Kajian dinamika populasi udang putih (Penaeus merguiensis de Man) dan udang krosok (Penaeus semisulcatusde Haan) di Perairan Utara Lamongan-Jawa Timur Oleh : Yusmansyah, Damanhuri & Guntur Skripsi Fakultas Perikanan UNIBRAW Malang 2005 Abstract: The biogical parameter : size frequency distribution results growth constant, mortality, recruitment pattern and exploitated rate of the commercially important shrimp species inhabiting North aquatic of Lamongan-East Java were studied. Two penaeid shrimp species, Penaeus merguiensis and Penaeus semisulcatus, dominated the catches. Length infinitive (L 8 ) was estimated to be 44,1 mm carapache length (CL) with growth constant (K) 0.61 per year for P. merguiensis and 69.3 mm CL with K 1.41 per year for P. semisulcatus . Total mortality (Z) was estimated to be 1.31 for P. merguiensis and 6.82 for P. semisulcatus. Results showed that recruitment pattern’s peak of P. merguiensis approximately at July-August and P. semisulcatus at August-September. The exploitation rate explained by Beverton Holt’s Yield per Recruit analysis results higher exploitation rate at P. Semisulcatus (0.042) than P. Merguiensis (0.023). Generally penaeid shrimps in North aquatic of Lamongan-East Java predicted in underexploited condition. Key Words: Penaeid Shrimp, Penaeus merguiensis, P. semisulcatus, growth, mortality, recruitment pattern, exploitation rate. Abstrak : Berdasarkan studi parameter biologis yang meliputi distribusi frekuensi panjang yang menghasilkan konstanta pertumbuhan, kematian, pola rekruitmen dan laju eksploitasi udang komersial penting di perairan utara Lamongan-Jawa Timur, menunjukkan bahwa P.merguiensis dan P. Semisulcatus merupakan hasil tangkapan dominan. Panjang infinitif (L8) pada P.merguiensis sebesar 44,1 mm panjang karapas (CL) dengan konstanta pertumbuhan (K) 0,61 pertahun, sementara (L8) pada P. Semisulcatus sebesar 69,3 mm CL dengan K sebesar 1,41pertahun. Kematian total (Z) diperkiraan sebesar 1,31 pada P.merguiensis dan 6,82 pada P. semisulcatus. Puncak rekruitmen P.merguiensis berkisar antara Juli-Agustus sedangkan P.Semisulcatus berkisar antara Agustus-September. Laju eksploitasi yang dijelaskan lewat analisis Yield per Recruit Beverton Holt menghasilkan laju ekspl oitasi lebih besar pada P. Semisulcatus (0,042) dibandingkan P. Merguiensis (0.023). Secara umum udang penaeid di perairan utara Lamongan-Jawa Timur diperkirakan masih dalam kondisi tekanan eksploitasi rendah. Kata Kunci: Udang Penaeid, Penaeus merguiensis, P. semisulcatus , pertumbuhan, kematian, pola rekruitmen, laju eksploitasi. I. PENDAHULUAN Sebagai
Indonesia
penangkapan udang di Indonesia, terutama
mempunyai keanekaragaman hayati melimpah
spesies penaeid, sangat melimpah. Menurut
terutama
satu
catatan FAO pada tahun 1979 total hasil
komoditas bahari bernilai jual tinggi adalah
tangkapan udang di dunia sebesar 1.474.176
udang Penaeid. Menurut Sheridan et al. (1984)
ton. Indonesia menduduki peringkat pertama
Indonesia memiliki potensi besar dalam
untuk produksi Pennaeus merguensis sebesar
sumberdaya udang, terutama jenis Penaeus
40.098 ton atau 70 % dan P. monodon sebesar
merguiensis. Spesies ini dominan di wilayah
17.599 ton atau 90% dari total masing-masing
Pasifik tengah bagian barat (Western Central
jenis di seluruh dunia (Sheridan et al, 1984).
Pacific).
Komoditas udang Indonesia mencapai puncak
di
negeri sektor
tropis
Arafura dan Sekitar Irian Jaya, perkembangan
bahari.
Salah
Sebelum dikeluarkannya Keppres No.
pada tahun 1979 pada saat mencapai nilai
39 Tahun 1980 tentang Pelarangan Trawl di
ekspor
sebesar
USD
200.483.000.
Seluruh Perairan Indonesia Kecuali Laut
Diperkirakan setelah akhir dekade 70-an
Indonesia menduduki peringkat teratas dalam
berlanjut, pemerintah kemudian mengambil
produksi udang di Asia Tenggara (Unar and
tindakan dengan mengeluarkan Keppres No
Naamin, 198 4).
39/1980
Namun
dalam
tentang
Pelarangan
Trawl
atau
perkembangan
disebut juga dengan Pukat Harimau yang
berikutnya hasil tangkapan udang penaeid,
berdomisili dan beroperasi di wilayah Jawa,
semakin
menurun
karena
degradasi
Bali dan Sumatera secara bertahap dari 3500
Jumlah
Armada
meningkat
unit dan dibatasi sampai 1000 unit (Unar dan
sangat cepat tidak diimbangi dengan kebijakan
Naamin, 1984). Selanjutnya larangan itu
yang tepat. Sehingga muncul konflik sosial
diperluas secara nasional dengan pengecualian
antara nelayan kecil dengan kapal-kapal trawl.
