Nama Kelompok
: Enda Theresia Br. Milala Ferdi Bresman Situmorang Jisi Benario Melianty Brahmana
Tingkat/Prodi
: II-C / Theologia
Mata Kuliah
: Teologi Praktika
Dosen Pembimbing : Dr. Tony Hutagalung Evangelisasi , KKR , dan KKI
I.
Pendahuluan Pewartaan Injil dalam Gereja berarti membawa Kabar Baik kepada segala tingkat kemanusiaan dan melalui pengaruh nilai-nilai Injil merubah umat manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru. Perubahan yang dimaksud bukan sekedar bertobat dalam relasinya dengan Tuhan, melainkan juga bertobat dalam relasinya dengan sesama manusia, masyarakat dan dunia . Kabar Baik yang diwartakan Gereja adalah Yesus Kristus Sang Penyelamat, sebab Allah telah mewahyukan diriNya pada kita dalam PutraNya sebagai yang mengutus dan diutus (Kirchberger, 2004:14). Melalui pewartaan para rasul tentang Yesus Kristus, kitapun semakin mengenal dan mencintai Allah serta menanggapinya dalam iman. Kita mewartakan Injil ke seluruh dunia dan menatanya melalui kesaksian hidup.
II. Pembahasan 2.1. Evangelisasi 2.1.1. Pengertian Evangelisasi Evangelisasi berasal dari kata kerja Yunani “euangelizien” (juga “euangelizomai” dan kata ini terjadi dari kata benda “euangelion” = kabar – kesukaan tentang kedatangan kerajaan Allah oleh perkataan dan perbuatan Yesus Kristus, sesuai dengan itu “euangelizein” (atau “ euangelizomai”) berarti memberitakan kabar kesukaan ini kepada manusia (= manusia Kristen dan bukan Kristen)
diseluruh
dunia.
“euangelizein”
sama
dengan
“kerussein”
=
memproklamasikan (mengumumkan) berita – selamat.1 Evangelisasi adalah pekabaran injil kepada semua orang, kepada jemaat dan kepada mereka yang 1
J.l. Ch. Abineno, Sekitar Theologia Praktika II, ( Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1980), 165-166
belum menjadi anggota jemaat.2 Evanglisasi adalah salahsatu bentuk pelayanan yang banyak dipakai oleh gereja-gereja di Indonesia. Hampir tidak ada satu gereja yang tidak mencantumkannya dalam tata gerejanya. 3 Di Amerika, Evanglisasi merupakan pelayanan pekabaran injil dalam arti luas: kepada semua orang baik yang telah menjadi anggota gereja maupun yang belum sedangkan di Eropa khususnya di Belanda dan Jerman umumnya menganggap Evangelisasi sebagai pelayaanan perkabaran injil dalam arti yang sempit: ditujukan kepada anggota gereja yang sesat, dimana mereka akan dipimpin untuk kembali kedalam gereja yang benar.4
2.1.2. Apa saja yang dilakukan didalam Evangelisasi Evangelisasi merupakan perkerjaan Allah, yang berdasar atas kasih dan kemurahanNya 1. Evangelisasi berpartisipasi dalam karya Yesus Kristus yang terus bekerja menghimpunkan bangsa-bangsa di dunia. Dalam pekerjaan itu seluruh gereja sebagai “umat Allah yang memberitakan injil” ditetmpatkan dalam evangelisasi dan anggota-anggota jemaat merupakan baris yang paling besar. Dimana di dunia sedang dijalankan usaha untuk memobilisasikan jemaat sebagai umat Allah yang memberitakan injil dan membeangkitkan serta memperdalam kesadaran apostel anggota-anggota jemaat. 2. Evangelisasi mulai dengan suatu demonstrasi solidaritas yang meyakinkan yang penting ialah menemukan suatu ruangan rohani bersama dimana kata-kata dapat menjalankan fungsinya kembali.. 3. Evangelisasi baru ada artinya kalau ia dikeluarkan dari isolemen “aktu bebas” (hari minggu ; sesudah waktu kerja dan dapat diintegrasikan kedalam perusahaan biasa yang dkerjakan setiap hari 5 4. Evanglisasi bertujuan untuk mendidik orang – orang didalam iman sedemikian rupa sehingga membimbing tiap-tiap individu kristen untuk menghayati sakramen – sakramen iman sejati dan bukannya untuk menerima sakramen – sakramen secara pasif melainkan untuk ambil bagian dalam penerimaan sakramen – sakramen6
2
