Doa Dan Adab Membaca Quran

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Doa Dan Adab Membaca Quran as PDF for free.

More details

  • Words: 12,777
  • Pages: 39
Doa dan Adab Doa dan Adab membaca Quran Setelah membaca Quran , bacalah doa berikut:

‫ اللهم ذكرن منه ما‬.‫اللهم ارحن بالقرأن واجعله ل إماما و نـورا و هدى ورحـمة‬ ‫نسـيت وعلمن منه ما جهلت وارزقن تلوته أناء الليل و أطراف النهار واجعله ل‬ ‫حجة يا رب العالـي‬

Allahumma rahmana bil qurana wa …. imaamaa wanuuraa wa hadii wa rahmah. Allahumma ….. wa ‘alimnii minhuu maa …. wa razaqna ……… rabbul’alamiin. “Ya Allah, rahmatilah aku dengan (barakah) Al-Quran. Jadikanlah ia pimpinan bagiku, cahaya, petunjuk dan rahmat. Ya Allah, ingatkanlah aku dengan (melalui) Al-Quran apaapa yang aku terlupa; ajarkan kepadaku melaluinya apa-apa yang aku tidak tahu; berilah aku kefahaman dari pembacaannya pada waktu malam dan tepian siang. Jadikanlah dia bagiku hujjah, Ya Tuhan semesta alam.” (H.R. Abu mansyur dari Abi Dzar )

Adab Membaca Quran Disunnahkan berwudhu Menghadap kiblat Ada sikap penghormatan hati untuk : a. Mengagungkan dan memuliakan Al-Quran, b. Membenarkan dan meyakini c. dan berniat mengamalkan Al-Quran d. berniat untuk menyampaikan/mengajarkan lagi kepada orang lain 4. Memilih tempat yang bersih 5. Disunnahkan membaca Ta’awwudz pada permulaan bacaan. Firman Allah : 1. 2. 3.

ِ‫ت الْ ُقرْءَا َن فَاسَْت ِعذْ بِال ّلهِ ِم َن الشّيْطَا ِن الرّجِيم‬ َ ْ‫َفِإذَا َق َرأ‬

Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (Q.S. An-Nahl : 98) 6. Sebagaimana memulai setiap perkataan dan perbuatan yang baik yang lain, maka memulai membaca Al-Quran pun dengan membaca Basmallah. 7. Sabda Nabi SAW :

‫كل أمر ل يبدأ فيه ببسم ال الرحـن الرحـيم فهو أجذم‬

8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

“Setiap perkara (amalan) yang tidak dimulai dengan membaca Bismillahirrahmanirrahiim, maka terputus berkahnya (bagaikan anggota badan yang terkena kusta) (H.R. Ahmad, Nasai, dan Ibnu Mardawaih) Membaca dengan tartil dan tajwid yang benar Berusaha untuk menangis atau pura-pura menangis Membaca dengan suara merdu Boleh membaca jahar (dikeraskan) tetapi lebih baik dipelankan (terdengar oleh sendiri) Memenuhi hak-hak Al-Quran Tidak memotong bacaan dengan kegiatan lain Al-Quran ditaruh di tempat yang dialas tinggi Tidak menjadikan Al-Quran untuk bantal

http://orido.wordpress.com

1

Doa dan Adab Postingan artikel terkait:

[DKMB] scReensaveR back tO Al-Qur’an [DKMB] al-quR’an scReen saveR Links: [kewajiban membaca al-quRan]

http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/44acc11d.htm [al-quR’an beRbicaRa tentang al-quR’an]

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=204 [adab teRhadap al-quRan]

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=77 [disunnahkan mempeRbanyak membaca al-quR'an]

http://www.almanhaj.or.id/content/566/slash/0 [ta'awudz dan basmalah tidak peRlu untuk membaca al-quR'an?]

http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/448b5758.htm [meRenungkan isi al-quR'an]

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=319 [tidak taRtil dalam membaca al-quRan, bOlehkah?]

http://salam-online.web.id/2007/07/22/tidak-tartil-dalam-membaca-alquran-bolehkah.html [hukum tidak membaca al-quR'an]

http://www.almanhaj.or.id/content/2149/slash/0 [beRusahalah untuk mempeRbaiki bacaan al-quR'an]

http://www.almanhaj.or.id/content/1410/slash/0 [wajib sungguh-sungguh dalam mengeluaRkan semua huRuf dari makhRajnya]

http://www.almanhaj.or.id/content/1403/slash/0 [bisakah mengaji lewat mp3 playeR?]

http://www.eramuslim.com/ustadz/fqk/4456f9e2.htm [peRbaikilah niat anda dan peRbanyaklah membaca al-quR'an]

http://www.almanhaj.or.id/content/1038/slash/0 [membaca al-quR'an bagi wanita haid]

http://www.almanhaj.or.id/content/902/slash/0 [hukum membaca al-quR'an bagi yang sedang junub]

http://www.almanhaj.or.id/content/931/slash/0 [seyOgyanya menjaga hafalan al-quR'an sehingga tidak lupa]

http://www.almanhaj.or.id/content/779/slash/0

[ORang yang mahiR membaca al-quR'an beRsama paRa malaikat yang mulia]

http://www.almanhaj.or.id/content/610/slash/0

[hukum mengucapkan shadaqallahul azhim ketika selesai membaca al-quR'an]

http://www.almanhaj.or.id/content/1862/slash/0

[hukum membaca al-quR'an beRsama-sama, membagi bacaan al-quR'an untuk orang-orang yang hadiR]

http://www.almanhaj.or.id/content/1958/slash/0 [caRa mudah hafal al quRan] http://dsusetyo.wordpress.com/2008/04/16/cara-mudah-hafal-al-quran/ [hafizh qur’an] http://harapandiri.wordpress.com/2008/04/14/168/

http://orido.wordpress.com

2

Doa dan Adab http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/44acc11d.htm

Kewajiban Membaca Al-Quran Kamis, 6 Jul 06 17:48 WIB

Assalamualaikum ustaz, Saya ingin menanyakan apakah yang mendasari kewajiban muslim/at membaca AlQuran? Hal ini sehubungan dengan teman dekat saya yang meyakini bahwa kita cukup membaca terjemahannya saja tanpa perlu membaca Al-Quran (arabic). Apakah ada dalam surat di Al-Quran itu sendiri atau hadist mengenai kewajiban ini? Atas jawaban ustaz saya ucapkan terima kasih. Salam Dizzie diy Jawaban Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Membaca Al-Quran Al-Kariem merupakan kewajiban tiap muslim, paling tidak di dalam shalat. Yaitu surat Al-Fatihah yang wajib dibaca saat melaksanakan ibadah shalat 5 waktu. Adapun perintah untuk membaca Al-Quran, tentu saja begitu banyak kita dapati di dalam dalil-dalil. Di antaranya adalah firman Allah SWT:

ً‫يَا َأّيهَا ا ْلمُ ّزمّلُ ُقمِ الّليْلَ ِإلّ قَلِيلً نِصْفَهُ َأوِ انقُصْ ِمنْهُ قَلِيلً َأوْ ِزدْ عََليْهِ َو َرتّلِ ا ْلقُرْآنَ تَ ْرتِيل‬ Hai orang yang berselimut (Muhammad),bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit,atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (QS Al-Muzzammil: 1-4)

‫حيَ إَِل ْيكَ مِنَ ا ْلكِتَابِ وََأقِمِ الصّلَةَ إِنّ الصّلَةَ َت ْنهَى عَنِ ا ْلفَحْشَاء وَا ْلمُنكَرِ َوَلذِكْرُ الِّ َأ ْكبَرُ وَالُّ َيعْلَمُ مَا‬ ِ ‫اتْلُ مَا أُو‬ َ‫ص َنعُون‬ ْ َ‫ت‬ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Ankabut: 45) .karena itu bacalah apa yang mudah dari Al-Qur'an... (QS Al-Muzzammil: 20) Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (AlQiyamah:17-18)

http://orido.wordpress.com

3

Doa dan Adab Selain itu di dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, kita menemukan begitu banyak dalil yang memerintahkan kita untuk membaca Al-Quran, bahkan diberi semangat dengan pahala yang berlipat, meski kita tidak memahami apa yang kita baca itu. Di antaranya yang paling populer adalah:

‫من قرأ حرفا من كتاب ال فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها ل أقول ألم حرف ولكن ألف حرف ولم حرف‬ ‫وميم حرف‬ Dari Ibnu Mas'ud ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa membaca satu huruf dari Quran, dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR Tirimizy dan Baihaqi) Al-Quran yang Berbahasa Arab Seluruh ulama dan umat Islam sepakat bahwa yang disebut dengan Al-Quran adalah yang berbahasa Arab, bukan terjemahnya. Terjemah dari Al-Quran bukan Al-Quran. Sehingga bila terjemahan itu dibaca, tidak mendatangkan pahala secara khusus. Berbeda dengan teks aslinya dalam bahasa Arab yang mendatangkan pahala. Tiap hurufnya mendatangkan pahala yang dilipat-gandakan dengan 10 kebaikan. Bukti bahwa terjemahanan itu bukan Al-Quran adalah bahwa terjemahan itu mungkin saja berbeda-beda antara satu versi dengan versi lainnya. Setiap negeri bisa saja punya terjemahan Al-Quran yang berbeda-beda. Padahal yang namanya kitab suci itu tidak boleh berubah-ubah dan berbeda-beda. Jangan samakan Al-Quran sebagai kitab suci dengan komik Tin-tin yang diterjemahkan ke sekian puluh bahasa. Sementara tiap bahasa punya rasa yang berbeda-beda. Perbedaan rasa bahasa ini tentu saja sangat mempengaruhi makna dan pengertian. Bila suatu buku diterjemahkan ke dalam bahasa lain, ada sekian banyak rasa bahasa yang hilang di dalamnya. Otomatis pesan-pesan yang terkandung di dalamnya akan mengalami korupsi dan degradasi. Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc.

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=204 Artikel Buletin An-Nur :

Kita Dan Al Qur'an Rabu, 07 April 04

http://orido.wordpress.com

4

Doa dan Adab

AL-QUR’AN BERBICARA TENTANG AL-QUR’AN 1. Al-Qur’an Merupakan Obat dan Rahmat “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orangorang yang zalim selain kerugian” (QS. 17:82) 2. Al-Qur’an adalah Petunjuk dan Cahaya. “Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”. (QS. 5:16) 3. Al-Qur’an Merupakan Kabar Gembira bagi Orang-Orang Beriman, bahwa Mereka Memperoleh Pahala yang Besar. “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS. 17:9) 4. Al-Qur’an Merupakan Hikmah yang Amat Agung. “Demikianlah (kisah ‘Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari buktibukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Qur’an yang penuh hikmah”. (QS. 3:58) 5. Al-Qur’an Merupakan Peringatan dan Pelajaran. “Maka beri peringatanlah dengan Al-Qur’an orang yang takut kepada anca-manKu”. (QS. 50:45) “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. 10:57) 6. Al-Qur’an adalah Ruh dan Kehidupan “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh/wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami”. 7. Al-Qur’an Merupakan Samudra Ilmu Pengetahuan dan Penjelasan “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Rabblah mereka dihimpunkan”. (QS. 6:38) "Dan sesungguhnya Kami telah meng-ulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Qur’an ini bermacam-macam perumpa-maan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (QS. 18:54) “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. 16:89)

http://orido.wordpress.com

5

Doa dan Adab 8. Allah Telah Bersumpah dengan Al-Qur’an dan Menyifatinya dengan Kemuliaan. “Qaaf Demi Al-Qur’an yang sangat mulia”. (QS. 50:1) Selanjutnya Allah memerintahkan hambaNya untuk mempelajari Al-Qur’an, dan Dia menyifati orang yang tidak mau mempelajari Al-Qur’an sebagai orang yang gelap hatinya dan buta nuraninya. “Maka apakah mereka tidak memper-hatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci” (QS. 47:24) Apa yang telah disebutkan di atas merupakan penjelasan tentang betapa agung dan mulianya keberadaan Al-Qur’an, serta besarnya keutamaan orang yang menaruh perhatian terha-dapnya, baik itu dengan membaca, menghafal, mempelajari, memahami serta mengamalkan serta mengajar-kannya. Keutamaan Mempelajari Al-Qur’an dan Mengajarkannya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman, “Berkatalah orang-orang kafir, “Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul”. Katakanlah, “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu dan antara orang yang mempunyai ilmu Al-Kitab”. (QS. 13:43) Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda, “Orang terbaik di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”(HR. Al-Bukhari) Keutamaan Membaca Al-Qur’an "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi," (QS. 35:29) Nabi telah bersabda, “Bacalah oleh kalian Al-Qur’an, sesung-guhnya ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi yang membacanya.” (HR. Muslim) Dan sabdanya yang lain, “Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, maka dia bersama para malaikat yang mulia dan baik-baik dan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata serta ia mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.” (Muttafaq ‘alaih) Tentang pahala kebaikan yang diberikan kepada orang yang membaca Al-Qur’an, Nabi juga telah menjelaskan dengan sabdanya, [ii]“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka ia mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh kali lipat. Tidaklah aku mengatakan bahwa alif laam miim satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.” (HR.At-Tirmidzi ia mangatakan, “Hasan shahih”) Beliau juga bersabda tentang orang yang tidak pernah membaca Al-Qur’an, “Sesungguhnya orang yang di dalam hatinya tidak terdapat sesuatu dari Al-Qur’an, ibarat rumah kosong dan rusak.” (HR. At-Tirmidzi dan ia berkata, “Hasan Shahih”) Adab-Adab Membaca Al-Qur’an •

Mengikhlaskan niat dalam membaca Al-Qur’an semata-mata karena Allah, sebagaimana juga yang dituntut dalam ibadah-ibadah yang lain.

http://orido.wordpress.com

6

Doa dan Adab •

Bersuci dan bersiwak sebelum membaca Al-Qur’an.