Laut
Bahkan beberapa kajian sebelum tahun 1980
berdasarkan Instruksi Presiden No. 11 yang
melaporkan adanya indikasi persaingan antara
secara efektif berlaku pada januari 1983
nelayan
(Kusumastanto, 2003).
sumberdaya.
kecil
dengan
trawl
menurunkan
pendapatan nelayan skala kecil, sehingga mereka
menarik
sekitar
Irian
Jaya
Perairan utara Lamongan - Jawa Timur merupakan daerah udang potensial yang
mampu
terletak di sepanjang laut sebelah utara Jawa
bersaing dengan trawl, hasil tangkap semakin
Timur disamping pesisir Kabupaten Tuban
sedikit dan usaha mereka tidak mampu lagi
dan Kabupaten Gresik. Dengan karakteristik
mendukung
perairan pantai tropis, Laut utara Jawa Timur
ikan
dari
dan
kegiatan
penangkapan
diri
Arafura
karena
tidak
kehidupan
keluarganya
(Kusumastanto, 2003).
memiliki potensi kandungan sumberdaya alam
Meskipun selanjutnya pelarangan Trawl
yang tinggi. Pada wilayah pesisirnya banyak
dikeluarkan dengan latar belakang sosial
muara atau estuari dari sungai besar seperti
ekonomi, namun isu sumberdaya laut tetap
sungai Bengawan Solo dan sungai -sungai kecil
membawa peranan penting. Operasi kapal
lainnya
Trawl besar menyapu bersih apa saja yang
Sebelum KEPPRES No. 39 Th. 1981,
terdapat didepannya tanpa pandang bulu dan
banyak
seleksi, termasuk ikan dan udang-udang kecil
bermodal besar beroperasi di perairan ini,
yang seharusnya dibiarkan lolos agar dapat
konflik nelayan kecil dengan nelayan trawl
berkembang biak kembali. Nelayan tradisional
besar juga terjadi di daerah ini sebagai imbas
mulai
sumberdaya
dari konflik trawl secara nasional. Setelah
dengan semakin menurunnya ukuran dan
diberlakukan undang-undang itu nelayan lebih
jumlah hasil tangkap yang berarti menurunnya
dikonsentrasikan pada aktivitas penangkapan
pendapatan
Nilai
ikan-ikan pelagis. Beberapa alat tangkap yang
ekspor nasional juga mengalami penurunan
digunakan diantaranya dogol, cantrang, payang
hingga USD 185.100.000 pada tahun 1980
dan purse seine.
merasakan
kelangkaan
(Kusumastanto,
2003).
(Unar and Naamin, 1984).
Kegiatan
Untuk meningkatkan produksi yang dihasilkan
oleh
nelayan
kapal-kapal
tradisional
trawl
penangkapan
dari
nelayan
udang
juga
dilakukan oleh nelayan Weru Kecamatan
serta
Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Di
menghindari ketegangan sosial yang terus
daerah ini banyak nelayan menggunakan alat
tangkap payang dasar yang dimodifikasi
Sebelum tahun 1980 Indonesia termasuk
sehingga dapat dikategorikan sebagai alat
dalam negara-negara penghasil udang penaeid
tangkap trawl. Permasalahan yang dihadapi
terbesar di dunia, terutama pada jenis Penaeus
nelayan weru saat ini adalah banyaknya jumlah
merguensis, P. monodon dan Metapenaeus spp.
armada dan menurunnya hasil tangkapan
Produksi P. merguiensis mencapai 70 % dan P.
udang penaid dari waktu ke waktu. Penurunan
monodon mencapai 90 % dari total produksi
hasil tangkapan ini memberikan tanda tanya,
masing-masing jenis di seluruh dunia.
sejauh manakah tingkat pemanfaatan udang di
Penangkapan udang penaeid dila-
Laut Utara Lamongan Jawa Timur pada saat
kukan pada hampir seluruh daerah pesisir di
KEPPRES tentang Pelarangan Trawl masih
Indonesia, khususnya di perairan dangkal
berlaku.
dekat daerah estuaria dan mangrove. Dari mana
lebih dari 42 spesies penting ditangkap,
tingkat pemanfaatan udang penaeid dan
Untuk
beberapa spesies penting diantaranya adalah:
membuka kembali akses nelayan terhadap
banana (P. merguiensis, P. indicus, P. chinensis),
sumberdaya udang, perlu kiranya diteliti sejauh
tiger ( P.monodon dan P.semisulcatus), king ( P.
mana
kematian,
latisulcatus ), endeavour (Metapenaeus monoceros,
rekruitmen dan laju penangkapan udang
M. ensis, M. elegans), rainb ow atau cat
penaeid guna memperoleh informasi ilmiah
(Parapenaeopsis sculptilis, P. coromandelica, P.
tentang sumberdaya udang penaeid daerah
gracillima) dan udang pink (Solenocera crassicornis)
tersebut.
(Unar and Naamin, 1984).
tingkat
mengetahui
sejauh
pertumbuhan,
Udang Penaeid termasuk dalam kelas II. TINJAUAN PUSTAKA
Crustacea, secara lengkap klasifikasi udang
Udang Penaeid merupakan makanan
penaeid
menurut
Fabricius,
1798
dalam
laut (seafood) bernilai tinggi, sebagian besar
Naamin 1984 adalah sebagai berikut:
didapatkan dari daerah-daerah pesisir tropis
Phylum : Arthropoda Class : Crustacea Sub class : Malacostraca Series : Eumalacostraca Superorder : Eucarida Order : Decapoda Sub Order : Natantia Section : Penaeidea Family : Penaeidae Sub Family : Penaeinae Genus : Penaeus Gambar morfologi udang Penaeid disajikan
dangkal
yang
hangat
di
seluruh
dunia.