J.L.Ch. Abineno, Jemaat, (Jakarta: BPK-GunungMulia, 1956), 115 J.L.Ch. Abineno, SekitarTeologiPraktika II, 165 4 J.L.Ch. Abineno, SekitarTeologiPraktika II,165 5 J.l. Ch. Abineno, Sekitar Theologia Praktika II, ( Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1980), 170-171 6 Franz- Josep Eiler, Berkomunikasi Dalam Pelayanan dan Misi, (Yogyakarta Penerbit Kanisinus, 2003),111 3
5. Evangelisasi merupakan upaya orang Kristen melayangkan kabar kesukaan ihkwal Yesus Kristus kepada seorang, sedemikian rupa sehingga ia berpaling dari dosa-dosanya dan percaya kepada Allah melalui anak-Nya Yesus Kristus dengan kuasa Roh Kudus.7 2.1.3. Apa saja isi evangelisasi 1. Bahwa evangelisasi bukanlah pertama – tama pekerjaan Gereja, tetapi, pekerjaan Kristus. Ia adalah subjeknya yang sebenarnya. Ialah yang mula-mula bertindak. Gereja hanya alat saja : alat yang ia pakai dalam pekerjaanNya. Pekerjaan Gereja ialah partisipasi dalam pekerjaan kristus. 2. Evangelisasi erat sekali hubungannya dengan apostolat Gereja 3. Dalam pekerjaan evangelisasi dipergunakan alat-alat komunikasi “massa modern” dan (sama dengan pers, radio, televisi) dan apostolat kebudayaan (sama dengan film, drama) 4. Bahwa untuk pekerja evangelisasi harus dilepaskan dari ikatan gereja dan baha persekutuan yang timbul oleh pekerjaan mereka, berdiri sendiri, lepas dari organisasi gereja yang ada.8 2.1.4. Bagaimana cara melakukan Evangelisasi Evangelisasi itu berkenanaan dalam penyajian iman kristen, amanat serta penebusan Kristus secara aktual bagi kehidupan melalui pembaptisan dan menjadi angota Gereja. Evangelisasi jauh melampaui sekedar penyampaian informasi belaka serta kesan pertama saja. Dalam katekese, iman Kristen dibagi pada suatu pemahaman dan penerimaan yang lebih mendalam yang menghayati pembelajaran yang tidak saja bercorak intelektual tetapi berdampak atas keseluruhan pribadi. Dengan cara ini , liturgi jemaat dan aksi kristiani juga menyertai pembelajaran kateketis. Dalam proses personalisasi semacam itu, media massa elektronik tidak terlalu berperan bila dibandingkan dengan komunikasi pribadi secara langsung yang membantu mengembangkan pemahaman dan pengalaman yang lebih mendalam. Komunikasi evangelisasi juga tidak bersandar pada satu media saja, tetapi juga pada pelayanan – pelayanan terpadu dan orang – orang yang berintegras, yang yakin bahwa gereja dan setiap anggotanya adalah dan pada hakikatnya adalah merupakan komunikasi.9
7
H. Ongirwalu, Himpunan Bahan Study Institute Tentang Ekklesiologia, (Jakarta: 1988), 15 Ibid 9 Franz- Josep Eiler, Berkomunikasi Dalam Pelayanan dan Misi, (Yogyakarta Penerbit Kanisinus, 8
2003),71
2.1.5. Evangelisasi pada gereja mula-mula sampai jaman sekarang Bentuk Evangelisasi atau peribadatan diadakan di Sinagogue atau di Bait Suci Allah. Seperti Kesaksian iman terhadap Allah yang Esa, Doa umum, Membaca nats dari Pentateukh dan berkhotbah. Dari tata cara tersebut jemaat mula-mula menyesuaikan bahan-bahan dengan pelayanan Yesus sebagai Mesias yang dimulai dari awal pelayanan Yesus, penderitaan, kematian dan kebangkitanNya. Pada waktu khotbah Paulus masih dalam bentuk lisan dan sebagian dalam bentuk tertulis yang berisikan ajaran tentang kehidupan berdasarkan pembebasan yang dilakukan oleh Yesus.10 Evangelisasi zaman sekarang dapat kita lakukan melalui kesaksian hidup suci, hidup seturut teladan Yesus Kristus dengan mencintai dan mengasihi orang lain. Kesaksian hidup sebagai umat Kristiani, penyerahan diri secara penuh pada Allah, membentuk persekutuan yang kuat, kokoh dan semangat yang berkobarkobar sangat relevan untuk pewartaan Injil zaman sekarang Sebab pewartaan yang dilakukan melalui kesaksian hidup akan lebih menyentuh hati setiap