Dogma Trinitas.docx

  • Uploaded by: Benario Perangin-angin
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dogma Trinitas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,710
  • Pages: 8
Nama

: Rio Nangin

Nim

: 16.01.1385

Tingkat/Jurusan

: II-B/Teologi

Mata Kuliah

: Dogmatika I

Dosen

: Pardomuan Munthe M.Th Doktrin Trinitatis (=Hakikat Ke-Allahan dari ke-3 Oknum Trinitas) a. Metodologi Ontologis (Kebenaran-kebenaran alkaliah) (1) Akar masalah timbulnya ide-ide Trinitatis (2) Munculnya keragaman ide tentang Trinitatis abad 1-4 (3) Konsili Nicea & Konsili Konstantinopel I

I.

Pendahuluan Istilah trinitas atau tritunggal sudah sangat sering kita dengar. Ketritunggalan ini sungguh sebenarnya tidak

dapat kita rumuskan dengan pemahaman

begitu saja. Trinitas atau tritunggal itu haruslah kita pahami karena

ketritunggalan itu adalah pusat pengakuan iman. Pada pelajaran kali ini kita akan membahas doktrin tentang trinitas dan keputusan dalam konsili-konsili gerejawi. II.

Pembahasan 2.1.Pengertian Trinitatis Trinitas adalah doktrin Kristen mengenai ketritunggalan Allah.1Tritunggal atau Trinitas terdiri dari Allah

Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.Ketiganya adalah Esa.2Hal ini berarti Tiga Pribadi didalam Satu Allah, atau didalam satu esensi dari Allah, ada tiga Pribadi.3Tritunggal artinya tiga oknum tapi Esa. Allah Yang Esa itu beroknum tiga, tapi tidak bercampur baur satu dengan yang lain. Bukan tiga Allah tapi satu Allah Yang Esa.4Setiap Pribadi didalam Trinitas memiliki peran yang berbeda. Karya keselamatan dalam pengertian tertentu merupakan pekerjaan dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal.Namun, didalam pelaksanaan ada peran yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa, Anak dan Roh Kudus.5 2.2.Tujuan Pokok Istilah Trinitatis Istilah Tritunggal atau Trinitas tersebut adalah ungkapan iman yang dibahasakan sesuai dengan analisa berpikir manusia pada waktu itu, dengan maksud untuk menjelaskan keberadaan Allah yang tidak kelihatan agar menjadi lebih konkrit di dalam berbagai perbuatanNya. Tujuan pokok dari pemberian istilah Trinitas atau Tritunggal itu tentulah agar kesiapaan dan keberadaan Allah dapat menjadi ‘communicable’-dapat dikomunikasikan kepada manusia, sehingga manusia lebih mudah memahami, mengenal dan percaya kepada Allah. Formula Allah Trinitas untuk menjelaskan apa yang telah diperbuat Allah kepada manusia. Dengan demikian keberadaan Allah itu dapat dipahami, dialami dan dirasakan manusia di dalam dunia yang konkret.6 2.3.Konsep Trinitas Menurut Tokoh7 2.3.1. Karl Rahner Menurut Karl Rahner, Allah Tritunggal adalah misteri atau rahasia Allah. Rahasia Allah menjadi suatu karakter dari Allah sendiri, yang dipakai untuk mengkomunikasikan diri Allah kepada manusia. Dengan demikian karakter Allah harus tetap diakui dan dipertahankan untuk mengetahui sifat dan keberadaan Allah yang sebenarnya.