350
LU dan
Umumnya mereka hidup diantara
LS. Tidak kurang dari 97 spesies yang termasuk dalam famili Penaeidae. Berdasarkan statistik perikanan global yang diterbitkan Badan Pangan se-Dunia (Food and Agriculture Organization of United Nations /FAO) tahun 1979,
21
spesies
diantaranya
memiliki
kontribusi penting atas hasil tangkapan dunia yaitu sebesar 1.474.176 ton (Sheridan, et.al., 1984) Perikanan udang di perairan Indonesia berkembang
cepat
sejak
digalakkan
pengoperasian trawl pada sekitar tahun 1966.
pada Gambar 1.
a
b
Gambar 1. Morfologi udang penaeid (Anonymous, 2004a) Tubuh udang secara umum dibagi
c
menjadi tiga bagian, yaitu kepala (anterior), tengah (thorax) dan abdomen (posterior ). Bagian kepala dan thorax bergabung menjadi satu membentuk cephalothorax
yang
dibungkus
karapas pada bagian punggung (dorsal) dan
d
Gambar 2. Letak organ kopulasi: (a) udang jantan, (b) udang betina (Anonymous, 2004a) dan morfologi organ kopulasi (c ) petasma (d) thelycum . (Anonymous, 1998).
- Udang Putih (banana/ white prawn)
samping (lateral). Mempunyai lima pasang kaki
Merupakan jenis udang yang banyak
jalan (pereiopods) yang terletak pada bagian
tersebar di pesisir samudera Hindia. Hidup di
ventral chepalothorax dan lima pasang kaki
dasar perairan berlumpur antara 10 hingga 45
renang ( pleopods) yang terletak pada bagian
meter. Masa juvenil dihabiskan di estuari dan
ventral abdomen (Burukovskii, 1985).
hampir seluruh fase dewasa berada di laut.
Jenis kelamin ditentukan ditentukan dengan
melihat
organ
genital,
petasma
merupakan organ genital yang dimiliki oleh
Ukuran panjang tubuh bisa mencapai 24 cm (Anonymous,
2004b).
Bentuk
morfologis
udang putih ditunjukkan pada Gambar 3a.
udang jantan dan thelycum merupakan organ kelamin betina. Orga n petasma terletak di thorax bagian dada (ventral), tepatnya di
- Udang Krosok (green tiger prawn) Spesies ini banyak tertangkap oleh
tengah -tengah dua pasang kaki jalan ( pereiopods)
trawl
paling belakang (kaki ke 4 dan ke 5). Bagian
berlumpur pada kedalaman antara 1 - 130
ini terbentuk dari kaki renang pertama bagian
meter. Fase juveniles berada di estuaria
depan (anterior abdominal pleopods). Proses
dewasa di laut. Banyak ditemukan menyebar
berbentuk pipa yang kaku digunakan untuk
luas dari indo-Pasifik barat, dari timur dan
menyalurkan sperma ke thelycum betina.
bagian tenggara afrika hingga, teluk persia,
Organ kopulasi udang betina (thelycum ) terletak
mengelilingi
pada thorax bagian dada diantara dua pasang
kepulauan
kaki jalan (pereiopods) paling belakang (kaki ke 4
barat. (Anonymous, 2004).
dan ke 5). Gambar organ kopulasi jantan
Morfologi
disajikan pada Gambar 2.
Gambar 3b.
di
dasar
sub
perairan
benua
berpasir
India,
atau
hingga
Melayu, Jepang dan Australia udang
krosok
disajikan
pada
pertambahan panjang, pertambahan berat, pertambahan jumlah populasi, pertambahan otolith, sisik, operculum, atau bagian tubuh 3a
lainnya (termasuk cangkang karapas bagi
3b
Gambar 3. Morfologi P. merguiensis (a) dan P. semisulcatus (b) (Anonymous, 2004b). Menurut pengamatan
Penn
(1981)
udang) dihubungkan dengan umur ikan. Studi tentang pertumbuhan pada dasarnya adalah untuk
menentukan
pertambahan
ukuran
terhadap tingkah laku spesies penaeus yang
sebagai fungsi dari umur atau waktu ; W(t) =
dilakukan teluk di Meksiko, secara umum ada
f(t). oleh karena itu estimasi stok ikan dan
3 tingkah laku udang penaeid yaitu :
udang umunya bekerja dengan data komposisi
(1) Selalu muncul pada malam hari (strongly nocturnal), sering juga tidak aktif atau membenamkan diri sebagai-mana dilakukan sepanjang hari. Con-tohnya P. duodarum . (2) Pada umumnya aktif secara terus menerus di
malam
hari
atau
nokturnal
dan
membenamkan diri sepanjang hari. Jarang membenamkan diri dan aktif secara terus menerus, misalnya P. setiferus .
umur.
laku ini ada hubungannya dengan masa perkawinan dan pemijahan (Racek, 1959 dalam Naamin, 1984). Namun yang jelas kebiasaan dilakukan diri
dari
untuk
predator
dan
serangan-serangan lain dari luar. Secara khas (tipically) udang membentuk kelompok yang padat dimana bisa menimbulkan kekeruhan secara intensif dan terlokalisir. Kekeruhan yang demikian sudah dikenal sebagai “didihan lumpur”
(mud boils)
yang
oleh
nelayan
merupakan suatu tanda adanya kelompok udang (Lucas et al., 1979 dalam Naamin, 1984). Pertumbuhan
spesies yang mempunyai hubungan nyata antara ukuran panjang karapas dengan kondisi musim tahunan. Hal ini lebih diperjelas lagi bahwa hampir setiap spesies mempunyai masa pemijahan relatif singkat, sehingga suatu kelompok ikan (cohort) terpisah dari kelompok lainnya dalam perbedaan satu tahun musim
yang sangat cepat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Naamin (1984) di perairan Arafura meguiensis
menunjukkan
bahwa
pertum-buhannya
udang cepat,
P. yaitu
dengan koefisien laju pertumbuhan K = 1,625 per tahun. Umurnya pendek, tidak sampai dua tahun (maksimum 20 bulan) dan tertangkap oleh pukat berumur antara 4 – 15 bulan. Lebih dari 50 % diantaranya berumur antara 5 – 7,5 bulan dengan panjang karapas antara 29 – 33,5 mm. Selain pertumbuhannya yang cepat, laju kematian udang penaeid di selat Madura berdasarkan penelitian Martinus dkk. (1999) cukup tinggi (Z = 2,6 – 7,5), laju kematian
sebagai laju perubahan ukuran (bagian tubuh)
alamiah juga cukup tinggi (M = 0,75-4,0). Ada
ikan
indikasi bahwa stok udang penaeid di selat
Pertumbuhan
bisa
bisa
Udang penaeid memiliki pertum-buhan
dikatakan
berdasarkan
ikan
terhadap
(Wiadnya, dkk., 1997)
dan menggerombol (schooling). Diduga tingkah
mengamankan
analitis
pertumbuhan ikan berawal dari tingkah laku
Udang penaeid senang berkelompok
menggerombol
Pendekatan
perubahan
waktu.
