Doc-20190313-wa0004.docx

  • Uploaded by: Ayu Widia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Doc-20190313-wa0004.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,359
  • Pages: 33
MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI THEORY OF FIRM AND ORGANIZATION

DOSEN PENGAMPU : Dr. ILHAM WAHYUDI, SE.,M.Si..

DISUSUN OLEH : AYU WIDIA SYAHPUTRI ELIN ALFATHIA

C1CO16090 C1C016018

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI 2019

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Theory of Firm and Organization ini dengan lancar dan tepat pada waktunya. Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Dosen pengampu mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan program studi Akuntansi semester genap 2019 Universitas Jambi. Dan juga, kami berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri maupun para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang teori perusahaan dan organisasi serta penerapannya dalam bidang akuntansi. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dengan keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami memohon kritik dan saran dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Jambi, 08 Maret 2019

Penyusun

2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................... 1 DAFTAR ISI .............................................................................................................. 2 BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 3 I.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3 I.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5 I.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 5 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 6 II.1. Pengertian dari organisasi ............................................................................. 6 II.2 Tujuan dari organisasi ................................................................................... 7 II.3 Asas-asas dalam organisasi........................................................................... 7 II.4 Ciri-ciri dari organisasi ................................................................................. 10 II.5 Teori perusahaan ........................................................................................... 11 II.6 Keterbatasan dalam Teori Perusahaan .......................................................... 17 II.7 Fenomena yang berhubungan dengan Teori Perusahaan dan organisasi ...... 18 BAB III PENUTUP .................................................................................................... 29 III.1 Kesimpulan .................................................................................................... 29 III.2 Saran .............................................................................................................. 30 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 31

3

BAB I PENDAHULUAN I.1

Latar Belakang Perusahaan adalah organisasi yang menggabungkan dan mengatur semua sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan barang dan jasa yang siap dijual. Perusahaan itu ada di tengah-tengah masyarakat karena kemaslahatannya dalam proses pendistribusian akan barang dan jasa yang sulit untuk dilakukan oleh individu-individu secara terpisah. Dalam jangka panjang keberadaan mereka tidak saja menguntungkan bagi pemilik / pemegang saham, namun juga akan membawa manfaat bagi masyarakat luas dan pemerintah melalui suatu proses yang disebut arus kegiatan ekonomi (The Circular Flow of Economic Activity). Teori perusahaan adalah teori tentang cara perusahaan bertahan hidup, berkembang, dan mencapai kesinambungan dari waktu ke waktu dengan kata lain, dimensi yang paling menonjol adalah dimensi pemelajaran. Dengan demikian, teori perusahaan adalah teori tentang cara perusahaan belajar, yang meliputi cara perusahaan

menyerap

informasi

dan

memprosesnya

menjadi

pengetahuan

menggunakan sumber daya, baik dari dalam maupun luar organisasi (Prasetyantoko, 2008:18). Sebagai institusi bisnis, tujuan utama perusahaan menurut theory of firm adalah untuk mendapat keuntungan yang maksimal, memakmurkan para pemilik saham atau pemilik perusahaan, kemudian bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan yang terlihat pada harga sahamnya (Hartono, 2009:124). Dengan kata lain memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dapat diterjemahkan menjadi memakasimalkan harga saham perusahaan. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga sahamnya (Sujoko & Soebiantoro, 2009). Laba tahunan mengindikasikan bahwa laba akuntansi berhubungan dengan peristiwa yang dianggap investor mempengaruhi harga saham sehingga investor menggunakan informasi tersebut untuk mengubah peramalan labanya dan menyesuaikan harga dengan cepat dan tepat (Beaver, 1968). Ball and Brown (1968) juga melakukan penelitian yang serupa dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa investor bereaksi terhadap informasi laba baik yang bersifat good news (di atas ekspektasi) atau 4

bad news (di bawah ekspektasi). Semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi tingkat pengembalian kepada investor yang berarti semakin tinggi juga nilai perusahaan terkait dengan tujuan dari perusahaan itu sendiri, yaitu untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham (Gultom & Syarif, 2008). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal tahun 2018 lalu dibuka menguat 10,42 poin seiring dengan harapan positif terhadap ekonomi nasional. IHSG menguat 10,42 poin atau 0,16 persen menjadi 6.366,08, sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 2,66 poin atau 0,25 persen menjadi 1.082,05. Sementara pada perdagangan akhir tahun 2018, bursa saham Tanah Air ditutup menghijau pada detik-detik terakhir setelah menjalani pergerakan variatif sepanjang hari. Penutupan perdagangan 2018, IHSG berakhir parkir di level 6.194,50 dengan penguatan 3,85 poin atau 0,06%. Kemudian, mengawali tahun baru 2019 dibuka melaju pada zona hijau, dalam sesi pagi perdagangan Rabu (2/1/2019). IHSG di awal tahun menguat 7,23 poin atau setara 0,12% ke level 6.197,87 (Sindonews.com). Pada perdagangan awal tahun, sektor saham dalam negeri terlihat bergerak variatif. Tujuh sektor menguat, dengan kenaikan tertinggi sektor pertambangan sebesar 3,60%. Sektor keuangan menguat 1,07%. Sektor barang konsumer menguat 0,95% dan sektor perdagangan menguat 0,90%.Tiga sektor melemah. Sektor perkebunan turun 0,49%. Sektor konstruksi turun 0,33% dan sektor aneka industri turun 0,03%. Total volume transaksi bursa mencapai 10,36 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 7,63 triliun. Kenaikan harga terjadi pada 222 saham. Sebanyak 176 saham turun harga. Ada 146 saham bergerak mendatar. Top gainers LQ45 terdiri dari: PT Indika Energy Tbk (INDY) 18,63%, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) 13,01% dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) 8,42%. Sedangkan Top losers LQ45 adalah: PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) -2,66%, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) -1,49%, dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) -1,48%. Perubahan IHSG ini sejalan dengan adanya beberapa perusahaan yang delisting di tahun 2017 yaitu sebanyak 8 perusahaan yang kemudian mengecil menjadi 4 perusahaan yang delisting di tahun 2018 (Sindonews.com) Berdasarkan fenomena di atas maka dapat disimpulkan bahwa penting untuk mengetahui nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan tujuan utama perusahaan menurut

5

theory of firm adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan laba , dimana nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga sahamnya. Meskipun perusahaan memiliki tujuan-tujuan yang lain, namun memaksimalkan harga saham adalah tujuan yang paling penting (Brigham dan Houston, 2011:150). Theory of Firm and Organization merupakan salah satu dasar yang dapat digunakan dalam mengetahui nilai perusahaan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat makalah yang berjudul THEORY OF FIRM AND ORGANIZATION.

I.2

I.3

Rumusan Masalah 1.

Apa yang dimaksud dengan organisasi ?

2.

Mengapa organisasi Dibutuhkan ?

3.

Apa saja asas-asas dalam organisasi ?

4.

Apa saja ciri dari organisasi ?

5.

Apa yang dimaksud dengan Teori Perusahaan ?

6.