1

W.R.F. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2007), 458 Jenus Junimen, Trinity of God (Yogyakarta:Andi,2011), xi 3 Stephen Tong, Allah Tritunggal (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993), 29 4 Peter Wongso, Doktrin Tentang Allah (Malang:Seminar Alkitab Asia Tenggara, 1998), 31 5 R.C.Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen (Seminar Alkitab Asia Tnggara, 1992), 44 6 Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar Bebas (Pematang Siantar:L-SAPA, 2007),155 7 Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar Bebas,158-159 2

1

2.3.2. Ted Peters Menurut Ted Peters, doktrin Trinitas adalah sebuah upaya untuk menjelaskan iman terhadap Allah agar dapat dimengerti dan dipahami. Dengan demikian keberadaan Allah yang abadi, yang tidak terbatas, dan yang kekal dapat dipahami dan dialami ketika terjadi peristiwa dimana Allah menjadi manusia. 2.4.Akar Masalah Timbulnya Ide-ide Trinitatis Sepanjang sejarah Gereja tampaklah pergumulan Gereja yang masih muda itu untuk merumuskan kepercayaannya yang mengenai Tuhan Allah. Di dalam pergumulan tadi kita menyaksikan bagaimana Gereja di satu pihak berusaha untuk menghindarkan diri dari bahaya mempertahankan keesaan Allah dengan melepaskan ketritunggalannnya, artinya: bahwa orang sedemikian menekankan kepada ajaran bahwa Allah adalah esa, sehingga sebutan Bapa, Anak dan Roh Kudus seolah-olah hanya dipandang sebagai sifat-sifat Allah saja.8Gereja Kristen telah terjadi oleh karena kedatangan dan perkerjaan Yesus Kristus.Menurut kesaksian Alkitab, dan menurut kepercayaan Kristen dalam kedatangan Yesus Kristus telah termuat segenap Keselamatan yang dianugerahkan Allah kepada dunia ini dan kita manusia.9 Pada zaman Perjanjian Baru, orang Yahudi sangat menekankan kesatuan Allah dan terus dipertahankan dalam gereja-Nya.Istilah Tritunggal atau Trinitas dicetuskan pertama kali oleh Tertulianus.10Bagaimana Allah yang esa bisa beroknum tiga dan tiga oknum bisa tetap Esa? Hal itu hanya dapat dimengerti dari kepercayaan atas ilham dalam Alkitab.11Ia adalah pengacara kelahiran Afrika yang berbahasa Yunani. Ia memilih menulis dalam bahasa Latin dan karya-karyanya mencerminkan unsur-unsur moral dan praktis orang Romawi yang berbahasa Latin. Ketika orang Kristen Yunani masih bertengkar tentang keilahian Kristus serta hubunganNya dengan Allah Bapa, Tertulianus sudah berupaya menyatukan kepercayaan itu dan menjelaskan posisi ortodoks. Ia pun merintis formula yang sampai hari ini masih kita pegang; Allah adalah satu hakikat yang terdiri dari tiga pribadi.12 Sekalipun gereja pada waktu itu tidak menerima ajaran Tertulianus akan tetapi perumusannya mempengaruhi pemikiran gereja-gereja dari zaman sesudah Tertulianus. Demikian banyak teolog berpendapat, disebabkan karena istilah-istilah yang dipergunakan didalam bahasa Latin dan Yunani bagi pengertian-pengertian substansi dan terlebih pandangan mengenai “tabiat ilahi” atau “ketuhanan”.13 2.4.1. Ada dua sikap para teolog dalam memahami doktrin tentang Trinitas: 1. Mengganggap doktrin Trinitas itu sebagai misteri, yang tidak dapat dianalisis secara logika, yang hanya dapat menerimanya didalam iman. 2. Memahami doktrin Trinitas itu sebagai kesaksian iman yang diekspresikan sesuai dengan analisa berpikir orang percaya secara konstruktif tentang sifat, sikap dan tindakan Allah.14 2.5.Munculnya keragaman Ide Tentang Trinitatis abad 1-4 2.5.1. Ide Trinitas Abad 1 1. Paulus Paulus menggangap bahwa Allah Tritunggal mempunyai posisi, kehormatan, kekuasaan, kesucian dan kemuliaan yang sama.Paulus juga mementingkan doktrin Tuhan Yang Esa (Galatia 3: 20). Paulus memandang bahwa tiga oknum Allah itu sama adanya. Yaitu, Tuhan adalah Kristus maka dia sering memakai Tuhan Kristus. Konsep Paulus tentang Allah Tritunggal; Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus adalah satu adanya dan tidak dapat dipisahkan. Bila Paulus menyebut Allah Bapa, sudah mengandung arti Allah Putra dan Allah Roh Kudus. Bila dia