orang. Terlebih hidup zaman sekarang orang lebih senang mendengarkan kesaksian yang menunjukkan suatu fakta daripada kata-kata yang tidak sesuai dengan tindakan. Namun bukan berarti kata-kata menjadi tidak penting dalam pewartaan, melainkan suatu kegiatan yang harus dijalankan dengan seimbang. Artinya kita berbicara tentang kebenaran Kabar Gembira yang dapat dilihat dalam sikap dan tindakan kita Maka kesaksian hidup suci menjadi sarana utama bagi penginjil yaitu tindakan konkret dari sikap dan tindakan seseorang yang mencerminkan nilai-nilai Injil dalam hidupnya sehari-hari. Oleh karena itu, kaum awam harus menyadari bahwa evangelisasi melalui sikap dan tingkah laku yang mencerminkan diri sebagai orang beriman, hidup sederhana, setia pada Kristus dengan mengamalkan cinta kasih, peduli pada sesama, peka terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan orangorang di sekitar.11 2.1.6. Tantangan dan Hambatan12 Tantangan merupakan segala sesuatu yang akan dihadapi oleh setiap orang dalam mengarungi hidupnya di dunia. Menyadari kehidupan yang semakin hari semakin berkembang dalam banyak hal, kaum awam sebagai 10
A.A. Sitompul, Bimbingan Tata Kebaktian Gereja,(Pematang Siantar, 1993), 35. https://repository.usd.ac.id/22740/2/061124051_Full.pdf diakses Pada Tanggal 08 Februari, 2019. Pukul 18.00 WIB. 12 https://repository.usd.ac.id/22740/2/061124051_Full.pdf diakses Pada Tanggal 08 Februari, 2019. Pukul 18.00 WIB. 11
pewarta Injil perlu tanggap dan peka terhadap perubahan zaman agar mereka lebih siap menghadapi berbagai tantangan yang dapat menghambat perjuangan mereka dalam mewartakan Injil. Tantangan tersebut tidak hanya datang dari luar diri melainkan juga dari dalam diri sendiri. 1. Tantangan Dari Dalam Diri a. Perasaan “Takut” dan “Malu” Takut dan malu merupakan hal yang hampir dirasakan oleh setiap orang dalam dirinya. Hal tersebut dapat membawa seseorang pada suatu kebaikan namun dapat juga menjadi penghambat bagi perkembangan pribadinya. Takut di sini menjadi penghambat dalam perkembangan iman seseorang untuk semakin mengenal dan mencintai Allah dengan bebas. Sebagai umat Katolik, seringkali kita merasa takut untuk mengenal Allah lebih dalam. Terlebih kita sebagai kaum awam merasa bahwa kita tidak punya pengetahuan dan pengalaman apa-apa yang dapat kita banggakan sebagai pengikut Yesus Kristus. Kita merasa takut dan malu karena kita tidak dapat hidup suci seperti para kaum religius. Sebab dalam pemahaman kaum awam hidup suci adalah hidup membiara seperti suster, bruder, frater dan pastor. Sikap takut ini seringkali membuat kaum awam tidak melakukan apa-apa dan hanya berdiam diri saja.
b. Pandangan Negatif terhadap Dunia Kaum awam mendapatkan panggilan khusus dalam mewartakan Injil di tengah-tengah dunia. Apapun situasi dan kondisi dunia, itulah yang dihadapi mereka dalam tugas pewartaannya. Menghadapi kenyataan dunia zaman sekarang tentu kaum awam merasa itu sebagai suatu tantangan yang amat berat dan sulit untuk dilakukan, namun di sini pula mereka diuji untuk menemukan cara-cara atau metode yang cocok untuk menyampaikan Kabar Gembira kepada umat manusia. Sebab pada dasarnya Allah menciptakan dunia dan segala isinya itu baik. Dari Perjanjian Lama Kej. 1:1-31 kita dapat melihat kisah penciptaan Allah dan pada hari terakhir Allah melihat semua yang diciptakanNya itu sangat baik, sehingga kita tidak dapat mengatakan bahwa dunia itu telah merusak moral manusia melainkan manusia yang tidak dapat mengendalikan dirinya menghadapi pergolakan dunia saat ini. Sebab mereka terlalu buta untuk melihat kebaikan-kebaikan yang diberikan dunia dan hanya mengandalkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hanya
untuk kesenangan semata.
