Pb Si Surung.docx

  • Uploaded by: Benario Perangin-angin
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pb Si Surung.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,257
  • Pages: 22
Nama

: Jisi Benario

Tingkat/ Jurusan : II-C/ Teologia Mata Kuliah

: Hermeneutika PB I

Dosen Pengampu : Dr. Jadiaman Perangin-angin Tafsiran Kitab Lukas 7: 36-50 Dengan Metode Historis Kritis I.

Pendahuluan Lukas merupakan Injil ketiga dalam Perjanjian Baru, Injil ini menekankan kenyataan bahwa Yesus adalah Juruselamat yang menawarkan pengampunan dan penebusan kepada semua orang, pada Lukas 2 terdapat kisah tentang kelahiran Yesus, inilah yang akan ditafsir dengan metode historis kritis yaitu dengan metode yang mencoba mendalami teks dalam Alkitab secara lebih mendalam untuk mencari makana yang sebenarnya dan mengetahui bagaimana sejarah atau kisah dalam ayat tersebut. Karena dengan memahami konteks sejarah terjadinya hal tersebut akan sangat membantu penafsir dan pembaca memahami makna yang terkandung dalam teks tersebut.

II. Pembahasan 2.1. Historis Kritis 2.1.1. Pengertian Historis Kritis Metode Historis Kritis adalah suatu cara penafsiran Alkitab yang menaruh perhatian kepada perspektif sejarah sebagai alat utama untuk menemukan arti dan makna yang terkandung dalam suatu teks Alkitab, yakni sejarah dalam teks. Berdasarkan penyelidikan dalam teks, maka kita akan mengetahui bagaimana kondisikondisi keagamaan, sosial, budaya dan politik atau sejumlah periode sejarah yang di dalam teks itu sendiri, yaitu bagaimana teks itu ditulis, apa yang mempengaruhinya, pemeliharaannya dan perluasannya.1 Metode ini juga dikenal dengan metode kritikal Historikal atau Kritisme tinggi, sebagai suatu cabang kritikisme pustaka yang meneliti asal-usul teks kuno untuk memehami “di balik teks itu”.2 Historis kritis meupakan suatu metode yang sangat diperlukan untuk menggali kebenaran alkitab tersebut dari segi sejarahnya. Historis kritis juga sering disebut 1

Jhon Borton, The Cambridge Companion To Biblical Iterpretation, (UK: Cambridge University Press, 2000), 225. 2 Jonar T. H Situmorang, Bibliologi: Menyikapi Sejarah Perjalanan Alkitab Dari Masa Kemasa, (Yogyakarta : Andi, 2013), 232.

kritisme tinggi yang mempertanyakan tentang penulisan dan waktu penulisannya., kategori-kategori sastranya, dan lain sebagainya.3 Metode historis kritis dalam pemahamannya menggunakan pengkajian mengenai sekilas bagaimana sejarahnya yang sangat membantu.metode ini mulai menunjukkan peranannya sejak zaman Renesans yang memandang gagasan kembali ke sumber-sumber.4 Kritik historis mendapat sambutan dari teolog karena yang dibuktikan dengan dimulainya langkah-langkah metode Kritik teks yang berkembang pada abad ke-19 dan dan mencapai kejayaan pada abad ke-20. Ada tiga dasar asumsi dasar dari pendekatan Historis Kritis, yaitu: 1.

Alkitab sebagai buku sejarah harus diselidiki seperti buku-buku lain.

2.

Penelitian ilmiah terhadap Alkitab harus bebas dari dukungan dan tuntutan doktrin dan tradisi gereja.

3.

Fungi analisa tidak hanya menyangkut keputusan, tetapi harus mencapai penilaian terhadap tek-teks Alkitabiah.5

2.1.2. Metode Penafsiran Historis Kritis Metode ini muncul sebagai kritik terhadappenafsiran tradisional (Alegoris dan Tipologis) yang menekankan Alkitab adalah dokumen sejarah yang di dalamnya terdapat wahyu Ilah sehingga penafsiran berguna untuk mencari bagaimana peristiwa itu terjadi yang fokus pencariannya ialah masalaah sejarah, tempat dan waktunya. Oleh karena itu metode historis kritis memperhitungkan semua bukti-bukti historis atau sejumlah sejarah yang di dalam teks itu sendiri, yaitu bagaimana yang mempengaruhinya, pemeliharaannya dan perluasannya. Metode ini menjangkau teks asli yang dapat dipercaya. Dengan metode penafsiran akan mempelajari teks dan kemudian dimampukan untuk mengenal kesalahan yang akan dibenarkan, bagaimana melengkapi, menyisipi, memelihara sampai kepada penulisan yang kurang atau berlebihan. 6 2.1.3.

Tujuan Historis Kritis Metode Historis Kritis bertujuan untuk menemukan arti dan makna dari

sebuah teks dengan mengutamakan dari segi kesejarahannya secara kritis dan sistematis dan menjaga agar penafsir-penafsir tidak memaksakan teks dari kebudayaan yang asing

3

W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (JakartaBPK-GM, 2007), 219. Komisi Ktab Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab di dalam gereja, (Yogyakarta:kanisius , 2007), 44. 5 Agus Jetron Saragih, Exegese Naratif: Ulasan Teoritis dan Praktis sebagai metode tafsir Post Modernisasi,(Medan, Pustaka Penelitian dan Pengabdian Masyarakat , 2006), 29. 6 Jhon H. Hayes dan Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 54. 4

atau masa-masa yang lebih awal dari kebudayaan seseorang dari horizon pengertian masa kini.7 2.1.4.

Kelebihan dan Kelemahan Historis Kritis

2.1.4.1. Kelebihan 1. Mudah dalam mencari data dan dapat mencari data lebih tuntas dan menggali informasi yang diperlukan. 2. Tidak ada kekhawatiran terjadi interaksi antara peneliti dan obyek. 3. Sumber data sudah dinyatakan secara denitif baik nama pengarang, tempat dan waktu. 4. Tidak terlalu melibatkan penelitian secara fisik. 2.1.4.2. Kelemahan 1. Tergantung pada data yang diamati oleh orang lain dimasa lampau. 2. Data yang digunakan banyak pada primer. 3. Metode ini mencari data secara lebih tuntas serta menggali informasi yang lebih tua yang tidak diterbitkan ataupun dikutip dalam bahasa standartnya. 2.2. Pengantar Kitab Lukas 2.2.1.