8

Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2016), 104 G.C. van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta:BPK-Gunung Mulia,2014), 548 10 Jenus Junimen, Trinity of God, 11 11 Peter Wongso, Doktrin Tentang Allah, 31 12 Jenus Junimen, Trinity of God, 12 13 Harun Hadiwijono, Iman Kristen , 109 14 Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar Bebas,157 9

2

menyebutkan nama Allah Putra, sudah mengandung arti Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Bila menyebut nama Roh Kudus, juga mengandung nama Allah Bapa dan Allah Putra. Sebutan dari salah satu nama, sudah berarti tiga nama. 15 2.5.2. Ide Trinitas Abad 2 1. Yustinus Martir Yustinus dilahirkan di Filavia Neaolis, Palestina sekitar tahun 95. Yustinus mengajar di Efesus. Ia memandang pengajaran Kristen sebagai filsafat, yang nilainya lebih tinggi daripada filsafat Yunani. Yustinus hidup pada masa gereja dan orang Kristen berada pada keadaan yang tidak menguntungkan.16Dalam Apologinya Yustinus berusaha melemahkan tuduhan kaum kafir yang menuduh bahwa Kristen tentang ateis. Yustinus mengakui bahwa orang-orang Kristen memang menolak ilah-ilah kafir palsu, tetapi, ia selanjutnya berkata, orang-orang Kristen tidak menyangkal Allah yang benar, yang adalah Bapa keadilan dan kesucian dan segala kebajikan lainnya, dan yang tidak mempunyai sangkut-paut dengan kejahatan. Selanjutnya ia berkata “Baik Bapa maupun Anak yang berasal daripadaNya dan yang mengajarkan kepada kita hal-hal ini, dan sejumlah besar malaikat yang baik yang mengikuti dan yang diciptakan seperti Dia, dan Roh yang bersifat nabiah yang kami sembah, oleh sebab kami mengormati Dia dalam akal dan kebenaran”. Urutan bagaimana makhluk itu disembah (yaitu Allah Bapa, Kristus, para malaikat, Roh Kudus).17 2. Origenes Origenes lahir dari sebuah keluarga Kristen yang sangat saleh pada tahun 185 di kota Aleksandria, Mesir. sejak kecil ia sudah diperkenalkan dengan Kitab Suci oleh orang tuanya.18 Menurut Origenes, Tuhan Allah adalah Satu atau Esa, sebagai lawan dari segala yang banyak. Tuhan ini menjadi sebab segala sesuatu yang berada. Dengan perantaraan Logos atau Firman, Tuhan Allah, yang Roh adanya itu, berhubungan dengan dunia benda.Logos ini berdiri sendiri sebagai suatu zat, yang memiliki kesadaran ilahi dan asas-asas duniawi.Ia adalah gambaran Allah yang sempurna. Sejak kekal ia dilahirkan dari Allah. Karena kekuasaan kehendak ilahi ia terus menerus dilahirkan dari zat ilahi. Ia memiliki tabiat yang sama dengan Allah, oleh karena itu dapat di katakan bahwa Ia satu dengan Allah, akan tetapi sebagai yang keluar dari Allah Bapa, Ia lebih rendah daripada Allah Bapa. Roh Kudus dianggap sebagai zat yang ada pada Allah. Roh Kudus ini adanya karena Anak. Hubunganya dengan Anak sama dengan hubungan Anak dengan Bapa. Bapa adalah asas beradanya segala sesuatu, sedangkan Roh Kudus adalah asas penyucian segala sesuatu.Jadi keTritunggalan dipandang sebagai berperangkat-perangkat.Oleh karena itu ajaran ini disebut subordinasianisme. Perbedaan diantara Bapa, Anak dan Roh Kudus dipertahankan, akan tetapi kesatuannya ditiadakan.19 3. Tertulianus Tertulianus merupakan seorang Bapa Teologi Latin yang menulis banyak karya dalam bahasa Latin.Ia dilahirkan kira-kira pada tahun 150 di Kartago. Allah menurut Tertulianus adalah Pencipta segala sesuatu termasuk materi. Allah memiliki hakikat ilahi dan Putra Allah adalah bagian dari hakikat itu. Putra Allah datang bersama Allah Bapa untuk penciptaan serta Putra Allah menyatakan diri dalam dunia lewat inkarnasi-Nya.20Menurut dia, Bapa, Putra, dan Roh Kudus pada pokoknya satu substansi, “sehakikat”, artinya satu dasar yang sama melandasinya.21Inti perumusannya adalah bahwa Tuhan Allah adalah satu di dalam substansinya atau zatNya dan tiga di dalam personaNya atau oknumNya. Bapa, Anak dan Roh Kudus memiliki satu substansi, sedang mereka tiga pribadi.22