2. Tantangan Dari Luar Diri a.
Irelevansi Agama dalam Hidup Sehari-hari. Ketidakadilan,
kekerasan,
perpecahan,
perang
antar
agama,
pemerasan,
perampasasan hak, ketidakpedulian antara manusia yang satu dengan yang lainnya, pemerkosaan dan tindak kekerasan lainnya menjadi fenomena yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia zaman sekarang. Kenyataan ini tentu saja menimbulkan pertanyaan bagi setiap orang apakah pentingnya agama dalam kehidupan zaman sekarang ini? Agama dikatakan sebagai pemersatu umat manusia, tetapi kenyataannya
untuk
mempersatukan
yang
seiman
saja
sulit
apalagi
mempersatukan yang berbeda agama. Agama tidak dapat menjadi tempat yang damai bagi umatnya karena di dalam persekutuannya tidak dapat lagi dibangun sikap saling menghargai dan menghormati. Ketidakadilan menjadi tantangan berat dalam pewartaan kita karena kita sendiri hendak mewartakan tentang keadilan, kebahagiaan, kedamaian dan kerukunan. Namun kenyataannya adalah seringnya terjadi ketidakadilan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, pentingnya kaum awam mengupayakan pewartaan tentang keadilan yang bersumber pada cinta kasih Allah untuk melawan ketidakadilan.
b.
Hedonisme Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan, kenikmatan dan materi adalah tujuan utama dalam hidup ini. Zaman ini kebanyakan orang berpandangan bahwa hidup hanya satu kali dan harus dinikmati dengan sebaik- baiknya, dengan hidup sebebas-bebasnya dan berfoya-foya yang terpenting adalah dirinya senang. Dalam kehidupan zaman sekarang, tidak jarang kaum awampun menganut paham hedonisme. Hal itu nampak dalam kehidupannya sehari-hari yang bekerja siang dan malam, terkadang mengabaikan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan, walau telah berkelimpahan sekalipun mereka tetap bekerja tanpa batas waktu untuk terus mengumpulkan uang demi memenuhi kebutuhan yang tak terbatas tersebut. Seringkali karena kesibukan bekerja mereka mengabaikan urusan di tengah masyarakat dan di dalam Gereja.
Paham
hedonisme ini
adalah menyamakan kebaikan dengan
kenikmatan, sehingga kebanyakan orang zaman ini menyetujui konsep tersebut dan siap untuk mengikutinya serta menempatkan kesenangan dan kenikmatan itu sebagai hal utama yang harus dikejar selama ia masih berziarah di dunia ini. Mereka menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan tidak perlu bersusah payah untuk memperolehnya di surga karena di dunia sudah ditemukan. Oleh karena itu harus segera dinikmati sebelum mereka meninggalkan persiarahannya di dunia ini c.
Materialisme Berkaitan dengan paham hedonisme di atas maka tak dapat disangkal pula bahwa paham itu secara tidak langsung membawa manusia pada sikap materialistis, sehingga segala sesuatu yang dihadapi di dunia ini dinilai dengan uang, harta dan kedudukan. Bila ketiga hal tersebut sudah menguasai pikiran setiap orang, maka di antara manusia tidak lagi mempedulikan manusia
lainnya
apalagi
yang
lemah,
miskin
dan
tertindas.
2.1.7. Keuntungan pengkabaran Injil dengan menggunakan Evanglisasi Evagelisasi
mengupayakan
pendengarannya
supaya
bertobat
dan
menyerahkan diri kepada Kristus, dan melayaniNya sebagai Tuhan dalam persekutuan orang percaya. Jadi yang penting bukan caranya atau metodenya melainkan inti beritanya.13 Tujuan dari Evangelisasi juga, agar semua orang mengalami keselamatan yang diwartakan Yesus Kristus, yakni “pembebasan dari segala sesuatu yang menindas manusia, terlebih pembebasan dari dosa dan dari kejahatan, serta kegembiraan karena mengenal Allah serta dikenal olehNya, karena melihat Dia dan dijadikan anak-Nya.14
2.2. Kebaktian Kebangunan Rohani ( KKR) 2.2.1. Pengertian KKR Kebaktian Kebangunan Rohani(KKR) adalah Kegiatan ibadah yang diselenggarakan oleh Gereja. Ibadah ini diselenggarakan untuk memperbaharui kerohanian dan iman dari jemaat Gereja tersebut.KKR berarti “menghidupkan kembali” atau “bangun kembali”. Kata ini juga diterjemahkan sebagai memelihara, menjaga agar tetap hidup, memulihkan atau menjadikan utuh. KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) adalah kegiatan ibadah yang disenggarakan oleh gereja. Ibadah ini diselenggarakan untuk memerbaharui kerohanian dan iman dari jemaat gereja tersebut. Kebaktian kebangunan rohani lebih daripada pertemuan-pertemuan besar, lebih daripada membangkitkan orang-orang kudus, lebih daripada membangkitkan jiwa-jiwa.15 2.2.2. Apa saja yang dilakukan didalam KKR Ibadah ini biasanya diselenggarakan dengan kapasitas jumlah jemaat yang
1.