diekspresikan
sebagai
Madura belum di manfaatkan secara optimal,
luas areal hutan mangrove di suatu daerah,
terbukti dari nilai laju kematian penangkapan
maka semakin tinggi produksi udang yang
yang relatif kecil (F = 0,1– 4,1), sehingga laju
ditangkap di daerah tersebut.
pengusahaan (Exploitation Rate, E = 0,1-0,56). Udang penaeid di perairan tersebut umumnya III. METODOLOGI
masih underfishing.
Metode
Pola rekruitmen sebagian besar stok ikan tropis bersifat kontinyu sepanjang tahun dengan
“osilasi”
(fluktuasi)
musiman
sehubungan dengan adanya pengaruh angin
penelitian
ini
yang
digunakan
dalam
adalah
metode
survei.
Pengambilan sampel dilakukan selama 3 bulan (Agustus – Oktober 2004) dengan 5 kali pengambilan sampel untuk mendapatkan nilai
pasat (monsoons) (Wiadnya, dkk., 1997). Pola penambahan baru P. semisulcatus di
parameter pertumbuhan L∞ dan K dari kohort
Laut Pangkep Sulawesi Selatan seperti yang
yang telah teridentifikasi. Interval waktu antar
dilaporkan
oleh
Widiyanti
(2002)
sampling
menunjukkan
bahwa
rekruitmen
hampir
pemikiran bahwa waktu jeda antara waktu
puncak
ganti cangkang (intermoulting) udang penaeid
terjadi
sepanjang
tahun
dengan
pemijahan pada bulan Januari – Maret, Mei – Juli dan September. Demikian pula pola
adalah
15
hari
dengan
dasar
adalah 16 – 19 hari. Dalam penelitian ini, model analisa
yang mengalami
yang akan digunakan adalah model analitik.
puncak penambahan baru pada bulan Januari
Model analitik merupakan model untuk
– Juli dan Desember.
struktur umur (atau panjang karapas dan berat
rekruitmen M. monoceros
Penambahan baru udang penaeid di
udang), bekerja dengan konsep laju mortalitas
Selat Madura hampir terjadi sepanjang tahun
dan laju pertumbuhan individu. Konsep dasar
dengan dua puncak, yaitu bulan Mei – Juli dan
dalam model struktur umur adalah “cohort”.
Oktober – Januari. Puncak penambahan baru
Guna membantu dan menghasilkan
bulan Mei – Juli diduga berasal dari puncak
beragam analisa akurat, digunakan alat bantu
musim pemijahan pada bulan Nopember –
perangkat lunak / software FAO ICLARM
Desember. Antara musim pemijahan dan
Stock Assessment Tool (FISAT) Version 1.1.2.
puncak penambahan baru diperlukan waktu
Model umum yang dipakai untuk menentukan
antara 5-7 bulan (Martinus, dkk.,1999)
Parameter
pertumbuhan
Naamin
menggunakan model standar dalam dinamika
(1984) peranan hutan mangrove dalam daur
populasi, yaitu persamaan von Bertalanffy.
hidup udang penaeid (dalam hal ini udang
(Hilborn and Walters, 1992), yaitu:
jerbung)
L∞ (1 – e – k ( t - t0 ) )
Berdasarkan
memiliki
penelitian
korelasi
positif
antara
kerapatan hutan pada satu daerah dengan produksi (maximum sustainable yielc per kilometer persegi (MSY) per kilometer persegi) udang penaeid di perairan yang berhadapan dan di sekitar mangroove tersebut. Berarti semakin
Lt
=
Dimana L t = panjang karapas udang pada umur t (mm), L ∞ = panjang asimptotik, K = koefisien pertumbuhan udang untuk mencapai
L ∞ (tahun) dan t0 = pertumbuhan pada tahun
simulasi frekuensi panjang karapas adalah
ke 0.