15

Peter Wongso, Doktrin Tentang Allah, 36 F.D. Wellem, Hidupku Bagi Kristus (Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2003), 85-86 17 Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2013), 53-54 18 F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015) 150-151 19 Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 107 20 F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja,180 21 Niko Syukur Dister, Teologi Trinitas (Yogyakarta: Kanisius, 2012), 292 22 Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 108 16

3

2.5.3. Ide Trinitas Abad 3 1. Praxeas Muncul di Roma yang mengajarkan bahwa Tuhan Allah adalah Roh.Sebagai Roh Tuhan Allah disebut Bapa.Allah ini telah mengenakan daging atau menjadi manusia.Allah yang mengenakan daging disebut Anak.Di sini Praxeas membedakan antara daging (Anak) dan Roh (Bapa) di dalam diri Tuhan Yesus Kristus.Sebenarnya, menurut Praxeas, Bapa dan Anak (Roh dan daging, atau Kristus dan Yesus) ini adalah Pibadi yang satu, yaitu Allah.Praxeas mempertahankan keesaan Allah.Tuhan Allah adalah satu.Bapa dan Anak adalah satu Pribadi, yaitu pribadi Tuhan Allah. Tetapi Praxeas melepaskan ketritunggalan atau disebut: kedwitunggalan. Sebutan Bapa dan Anak tidak menunjukkan perbedaan, kecuali sebagai Roh dan daging di dalam diri Juru Selamat Yesus Kristus.23 2. Sabellius Sabellius mengajar di Roma sekitar tahun 215.Ia adalah tokoh terkemuka dari suatu aliran teologi yang dikenal dengan nama Modalisme Monarkisme. Sabellius seorang Libia, dari Pentapolis.24Sabellius mengajarkan, bahwa Tuhan Allah adalah Esa, Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah modalitas atau cara menampakkan diri Tuhan Allah yang Esa itu. Semula, yaitu di dalam P.L. Tuhan Allah menampakkan diriNya di dalam wajah atau modus Bapa, yaitu sebagai Pencipta dan Pemberi Hukum.Sesudah itu Tuhan Allah menampakkan diriNya di dalam wajah Anak, yaitu sebagai Juru Selamat yang melepaskan umatNya, yang dimulai dari kelahiran Kristus hingga kenaikanNya ke sorga.Akhirnya Tuhan Allah sejak hari pentakosta menapakkan diriNya di dalam wajah Roh Kudus, yaitu sebagai Yang Menghidupkan.Jadi ketiga sebutan tadi adalah suatu urutan Allah di dalam sejarah.Demikian Sabelliusjuga mempertahankan keesaan Tuhan Allah, tetapi ketritunggalanNya dilepaskan.Bapa, Anak dan Roh Kudus hanya sebutan saja bagi Allah yang satu ini.25 3. Paulus dari Samosta Meninggal pada tahun 260, menurut Paulus, Tuhan Allah hanya dapat dipandang sebagai satu pribadi saja. Tetapi dalam diri Allah dapat dibedakan antara Logos (Firman) dan Hikmat. Logos dapat disebut Anak, sedang Hikmat dapat disebut Roh.Logos bukanlah suatu pribadi, melainkan suatu kekuatan yang tidak berpribadi.Ia mempertahankan perbedaan antara Allah Bapa dan Yesus Kristus. Keduanya diipisahkan hingga berdiri sendiri, tanpa kesatuan.Ia melepaskan keesaanNya.26 2.5.4. Ide Trinitas Abad 4 1. Arius Arius kemungkinan dilahirkan di Aleksandria, kira-kira pada tahun 205, yaitu pada masa penghambatan Kaisar Decius. Pendidikan teologi diperolehnya dari seorang presbiter terkenal, yaitu Lucianus di Antiokhia.Arius mengembangkan teologinya yang memiliki tradisi teologi Antiokhia. 27 Arius mengakui adanya ketiga oknum dalam diri Allah, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Namun menurut Arius, Anak memiliki posisi di bawah Bapa, demikian juga Roh Kudus. Oleh karena itu, Anak tidak memiliki kekekalan yang sama (co-eternal) dengan Bapa. Anak juga tidak dapat disejajarkan dengan Bapa,tetapi lebih rendah dari Bapa, sedangkan Roh Kudus lebih rendah dari Anak. 28 2. Athanasius Athanasius adalah seorang bapa gereja Yunani yang berkali-kali mengalami pengusiran dari kedudukanya sebagai uskup di Aleksandria karena ia gigih mempertahankan ajaran-ajaran Konsili Nicea. Ia dilahirkan di Aleksandria kira-kira pada tahun 296.29 Pengakuan Iman Athanasius membenarkan ketiga unsur utama dari doktrin Tritunggal. Adanya satu Allah; Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah Allah; Allah Bapa bukan Anak, bukan Roh

Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 104-105 F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, 167 25 Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 105-106 26 Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 107 27 F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, 14-15 28 Jenus Junimen, Trinity of God, 25 29 F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, 21 23

24

4

Kudus.30 Athanasius mempertahankan keesaan Allah, membedakan tiga sifat penting didalam Allah dan menekankan bahwa Anak adalah zat yang sama seperti Bapa. Ia mengajar bahwa Anak diperanakkan. Menurutnya bahwa Anak adalah dari zat yang sama dengan Bapa.31 2.6.Pengertian Konsili Menurut Kamus Sejarah Gereja konsili adalah sidang resmi para uskup dan wakil beberapa gereja yang diundang dengan tujuan untuk merumuskan suatu ajaran atau disiplin gereja.32 2.7.Latar Belakang Konsili Nicea Konsili Nicea pertama kali dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 325, konsili ini dibuka oleh kaisar Konstantinus untuk menyelesaikan pertikaian tentang Trinitas (Arianisme).33Konsili Nicea diadakan sebagai reaksi atas ajaranajaran Arius.Iaseorang Presbiter dari Aleksandria. Sama seperti Origenes, ia percaya bahwa Allah Bapa lebih besar dari Anak Allah, yang pada gilirannya lebih besar daripada Roh Kudus.Arius dilawan keras oleh Athanasius yang selama hampir setengah abad adalah uskup Aleksandria.Sebagian besar uskup tidak mau menerima ajaran Arius, karena dianggap menyimpang dari Alkitab.34 2.8.Konsili Nicea (325) Arius berupaya menyelamatkan keesaan Allah dengan menmpatkan tokoh Kristus di luar Allah.ia mempertahankan bahwa Kristus berada di bawah Allah. Menurutnya Yesus Kristus bukan dari kekal, bukan ilahi, melainkan makhluk, yaitu salah seorang malaikat yang tertinggi, dan yang kemudian diangkat menjadi Anak Allah.Maksud Arius adalah mempertahankan keesaan Allah.35 2.8.1. Pemikiran Tokoh Dalam Konsili Nicea 2.8.1.1.Arius Arius berperawakan tinggi, kurus; seorang yang cakap, fasih berbicara dan berkeperibadian yang menarik, berwatak keras dan agak sombong.Arius mengajarkan bahwa Allah dalam pengertian kata yang sebenarnya adalah Allah yang sejati, Bapa saja.kemudian Allah melahirkan Anak itu dari yang tiada (ex-nihilo) oleh kehendak-Nya sendiri. Arius menolak untuk menyatakan bahwa Anak sama dengan Bapa ataupun memandang Anak memiliki substansi yang sama dengan substansi Bapa.36 Arianisme mengajarkan bahwa Anak Allah tidak kekal karena Ia diciptakan oleh Allah Bapa dari ketiadaan untuk tujuan penciptaan dunia ini. Oleh karena itu Anak Allah tidak sehakekat dengan Allah Bapa sehingga dapat binasa serta berdosa.37 2.8.1.2.Athanasius Athanasius mendapat kepercayaan khusus dari uskupnya sehingga dialah yang menjadi penasihat teologis uskupnya dalam Konsili Nicea tahun 325. Hal ini menunjukan bahwa ia adalah seorang yang mahir dalam ilmu teologi.Ia adalah seorang yang teguh pendiriannya. Kira-kira tahun 318 ia menulis risalahnya yang kedua yaituDe Incarnation (Mengenai Inkarnasi),yang menjelaskan bagaimana Logos Ilahi menjadi satu dengan kemanusiaan Yesus menyelamatkan manusia. Putra Allah adalah sehakikat dengan Allah Bapa. Yesus Kristus sungguh-sungguh Allah dan hanya dengan demikian Ia dapat menyelamatkan manusia.38 2.8.2. Keputusan Konsili Nicea Keputusan dari konsili Nicea adalah dengan perumusan bahwa Anak Allah adalah “sehakekat dengan Bapa”. Untuk itu dipergunakan istilah Yunani homo-usios (“homos” = sama, “usia” = hakekat, wujud, zat.39Konsili ini mengutuk Arius dan menyusun Pengakuan Iman anti-Arius yaitu Pengakuan Iman Nicea yang berbunyi “Aku percaya