Jangan membaca Al-Qur’an di tempat-tempat kotor, seperti kamar mandi/tempat wudhu dan jangan membacanya dalam keadaan junub.



Berlindung kepada Allah dari syetan ketika memulai membaca-nya yaitu mengucap ta’awudz atau isti’adzah.



Membaca basmallah pada setiap permulaan surat, kecuali surat At-Taubah.



Membaguskan bacaan Al-Qur’an sesuai kemampuan, juga hendak-nya membaca dengan memelas, khusyu’ dan disertai tangisan.



Bersujud ketika melewati ayat-ayat Sajadah.



Menghentikan bacaan ketika ke luar angin, menguap dan merasa ngantuk.



Membaca Al-Qur’an dengan tartil dengan memperhatikan hukum-hukum dalam ilmu tajwid.



Membaca Al-Qur’an dengan niat untuk mengamalkannya dan menggambarkan seolah-olah Allah sedang berfirman dengan bacaan tersebut.



Disunnahkan bagi yang membaca Al-Qur’an, ketika melewati ayat-ayat tentang rahmat supaya memohonnya kepada Allah, dan berlindung kepadaNya tatkala melewati ayat-ayat adzab.

Sikap Muslim terhadap Al-Qur’an Apabila kita mau memperhatikan keadaan kita saat ini, maka akan di dapati bahwa masih banyak di antara kita yang amat jauh dari Al-Qur’an, bahkan ada yang begitu amat jauh dari petunjuk dan pengajaran yang ada di dalamnya. Masih amat banyak di antara mereka yang tidak mau membaca Al-Qur’an seluruhnya, sebagian lagi ada yang membacanya hanya ketika waktu shalat saja, ada pula yang membacanya hanya ketika dalam kondisi kepepet atau kesulitan. Tak jarang pula di anta-ranya ada yang membaca, namun tidak mau mentadaburi dan memperhatikan isinya, atau membacanya tapi tidak mau mangamalkannya. Bahkan yang paling parah adalah ada di antaranya yang mendustakan sebagian ayat-ayatnya dan selalu mempermasalahkannya. Ia katakan bahwa ayat-ayat tersebut sudah tidak relevan lagi dengan kehidupan masa kini, ketinggalan zaman dan tidak cocok untuk diterapkan. Tidak diragukan lagi bahwa sikap semacam ini adalah kekufuran yang nyata, dan bukan merupakan jalannya orang-orang Mukmin. Ada beberapa bentuk sikap menjauhi Al-Qur’an, di antaranya sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnul Qayim adalah sebagai berikut: •

Tidak mau mendengarkan, meng-imani dan perhatian terhadapnya.



Tidak mau mengamalkannya, dan tidak menerima apa yang dihalalkan dan apa yang diharamkan, meskipun ia membaca dan percaya kepada-nya.

http://orido.wordpress.com

7

Doa dan Adab •

Tidak mau berhukum dan memu-tuskan perkara dengannya, baik dalam masalah ushul (pokok) agama maupun cabang-cabangnya.



Tidak mau mentadaburi, memahami serta mempelajari apa yang dikehendaki oleh Allah dalam firman tersebut.



Tidak mau mempergunakannya sebagai penyembuh dan obat bagi berbagi penyakit hati. Keseluruhan yang telah tersebut di atas, masuk pada kategori firman Allah, “Berkatalah Rasul, “Ya Rabbku, sesung-guhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuh-kan”. (QS. 25:30)

Dan bentuk-bentuk hajr (ketidakpe-dulian) tersebut antara satu dengan yang lain berbeda-beda tingkatannya. Demikian semoga Allah memasukkan kita semua sebagai ahli Al-Qur’an, orang suka membacanya, mendengar-kan dan mentadaburinya untuk kemu-dian mengamalkannya, amin ya Rabbal ‘alamain. Sumber : Buletin, “Haluna Ma’al Qur’an, Al-Qism, Al-Ilmi Darul Wathan. Abu Abdillah Tata) Netter Muslim yang dimuliakan Allah. Setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kemampuannya. Kesempatan kita saat ini untuk turut berdakwah adalah menyampaikan Buletin ini kepada rekan, keluarga dan saudara kita yang belum mengetahuinya.

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=77 Artikel Buletin An-Nur :

Adab Terhadap Al-Quran Rabu, 03 Maret 04

Setiap muslim harus meyakini kesucian Kalam Allah, keagungannya, dan keutamaannya di atas seluruh kalam (ucapan). Al-Qur'anul Karim itu Kalam Allah yang di dalamnya tidak ada kebatilan. Al-Qur'an memberi petunjuk jalan yang lurus dan memberi bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan hidupnya, agar selamat di dunia dan di akhirat, dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Allah Ta'ala. Untuk itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim melebihi keutamaan mempelajari Al-Qur'an. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkan-nya." (HR. Bukhari). Dalam riwayat Imam Muslim dijelaskan: "Bacalah Al-Qur'an, sesungguhnya Al-Qur'an itu akan menjadi syafa'at di hari Qiyamat bagi yang membacanya (ahlinya)." (HR.

http://orido.wordpress.com

8

Doa dan Adab Muslim). Wajib bagi kita menghalalkan apa yang dihalalkan Al-Qur'an dan meng-haramkan apa yang diharamkannya. Diwajibkan pula beradab dengannya dan berakhlaq terhadapnya. Di saat membaca Al-Qur'an seorang muslim perlu memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca Al-Qur'an:



Agar membacanya dalam keadaan yang sempurna, suci dari najis, dan dengan duduk yang sopan dan tenang. Dalam membaca Al-Qur'an dianjurkan dalam keadaan suci. Namun apabila dia membaca dalam keadaan najis, diperbolehkan dengan Ijma' umat Islam. Imam Haromain berkata; orang yang membaca Al-Qur'an dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan sesuatu yang utama. (At-Tibyan, hal.58-59).



Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa saja yang membaca Al-Qur'an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami" (HR. Ahmad dan para penyusun Kitab-Kitab Sunan). Dan sebagian kelompok dari generasi pertama membenci pengkhataman AlQur'an sehari semalam, dengan dasar hadits di atas. Rasulullah telah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatamkan Al-Qur'an setiap satu minggu (7 hari). (Muttafaq Alaih). Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit , mereka mengkhatamkan Al-Qur'an sekali dalam seminggu.



Membaca Al-Qur'an dengan khusyu'. Dengan memeperlihatkan duka cita atau menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan. Rasulullah n bersabda: "Bacalah Al-Qur'an dan menangislah, apabila kamu tidak menangis maka usahakan seakan-akan menangis (karena ayat yang engkau baca). (HR. AlBazzar). Di dalam sebuah ayat Al-Qur'an, Allah Ta'ala menjelaskan sebagian dari sifatsifat hambaNya yang shalih: " Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu' (Al-Isra': 109).



Agar membaguskan suara di dalam membacanya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Hiasilah Al-Qur'an dengan suaramu" (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan: "Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur'an" (HR. AlBukhari dan Muslim). Maksud hadits di atas, membaca Al-Qur'an dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah Tajwid.



Membaca Al-Qur'an dimulai dengan Isti'adzah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Dan bila kamu akan membaca Al-Qur'an, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk" (An-Nahl: 98). Apabila ayat yang dibaca dimulai adri awal surat, setelah isti'adzah terus membaca Basmalah, dan apabila tidak di awal surat cukup membaca

http://orido.wordpress.com

9

Doa dan Adab isti'adzah. Khusus surat At-Taubah walaupun dibaca mulai awal surat tidak usah membaca Basmalah, cukup dengan membaca isti'adzah saja.



Membaca Al-Qur'an dengan berusaha mengetahui artinya dan memahami inti dari ayat yang dibaca dengan beberapa kandungan ilmu yang ada di dalamnya. Firman Allah Ta'ala: "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an, ataukah hati mereka terkunci? (Muhammad: 24).



Membaca Al-Qur'an dengan tidak mengganggu orang yang sedang shalat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih atau dalam hati secara khusyu'. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Orang yang terang-terangan (di tempat orang banyak) membaca Al-Qur'an, sama dengan orang yang terang-terangan dalam shadaqah" (HR. Tirmidzi, Nasa'i, dan Ahmad). Dalam hadits lain dijelaskan: "Ingatlah bahwasanya setiap hari dari kamu munajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh mengangkat suara atas yang lain di dalam membaca (AlQur'an)" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Baihaqi dan Hakim), ini hadits shahih dengan syarat Shaikhani (Bukhari-Muslim). Jadi jangan sampai ibadah yang kita lakukan tersebut sia-sia karena kita tidak mengindahkan sunnah Rasulullah dalam melaksanakan ibadah membaca Al-Qur'an. Misalnya, dengan suara yang keras pada larut malam, yang akhirnya mengganggu orang yang istirahat dan orang yang shalat malam.



Dengarkan bacaan Al-Qur'an Jika ada yang membaca Al-Qur'an, maka dengarkanlah bacaannya itu dengan tenang, Allah Ta'ala berfirman: "Dan tatkala dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah, semoga kamu diberi rahmat" (Al-A'raaf: 204).



Membaca Al-Qur'an dengan saling bergantian. Apabila ada yang membaca Al-Qur'an, boleh dilakukan membacanya itu secara bergantian, dan yang mendengarkannya harus dengan khusyu' dan tenang. Rasulullah n bersabda: "Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam rumah-rumah Allah, mereka membaca Al-Qur'an dan saling mempelajarinya kecuali akan turun atas mereka ketenangan, dan mereka diliputi oleh rahmat (Allah), para malaikat menyertai mereka, dan Allah membang-ga-banggakan mereka di kalangan (malaikat) yang ada di sisiNya." (HR. Abu Dawud).



Berdo'a setelah membaca Al-Qur'an. Dalam sebuah riwayat dijelas-kan, bahwa para sahabat apabila setelah khatam membaca Al-Qur'an, mereka berkumpul untuk berdo'a dan mengucapkan: 'Semoga rahmat turun atas selesainya membaca Al-Qur'an'. Dan sebuah hadits dijelaskan, diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallah 'anhu bahwasanya apabila ia telah khatam membaca Al-Qur'an, ia mengumpulkan keluarganya dan berdo'a. (HR Abu Dawud).