lebih besar dari ibadah biasa, dengan persiapan yang lebih kompleks. Jemaat pada umumnya didorong untuk berpartisipasi mengajak keluarga,
2.
sanak saudara, maupun rekan-rekannya yang mungkin mengalami kemunduran rohani, atau belum hidup menuruti perintah dan ajaran Tuhan untuk turut diperbaharui dan disegarkan lagi dalam ibadah tersebut.\
13
D.W. Ellis, Metode Penginjilan, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993), 117-118 H. Ongirwalu, Himpunan Bahan Study Institute Tentang Ekklesiologia, (Jakarta: 1988), 14 15 Jonathan David, Menangkap Gelombang Kebangunan Rohani, (Jakarta: Nafiri Gabriel, 2003), 3 14
3.
Khotbah yang dibagikan dalam ibadah tersebut biasanya bersifat sederhana dan mudah dimengerti, berupa dasar-dasar iman (bukan merupakan pengajaran agama yang mendalam).
4.
KKR sebenarnya identik dengan ibadah-ibadah yang pernah dilakukan Kristus dahulu seperti khotbah di bukit, pelayanan di tempat-tempat umum sehingga orangorang kebanyakan (umum) bisa datang berbondong-bondong untuk mendengar pengajaran firman Tuhan, didoakan dan mengalami mujizat kesembuhan Ilahi, diselamatkan dengan percaya dan menerima Tuhan Yesus secara pribadi.
5.
Kebangkitan Kebangunan Rohani adalah Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia dalam kekudusan yang mengagumkan dan kuasa yang tidak tertahankan. Kuasa yang sanggup mengubah segala hal.
6.
Kebanguan Rohani yang nyata menggerakkan setiap hati manusia kepada pengenalan dan kebenaran Kristus dan Kebangunan Rohani dalaj kehadirat Allah16
2.2.3. Bagaimana cara melakukan KKR KKR biasanya dilakukan dengan cara : a. Khotbah yang ringan dan impresif, b. Penyembuhan massal, c. Pujian dan Penyembahan, d. Ibadah yang tidak terikat liturgi, e. Pembahasan mengenai kuasa Yesus mengusiran roh-roh jahat dan f. Pengurapan dengan minyak. Ibadah-ibadah KKR, khususnya ketika memasuki penyembahan dan pengurapan, sering terjadi seseorang mengalami Kepenuhan Roh Kudus. 2.2.4. KKR pada gereja mula – mula dan sekarang Gerakan Kebangunan Rohani, dipelopori oleh berkembangnya Pietisme yang menjangkiti wilayah Eropa dan Amerika17 Gerakan ini digambarkan sebagai gelombang unik yang turut mewarnai kebangkitan negara-negara koloni pada 1740-1742.Gerakan ini kemudian dikenal sebagai permulaan
16
http://gjki-milleniumdamai.org/berita_detail.php?id diakses pada Rabu 14 Febuari 2018 pukul
17
C. De Jonge. Pembimbing ke Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009. Hlm. 78-79.
gerakan evangelikal.18Ada empat periode dari gerakan kebangunan rohani ini. Masing-masing memiliki karakteristik menyebar luas dengan sangat pesat, dipimpin oleh para pendeta evangelikal, memberi peningkatan sangat tajam dalam ketertarikan beragama dan membawa dampak besar bagi rasa bersalah dan pengampunan terhadap seseorangHal inilah yang mengakibatkan gereja evangelikal mengalami lompatan hebat dalam hal jumlah dan membawa bentuk pergerakan keagamaan baru dan denominasi (termasuk di dalamnya Gereja Baptis)19
2.2.5. Tantangan dan Hambatan 1.
Berkurangnya Kontak Tatap-Muka – Orang-orang tidak lagi melakukan banyak tatapmuka. Mereka berhubungan melalui teks, Facebook, Twitter dan bentuk-bentuk jaringan sosial online lain. Ini menghalangi kemampuan injil bisa dengan efektif menarik perhatian dan fokus anak muda (begitu juga orang yang lebih tua) karena proses berpikir kita yang dibanjiri dengan interaksi sosial yang murahan dan yang seringkali merusak, di samping internet porno, video game dan hal-hal lain yang menyedot kehidupan dan enersi rohani suatu generasi.
2.