Pengertian Kitab Kata Arab “Injil” diturunkan dari kata Yunani yaitu Euanggelion yang

dilatinkan menjadi Evangelium. Adapun kata mejemuk Yunani yaitu Euanggelion, pada dasarnya berarti: kabar (anggelion) yang baik (eu) ataupun upah, balas jasa yang diberikan kepada orang yang membawa kabar baik itu. 8 2.2.2.

Latar Belakang Kitab Ternyata Lukas adalah seorang Yunani. Satu-satunya bukan orang Yuhudi

yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab oleh karena tuntunan Roh Kudus. Lukas menyatakan dalam pendahuluannya bahwa ia melakukan penelitian yang intensif mengenai sejarah injil agar ia mampu menulis laporan yang dapat dipercaya. Kesempatan-kesempatan yang bagus diperolehnya hingga ia dapat mengenal fakta yang benar. Pendahuluan yang ditulisnya menerangkan dengan jelas bahwa ia tidak hanya menghubungi orang yang mengenal dari tangan pertama tentang kebenaran injil, tetapi ia dapat juga membaca tulisan-tulisan yang berisi informasi-informasi yang handal dari saksi-saksi mata yang dapat dipercaya.9

7

Robert M. Grant, David Traci, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab. 173. C. Groenon OFM, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, (Yoyakarta: KANISIUS, 1993), 71. 9 …Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, (Jakarta: YKBK, 1994), 651. 8

2.2.3.

Penulis dan Waktu Penulisan Menurut cerita-cerita kuno Lukas adalah salah satu seorang teman

seperjalanan Paulus. Barang kali Lukas adalah termasuk orang-orang yang disebut dengan sebutan “kami” dalam Kisah Para Rasul dan yang disebut juga dengan (Kolose 4:14; Filemon 23; dan 2 Timotius 4:9-12). Kemungkinan Lukaslah penulisnya, ada beberapa bukti internal yang mendukung kesimpulan ini. Penulis memiliki kemampuan yang tinggi dan juga pendidikan yang tinggi. Tradisi eksternal juga mendukung bahwa Lukas sendirilah penulisnya, tabib dan rekan Paulus adalah penulis injil ketiga ini.10 Kalau sebut-sebutan itu benar menunjuk, maka memang bisa diduga bahwa Lukas itu pula yang telah menulis kitab injil Lukas, tetapi kenyataanya bahwa kitab Lukas sangat bergantung pada bahan-bahan dari Markus, dan bukan dari bahan-bahan dari Paulus, menunjukkan bahwa bukan Lukas yang menukis kitab ini. Kitab injil Lukas agaknya ditulis setelah Yerusalem jatuh pada tahun 70 M, tetapi tidak diketahui tempat asalnya.11 Bukti-bukti yang dihimpun nampaknya bahwa injil Lukas ditulis kira-kira 60 M, karena Lukas menggunakan Markus salah satu sumbernya, injil tersebut ditulis setelah injil Markus.12 Tahun 60 M, dapat dijadikan patokan karena pada saat itu Lukas menjadi orang Kristen selama sekurang-kurangnya sepuluh than atau lebih dan sudah menjalani Palestina, dimana ia sudah pasti bertemu dengan mereka yang pernah menyaksikan Yesus dengan mata kepala sendiri. 2.2.4.

Tujuan Penulisan Kitab Lukas Kitab ini ditulis kepada seorang yang bernama Teofilus, untuk menolong

Teofilus dan orang Roma yang percaya lainnya agar memperoleh pengertian yang lebih baik tentang iman kristenTeofilus adalah nama seseorang atau gelar kehormatan. Tetapi penulis juga berpendapat cara terbaik untuk mencapai hal tersebut adalah dengan menyampaikan sebanyak mungkin tentang kehidupan dan pengajaran Yesus. Ia juga mempunyai perhatian historis didalam menemukan fakta-fakta tentang Yesus. Sama seperti para penulis injil lainnya, dia tidak bermaksud menulis sebuah biografi tentang Yesus. Dia menyadari laporannya kepada Teofilus akan mempunyai bobot jika secara kokoh didasarkan atas fakta-fakta sejarah.13 Diantara ketiga injil sinoptik, Lukaslah yang memberi asal-usul sendiri. Sang penulis tidak memberitahukan namanya

10

Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2013), 217. C. Groenon OFM, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, 70. 12 B. J. Boland dan P.S Naipospos, Tafsiran Alkitab Injil Lukas, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 9. 13 John Drane, Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis Teologis, (Jakarta: BPK-GM, 2013), 213 11

menyertakan suatu bab yang menyatakan tujuannya menulis injil ini.14 Injil Lukas ini diilhamkan dan dituliskan sesuai dengan rencana Allah, sehingga menjadi buku yang terdapat dalam Alkitab.15 Kata pembuka ini (LUKAS 1:1-4) adalah kunci bagi kitab ini, dan juga bagi kitab Kisah Para Rasul, bagi injil dan Kisah Para Rasul dianggap satukesatuan. Dari kata pembuka ini dapat ditarik beberapa kesimpulan: 1. Di zaman penulis sudah ada karya-karya lain yang hanya mengisahkan suatu bagian dari kehidupan Yesus atau yang memberi laporan yang tidak benar tentang kehidupan dan pekerjaan Yesus. Sang penulis tentu tidak menulis injilnya sendiri bila ia sudah benar-benar puas dengan karya penulis lainnya yang ia kenal. 2. Catatannya sudah mengenal usaha penyusunan yang sistematis atas fakta-fakta yang ada (Lks 1:1). 3. Fakta-fakta ini sudah dikenal baik dikalangan umat Kristan dan diterima secara terpisah dari berita tertulis yang ada. 4. Penulis merasa setidak-tidaknya dirinya mempunyai pengetahuan yang sama banyaknya dan mempunyai kemampuan yang sama baiknya dengan yang lainnya untuk membuat laporan atas tanggung jawabnya sendiri. “Karena itu… aku mengambil keputusan untuk membuktikannya”. 5. Keterangan yang diperolehnya berasal dari sumber resmi yang dapat dipercaya “yang dari semula adalah saksi mata dan pelayanan firman”. 6. Ia mengenal baik fakta-fakta itu, baik melalui pengamatan atau penyelidikan dan tentu saja ia hidup sejama dengan kegiatan utama dalam kisahnya, dalam arti ia berada dalam suatu generasi dengan mereka yang menyaksiknnya. 7. Pengetahuan Lukas meliputi semua fakta penting. Injilnya mengandung banyak keterangan yang tidk trdapat dalam injil lainnya dan yang paling mewakili kehidupan Yesus. 8. Ia mempunyai kemampuan untuk menulis dengan benar dan dalam urutan yang logis. 9. Tujuan Lukas menulis kitab ini adalah untuk seorang pria dari kalangan atas dan nama yang digunkan disini adalah “ Teofilus” yang berarti “kekasih Allah”, “dikasihi Tuhan”, dan sebutan itu biasanya digunakan para pejabat pemerintah dan kaum bangsawan.