Setiap orang Islam wajib mengatur hidupnya sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan harus dipelihara kesucian dan kemuliaannya, serta dipelajari ayat-ayatnya,

http://orido.wordpress.com

10

Doa dan Adab dipahami dan dilaksanakan sebagai konsekuensi kita beriman ke-pada Al-Qur'an. (Abu Habiburrahman) Sumber: Kitab Minhajul Muslim Fiqih Sunnah At-Tibyan Fi Adaabi Hamlatil Qur'an

http://www.almanhaj.or.id/content/566/slash/0

Disunnahkan Memperbanyak Membaca Al-Qur'an Rabu, 31 Maret 2004 11:46:25 WIB

DISUNNAHKAN MEMPERBANYAK MEMBACA AL-QUR’AN Oleh Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan. Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apakah membaca Al-Qur’an itu wajib atau sunnah ? Dan apa hukum meninggalkannya, apakah haram atau makruh ?. Jawaban. Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du. Allah telah menurunkan Al-Qur’an untuk diimani, dipelajari, dibaca, ditadabburi, diamalkan, dijadikan sandaran hukum, dijadikan rujukan dan untuk dijadikan obat dari berbagai penyakit dan kotoran hati serta untuk hikmah-hikmah lain yang Allah kehendaki dari penurunannya. Manusia terkadang suka meninggalkan Al-Qur’an, dia tidak beriman, tidak mendengarkan dan tidak memperhatikannya. Terkadang dia mengimaninya, namun tidak mempelajarinya. Terkadang dia mempelajarinya, namun tidak membacanya. Terkadang dia membacanya, namun tidak mentadabburinya. Terkadang tadabbur sering ia lakukan, namun ia tidak mengamalkannya. Ia tidak menghalalkan apa yang dihalalkannya dan tidak mengharamkan apa yang diharamkannya. Dia tidak menjadikannya sebagai sandaran dan rujukan hukum. Dia juga tidak berobat dengannya dari penyakitpenyakit hati dan jasmani. Maka hajrul Qur’an (meninggalkan Al-Qur’an) terjadi dari seseorang sesuai dengan kadar keberpalingan dia darinya, sebagaimana yang telah dijelaskan. Hendaknya seorang hamba bertakwa kepada Allah dalam (rangka menyelamatkan) dirinya dan hendaknya dia berkemauan keras untuk mengambil manfaat dari AlQur’an dalam segala hal yang memungkinkan serta hendaklah dia mengetahui bahwa dia akan kehilangan dari mendapatkan kebaikan sesuai kadar hujran yang dia lakukan.

http://orido.wordpress.com

11

Doa dan Adab

Adapun membacanya, maka itu disyari’atkan dan disunnahkan memperbanyak membacanya serta mengkhatamkannya sebulan sekali, namun ini tidak wajib. Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam. TIDAK PATUT MENINGGALKAN MEMBACA AL-QUR’AN Pertanyaan. Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Seorang telah belajar membaca Al-Qur’an, akan tetapi sudah lewat satu tahun dia tidak membacanya lagi. Apa hukum syari’at terhadap meninggalkannya itu. Jawaban. Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan sahabatnya, wa ba’du. Tidak pantas (tidak patut) hal itu terjadi dan kewajiban ahli ilmu yang berada di sekitarnya menasihati dia dan menjelaskan keutamaan membacanya, mentadabburi-nya dan mengambil pelajaran darinya. Mudah-mudahan dia menerima nasihat itu dan mau membacanya lagi. Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam. [Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]

http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/448b5758.htm

Ta'awudz dan Basmalah tidak Perlu untuk Membaca Al-Qur'an? Rabu, 14 Jun 06 10:32 WIB

Ass. wr. wb., Ustadz mohon maaf apabila pertanyaan ini sudah pernah ada yang menanyakan. Saya mau menanyakan tentang kebenaran isi dari tabloid Khalifah, penerbit PT Khalifah Indomedia Pratama. Alamat Redaksi Jl. Raya Ragunan no. 27 Pasar Minggu Jakarta 12450. Saya punya edisi 29/Th II/2006. Di rubrik kalam dikatakan bahwa ta'awwudz dan basmalah tidak perlu dibaca untuk membaca Al-Qur'an. Di tabloid ini juga merumuskan juz al-Qur'an yang harus dibaca seseorang berdasarkan nama dan tanggal lahir seseorang. Mohon penjelasan ilmiah dari ustadz. Jazakallah khair.

http://orido.wordpress.com

12

Doa dan Adab Ibnjarh ibnjarh Jawaban Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Membaca ta'awwudz yaitu lafadz a'udzu billahi minasysyaithanirrajib adalah sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan pada setiap kali kita membaca AlQuran. Dalilnya adalah firman Allah SWT berikut ini:

ِ‫شيْطَانِ الرّجِيم‬ ّ ‫س َت ِعذْ بِالّ مِنَ ال‬ ْ ‫فَِإذَا قَرَ ْأتَ ا ْلقُرْآنَ فَا‬ Apabila kamu membaca Al-Qur'an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (QS An-Nahl: 98) Demikian juga dengan bacaan basmalah, yang memang juga sangat dianjurkan untuk dibaca pada setiap kesempatan. Salah satunya pada saat hendak membaca Al-Quran. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

‫كل أمر ذي بال ل يبدأ فيه ببسم ال الرحمن الرحيم أقطع‬ Setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan basmalah, maka amal itu terputus. Juz Al-Quran Berdasarkan Tanggal Lahir Sejarah pengumpulan dan penyusunan Al-Quran secara tegas telah menceritakan kepada kita bahwa jumlah juz dalam Al-Quran adalah 30 buah. Masing-masing disusun dengan berdasarkan bagian-bagian yang memudahkan untuk memilahnya. Namun sama sekali tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa masing-masing juz itu terkait dengan tanggal kelahiran seseorang. Rasulallah SAW dan para shahabat hingga para tabi'in dan para pengikut mereka yang shalih sepanjang zaman tidak pernah mengaitkan urutan juz dalam Al-Quran dengan tanggal kelahiran seseorang. Perbuatan ini tidak lebih dari bid'ah yang dibuat-buat oleh para zindiq yang bertujuan mengacaukan ilmu Al-Quran. Dan hanya orang awam saja yang akan tertipu dengan pola pembagian juz Al-Quran dengan menggunakan tanggal kelahiran. Bahkan ketika diembel-embeli bahwa tiap orang punya juz tersendiri di dalam AlQuran, maka kepercayaan itu tidak lebih dari khurafat yang harus diberantas. Wallahu a'lam bishshawab wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc.

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=319 http://orido.wordpress.com

13

Doa dan Adab

Artikel Buletin An-Nur :

Merenungkan Isi Al-Qur’an Jumat, 18 Maret 05

Merenungkan makna al-Qur'an pada prinsipnya adalah dengan cara mentadabburi dan memikirkannya. Seorang yang bagus bacaannya adalah apabila hatinya telah melunak dengan kalam Rabbnya, konsentrasi dalam mendengarkan dan menghadirkan segenap hati terhadap makna-makna sifat dari Dzat yang berbicara kepadanya, memperhatikan kekuasaan Nya, meninggalkan ketergantungan terhadap pengetahuan dan akalnya, melepas segala rasa keberdayaan dan kekuatan diri, mengagungkan Dzat yang berfirman kepadanya, merasa hina dengan kemampuan pemahaman nya. Dengan kondisi yang istiqamah dan hati yang bersih, dengan kekuatan ilmu, kesungguhan pendengaran untuk memahami firman-Nya, seakan-akan menyaksikan jawaban yang Ghaib. Juga dengan doa orang yang merendah diri, merasa banyak kekurangan dan merasa miskin, serta dengan menanti pertolongan dari Dzat yang Maha Menolong dan Maha Tahu, dan dengan memohon pertolongan kepada-Nya agar bacaannya membawa dirinya kepada pemahaman makna. Dia menghadirkan sifat dari Dzat yang berbicara , berupa janji-Nya dengan penuh kerinduan, ancaman-Nya dengan perasaan takut dan peringatan-Nya dengan kesungguhan. Allah subhanahu wata’alaberfirman, ”Orang-orang yang telah kami beri al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya.” (QS.alBaqarah:121) Dan orang inilah yang merupakan rasikh fil ilm atau mendalam ilmunya, semoga Allah subhanahu wata’ala menjadikan kita termasuk golongan orang seperti ini. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).” (QS. al-Ahzab: 4). (Al-Burhan, Az-Zarkasyi 2/197) Selayaknya bagi orang yang membaca al-Qur'an untuk meresapi setiap ayat sesuai dengan konteksnya, serta berusaha memahaminya. Jika dia membaca ayat,artinya, “Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi.” (QS.al:An'am:1). Maka hendaknya dia menyadari betapa agungnya Allah subhanahu wata’ala, dan terlintas di benaknya kekuasaan Allah subhanahu wata’alaƒndan segala apa yang Dia kehendaki. Kemudian jika membaca ayat, artinya, “Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.” (QS. 56:58) Maka hendaknya berfikir bagaimana nuthfah (air mani) dapat berubah menjadi bagian-bagian daging dan tulang. Dan jika membaca ayat tentang keadaan orangorang yang diadzab hendaknya merasakan takut tertimpa, jika lalai dari mengerjakan perintah-perintah Allah. Dan selayaknya seseorang yang membaca al-Qur'an mengetahui bahwa dirinya adalah yang sedang menjadi obyek sasaran dari pembicaraan al-Qur'an itu, dan dirinyalah yang mendapat ancaman. Dan kisah-kisah yang ada bukan sekedar membawakan cerita belaka, namun ia memberikan pelajaran. Maka ketika itu dia membaca al-Qur'an seperti membaca nya seorang budak, dan dirinya sedang menjadi sasaran dari tulisan tuannya. Maka hendaklah dia merenungkan al-Kitab

http://orido.wordpress.com

14

Doa dan Adab dan mengamal kan apa yang menjadi tuntutannya. (MukhtasharMinhaj al-Qasidin, halaman 68) Al-Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, "Merupakan kewajiban bagi siapa saja -yang dikhususkan oleh Allah dengan menghafal al-Qur'an- agar membaca dengan bacaan yang sebenarnya (haqqa tilawatih), mentadabburi dengan hakikat ibrah dan pelajarannya, memahami segela keistimewaannya dan mencari tahu apa yang asing baginya." (al-Jami' liahkam al-Qur'an 1/ 2) Al-Hakim at-Tirmidzi rahimahullah berkata tentang kemuliaan al-Qur'an, "Hendaknya dibaca dengan tenang, pelan-pelan dan tartil, dan merupakan kemuliaan al-Qur'an hendaknya (dalam membaca) dengan mencurahkan ingatan dan segenap pemahaman sehingga dapat mencerna apa yang difirmankan itu. Termasuk memuliakan al-Qur'an juga hendaknya berhenti pada ayat-ayat janji (wa’d) dan berharap kepada Allah subhanahu wata’ala serta memohon keutamaan dari-Nya, berhenti pada ayat ancaman (wa'id) dan memohon perlindungan kepada Allah darinya." (al-Jami' liahkam al-Qur'an 1/27, dan dinisbatkan ke kitab Nawadir al-Ushul) Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Apabila membaca al-Qur'an dengan tafakkur sehingga tatkala melewati ayat yang dia (pembaca) butuh terhadap ayat itu untuk mengobati hatinya, maka hendaknya dia mengulang-ulang ayat itu meskipun seratus kali, bahkan meskipun semalam suntuk. Karena membaca satu ayat dengan tafakkur dan pemahaman, lebih baik daripada menghatamkan bacaan dengan tanpa tadabbur dan pemahaman. Dan juga lebih bermanfaat bagi hati, lebih dapat menghantarkan kepada tercapainya kesempurnaan iman serta rasa manisnya al-Qur'an.” (Miftah Dar as-Sa'adah, hal 402) Ibnu Muflih rahimahullah berkata, "Berkata al-Qadhi, "Kriteria minimal tartil adalah dengan meninggalkan ketergesaan dalam membaca al-Qur’an, dan yang sempurna adalah tartil di dalam membaca, merenungi ayat-ayat itu, memahaminya, serta mengambil pelajaran darinya meskipun sedikit di dalam membaca, dan ini lebih baik daripada terus membaca dengan tanpa pemahaman sama sekali.” Sementara Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, "Seseorang yang membaca al-Qur'an hendaknya memperbagus suaranya dan membacanya dengan rasa takut dan dengan tadabbur, dan ini merupakan makna dari sabda Nabi, "Tidak pernah Allah menyeru dengan sesuatu seperti menyerunya kepada Nabi agar membaguskan suara dan memperindah dalam membaca al-Qur'an dengan mengeraskannya." (HR. al-Bukhari no.5024, Muslim no. 297,233, an- Nasai, 2/180, Abu Dawud no.1473 dari hadits Abu Hurairah). (al-Adab asy- Syar'iyyah). Imam as-Suyuthim rahimahullah menyifati wukuf (merenungi) makna-makna alQur'an dengan perkataannya, "Hendaknya hati sibuk memikirkan makna-makna ayat yang dilafazhkan, sehingga mengetahui masing masing ayat, lalu merenungkan perintah-perintah dan larangan-larangannya, serta berkeyakinan untuk menerima itu semua. Jika pada masa lalu ia termasuk orang yang tidak perhatian terhadap masalah itu, maka dia meminta ampun dan beristighfar, jika melewati ayat rahmat maka dia gembira dan memohonnya, atau melewati ayat adzab maka merasa takut dan meminta perlidungan, atau melewati ayat tentang penyucian atau tasbih kepada Allah subhanahu wata’ala,ƒnmaka hendak nya menyucikan dan mengagungkan-Nya, atau melewati ayat yang berisikan doa, hendaknya merendah diri dan memintanya. (al-Itqan fi Ulum al-Qur'an 1/ 140)

http://orido.wordpress.com

15

Doa dan Adab Berkata al-’Allamah as-Sa'di rahimahullah, "Dan selayaknya dalam masalah itu (membaca al-Qur'an) hendaknya menjadikan makna sebagai tujuan, sedangkan lafazh adalah sebagai sarana untuk memahami makna, maka hendaknya melihat kepada siyaqul kalam (arah pembicaraan) serta kepada siapa pembicaraan itu ditujukan, lalu mempertemukan antara yang dia baca itu dengan pendapatnya dalam tempat (ayat) yang lainnya. Dan hedaknya dia mengetahui bahwa al-Qur'an ditujukan untuk memberi petunjuk kepada manusia baik yang 'alim maupun yang bodoh, yang ada di kota maupun yang ada di pelosok. Barang siapa yang mendapatkan taufik untuk itu maka tidak ada yang tersisa pada dirinya kecuali akan memberikan perhatian untuk mentadabburi dan memahaminya, akan banyak memikirkan lafazh dan maknanya, kewajiban-kewajiban dan kandungan nya, serta petunjuknya baik yang diucapkan atau yang difahami. Jika seorang memang telah mencurahkan seluruh perhatian dalam masalah ini maka Allah subhanahu wata’ala akan memuliakan sebagian di antara hamba-Nya, dan Allahƒnsubhanahu wata’ala tentu akan membukakan ilmu-Nya berupa hal-hal yang tadinya tidak mampu dia usahakan. (Taisir al-Karim ar-Rahman, 12) Oleh karena itu selayaknya keinginan atau motivasi terbesar orang shalih, baik di bulan Ramadhan atau selainnya, adalah berapa banyak al-Qur'an memberikan pengaruh dalam sikap? Bukan sekedar berapa banyak menghatamkan al-Qur'an. Sumber: kitab, “Tadabbur al-Qur’an” karya Salman bin Umar al-Sunaidy

http://salam-online.web.id/2007/07/22/tidak-tartil-dalam-membaca-alquran-bolehkah.html Posted on 22-07-2007