Budaya cara-pikir bebas Amerika, bukannya cara-pikir bersama – Sewaktu saya mendengar cerita tentang kebangunan di Korea Selatan, China, Afrika, Kolumbia, dan yang lain-lain, saya langsung beranggapan kalau bangsa-bangsa tersebut kurang menghadapi tantangan budaya dibandingkan dengan Amerika. Budaya-budaya mereka punya lebih caraa-pikir bersama / komunal, dimana mereka cenderung untuk menyesuaikan pada norma-norma yang ada di hadapan mereka yang diletakkan oleh pemipin dan / atau kelompok yang kuat, dibandingkan dengan cara-pikir berbeda yang melandasi para individu di Amerika, yang suka menonjol dan yang diperburuk dengan kemajuan tehnologi.
Oleh karena itu sulit untuk mendapatkan dan memegang struktur menggembalakan kelompk kecil, keluar rumah untuk berdoa setiap hari jam 5 pagi, menghadiri pertemuan malam hari lima hari seminggu, mengikuti serangkaian sasaran penginjilan, dll. Itulah mengapa strategi-strategi pertumbuhan gereja dan penginjilan, seperti G12, tidak berjalan 18
Daniel G. Reid, et al. Dictionary of Christianity in America. Illinois: Intervarsity Press, 1990. Hlm. 397398. 19 Jan S. Aritonang. Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995. Hlm. 155-156
di Amerika. Bahkan pendiri G12 juga tidak berhasil melakukannya di Miami seperti yang dia alami di Bogota, Kolombia. Orang di Amerika harus menemukan strategi-strategi yang bisa berjalaan dalam konteks budaya Amerika, bukaan sekedar menjiplak strategi-strategi yang berjalan dengan efektif di konteks dan budaya-budaya komunal. 3. Banyak Distraksi dan Pilihan – Selama kebangunan pada abad 18 dan 19 orang-orang punya sedikit pilihan akan transportasi, tehnologi, dan keuangan. Oleh karena itu saat ada gereja dibuka di suatu komunitas, itu bukan saja sebagai pusat rohani tetapi juga pusat sosial dan budaya bagi semua orang, bahkan bagi yang tidak percaya. Msisalnya, Charles Finney sebagai seorang anggota paduan suara di komunitasnya meskipun dia sebagai orang yang tidak peraya! Oleh karena itu saat Tuhan bergerak di suatu gereja otomatis berpengaruh padaa atmosfir komunitas dan daerahnya! Sekarang ini orang-orang punya televisi, radia, komputer, bowling, bisokos, olahraga, tempat kebugaran, senia beladiri, dll. Terlalu banyak pilihan memberikan kurangnya ikatan kohesi dan kurangnya perhatian untuk diberikan ke Tuhan dan gereja. 4. Kurangnya Mengkotbahkan hukum Tuhan dan Sepuluh Perintah Allah – Banyak gembala dan gereja yang telah mengabaikan Perjanjian Lama, Sepuluh Perintah Allah dan hukum moral Allah dalam kotbah dan pengajaran mereka. Sebagai akibatnya, kecil sekali adanya tempelakan dosa yang membawa ke pengambilan keputusan untuk menerima Kristus yang sejati, melainkan keputusan yang hanya didorong oleh emosionil semata. Para gembala perlu mengkotbahkan hukum moral Allah sekali lagi karena dengan hukum tersebut pengetahuan akan dosa (Rm. 7:7) yang akan membimbing kita kepada Kristus (Gal. 3:24). Jika baik masyarakat dan gereja meninggalkan Sepuluh Perintah Allah akan lebih sedikit orang yang bisa ditempelak dosa atau bahkan perlunyaa mereka akan keselamatan, yang akan menjadikan hambatan yang begitu besar akan kebangunan rohani yang alkitabiah. 5. Kurangnya Mengkotbahkan sorga, neraka dan kekekalan – Cukup dengan bertanya: Kapan terakhir kali gembala kita suatu pesan mengenai neraka? (Baca Mat. 3:7; Luk. 16:19-31) 6. Kurangnya rasa takut akan Tuhan di gereja – Sekarang ini sangat umum bagi pengunjung gereja Injili untuk hidup bersama dalam dosa, mempraktekkan seks sebelum
menikah, bermabuk-mabukan, berkunjung di nigth club, mengunggah gambar-gambar tidak senonoh di Facebook, mengatakan kata-kata kotor, dan mendengarkan musik orang fasik – semuanya dengan mengatas-namakan kasih-karunia dan sebaga tanggapan legalisme yang berlebihan. 7. Kurangnya doa dan mencari Tuhan yang dilakukan oleh pribadi, keluarga dan jemaat – Sementara hampir semua orang Kristen mencela Madalyn Murray O'Hair yang atheis, yang berhasil mengeluarkan doa untuk tidak dilakukan di sekolah di awal 1960, tetapi kita mengakui kalau doa itu juga sudah dicopot sebelum hal tersebut terjadi. Hanya sedikit umat percaya yang saya ketahui yang telah membangun mezbah keluarga di rumah-rumah mereka dan yang terus-menerus mencari Tuhan bersama pasangan dananak-anak mereka..20
2.3.