Apa saja keterbatasan dalam Teori Perusahaan ?

7.

Apa saja fenomena yang berhubungan dengan Teori Perusahaan dan Organisasi ?

Tujuan Penulisan 1.

Untuk mengetahui pengertian dari Organisasi

2.

Untuk mengetahui tujuan dari organisasi

3.

Untuk mengetahui asas-asas dalam organisasi

4.

Untuk mengetahui ciri dari organisasi

5.

Untuk mengetahui apa itu Teori Perusahaan

6.

Untuk mengetahui keterbatasan dalam Teori Perusahaan

7. Untuk mengetahui fenomena yang berhubungan dengan Teori Perusahaan dan Organisasi 6

BAB II PEMBAHASAN II.1

Pengertian Organisasi Menurut James L. Gibson, John M. Ivencevich, James H. Donnely Jr. Mengatakan : “Organisasi adalah kesatuan yang memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai melalui tindakan individu secara terpisah”. (James L. Gibson, John M. Ivencevich dan James H. Donnely Jr, Organisasi, Jilid I, Edisi kelima, Terjemahan Penerbit Erlangga, 1985). Manusia atau individu merupakan anggota dari suatu organisasi dan akan memperoleh hasil yang lebih besar daripada dikerjakan sendiri, karena anggota lain dalam organisasi ikut berperan dalam mencapai hasil tersebut. Stephen P. Robbins memberikan pengertian lain tentang organisasi, yaitu : “Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan”. (Stephen P. Robbins, Teori Organisasi, Terjemahan, Edisi 3, Penerbit Arcan, Jakarta 1994).

Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, yang memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai melalui tindakan individu secara terpisah. 

Hakiki Organisasi Di dalam sebuah organisasi terdapat tiga hakiki organisasi yang perlu diperhatikan, yaitu : 1) Merupakan

tempat/wadah

bagi

orang-orang

untuk

dapat

bergerak/melakukan kegiatan menuju tercapainya tujuan organisasi. 2) Sebagai proses, organisasi juga merupakan proses penyusunan/pengaturan orang-orang yang sesuai dengan tujuan organisasi. 3) Pengorganisasian merupakan langkah pertama dari pelaksanaan rencana yang telah disusun sebelumnya. 7

II.2

Alasan Dibutuhkannya Organisasi Organisasi dibutuhkan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Organisasi mempunyai dua buah pengertian yang tidak terpisahkan sebagai suatu keutuhan, bagaikan dua sisi mata uang. 1) Organisasi mempunyai pengertian sebagai wadah. Organisasi sebagai wadah statis, karena merupakan Bagan Organisasi yang mewadahi seluruh anggotanya dengan status posisinya. Jadi merupakan piranti manajemen atau Tools of Management. 2) Organisasi mempunyai pengertian sebagai proses. Organisasi sebagai proses dinamis. Organisasi selalu bergerak menuju tercapainya tujuan organisasi. Organisasi sebagai proses dinamis, karena harus mengadakan pembagian tugas kepada para anggotanya. Juga harus memberikan tanggung jawab, wewenang, dan mengadakan hubungan baik ke dalm maupun ke luar dalam rangka mencari keberhasilan organisasi.

II.3

Asas – Asas Organisasi Untuk menyusun suatu organisasi yang baik perlu diperhatikan asas-asas sebagai berikut : Asas ke-1 : Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas. Dengan demikian dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang yang terlibat dalam organisasi. Tujuan yang tidak jelas akan mengakibatkan organisasi tersebut tidak mempunyai pegangan yang mantap. Lebih-lebih bagi para anggotanya. Asas ke-2 : Organisasi harus ada kesatuan komando. Dengan adanya kesatuan komandoakan mengarah kepada kesatuan arah (unity of direction). Sebagai contoh suatu rombongan kunjungan wisata yang telah ditetapkan dengan kendaraan bis. Program kunjungan wisata tersebut akan lebih berhasil apabila kesatuan komando tersebut dipegang oleh pimpinan rombongan. Asas ke-3 : Organisasi harus melaksanakan pembagian kerja atau pembagian tugas.

8

Dengan adanya pembagian tugas para anggota akan mengerti tugas dan kewajibannya masing-masing, termasuk hak, wewenang dan tanggung jawabnya. Dalam asas ke-3 Pembagian kerja perlu diperhatikan beberapa persyaratan sebagai berikut : 1. The right man in the right place. Orang yang tepat di tempat yang tepat merupakan hal yang mutlak perlu diperhatikan bagi efektivitas organisasi. Persyaratan ini menekankan pentingnya keahlian dalam menangani bidang pekerjaannya.

Dalam hal ini Wursanto mengomentari : “The right man in the right place” adalah mengusahakan efisiensi kerja yang baik. Efisiensi kerja diperoleh apabila penempatan tenaga kerja sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-masing.” (Drs. I.G. Wursanto, Dasar-dasar Manajemen Personalia, Pustaka Dian, Jakarta, 1988).

2. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab dalampekerjaan. Misalnya saja harus ada keseimbangan antara yang menangani bidang keuangan dengan yang menangani bidang perlengkapan. Dengan demikian akan terjadi mekanisme kerja yang sehat dan wibawa masing-masing akan tetap terwujud. 3. Memperhatikan “Span of control” Span of control adalah kemampuan seorang pimpinan untuk mengawasi orang lain yang menjadi bawahannya. Ada berbagai pendapat tentang berapa orang bawahan dapat diawasi secara efektif. Ada yang berpendapat hanya sampai 2-3 orang saja. Hani Handoko mengatakan: “sampai 3-8 orang bawahan”. (T. Hani Handoko, Manajemen, Penerbit BPFE Yogyakarta, 1984).

Selanjutnya Hani Handoko mengatakan bahwa V.A. Graicunas, seorang Perancis mengatakan : “Terjadinya hubungan antara individu dalam organisasi yaitu antara manajer dengan bawahan dan bawahan dengan bawahan dan telah berhasil memformulakan dalam suatu rumus”. 9

Hubungan antara manajer dengan individu bawahannya dinyatakan dalam rumus : R = n[2n−1 + n − 1]

R = Jumlah hubungan n = Jumlah bawahan

Menurut rumus ini : “Apabila seorang manajer mempunyai 5 orang bawahan, maka ada 100 hubungan. Apabila ada 10 orang bawahan, maka ada 5210 hubungan”. (T. Hani Handoko. Manajemen, Penerbit BPFE Yogyakarta, 1984). Asas ke – 4 : Harus ada pelimpahan wewenang dan tanggung jawab (delegation of authority and responsibility). Pelimpahan wewenang berarti menyerahkan sebagian dari wewenang pimpinan kepada bawahannya dengan kepercayaan penuh. Hal ini penting agar bawahannya juga harus bertanggung jawab terhadap keberhasilan organisasi di mana mereka bekerja. Ada butir-butir yang sangat penting bagi pimpinan dalam pelimpahan wewenang tersebut, yaitu: 1.

Agar pimpinan dapat konsentrasi terhadap pekerjaan yang penting-penting saja seperti keputusan kebijaksanaan, rencana strategis, pengendalian dan lain-lainnya, sedangkan yang sifatnya rutin dapat dikerjakan oleh bawahan.

