Defisit Perawatan Diri.docx

  • Uploaded by: Indri Wahyuni
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Defisit Perawatan Diri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,878
  • Pages: 23
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Dibuat guna memenuhi salah satu tugas Mata kuliah: Keperawatan Jiwa II Dosen Pengampu : Rully Andika, S. Kep., MAN

Disusun oleh : Kelompok 4 1. Dewi Nur Oktaviana

( 108116039 )

2. Myelinda Ariyanti

( 1081160 )

3. Anis Isfatun Khoeriyah

( 1081160 )

4. Ayu Safitri

( 108116063 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP PRODI SARJANA KEPERAWATAN 3B TAHUN 2017 / 2018

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. ‫بِس َْم هللاِ الرحْ َم ِن الرحِ ي ِْم‬

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas semester lima ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI ”. Limpahan shalawat serta salam kita junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, Yang telah menbawa seluruh umat manusia ke dalam alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Selanjutnya, penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta yang telah memberikan semangat, motivasi, dan selalu mendoakan penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Rully Andika, S.Kep., MAN selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Jiwa II yang telah banyak membantu, meluangkan waktu, mendukung, mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Disadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun bahasanya. untuk itu diharapkan apabila ada kesalahan atau ketidaksesuaian bahasa dalam penulisan ini diharapkan koreksi yang konstruktif dari penyempurnaan makalah ini. Semoga amal dan kebaikan yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari dalam penulisan tugas ini jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas selanjutnya. Semoga tugas ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat. Amin Ya Rabball Alamin. Wassalamualaikum Wr. Wb Cilacap, 18 September 2018 Penyusun

.DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data dari WHO (World Health Organization) tahun 2011, yang di kutip dari Ikrar (2012), penderita gangguan jiwa berat telah menempati tingkat yang luar biasa. Lebih 24 juta mengalami gangguan jiwa berat. Jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, seperti fenomena gunung es di lautan, yang kelihatannya hanya puncaknya, tetapi dasarnya lebih banyak lagi yang belum terlacak. Menurut data dari Departemen Kesehatan tahun 2007, kasus gangguan jiwa di Indonesia yaitu 11,6% dari seluruh penduduk Indonesia (19,6 jt orang dari 241 jt). Pada laporan riset kesehatan dasar tahun 2007, ditemukan bahwa sebanyak 11,6% individu yang berumur 15 tahun keatas melaporkan bahwa mereka memiliki gangguan emosional (Dimyati, 2010). Widowati (2013) mengungkapkan bahwa tekanan hidup diduga membuat semakin banyak orang depresi dan gila. Setidaknya saat ini yang terdata saja di Jawa Tengah terdapat 30.000 orang yang mengidap gangguan jiwa. Dari angka tersebut, hanya 20.000 orang yang mendapat perawatan intensif di rumah sakit kejiwaan.. Penderita gangguan jiwa di wilayah Surakarta berdasarkan data yang penulis dapat dari studi kasus yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta selama 3 bulan terakhir, telah di peroleh data tentang jumlah penderita gangguan jiwa dengan masalah defisit perawatan diri sejumlah 992 orang. Sedangkan untuk jumlah penderita defisit perawatan diri di bangsal Amarta selama 1 bulan terakhir sebanyak 262 orang. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari perawatan diri ? 2. apa saja jenis-jenis dari perawatan diri ? 3. Bagaimana etiologi atau penyebab dari defisit perawatan diri ? 4. Apa saja tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan defisit perawatan diri ? 5. Bagaimana mekanisme koping pada klien dengan defisit perawatan diri ?

6. Bagaimana rentang Respon Kognitif pada klien dengan defisit perawatan diri ? 7. Bagaimana pohon masalah pada klien dengan defisit perawatan diri ? 8. Apa saja diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan defisit perawatan diri ? C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini yaitu agar pembaca dapat memahami tentang : 1. Pengertian dari perawatan diri 2. Jenis-jenis dari perawatan diri 3. Etiologi atau penyebab dari defisit perawatan diri 4. Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan defisit perawatan diri 5. Mekanisme koping pada klien dengan defisit perawatan diri 6. Rentang Respon Kognitif pada klien dengan defisit perawatan diri 7. Pohon masalah pada klien dengan defisit perawatan diri ? 8. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan defisit perawatan diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya

guna

memepertahankan

kehidupannya,

kesehatan

dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

B. Jenis–Jenis Perawatan Diri 1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri. 2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri. 3. Kurang perawatan diri : Makan Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan. 4. Kurang perawatan diri : Toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ). C. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : 1. Kelelahan fisik 2. Penurunan kesadaran Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah : 1. Faktor prediposisi a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. c. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. d. Sosial Kurang