persamaan von Bertalanffy, yaitu Selanjutnya persamaan tersebut dipadu
dengan
model
power
untuk
Z=
mengetahui
∞
hubungan panjang-berat melalui persamaan: Wt = a L t b , dimana Wt = berat udang pada umur ke t, L t = panjang karapas udang pada umur ke t, a dan b = konstanta regresi dari persamaan. Data frekuensi panjang dengan interval waktu yang konstan memungkinkan untuk dilakukan analisis pergeseran modus (Modal Progression Analysis). Dengan menggunakan rutin metode Battacharya pada FISAT II dapat
diperoleh
perkembangan
modus
(kohort) asal interval intersampling konstan (Sparre et al., 1989). Dalam
proses
analisis
metode
Battacharya ada dua input penting untuk memperoleh pola kohort, input pertama adalah data yang diperlukan adalah kelas panjang sebagaimana analisis pertumbuhan von Bertalanffy terdahulu, dan input kedua adalah identifiakasi visual frekuensi setiap group memakai grafik yang telah disediakan untuk analisis ini. Fungsi yang dijalankan
Reproduksi merupakan faktor utama yang mempengaruhi pola rekruitmen. Dalam pengkajian
Dimana N i dan Ni+1 adalah frekuensi suksesif pada komponen yang sama dari satu grup udang per satu set yang ditunjukkan oleh kelompok umur (j) dan Li adalah limit kelas teratas dari N i. Nilai rata-rata distribusi normal ditentukan oleh persamaan 6, sedangkan standar deviasi ( σ )
ditentukan
dengan
persamaan 7 dan Separation Index (SI) dihitung lewat persamaan 8 (Gayanilo et al., 2002). Model
paling
sederhana
untuk
menduga laju kematian udang berdasarkan
siklus
reproduksi
dan
waktu
pemijahan, dapat digunakan analisa tingkat kematangan gonad (TKG), rasio kelamin antara jantan dan betina, dan panjang karapas saat betina pertama kali matang gonad (L50 atau Lm). Analisis populasi secara virtual dengan struktur panjang (virtual population analysis/ VPA) beradasarkan teori Jones and Van Zalinge
yang
diterapkan
untuk panjang.
mengakomodasi
data
frekuensi
Tujuan
yang
diharapkan
output
adalah
simulasi grafis dari plot udang yang hidup (survivors),
kematian
alami
tertangkap (catches) dan
(natural losses),
perkiraan kematian
akibat penagkapan (fishing mortality) (Gayanilo, et.al., 2002). IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
adalah persamaan : Ln (Ni+1) – ln(N i ) = aj + bj .Li,
K [l∞ − lˆ] [lˆ − l ]
Perairan
laut
utara
kabupaten
Lamongan Jawa Timur tergolong perairan potensial bagi kegiatan penangkapan udang, Meskipun
data
menunjukkan
Statistik bahwa
Jawa perairan
Timur ini
menyumbangkan 3,12 % dari total produksi udang di Jawa Timur (Anonymous, 2002c), namun pada kenyatannya hasil produksi udang penaeid di perairan tersebut jauh lebih besar dari data yang dicatat oleh dinas perikanan terkait.
Nelayan udang sebagian besar berasal
pengelolaan diserahkan pada Koperasi Unit
dari desa Weru Kecamatan Paciran Kabupaten
Desa. Saat ini TPI Weru dikelola secara
Lamongan,
pangkalan
swadaya oleh pedagang-pedagang pengepul
pendaratan ikan / PPI (fishing base) udang
yang menggunakan fasilitas tersebut. Jumlah
utama di sepanjang pesisir utara Jawa Timur.
pedagang pengepul di TPI Weru + 10 orang,
Desa yang mem iliki luas wilayah 9,355 Ha ini
masing-masing pengapul mempunyai tenaga
yang
merupakan
terletak pada titik koordinat o
6o
52’ 12” LS 112
bantu sebanyak 7 – 10 orang.
25’ 48” BT berjarak 13 Km dari pusat
pemerintahan kecamatan dan 43 Km dari pusat pemerintahan kabupaten berbatasan langsung
dengan
kabupaten
Gresik
(Anonimous, 2003). Berdasarkan
data
monografi
penduduk, jumlah warga desa Weru yang bermata pencaharian sebagai nelayan sebanyak
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan
keterangan
nelayan
setempat, ada tujuh daerah penangkapan utama udang penaeid di Laut Utara Lamongan Jawa Timur. Ketujuh daerah tersebut tersebar mulai dari sebelah utara Paciran hingga daerah aluran pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
1.875 orang atau 97 % dari seluruh angkatan kerja yang berjumlah 1.934 orang. Sementara menurut data statistik perikanan Pelabuhan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan tahun 2002 (seperti pada Tabel 4), jumlah nelayan di Weru kompleks sebanyak 6.270 orang (Anonymous 2002), selebihnya nelayan
Operasi penangkapan udang penaeid dengan
alat
tangkap
mini
trawl
hanya
dilakukan di sekitar pantai dengan variasi kedalaman 3 hingga 15 meter. Lokasi shrimp gound tidak terlepas dari keadaan lingkungan sekitar, sebab hampir seluruh shrimp ground
berasal dari desa-desa sekitar yang berbatasan
tersebar mengelilingi muara sungai Bengawan
langsung dengan desa Weru.
Solo. Di sekitar muara sungai ini terdapat
Hampir seratus persen perahu yang berlabuh
di
menggunakan
PPI tenaga
Weru penggerak
hutan bakau (mangroove) cukup lebat sehingga
kompleks
diduga wilayah ini merupakan daerah asuhan
motor.
(nursery ground) utama udang penaeid dalam
Menurut laporan terakhir jumlah armada penangkapan di Weru kompleks pada tahun 2001 berjumlah 1.762 unit. Jumlah ini
menjalani proses re stocking. Hubungan Panjang dan Berat Hasil analisis dari hubungan panjang
meningkat 4,7 % dari tahun sebelumnya dan
karapas
sekitar 36 % dari tahun 1999.
merguiensis) dan Udang Krosok (P. semisulcatus)
dengan
berat
udang
Putih
( P.
Pangkalan pendaratan ikan Weru
menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang
dilengkapi dengan tempat pelelangan ikan /
karapas lebih cepat daripada pertumbuhan
TPI khusus menampung udang penaeid dan
beratnya, artinya pertumbuhan kedua jenis
beberapa ikan dasar lainnya yang merupakan
udang tersebut bersifat allometrik. Persamaan
hasil sampingan. TPI Weru dibangun oleh
pertum-buhan panjang kedua jenis udang
pemerintah
adalah :
daerah
setempat,
sementara
™ P. merguiensis : W = 0,0051.L 2,04 ™ P. semisulcatus : W =
0,0051.L 2,04
Kematian (mortality) Nilai duga laju kematian total (Z) diperoleh dari rutin Length-Converted Catch
Parameter Pertumbuhan Dari hasil perhitungan dapat diketahui
Curve
bahwa laju pertumbuhan udang P. merguiensis
telah didapatkan dari perhitungan terdahulu.
lebih lambat dengan (K = 0,61 per tahun) dibandingkan dengan P. semisulcatus (1,410 per tahun), artinya untuk mencapai ukuran yang sama, udang Krosok memerlukan waktu lebih singkat
daripada
udang
Putih.