2.

Agar tidak semuanya bergantung kepada atasan/pimpinan. Hal ini akan mencerminkan pekerjaan yang lancar. Bahkan budaya “mohon petunjuk” dapat dikikis habis.

3.

Merupakan dorongan bagi bawahan untuk lebih percaya diri, bekerja lebih baik, kreatif, dan bertanggung jawab.

Asas ke – 5 : Tersedianya sarana dan prasarana. Alat-alat dan perlengkapan untuk keperluan bekerja yang merupakan kebutuhan pokok organisasi.

10

II.4

Ciri Organisasi Ada tiga ciri organisasi yang perlu diperhatikan, yaitu : 1) Adanya sekelompok orang. Organisasi besar ataupun kecil tentu tidak boleh mengabaikan adanya orangorang di dalam organisasi. Baik secara individu maupun kelompok, orang-orang tersebut tentu mempunyai berbagai kepentingan. Kepentingan orang-orang tersebut dalam organisasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : a.

Kepentingan individu (individual interest) Tidak jarang organisasi-organisasi yang banyak mengalami kericuhan, karena kurang memperhatikan kebutuhan individual interest tersebut. Misalnya, tidak diperhatikannya kesehatan, keselamatan kerja, cuti hamil, lamanya jam kerja da sebagainya. Kalau halini tidak diperhatikan tentu saja akan mempengaruhi produktivitas dan efektivitas organisasi bahkan tidak jarang organisasi tersebut terkena tindakan hukum dari pemerintah.

b.

Kepentingan kelompok (group interest) Kepentingan kelompok merupakan kekuatan yang tidak dapat diabaikan oleh organisasi/perusahaan. Organisasi tidak dapat hanya mengandalkan profit making, dengan mendayagunakan semaksimal mungkin kelompok-kelompok tersebut. Bahkan group interest dapat merupakan penghalang besar bagi organisasi perusahaan apabila organisasi tidak memperhatikan aspirasi group interest.

c.

Kepentingan organisasi (organizational interest) Kepentingan organisasi tidak akan mulus tanpa memperhatikan baik individual interest maupun group interest. Yang paling ideal adalah organizational interest harus merupakan titik temu antara organizational interest dengan individual interest dan group interest.

2) Antar hubungan. Hanya orang-orang dalam organisasi akan menciptakan suatu hubungan. Hubungan tersebut dapat bersifat pribadi (personal relationship), dapat bersifat sosial (social relationship), dapat pula bersifat hubungan kerja (task relationship). 11

Hubungan-hubungan ini akan merupakan kunci keberhasilan organisasi. Individu menyadari kedudukannya dalam kelompok. Kelompok menyadari kedudukannya dalam organisasi. Dengan demikian akan disadari bahwa tidak etislah apabila seseorang hanya bekerja untuk kepentingannya sendiri.

3) Kerja sama yang didasarkan atas hak, kewajiban dan tanggungjawab masingmasing orang untuk mencapai tujuan. Adanya

struktur

organisasi

akan

mencerminkan

tanggungjawab masing-masing orang untuk

hak,

kewajiban

mencapai tujuan

dan

organisasi.

Kerjasama yang harmonis merupakan suatu kiat untuk mencapai keberhasilan organisasi. Tetapi koordinasi yang baik tersebut harus tetap didasari oleh hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing individu, untuk mencegah adanya kerja yang tumpang tindih, ataupun seseorang merampas tugas dan pekerjaan orang lain. II.5

Teori Perusahaan Teori perusahaan adalah teori tentang cara perusahaan belajar, yang meliputi cara perusahaan menyerap informasi dan memprosesnya menjadi pengetahuan menggunakan sumber daya, baik dari dalam maupun luar organisasi (Prasetyantoko, 2008:18) Terdapat sepuluh konsep perusahaan menurut Fritz (1967), yaitu : 1)

Dalam teori ―comptetitive prices and allocation, perusahaan adalah suatu reaktor imajiner terhadap perubahan lingkungan.

2)

Dalam teori ―innovation and growth, perusahaan adalah suatu reaktor atau inisiator imajiner.

3)

Dalam ―welfare economics, perusahaan adalah suatu reaktor imajiner atau inisiator dengan pengetahuan akurat mengenai peluang-peluangnya.

4)

Dalam teori ―oligopoly and monopoly, perusahaan adalah reaktor khas dan inisiator dalam suatu group kecil interaksi.

5)

Dalam teori Organisasi (atau birokrasi) perusahaan adalah sistem kerjasama yang khas dengan koordinasi yang berdasarkan otorisasi.

6)

Dalam ―management science, perusahaan adalah suatu sistem informasi fungsional dan sistem pengambilan keputusan untuk operasi-operasi bisnis. 12

7)

Dalam ―operation research and consultation, perusahaan adalah suatu klien aktual atau potensial untuk memperoleh kinerja optimal.

8)

Dalam teori akuntansi, perusahaan adalah suatu koleksi dari harta dan kewajiban. Dalam hal ini harus jelas bagaimana berbedanya konsep ini dengan konsepkonsep yang lain.

9)

Dalam teori ―legal and practice, perusahaan adalah person dengan kekuatan hukum berikut properti, klaim, dan kewajiban-kewajiban.

10) Dalam deskripsi statistik (seperti sensus Manufaktur), perusahaan adalah suatu organisasi bisnis dibawah suatu manajemen tunggal atau orang mandiri dengan satu atau lebih pegawai atau dengan tempat bisnis yang tetap Teori perusahaan antara lain sebagai berikut : 1) Teori Hierarki dan Koordinasi Salah satu studi yang sering dijadikan referensi untuk menjawab pertanyaan mengenai alasan adanya perusahaan adalah karya Ronald Coase pada tahun 1937 yang berjudul The Nature of The Firm. Karya ini sering dijadikan pijakan pertama dalam studi tentang korporasi. Buku yang merupakan kumpulan karangan ini, meskipun singkat, sangat berpengaruh. Secara sederhana, buku ini menawarkan penjelasan secara ekonomi mengapa individu memilih berkelompok dalam sebuah otoritas yang bernama organisasi perusahaan. Dalam ilmu ekonomi neo-klasik, ekonomi dianggap bisa bekerja sendiri dan tidak memerlukan kontrol untuk mengendalikan beroperasinya sistem pasar. Segala masalah bisa dipecahkan dengan rumus pasar tersebut, yaitu serahkan saja pada sistem pasar maka akan diselesaikan dengan sendirinya secara alamiah. Dalam situasi seperti ini, karena penentuan soal harga telah berhasil dikoordinasikan oleh sitem pasar, mengapa perusahaan masih diperlukan? Pertanyaan ini secara estimologi mempersoalkan kesahihan pendekataan pasar yang dianggap mampu menyelesaikan segala persoalan dalam rangka alokasi sumber daya. F.A. Hayek menegaskan bahwa sistem pasar lebih baik dari pada sistem perencanaan. Argumen Hayek didasarkan pada pemahaman bahwa sitem pasar mampu memberikan informasi secara bebas kepada setiap individu sekaligus mengakomodasi setiap pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu yang terlibat dalam sitem pasar. Dalam hal ini sistem hierarki memiliki keterbatasan. 13

