masyumi ketika itu. Bahkan dia sendiri pernah menjadi sekretaris Mohammad Natsir (mantan ketua Masyumi). Dalam kontek pemerintahan, Mukti Ali terlihat bagaimana keinginan kuatnya agar umat Islam ini masuk kedalam pemerintahan. Maka disaat terjadi pro-kontra yang berkaitan penerimaan Asas Tunggal Pancasila, Mukti menyarankan agar umat Islam menerimanya. Yang penting umat Islam dapat masuk pemerintahan dan memperjuangkan nasib mereka. Dan itu pula yang dilakukan Mukti Ali, baik melalui Depag maupun IAIN. Karier politiknya berada di puncak ketika menjabat Menteri Agama tahun 1971 hingga tahun 1978. Mukti Ali termasuk pendukung eksistensi Negara Israel. Lantas ia menyarankan agar eksistensi Israel diakui, sebagaimana Israel mengakui berdirinya Negara Palestina dalam batas-batas yang disetujui bersama, tandasnya dalam setiap kali berseminar. Ia pun termasuk orang yang punya andil besar terhadap berkembangnya faham liberalisme Islam di Indonesia hingga sekarang ini. Sebab dalam masa kepemimpinanya di Departemen Agama, ia mengirim para sarjana IAIN untuk sekolah atau melanjutkan studi, belajar ilmu-ilmu Islam di negeri Barat. Beberapa intelektual Islam sekembalinya dari Barat menyebarkan faham sekularisme, liberalisme, dan pluralisme. Meski tak menjabat lagi sebagai menteri agama, gagasan dan pemikirannya ini tetap diteruskan oleh penggantinya, kala itu Alamsyah Ratu Perwiranegara. Bahkan oleh penggantinya itu dikembangkan menjadi konsep “Trilogi Kerukunan” yang meliputi kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama dan pemerintah. Hingga masa senjanya, Mukti Ali telah menulis puluhan buku, di antaranya : -

Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia

-

Muslim Bilali dan Muslim Muhajir di Amerika

-

Memahami beberapa aspek ajaran Islam

-

Asal usul agama

17

-

Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, dll

(sumber: www.tokohindonesia.com)

2. Nurcholis Madjid, (Universitas Paramadina, Jakarta) Biodata : Nama Lengkap

: Prof. DR. Nurcholis Madjid

Tempat Lahir

: Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939

Meninggal

: Jakarta, 29 Agustus 2005

Nurcholis Madjid, atau yang biasa disapa dengan nama Cak Nur, lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga kyai terpandang do Majoanyar, Jombang, Jawa Timur. Ayahnya KH. Abdul Madjid, di kenal sebagai pendukung Masyumi. Setelah melewati pendidikan diberbagai pesantren, termasuk Gontor, Ponorogo menempuh studi keserjanaan IAIN Jakarta (1961-1981), tokoh HMI ini menjalani studi doktornya di Univercity Chicago, Amerika Serikat (1978-1984), dengan disertai tentang filsafat dan khalam Ibnu Taimiya. Ditulis dalam buku “ Islam Liberal”, Nurcholis Madjid merupakan tokoh liberal atau liberalisme Islam paling terkemuka di Indonesia. Doctor dari Chicago university ini mempelopori gerakan sekularisme di Indonesia sejak tahun 1970. dalam acara Halal Bi Halal di Jakarta pada tanggal 3 Januari 1970 yang dihadiri para aktivis penerus Masyumi yaitu HMI, PII, GPI dan Persami (Persatuan Sarjana Muslim Indonesia), Cak Nur menyampaikan makalah yang berjudul “ Keharusan Pembaharuan Pemikiran dan Masalah Integrasi Umat”. Dalam makalah itu ia mengajak kea rah sekularisme dan liberalisme pemikiran Islam. Cak Nur juga memperkenalkan ide sekularisme yang menurutnya berbeda dengan sekularisme. “sekularisme tidaklah dimaksudkan sebagai penerapan sekularisme dan mengubah kaum muslimin menjadi sekularis, tetapi dimaksudkan untuk menduniawikan nilainilai yang sudah semestinya bersifat duniawi dan melepaskan umat Islam dari

18

kecendrungan untuk mengukhrowikannya. Dengan demikian kesediaan mental untuk selalu mengiji dan memuji kembali kebenaran suatu nilai di hadapan kenyataankenyataan material, moral ataupun histories menjadi sifat kaum muslim”. Selain itu ia juga memperkenalkan konsep Islam Yes, Partai Islam No. Nurcholis Madjid menghembuskan nafas terakhir pada hari Senin 29 Agustus 2005 di Rumah Sakit Pondok Indah,Jakarta Selatan, cendikiawan kelahiran Jombang ini meninggal akibat penyakit hati yang dideritanya. Jaringan Islam Liberal, dalam situsnya, menuliskan iklan bela sungkawa: “ Turut berduka atas meninggalnya bapak Pluralisme dan Toleransi Prof. DR. Nurcholis Madjid, semoga kami dapat meneruskan perjuangannya”. (sumber : www.islamlib.com) 3. Alwi Abdurahman Shihab Biodata : Nama