14 15

Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 213. Irving L. Jensen, Lukas, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000), 11.

10. Penerima tulisan ini sudah diberitahu secara lisan tentang Kristus, namun untuk membutuhkan pengetahuan lebih lanjut untuk memantapkan pengetahuannya dan memperbesar keyakinannya pada kebenaran. 11. Tujuan Lukas yang sebenarnya adalah untuk memberi kawannya pengetahuan yang lengkap tentang kebenaran.16 2.2.5.

Ciri-ciri Kitab Lukas Dalam penulisannya, lukas memiliki banyak sekali ciri-ciri yang cukup

menonjol bila dibandingkan dengan tulisan Markus, Matius dan yohanes.17 Kitabnya merupakan salah satu tulisan yang dengan nilai kesusasteraan yang tinggi dan inilah yang menjadi ciri khas dari kitab Injil Lukas itu. Ciri kelahiran Yesus juga sangat khas.18 Ciri- ciri kitab lukas lainnya adalah sebagai berikut: 1.

Injil Lukas merupakan injil pertama dari 2 jilid sejarah mengenai kekristenan mulamula yang dilanjutkan dalam Kisah Para Rasul. Gaya dan jenis bahasa keduanya begitu mirip dan ditujukan kepada orang yang sama yaitu Theofillus.

2.

Injil Lukas merupakan injil yang memberitakan baik mengenai kehadiran Yesus bagi semua orang.

3.

Lebih menonjolkan sifat-sifat kemanusiaan Tuhan Yesus dan kemudian dinyatakan dalam ajarannya.19

4.

Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya mengenai doa.

5.

Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah “Anak Manusia.

6.

Lukas menekankan cakupan universal dari injil – bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi.

7.

Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan umat-Nya (mis. Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk 10:21; Luk 12:12; Luk 24:49).20

2.2.6. Struktur Kitab Lukas Pada dasarnya susunan injil Lukas serupa dengan susunan Injil Matius dan Injil Markus. Ada pengantar, lalu narasi tentang Yesus, tentang kepergian Yesus ke Yerusalem, dan akhirnya narasi tentang penggenapan misinya di Yerusalem. Tetapi,

16

Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Jawa Timur: Gandum Mas, 2013), 213-215. David Iman Santoso, Theologi Lukas Intisari dan Aplikasinya, (Malang: Literatur SAAT, 2010), 81. 18 S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), 375. 19 J. Sidlow Baxter, menggali Isi Kitab , (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,1971), 3. 20 Haposan Silalahi, Mengenal Kitab Perjanjian Baru 1, (Tarutung: STAKPN, 2010), 154. 17

susunan Injil Lukas tampaknya dengan sangat rapi dan terencana sekali21. Ia mengambil bahan bahan dari Markus, lalu menyelang-nyelingnya dengan bahan-bahan yang diambilnya dari sumber lain. Bahan itu dicampur aduknya, sehingga agak nampak keutuhannya masing-masing. Namun demikian penulis Lukas nampak lebih berhasil dalam menghubung-hubungkan satu cerita dengan cerita yang lainnya, sehingga seluruh kitabnya merupakan satu tulisan yang lancar dengan nilai kesusasteraan yang tinggi.22 Dengan demikian pembagian lukas sebagai berikut: I.

Kata pengantar

1:1-4

kelahiran Yohanes pembabtis dan kelahiran yesus.

1: 5-2:52

Persiapan karya Yesus

3:1-4:13

II. Karya yesus di Galilea

4:14-9:28

III. Perjalanan Yesus ke Yerusalem

9:15-19:28

IV. Pengajaran, kematian, kebangkitan dan penampakan diri Yesus di Yerusalem. 23 19:29-24:53 2.3. Struktur Kitab Lukas menurut Buku Merril C .Tenney Berikut adalah sruktur kitab Lukas: I.

Kata pembuka

1-4

II.

Persiapan bagi sang Juruslamat

1:5-2:52

Pewartaan kabar gembira

1:5-56

Kelahiran Yohanes

1;57-80

Kelahiran dan masa kecil Yesus

2:1-52

Perkenalan sang Juruslamat

3:1-4:15

Pelayanan yohanes

3:1-20

Pembabtisan

3:21-22

Silsilah

3:23-28

Pencobaan

4:1-13

Kembali ke Galilea

4:14-15

Pelayanan sang Juruselamat

4:16-19:50

Pernyataan Tujuannya

4:16-44

Perwujudan Kekuasaannya

5:1-6:11

III.

IV.

21

Kanisius,Tafsir Injil Lukas, 14. S.Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, 374-375. 23 B.F. Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, (Jakarta: Gunung Mulia, 1998), 261. 22

V.

VI.

VII.

Penunjukan para pembantunya

6:12-19

Pernyataan prinsip ajarannya

6:20-49

Pelayanan belas kasihnya

7:1-9:17

Pemberitahuan tentang penyaliban

9:18-50

Misi Sang Juruselamat

9:51-18:30

Tantangan masyarakat

9:51-62

Penunjukan ketujuh puluh murid

10:1-24

Pengajaran tentang kerajaan Allah

10:25-13:21

Timbulnya pertentangan masyarakat

13:22-16:31

Nasihat kepada murid

17:1-18:30

Kesengsaraan sang Juruselamat

18:31-23:56

Peristiwa-peristiwa dalam perjalan ke Yerusalem

19:28-44

Pertentangan di Yerusalem

19:45-21:4

Ramalan tentang Yerusalem

21:5-38

Perjamuan malam terakhir

22:1-38

Penghianatan

22:39-53

Penangkapan dan pengadilan

22:54-23:25

Penyaliban

23:26-49

Penguburan

23: 50-56

Kebangkitan sang Juruselamat

24:1-53

Kubur yang kosong

24:1-53

Penampakan di Emaus

24:13-35

Penampakan kepada para murid

24:36-43

Pengutusan-Amanat Agung

24:44-4924

2.4. Struktur Lukas Menurut Alkitab Penuntun Berkelimpahan25 I.

Pendaahuluan Injil Lukas

(1:1-4)

II.