Dalam pertanyaan soal keterbatasan sistem hierarki dan sistem pasar juga diajukan oleh Ronald Coase. Jika sitem pasar adalah satu-satunya cara menyelesaikan masalah harga, mengapa dalam sistem pasar terdapat perusahaan? Bukankah dalam organisasi perusahaan terdapat hierarki, otoritas, dan sistem koordinasi yang sentralistik? Maka dari itu, dapat diambil kesimpulannya bahwa baik model pasar maupun model hierarki (organisasi) memiliki kelebihan dan keterbatasan. Dengan demikian, model pasar dan model hierarki sebenarnya bersifat komplementer, bukan subsitusi yang saling menggantikan. Serta sistem hierarki, dalam arti tertentu, mampu menekan harga akibat biaya transaksi yang lebih rendah ketimbang sistem pasar. Maka pendekatan institusi tetap sah digunakan untuk mengalokasikan sumber daya. Pasar adalah salah satu alternatif dan bukan satusatunya mekanisme.

2) Teori Biaya Transaksi Secara konseptual, biaya transaksi diperkenalkan pertama kali pada tahun 1937 oleh Ronald Coase dengan makalahnya berjudul The Nature of the Firm. Coase sendiri menyatakan (Coase 1998) : “It is commonly said, and it may be true, that the new institutional economics started with my article, The Nature of the Firm (1937), with its explicit introduction of transaction costs into economic analysis.” Coase sendiri tidak pernah mendefinisikan biaya transaksi. Hanya saja, Coase menyatakan bahwa terdapat biaya atas penggunaan mekanisme harga. Penjelasan mengenai pernyataan tersebut diawali dengan pertanyaan Coase (1992 ) : “We had a factor of production, management, whose function was to coordinate. Why was it needed if the pricing system provided all the coordination necessary?” Jawaban atas pertanyaan ini adalah bahwa terdapat biaya untuk menggunakan mekanisme harga. Contoh dari biaya semacam ini yang diberikan oleh Coase misalnya adalah proses mencari harga (discovering what prices are) serta negosiasi

dan

pembuatan

kontrak.

Mekanisme

harga

digunakan

untuk

mengalokasikan sumber daya dan ketika ada biaya untuk menjalankan mekanisme harga tersebut, maka mekanisme tersebut akan bersaing dengan mekanisme lain seperti perusahaan (firms). Setiap metode alokasi sumber daya tidak pernah gratis, 14

selalu ada biayanya. Coase beragumen bahwa ada saat ketika mekanisme perusahaan dan manajemennya menggantikan pasar, dan ada saat lainnya ketika harga pasar (market prices) digunakan untuk mengalokasikan barang dan jasa. Setelah The Nature of the Firm yang ditulis pada tahun 1937, barulah makalah Coase selanjutnya yang berjudul The Problem of Social Cost (1960) dinyatakan secara eksplisit adanya keterkaitan antara biaya transaksi dengan hakhak kepemilikan (property rights). Berdasarkan teori biaya transaksi yang dikembangkan oleh Ronald Coase dalam bukunya The nature of the Firm (1937) serta The Problem of social cost (1960), dalam aktivitas ekonomi terdapat dua jenis biaya yang dapat didentifikasi, yaitu biaya-biaya yang terkait dengan produksi dan distribusi fisik serta biaya-biaya yang diperlukan untuk pertukaran (transaksi). Secara konseptual, ini berarti bahwa biaya total tidak hanya ditentukan oleh penjumlahan biaya produksi (yang ditentukan teknologi dan input yang digunakan), melainkan juga biaya yang diperlukan untuk bertransaksi yang ditentukan oleh pengaturan dari institusional yang ada. Williamson (1985) sependapat dengan Coase (1937), bahwa salah satu alasan keberadaan perusahaan adalah untuk mengurangi biaya-biaya transaksi. Dalam

penelitiannya,

Williamson

mengembangkan

analisis

biaya-biaya

pengontrakan dalam hubungan bisnis. Hal ini sangat diperlukan sebab perusahaan sebagai pengambil keputusan dominan dalam perekonomian dibatasi oleh suatu konstelasi kontrak. Kontrak di sini adalah entitas organisasional yang mempunyai otoritas untuk membuat keputusan bisnis serta mengatur hubungan perusahaan dengan

pemasok,

pegawai,

pelanggan,

kreditor

dan

pemegang

saham.

Kelembagaan mutlak menentukan khuluk dan besaran biaya-biaya transaksi. Ada dua asumsi utama dalam teori biaya transaksi yaitu, rasionalitas individu bersifat terbatas dan ada sifat oportunisme dalam diri para pelaku ekonomi. Rasionalitas individu dikatakan bersifat terbatas karena pada dasarnya seorang individu tidak akan pernah mampu memiliki informasi yang lengkap tentang kejadian di masa yang akan datang. Keterbatasan rasionalitas tersebut mengakibatkan individu tidak akan pernah mampu melakukan negosiasi dan kontrak secara sempurna terkait dengan kejadian-kejadian di masa depan. Kontrak yang tidak akan pernah bisa sempurna juga sering terjadi karena para pelaku yang terlibat dalam kontrak tersebut memiliki sifat oportunis. Sifat oportunis ini bisa terjadi pada saat sebelum terjadi kontrak atau pada saat setelah terjadi kontrak. 15

Fokus teori biaya transaksi terletak pada argumen bahwa untuk menjaga agar kontrak bisa berjalan dengan baik diperlukan biaya karena pada dasarnya setiap kontrak dilakukan dalam situasi dimana rasionalitas bersifat tidak sempurna.

3) Teori Kontrak Menurut Armen Alchian dan Harnold Demsetz (1972), terdapat dua hal yang

dibangun

pertama,

pengorganisasian sistem

pasar produksi.

dan

perusahaan

adalah

pilihan

Jika pasar tidak mampu

model

melakukan

pengorganisasian dengan baik sehingga tidak menghasilkan produktivitas maksimal, diperlukan model pengorganisasian yang lain, yaitu perusahaan. Kedua, produktivitas dalam perusahaan bukanlah semata-mata gabungan atau kumpulan produktivitas individu, melainkan sinergi dari berbagai variable, termasuk di antaranya produktivitas di tingkat individu. Pada dasarnya teori kontrak menyatakan bahwa perusahaan merupakan rangkaian kontrak diantara faktor produksi. Meskipun setiap individu memiliki kepentingan pribadi, sebagai tim mereka juga bisa solid sebagai kesatuan yang mengalami kompetisi dengan tim lain.