: DR. Alwi Abdurrahman Shihab

Lahir

: Rappang, Sulawesi Selatan, 19 Agustus 1946

Alwi Shihab, itulah nama panggilan akrabnya, pada tahun 2004 ia di percaya oleh Presiden Susilo Bambany Y, untuk menjabat sebagai Menko Kesra, namun setahun kemudian dia digantikan oleh Aburizal Bakrie, Alwi kemudian dipercaya sebagai utusan khusus untuk Negara-negara Timur Tengah, termasuk Organisasi Konfrensi Islam. Persamaan visi dan misi membuatnya dekat dengan Gus Dur, karena kedekatannya ia di cap sebagai loyalis Gus Dur. Tak heran ketika Gus Dur masih menjabat sebagai presiden, ia menjadi menteri yang paling sering bersama dengan Gus Dur karena ia menjabat sebagai menteri dalam negeri. Ia juga menjadi pandamping di saat Gus Dur mendapat serangan politik dari Pansus buloggate yang melahirkan interplasi I dan II untuk memaksa Gus Dur turun tahta. Ketika Gus Dur melakukan perlawanan dengan mengeluarkan dekrit membubarkan DPR dan MPR yang telah menjadwalkan Sidang Istimewa meminta pertanggung jawaban presiden, Alwi tetap setia di belakang Gus Dur.

19

Adik kandung dari mantan Menteri Agama Quraish Shihab ini menyelesaikan pendidikan sarjananya bidang akidah filsafat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ujung Pandang tahun 1986. pada saat hampir bersamaan ia meraih gelar master dari universitas Al-Azhar, Mesir. Gelar Master yang lainnya diperoleh dari Universitas Temple, Amerika Serikat tahun 1992. Sebelum bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan pulang ke Indonesia, Alwi menetap di Whashington DC, AS. Di Negara adi daya tersebut, ia mengajar agama Islam di Hartford Seminary yang di jalaninya sejak tahun 1996, selain itu ia juga mengajar di Harvard Divity School dan di Auburn Theological Seminary of New York. Di kalangan cendikiawan dan pemikir Islam AS nama Alwi tidak asing lagi, karena ia salah seorang ahli Islam pertama yang duduk dalam Board of Trutee pada Centre for the Study of World Religions, lembaga pengkajian yang berafiliasi dengan Harfard Divity School. Pandangan Alwi tentang pluralisme dapat dilihat dalam bukunya Islam Inklusif. Dalam buku tersebut ia menyatakan, “ Prinsip lain yang digariskan oleh AlQur’an, adalah pengakuan eksistensi orang-orang yang berbuat baik dalam setiap komunitas beragama dan dengan begitu layak memperoleh pahala dari Tuhan. Lagilagi prinsip ini memperkokoh ide mengenai pluralisme keagamaan dan menolak eksklusivisme. Dalam pengartian lain, eksklusivisme keagamaan tidak sesuai dengan semangat Al-Qur’an, sebab Al-Quran tidak membeda-bedakan antara satu komunitas agama dari lainnya”. (Alwi Shihab, Islam Inklusif : Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, Mizan, Bandung, 1997, hal. 108-109).

4. Abdurahman Wahid Biodata : Nama

: Abdurrahman Wahid

Lahir

: Denayar, Jombang, Jawa Timur, 4 Agustus 1940

Abdurrahman Wahid atau yang kerap disapa Gus Dur adalah putra tertua dari K.H. Ahmad Wahid Hasyim, tokoh nasional dan menteri agama pertama republik

20

Indonesia. Kakeknya yang bernama KH. Hasyim Asy’ari adalah pengasuh di pondok pesantren Tebu Ireng dan pendiri organisasi Nahdhatul Ulama (NU). Pada masa remajanya ia pernah sekolah di Baghdad dan kembali ke Indonesia tahun 1974 dan mulai berkarir sebagai “cendikiawan” dengan menulis sejumlah kolom di berbagai media massa nasional. Pada akhir tahun 70-an, suami dari Sinta Nuriyah ini sudah berhasil mengukuhkan diri sebagai satu dari banyak cendikiawan Indonesia yang paling terkenal dan laris sebagai pembicara publik. Pernah berkecimpung pula dalam bidang seni dengan menjadi DPH Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki Jakarta (1983-1985) dan ketua Dewan Juri Festifal Film Indonesia (FFI) dan Badan Sensor Film (BSF). Tahun 1984 dalam muktamar NU di Situbondo ia terpilih menjadi ketua PBNU. Gus Dur tergolong sangat rajin melontarkan kritik kepada pemerintah yang sangat membuat pak Harto risih, sehingga pada saat Muktamar NU di Cipasung, pemerintah berupaya menjegal Gus Dur, tapi Gus Dur tetap terpilih untuk periode kedua menjadi Ketua umum PBNU. Pada awal 1998 ia terkena stroke, tapi tim dokter berhasil menyelamatkan, namun sebagai akibatnya penglihatannya kian memburuk. Pada saat ia dilantik sebagai Presiden, ia sudah nyaris buta. Dalam kepemimpinanya ia menyatakan akan membuka hubungan dagang dengan Israel, Negara yang dibenci banyak orang di Indonesia. Pernyataan ini mengundang keras beberapa komponen Islam. Gus Dur sering pula memberikan pernyataan yang dinilai sebagian orang justru menyudutkan Islam dan membela kelompok non Muslim, terutama kasus Ambon. Orang-orang dekatnya membelanya dengan mengatakan, “Gus Dur membela Islam dengan cara tidak membela Islam”. Pernyataan tentang pluralisme juga sering dikumandangkan, pernah ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang Muslim yang juga menganut faham Mahatma Gandhi. Dan katanya pula bahwa semua agama itu sama, imbuhnya. Ketika Musyawarah Nasional Majelis Ulama Indonesia yang berakhir tanggal 29 Juli 2006, menetapkan 11 fatwa di antaranya mengharamkan faham liberalisme, sekularisme, pluralisme dan faham Ahmadiyah, sejumlah tokoh masyarakat yang bergabung dalam Aliansi Masyarakat Madani untuk kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, seperti gus Dur, Dawam Raharjo, Ulil Abshar Abdalla (JIL), Johan Efendi, Pendeta Winata Sairin (PGI) dan tokoh-tokoh lainnya mendesak MUI agar

