2.7 Diagnosis Diabetes Gestasional Skrining awal diabetes melitus gestasional adalah dengan cara melakukan pemeriksaan beban 50 g glukosa pada kehamilan 24-28 minggu. Untuk tes ini pasien tidak perlu puasa. Kadar glukosa serum plasma yang normal harus kurang dari 130 mg/dl (7,2 mmol/l) atau kurang dari 140 (7,8 mmol/l). Dengan memakai nilai 130 mg/dl atau lebih akan meningkatkan sensitivitas tes sekitar 80-90%, tetapi menurunkan spesifisitasnya dibanding bila dipakai nilai 140 mg/dl atau lebih. Apabila yang dipakai hanya nilai 130 mg/dl, hal ini akan meningkatkan terdeteksinya kasus diabetes melitus gestasional yang berarti akan meningkatkan hasil positif palsu. Oleh karena itu, untuk mendeteksi adanya diabetes melitus gestasional sebaiknya tidak dipakai hanya satu nilai, tetapi keduanya 130 mg/dl dan 140 mg/dl.1,2 Hasil tes satu jam yang abnormal harus dilanjutkan dengan pemeriksaan beban 100 g glukosa. Selama 3 hari pasien disuruh diet yang tidak ketat, kemudian dilakukan pemeriksaan darah puasa yang diambil dari pembuluh darah vena, serta setelah 1, 2 dan 3 jam pemberian glukosa. Selama periode pemeriksaan pasien harus tetap duduk dan tidak boleh merokok. Untuk diagnosis sering dipakai kriteria dari The National Diabetes Data Group (NDDG), dan ada juga yang memakai kriteria dari Carpenter dan Coustan. Diagnosis DMG ditegakkan apabila didapatkan dua atau lebih nilai abnormal. Diagnosis yang praktis adalah menggunakan beban 75 g glukosa dan apabila ditemukan nilai > 140 mg/dl dianggap DMG dan apabila > 200 mg/dl merupakan DM yang jelas (berat).1,2 Tabel 1. Kriteria hasil abnormal setelah pemberian 100 g glukosa Three hour oral glukoce tolerance test (OGTT) pada perempuan hamil Darah
National Diabetes
Carpenter dan
Data Group
Coustan
Gula darah puasa
105 mg/dl
95 mg/dl
1 jam post 100 g glukosa
190 mg/dl
180 mg/dl
2 jam post 100 g glukosa
165 mg/dl
155 mg/dl
3 jam post 100 g glukosa
145 mg/dl
140 mg/dl
Selain penegakkan diagnosis terhadap DMG berdasarkan kriteria diatas, terdapat juga “White’s Classification of Diabetes In Pregnancy” yang mengklasifikasikan DMG menjadi :
Tabel 2. “White’s Classification of Diabetes In Pregnancy”
Tatalaksana Antepartum Tujuan tatalaksana antepartum :
1. Evaluasi prenatal umum Melakukan penatalaksanaan kehamilan trimester ketiga dalam upaya mencegah bayi lahir mati atau asfiksia serta menekan sekecil mungkin morbiditas ibu dan janin akibat persalinan. 2. Pemeriksaan perkembangan janin dengan USG yang dilakukan secara berkala untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan janin
sehingga dapat diperkirakan
waktu dan cara persalinan yang tepat. 3. Memperkirakan
maturasi
(kematangan)
paru-paru
janin
(misalnya
dengan
amniosintesis) apabila ada rencana terminasi (SC) pada kehamilan 39 minggu. 4. Pemeriksaan antenatal dianjurkan dilakukan sejak umur kehamilan 32 sampai 40 minggu. Pemeriksaan antenatal dilakukan terhadap ibu hamilyang kadar gula darahnya tidak terkontrol, yang mendapat pengobatan insulin, atau yang menderita hipertensi. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan nonstress test, profil biofisik dan indeks amnion.