Kedatangan Juruselamat

(1:5-2:52)

III.

Persiapan bagi pelayanan Juruselamat

(3:1-4:13)

IV.

Pelayanan di Galilea

(4:14-9:50)

Pelayanan selama perjalanan terakhir ke Yerusalem

(9:51-19:28)

Minggu penderitaan

(19:29-23:56)

Kebangkitan sampai kenaikan

(24:1-53)

V. VI. VII.

24 25

Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 221-223. …, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2006), 1619.

Keputusan: Penafsir memilih struktur yang pertama karena lebih jelas dan rinci.

2.5. Sitz im Leben 2.5.1.

Konteks Agama Agama Yunani kuno melihat ilah-ilah sebagai kekuatan penyeimbang dan

yang mengarahkan. Di zaman Helenisme ada bentuk-bentuk agama atau kepercayaan yang di yakini untuk mencari makna kehidupan yaitu, filsafat. Pada konteks Lukas di Yerusalem telah ada agama Yahudi. Karena itu orang Yahudi menganggap sebagai sekte sesaat walaupunpada perkembangan selanjutnya banyak orang Yahudi menjadi Kristen, tetapi banyak yang diantara mereka tetap mengikuti kebiasaan atau pola ibadah dan adat istiadat Yahudi. Selain itu karena dibawah kekuasaan pemerintahan Romawi di daerah Palestina dan sekitarnya mendapat pengaruh dari agama Romawi, dimana bangsa Romawi menganut politeisme dan menganggap kaisar adalah titisan dewa, seihngga setiap orang diwajibkan untuk menyembah kaisar.26 Diantara agama-agama lain dalam negara Romawi pada abad yang pertama, Yudaisme menempati suatu tempat khusus. Agama ini adalah agama nasional dan berasal dari bangsa Yahudi, tetapi pengikutnya tidak terbatas di kalangan mereka saja melainkan banyak anggota baru berasal dari luar. Yudaisme didasarkan pada suatu wahyu dari Allah yang dituangkan dalam kitab suci yang berisi hukum dan nubuatan para nabi, yang diakui sebagai firman Allah sendiri pada waktu itu. IA berbicara pada para hamba pilihanNya. Umat Kristen mula-mula dikenal dengan sebutan “sekte Nasrani” yang dianggap sebagai suatu cabang dari Yudeaisme, yang dimana dikatakan seperti itu dikarenakan Yesus sendiri adalah orang Yahudi, lahir dari keluarga Yahudi, disunat sama seperti bocah-bocah Yahudi lainnya.27 2.5.2.

Konteks Politik Romawi dibangun pada tahun 735 SM, yang dulunya hanyalah bangunan dari

desa-desa kecil yang dikuasai oleh seorang raja. Tahun 63 SM, negara yahudi ditakhlukkan oleh Pompeius dan Julius Caesar yang saling memperebutkan takhta kerajaan. Saat itu Julius Caesar adalah gubernur jenderal dan dia berkuasa di wilayah barat romawi. Sementara Pompeius berkuasa di sebelah timur romawi. Sehinggga terjadilah perang pada tahun 48 SM yang dimenangkan oleh Julius Caesar. Kemudian

26 27

C. Groenon OFM, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, 122. Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 101-102.

tahun 45 SM, Julius Caesar diangkat oleh senat menjadi tuan tertinggi di kekaisaran romawi. Di bawah pemerintahan romawi, benar-benar ditegakkan. Ia memerintah dengan baik dan bijaksana. Pada tahun 27 SM senat mengangkat Augustus sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata, artinya bahwa ia mengetahui majelis rakyat dan ditunjukkan sebagai wakil tetap dari rakyat. Ia diberi hak istimewa untuk mengajukan topik pembahasan yang pertama dalam persidangan senat dan hak untuk mengadakan rapat. Selama masa pemerintahan Augustus, diadakan banyak perbaikan. Augustus juga memperbaiki moral rakyatnya, ia menghidupkan kembali agama negara dan pembangunan kembali banyak kuil.28 2.5.3.

Konteks Sosial Budaya Dibawah pemerintahan Agustus kesusastraan di Roma bangkit kembali.

Penyair Vergil menjadi pujangga di zaman yang baru itu. Ada seseorang yang bernama Aeneid yang menuliskan karyanya mengenai Augustus dalam suatu epic tentang petualangan pahlawan serta asal mula dan tujuan kekaisarannya. Dalam bidang seni, musik, arena, Bahasa, sekolah semuanya berkembang pada masa itu. 29 Kehidupan sosial budaya pada masa itu dibagi menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut: 1. Golongan para bangsawan, seperti para pejabat Romawi, pedagang-pedagang yang berkembang di kota-kota besar seperi di Antiokhia, Efesus, Korintus, sebagai pusat perdagangan. 2. Golongan menengah, yaitu: para Imam dan rabi dan golongan para budak dan rakyat biasa. Bagi kalangan Yahudi, golongan atas keluarga para imam dan para nabi. 3. Sedangkan golongan bawah adalah para budak dan rakyat yang terpinggirkan. Kaum budak merupakan jumlah yang terbesar dalam negara Romawi. Hal ini dikarenakan karena adanya peperangan, utang-piutang, dan lain-lain. Ini juga yang membuat adanya jurang pemisah antara golongan atas dan golongan bawah.30

2.5.4.