21

mencabut fatwa yang mengharamkan paham-paham tersebut. Mereka beragumen, fatwa semacam itu sering kali dijadikan landasan untuk melakukan kekerasan terhadap pihak lain. Selain itu, “Indonesia bukanlah Negara Islam tapi Negara nasional, jadi ukurannya hukum nasional”, begitu kata Gus Dur di gedung PBNU. Serta tokoh-tokoh lain diantaranya : Masdar F. Mas’udi (Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, Jakarta), Azyumardi Azra, IAIN Syarif Hidayatullah (Universitas Islam Negara, Jakarta), Goenawan Mohamad, (Majalah Tempo, Jakarta), Jalaluddin Rahmat (Yayasan Muthahhari, Bandung), Moeslim Abdurrahman ( Jakarta), Nasaruddin Umar (IAIN Syarif Hidayatullah ,Universitas Islam Negara – Jakarta), Komaruddin Hidayat (Yayasan Paramadina – Jakarta), dan lain-lain. Di antara kontributor mancanegaranya adalah : 1. Asghar Ali Engineer (India) 2. Abdullahi Ahmed an-Naim (Sudan) 3. Mohammed Arkoun (Prancis) 4. Abdallah Laroui (Maroko), dan lain-lain 5. Paham

liberal

berkembang

pesat

di

masyarakat,

dimana

dalam

penerapannya sudah menjadi suatu budaya yang sebenarnya paham tersebut masih mengundang perdebatan dikalangan tokoh Islam khususnya di Indonesia.

22

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA 3.1. Pembahasan Dalam bab ini penulis akan mencoba membahas apakah pemikiran liberal JIL itu dibenarkan oleh al-Qur’an dan hadist serta bagaimana pendapat pemerintah khususnya MUI dan para Ulama dalam menanggapi masalah ini? Selanjutnya sebelum kita menentukan sikap kita terhadap kelompok tersebut. Oleh karena itu kami akan mencoba melihat dari dua hal, yang pertama adalah nama kelompok itu sendiri, dan yang kedua substansi pemikiran-pemikirannya. Ditinjau dari sudut kebahasaan, penggandengan antara kata “Islam” dan “Liberal” itu tidak tepat. Sebab Islam itu artinya tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah SWT, sedangkan Liberal artinya bebas dalam pengertian tidak harus tunduk kepada ajaran Agama (Al-Qur’an dan Hadist). Oleh karena itu, pemikiran liberal sebenarnya lebih tepat disebut “Pemikiran Iblis” dari pada “Pemikiran Islam” karena makhluk pertama yang tidak taat kepada Allah adalah Iblis. Namun jika dilihat dari sisi substansinya, seperti yang sudah tercantum pada BAB II diatas, kita ambil contoh pada point pertama misalnya pendapat mereka yang membolehkan lelaki yahudi (non muslim) menikahi wanita muslimah. Pemikiran mereka (JIL) sama sekali tidak mendasarkan terhadap al-Qur’an dan Hadist. Ia hanya mendasarkan pemikirannya pada rasio dan selera. Padahal Allah SWT dalam alQur’n dengan sangat tegas menyatakan bahwa “wanita muslimah tidak halal dinikahi lelaki kafir dan lelaki kafir tidak halal menikahi wanita muslimah”. Sahabat dan ulama sejak zaman Rasulullah hingga sekarang pun tidak ada yang menghalalkan pernikahan laki-laki non muslim dengan muslimah. Oleh karena itu, pemikiran kelompok liberal ini sangat bertentangan dengan al-Qur’an, Hadist, dan ijma’ (consensus) ulama. Unik memang, pada saat seseorang telah menyatakan menganut Islam maka

23

ia terikat dengan hukum dan syara’ atau ia seorang mukhallaf dan ia tidak bebas lagi karena ucapan dan perilakunya telah dibatasi oleh syari’at. Disisi lain bagaimana mungkin menggabungkan antara Islam dan Liberal karena keduanya adalah ideology yang bertentangan. Islam meyakini bahwa Syari’at Allah SWT harus dijalankan diseluruh sendi kehidupan, tapi tidak dengan paham kelompok liberal ini. Salah satu contoh mereka meyakini pemisahan antara urusan agama dan Negara. Berikut ini kita permudah pembahasan ide-ide JIL ini dalam 3 topik saja, yaitu : 1. Ijtihad ( keterbukaan pintu ijtihad pada semua bidang ) JIL meyakini bahwa pintu ijtihad masih terbuka dalam semua bidang dan untuk semua orang. Penutupan pintu ijtihad akan menutup pintu akal dan kreatifitas seseorang. Pada dasarnya pintu ijtihad memang masih terbuka sampai saat ini, tetapi para ulama telah memberikan batasan dalam hal apa saja boleh berijtihad dan syarat seseorang boleh mengeluarkan ijtihad (mujtahid). Setiap orang boleh saja berijtihad tetapi ulama memberikan syarat-syarat kepada seorang mujtahid, antara lain : a. Pengetahuan bahasa arab, lafadz dan susunan (tarkib) yang berhubungan dengan dalil-dalil hukum yang akan digali (istimbath) b. Pengetahuan terhadap syara’, yakni nash (dalil) dari al-Qur’an dan Sunnah c. Pengetahuan terhadap waqi’ yang akan dihukumi. Bahkan DR. Yusuf Qordhowi (masalah-masalah islam kontemporer) memberikan syarat yang lebih berat semisal pengetahuan bahasa arab, mengetahui tempat-tempat ijma’ yang teapt, ushul fiqih, qiyas dan penyimpulan, kaidah-kaidah syara’. Syarat lainnya adalah harus adil, bertaqwa, tidak mengikuti hawa nafsu atau menjualagamanya untuk kehidupan dunia. Dengan demikian menutrut DR. Yusuf Qordhowi, ijtihad bukan merupakan pintu ijtihad yang terbuka bagi semua orang. Disisi lain pintu ijtihad tertutup untuk nash-nash (dalil) qath’i tsubut (sudah pasti dari segi wujud) dan qath’i dilalah (sudah pasti dari segi petunjuk), seperti