Dengan
demikian kelas umur pada P. merguiensis lebih
pada
FISAT
II
dengan
cara
memasukkan parameter pertumbuhan yang Nilai duga kematian alami (M) dihitung berdasarkan
persamaan
Pauly
dan
nilai
kematian karena penangkapan (F) dihitung dari pengurangan kematian total dengan kematian
alami.
Nilai
kematian
udang
disajikan pada tabel dibawah ini.
banyak karena umur lebih panjang daripada P. semisulcatus. Waktu pada saat larva berumur 0 (t0) diperoleh dengan analisis visual pada grafik pertumbuhan pada Gambar 4 berikut ini.
Berdasarkan nilai mortalitas di atas dapat
disimpulkan
bahwa
P.
merguiensis
memiliki nilai kematian total, kematian alami dan kematian penangkapan lebih rendah daripada P. semisulcatus. Perbedaan kematian alami antara kedua spesies tidak begitu besar, namun tampak ekstrim pada kematian karena tekanan eksploitasi.
a
Diduga kecilnya kematian karena penangkapan pada P. merguiensis disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan dan rekruitmen serta ukuran yang relatif lebih kecil, sehingga peluang kelulus hidupan pada udang ini cukup besar. Grafik kematian karena penangkapan
b Gambar 4. grafik pertumbuhan P. merguiensis (a), P. semisulcatus (b).
diperoleh dari analisis populasi virtual (virtual population analysis) yang tersedia dalam FISAT II disajikan pada Gambar 5.
Sehingga persamaan pertumbuhan von Bertallanfy udang Penaeid di perairan utara Lamongan Jawa Timur berdasarkan data frekuensi panjang karapas selama periode Agustus – Oktober yaitu: P. merguiensis: Lt = 44,1 (1– e
-0,61 ( t + 0,27))
P. semisulcatus : Lt = 69,3 (1–e -1,41 (t + 0,99))
Ukuran minimum spesimen udang P. merguiensis yang matang gonad (Lm) adalah panjang
karapas
semisulcatus Gambar 5. Hasil analisis populasi vitual FiSAT terhadap P.merguiensis (atas) dan P.semisulcatus (bawah) selama penelitian.
40,99
mencapai
mm.
Udang
kematangan
P.
gonad
pertama kali (Lm) saat mencapai panjang karapas 56,62 mm Musim pemijahan dapat diduga melalui
Pola Rekruitmen Dua model analisis yang diterapkan dalam mengetahui pola rekruitmen adalah melalui rasio prosentase jenis kelamin dan analisis pola rekruitmen (recruitment patterns) pada program FISAT II.
sebaran frekuensi udang betina yang matang gonad dan siap untuk bertelur, yaitu udang betina pada tingkat kematangan gonad (TKG) III dan IV. Penyebaran frekuensi udang betina yang matang gonad disajikan dalam Gambar 7. Prosentase tingkat kematangan gonad betina P.merguiensis
Adanya perbedaan rasio yang cukup 100%
besar antara individu jantan dan betina yang
90% 80%
mencapai 1 : 3 menyebabkan penambahan
70%
TKG 0
60%
TKG 4
50%
TKG 3
40%
baru (recruitment) tidak terjadi sepanjang tahun,
TKG 2
30%
TKG I
20% 10%
melainkan mencapai puncaknya pada bulanbulan
tertentu.
Udang
Putih
0% 1
2
3
4
5
Sampling ke
mengalami
Prosentase tingkat kematangan gonad betina P.semisulcatus
puncak rekruitmen pada bulan Juli, yaitu sebesar 28,02 % sedangkan udang Krosok pada
bulan
Agustus
dengan
prosentase
sebesar 20,87%. Pola rekruitmen P. merguiensis dan P. semisulcatus
berdasarkan
frekuensi
ukuran
panjang sampel disajikan pada gambar 6 berikut ini.
90% 80% 70%
TKG 5
60% 50%
TKG 4
40% 30%
TKG 2
TKG 3 TKG 1
20% 10% 0% 1
2
3 Sampling ke
4
5
Gambar 7. Penyebaran frekuensi udang betina yang matang gonad. Mengacu pada gambar diatas dapat
Pola rekruitmen P. merguiensis
30 25 Rekruitmen
Prosentase kematangan
100%
20
diketahui bahwa bulan Agustus merupakan musim memijah bagi P. merguiensis tetapi tidak
15 10
bagi P. semisulcatus. Puncak proporsi betina
5 0 1
2
3
4
5
6 7 Bulan
8
9
10 11 12
matang gonad P. merguiensis berada pada akhir Agustus
Pola rekruitmen P. semisulcatus
25
(35,23%)
dan
akhir
September
(35,63), diduga periode rekruitmen adalah
Rekruitmen
20
diantara kedua periode tersebut. Sedangkan
15 10
rekruitmen P. semisulcatus mencapai puncaknya
5 0 1
2
3
4
5
6 7 Bulan
8
9
10 11 12
Gambar 6. Pola rekruitmen kedua jenis udang selama periode penelitian.
pada awal September dengan prosentase sebesar 20 %.