30

Tony Lane, Runtut Pijar (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016), 78 Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 1, (Yogyakarta: Andi, 1991), 76 32 F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 232 33 F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 240 34 Tony Lane, Runtut Pijar, 23 35 Thomas van Den End, Harta Dalam Bejana (Jakarta:BPK-Gunung Mulia,2013), 65-69 36 F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja,14 37 F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 28 38 F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, 21 39 G.C. van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, 205-206 31

5

kepada satu Allah, Bapa yang Maha Kuasa, pencipta segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Allah yang diperanakkan dari Bapa, yang dari hakekat Bapa. Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah sejati dari Allah sejati, yang diperanakkan, bukan dijadikan, sehakikat (Homousius) dengan Bapa, yang olehNya segala sesuatu dijadikan, yaitu apa yang di surga dan yang dibumi. Yang demi kita manusia dan demi keselamatan kita, turun dan menjadi daging, menjelma menjadi manusia, menderita sengsara dan bangkit pula pada hari yang ketiga; naik ke sorga dan akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati dan kepada Roh Kudus.40 2.8.3. Dampak Konsili Nicea Konsili Nicea memecah-belah Gereja dalam dua kelompok utama.Di satu pihak kelompok Nicea (Gereja Barat, aliran Antiokhia dan lain-lain dari Timur seperti Athanasius) jelas menerima sepenuhnya keAllahan Yesus Kristus tetapi sikapnya kurang jelas mengenai ketigaan Allah. Di pihak lain terdapat kelompok Origenes yang sangat yakin mengenai ketigaan Allah namun kurang jelas mengenai ke-Allahan Yesus Kristus.41 2.9.Latar Belakang Konsili Konstantinopel Konsili Konstantinopel untuk menyelesaikan persoalan Arianisme yang tidak terselesaikan pada Konsili Nicea.42Pada tahun 397 warga barat bernama Theodosius menjadi kaisar kerajaan Timur.Ia adalah pendukung konsili Nicea yang teguh ia memutuskan untuk menanggani Arianisme secara tuntas. Ia mengadakan konsili yang bersidang di Konstantinopel dari bulan Mei sampai Juli 381.43 2.10. Konsili Konstantinopel (381) Pada Konsili Konstantinopel dicapaipersetujuan tentang persoalan Trinitas; Bapa, Anak dan Roh Kudus Esa menurut hakikatnya (keallahannya), tetapi merupakan tiga pribadi. Rumusan Kostantinopel itu mau memperhatikan semua unsure yang terkandung dalam Firman Alkitab: bahwa Allah Esa, bahwa Kristus tidak boleh disamakan begitu saja dengan Allah Bapa dan bahwa Kristus adalah Allah.44 2.10.1. Keputusan Konsili Konstantinopel Konsili menegaskan keputusan Konsili Nicea tentang hakikat Kristus dan menyempurnakan pengakuan iman Nicea.Konsili ini menghasilkan pengakuan iman yang disebut pengakuan iman Nicea-Konstantinopel.45“Aku percaya kepada satu Allah, Bapa yang Maha Kuasa, Pencipta langit dan bumi, segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal, yang lahir dari Sang bapa sebelum ada segala zaman, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah yang sejati dari allah yang sejati, diperanakkan, bukan dibuat, sehakekat dengan Sang Bapa, yang dengan perantaraanNya segala sesuatu dibuat; yang telah turun dari sorga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita, dan