Konteks Ekonomi Dari satu sisi ekonomi masyarakat sangat maju namun dipihak lain semakin

banyak orang yang melarat, miskin, dan menjadi budak. Para penguasa hidup dalam kemewahan tetapi rakyat miskin hidup dalam penderitaan. Sering sekali para petani 28

Ibid, 6-7. Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 63. 30 Ibid, 60-62. 29

menjadi korban pemerasan, para tuan tanah dan pengusaha, hal yang membuat orang miskin adalah tidak tanah dan juga dibebani oleh pajak yang dipungut oleh penguasa dan apabila tidak dibayar maka para petani akan menjadi budak.31 2.6. Analisa Sumber Para penulis injil sinoptik dalam menceritakan kisah tentang Yesus menggunakan sumber, berdasarkan hasil bacaan terhadap beberapa literatur, tradisi lisan merupakan sumber dasar yang digunakan oleh penulis Injil Sinoptik. Tradisi lisan ini memberian beberapa keterangan tentang, Yesus mulai dari kelahiran, masa kanak-kanak, kepelayanan, kematian sampai pada kebangkitan. Keteragan tentang Yesus tersebut diperoleh dari beberapa orang terdekat Yesus, sedangkan Q (Quelle yang berarti sumber) merupakan dokumen yang tersusun berdasarkan hasil penelitian dai para ahli pada zaman Yesus. Dala dokumen Q termuat tentang ucapan-ucapan Yesus. Injil Lukas merupakan Injil yang paling muda dari antara Injil sinoptik. Dalam Lukas 2. Penulis menjabarkan cerita tentang kelahiran Yesus dengan menggunakan dua sumber, yaitu tradisi lisan atau dikenal dengan sumbernya sendiri dan yang kedua Matius. Untuk teks yang menyatakan tentang kelahiran Yesus di Betlehem, ada kemungkinan bahwa penulis menggunakan Matius. 2.7. Analisa Sastra Injil Lukas menurut keterangan KIS 1:1 merupakan buku pertama yang disusun oleh Lukas untuk Teofilus. Dalam Lukas 2:1-20 penulis menggunakan gaya sastra yang bersifat narasi. Secara keseluruhan isi injil Lukas merupakan satu kesatuan. Namun alur cerita Lukas 2 tidak memiliki hubungan dengan perikop sebelumnya, akan tetapi memiliki hubungan dengan perikop sesudahnya. 2.8. Analisa Teks Pada analisa teks, Alkitab yang dipakai adalah Alkitab Bahasa Indonesia (LAI), Pustaka Si Badia (PSB), New Internasional Version (NIV), New Testament Grek (NTG). 2.8.1.

Perbandingan Bahasa Pada analisa teks, Alkitab yang dipakai adalah Alkitab Bahasa Indonesi (LAI),

Alkitab Bahasa Toba (Bibel), New International Version (NIV), New Testament Greek (NTG).

31

C. Groenon OFM, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, 60.



Ayat 36:

LAI

: Duduk

PSB

: Kundul (duduk)

NIV

: Reclined (berbaring)

NTG

: κατεκλίθη ( berbaring)

Keputusan: Yang mendekati NTG adalah NIV 

Ayat 37: Tidak ada perbedaan yang signifikan



Ayat 38: Tidak ada perbedaan yang signifikan



Ayat 39: Tidak ada perbedaan yang signifikan



Ayat 40: Tidak ada perbedaan yang signifikan



Ayat 41: Tidak ada perbedaan yang signifikan



Ayat 42 :Tidak ada perbedaan yang signifikan



Ayat 43: Tidak ada perbedaan yang signifikan



Ayat 44: Tidak ada perbedaan yang signifikan



Ayat 45: Tidak ada perbedaan yang signifikan



Ayat 46: Tidak ada perbedaan yang signifikan



Ayat 47: Tidak ada perbedaan yang signifikan



Ayat 48: Tidak ada perbedaan yang signifikan



Ayat 49:

LAI

: Duduk

PSB

: Kundul (duduk)

NIV

: The other guest (tamu-tamu lain)

NTG

: συνανακείμενοι (berbaring)

Keputusan: Tidak ada yang mendekati NTG 

Ayat 50

LAI

: Pergilah

PSB

: Mulihlah (pulanglah)

NIV

: Go (pergi)

NTG

: πορεύου (pergi)

Keputusan: Yang mendekati NTG adalah NIV

2.9.

Kritik Apparatus

2.9.1. Ayat 36 Pada ayat 36 terdapat kata κατεκλίθη yang artinya “berbaring” merupakan kata kerja passive orang ketiga tunggal. Yang disarankan kritik aparatus untuk diubah menjadi ανεκλιθη yang artinya “itu telah tumbuh” menunjukkan sebuah naskah yang diteliti oleh alexandrinus: London, pada abad ke-5; Freer Gospels: Washington pada abad ke5; Koridethi: Tiflis pada abad ke-9; Athos abad ke-9. Kesimpulan: Penafsir menolak usulan Kritik Aparatus karena kata ανεκλιθη dapat memperkabur makna teks. 2.9.2. Ayat 38 Pada ayat 38 terdapat kata εξεμαξεν yang artinya “dia menyeka” merupakan kata kerja active orang ketiga tunggal. Yang disarankan kritik aparatus untuk diubah yaitu εξεμαξεν yang artinya “sudah pergi”. Menunjukkan sebuah naskah yang diteliti oleh Sinaiticus: London, pada abad ke-4; Alexandrius: London, pada abad ke-5; Bezae Cantabrigiensis: Cambridge, pada abad 5/6. Kesimpulan: Penafsir menolak usulan Kritik Aparatus karena kata εξεμαξεν dapat memperkabur makna teks. 2.9.3. Ayat 43 Pada ayat 43 terdapat kata άποκριθείς yang artinya “menjawab” merupakan kata kerja passive orang ketiga tunggal. Yang disarankan kritik aparatus untuk diubah yaitu δε yang artinya “dan”. Menunjukkan sebuah naskah yang diteliti oleh Sinaiticus: London, pada abad ke-4; Leningrad dan Oxford pada abad ke-10. Kesimpulan: Penafsir menolak usulan Kritik Aparatus karena kata δε dapat memperkabur makna teks. 2.9.4. Ayat 45 Pada ayat 45 terdapat kata είσήλθον yang artinya “Saya masuk” merupakan kata kerja active orang ketiga tunggal. Yang disarankan kritik aparatus untuk diubah yaitu θεν yang artinya “Allah”. Menunjukkan sebuah naskah yang diteliti oleh Regius: Paris, pada abad ke-8. Kesimpulan: Penafsir menerima usulan Kritik Aparatus karena kata θεν memperjelas makna teks. Yaitu “Saya masuk” menjadi “Allah”, yaitu menunjukkan bahwa yang masuk itu adalah Allah.