Kebaktian Kebangunan Iman (KKI)
2.3.1. Pengertian KKI KKI adalah kebaktian kebangunan iman, KKI ini bertujuan untuk membangun iman, yakni iman sejati, KKI ini juga merupakan wadah untuk membangkitkan kembali jiwa-jiwa yang telah jauh dari Kristus. Yang penting bagi seorang Kristus ialah berada dalam Kristus dimana orang lain berada. Bukan berada sekedar berada saja, tetapi berada didalam nama Kristus.21
2.3.2. Apa saja yang dilakukan didalam KKI membangun iman, yakni iman sejati, selamanya terfokus pada kehendak Allah, bukan pada keinginan kita. Itu ada adalah percaya kepada Allah, percaya pada janji-janjiNya dan berbuat sesuai firman-Nya. Iman kita bertumbuh sementara kita mendengarkan firman Tuhan dan mempraktikkannya (Roma 10:17; Yak 2:17-18). Membuka pikiran kita kepada pengajaran-pengajaran firman Tuhan, membangun iman dan melakukan apa yang Allah inginkan.22
20
http://hegaihadasa.blogspot.com/2014/06/13-tantangan-yang-menghambat-kebangunan.html Diakses Pada Tanggal 08 Februari 2019, Pukul 20.45 WIB 21 B.A. Simajuntak, Pemikiran Tentang Batak, (Pematang Siantar: HKBP, 1986), 137 22 B.A. Simajuntak, Pemikiran Tentang Batak, 137
2.3.3. Tujuan melakukan KKI Bertujuan memulihkan kebenaran dan memanggil pada ketaatan pada Firman Allah. Kebangunan rohani lebih dari sekedar ibadah besar, kegairahan yang agamawi, bangkitnya orang-orang yang kudus, kepenuhan Roh Kudus atau bahkan suatu penuaian jiwa-jiwa.23 Tujuan dari Kebangunan Rohani yang sejati adalah pertobatan diri yaitu meninggalkan berbagai perbuatan daging yaitu: sihir, perselisihan, perjinahan, pembunuhan, perdukunan, dsbg. Kebangunan Rohani saat orang yang kita layani menerima Firman dan bertumbuh dalam Firman dan mengalami pertobatan dan memanggil jemaat untuk melayani Tuhan.24 2.3.4.
Cara Melakukan KKI KKR yang diselenggarakan oleh Gereja-gereja di Indonesia secara umum sebagai berikut: a. Ibadah ini biasanya diselenggarakan dengan kapasitas jumlah jemaat yang besar dari jumlah ibadah biasanya, dengan persiapan yang lebih kompleks b. Jemaat pada umumnya didorong untuk berpartisipasi mengajak keluarga, sanak saudara, maupun rekan-rekannya yang mungkin mengalami kemunduran rohani, atau belum hidup menuruti perintah dan ajaran Tuhan untuk turut diperbaharui dan di segarkan lagi dalam ibadah tersebut c. Khotbah yang dibagikan dalam ibadah tersebut bersifat sederhana dan mudah dimengerti, berupa dasar-dasar Iman (bukan merupakan ajaran Agama yang mendalam). d. KKR sebenarnya identik dengan ibadah yang pernah dilakukan Kristus dahulu seperti khotbah di bukit, pelayanan di tempat-tempat umum sehingga orang-orang kebanyakan (umum) bisa datang berbondong-bondong untuk mendengar pengajaran Firman Tuhan, didoakan dan mengalami muzijat kesembuhan ilahi, diselamatkan dengan percaya dan menerima Tuhan Yesus secara pribadi.25
23
Jonathan David, Menangkap Gelombang Kebangunan Rohani, 6-7
24
http://www.katnet.orege/web/indeks.php?optionc=kontentdanview=artikeldanid=169diakses pada tanggal 08 Februari 2019 pukul 18.54 25
http://id.wikipedia.org/wiki.kebaktiankebangunanrohani, diakses pada tanggal 08 Februari 2019 pukul 18.48.