TIDAK TARTIL DALAM MEMBACA AL-QURAN, BOLEHKAH? Filed Under (Tanya Jawab Aktual) by salam on 22-07-2007 Tanya: Semenjak mendekati bulan Ramadhan ini saya biasakan untuk mengaji sendiri di rumah. Saya sudah mengenali huruf dan tanda baca al-Qur’an. Tetapi saya mengajinya kurang fasih. Bagaimana hukumnya bila saya salah melafalkan ayat-ayat suci al-qur’an tanpa saya sengaja? mohon jawaban. Jawab: Mas, saya ucapkan selamat atas keberhasilan mas yang sudah mengenali huruf dan tanda baca al-Qur’an. Dalam membaca al-Qur’an disunnahkan membacanya dengan tartil, yaitu pelan dan membaguskan bacaannya (sesuai tuntunan tajwid) serta bertadabbur (menganganangan maknanya) dalam hati akan isi setiap ayat yang dibaca. Allah SWT berfirman. “Bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan” (QS. Al-Muzammil:4) dan firmanNya “Ini adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya”. (QS. Shad:27) Adapun apabila kurang fasih membacanya, atau sering salah melafalkan dengan tanpa sengaja, maka hukumnya tidak apa-apa. Namun bukan berarti boleh terus membaca apa adanya. Anda harus berlatih terus demi meningkatkan kemampuan membaca, sampai akhirnya bisa fasih sesuai dengan tuntunan tajwid. Karena kesalahan membaca (hurufnya dan panjang-pendeknya) tentu akan merubah makna dan tujuan yang tersirat. Juga hendaknya tidak melupakan hal lain yang paling

http://orido.wordpress.com

16

Doa dan Adab urgen dalam membaca al-Qur’an yaitu bertadabbur (mengangan-angan) akan makna dan maksud setiap ayat. (Mutamakkin Billa)

http://www.almanhaj.or.id/content/2149/slash/0

Hukum Tidak Membaca Al-Qur'an Selasa, 19 Juni 2007 14:23:38 WIB

HUKUM TIDAK MEMBACA AL-QUR'AN Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa nasehat Syaikh yang mulia kepada orang-orang yang menghabiskan waktunya selama sebulan bahkan berbulanbulan tetapi tidak pernah menyentuh Kitab Allah sama sekali tanpa udzur. Dan, salah seorang di antara mereka akan anda dapatkan sibuk mengikuti edisi-edisi Majalah yang tidak bermanfa'at? Jawaban Disunnahkan bagi seorang mukmin dan mukminah untuk memperbanyak bacaan terhadap Kitabullah disertai dengan tadabur dan pemahaman, baik melalui mushaf ataupun hafalan. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala "Artinya : Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran," [Shad : 29] Dan firmanNya, "Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." [Fathir :29-30] Tilawah yang dimaksud mencakup bacaan dan Ittiba' (pengamalan), bacaan dengan tadabbur dan pemahaman, sedangkan ikhlash kepada Allah merupakan sarana di dalam Ittiba ' dan di dalam tilawah tersebut juga terdapat pahala yang besar, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam "Artinya : Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai penolong bagi orang-orang yang membacanya."[1]

http://orido.wordpress.com

17

Doa dan Adab Dan dalam sabda beliau yang lain, "Artinya : Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur 'an dan mengajarkannya." [2] Dan dalam sabda beliau yang lain, "Artinya : Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka dia akan mendapatkan satu kebaikan sedangkan satu kebaikan itu (bernilai) sepuluh kali lipatnya, aku tidak mengatakan 'Alif Laam Miim ' sebagai satu huruf, akan tetapi 'Alif sebagai satu huruf, 'Laam ' sebagai satu huruf dan 'miim ' sebagai satu huruf."[3] Demikian pula telah terdapat hadits yang shahih dari beliau, bahwasanya beliau bersabda kepada Abdullah bin Amr bin al-Ash, "Bacalah Al-Qur 'an setiap bulannya. " Dia (Abdullah bin Amr bin Al-Ash) berkata, "Aku menjawab, 'Aku menyanggupi lebih banyak dari itu lagi.' Lalu beliau bersabda lagi, 'Bacalah setiap tujuh malam sekali."[4] Para sahabat Nabi mengkhatamkannya pada setiap seminggu sekali. Wasiat saya kepada semua para Qari Al-Qur'an agar memperbanyak bacaan AlQur'an dengan cara mentadabburi, memahami dan berbuat ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala disertai tujuan untuk mendapatkan faedah dan ilmu. Dan, hendaknya pula dapat mengkhatamkannya setiap bulan sekali dan bila ada keluangan, maka lebih sedikit dari itu lagi sebab yang demikian itulah kebaikan yang banyak. Boleh mengkhatamkannya kurang dari seminggu sekali dan yang utama agar tidak mengkhatamkannya kurang dari tiga hari sekali karena hal seperti itu yang sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abdullah bin Amr bin Al-Ash dan karena membacanya kurang dari tiga hari akan menyebabkan keterburu-buruan dan tidak dapat mentadabburinya. Demikian juga, tidak boleh membacanya dari mushaf kecuali dalam kondisi suci, sedangkan bila membacanya secara hafalan (di luar kepala) maka tidak apa-apa sekalipun tidak dalam kondisi berwudhu'. Sedangkan orang yang sedang junub, maka dia tidak boleh membacanya baik melalui mushaf ataupun secara hafalan sampai dia mandi bersih dulu. Hal ini berdasarkan riwayat Imam Ahmad dan para pengarang buku-buku As-Sunan dengan sanad Hasan dari 'Ali , bahwasanya dia berkata, "Tidak ada sesuatupun yang menahan (dalam versi riwayat yang lain: menghalangi) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari membaca Al-Qur'an selain jinabah." Wa billahi at-Tawfiq. [Fatawa al-Mar'ah, h.96-97, Dari fatwa Syaikh ibn Baz] [Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama. Al-Balad AlHaram, Edisi Indonesia, Fatwa-Fatwa Terkini, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Penerjemah Musthofa Aini, Penerbit Darul Haq] __________ Foote Note [1]. HR. Muslim, Shalah al-Musafirin (804). [2]. HR. Al-Bukhari, Fadha’il al-Qur’an (5027). [3]. HR. At-Tirmidzi, Fadha'il al-Qur 'an (2910).

http://orido.wordpress.com

18

Doa dan Adab [4]. HR. Al-Bukhari, Fadha 'il al-Qur'an (5052); Muslim, ash-Shiyam (1159).

http://www.almanhaj.or.id/content/1410/slash/0

Berusahalah Untuk Memperbaiki Bacaan Al-Qur'an Kamis, 21 April 2005 08:04:57 WIB

BERUSAHALAH UNTUK MEMPERBAIKI BACAAN AL-QUR'AN Oleh Lajnah Da'imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta Pertanyaan. Lajnah Da'imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Saya asli orang Yaman, sudah sepuluh tahun menetap di Saudi. Kedua orang tua saya sudah meninggal dunia dan saya senang sekali membaca Al-Qur'an Al-Karim, saya sering membacanya di masjid, namun pada ayat-ayat tertentu saya tidak bisa melafalkannya dengan benar (fasih), dikarenakan saya tidak pernah duduk di bangku sekolah. Apakah bacaan Al-Qur'an Al-Karim yang saya lakukan dengan seadanya, masih banyak salah dalam sebagian ayat menimbulkan dosa bagi saya ? Saya mohon penjelasan. Jawaban Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba'du Berusahalah untuk memperbaiki bacaanmu dengan cara belajar kepada salah seorang ahli Al-Qur'an (Al-Qura) yang sudah mu'tabar (dianggap keberadaannya) dan perbanyaklah membaca apa-apa yang telah engkau kuasai di masjid dan di tempat lain. Bila engkau berusaha untuk itu, maka pasti Allah memudahkan urusanmu. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Artinya : Orang yang mahir (membaca) Al-Qur'an, dia bersama para malaikat yang mulia lagi jujur, dan orang yang membacanya sambil terbata-bata serta mengalami kesulitan, maka dia mendapatkan dua pahala". [1] Wabillah at-taufiq wa shallallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam. [Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur'an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur'an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq] __________ Foote Note [1]. Bagian dari hadits riwayat Muslim dan hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha No. 244-(898), Kitab Shalah Al-Musafirin wa Qashruha, bab 38

http://www.almanhaj.or.id/content/1403/slash/0

http://orido.wordpress.com

19

Doa dan Adab

Wajib Sungguh-Sungguh Dalam Mengeluarkan Semua Huruf Dari Makhrajnya Rabu, 13 April 2005 13:01:51 WIB WAJIB BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM MENGELUARKAN SEMUA HURUF DARI MAKHRAJNYA Oleh Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan. Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Bagaimana hukum orang yang tidak mampu melafalkan huruf [dhadh] dari makhrajnya. Orang-orang berselisih dalam masalah ini, di antaranya mereka ada yang mengatakan bahwa orang yang tidak mampu mengucapkan [dhadh] harus melafalkan [zha’], ada pula yang berpendapat bahwa dia harus melafalkan [dal], tolonglah beri kami penjelasan yang benar. Jawaban Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du Wajib bagi orang yang tidak mampu melafalkan [dhadh] dari makhrajnya berusaha semaksimal mungkin dan mengerahkan kemampuannya untuk melatih lidah melafalkan [dhadh] dari makhrajnya dan mengucapkannya dengan ucapan yang benar. Bila ia tetap tidak mampu padahal sudah berusaha semampunya, maka dia itu dimaafkan dan tidak ada kewajiban. Kecuali mengucapkan sesuai kemampuannya. Dia tidak dibebani mengucapkannya menjadi huruf [zha’] atau [dal] secara khusus, karena firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Artinya : Allah tidak membebani jiwa kecuali sesuai kemampuannya” [Al-Baqarah : 286] Dan firmanNya. “Artinya : Dan dia tidak menjadikan sedikit kesulitanpun atas kalian di dalam agama (ini)” [Al-Hajj : 78] Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam. [Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]

http://www.eramuslim.com/ustadz/fqk/4456f9e2.htm

Bisakah Mengaji Lewat MP3 Player? http://orido.wordpress.com

20

Doa dan Adab Kamis, 4 Mei 06 12:37 WIB

Asslamu'alaikum, Pak Ustadz yang saya hormati, saya ada beberapa pertanyaan. Saya seorang pekerja yang sibuk dan saya sadar saya harus memiliki ilmu agama makanya saya memiliki MP3 yang berisi tilawah Al-Qur'an dan saya mengikuti bacaan dari MP3 itu dengan Al-Qur'an yang saya miliki sendiri, bolehkah hal itu saya lakukan? Saya harapkan jawaban dari pak Ustadz dan atas perhatiaanya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Taufiq pengawal_fajar Jawaban Assalamu 'alakum warahmatullahi wabarakatuh, Belajar membaca Al-Quran memang bisa dibantu lewat fasilitas multimedia, seperti yang anda sebutkan. Ada beberapa keunggulan yang bisa anda petik dari mendengarkan bacaan Al-Quran lewat MP3 itu. Misalnya, pendengaran anda akan lebih terlatih menyimpan memori bacaan Al-Quran yang baik dan benar. Terutama bila qari'-nya memang seorang yang berkualitas dari segi bacaan. Dan tentunya bila dilakukan dengan frekuensi yang cukup tinggi. Suara bacaan Al-Quran yang baik dan standar itu, bila diterus menerus didengarkan, secara alam bawah sadar akan terekam di dalam memori otak. Rekaman di otak ini penting, sebagai modal buat kita yang mendengarkan untuk bisa menirukannya, dengan bacaan yang sama. Sebenarnya kalau kita telusuri sejarah, akan kita dapati bahwa pengajaran bacaan Al-Quran lebih awal dengan oral system, ketimbang dengan cara mengeja dari huruf-hurufnya. Dan memang umumnya bangsa Arab di masa lalu buta huruf, namun tetap mampu membaca Al-Quran dalam arti mampu membunyikannya dengan benar. Bukan dengan mengeja huruf-hurufnya. Maka Al-Quran yang terdiri dari 6.000-an ayat lebih itu pun mereka hafal di luar kepala. Meski mereka tidak mampu mengeja hurufnya. Dan memang yang lebih penting dari Al-Quran itu bukan semata-mata kemampuan kita mengejanya, melainkan mampu membunyikannya dengan benar, sesuai dengan hak masing-masing huruf. Seseorang mampu membaca Al-Quran tanpa mengeja, berarti dia hafal Al-Quran. Dan hal itu tentu lebih utama dari sekedar mampu mengeja hurufnya semata. Di masa lalu, para ahli Al-Quran itu identik dengan penghafal Al-Quran. Boleh jadi mereka buta huruf, tetapi yang penting mereka mampu membunyikan tiap ayat AlQuran dengan sempurna.