24

contoh dalil-dalil berikut :

èpuÏR#¨9$#

ÎT#¨9$#ur

(#rà$Î#ô_$$sù ¨@ä. 7Ïnºur ) ) _$yJåk÷]ÏiB sps($ÏB ;ot$ù#y

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, ………….. “. (QS. An-Nuur : 2)

ä-Í$¡¡9$#ur èps%Í$¡¡9$#ur (#þqãèsÜø%$$sù $yJßgtÏ÷r& Lä!#ty_ $yJÎ/ $t7|¡x. Wx»s3tR z`ÏiB «!$# 3 ª!$#ur îÍtã ÒOÅ3ym ÇÌÑÈ “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. ………………”. (QS. Al-Maidah : 38) Atau kewajiban shalat, puasa, haji, adanya malaikat, syaitan, lauhul mahfuz, akhirat, dan lain-lain. Disini akal tidak akan mampu lagi menjangkaunya dan kita wajib mengimaninya sesuai dengan penjelasan al-Qur’an dan Sunnah. Masalah terbukanya pintu ijtihad ini merupakan gerbang utama bagi JIL untuk menghancurkan Syari’at Islam, karena jika berhasil meyakinkan umat Islam bahwa pintu ijtihad masih terbukauntuk semua bidang dan setiap orang, maka mereka akan menafsirkan ayat-ayat Allah (al-Qur’an) dan Sunnah sesuai dengan hawa nafsu mereka. Seperti yang beberapa waktu lalu mereka umat Islam sempat dihebohkan dengan adanya pernyataan dari kelompok (JIL) ini bahwasanya “Jilbab tidak wajib dan merupakan kebudayaan arab”, “Laki-laki non muslim boleh mengawini wanita muslimah”, serta “Kebebasan beragama atau murtad”, dan lain-lain.

2. Inklusifisme, kebenaran yang relative, terbuka dan plural Inklusifisme secara ringkas dapat diartikan tidak ekslusif atau tidak merasa paling benar sendiri. Dalam bahasa JIL agama itu seperti roda yang mempunyai jarijari, setiap agama adalah jari-jari dari roda tersebut. Jika semua pemeluk agama (apapun agamanya) dan dia berbuat benar (shaleh) maka semuanya akan menuju ke satu titik poros roda tersebut yaitu surga. Artinya, seorang Muslim, Nasrani, Hindu, Budha, atau konghucu, bila menjalankan agamanya dengan benar (shaleh) maka

25

semuanya akan masuk surga.

Hal ini jelas sangat bertentangan dengan aqidah Islam, sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an yang artinya:

tBur

Æ÷tGö;t

@t6ø)ã

uöxî

çm÷YÏB

ÄN»n=óM}$#

uqèdur

Îû

$YYÏ

`n=sù`

ÍotÅzFy$#

z`ÏB

z`ÌÅ¡»yø9$# ÇÑÎÈ “Barang siapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (QS. Ali – Imran : 85) Dalam ayat yang lain :

pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$ $s)è? wur ¨ûèòqèÿsC wÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÉËÈ “Hai

orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa

kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS. Ali Imran : 102) Serta ada sebuah hadist yang menyatakan : “Islam itu unggul dan tidak ada yang bisa mengunggulinya”. (HR. Bukhari). Dan Islam tidak bisa disamakan dengan agama-agama lain. Karena seorang muslim yang beriman maka surga balasannya, sedangkan orang-orang kafir dan musyrik itu adalah orang-orang yang sesat dan rugi serta kekal didalam neraka. Allah SWT telah berfirman :

bÎ) ©!$# w ãÏÿøót br& x8uô³ç ¾ÏmÎ/ ãÏÿøótur $tB¨ crß Ï9ºs `yJÏ9 âä!$t±o 4 `tBur õ8Îô³ç «!$$Î/ ôs)sù ¨@|Ê Kx»n=|Ê #´Ïèt/ ÇÊÊÏÈ “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia 26