4) Teori Agensi a. Pengertian Teori Agensi Menurut Michael C. Jensen dan William H. Meckling, hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agen) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut “nexus of contract.”

b. Teori Agensi dalam Praktik Akuntansi dan Aplikasinya pada Pengelolaan Perusahaan

16

Teori keagenan memberikan peranan penting bagi akuntansi terutama dalam menyediakan informasi setelah suatu kejadian yang disebut sebagai peranan pasca keputusan. Peranan ini sering diasosiasikan dengan peran pengurusan (stewardship) akuntansi, dimana seorang agen melapor kepada prinsipal tentang kejadian-kejadian di masa lalu. Inilah yang memberi akuntansi nilai umpan baliknya selain nilai prediktifnya. Informasi yang dimaksud merupakan salah satu cara untuk mengurangi ketidakpastian, sehingga memberi akuntan peran penting dalam pembagian risiko antara manajer dan pemilik perusahaan. Asimetri informasi merupakan pembahasan dalam bidang teori keagenan yang memfokuskan pada masalah-masalah yang ditimbulkan oleh informasi yang tidak lengkap, yaitu ketika tidak semua keadaan diketahui oleh kedua belah pihak dan sebagai akibatnya, ketika konsekuensi-konsekuensi tertentu tidak dipertimbangkan oleh masing-masing pihak yang bersangkutan. Cara yang paling optimal adalah dengan mengadakan kontrak yang melibatkan kedua belah pihak. Untuk memotivasi agen maka prinsipal merancang suatu kontrak agar dapat mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor, yaitu : 1) Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun majikan memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk kepentingan pribadi. 2) Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya. Dengan

demikian,

membuka

peluang

agen

untuk

memaksimalkan

kepentingannya sendiri dengan melakukan tindakan yang tidak semestinya atau sering disebut disfunctional behaviour, dimana tindakan ini dapat merugikan prinsipal, baik memanfaatkan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi, maupun perekayasaan kinerja perusahaan. Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat disebabkan karena pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak prinsipal (keunggulan informasi), 17

sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri (self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power).

5) Teori Kompetensi Menurut Edith Panrose (1959) terdapat tiga hal mengenai teori komptensi, yaitu : 1) Perusahaan mampu menciptakan nilai ekonomis tidak hanya dengan memiliki sumber daya melainkan juga dengan mampu mengelola sumber daya secara efektif dan inovatif. 2) Kemampuan sebuah organisasi melakukan pengelolaan terhadap sumber daya yang dimilikinya bersifat unik. Artinya, dua organisasi yang memiliki sumber daya yang sama belum tentu menghasilkan output yang sama, mengingat cara dan kondisi sumber daya tersebut dikembangkan akan sangat menentukan hasil pengelolaan sumber daya tersebut. 3) Pada tingkat kemajuan dan arah perkembangan dari pengelolaan sumber daya yang juga akan memiliki sifat unik pada masing-masing organisasi. Seperti halnya hubungan antara kepemilikan sumber daya dan kinerja organisasi. Karena kepemilikan sumber daya dan kinerja organisasi tidak bersifat universal, melainkan disetiap organisasi berbeda. Pemikiran Panrose ini sangat memengaruhi pemahaman organisasi kontemporer

dalam

beberapa

hal

terutama

dalam

menciptakan

dan

mempertahankan keuntungan kompetitif. Selain itu juga, dalam hal menciptakan mekanisme mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif sehingga pada akhirnya akan menghasilkan keuntungan finansial.

II.6

Keterbatasan Dalam Teori Perusahaan Tujuan perusahaan saat ini tidak hanya untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Pernyataan ini pun didukung oleh beberapa tokoh diantaranya : 1) Maximization of sales (William Banmoldb), yang mengatakan bahwa manajer perusahaan modern akan memaksimumkan penjualan setelah keuntungan yang diperoleh telah memadai untuk memuaskan para pemegang saham (stock holders). 18

2) Maximization of management utility (Oliver Williamson), yang mengatakan bahwa sebagai akibat dari pemisahaan manajemen dengan pemilik (separation of management from ownership), para manajer lebih tertarik untuk memaksimumkan penggunaan manajemen yang diukur dengan kompensasi seperti gaji, tunjangan tambahan (fringe benefit), pemberian saham (stock option), dan sebagainya, dari pada memaksimumkan keuntungan perusahaan.

3) Satisfying Behaviour (Herbert Simon), didalam perusahaan modern yang sangat kompleks, dimana tugas manajemen menjadi sangat rumit dan penuh ketidakpastian

kerana

kekurangan

data,

maka

manajer

tidak

mampu

memaksimumkan keuntungan tapi hanya dapat berjuang untuk memuaskan beberapa tujuan yang berkaitan dengan penjualan (sales), pertumbuhan (growth), pangsa pasar(market share). II.7.

Fenomena yang berhubungan dengan Teori Perusahaan dan Organisasi Tujuan perusahaan didirikan salah satunya ialah untuk memperoleh keuntungan. Perusahaan yang memiliki orientasi untuk memperoleh keuntungan, umumnya akan memfokuskan kegiatannya untuk meningkatkan nilai perusahaan hingga mencapai maksimum. Selain itu tujuan utama perusahaan menurut theory of firm adalah juga untuk memakmurkan para pemilik saham atau pemilik perusahaan, kemudian bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan yang terlihat pada harga sahamnya (Hartono, 2009:124). Dengan kata lain memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dapat diterjemahkan menjadi memakasimalkan harga saham perusahaan. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga sahamnya (Sujoko & Soebiantoro, 2009). Untuk pergerakan saham-saham perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dapat dilihat dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Berikut adalah daftar IHSG 5 tahun terakhir di Indonesia :

19

Indeks Harga Saham Gabungan 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 2014

2015

2016

2017

2018

Dapat dilihat pada grafik diatas, IHSG dari tahun 2014 sampai 2018 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2014, IHSG Indonesia berada pada nilai 5.226,95. Kemudian, mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 4.593,01. Pada tahun 2016, IHSG kembali mengalami peningkatan menjadi 5.296,71. Tahun berikutnya, IHSG mengalami peningkatan yang cukup signifikan di tahun 2017 yaitu sebesar 6.355,65. Kemudian, mengalami penurunan sedikit menjadi 6.197,87 di tahun 2018. Bagi perusahaan yang go public, indikator nilai perusahaan adalah harga saham yang diperjual belikan di bursa efek. Pendapat ini didasarkan atas pemikiran bahwa peningkatan harga saham identik dengan peningkatan nilai perusahaan. Euis dan Taswan (2002) menyatakan bahwa semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai IHSG yang diperoleh. Ini mengindikasikan bahwa semakin tingginya nilai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berfluktuatifnya IHSG ini sejalan dengan perusahaan-perusahaan yang mengalami delisting dari Bursa Efek Indonesia. Berikut adalah informasi mengenai perusahaan-perusahaan yang mengalami delisting di BEI selama 5 tahun terakhir : Tahun

Jumlah Emiten

Pertambahan/Tahun

Emiten yang Delisting

2014

509

23

1

2015

525

16

3

2016

539

15

0

2017

576

37

8

2018

633

56

4

Jumlah 5 Tahun

147

16

20

Daftar Emiten yang Delisting: A. Tahun 2014 

PT Asia Natural Resources Tbk (ASIA) Emiten berkode ASIA itu gagal memenuhi ketentuan bursa dan sahamnya disuspensi sejak 22 Mei 2014. Perseroan juga punya tunggakan Rp 110 juta atas denda BEI. Kinerja keuangan perseroan juga makin buruk. Pada semester I-2014 perseroan tidak membukukan penjualan sama sekali sehingga menderita kerugian hingga Rp 357,33 miliar. (www.finance.detik.com dipublikasi 27 November 2014).