http://orido.wordpress.com

21

Doa dan Adab Namun di masa lalu, oral system ini berhasil lantara ada guru yang berfungsi selain memasukkan memori suara bacaan, juga melakukan evaluasi dan perbaikanperbaikan secara real time. Seorang murid bukan hanya diminta mendengarkan bacaan guru, tetapi pada saat yang sama, sang guru langsung mengevaluasi bacaan muridnya. Murid diminta untuk membacanya, lalu si guru saat itu juga mengoreksi bila masih ada yang salah. Bahkan dalam hal ini, yang lebih menonjol adalah aktifitas murid. Sebab merekam lebih mudah daripada memainkan atau membunyikan. Maka fungsi sang guru yang tidak mungkin tergantikan oleh MP3 dan beragam perangkat multi media yang lainnya terletak di sini. Hingga hari ini belum ada program cerdas (artificial inteligent) yang bisa secara interaktif mampu mendengarkan dan mengevaluasi bacaan murid, lalu menegurnya dan membetulkannya saat itu juga. Jadi memang tidak salah bila anda memanfaatkan MP3 player untuk belajar AlQuran, tapi ketahuilah bahwa masih ada satu fungsi mendasar yang belum bisa dicover olehnya. Yaitu fungsi untuk mengevaluasi atau membetulkan bacaan si murid. Padahal fungsi ini sangat vital dan tidak mungkin ditinggalkan. apalagi artinya belajar Al-Quran, kalau tidak mampu mengoreksi bacaan yang salah? Jadi sampai hari ini, rasanya anda masih membutuhkan guru berupa manusia biasa, yang mampu dengan cerdas memeriksa dan mengevaluasi bacaan anda, lalu membetulkan bahkan melakukannya berulang-ulang hingga bacaan anda memenuhi standar baku pembacaan Al-Quran. Mungkin suatu ketika, bila para ahli programmer komputer sudah mampu membuat program belajar baca Al-Quran yang bersifat interaktif, insya Allah anda bisa memanfaatkannya. Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alakum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc.

http://www.almanhaj.or.id/content/1038/slash/0

Perbaikilah Niat Anda Dan Perbanyaklah Membaca Al-Qur'an Rabu, 22 September 2004 22:45:17 WIB

PERBAIKILAH NIAT ANDA DAN PERBANYAKLAH MEMBACA AL-QUR’AN Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Pertanyaan. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Saya hafal dua juz dari Al-Qur’an.

http://orido.wordpress.com

22

Doa dan Adab Setiap saya menghafal surat berikutnya saya lupa sebagian ayat yang telah saya hafal sebelumnya. Tolong berikan saya petunjuk pada obat penyakit lupa ini. Semoga Allah membalas kebaikan Anda ? Jawaban. Pertama : Perbaiki niat anda dalam membaca Al-Qur’an Al-Karim Kedua : Perbanyaklah membaca Al-Qur’an Al-Karim, karena sesunggguhnya AlQur’an Al-Karim ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membutuhkan penjagaan (muraja’ah) dan banyak membaca, karena AlQur’an itu lebih cepat terlepas melebihi unta dari ikatannya. [1] Berarti Al-Qur’an membutuhkan dari anda banyak-banyak muraja’ah dan membaca. Bila engkau telah hafal satu surat, maka seringlah membaca dan mengulangngulangnya sampai mantap dan kuat, jangan pindah ke surat lain, kecuali bila engkau sudah menghafalnya dengan itqan (mantap). Ringkasnya adalah : [1]. Engkau wajib meluruskan niat dan mengamalkan apa yang telah diajarkan oelh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu. Dia berfirman. “Artinya : Dan bertaqwalah kepada Allah ; Allah mengajarimu” [Al-Baqarah : 282] [2]. Engkau wajib memperbanyak membaca (Al-Qur’an). [3]. Mantapkan hafalanmu (yang sudah ada), jangan pindah dari satu ayat ke ayat lain, dari satu surat ke surat lain, kecuali setelah engkau memantapkan hafalan yang sebelumnya dan terpancang dalam ingatanmu. [Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]

__________

Foote Note [1]. Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 5033 kitab Fadha’il Al-Qur’an, bab : 23 dan Muslim no. 1/23 (791) Kitab Shalat Al-Musafirin bab 33

http://www.almanhaj.or.id/content/902/slash/0

Membaca Al-Qur'an Bagi Wanita Haid Senin, 12 Juli 2004 22:18:15 WIB

MEMBACA AL-QUR'AN BAGI WANITA HAID Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Kami pernah mendengar fatwa Anda yang menyatakan bahwa yang lebih utama bagi seorang wanita haid adalah

http://orido.wordpress.com

23

Doa dan Adab tidak membaca Al-Qur'an kecuali untuk suatu kebutuhan, mengapa tidak membaca Al-Qur'an yang lebih utama, sementara dalil-dalil yang ada menunjukkan hal yang bertentangan dengan yang Anda katakan ? Jawaban Saya tidak tahu yang dimaksud oleh penanya, apakah ia menginginkan dalil-dalil yang dijadikan alasan oleh yang melarangnya ataukah penanya ini mnginginkan dalil-dalil yang membolehkan wanita haidh membaca Al-Qur'an, tapi yang perlu saya sampaikan di sini adalah bahwa ada beberapa hadits dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda. "Artinya : Wanita haidh tidak boleh membaca suatu apapun dari Al-Qur'an". Akan tetapi hadits-hadits seperti ini yang menyatakan larangan bagi wanita haidh untuk membaca Al-Qur'an bukan hadits-hadits shahih, jika hadits-hadits tersebut bukan hadits-hadits shahih, maka hadits-hadits tersebut tidak bisa dijadikan hujjah dan tidak boleh melarang wanita haidh membaca Al-Qur'an hanya berdasarkan hadits-hadits yang tidak shahih ini, tapi adanya hadits-hadits seperti ini menjadikan adanya syubhat, maka berdasarkan inilah kami katakan bahwa yang lebih utama bagi seorang wanita haidh adalah tidak membaca Al-Qur'an kecuali jika hal itu dibutuhkan, seperti seorang guru wanita atau seorang pelajar putri atau situasisituasi lain yang serupa dengan guru dan pelajar itu. [Durus wa Fatawa Al-Haram Al-Makki, Ibnu Utsaimin, 2/278]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, hal. 60-61 terbitan Darul Haq penerjemah Amir Hamzah Fakhruddin]

http://www.almanhaj.or.id/content/931/slash/0

Hukum Membaca Al-Qur'an Bagi Yang Sedang Junub Kamis, 22 Juli 2004 21:20:23 WIB

HUKUM MEMBACA AL-QUR'AN BAGI YANG SEDANG JUNUB Oleh Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta'

Pertanyaan Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta' ditanya : Apa hukumnya membaca Al-qur'an dengan hafalan atau dengan melihat mushaf bagi orang yang sedang junub? Jawaban Tidak boleh bagi orang yang sedang junub untuk membaca Al-Qur'an sebelum ia mandi junub, baik dengan cara melihat Al-Qur'an ataupun yang sudah dihafalnya. Dan tidak boleh baginya membaca Al-Qur'an kecuali dalam keadaan suci yang

http://orido.wordpress.com

24

Doa dan Adab sempurna , yaitu suci dari hadats yang paling besar sampai hadats yang paling kecil. [Fatawa Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta',5/328] HUKUM MENYENTUH BUKU ATAU MAJALAH YANG DIDALAMNYA TERDAPAT AYAT-AYAT SUCI AL-QUR'AN BAGI WANITA HAIDH Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah diharamkan bagi orang yang sedang junub, atau haidh untuk menyentuh buku-buku serta majalah-majalah yang didalamnya terdapat ayat-ayat suci Al-Qur'an ? Jawaban Tidak diharamkan bagi orang yang sedang junub atau sedang haidh atau yang tidak berwudhu untuk menyentuh buku atau majalah yang didalamnya terdapat ayatayat Al-Qur'an , karena buku-buku dan majalah-majalah itu bukan Al-Qur'an . [Majmu' Fatawa wa Rasai'il Asy-syaikh Ibnu Utsaimin] [Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita Penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan hal.64 terbitan Darul Haq Penerjemah Amir Hamzah Fakhruddin]

http://www.almanhaj.or.id/content/779/slash/0

Seyogyanya Menjaga Hafalan Al-Qur'an Sehingga Tidak Lupa Sabtu, 5 Juni 2004 08:41:58 WIB SEYOGYANYA MENJAGA HAFALAN AL-QUR’AN SEHINGGA TIDAK TERLUPAKAN. Oleh Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan. Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apa hukum orang yang menghafal Al-Qur’an di luar kepala kemudian ia lupa, apakah dia akan dikenakan siksa atau tidak ?

http://orido.wordpress.com

25

Doa dan Adab Jawaban. Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du. Al-Qur’an adalah kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia adalah perkataan yang paling utama dan sarat dengan hukum-hukum, membacanya merupakan ibadah yang meluluhkan hati, membuat jiwa menjadi khusyu dan memberi manfaat lain yang tidak terhitung. Oleh karena itu, nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar selalu menjaganya supaya tidak lupa. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata. “Artinya : Jangalah (hafalan) Al-Qur’an, demi Dzat yang jiwa saya ada tanganNya, sesungguhnya Al-Qur’an itu sangat cepat terlepas melebihi (lepasnya) unta dari ikatannya” [1] Tidak selayaknya seorang hafizh lalai dari membacanya dan tidak maksimal dalam menjaganya. Seyogyanya dia mempunyai wirid (muraja’ah) harian agar dapat menghindari dari lupa sambil mengharap pahala dan mengambil pelajaran hukumhukumnya, baik yang berupa aqidah maupun amalan. Namun orang yang hafal sedikit dari Al-Qur’an lalu lupa, karena banyak kesibukan atau karena lalai, maka dia tidak berdosa. Adapun hadits yang mengandung ancaman bagi orang yang menghafal kemudian lupa, tidak benar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam. [Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq] __________ Foote Note [1]. Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dari hadits Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu no. 5033, kitab Fadha’il AlQur’an bab 23, dan Imam Muslim juga dari Abu Musa no. 1/23-(791), kitab Shalat Al-Musafirin bab 33

http://www.almanhaj.or.id/content/1862/slash/0

Hukum Mengucapkan Shadaqallahul Azhim Ketika Selesai Membaca Al-Qur'an Rabu, 21 Juni 2006 01:29:32 WIB

HUKUM MENGUCAPKAN SHADAQALLAHUL AZHIM Oleh Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan. Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apa hukum mengucapkan “shadaqallahul azhim” setelah selesai membaca Al-Qur’an? Jawaban

http://orido.wordpress.com

26

Doa dan Adab Alhamdulillah, segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya. Amma ba’du. Ucapan, “Shadaqallahul ‘azhim” setelah membaca Al Qur’an adalah bid’ah, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukannya, demikian juga para khulafa’ur rasyidin, seluruh sahabat radhiyallaHu ‘anHum dan imam para salafus shalih, padahal mereka banyak membaca Al Qur’an, sangat memelihara dan mengetahui benar masalahnya. Jadi, mengucapkannya dan mendawamkan pengucapannya setiap kali selesai membaca Al Qur’an adalah perbuatan bid’ah yang diada – adakan. Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, “Artinya : Barangsiapa membuat suatu yang baru dalam urusan kami (dalam Islam) yang tidak terdapat (tuntunan) padanya, maka ia tertolak” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Ash Shulh (2697) dan Muslim dalam Al Aqdhiyah(1718) Hanya Allah-lah yang mampu memberi petunjuk. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya. [Fatawa Al Lajnah Ad Da’imah, fatwa no. 3303]