Telah tersesat sejauh-jauhnya”. (QS. An-Nissa :116) Serta dalam surat lain :

pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä bÎ) (#qãèÏÜè? $Z)Ìsù$ z`ÏiB tûïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# Nä.rãt y÷èt/ öNä3ÏZ»oÿ Î) tûïÌÏÿ»x. ÇÊÉÉÈ “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman”. (QS. Ali Imran : 100) Dengan konsep yang menyesatkan ini, maka umat Islam akan dengan mudah murtad karena mereka merasa dengan memeluk agama selain Islam pun mereka akan masuk surga. 3. Sekuler, pemisahan otoritas duniawi dan ukhrawi, otoritas keagamaan dan politik Menurut JIL, Islam tidak mengenal pemerintahan dan agama tidak mempunyai kewenangan dalam mengatur Negara. Jika kita ingin menerapkan Islam secara kaffah dalam semua sector kehidupan, maka kita mau tidak mau harus memformalkan Syari’at Allah SWT yang terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah dalam bentuk undang-undang (UU), dan sebuah undang-undang tidak akan berjalan jika tidak dipayungi oleh sebuah pemerintahan (daulah). Hal ini pun telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan khalifah-khalifah sesudah beliau. Beliau menjalankan pemerintahan di Madinah, menetapkan hokum-hukum ekonomi/perdagangan, social/pergaulan, politik luar negeri, membentuk pasukan, peradilan, pendidikan, dan lain-lain. Beliau mengangkat pembantu-pembantu (mu’awin), wali, amirul jihad, amil, qadhi, dan lain-lain. Dan dilanjutkan oleh khulafaur Rasydin dengan mengangkat Abu Bakar as siddik, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. RA. Kemudian kekhalifahan Bani Muawiyah, Abassiyah hingga Usmaniyyah. Hal ini merupakan suatu fakta bahwa Islam mengenal Negara atau Islam tidak bisa dipisahkan dengan Negara. Banyak dalil-dalil yang mewajibkan terbentuknya sebuah kekhalifahan islamiyah ini.

27

Sanggahan MUI terhadap paham Liberal Dalil yang dipakai MUI untk membantah paham Islam Liberal ini diantaranya : Firman Allah SWT yang artinya :

tBur

Æ÷tGö;t

Ž @t6ø)ã

uŽ öŽ xî

çm÷YÏB

ÄN»n=óŽ M}$#

uqèdur

Îû

$YYÏ

`n=sù`

ÍotÅzFy$#

z`ÏB

z`ÌÅ¡»yŽ ø9$# ÇÑÎÈ “Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima agama itu dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi……..(QS. Ali Imran : 85) Dan surat lain

ö/ä3s9 ö/ä3ãY Ï uÍ
MUI

(Majelis

Ulama

28

Indonesi)

Nomor

:

7/MUNAS

VII/MUI/II/2005 dalam Munasnya 26-29 Juli lalu telah menelurkan sebelas fatwa. Di antara sebelas fatwa tersebut terdapat fatwa yang melarang masyarakat untuk mengikuti paham liberalisme, sekularisme, dan pluralisme karena paham tersebut jelas bertentangan dengan ajaran agama Islam (sesat) Bahaya Firqah Liberal Terhadap Aqidah Umat Dari semua uraian permasalahan yang ada kita sudah dapat merasakan betapa besar bahaya paham liberal dalam islam dan orang-orangnya yang tergabung dalam Jaringan Islam Liberal. 1). Mereka tidak menyuarakan Islam yang diridhai oleh Allah SWT, tetapi menyuarakan pemikiran-pemikiran yang diridhai oleh Iblis, Barat dan para Thaghut lainnya. Oleh karena yang paling diuntungkan oleh gerakan orang-orang liberal adalah orang-orang non muslim yang ingkar al-Qur’an dan Nabi Muhammad SAW juga aliran-aliran sesat dan ahli maksiat. Dan yang paling dirugikan adalah umat islam.( Lihat: PembaharuanIslam Di Indonesia: Pandangan Kristen, Martin Lukito Sinaga, islib.com, kolom,3/4/2006). Bahkan demi membela orang-orang yang amoral sampai salah seorang tokoh liberal berani melecehkan al-Qur’anul Karim- Na’udzu billah minal khudzlandengan mengatakan: “Kitab suci yang paling porno di dunia adalah al-Qur’an.” (lihat misalnya: ali.otda.blogdrive.com). 2). Mereka lebih menyukai atribut-atribut fasik dari pada gelar-gelar keimanan karena itu mereka benci kata-kata jihad, sunnah, salaf, dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, ulama, Al-Qur’an yang Mulia dan lain-lainnya dan mereka rela menyebut dirinya dengan istilah Islam Liberal, Islam Emansipatoris, inklusif pluralis dan lain sebagainya. 3). Mereka beriman kepada sebagian kandungan al-Qur`an dan meragukan kemudian menolak sebagian yang lain. Supaya penolakan mereka terkesan sopan dan ilmiah mereka menciptakan “jalan

baru” dalam menafsiri al-Qur`an. Mereka

menyebutnya dengan Tafsir Kontekstual, Tafsir Hermeneutik, Tafsir Kritis dan Tafsir Liberal.