2.10.

Terjemahan Akhir

2.10.1. Ayat 36 “Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu berbaring makan.” 2.10.2. Ayat 37 “Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.” 2.10.3. Ayat 38 “Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.” 2.10.4. Ayat 39 “Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamahNya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa." 2.10.5. Ayat 40 “Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu." Sahut Simon: "Katakanlah, Guru." 2.10.6. Ayat 41 "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh.” 2.10.7. Ayat 42 “Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?" 2.10.8. Ayat 43 “Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu." 2.10.9. Ayat 44 “Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.”

2.10.10.

Ayat 45

“Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku.” 2.10.11.

Ayat 46

“Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.” 2.10.12.

Ayat 47

“Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih." 2.10.13.

Ayat 48

“Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni." 2.10.14.

Ayat 49

“Dan mereka, yang berbaring makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: "Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?" 2.10.15.

Ayat 50

“Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergi dengan selamat!"

2.11. Tafsiran 2.11.1. Ayat 36 Farisi adalah nama golongan agama Yahudi yang sangat taat mengikut undang-undang agama yang diberikan oleh Musa.32 Pentas di mana peristiwa ini berlangsung adalah serambi rumah Simon seorang Farisi. Acap kali di serambi itu ada kebun dan air mancur, dan di sanalah pada musim panas disediakan makanan. Merupakan kebiasaan apabila seorang Rabbi sedang makan dalam rumah seperti itu, segala jenis orang datang dan dan mereka bebas untuk melakukan yang seperti itu. Ada beberapa hal yang bisa dijelaskan megapa Simon mengundang Yesus ke rumahnya: 1. Ia adalah seorang pengagum dan bersimpati kepada Yesus, karena tidak semua orang Farisi adalah musuh Yesus (bnd. Luk. 13:31).\

32

244.

M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indinesia, 2005),

2. Simon sengaja mengundang Yesus agar dapat mendapat ucapan-ucapan Yesus yang salah sehingga dapat dijadikan alasan untuk medakwa Dia. Mungkin simon adalah seorang agen provokator. Hal ini juga tidak mungkin sebab dalam ayat 40 Simon memanggil Yesus sebagai Rabbi. 3. Sangat boleh jadi bahwa Simon adalah seorang kolektor kemasyhuran, dan dengan mengundang Yesus, seorang muda yang masyhur dari Galilea dan makan degan dia maka satu lagi kemasyhuran bagi Simon di tambahkan.33 Duduk makan: pada saat itu dikatakan “dalam sikap setengah berbaring” yakni pada waktu itu orang biasa setengah berbaring ketika makan. Dalam ungkapan ini bukan bagaimana sikap orang ketika makan tetapi tentang makan saja. Oleh karena itu duduk makan cukup diterjemahkan menjadi makan saja. Ayat ini dapat diterjemahkan menjadi: Seorang Farisi mengundang Yesus untuk makan bersama dia di rumahnya. Maka Yesus pun pergi ke rumah orang Farisi itu, lalu makan di situ.34 Ini adalah tanda simpati Yesus yang luas bahwa Dia makan sebelumnya dengan seorang pemungut cukai (5:29) dan sekarang dengan seorang Farisi.35 2.11.2. Ayat 37 Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Kata terkenal tidak ada dalam bahasa Yunaninya, dan mungkin terlalu berlebihan dengan menempatkan kata itu di sini.36 Wanita itu adalah seorang pelacur.37 Perempuan yang dikenal secara umum sebagai perempuan sundal.38 Atau secara halusnya perempuan yang hidup menjual diri atau perempuan yang tidak bermoral. Buli – buli pualam: Diterjemahkan sebagai botol pualam. Yaitu wada botol farfum, ini tidak memiliki pegangan dan diikat di leher,39 sama seperti wanita Yahudi lainnya, sebuah botol kecil di mana terdapat farfum yang disebut alabaster dan yang sangat mahal.40 Dalam Matius 26:7 dikatakan dengan jelas bahwa minyak wangi itu mahal harganya, tetapi dalam Lukas tidak disebutkan. Jadi penerjemah memutuskan minyak wangi diterjemahkan menjadi “Minyak yang harum (baunya).41 33

William Barcley, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, (Jakarta BPK GM, 2015), 133. M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 244. 35 Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, (America: Eerdmans, 1986), 146. 36 M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 244. 37 William Barcley, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, 133. 38 Roland A. Ward, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2003), 34

210. 39

Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, (America: Eerdmans, 1986), 146. William Barcley, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, 133-134. 41 M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 244. 40

2.11.3. Ayat 38 Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki- Nya: yang dimaksud dengan kaki ialah bagian tubuh mulai dari pergelangan kaki sampai ke telapak kaki. Perempuan itu dapat melakukan hal ini, karena pada waktu itu Yesus dalam posisi berbaring di atas karpet atau dipan, dengan satu tangan menopang tubuh Nya dan kakinya agak menekuk ke belakang. Ini merupkan kebiasaan orang Yahudi sewaktu makan, pada waktu itu. Dengan gampang perempuan itu mencapai Yesus ketika Ia berbaring di atas dipan dekat meja.42 Membasahi kaki Nya dengan air matanya : Ungkapan ini dapat memberi kesan bahwa perempuan itu menampung air matanya, lalu dengan sengaja membasahi kaki Yesus dengan air matanya itu atau paling tidak dengan sengaja meneteskan air mata ke kaki Yesus menjadi basah. Dapat diartikan “Kemudian ia berdiri dibelakang Yesus (yaitu) di kaki Nya sambil menangis dan air matanya membasahi kaki Yesus atau “Kemudian ia berdiri dibelakang Yesus dekat kaki Nya sambil menangis dan kaki Yesus menjadi basah oleh air matanya.43 Dengan rambutnya, mencium kakinya, dan mengolesinya dengan minyak yang wangi44. Dengan itulah ia menyeka atau mengeringkan kaki Yesus.45 2.11.4. Ayat 39 Berkata dalam hatinya, ini dapat diartikan sebagai “berfikir”. Bahasa tertentu mungkin akan mengungkapkannya “berkata dalam dirinya”.46 Jika Dia adalah nabi Dia akan tahu seperti apa wanita ini.47 Tuan rumah terlibat dalam sedikit perbincangan dengan dirinya sendiri. Bahwa Yesus bukan seorang nabi bahwa Ia tidak tahu siapa dan perempuan macam apa yang menyentuhNya.48 2.11.5. Ayat 40 Lalu Yesus berkata kepadanya, untuk mengetahui siapa yang dimaksud dengan akhiran –nya di sini, lihat ayat 36. Maka ungkapan ini dapat diterjemahkan menjadi : Lalu Yesus berkata kepada orang Farisi yang mengundangNya itu.49 42