HUKUM MENGUCAPKAN SHADAQALLAHUL AZHIM KETIKA SESELSAI MEMBACA ALQUR’AN Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Saya sering mendengar bahwa mengucapkan “shadaqallahul azhim ketika selesai membaca Al-Qur’an adalah perbuatan bid’ah. Namun sebagian orang yang mengatakan bahwa itu boleh, mereka berdalih dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Artinya : Katakanlah : ‘Benarlah (apa yang difirmankan) Allah” [Ali-Imran : 95] Kemudian dari itu, sebagian orang terpelajar mengatakan kepada saya, bahwa apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak menghentikan bacaan Al-Qur’an seseorang, beliau mengatakan, “cukup” dan beliau tidak mengatakan, ‘shadaqallahul azhim”. Pertanyaan saya : Apakah ucapan “shadaqallahul azhim” dibolehkan setelah selesai membaca Al-Qur’an Kairm. Sya mohon perkenan Syaikh menjelaskannya. Jawaban. Mayoritas orang terbiasa mengucapkan, “Shadaqallahul ‘azhim” ketika selesai membaca al Qur’an, padahal ini tidak ada asalnya, maka tidak boleh dibiasakan, bahkan menurut kaidah syar’iyah hal ini termasuk bid’ah bila yang mengucapkan berkeyakinan bahwa hal ini sunnah. Maka hendaknya ditinggalkan dan tidak membiasakannya karena tidak adanya dalil yang menunjukkannya. Adapun firman Allah Ta’ala.

http://orido.wordpress.com

27

Doa dan Adab “Artinya : Katakanlah, ‘Benarlah (apa yang difirmankan) Allah” [Ali Imran : 95]. Bukan mengenai masalah ini, tapi merupakan perintah Allah Ta’ala untuk menjelaskan kepada manusia bahwa apa yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala itu benar yaitu yang disebutkan di dalam kitab – kitab-Nya yang agung yakni Taurat dan lainnya, dan bahwa Allah Ta’ala itu Maha Benar dalam ucapan-Nya terhadap para hamba-Nya di dalam kitab-Nya yang agung, al Qur’an. Tetapi ayat ini bukan dalil yang menunjukkan sunnahnya mengucapkan, “ShadaqallaH” setelah selesai membaca al Qur’an atau membaca beberapa ayatnya atau membaca salah satu suratnya, karena hal ini tidak pernah ditetapkan dan tidak pernah dikenal dari Nabi ShallallHu ‘alaiHi wa sallam dan tidak pula dari para sahabat beliau Radhiyallahu ‘anhum. Ketika Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu membaca awal Surat An-Nisa di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga sampai pada ayat, “Artinya : Maka bagaimanakah (halnya orang – orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi dari tiap – tiap umat dan Kami mendatangkan kamu” (Hai Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu” [An Nisaa’ : 41] Beliau berkata pada Ibnu Mas’ud, “cukup”, Ibnu Mas’ud menceritakan, “Lalu aku menoleh kepada beliau, ternyata matanya meneteskan air mata” [Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 5050)] Maksudnya, bahwa beliau menangis saat disebutkannya kedudukan yang agung itu pada hari Kiamat kelak, yaitu sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tadi. “Artinya : Maka bagaimanakah (halnya orang – orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi dari tiap – tiap umat dan Kami mendatangkan kamu” (Hai Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu” [An Nisaa’ : 41] Yaitu terhadap umat beliau. Dan sejauh yang kami ketahui, tidak ada seorang ahlul ilmi pun yang menukil dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu bahwa ia mengucapkan “shadaqallahul azhim” ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “cukup”. Maksudnya, bahwa, mengakhiri bacaan Al-Qur’an dengan ucapan “shadaqallahu azhim” tidak ada asalnya dalam syari’at yang suci. Tapi jika seorang melakukannya sekali-kali karena kebutuhan, maka tidak apa-apa. [Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, Syaikh Ibnu Baz (7/329-331] [Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad AlHaram, Edisi Indonesia Fatwa – Fatwa Terkini Jilid 2, Penyusun : Syaikh Khalid al Juraisiy, Penerbit Darul Haq, Jakarta, Cetakan Pertama, Dzulhijjah 1424 H/Februari 2004 M]

http://www.almanhaj.or.id/content/1958/slash/0

Hukum Membaca Al-Qur'an Bersama-Sama, Membagi Bacaan AlQur'an Untuk Orang-Orang Yang Hadir

http://orido.wordpress.com

28

Doa dan Adab Sabtu, 30 September 2006 00:42:25 WIB

HUKUM MEMBACA AL-QUR'AN BERSAMA-SAMA Oleh Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz

Membaca Al-Qur'an merupakan ibadah dan merupakan salah satu sarana yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pada dasarnya membaca Al-Qur'an haruslah dengan tatacara sebagaimana Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mencontohkannya bersama para shahabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak ada satupun riwayat dari beliau dan para shabatnya bahwa mereka membacanya dengan cara bersama-sama dengan satu suara. Akan tetapi mereka membacanya sendiri-sendiri atau salah seorang membaca dan orang lain yang hadir mendengarkannya. Telah diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Artinya : Hendaklah kalian berpegang teguh pada sunahku dan sunnah para AlKhulafa'ur Rasyidun setelahku" [1] Sabda beliau lainnya. "Artinya : Barangsiapa mengada-adakan dalam perkara kami ini (perkara agama) yang tidak berasal darinya, maka dia itu tertolak" [2] Dalam riwayat lain disebutkan. "Artinya : Barangsiapa melaksanakan suatu amalan yang tidak ada perintah kami maka amalan tersebut tertolak" [3] Diriwayatkan pula dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau memerintahkan kepada Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu untuk membacakan kepadanya Al-Qur'an. Ia berkata kepada beliau. "Wahai Rasulullah, apakah aku akan membacakan Al-Qur'an di hadapanmu sedangkan Al-Qur'an ini diturunkan kepadamu?" Beliau menjawab : "Saya senang mendengarkannya dari orang lain" [4] BERKUMPUL DI MASJID ATAU DI RUMAH UNTUK MEMBACA AL-QUR'AN BERSAMA-SAMA. Jika yang dimaksud adalah bahwasanya mereka membacanya dengan satu suara dengan 'waqaf' dan berhenti yang sama, maka ini tidak disyariatkan. Paling tidak hukumnya makruh, karena tidak ada riwayat dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam maupun para shahabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun apabila bertujuan untuk kegiatan belajar dan mengajar, maka saya berharap hal tersebut tidak apa-apa. Adapun apabila yang dimaksudkan adalah mereka berkumpul untuk membaca AlQur'an dengan tujuan untuk menghafalnya, atau mempelajarinya, dan salah seorang membaca dan yang lainnya mendengarkannya, atau mereka masing-masing membaca sendiri-sendiri dengan tidak menyamai suara orang lain, maka ini disyari'atkan, berdasarkan riwayat dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda.

http://orido.wordpress.com

29

Doa dan Adab

"Artinya : Apabila suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) sambil membaca Al-Qur'an dan saling bertadarus bersama-sama, niscaya akan turun ketenangan atas mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka, para malaikat akan melindungi mereka dan Allah menyebut mereka kepada makhluk-makhluk yang ada di sisi-Nya" [Hadits Riwayat Muslim] [5] MEMBAGI BACAAN AL-QUR'AN UNTUK ORANG-ORANG YANG HADIR Membagi juz-juz Al-Qur'an untuk orang-orang yang hadir dalam perkumpulan, agar masing-masing membacanya sendiri-sendiri satu hizb atau beberapa hizb dari AlQur'an, tidaklah dianggap secara otomatis sebagai mengkhatamkan Al-Qur'an bagi masing-masing yang membacanya. Adapun tujuan mereka dalam membaca AlQur'an untuk mendapatkan berkahnya saja, tidaklah cukup. Sebab Al-Qur'an itu dibaca hendaknya dengan tujuan ibadah mendekatkan diri kepada Allah dan untuk menghafalnya, memikirkan dan mempelajari hukum-hukumnya, mengambil pelajaran darinya, untuk mendapatkan pahala dari membacanya, melatih lisan dalam membacanya dan berbagai macam faedah-faedah lainnya [Lihat Fatwa Lajnah Da'imah no. 3861]

[Disalin dari kitab Bida’u An-Naasi Fii Al-Qur’an, Edisi Indonesia Penyimpangan Terhadap Al-Qur’an Penulis Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerjemah Ahmad Amin Sjihab, Penerbit Darul Haq] __________ Foote Notes [1]. Diriwayatkan oleh Abu Daud no 407 dalam kitab Sunnah, bab Fii Luzuumis Sunnah ; Ibnu Majah no 42 dalam Al-Muqaddimah, bab Ittiba'ul Khulafa'ir Rasyidinal Mahdiyyin, dari hadits Al-Irbadh Radhiyallahu anhu. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2676 dalam Al-Ilmu bab 'Maa Jaa'al Fil Akhdzi bis Sunnati Wajtinabil Bida', ia mengatakan : 'Hadits ini hasan shahih. Al-Arna'uth berkata : 'Sanadnya hasan. Lihat Syarhus Sunnah, 1/205 hadits no.102. [2]. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no, 2697 dalam Al-Shulh bab 'Idza Isththalahu 'ala Shulhin Juur Fash Shulh Mardud' dan Muslim no 1718 dalam kitab Al-Uqdhiyah bab 'Naqdhul Ahkamil Bathilan wa Raddu Muhdatsatil Umur' dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha [3]. Diriwayatkan oleh Muslim no. 1718 jilid 18, dalam kitab Al-Uqdhiyah bab Maqdhul Ahkamil Bathilan wa Raddu Muhdatsatil Umu' dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha [4]. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 5050, dalam Fadhailul Qur'an, bab 'Barangsiapa mendengarkan Al-Qur'an dari orang selainnya' dari hadits Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, 'Rasulullah berkata kepada saya, bacakan Al-Qur'an untukku. Saya berkata, Wahai Rasulullah, apakah saya akan membacakannya sedangkan Al-Qur'an ini diturunkan kepadamu.? Beliau menjawab, 'Ya' Maka sayapun membacakan surat An-Nisa hingga pada ayat : "Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)". [An-Nisa : 41]. Beliau berkata, "Cukup". Saya menoleh kepada beliau, ternyata kedua matanya sedang berlinang air mata." [Lihat Fatwa Lajnah Da'imah no. 4394] [5]. Bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh Muslim no. 2699 dalam kitab Dzikir dan Do'a, bab 'Fadhlul Ijtima 'Ala Tilawatil Qur'an wa 'Aladz Dzikir dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.[Lihat juga Fatawa Lajnah Da'imah no. 3302]

http://zahrotul.wordpress.com/2008/03/01/memuliakan-al-quran-bukandengan-menciumnya/

Memuliakan Al-Qur`an Bukan Dengan Menciumnya Ditulis pada Maret 1, 2008 oleh zahrotul

Kategori : Mutiara Kata Memuliakan Al-Qur`an Bukan Dengan Menciumnya

http://orido.wordpress.com

30

Doa dan Adab Petikan Nasihat dari Al-‘Allamah Al-Muhaddits Al-Imam Al-Albani rahimahullahu Al-Qur`an yang diturunkan oleh Rabbul ‘Alamin dari atas langit yang ketujuh adalah sebuah kitab yang diagungkan keberadaannya oleh kaum muslimin. Mereka menghormatinya, memuliakan, dan menyucikannya. Namun terkadang pengagungan dan penghormatan tersebut tidaklah sesuai dengan yang semestinya. Artinya, mereka menganggap perbuatan yang mereka lakukan merupakan bentuk pengagungan dan penghormatan terhadap Kalamullah, padahal syariat tidak menyepakatinya. Satu kebiasaan yang lazim kita lihat di kalangan kaum muslimin adalah mencium/mengecup mushaf Al-Qur`an. Dengan berbuat seperti itu mereka merasa telah memuliakan Al-Qur`an. Lalu apa penjelasan syariat tentang hal ini? Kita baca keterangan Al-’Allamah Al-Muhaddits Al-Imam Al-Albani t berikut ini. Dalam keyakinan kami, perbuatan mengecup mushaf tersebut hukumnya masuk dalam keumuman hadits:

ٌ‫للَة‬ َ َ‫ َوكُلّ بِدْعَةٍ ض‬،ٌ‫ فَإِنّ كُلّ مُحْ َدثَةٍ بِدْعَة‬،ِ‫ل ُم ْور‬ ُ ْ‫ِإيّاكُمْ َومُحْدَثَاتِ ا‬