menjadi daging, oleh Roh Kudus, dari anak dara Maria, dan menjadi manusia; yang disalibkan bagi kita dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, menderita, dan dikuburkan; Yang bangkit pada hari ketiga, sesuai dengan isi kitab-kitab, dan naik ke sorga; yang duduk disebelah kanan Sang Bapa, dan akan datang kembali dengan Kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati; Yang kerajaanNya takkan berakhir. Aku percaya kepada Roh Kudus, Yang jadi Tuhan dan yang menghidupkan, yang keluar dari Sang Bapa dan sang Anak, yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak disembah, dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi. Aku percaya kepada satu gereja yang kudus dan Am dan rasuli. Aku mengaku satu babtisan untuk pengampunan dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati dan kehidupan di zaman yang akan datang. Amin..46 Tiga ajaran sesat yang dikutuk pada konsili Konstantinopel: 1. Arianisme 40

Tony Lane, Runtut Pijar, 24 Tony Lane, Runtut Pijar, 25 42 F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 236 43 Tony Lane, Runtut Pijar, 32 44 Thomas van Den End, Harta Dalam Bejana, 70-71 45 F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 237 46 Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, 81 41

6

Pengakuan iman tersebut mengandung tiga dari empat kalimat anti-Arianisme dan pengakuan Iman Nicea. Tahun berikutnya para uskup bertemu kembali di Konstantinopel lalu menulis surat ke Roma. Mereka meringkaskan pengakuan iman yang dirumuskan pada konsili tahun 381 sebagai percaya kepada “satu ke-Allah-an, satu kuasa dan hakikat dari sang Bapa, Sang Anak dan Roh Kudus, yang kemuliaanNya sama dan kebesaranNya seabadi; yang adalah tiga hypostasis yang sempurna atau tiga oknum yag sempurna”.47 2. Macedonianisme Tiga puluh enam diantara uskup-uskup yang hadir pada konsili Konstantinopel adalah pengikut Macedonianisme.Mereka percaya bahwa Yesus Kristus adalah Allah, tetapi Roh Kudus dianggap makhluk.Ada usaha-usaha yang membujuk mereka untuk melihat kebenaran.Pengakuan Iman yang dihasilkan dalam konsili ini menyebutkan ke-Allahan Roh Kudus, tetapi hanya secara tersirat. Yang ada hanya rumusan-rumusan dari Alkitab, kecuali pernyataan bahwa Ia disembah dan dimuliakan bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak. Ia tidak secara langsung disebut “Allah”. Kendatipun sudah diupayakan pendekatan yang bijaksana, para uskup Macedonia keluar juga dari konsili.48 3. Apollinarisme Ajaran ini muncul pada abad ke-4, yang diajarkan oleh Apollinarius dari Laodikea.49Aliran ini mengajarkan bahwa Kristus telah menjelma dengan beroleh tubuh dan jiwa manusia, tetapi roh “aku” manusia itu diganti oleh Logos Ilahi. Ajaran ini ditolak oleh Konstantinopel karena jika demikian tentulah Kristus tidak menjadi manusia sungguh-sungguh, dan jikalau ia bukan manusia sungguh-sungguh, mustahil kita manusia dipersatukan pula dengan Allah dan Kristus.50 2.10.2. Dampak Konsili Konstantinopel Konsili Konstantinopel membenarkan bahwa Yesus Kristus adalah Allah sepenuhnya (ini melawan Arianisme) dari manusia sepenuhnya (ini melawan Apollinarisme).Dari kelompok Antiokhia majulah Nestorius, yang membagi-bagikan Yesus Kristus menjadi Allah yang firman itu dan Yesus yang manusia.51 III.