29

Sebagai contoh, Musthofa Mahmud dalam kitabnya al-Tafisr al-Ashri li alQur`an menafsiri ayat [‫طُعوا َأْيِدَيُهَما‬ َ ‫ ]َفاْق‬dengan “maka putuslah usaha mencuri mereka dengan memberi santunan dan mencukupi kebutuhannya.” (Syeikh Mansyhur Hasan Salman, di Surabaya, Senin 4 Muharram 1423) Dan tafsir seperti ini juga diikuti juga di Indonesia. Maka pantaslah mengapa Rasulullah SAW bersabda: “Sesuatu yang paling aku takutkan atas umatku adalah seorang munafiq yang pandai bersilat lidah, mendebat dengan al-Qur’an.” (HR. Ahmad 15133, dengan sanad kuat, menurut syekh Syueb al-Arnauth) Orang-orang seperti inilah yang merusak agama ini. Rasulullah SAW bersabda: “Kehancuran ummatku ada pada al-Qur’an dan susu.” Ditanyakan : “Ya Rasulallah, apa (yang dimaksud dengan) al-Qur’an dan susu itu?” Beliau bersabda: “ Mereka mempelajari al-Qur’an dan menafsirinya berbeda dengan apa yang diturunkan oleh Allah. Dan mereka menyukai susu[2], meninggalkan shalat berjamah dan jum’at, dan mereka tinggal di pedalaman[3]” (HR. Ahmad, 17451, Syueb al-Arnauth berkata: “Kedua sanadnya hasan.” Mereka mengklaim diri mereka sebagai pembaharu Islam padahal merekalah perusak Islam, mereka mengaku mangajak kepada al-Qur`an padahal merekalah yang mencampakkan al-Qur`an. Mengapa demikian? Karena mereka bodoh terhadap sunnah. Ibn Mas’ud berkata: “Kamu akan mendapati satu kaum yang mengajakmu kepada Kitabullah, padahal mereka telah mencampakkannya dibalik punggung mereka. Maka kamu wajib berpegang dengan ilmu, dan jauhilah sikap sikap mengada-ada, memaksa-maksa, dan kamu wajib mengikuti yang salaf.”(Lihat Ahamd Ibn Umar al-Mahmashani, Mukhtashar Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih: 388-389) 4). Mereka menolak paradigma keilmuwan dan syarat-syarat ijtihad yang ada dalam Islam, karena mereka merasa rendah berhadapan dengan budaya barat, maka mereka melihat Islam dengan hati dan otak orang Barat. Islam yang murni bagi mereka adalah belenggu, sedang para ulama adalah ‘teroris’ yang mengancam kepentingan mereka.

30

5). Mereka tidak mengikuti jalan yang ditempuh oleh Nabi SAW, para sahabatnya dan seluruh orang-orang mukmin. Bagi mereka pemahaman yang hanya mengandalkan pada ketentuan teks-teks normative agama ( al-Qur’an dan Sunnah) serta pada bentuk-bentuk Formalisme Sejarah Islam paling awal ( salafus shaleh) adalah kurang memadai dan agama ini akan menjadi agama yang ahistoris dan eksklusif. (Syamsul Arifin; Menakar Otentitas Islam Liberal, Jawa Pos 1-2-2002). Mereka lupa bahwa sikap seperti inilah yang diancam oleh Allah: 6). Mereka tidak memiliki ulama dan tidak percaya kepada ilmu ulama. Mereka lebih percaya kepada nafsunya sendiri atau kepada guru besar mereka dari para orientalis atau missionaris, sebab mereka mengaku sebagai “pembaharu” bahkan “super pembaharu” yaitu neo modernis. 7). Kesamaan cita-cita mereka dengan cita-cita Amerika, yaitu menjadikan Turki sebagai model bagi seluruh negara Islam. Prof. Dr. John L. Esposito menegaskan bahwa Amerika tidak akan rela sebelum seluruh negara-negara Islam tampil seperti Turki. Artinya bisa saja menjadi antek dan mata-mata bagi Negara penjajah tersebut dengan menjual umat, Negara dan agama ini kepada mereka, sebagaimana layaknya orang munafiq. 8). Mereka memecah belah umat Islam karena gagasan mereka adalah bid’ah dan setiap bid’ah pasti memecah belah. Disamping mereka adalah para provokator yang menghasut untuk memusuhi apa yang mereka sebut sebagai Islam Fundamentalis, inklusif dan militan. 9). Mereka memiliki basis pendidikan yang banyak melahirkan pemikir-pemikir liberal, memiliki media yang cukup dan jaringan internasional dan dana yang cukup, serta dukungan dari Negara-negara donor yang maju yang berwatak penjajah, seperti Amerika dan Israel. Misalnya contoh kecil adalah Gunawan Muhammad bos JIL mendapatkan penghargaan dari Israel dan hadiah 2 M karena selama 40 tahun berjasa dalam menyebarkan paham menyimpang di negri muslim terbesar dunia ini. (Replubika, 26/4/2006 h. 3. Sms dari pak Hartono ahmad Jaiz, 26/4/2006, 20:55:15; Harian Surya….)

31

10). Mereka tidak memiliki manhaj yang jelas dan baku serta tidak bisa diam, padahal diam mereka adalah emas., memang begitu berat jihad menahan lisan. Tidak akan mampu melakukannya kecuali seorang yang mukmin. Sementara itu Ustadz Hartono Ahmad Jaiz menyebut mereka berbahaya sebab mereka itu “sederhana” tidak memiliki landasan keilmuwan yang kuat dan tidak memiliki aqidah yang mapan. (lihat Bahaya Islam Liberal: 40, 64-65) Ringkasnya: jika umat terpengaruh oleh pikiran JIL maka agama akan rusak, moral akan bejat, dan mati dalam kondisi murtad. sebab mereka meyakini: 1. Semua agama sama. Islam tidak beda dengan agama kufur dan syirik manapun, semuanya masuk surga. 2. Semua orang beragama adalah mukmin, oleh karena itu semua bersaudara dan halal saling menikahi. 3. Meyakini Islam satu-satunya agama yang benar tidak boleh. Oleh karena itu dakwah islamiyahpun tidak boleh. Wajib diganti dengan dialog, tukar menukar pengalaman dan kerja sama dalam bidang social keagamaan. 4. al-Qur’an adalah produk budaya, tidak suci dan tidak berada di atas manusia. 5. Tidak ada yang namanya hukum Tuhan di bidang public dan dunia. Hukum Tuhan hanya dalam ibadah. 6. Nabi Muhammad hanyalah tokoh histories yang juga memiliki kelemahankelemahan, dan sunnahnya tidak mengikat umat 7. dll.