“Hati-hati kalian dari perkara-perkara yang diada-adakan, karena setiap yang diada-adakan merupakan bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.”1 Dalam hadits yang lain disebutkan dengan lafadz:

ِ‫للَةٍ فِي النّار‬ َ َ‫َوكُلّ ض‬

“Dan setiap kesesatan itu di dalam neraka.”2 Kebanyakan orang memiliki anggapan khusus atas perbuatan semisal ini. Mereka mengatakan bahwa perbuatan mengecup mushaf tersebut tidak lain kecuali untuk menampakkan pemuliaan dan pengagungan kepada Al-Qur`anul Karim. Bila demikian, kita katakan kepada mereka, “Kalian benar. Perbuatan itu tujuannya tidak lain kecuali untuk memuliakan dan mengagungkan Al-Qur`anul Karim! Namun apakah bentuk pemuliaan dan pengagungan seperti itu dilakukan oleh generasi yang awal dari umat ini, yaitu para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, demikian pula para tabi’in dan atba’ut tabi’in?” Tanpa ragu jawabannya adalah sebagaimana kata ulama salaf, “Seandainya itu adalah kebaikan, niscaya kami lebih dahulu mengerjakannya.” Di sisi lain, kita tanyakan, “Apakah hukum asal mengecup sesuatu dalam rangka taqarrub kepada Allah k itu dibolehkan atau dilarang?” Berkaitan dengan masalah ini, kita bawakan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya, agar menjadi peringatan bagi orang yang mau ingat dan agar diketahui jauhnya kaum muslimin pada hari ini dari pendahulu mereka yang shalih. Hadits yang dimaksud adalah dari ’Abis bin Rabi’ah, ia berkata, “Aku melihat Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengecup Hajar Aswad dan berkata:

‫عَليْ ِه‬ َ ُ‫صلّى ال‬ َ ‫ل‬ ِ ‫سوْلَ ا‬ ُ َ‫ت ر‬ ُ ‫ل َأنّي َرَأ ْي‬ َ ْ‫ َفَلو‬،ُ‫ل َتنْفَع‬ َ َ‫ضرّ و‬ ُ ‫ل َت‬ َ ٌ‫جر‬ َ َ‫علَ ُم َأ ّنكَ ح‬ ْ َ‫ِإنّي ل‬ َ‫ك مَا َق ّب ْل ُتك‬ َ ‫سلّمَ يُ َق ّبُل‬ َ َ‫و‬

“Sungguh aku tahu engkau adalah sebuah batu, tidak dapat memberikan mudarat dan tidak dapat memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium/mengecupmu niscaya aku tidak akan menciummu.”3 Apa makna ucapan ‘Umar Al-Faruq radhiyallahu ‘anhu, “Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium/mengecupmu niscaya aku tidak akan menciummu.” Dan kenapa ‘Umar mencium/mengecup Hajar Aswad yang dikatakan dalam hadits yang shahih:

ِ‫جنّة‬ َ ْ‫ن ال‬ َ ِ‫سوَ ُد م‬ ْ َ‫ج ُر اْل‬ َ َ‫الْح‬

“Hajar Aswad (batu) dari surga.”4 Apakah ‘Umar menciumnya dengan falsafah yang muncul darinya sebagaimana ucapan orang yang berkata, “Ini adalah Kalamullah maka kami menciumnya”? Apakah ‘Umar mengatakan, “Ini adalah batu yang berasal dari surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa maka aku menciumnya. Aku tidak butuh dalil dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menerangkan pensyariatan menciumnya!” Ataukah jawabannya karena memurnikan ittiba’ (pengikutan) terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang yang menjalankan Sunnah beliau sampai hari kiamat? Inilah yang menjadi sikap ‘Umar hingga ia berkata, “Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium/mengecupmu niscaya aku tidak akan

http://orido.wordpress.com

31

Doa dan Adab menciummu….” Dengan demikian, hukum asal mencium seperti ini adalah kita menjalankannya di atas sunnah yang telah berlangsung, bukannya kita menghukumi dengan perasaan kita, “Ini baik dan ini bagus.” Ingat pula sikap Zaid bin Tsabit, bagaimana ia memperhadapkan tawaran Abu Bakar dan ‘Umar radhiyallahu ‘anhum kepadanya untuk mengumpulkan Al-Qur`an guna menjaga AlQur`an jangan sampai hilang. Zaid berkata, “Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?!” Sementara kaum muslimin pada hari ini, tidak ada pada mereka pemahaman agama yang benar. Bila dihadapkan pertanyaan kepada orang yang mencium mushaf tersebut, “Bagaimana engkau melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?”, niscaya ia akan memberikan jawaban yang aneh sekali. Di antaranya, “Wahai saudaraku, ada apa memangnya dengan perbuatan ini, toh ini dalam rangka mengagungkan Al-Qur`an!” Maka katakanlah kepadanya, “Wahai saudaraku, apakah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengagungkan Al-Qur`an? Tentunya tidak diragukan bahwa beliau sangat mengagungkan Al-Qur`an namun beliau tidak pernah mencium Al-Qur`an.” Atau mereka akan menanggapi dengan pernyataan, “Apakah engkau mengingkari perbuatan kami mencium Al-Qur`an? Sementara engkau mengendarai mobil, bepergian dengan pesawat terbang, semua itu perkara bid’ah (maksudnya kalau mencium Al-Qur`an dianggap bid’ah maka naik mobil atau pesawat juga bid’ah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah naik mobil dan pesawat, –pent.).” Ucapan ini jelas salahnya karena bid’ah yang dihukumi sesat secara mutlak hanyalah bid’ah yang diada-adakan dalam perkara agama. Adapun bid’ah (mengada-adakan sesuatu yang baru yang belum pernah ada di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam -pent.) dalam perkara dunia, bisa jadi perkaranya dibolehkan, namun terkadang pula diharamkan dan seterusnya. Seseorang yang naik pesawat untuk bepergian ke Baitullah guna menunaikan ibadah haji misalnya, tidak diragukan kebolehannya. Sedangkan orang yang naik pesawat untuk safar ke negeri Barat dan berhaji ke barat, tidak diragukan sebagai perbuatan maksiat. Demikianlah. Adapun perkara-perkara ta’abbudiyyah (peribadatan) jika ditanyakan, “Kenapa engkau melakukannya?” Lalu yang ditanya menjawab, “Untuk taqarrub kepada Allah!” Maka aku katakan, “Tidak ada jalan untuk taqarrub kepada Allah k kecuali dengan perkara yang disyariatkan-Nya.” Engkau lihat bila salah seorang dari ahlul ilmi mengambil mushaf untuk dibaca, tak ada di antara mereka yang menciumnya. Mereka hanyalah mengamalkan apa yang ada di dalam mushaf Al-Qur`an. Sementara kebanyakan manusia yang perasaan mereka tidak memiliki kaidah, menyatakan perbuatan itu sebagai pengagungan terhadap Kalamullah namun mereka tidak mengamalkan kandungan Al-Qur`an. Sebagian salaf berkata, “Tidaklah diadakan suatu bid’ah melainkan akan mati sebuah sunnah.” Ada bid’ah lain yang semisal bid’ah ini. Engkau lihat manusia, sampai pun orang-orang fasik di kalangan mereka namun di hati-hati mereka masih ada sisa-sisa iman, bila mereka mendengar muadzin mengumandangkan adzan, mereka bangkit berdiri. Jika engkau tanyakan kepada mereka, “Apa maksud kalian berdiri seperti ini?” Mereka akan menjawab, “Dalam rangka mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala!” Sementara mereka tidak pergi ke masjid. Mereka terus asyik bermain dadu, catur, dan semisalnya. Tapi mereka meyakini bahwa mereka mengagungkan Rabb mereka dengan cara berdiri seperti itu. Dari mana mereka dapatkan kebiasaan berdiri saat adzan tersebut?! Tentu saja mereka dapatkan dari hadits palsu:

‫س ِم ْعتُ ُم اْلَذَانَ فَ ُق ْو ُموْا‬ َ ‫إِذَا‬

“Apabila kalian mendengar adzan maka berdirilah.”5 Hadits ini sebenarnya ada asalnya, akan tetapi ditahrif oleh sebagian perawi yang dhaif/lemah atau para pendusta. Semestinya lafadznya:

‫…( ُق ْولُوا‬ucapkanlah), mereka

‫…( ُق ْو ُموْا‬berdirilah), meringkas dari hadits yang shahih: ّ‫عَلي‬ َ ‫صّلوْا‬ َ ‫ فَ ُق ْوُلوْا ِمثْلَ مَا يَ ُقوْلُ ثُ ّم‬،َ‫س ِم ْعتُ ُم اْلَذَان‬ َ ‫إِذَا‬

ganti dengan:

“Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah semisal yang diucapkan muadzin,

http://orido.wordpress.com

32

Doa dan Adab kemudian bershalawatlah untukku….”6 Lihatlah bagaimana setan menghias-hiasi bid’ah kepada manusia dan meyakinkannya bahwa ia seorang mukmin yang mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah Subhanahu wa Ta’ala. Buktinya bila mengambil Al-Qur`an, ia menciumnya dan bila mendengar adzan ia berdiri karenanya. Akan tetapi apakah ia mengamalkan Al-Qur`an? Tidak! Misalnya pun ia telah mengerjakan shalat, tapi apakah ia tidak memakan makanan yang diharamkan? Apakah ia tidak makan riba? Apakah ia tidak menyebarkan di kalangan manusia sarana-sarana yang menambah kemaksiatan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala? Apakah dan apakah…? Pertanyaan yang tidak ada akhirnya. Karena itulah, kita berhenti dalam apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala syariatkan kepada kita berupa amalan ketaatan dan peribadatan. Tidak kita tambahkan walau satu huruf, karena perkaranya sebagaimana disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ِ‫ل وَقَ ْد َأ َم ْرتُكُ ْم بِه‬ ّ ِ‫ل بِ ِه إ‬ ُ ‫ش ْيئًا ِممّا َأ َم َركُمُ ا‬ َ ُ‫مَا َت َر ْكت‬

“Tidaklah aku meninggalkan sesuatu dari apa yang Allah perintahkan kepada kalian kecuali pasti telah aku perintahkan kepada kalian.”7 Maka apakah amalan yang engkau lakukan itu dapat mendekatkanmu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Bila jawabannya, “Iya.” Maka datangkanlah nash dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membenarkan perbuatan tersebut. Bila dijawab, “Tidak ada nashnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Berarti perbuatan itu bid’ah, seluruh bid’ah itu sesat dan seluruh kesesatan itu dalam neraka. Mungkin ada yang merasa heran, kenapa masalah yang kecil seperti ini dianggap sesat dan pelakunya kelak berada di dalam neraka? Al-Imam Asy-Syathibi rahimahullahu memberikan jawabannya dengan pernyataan beliau, “Setiap bid’ah bagaimana pun kecilnya adalah sesat.” Maka jangan melihat kepada kecilnya bid’ah, tapi lihatlah di tempat mana bid’ah itu dilakukan. Bid’ah dilakukan di tempat syariat Islam yang telah sempurna, sehingga tidak ada celah bagi seorang pun untuk menyisipkan ke dalamnya satu bid’ah pun, kecil ataupun besar. Dari sini tampak jelas sisi kesesatan bid’ah di mana perbuatan ini maknanya memberikan ralat, koreksi, dan susulan (dari apa yang luput/tidak disertakan) kepada Rabb kita Subhanahu wa Ta’ala dan juga kepada Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seolah yang membuat dan melakukan bid’ah merasa lebih pintar daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Na’udzu billah min dzalik. Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab. (Dinukil dan disarikan oleh Ummu Ishaq Al-Atsariyyah dari kitab Kaifa Yajibu ‘Alaina an Nufassir Al-Qur`an Al-Karim, hal. 28-34) 1 Shahih At-Targhib wat Tarhib, 1/92/34 2 Shalatut Tarawih, hal. 75 3 Shahih At-Targhib wat Tarhib, 1/94/41 4 Shahihul Jami’, no. 2174 5 Adh-Dha’ifah, no. 711 6 Hadits riwayat Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya no. 384 7 Ash Shahihah, no. 1803

http://www.almanhaj.or.id/content/1377/slash/0

Kewajiban Bagimu Adalah Belajar Membaca Al-Qur'an Jumat, 18 Maret 2005 17:58:31 WIB KEWAJIBAN BAGIMU ADALAH BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

http://orido.wordpress.com

33

Doa dan Adab Pertanyaan. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Sesungguhnya saya sering membaca AlQur’an Al-Karim, namun tidak bagus (menerapkan) hukum-hukum (takwid)-nya, sering keliru dalam membaca. Apakah saya berdosa dengan melakukan perbuatan itu ? Jawaban Merupakan suatu kewajiban atas setiap orang muslim mempelajaari cara tilawah Al-Qur’an sampai dia mengusai dan membacanya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sesuai dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada RasulNya. Dia membacanya sesuai dengan kemampuan, bila memungkinkan membacanya dengan tenang dan diulang-ulang sehingga betul-betul benar, maka dia mendapat dua pahala, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan sabdanya. “Artinya : Orang yang membaca Al-Qur’an dan dia terbata-bata didalamnya serta dia mengalami kesulitan, dia itu mendapat dua pahala..” [1] Maka anda wahai saudaraku, bersabarlah dan tenang, ulang-ulanglah per kata beberapa kali sampai anda mampu mengucapkannya sesuai dengan apa yang semestinya, meskipun anda mengalami kesulitan, karena pahalanya sangat besar. Janganlah anda coba-coba untuk tergesa-gesa dan melantunkan Al-Qur’an dengan tidak peduli apakah salah atau benar, hal seperti ini termasuk menghina firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kita mengetahui bahwa ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara dengannya sebagaimana kita membacanya dengan huruf-huruf dan harakat-harakat ini dan Jibril Alaihis salam menerimanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian Jibril menyampaikannya (melalui wahyu) ke dalam hati Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti apa yang diterima dari Allah. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas” [Asy-Syu’ara : 192-195] [Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq] __________ Foote Note [1]. Hadits Riwayat Muslim dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha no. 244-(896), Kitab Shalah Al-Musafirin wa Qashruha bab 38

http://dsusetyo.wordpress.com/2008/04/16/cara-mudah-hafal-al-quran/

Cara Mudah Hafal Al Quran (edited 19 April 08) Bismillahirrahmanirrahim,

http://orido.wordpress.com

34

Doa dan Adab Alhamdulillahirabbil ‘alamin Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallim. Sahabat-sahabat yang dirahmati Allah, assalamu’alaikum wr wb.