B. Tahun 2015 

PT Davomas Abadi Tbk (DAVO) Saham produsen kakao ini 'ditendang' karena perusahaan berkali-kali melanggar peraturan bursa. BEI pertama kali memberikan sanksi kepada Davomas pada awal 2012. Saat itu perusahaan terlambat menyerahkan laporan kinerja keuangan tahun 2011. Davomas kembali telat melaporkan kinerja keuangan untuk tahun buku 2012. BEI kembali memberikan sanksi berupa denda Tapi Davomas tetap bandel. Saham DAVO disuspensi lantaran produsen kakao itu gagal melunasi utang ke PT Heradi Utama dan PT Aneka Surya Agro senilai total Rp2,93 triliun. Juga gagal membayar utang ke pemegang saham sebesar Rp319,11 miliar dan utang lainnya senilai Rp1,26 miliar. (www.finance.detik.com dipublikasi 20 Januari 2015).



PT Bank Ekonomi Raharja Tbk (BAEK) BAEK melakukan delisting lantaran akan diakuisisi HSBC Asia Pacific Holdings (UK) Limited. Menurut Thendra, dengan sinergi tersebut maka BAEK mendapatkan support secara financial yang cukup besar, terutama dari regional. "Mereka tidak lagi butuh pendanaan dari pasar," ujar Thendra. (www.investasi.kontan.co.id dipublikasi 23 Juni 2015).



PT Unitex Tbk (UNTX)

21

1. Saham perseroan tidak lagi aktif diperdagangkan dan tidak liquid, dengan rata-rata volume perdagangan saham per hari hampir tidak ada, dan harga saham relatif stagnan pada level Rp3.700. 2. Berdasarkan data dari RUPS Tahunan selama 10 tahun terakhir, tercatat bahwa jumlah pemegang saham minoritas yang menghadiri RUPS tahunan berjumlah 41 pihak yaitu pada RUPS tahunan 2005. Sementara RUPS tahunan 2014 hanya dihadiri oleh 21 pihak yang mewakili 7,4% dari keseluruhan pemegang saham minoritas yang berjumlah 283 pihak. Hal ini mengindikasikan bahwa pemegang saham minoritas tidak lagi memperhatikan kelangsungan usaha dari perseroan. 3. Jumlah pemegang saham tidak lagi memenuhi ketentuan tentang pencatatan saham dan efek bersifat ekuitas selain saham yang diterbitkan oleh perusahaan tercatat. 4. Perseroan telah mengalami kerugian operasional dalam beberapa tahun terakhir yang mengakibatkan perseroan memiliki ekuitas negatif di dalam laporan keuangannya dan tidak lagi dapat membagikan dividen kepada pemegang saham. 5. Setelah 1997 hingga 2015, perseroan tidak lagi melakukan aksi korporasi melalui penawaran umum, baik berupa penawaran umum saham maupun surat utang. (www.market.bisnis.com dipublikasi 10 April 2015).

C. Tahun 2017 

PT Ciputra Property Tbk (CTRP) dan PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) CTRP dan CTRS di delisting karena dimerger oleh CTRA sehingga seluruh sahamnya berpindah menjadi saham CTRA (www.sahamok.com).



PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk (SOBI) SOBI di delisting karena beberapa alasan. Selain karena keadaan perusahaan yang tidak likuid, delisting SOBI juga didorong dengan pernyataan perseroan yang menyatakan tidak memerlukan penggalangan dana dan tidak terpenuhinya ketentuan BEI No. I-A yang mengatur tentang free float 50 juta lembar saham dimana 7,5% saham dimiliki oleh investor publik

22

sementara pada nyatanya hanya 1,32% saham yang dimiliki investor publik (www.bisnis.com dipublikasi 23 Juni 2017). 

PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk (CPGT) CPGT di delisting karena telah dinyatakan pailit sejak 19 oktober 2017. CPGT dipaksa untuk delisting (force delisting) karena mengalami kondisi atau peristiwa yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan tercatat baik secara finansial baik secara hukum atau terhadap kelangsungan status perusahaan tercatat sebagai perusahaan terbuka dan tidak dapat menunjukan indikasi pemulihan yang memadai sesuai dengan ketentuan III.3.1.1 BEI (www.investasiku.co.id dipublikasi 9 November 2017).



PT Inovisi Infracom Tbk (INVS) INVS di delisting karena telah mengalami 13 kali suspensi sejak IPO hingga dinyatakan delisting, mengalami kerugian berkelanjutan yang kian membengkak dan tidak terpenuhinya kewajiban keterbukaan perusahaan (www.bisnis.com di publikasi 28 September 2017).



PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) dan PT Permata Prima Sakti Tbk (TKGA) Saham BRAU dan TKGA telah mengalami suspensi lebih dari dua tahun karena keduanya belum melakukan kewajiban-kewajibannya seperti melaporkan

laporan

keuangan.

Direktur

Penilaian

Perusahaan

BEI

menyebutkan bahwa apabila perusahaan terbuka (emiten) yang terganggu fokus bisnisnya atau terganggu going concernnya dan tidak mau mengikuti aturan bursa maka akan dipastikan otoritas pasar akan melakukan delisting terhadap

perusahaan

tersebut

dari

papan

perdagangan

bursa

(www.tribunnews.com di publikasi 20 Oktober 2017). 

PT Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI) LAMI di delisting karena perusahaan memilih untuk go private. Perusahaan tidak pernah melakukan right issue, stock split, dan lainnya sejak

23

IPO tahun 2001. Selain itu, volume repdagangan saham yang dilakukan LAMI relatif kecil dan tidak signifikan, tidak dapat memenuhi kewajibankewajibannya sebagai perusahaan terbuka dan dinyatakan tidak likuid (www.investasi.kontan.co.id di publikasi 9 Mei 2017).

D. Tahun 2018 

PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk (DAJK) proses delisting terjadi lantaran perusahaan telah dinyatakan pailit. Sebelumnya, perusahaan telah mendapat putusan pailit dari Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) terhadap perusahaan berkode emiten DAJK itu. Putusan pailit PN Jakpus dikeluarkan pada 22 November 2017 lalu. Kinerja keuangan perseroan sebagai perusahaan publik memang tidak sehat. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi perseroan pada kuartal III-2017, perusahaan produsen kerta itu diketahui memiliki utang terhadap

beberapa

perbankan

sebesar

Rp870,17

miliar.

(www.economy.okezone.com dipublikasi 22 Mei 2018). 

PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk (TRUB) alasan mengapa sebuah saham harus didelisting yakni perusahaan tersebut tidak menunjukkan upaya untuk memperbaiki usahanya. Hal ini ditunjukkan dengan tidak beroperasinya perusahaan tersebut dan tidak dapat menghasilkan pendapatan. soal kasus TRUB, pihak BEI sudah melakukan penjelasan dan proses hearing dengan emiten tersebut dan memberikan kesempatan untuk menunjukan rencana bisnis. Namun, pihak TRUB belum memiliki rencana bisnis sehingga BEI memberikan tindakan delisting. (www.investasi.kontan.co.id dipublikasi 14 September 2018).



PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan untuk menyetop perdagangan saham JPRS tanggal 3 Oktober 2018, dikarenakan emiten sektor manufaktur tersebut akan delisting menyusul rencana merger-nya dengan PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST). (www.seputarforex.com dipublikasi 3 Oktober 2018).

24



PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB) PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB) berniat menghapus sahamnya dari papan perdagangan pasar modal lantaran merasa tak mampu memenuhi persyaratan untuk menjadi emiten. Salah satunya enggan memenuhi persyaratan pelepasan saham di publik (free float) sebesar 7,5%. Sekadar informasi, saham SQBB yang dilepas ke publik saat ini hanya 2,03%. Sementara

sisanya

dikuasai

oleh

Taisho

Pharmaceutical

Co.Ltd.

(www.finance.detik.com dipublikasi 21 Maret 2018). Dari beberapa alasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan di delisting karena melakukan konsolidasi bisnis, telah dinyatakan bangkrut/ pailit, terganggunya kesempatan untuk hidup dan bertumbuh perusahaan serta memilih untuk go private. Untuk perusahaan yang dinyatakan bangkrut/pailit, berarti perusahaan tersebut tidak dapat mengaplikasikan teori perusahaan. Sedangkan, untuk perusahaan yang tidak dapat memenuhi ketentuan bursa, berarti perusahaan tersebut tidak dapat mengaplikasikan salah satu teori perusahaan, khususnya teori kompetensi. Untuk perusahaan yang melakukan konsolidasi bisnis, berarti perusahaan dapat mengambil langkah yang tepat dalam menyelamatkan perusahaannya. Secara keseluruhan, mengindikasikan

bahwa

perusahaan-perusahaan

tersebut

tidak

mampu

memaksimalkan laba perusahaan. Untuk mengatasi hal tersebut, setiap perusahaan dapat menganalisis resiko kebangkrutan perusahaannya agar perusahaan tetap hidup dan bertumbuh yang tentunya meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri. Resiko kebangkrutan perusahaan merupakan resiko dimana perusahaan tersebut berada pada titik atau posisi ketidakmampuannya untuk menyelesaikan beban finansial

yang telah

menjadi

tanggungjawab perusahaan tersebut.

Analisis

kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tandatanda awal kebangkrutan), karena semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut semakin baik terutama bagi pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan sedangkan bagi pihak kreditur dan juga pemegang saham bisa melakukan persiapanpersiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk (Hanafi & Halim, 2016:260). Untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan suatu perusahaan dapat digunakan beberapa metode analisis kebangkrutan sebagai berikut : 1) Metode Altman Z-Score 25

Sebuah analisis yang menghubungkan berbagai rasio dalam laporan keuangan sebagai variabelnya dan digabungkan kedalam sebuah persamaan untuk memperoleh nilai Z, dimana nilai Z disini adalah nilai untuk memprediksi kondisi perusahaan, baik dalam keadaan sehat ataupun bangkrut. Berdasarkan hasil pengembangan Altman, rumus Z-Score dapat digunakan oleh perusahaan yang gopublic dan perusahaan yang tidak go-public, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut : Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Dimana : X1

= Working Capital to Total Assets

X2

= Retained Earnings to Total Assets

X3

= Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets

X4

= Market Value Equity to Book Value of Total Debt

X5

= Sales to Total Assets

Nilai cut-off yang digunakan pada model Altman yaitu 2,90, yang berarti jika sebuah perusahaan memiliki Z-Score lebih dari 2,90 maka perusahaan tersebut dianggap sehat atau tidak berpotensi mengalami kebangkrutan. Jika perusahaan memiliki Z-Score kurang dari 1,20, maka perusahaan tersebut memiliki potensi mengalami kebangkrutan, dan jika perusahaan memiliki Z-Score kurang dari 2,90 dan lebih dari 1,20 maka perusahaan tersebut berada di Grey Area atau rawan mengalami kebangkrutan (Peter dan Yoseph, 2011). 2) Metode Grover Metode Grover merupakan metode yang diciptakan dengan melakukan pendesainan dan penilaian ulang terhadap metode Altman Z-Score. Jeffrey S. Grover menggunakan sampel sesuai dengan metode Altman Z-Score pada tahun 1968 dengan menambahkan tiga belas rasio keuangan baru. Sampel yang digunakan sebanyak 70 perusahaan dengan 35 perusahaan yang bangkrut dan 35 perusahaan yang tidak bangkrut pada tahun 1982 samapi 1996. Jeffrey S. Grover menghasilkan fungsi sebagai berikut :

26

Score = 1,650X1 + 3,404X3 – 0,016ROA + 0,057 Dimana : X1

= Working Capital / Total Assets

X3

= Earnings Before Interest and Taxes / Total Assets

ROA = Net Income / Total Assets Metode Grover mengkategorikan perusahaan dalam keadaan bangkrut dengan skor kurang atau sama dengan -0,02 (Z < -0,02). Sedangkan skor untuk perusahaan yang dikategorikan dalam keadaan tidak bangkrut adalah lebih atau sama dengan 0,01 (Z > 0,01) (Prihanthini & Sari, 2013). 3) Metode Springate (S-Score) Metode Springate adalah metode yang dikembangkan pada tahun 1978 oleh Gorgon L.V. Springate. Dengan mengikuti prosedur yang dikembangkan Altman, Springate menggunakan step-wise multiple discriminate analysis untuk memilih empat dari sembilan belas rasio keuangan yang populer sehingga dapat membedakan perusahaan yang berada dalam kategori bangkrut atau kategori aman. Rumus Metode Springate sebagai berikut :

Score = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4 D Dimana : A

= Working Capital / Total Assets

B

= Net Profit Before Interest and Tax / Total Assets

C

= Net Profit Before Tax / Current Liability

D

= Sales / Total Assets

Analisis Z-Score model Springate menjelaskan bahwa jika Z < 0,862, hal tersebut menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan. Jika ZScore diantara 0,862 dan 1,062 maka hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi rawan/Grey Area. Bila Z > 1,062, menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat (Peter & Yoseph, 2011).