32

PEMBENTENGAN Untuk membentengi umat dari virus liberal yang membinasakan ini diperlukan pembentengan dalam dua lapis. Pertama: Upaya pribadi 1. Menjauhi syubhat-syubhat orang liberal sebisa mungkin. Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa mendengar tentang Dajjal maka menjauhlah (beliau mengucapkannnya 3x). Demi Allah ada seorang yang mendatanginya dengan anggapan bahwa dia adalah mukmin( dalam riwayat: benar) lalu ia mengikutinya karena syubhat-syubhat yang ia lontarkan.” ( HR.Ahmad, 19888, 19982;Hakim 8615; Abu Dawud, 2/519 dari Imran ibn Hushen, dishahihkan syekh Albani, ) 2. Ketika mendengarnya atau membacanya segera membaca ta’awwudz 3. Menolak syubhat itu dengan iman dan keyakinan yang kuat. Iman adalah benteng yang terkuat dari segala macam syubhat. Dasar dari semua ini adalah hadis Abu Hurairah –Radiallahu anhu- Rasulullah bersabda : “ Akan datang setan itu kepada salah seorang kalian lalu bertanya: Siapakah yang menciptakan ini?, siapakah yang menciptalkan itu? Hingga ia bertanya siapakah yang menciptakan Allah?. Maka apabila sampai pada tingkat itu maka beristi’adzahlah kepada Allah, dan berhentilah.” Dalam satu lafahz: makaucapkanlah:

Aku

beriman

kepada

Allah

dan

Rasul-Nya.”

(HR.

Bukhari,6866; Muslim, 135, 212, 215; Abu Dawud, 4721, Ahmad, 8192, 8358 dll. lihat Syarahnya as-Sa’di, Bahjatu Qulubil AbrarWa Qurratu Uyunil Akhyar, hadis nomor 8, h.17-19.) 4. Menolak syubhat tersebut dengan ilmu yang benar, melalui bantuan ahli ilmu. Oleh karena itu setiap muslim wajib berguru kepada ahlu sunnah. Dengan ilmu maka syubhat-syubhat akan sirna; misalnya pada 17 April 2007 Mentri Agama Maftuh Basyuni didemo oleh sekelompok orang yang menamakan diri Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan. Kepada Menag 33

mereka menuntut antara lain agar dalam waktu sesingkat-singkatnya mencabut pernyataan Menag yang menetapkan dan menyatakan bahwa Ahmadiyyah adalah suatu ajaran yang sesat dan menyesatkan. Dengan mudah kita bisa membantah mereka bahwa “dengan argumentasi yang sama mestinya kalian harus menghormati agamanya Menag, MUI dan umat Islam, jadi kalian tidak perlu demo., sebab itu berarti memaksakan kehendak pada orang lain dan memaksa orang lain untuk menanggalkan agamanya.” (baca) Adian Husaini, Memaknai Kebebasan Beragama.” Begitu pula orang yang mengaku pluralis tetapi memusuhi kelompok muslim yang dianggap eksklusif berarti mereka sendiri yang eksklusif dan radikal. Begitu seterusnya. 5. Melindungi keluarga dari virus liberal, kalau perlu seorang suami harus mengikat anak perempuan dan istrinya di rumah agar tidak terpengaruh, seperti

pada

kasus Dajjal. Kedua: Upaya Payung Hukum; berupa fatwa atau kepetusan muktamirin pada setiap jam’iyyah. Alhamdulillah hal ini telah terealisir dengan: 1. Sikap para kiyai dan para ulama nahdiyyin di Muktamar Boyolali yang menolak JIL, dan tuntutan mereka agar paham liberal tidak disebarkan di tubuh NU. (Baca misalnya Jawa Pos, Minggu 28 Nopember 2004, h.11) 2. Sikap para tokoh Muhammadiyyah di Muktamar Malang yang menolak dan melibas

tokoh-tokoh

liberal

di tubuh

Muhammadiyyah.(

Baca buku

PEMIKIRAN MUHAMMADIYAH RESPON TERHADAP LIBERALISASI ISLAM, Terbitan Muhaammadiyah University Press, 2005). 3. Fatwa MUI Daerah Jawa Timur tertanggal 2/3/1425-22/5/2004 4. Fatwa MUI Pusat, dalam Munasnya yang ke-7 pada 25-29 Juli di Jakarta, yang telah menetapkan 11 fatwa.( baca selengkapnya Adian Husaini, Pluralisme Agama Haram, Pustaka al-Kautsar). 5. dll

34

3.2. Analisa Disaat datang kepada kita suatu permasalahan ada baiknya kita tidak terlalu memikirkan apa masalahnya, tapi sebaiknya secepat mungkin kita mengambil langkah untuk mencari solusi. Tidaklah mudah menghadapi dan menjauhi paham liberal seperti ini, maka dari itu dibutuhkan beberapa solusi untuk menghadang penyebaran paham seperti ini, diantaranya : Pertama: Upaya Dakwah Dakwah islamiyah Salafiyyah adalah penawar dari segala racun, obat dari segala penyakit dan senjata ampuh untuk melawan segala musuh.. Ia adalah solusi yang substansial dan total meskipun diperlukan waktu yang tidak singkat. Ambil contoh, bagaimana bangsa penjajah Tatar yang perkasa dan kejam itu tunduk dan takluk dengan dakwah, sehingga mereka berubah menjadi kerajaan Islam.( Baca Abul Hasan An-Nadwi, Rabbaniyyah La Rahbaniyyah, Dari Ibn Katsir, Damaskus 1423, h.22-24. Kedua : Upaya Hukum Mengajukan para penebar virus liberal yang merusak bangsa dan agama itu ke pengadilan (jika memang ada pengadilan dan keadilan), untuk menerima hukuman. Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, mari kita bersama berjuang untuk membela kebenaran; agama Allah. Allah berfirman:

tûïÏ%©!$#ur (#rãxÿx. öNåkÝÕ÷èt/ âä!$uÏ9÷rr& CÙ÷èt/ 4 wÎ) çnqè=yèøÿs?