Tulisan ini sudah akan saya tulis beberapa waktu lalu namun karena cukup panjang [karena memuat transkrip dari satu ceramah berdurasi 40 menit] dan saya belum mulai2 maka sampai sekarang tulisan itu belum jadi juga. Pagi ini ketika blogwalking saya nemu postingan ini . Maka tergerak semangat untuk berbagi kebaikan saya segera tulis ini yang merupakan pokok2 inti ceramah yang saya dengarkan di Masjid Baiturrahman Banda Aceh beberapa waktu lalu. Ustadznya masih muda sekira 35 tahun hafal Al Quran dan beliau dari Malaysia. Sayang saya tak sempat tahu nama beliau. Menurut beliau jika ia tanya kepada 10 orang “Apakah Anda bisa menghafal seluruh AlQuranulkarim 30 juz?” maka 90% akan menggeleng dan mengatakan “Sangat sulit saya tidak bisa!” dan yang 10% mungkin akan menjawab: “Mungkin bisa jika diberitahu cara2nya? Inilah ‘intinya’ kenapa saya segera tulis postingan ini! 90% atau lebih dari kita [termasuk saya tentunya] akan mengatakan mustahil untuk bisa hafal 30 juz, boro2 30 juz kan, juz amma [juz 30] gak apal-apal, ya kan? Beliau melanjutkan: “Semua jawaban itu SALAH!” “Harusnya kita katakan, insya Allah bisa!” Kenapa karena Al Quran itu mu’jizat, dan satu2 nya mu’jizat yang wujudnya bisa kita lihat sampai sekarang. Langsung saja: menurut beliau menghafal AlQuran itu mudah dan mungkin dilakukan oleh SIAPA SAJA. Caranya? [siap2 menjublak karena gampangnya.... ] 1. Niat ikhlas menghafal AlQuran semata2 mengharap ridha Allah, kudu ikhlas benar2. “Ya Allah aku niat menghafal AlQuran 30 Juz karena memohon ridhaMu semata. Bismillahirrahmanirrahim.” 2. Al Quran hanya bisa dihafal oleh yang hatinya bersih. Supaya bersih caranya gampang. Sebelum mulai menghafal baca istighfar banyak2, mohon ampun dengan sungguh2 kepada Allah. Tidak ada manusia yang TIDAK BERDOSA, dan Allah sudah sampaikan salah satu cara menghapus dosa adalah istighfar banyak2. Minta Allah ampuni kita dan bersihkan hati kita

http://orido.wordpress.com

35

Doa dan Adab 3. Alquran itu kita hafal bukan karena kita menghafalnya, tapi Allah yang letakkan kefahaman itu kedalam hati kita, saya ulangi: Allah yang letakkan kefahaman itu dalam hati kita. Jadi kita mohon kepada Allah agar Ia tolong kita mudah hafalkan AlQuran letakkan kefahaman itu dalam hati kita 4. Hafalkan sedikit demi sedikit, karena inilah fitrah cara diturunkannya AlQuranul karim, bukan langsung sekaligus tapi ayat demi ayat sesuai kebutuhan. Maka hafalkan CUKUP 1 ayat sehari. Baca berulang2 minimal 100x dalam sekali baca, misal habis subuh. Lalu tiap ada kesempatan baca lagi dan lagi. Kata beliau dengan cara ini nanti ayat itu akan meluncur seperti air yang mengalir. 5. Setelah beberapa hari gabung ayat2 yang sudah dihafalkan. 6. Demikian seterusnya sampai khatam seluruh AlQuran. Pasti anda bertanya wah kalau begitu berapa lama saya akan hafal ? Secara matematika jika seluruh ayat Al Quran berjumlah 6666 [betul ya?] berarti akan khatam kira2 18 tahun!!! Wah lama sekali ya. Namun kata beliau AlQuran saja genap turun kira2 23 tahun, jadi angka 18 tahun itu wajar dan ‘alamiah’. Satu hal yang beliau sampaikan, karena alQuran itu mu’jizat, dan Allahlah yang letakkan kefahaman itu di hati kita, sesuatu yang secara normal nampak TIDAK MUNGKIN bisa MENJADI MUNGKIN. Jika kita sudah istiqamah mempraktekkannya maka Allah akan BUKA rahasia2Nya, Allah akan tunjukkan jalan2Nya. [Beliau sendiri mengakui baru belajar baca Al Quran ketika mulai kuliah di Inggris, kalau saya perkirakan dari usia beliau sekarang sepertinya beliau hafal jauh lebih cepat dari 18 tahun, dan menurut beliau pula 4 orang anaknya telah hafizh, 2 lagi menyusul!!! Subhanallah]. Mungkin setelah beberapa waktu, bisa saja kita mudah menghafal 5 atau bahkan 10 ayat sehari? Jadi kuncinya: • • • • • •

niat ikhlas istighfar sungguh minta tolong Allah fahamkan sedikit demi sedikit diulang-ulang istiqamah dan shabar.

Demikian, sahabat2 yang dirahmati Allah, semoga manfaat. Bagilah informasi ini ke sebanyak mungkin teman. Link ke post ini [he he biar blognya dibaca banyak orang]

http://orido.wordpress.com

36

Doa dan Adab Selamat mempraktekkan. Semoga Allah mudahkan jalan kita untuk dapat menghafal Al Quran, memahaminya, mencintainya dan menjalankannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin. ———————Karena kemuliaan dan kesucian Al Quran hendaklah kita sangat memperhatikan dengan benar adab atau tatacara dan sikap perilaku kita ketika membacanya. Sila rujuk ke posting sahabat ORido di artikel berjudul Adab Membaca Al-Quran. Wass wr wb.,

http://harapandiri.wordpress.com/2008/04/14/168/

” Hafizh Qur’an “ April 14, 2008 at 12:52 pm | In Agama, Tulisan lama |

Abdullah bin Rawahah seorang penyair yang pernah saya ceritakan pada postingan saya yang lalu , suatu akan beangkat ke Mu’tat setelah bepamitan dengan pemimpin perang lainnya ia menangis. “Kenapa Anda menangis ?” tanya seorang temannya. “Yang jelas bukan karena persoalan dunia” jawabnya. “ Tetapi, aku pernah mendengar Rasulullah saw membacakan ayat ini : “Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” ( Maryam:71 ) Bayangkan bagaimana seorang sahabat Nabi yang mengabiskan hampir seluruh umur dan fikirannya untuk menegakkan agama Allah , masih begitu merisaukan tentang keadaan dirinya diakhirat kelak, sedangkan kita yang tidak pernah sama sekali berkorban untuk agama-Nya sebagaimana para sahabat Nabi , masih tenang-tenang, seakan-akan sudah mendapatkan tiket emas untuk menuju surga, Padahal siapa yang berani menjamin akan hal itu. http://orido.wordpress.com

37

Doa dan Adab Kalau kita cermati ayat di atas, maka kita akan dapati bahwa tidak ada seorangpun diantara kita yang tidak mampir ke neraka, kecuali orang orang-orang yang dirahmati Allah Swt atau orang-orang yang mendapat syafaat Rasulullah. Tapi sekali lagi siapa yang bisa menjamin kita mendapatkan hal itu ??? Diantara beberapa kemulian ummat Rasulullah saw adalah Allah swt membolehkan orang-orang tertentu dari ummat Rasulullah saw memberikan syafaat bagi anggota keluarganya yang dimasukan ke dalam neraka untuk memasuki syurga , diantara orang-orang yang di perbolehkan memberi syafaat tersebut yaitu para hafizh Al-qur’an, dimana mereka dapat mengeluarkan 10 anggota keluarganya didalam neraka. Para hafiz al-qur’an memiliki kemulian tersendiri dimata Allah Swt, selain dapat memberikan syafaat bagi ahli keluarganya disebutkan juga didalam kitab Jami’ul-Fawaid, Imam Thabrani rah.a telah meriwayatkan, bahwa Anas ra mengatakan Rasululah saw bersabda, “Barangsiapa mengajarkan anaknya membaca Al-Qur’an, maka dosa-dosanya yang akan datang dan yang telah lalu akan diampuni. Dan barangsiapa mengajarkan anaknya menjadi hafizh Al-Qur’an, maka pada hari kiamat ia akan dibangkitkan dengan wajah yang bercahaya seperti cahaya bulan purnama, dan dia akan berkata kepada anaknya, ‘Mulailah membaca Al-Qur’an,’ Ketika anaknya mulai membaca satu ayat Al-Qur’an, maka bapaknya dinaikkan satu derajat oleh Allah Swt, sehingga terus bertambah tinggi hingga tamat.” Berapa beruntungnya apabila kita memiliki ahli keluarga yang menjadi hafizh Al-Qur’an. Karena berkah membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, maka orang tua dari seorang yang membacanya akan dipakaikan mahkota pada hari Kiamat nanti, yang sinarnya sangat terang, sehingga mengalahkan sinar matahari. Bahkan dalam kitab Syarh Al-Ihya Ma’rifah, bahwa basith ra meriwayatkan dari Rasulullah “Rumah-rumah yang didalamnya dibacakan tempat-tempat itu akan menyinari ahli-ahli bintang-bingtang menyinari ahli bumi.

Abu Nu’aim menuliskan saw, beliau bersabda, ayat-ayat Al-Qur’an, langit, sebagaimana

Alangkah berbahagianya manakala ada diantara anggota keluarga kita yang menjadi Hafizh Al-Qur’an , karena sesungguhnya Al-qur’an adalah suatu nikmat yang besar sehingga apabila kita mengabaikannya maka akan menyebabkan datangnya azab yang pedih bagi diri kita. Dari Sa’id bin Sulaim ra dia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada penolong yang lebih utama kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat daripada Al-Qur’an. Bukan Nabi, bukan Malaikat dan bukan pula yang lainnya.” Dari Abdullah bin Amru ra dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafa’at bagi hamba yang mengerjakannya . Puasa akan berkata, ‘Tuhanku, aku telah mengahalanginya dari makan dan minum pada siang hari, maka terimalah syafa’atku untuknya.’ Dan Al-Qur-an berkata , ‘Tuhanku, aku

http://orido.wordpress.com

38

Doa dan Adab telah menghalanginya dari tidur pada malam hari, maka terimalah syafa’atku untuknya. ‘Maka kedua syafaat tersebut diterima.” Allah Swt adalah pemilik kecantikan dan keindahan yang sebenarnya. Pada hakikatnya, di dunia ini tidak ada kecantikan dan keindahan kecuali milik-Nya. Dan yang pertama dari tanda Kecantikan-Nya adalah kalam-Nya. Perlukah kepada kecantikan lainnya apabila hal itu sudah didapati pada kekasih kita? Bagi orang-orang yang benar-benar mencintai, Al-Qur’an tidak dapat dibandingkan dengan sesuatu apapun. Semoga Allah Swt dengan kelembutan-Nya memberikan kecintaan kepada kita terhadap Al-Qur’an dan menjadikan kita dan anak keturunan kita sebagai hafizh-hafizh Al-Qur’an… amien.

http://orido.wordpress.com

39

Related Documents