Roland A. Ward, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2003),

210. 43

M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 244. David L. Tiede, Augsburg Commentary on The New Testament LUKE, 161. 45 M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas,, 245. 46 M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 246. 47 William Manson, The Moffatt Commentary LUKE, (New York : Harper And Brothers Publisher, 1817), 44

84. 48

Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, 147.

2.11.6. Ayat 41-43 Yesus memulai dengan sebuah cerita kecil tentang dua penghutang yang dibebaskan dari utangnya, lima ratus dinar dengan lima puluh dinar.50 Dinar adalah kurang lebih upah sehari bagi bagi seorang pekerja di pertanian.51 Dua orang berhutang artinya dua orang yang meminjam uang kepada pelepas uang. Pelepas uang adalah orang yang usahanya meminjamkan uang kepada orang lain dengan berbunga. Perbandingan kedua utang orang itu, yaitu sepuluh banding satu. Yang satu utangnya sangat besar atau banyak, tetapi yang satu utangnya kecil atau sedikit. Ayat 42 merupakan kunci dari perumpamaan itu, yakni kedua – duanya tidak sanggup membayar utangnya dan utang mereka dihapus. Ia menghapuskan hutang kedua orang itu, terjemahan haradiahnya adalah “ia mengampuni kedua-duanya. Siapakah yang lebih mengasihi dia. Kata dia iyalah orang yang meminjamkan uang itu.52 Namun jawan Simon agak enggan, dengan jawaban saya kira dia yang paling banyak dihapus utangnya. Yesus tidak berkomentar tentang ini, tetapi setuju bahwa Simon telah memberikan jawaban yang benar.53 2.11.7. Ayat 44 Sambil berpaling pada perempuan itu yang sejak semula perempuan itu ada di belakang Yesus, dapat diterjemahkan menjadi “sambil menoleh kepada perempuan itu. Engkau lihat perempuan ini? Dengan kata ini Yesus menyuruh Simon untuk memperhatikan perbuatan perempuan itu terhadap Yesus. Atau diterjemahkan menjadi “engkau tentu telah melihat apa yang diperbuat perempuan ini. Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan air kepada Ku untuk membasuh kaki Ku.54 Seperti kebiasaan pada saat itu apabila seorang tamu memasuki rumah seperti itu maka tiga hal yang harus dilakukan. Tuan rumah meletakkan tangannya di atas bahu tamu dan kemudian memberikan kepadanya ciuman perdamaian sebagai tanda penghormatan. Karena jalan yang mereka lalui penuh debu sedangkan orang biasanya hanya memakai semacam sandal, maka merupakan kebiasaan untuk menuangkan air dingin ke atas kaki tamu tersebut untuk membersihkannya. Entahkah sejemput dupa yang harum baunya dibakar

49

M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 246. Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, 148. 51 Roland A. Ward, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 210. 52 M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 247. 53 Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, 148. 54 M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 248. 50

atau setetes minyak wangi dipercikkan ke atas kepala tamu. Dan dalam cerita ini tidak satupun yang dikerjakan oleh Simon.55 Sebaliknya, perempuan itu membersihkan kaki Yesus dengan air mata dan rambutnya sebagai tanda penghormatan dan kasihnya kepada Yesus.56 2.11.8. Ayat 45-46 Engkau tidak mencium aku dan tidak menyambut Aku sengan ciuman atau “Engkau tidak mencium aku sebagai sambutanmu terhadap Aku” . Sesua dengan adat istiadat orang Yahudi, tuan rumah biasanya mencium pipi tamunya sebagai suatu sambutan yang hangat kepada tamu. Engkau tidak meminyaki kepala Ku dengan minyak, karena cuaca yang sangat panas di Israel, maka apabila bagian tubuh yang kena panasi diolesi dengan minyak, akan terasa sangat menyenangkan. Jadi sebagai tanda keramahtamahan, biasanya tuan rumah mengoleskan minyak ke kepala atau wajah tamunya untuk menyenangkan tamu tersebut.57 2.11.9. Ayat 47 Sungguh kasihNya yang besar itu menunjukkan bahwa dosanya yang banyak sudah diampuni! Kalau orang diampuni sedikit, ia akanmengasihi sedikit juga.58 Ini adalah pengajaran Perjanjian Baru yang konsisten bahwa, tidak peduli berapa banyak dan seberapa besar dosa-dosa, anugerah Allah dapat mengampuni dia. Kita harus memahami dengan seksama karena Yesus tidak mengatakan bahwa tindakan itu telah mendapat pengampunan. Dia mengatakan bahwa cintanya adalah bukti bahwa dia sudah diampuni.59 2.11.10. Ayat 48 Pernyataan pertama Yesus tentang dosa-dosa yang diampuni.60 Yang mengampuni dosa manusia adalah Allah. Itulah yang tersirat dalam ungkapan ini.61 2.11.11. Ayat 49-50 Dan mereka , yang duduk makan bersama Dia, berfikir dalam hati mereka.62 Siapakah ini, sehingga ia dapat mengampuni dosa? Tetapi Yesus sepenuhnya mengabaikan mereka. Fokusnya adalah kepada wanita itu. Iman anda telah menyelamatkan anda, 55

William Barcley, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, 132. M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 248. 57 M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 249. 58 M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 249. 59 Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, 148. 60 David L. Tiede, Augsburg Commentary on The New Testament LUKE, 162. 61 M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 249. 62 M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 250. 56

iman yang merupakan sarana untuk menerima karunia Allah yang baik. Yesus mencatatnya dengan pergi dengan damai artinya masuk ke dalam kedamaian.63 dengan selamat dapat diterjemahkan menjadi dengan damai atau ke dalam damai.64