Laju Penangkapan
perbandingan
antara
kematian
akibat
Berdasarkan analisis Yield per Recruit
penangkapan dengan total kematian (E = F /
Relatif Beverton dan Holt, udang Putih
Z) sebesar 0,13. Dengan asumsi bahwa stok
mengalami tekanan eksploitasi yang lebih
tereksploitasi secara optimal pada saat F = M
rendah dari udang Krosok namun mengalami
atau E = 0,5 (Gulland, 1971 dalam Pauly, et.
rekruit lebih tinggi. Ukuran terkecil yang
al., 1984) dapat dikatakan udang ini dalam
paling banyak tertangkap adalah pada saat
kondisi
mencapai panjang L50. Kurva hubungan Yield
underfishing. Berbeda dengan yang dialami oleh
per Rekruit Relatif dengan Biomass per
P. semisulcatus, yang memiliki F = 5,08 dan E =
Rekruit Relatif pada kedua jenis udang
0,74. Frekuensi panjang karapas spesies ini
disajikan pada Gambar 8.
memberitahukan bahwa dia berada dalam
tekanan
eksploitasi
kecil
atau
tekana n eksploitasi yang besar, bisa dikatakan dalam keadaan overfishing. Secara umum status udang penaeid pada seluruh spesies yang tertangkap di perairan utara Lamongan Jawa Timur belum bisa ditentukan dalam kondisi overfishing
atau
underfishing. Status penangkapan diatas hanya berlaku bagi kedua jenis udang yang diteliti. Untuk menentukan status penangkapan udang penaeid
secara
menyeluruh,
perlu
ada
penelitian lebih lanjut pada udang-udang Gambar 8. Kurva hubungan Yield per Rekruit Relatif dengan Biomass per Rekruit Relatif pada kedua jenis udang. Perpotongan kurva parabolik (Yield)
penaeid lainnya. Tetapi berdasarkan penelitian pada kedua spesies diatas, sementara diduga status penangkapan di perairan tersebut underfishing.
dengan kurva eksponensial (catch per unit effort /CpuE) menunjukkan posisi perpotongan
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
P.merguiensis masih jauh dari maximum yield dan dalam
pertumbuhan
menuju
overfishing
Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat
dikemukakan
beberapa
kesimpulan
(growth overfished), sedangkan P. semisulcatus
sebagai berikut :
mendekati
yang
1. Kondisi pertumbuhan udang putih (Penaeus
berarti sedang mendekati overfishing (nearly
merguiensis) dan udang krosok (P. semisulcatus)
overfished).
bersifat allometris. P. merguiensis menunjukkan
puncak
maximum
yield
Pembahasan Umum Berdasarkan nilai duga laju kematian akibat penangkapan udang P. merguiensis (F = 0,17), diperoleh nilai laju eksploitasi dari
pertumbuhan
yang
jauh
dari
kondisi
isometris yaitu 2,04 dan sedangkan P. semisulcatus mempunyai nilai b mendekati 3 yaitu 2,9, artinya jenis ini hampir isometris.
2. Laju pertumbuhan kedua jenis udang dan cukup cepat, namun pertumbuhan Penaeus
dan P. semisulcatus pada bulan Agustus – September.
merguiensis tidak secepat Penaeus semisulcatus.
5. Tingkat eksploitasi kedua jenis udang masih
P. merguiensis mempunyai laju pertumbuhan
tergolong rendah (under exploited), namun
K = 0,61 pertahun dan mencapai panjang
perlu kajian lengkap pada spesies-spesies
infinit (L
lain untuk penilaian tingkat eksploitasi
karapas.
8)
sebesar 44,1 mm panjang
Sementara
P.
semisulcatus
udang penaeid secara menyeluruh. Status
mempunyai laju pertumbuhan K = 1,41
pemanfaatan kedua jenis udang udang
pertahun dan mencapai panjang infinit (L 8 )
masih berada dibawah Maximum Sustainable
sebesar 69,3 mm panjang karapas. Panjang
Yield /MSY atau dalam kondisi underfishing.
udang pertama kali matang gonad (Lm) P.
Nilai Y’/R relatif P. merguiensis
merguiensis
sebesar
sebesar 40,99 mm panjang
0,023 dengan ukuran panjang pertama kali
karapas dan P. semisulcatus sebesar 56,62 mm
tertangkap Lc =15,81 mm panjang karapas,
panjang karapas.
lebih kecil daripada P. semisulcatus sebesar
3. Laju kematian / mortalitas total (Z) P.
0,042 dengan Lc = 19,11 mm panjang
merguiensis sebesar 1,31 pertahun dengan
karapas. Masing-masing nilai Y’/R berada
perincian kematian alami M = 1,14 dan
dibawah kondisi maximum yield atau sedang
kematian penangkapan F = 0,17. Laju
berjalan menuju maximum yield.
kematian total P. semisulcatus Z = 6,82
Beberapa saran yang dapat menjadi
dengan perincian kematian alami M = 1,74
bahan
dan kematian penangkapan F = 5,08.
perumusan kebijakan mengenai pengelolaan
Berdasarkan nilai laju eksploitasi E tampak
sumberdaya udang penaeid di Laut Utara
laju eksploitasi P. merguiensis
Lamongan – Jawa Timur adalah:
tergolong
pertimbangan
pemerintah,
kajian
perlu
dan
rendah karena dibawah 0,5 (E = 0,13),
(1)
sementara laju eksploitasi P. semisulcatus
penegakan aturan yang jelas baik berupa
sangat tinggi melebihi 0,5 (E = 0,74).
aturan
4. Perbendaan rasio antara jantan dan betina
Bagi
untuk
perundang-undangan
adanya
(task
force)
maupun
penegakan
hukum.
mencapai 1 : 3 menyebabkan penambahan
berkaitan
dengan
strategi
baru (recruitment) tidak sepanjang tahun.