`ä3s?

×puZ÷GÏù

Îû

ÇÚöF{$#

×$|¡sùur ×Î72

Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian “ yang lain. jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang Telah diperintahkan Allah itu,[4]niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan (kerusakan yang besar.” .(QS. al-Anfal : 73 Dari semua uraian diatas kiranya kita dapat memetik hikmah dari apa yang 35

telah terjadi. Dan alangkah bijaknya jika dalam penerapannya kita menentukan sikap terhadap kelompok Jaringan Islam Liberal ini.

Sikap kita terhadap Jaringan Islam Liberal Kita jangan sekali-kali mengikuti pemikiran-pemikiran mereka (JIL), karena Allah SWT sudah menegaskan dalam firmannya :

tBur tb%x. 9`ÏB÷sßJÏ9 wur >puZÏB÷sãB #sŒÎ) Ó|Ós% ª!$ $#

ÿ¼ã&è!qߙuur

#·øBr&

tbqä3tƒ

br&

ãNßgs9

äouŽzÏƒø:$# ô`ÏB öNÏd̍øBr& 3 `tBur ÄÈ÷ètƒ ©!$# ¼ã&s! qߙuur ô‰s )s ù ¨@| Ê Wx»n =| Ê $YZÎ7•B ÇÌÏÈ “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al-Ahzab : 36) Pengertian dari “faqad dhalla dhalalammubina” (sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata) ditafsiri dengan ayat 63 surat an-Nuur :

w

(#qè=yèøgrB

uä!$tãß

ÉAqß§9$#

öNà6oY÷t/

Ïä!

%tæßx. Nä3ÅÒ÷èt/ $VÒ÷èt/ 4 ôs% ãNn=÷èt ª!$# úïÏ%©! $# cqè=¯=|¡tFt öNä3ZÏB #]# uqÏ9 4 Íxósuù=sù tûïÏ%©! $#

tbqàÿÏ9$sä

ô`tã

ÿ¾ÍnÍöDr&

br &

öNåkz :ŠÅÁè?

îpu Z÷FÏù ÷rr & öNåkz :ÅÁムë>#x ‹t ã íOŠÏ9r & ÇÏÌÈ “Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan

sebahagian

Sesungguhnya

Allah

kamu kepada Telah

sebahagian (yang lain).

mengetahui

orang-orang

yang

berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab

36

yang pedih”. (QS. An Nuur : 63) Jelaslah sudah bagi orang-orang yang telah menyalahi aturan dalam Islam dan dia telah tersesat maka tiada lain di hari akhir dia akan mendapat azab yang sangat pedih. Yaitu disiksa didalam neraka jahannam. Maka mengikuti pemikiran kelompok liberal sama dengan menyesatkan diri kita ke dalam api neraka jahannam karena paham kelompok tersebut sudah sangat jelas bertentangan dengan alQur’an dan Hadist.

37

BAB IV PENUTUP DAN DO’A Tidak ada kegiatan manusia yang sempurna didunia ini yang ada hanyalah kegiatan yang berusaha untuk sempurna. Dari semua pembahasan yang telah dijabarkan oleh penulis tentunya masih banyak kekurangan. Karena penulis hanya manusia biasa yang bisa membuat kesalahan yang tidak disengaja. Puji syukur atas nikmat Allah SWT penulis telah merampungkan makalah ini. Sehingga dapat kesimpulan dan saran : 4.1. Kesimpulan Bahwa Jaringan Islam Liberal (JIL) adalah kelompok yang membawa paham liberalisme yaitu memahami nash-nash agama (al-Qur’an dan As-sunah) dengan menggunakan akal pikiran yang bebas dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai denagn akal pikiran semata.dan Pluralisme adalah paham yang mengajarkan kita bahwa semua agama itu sama. 4.2. Saran Janganlah

kita

sekali-kali

mengikuti

pemikiran-pemikiran

sesat mereka (JIL). Karena akan membawa kita kedalam kesesatan didalam memahami agama Islam itu sendiri. Kepada menganjurkan

orang

yang

segeralah

telah

mengikuti

bertaubat

taubat.

38

dengan

paham

JIL,

kita

sebenar-benarnya

DAFTAR PUSTAKA Abu Hamzah Agus Hasan Bashori al-Sanuwi , BAHAYA JIL BAGI AKIDAH UMAT, PEMBENTENGAN DAN SOLUSINYA, www.qiblati.com Handriyanto Budi, 2007, 50 TOKOH ISLAM LIBERAL INDONESIA., penerbit : HUJJAH Press. Prof. KH. Ali Mustafa Yakub, MA, 2005, Mengungkap Jaringan Islam Liberal (JIL), http://youngmuslimsindo.blogspot.com/2005/09/mengungkap-pemikiran-sesatjaringan.html Azhari. Jaringan Islam Liberal dan Kesesatannya dari www.swaramuslim.com Majalah Indonesia “ISLAMI”, 6 – Rajab 1427 / Agustus 2006, MERUNTUHKAN ISLAM dengan INGKAR SUNNAH

39

Related Documents