2.12. Tema-tema Teologi 1. Perasaan membutuhkan akan membuka pintu kepada pengampunan Allah, sebab Allah adalah kasih, dan kemuliaan kasih yang terbesar dibutuhkan oleh manusia.65 2. Cinta kasih adalah bukti penerimaan pengampunan, dan semakin seseorang diampuni, semakin ia mengasihi. 3. Berbuat kasih adalah untuk menunjukkan tanda terima kasih.66

2.13. Skopus “Iman yang menyelamatkan”

III. Refleksi Teologis Melalui peristiwa dalam kisah ini kita melihat contoh betapa sulitnya masyarakat menerima kehadiran seseorang yang bereputasi buruk di tengah-tengah mereka. Seorang perempuan yang dikenal umum berprofesi sebagai perempuan sundal dianggap berdosa dan sangat tidak layak berada di tengah-tengah orang Farisi. Bahkan orang Farisi tersebut menginginkan agar Yesus memiliki pandangan yang sama. Respon Yesus justru sebaliknya kepada perempuan berdosa yang menghampiri dan meminyaki kaki-Nya dengan minyak wangi yang mahal dan menyeka dengan rambutnya. Yesus melihat bahwa dari sikap dan kesungguhan hatinya, terpancar cinta kasihnya kepada Tuhan dan keinginan untuk meninggalkan dosa-dosanya, bertobat dari kehidupan lamanya. Memang sulit bagi orang-orang yang dicap bereputasi buruk seperti mantan narapidana, wanita tuna susila, dsb. Untuk memperbaiki atau mengubah citra mereka di tengah-tengah masyarakat. Fakta ini tidak selalu disebabkan oleh tidak adanya kemauan orang tersebut untuk berubah, tetapi disebabkan oleh sikap masyarakat yang sukar untuk mengubah pandangan yang telah ada. Yesus mengubah cara pandang yang seperti ini. Bila masyarakat menganggap orang-orang berdosa adalah orang yang tidak 63

Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, 149. M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 250. 65 William Barcley, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, 135. 66 Roland A. Ward, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 210. 64

layak berada di tengah-tengah masyarakat, berbeda dengan Yesus. Ia selalu menyediakan tempat bagi orang-orang yang ingin berubah, meninggalkan dosa-dosanya dan memperbaiki diri. Justru orang-orang berdosa yang inin berubah inilah yang mendapat prioritas utama di mata Yesus. Demikianlah Yesus mengangkat harkat dan martabat perempuan itu. Oleh sebab itu di dalam Lukas 7:48 dikatakan “Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: “Dosamu telah diampuni”. Dapat dilihat bahwa sikap Yesus menerima orang yang ingin pengampunan dari dosa-dosanya dengan hati terbuka, seharusnya sikap bagi gereja dalam menerima dan melayani setiap warga jemaatnya. Banyak warga jemaat telah meninggalkan masa lalunya dan belajar menjalani hidup sebagai Kristen. Mereka ingin diterima, dilayani, diangkat harkat dan kehormatannya oleh Gereja, dan ingin memulai hidup baru.

IV. Kesimpulan Dari pemaparan diatas penyaji dapat menyimpulkan bahwa hanya oleh anugerah, kita dilayakkan dan diselamatkan. Dan kita tidak boleh menganggap bahwasanya orang yang melakukan kejahatan itu selalu akan berbuat jahat dan kita tidak menerima dia di antara kita. Jadi kita harus selalu menyediakan atau memberi kesempatan kepada orang-orang yang ini berubah dan bertobat dari dosa-dosa yang telah ia lakukan.

V. Daftar Pustaka …, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2006. …Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, Jakarta: YKBK, 1994. Barcley, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, Jakarta BPK GM, 2015. Baxter, J. Sidlow, menggali Isi Kitab , Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1971. Borton, Jhon, The Cambridge Companion To Biblical Iterpretation, UK: Cambridge University Press, 2000. Browning, W.R.F., Kamus Alkitab, JakartaBPK-GM, 2007. Drane, John, Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis Teologis, Jakarta: BPKGM, 2013. Drewes, B.F., Satu Injil Tiga Pekabar, Jakarta: Gunung Mulia, 1998. Holladay, Carl R., dan Jhon H. Hayes, Pedoman Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993. Jensen, Irving L., Lukas, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000.

Komisi Ktab Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab di dalam gereja, Yogyakarta: Kanisius, 2007. Manson,William, The Moffatt Commentary LUKE, New York : Harper And Brothers Publisher, 1817. Morris, Leon, Tyndale New Testament Commentaries Luke, America: Eerdmans, 1986. Naipospos, P.S., dan B. J., Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996. OFM, C. Groenon, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, Yoyakarta: KANISIUS, 1993. Santoso, David Iman, Theologi Lukas Intisari dan Aplikasinya, Malang: Literatur SAAT, 2010. Saragih, Agus Jetron, Exegese Naratif: Ulasan Teoritis dan Praktis sebagai metode tafsir Post Modernisasi, Medan, Pustaka Penelitian dan Pengabdian Masyarakat , 2006. Sembiring, M.K., Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta: Lembaga Alkitab Indinesia, 2005. Silalahi, Haposan, Mengenal Kitab Perjanjian Baru 1, Tarutung: STAKPN, 2010. Situmorang, Jonar T.H., Bibliologi: Menyikapi Sejarah Perjalanan Alkitab Dari Masa Kemasa, Yogyakarta : Andi, 2013. Tenney, Merril C., Survei Perjanjian Baru, Jawa Timur: Gandum Mas, 2013. Tiede, David L., Augsburg Commentary on The New Testament LUKE, Augsburg Publishing House: 1988. Wahono, S. Wismoady, Disini Kutemukan, Jakarta: Gunung Mulia, 2004. Ward, Roland A., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2003.

Related Documents

Pb Si Surung.docx
December 2019 7
Pb
June 2020 26
Pb
October 2019 36
Pb
May 2020 23
Pb
October 2019 27
Pb
November 2019 30

More Documents from ""

Teoprak Kel1.docx
May 2020 15
Pb Si Surung.docx
December 2019 7
Dogmatika Ema.docx
December 2019 8
Dogmatika Masa Kini.docx
December 2019 6
Pb Untuk Mahasiswa.docx
December 2019 9