sumberdaya berjelanjutan, yaitu:
Berdasarkan analisa proporsi udang betina
• Menekan laju penangkapan dengan cara
matang gonad, puncak rekruitmen terjadi
mengurangi jumlah armada penangkapan
pada bulan Agustus untuk P. merguiensis dan
trawl di TPI Weru kompleks yang terlalu
bulan
banyak dengan mengalihkan jenis alat
september
sedangkan
analisa
untuk P. semisulcatus, frekuensi
panjang
menunjukkan pola rekruitmen P. merguiensis
Aturan
ini
manajemen
tangkap atau pembatasan trip. • Menentukan ukuran mata jaring (mesh size)
mencapai puncaknya pada bulan Juli dan P.
terkecil.
semisulcatus pada bulan Agustus. Dapat
didasarkan pada panjang udang pertama kali
disimpulkan bahwa puncak rekruitmen P.
tertangkap Lc.Ukuran mata terkecil yang
merguiensis terjadi pada bulan Juli – Agustus
Ukuran
mata
jaring
terkecil
disarankan adalah 25 mm pada bagian kantong. • Penentuan musim dan daerah tertutup bagi kegiatan penangkapan udang. Penentuan musim
didasarkan
pada
puncak
pola
rekruitmen, yaitu pada bulan Agustus – September.
Penentuan
daerah
tertutup
(closed area) disarankan adalah daerah-daerah asuhan udang (nursery ground) utama di perairan utara Lamongan Jawa Timur. (2)
Bagi
Perguruan
Tinggi,
kegiatan
perikanan udang di daerah ini juga perlu mendapat perhatian lebih mengingat daerah ini memiliki permasalahan cukup serius dalam hal pengendalian operasi ilegal armada alat tangkap mini trawl yang terlalu banyak, yaitu sekitar 3000 armada. Sehinga perlu ada kajian lebih lanjut tentang bagaimana penataan, pengaturan
dan
penangkapan
supaya
standardisasi kondisi
armada
sumberdaya
udang tetap terjaga. Pencatatan data frekuensi panjang, jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad jenis udang lainnya udang dalam rentang waktu 10 – 12 bulan dalam konteks kajian penelitian
maupun
program
mahasiswa
perlu
dilakukan
mendapatkan
gambaran
utuh
riset
line untuk
mengenai
dinamika udang penaeid di daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 1998. Bioinformatics Centre, National Institute of Oceanography, Dona Paula, Goa, India. www.indianocean.org Anonymous, 2002c. Laporan Statistik Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur Tahun 2002. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur. Surabaya
Anonymous, 2004a. Commercial Prawns in Hong Kong Waters. www.hk-fish.net. Anonymous, 2004b. Shrimp www.KGTgroup.com
Library.
Bal, D.V. and K.V. Rao, 1984. Marine Fisheries, Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. New Delhi. 441 hal Burukovskii, R.N., 1985. Key To Shrimps and Lobsters. AA. Balkema. Rotterdam Gayanilo, F.C., P. Sparre and D. Pauly. 2002. FiSAT II User’s Guide. Food and Agriculture Organization Of The United Nations. Rome. Gulland, J.A., 1971. The Fish Resources of The Ocean. Fishing News Book Ltd. London. 255 hal. Hilborn, R. and C. J. Walter, 1992. Quantitative Fisheries Stock Assessment: Choice, Dynamics and Uncertainity. Chapman & Hall Inc. London. 570 Hal. Kusumastanto, T., 2003. Ocean Policy Dalam Membangun Negeri Bahari di Era Otonomi Daerah. PT Gra-media Pustaka Utama. Jakarta. 160 hal Martinus, D. Setyohadi dan T.D. Lelono. 1998. Dinamika Populasi Udang Putih (Penaeus merguiensis deMan ) Untuk Perikanan Rakyat Di Perairan Selat Madura Serta Alternatif Pengelolaannya. Fakultas Perikanan UNIBRAW. Malang Penn, J.W., 1984. The Behavior and Catchability of Some Commercially Exploited Penaeids and Their Relationship to Stock and Recruitment. In Penaeid shrimps – Their Biology and Management (Eds Gulland, J.A & B.J. Rothschild). Fishing News Book Limited. England. Sparre, P., E. Ursin and S.C. Venema, 1989. Introduction to Tropical Fish Stock Assessment; Part 1. Manual. FAO Fisheries Technical Paper . No. 306.1. Rome, FAO. 337p.
Sheridan, P.F., J.A. Browder, and J.E. Powers, 1984. Ecological Inter -actions Between Penaeid Shrimp and Bottomfish Assemblages. In Penaeid shrimps – Their Biology and Management (Eds Gulland, J.A & B.J. Rothschild). Fishing News Book Limited. England. Unar, M. and N. Naamin, 1984. A Riveiew of the Indonesian Shrimp Fisheries and Their Management. In Penaeid shrimps – Their Biology and Management (Eds Gulland, J.A & B.J. Rothschild). Fishing News Book Limited. England. Wiadnya, D.G.R., T.J. Lelono dan D. Setyohadi, 1997. Bahan Bacaan Mata Kuliah Dinamika Populasi Ikan. ; sumber asli : Introduction to Tropica Fish Assessment Part L Manual by Per Sparre, Erik Ursin, Siebren C. Venema terbitan FAO Fissheries Technikal Paper 306/1 Roma tahun 1989. Fakultas Perikanan UNIBRAW. Malang. Widiyanti, S.E., 2002. Estimasi Pertumbuhan, Pola Rekruitmen dan Distribusi Udang Penaeid (Penaeus semisculatus de Haan dan Metapenaeus monoceros Fabricius) di Perairan Laut Pangkep, Sulawesi Selatan. Thesis. Program Pascasarjana UNIBRAW. Malang.