2.3.5. Tantangan dan Hambatan 1.
Mengabaikan kehidupan batin kita bersama Kristus, sementara kita memusatkan perhatian pada penampilan luar.Sepertinya kita hidup di zaman di mana orang-orang lebih memusatkan perhatian pada penampilan luar, ketimbang ketulusan hati. Seperti ketika Anda melihat orang menjual mobil bekas yang telah disulap, yang tanpak luar mengkilap, bagus dan menarik, tetapi setelah Anda memakainya beberapa minggu kemudian, semua yang buruk yang tersembunyi mulai menampakkan diri, dan Anda pasti kecewa.
2.
Orang yang mencoba berhasil dengan memisahkan diri dari tubuh Kristus, yaitu Jemaat Lokal. (1 Kor. 12:12-27; Ibr 10:24-25). Dosa manusia yang paling dasar yaitu tuntunan untuk bebas secara total dari siapapun dan apapun (seperti Lucifer). Mereka seperti pasangan yang ingin hidup bersama tanpa ikatan pernikahan. Mereka mengunjungi gereja, tapi tidak mau berkomitmen dengan gereja. Dalam Kej. pasal 3, iblis menjalankan rencananya untuk memisahkan Adam dan Hawa dari persekutuan dengan Allah. Dan sekarang iblis terus berusaha menisahkan orang-orang Kristen dengan tubuh Kristus. Gereja/jemaat adalah keluarga Allah, dan setiap orang percaya harus bergabung dalam komunitas keluarga Allah (Ef. 2:19). Dalam komunitas keluarga Allah kita diberi hadiah kelahiran yang mengagumkan, yaitu nama keluarga, hubungan akrab, warisan keluarga (Fil 4:19).
3.
Orang Kristen meremehkan pengaruh dari luar terhadap pertumbuhan mereka.1 Korintus 15:33 – Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakan kebiasaan yang baik. Amsal 4:14-15 – Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat. Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya dan jalan terus.
4.
Orang-orang percaya tidak mengutamakan hal-hal yang utama (Titus 3:911).Salah satu tipu muslihat iblis dalam menghambat pertumbuhan iman kita adalah pengalihan perhatian. Iblis itu ahli strategi dalam soal bagaimana menjatuhkan orang-orang Kristen. Iblis punya banyak cara menjebak kita. Salah satu jebakan yang paling ampuh adalah mengalihkan perhatian kita dari hal-hal yang utama kepada hal-hal yang tidak utama. Buktinya semakin banyak
orang percaya terjebak pada: hal-hal, sebab-sebab, dan gerakan-gerakan.Yang terutama dalam kehidupan Kristen setelah ia diselamatkan adalah mengenal Kristus dan membagikan kasihnya kepada dunia. Jangan membiarkan hal-hal minor menyelubungi gambaran besar mengenai apa yang sedang di lakukan Allah dan apa yang Allah ingin kita lakukan. 5.
Hambatan yang ke tujuh adalah orang-orang percaya hidup oleh perasaan, bukan oleh iman. Mereka adalah tipe orang Kristen Roller coaster, perjalanan hidup yang dikendalikan oleh perasaan atau emosi. Kita hidup di tengah budaya yang terobsesi dengan apa yang kita rasakan. Sering kali kita bertemu dengan orang-orang yang tidak mengakui kenyataan buruk, membohongi keadaan diri mereka yang sebenarnya. Sepertinya kelihatan begitu sangat rohani apabila seseorang terus meyakinkan dirinya luar biasa sementara pada kenyataannya dirinya sedang dirundung masalah.26
III. Analisa: Persamaan, Perbedaan, dan Yang Lebih Relevan Dalam Gereja Protestan
IV. Kesimpulan Evangelisasi adalah memberitakan kabar kesukaan kepada manusia. Baik untuk manusia yang sudah Kristen dan yang bukan Kristen. Tugas utama dari Evangelisasi ini ialah untuk menyampaikan Injil dengan berbagai tugas yang sudah diterapkan. Selain Evangelisasi yang menjadi wujud pelayanan Gereja, ada juga yang disebut dengan KKI dan KKR, yang merupakan juga pelayanan terhadap umat Gereja. Kedua pelayanan ini sangat mengutamakan pertumbuhan Iman dan kehidupan kerohaniannya. Disaat KKI datang untuk menolong membangun Iman dan meneguhkannya maka KKR ikut serta dalam melengakapi Iman seseorang dengan cara ibadah yang menumbuhkan rasa ingin bertobat dalam kehidupan seseorang. Demikianlah ketiga pelayanan ini, akan sempurna jika dijalankan dengan baik dan akan membuahkan hasil yang baik seperti yang diharapkan.
V.
26
Daftar Pustaka
https://www.kristenalkitabiah.com/10-hambatan-pertumbuhan-iman/ Diakses Pada Tanggal 08 Februari 2019 Pukul 22.00 WIB.