27

4) Metode Zmijewski Selama dua puluh tahun Zmijewski melakukan studi dengan melakukan review studi bidang kebangkrutan. Rasio keuangan yang digunakan pada model ini dipilih dari rasio keuangan yang telah digunakan pada penelitian terdahulu dan sebanyak 75 perusahaanyang bangkrut serta 3573 perusahaan sehat selama tahun 1972 sampai dengan 1978 dijadikan sampel. Rumus Metode Zmijewski sebagai berikut : Score = -4,3 –4,5𝐗 𝟏 + 5,7𝐗 𝟐 - 0,004𝐗 𝟑 Dimana : X1

=

Return On Asset

X2

=

Debt Ratio

X3

=

Current Ratio

Nilai cut-off yang berlaku dalam model ini adalah 0. Hal ini berarti perusahaan yang nilai Z-nya lebih besar dari 0 diprediksi memiliki potensi mengalami kebangkrutandi masa depan. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki nilai Z lebih kecil dari 0 diprediksi tidak akan memiliki potensi mengalami kebangkrutan. Namun dalam penelitian ini, 0 sebagai cut-off dianggap sebagai Grey Area, jadi jika perusahaan memiliki Z-Score sebesar 0 maka dianggap berada di Grey Area (Purnajaya & Merkusiswati, 2014). Menurut Hanafi & Halim (2016:259), informasi kebangkrutan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak seperti : 1) Pemberi pinjaman Informasi kebangkrutan dapat bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada. 2) Investor Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. 3) Pihak pemerintah

28

Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya dapat melakukan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan. 4) Akuntan Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan. 5) Manajemen Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya

yang berkaitan dengan

kebangkrutan dan tentunya biaya ini cukup besar. Apabila manajemen dapat mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bias dilakukan, misalnya dengan melakukan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan dapat dihindari.

29

BAB III PENUTUP III.1

Kesimpulan Berdasarkan bab-bab sebelumnya yang telah dibuat maka dapat disimpulkan: 1. “Organisasi adalah kesatuan yang memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai melalui tindakan individu secara terpisah”. (James L. Gibson, John M. Ivencevich dan James H. Donnely Jr, Organisasi, Jilid I, Edisi kelima, Terjemahan Penerbit Erlangga, 1985). 2. Teori perusahaan adalah teori tentang cara perusahaan bertahan hidup, berkembang, dan mencapai kesinambungan dari waktu ke waktu dengan kata lain, dimensi yang paling menonjol adalah dimensi pemelajaran. Dengan demikian, teori perusahaan adalah teori tentang cara perusahaan belajar, yang meliputi cara perusahaan menyerap informasi dan memprosesnya menjadi pengetahuan menggunakan sumber daya, baik dari dalam maupun luar organisasi (Prasetyantoko, 2008:18). 3. Sebagai institusi bisnis, tujuan utama perusahaan menurut theory of firm adalah untuk mendapat keuntungan yang maksimal, memakmurkan para pemilik saham atau pemilik perusahaan, kemudian bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan yang terlihat pada harga sahamnya (Hartono, 2009:124). Dengan kata lain memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dapat diterjemahkan menjadi memakasimalkan harga saham perusahaan. 4. Teori perusahaan terdiri dari 5, yaitu diantaranya : 

Teori hierarki dan koordinasi (Ronald Coase, 1937)



Teori biaya transaksi (Wiliamson, 1975)



Teori kontrak (Alchian dan Demsetz, 1972)



Teori Agensi (Jensen dan Meckling, 1976)



Teori Kompetensi (Edith Penrose, 1959)

5. Keterbatasan dalam teori perusahaan : 

manajer perusahaan modern akan memaksimumkan penjualan setelah keuntungan yang diperoleh telah memadai untuk memuaskan para pemegang saham (stock holders).

30



sebagai akibat dari pemisahaan manajemen dengan pemilik (separation of management

from

ownership),

para

manajer

lebih

tertarik

untuk

memaksimumkan penggunaan manajemen yang diukur dengan kompensasi seperti gaji, tunjangan tambahan (fringe benefit), pemberian saham (stock option), dan sebagainya, dari pada memaksimumkan keuntungan perusahaan. 

tugas manajemen menjadi sangat rumit dan penuh ketidakpastian kerana kekurangan data, maka manajer tidak mampu memaksimumkan keuntungan tapi hanya dapat berjuang untuk memuaskan beberapa tujuan yang berkaitan dengan penjualan (sales), pertumbuhan (growth), pangsa pasar(market share).

6. perusahaan di delisting karena melakukan konsolidasi bisnis, telah dinyatakan bangkrut/ pailit, terganggunya kesempatan untuk hidup dan bertumbuh perusahaan serta memilih untuk go private. 7. Metode analisis kebangkrutan perusahaan, terdiri dari: metode altman z-score, metode grover, metode springate (s-score), dan metode zmijewski. III.2

Saran Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha memaparkan dan menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan, baik dari segi materi maupun penyusunannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan sumbangsih pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat mengenai Theory of Firm and Organization. Maka dari itu, saran kami dalam mempelajari Theory of Firm and Organization haruslah dengan teliti dan baik karena merupakan salah satu dasar yang dapat digunakan dalam mengetahui nilai perusahaan.

31

DAFTAR PUSTAKA

Alchian, Armen A. & Harold Demsetz. 1972. Production, Information Cost, and Economic Organization. American Economic Review, 62 pp 777-795 Ball, R., & Brown, P. 1968. An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers. Journal of Accounting Research. Beaver, W. H. 1968. The Information Content of Annual Earnings Announcements. Empirical Research in Accounting: Selected Studies. Journal of Accounting Research, Vol. 4: 67-92. Brigham, E. F., & Houston, J. F. 2011. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat. Coase, RH. 1937. The Nature of The Firm, Economica, Vol. 4, Issue 16, 386-405 Edith T, Penrose. 1959. The Theory of the Growth of the firm. Oxford: Blackwell Gultom, & Syarif. 2008. Pengaruh Kebijakan Leverage, Kebijakan Deviden dan Earning per Share Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi USU. Hanafi, M. M., & Halim, A. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. Hardjito, Dydiet. 2001. Teori Organisasi Dan Teknik Pengorganisasian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hartono, Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFEYOGYAKARTA. Jensen, Michael C, & Meckling, William H. 1976. Theory of the firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3, No. 4, pp. 305-306 Machlup, Fritz. 1967. The Theories of The Firm. American Economic Review, March. Pp. 1-33 Peter, & Yoseph. 2011. Analisis Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman, Springate dan Zmijewski Pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2005-2009. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, No. 4 (2). Prasetyantoko. 2008. Corporate Governance. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Prihanthini, N. M., & Sari, M. R. 2013. Prediksi Kebangkrutan Dengan model Grover, Altman Z-Score, Springate dan Zmijewski Pada Perusahaan Food And Beverage di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 417-435. Purnajaya, K. D., & Merkusiswati, N. K. 2014. Analisis Komparasi Potensi Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman, Springate, Dan Zmijewski Pada Industri Kosmetik 32

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, ISSN: 2302-8556. Solihah, Euis & Taswan. 2002. Pengaruh Kebijakan Utang Terhadap Nilai Perusahaan serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Sujoko, & Soebiantoro. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 9 No. 1. Williamson O.E., 1985. Economica Instituations of Capitalism: Firms, Market, Relational Contracting. The Free Press. Macmillan, New York, London www.idx.co.id www.sindonews.com www.yahoofinance.com www.sahamok.com www.finance.detik.com www.investasi.kontan.co.id www.market.bisnis.com www.bisnis.com www.tribunnews.com www.economy.okezone.com www.seputarforex.com

33

More Documents from "Ayu Widia"