Kesimpulan Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Trinitas atau Tritunggal adalah tiga oknum tapi tetap

mempertahankan keesaan Allah.Ada dua sikap teolog dalam memahami doktrin tersebut ada yang menganggap sebagai misteri, yang tidak dapat dianalisis secara logika tapi menerimanya didalam iman dan ada juga mengganggap sebagai kesaksian iman yang dengan analisa berpikir orang percaya.Dari hal tersebut banyak muncul ide-ide mengenai trinitas baik dari abad 1-4 dengan pendapat tokoh masing-masing.Ada membedakan Allah dengan Anak dan Roh Kudus dan ada juga yang mempertahankan keesaanNya sesuai pemikiran dan analisis masing-masing.Dalam perdebatan itu juga dibahas dalam konsili yaitu merupakan perundingan mengenai suatu permasalahan. Konsili yang membahas Trinitas yaitu Konsili Nicea yaitu pada tahun 325 dan Konsili Konstantinopel pada tahun 381 dan yang akhirnya mendapat keputusan bersama yaitu keputusan pengakuan iman Nicea-Konstantinopel. Keputusan tersebut berdasarkan persetujuan dalam konsili. IV.

Daftar Pustaka Berkhof, H., & Enklaar, I.H., Sejarah Gereja, Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2015 Browning, W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2007 Dister, Niko Syukur, Teologi Trinitas, Yogyakarta: Kanisius, 2012 End, Thomas van Den, Harta Dalam Bejana, Jakarta:BPK-Gunung Mulia,2013 Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2016 Junimen, Jenus, Trinity of God, Yogyakarta:Andi,2011 47

Tony Lane, Runtut Pijar, 32 Tony Lane, Runtut Pijar, 32 49 F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 26 50 H. Berkhof, I.H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2015), 57 51 Tony Lane, Runtut Pijar, 33 48

7

Lane, Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016 Lohse, Bernhard, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2013 Lumbantobing, Darwin, Teologi di Pasar Bebas, Pematang Siantar:L-SAPA, 2007 Niftrik, G.C. van & Boland, B.J., Dogmatika Masa Kini, Jakarta:BPK-Gunung Mulia,2014 Ryrie, Charles C., Teologi Dasar 1, Yogyakarta: Andi, 1991 Sproul, R.C., Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen, Seminar Alkitab Asia Tnggara, 1992 Tong, Stephen, Allah Tritunggal, Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993 Wellem, F.D., Hidupku Bagi Kristus, Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2003 Wellem, F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011 Wellem, F.D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015 Wongso, Peter, Doktrin Tentang Allah, Malang:Seminar Alkitab Asia Tenggara, 1998

8

Related Documents

Dogma
November 2019 49
1 Dogma
November 2019 30
Dogma Trinitas.docx
May 2020 17
Doctrine And Dogma
May 2020 13
Dogma Y Ritual 1
October 2019 36
Dogma Y Ritual 1
November 2019 31

More Documents from ""

Teoprak Kel1.docx
May 2020 15
Pb Si Surung.docx
December 2019 7
Dogmatika Ema.docx
December 2019 8
Dogmatika Masa Kini.docx
December 2019 6
Pb Untuk Mahasiswa.docx
December 2019 9