dukungan

dan

latihan

kemampuan

perawatan

diri

lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. e. Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. 2. Praktik Sosial Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain. 7. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene: 1. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. D. Tanda dan Gejala Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: 1. Fisik Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang dan kotor. Gigi kotor disertai mulut bau penampilan tidak rapi 2. Psikologis Malas, tidak ada inisiatif. Menarik diri, isolasi diri. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3. Sosial Interaksi kurang. Kegiatan kurang Tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri. Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah : 1. Data subyektif a. Pasien merasa lemah b. Malas untuk beraktivitas c. Merasa tidak berdaya. 2. Data obyektif a. Rambut kotor, acak – acakan b. Badan dan pakaian kotor dan bau c. Mulut dan gigi bau. d. Kulit kusam dan kotor e. Kuku panjang dan tidak terawat E. Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya di bagi menjadi 2 (Stuart & Sudeen, 2000), yaitu : 1. Mekanisme Koping Adaptif Mekanisme koping yang mmendukung ffungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Katagorinya adalah : Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri. 2. Mekanisme Koping Mal Adaptif Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cendrung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah : Tidak mau merawat diri. Tahapan Mekanisme Koping : a. Regresi b. Penyangkalan c. Isolasi diri, menarik diri d. Intelektualisasi F. Rentang Respon Kognitif

Adaptif

Pola perawatan diri seimbang

Mal Adaptif

Kadang perawatan diri tidak seimbang

Tidak melakukan perawatan diri

Keterangan : 1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu untuk berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.

2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya. 3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stress (Ade, 2011)

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah : 1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri a. Bina hubungan saling percaya. b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan. c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri. 2. Membimbing dan menolong klien merawat diri. a. Bantu klien merawat diri b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari 3. Ciptakan lingkungan yang mendukung a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi. b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien. c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar mandi yang dekat dan tertutup.

G. Pohon Masalah Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Effect

Gangguan pemeliharaan kesehatan (BAK/BAB, mandi, makan, minum

Core problem

Causa

Defisit perawatan diri

Menurunnya motivasi dalam merawat diri

Isolasi sosial : menarik diri

H. NOC dan NIC 1. NIC : Bantuan Perawatan Diri Berpakaian/Berdandan NOC : Perawatan Diri Berpakaian 2. NIC :Bantuan Perawatan Diri Eliminasi NOC : Perawatan Diri Eliminasi 3. NIC : Bantuan Perawatan Diri Mandi/Kebersihan NOC : Perawatan Diri Mandi 4. NIC : Bantuan Perawatan Diri Pemberian Makan NOC : Perawatan Diri Makan

I. Intervensi 1. Bantuan Perawatan Diri Berpakaian/Berdandan Pertimbangkan usia pasien saat mempromosikan aktifitas perawatan diri Informasikan pasien mengenai ketersediaan pilihan pakaian Sediakan pakaian pasien di area yang dapat dijangkau ( misalnya disisi tempat tidur) Sediakan pakaian pribadi dengan tepat Bersedia memberikan bantuan dalam berpakaian,sesuai kebutuhan Fasilitasi pasien untuk menyisir rambut dengan tepat Jaga privasi saat pasien berpakaian Sediakan cat kuku jika diminta Puji usaha untuk berpakai sendiri 2.

Bantuan Perawatan Diri Eliminasi Pertimbangkan usia pasien saat mempromosikan aktifitas perawatan diri Lepaskan baju yang diperlukan ehingga bisa melakukan eliminasi Bantu pasien ke toilet atau tempat lain untuk eliminasi pada interval waktu tertentu Beri privasi selama eliminasi Faslitasi kebersihan toilet setelah menyelesaikan eliminasi Ganti pakaian pasien setelah eliminasi Siram toilet/bersihkan alat-alat untuk eliminasi Instruksikan pasien atau yang lain dalam rutinitas toilet Sediakan alat bantu (misalnya kateter eksternal/urinal) dengan tepat Monitor integritas kulit pasien

3. Bantuan Perawatan Diri Mandi/Kebersihan Pertimbangkan usia pasien saat mempromosikan aktifitas perawatan diri Tentukan jumlah dan tipe bantuan yang diperlukan Letakan handuk,sabu,deodorant,alat bercukur dan asesoris lain yang diperlukan disisi tempat tidur atau kamar mandi

Sediakan barang pribadi yang diinginkan ( misalnya deodorant,sikat gigi,sabun mandi,sampo,lotion dan produk aromaterapi) Sediakan

lingkungan

yang

terapeutik

dengan

memastikan

kehangatan,suasana rileks,privasi dan pengalaman pribadi Fasilitasi pasien menggosok gigi dengan tepat Failitasi pasien mandi sendiri dengan tepat Monitor kebersihan kuku sesuai dengan kemampuan merawat diri pasien Monitor integritas kulit pasien Berikan bantuan sampai pasien benar benar mampu merawat diri secara mandiri 4. Bantuan Perawatan Diri Pemberian Makan Monitor kemampuan pasien untuk menelan Atur meja dan nampan makanan agar terlihat menarik Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan (misalnya jauhkan dari benda-benda seperti pispot,urinal dan suction) Pastikan posisi pasien yang tepat untuk memfasilitasi mengunyah dan menelan Berikan bantuan fisik sesuai kebutuhan Berikan kebersihan mulut debelum makan Buka bungkusan makanan Sediakan interaksi sosial dengan tepat Berikan alat-alat yang bisa memfasilitasi untuk pasien bisa makan sendiri Gunakan alat makan yang tidak berat dan tidak mudah pecah

J. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagnosa keperawatan : Kurang Perawatan Diri : – Kebersihan diri – Berdandan – Makan - BAB/BAK Latihan 1: Percakapan saat melakukan pengkajian pada pasien dengan kurang perawatan diri : kebersihan diri Orientasi :

“Selamat pagi Tina, bagaimana perasaannya hari ini ? Bagaimana kalau saat ini kita mendiskusikan tentang kegiatan Tina sehari-hari 15 menit disini, bagaimana Tin?” Kerja : a. Pengkajian Kebersihan diri “Berapa kali Tina mandi dalam sehari? Apakah Tina sudah mandi hari ini? Menurut Tina apa kegunaannya mandi ?Apa alasan Tina sehingga tidak bisa merawat diri ? Menurut Tina apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang merawat diri dengan baik seperti apa? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut Tina yang bisa muncul ?” b. Pengkajian Berdandan untuk pasien wanita “Apa yang Tina lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja Tina menyisir rambut ? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan ?” c. Pengkajian Berdandan untuk pasien laki-laki “Berapa kali Tono cukuran dalam seminggu? Kapan Tono cukuran terakhir? Apa gunanya cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan?” d. Pengkajian Makan “Berapa kali makan sehari? Apa saja persiapan makan? Di mana tempat kita makan? Bagaimana cara makan yang baik? Apa yang dilakukan sebelum makan ? Apa pula yang dilakukan setelah makan?” e. Pengkajian kemampuan BAB/BAK “Di mana biasanya Tina berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?” Terminasi : “Bagaimana perasaan Tina setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang coba Tina ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi ? Setengah jam lagi kita akan mendiskusikan tentang cara-cara merawat diri sekaligus Tina mempraktekkannya. Bagaimana Tina? Setuju?” (Perawat menyiapkan alat kebersihan diri yang akan digunakan)

Data yang didapat berdasarkan komunikasi diatas didokumentasikan pada kartu berobat pasien di puskesmas. Contoh pendokumentasiannya sebagai berikut: Data : Pasien berpenampilan kotor, tidak rapi, badan bau dan gigi tampak kuning dan terlihat banyak sisa makanan. Pasien mengatakan bahwa ia sudah 3 bulan tidak mandi. Keluarga mengatakan pasien BAB dan BAK disembarang tempat. K. Tindakan keperawatan Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri juga ditujukan untuk keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan pasien dalam melakukan perawatan diri. 1. Tindakan keperawatan untuk pasien Tujuan: a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri 2. Tindakan keperawatan 1) Melatih

pasien

cara-cara

perawatan

kebersihan

diri

Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat melakukan tanapan tindakan yang meliputi: a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri. b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri Latihan 2. Percakapan saat melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri Orientasi : “Selamat pagi Tina? Apakah masih ingat apa tanda-tandanya bersih ? Selama setengah jam ini kita akan membicarakan bagaimana cara mandi, gosok gigi,

keramas, berpakaian dan gunting kuku yang benar. Selanjutnya … akan mencoba cara-cara yang telah kita diskusikan ini. Siap … ? Kerja : “Menurut Tina kalau mandi itu kita harus bagaimana ? sebelum mandi apa yang perlu kita persiapkan ? Benar sekali..Tina perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo dan sabun serta sisir. Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing Tina melakukannya. Sekarang Tina siram seluruh tubuh Tina termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan pada kepala Tina sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi Tina. mulai dari depan sampai belakang.. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh Tina. sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Tina bagus sekali melakukannya. Selanjutnya Tina pasang baju dan sisir rambutnya dengan baik.” Terminasi : “Bagaimana perasaan Tina setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba Tina sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah Tina. lakukan tadi ?” ”Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan, jam berapa saja? Nah, dikerjakan ya Tina! Dua hari lagi kita ketemu lagi untuk latihan berdandan. Oke?” 2) Melatih pasien berdandan/berhias Saudara sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita. Untuk pasien laki-laki latihan meliputi : a. Berpakaian b. Menyisir rambut c. Bercukur Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :

a. Berpakaian b. Menyisir rambut c. Berhias Latihan 3. Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan Orientasi : “Selamat pagi Pak Tono? “Bagaimana perasaan Bpk hari ini? Bagaimana mandinya?” “Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di ruang tamu ? lebih kurang setengah jam”. Kerja : “Apa yang bapak lakukan setelah selesai mandi ?” “Apakah bapak menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?” “Bagaimana cara bapak memakai baju ? Berapa kali ganti baju dalam sehari ?” “Apakah bapak suka bercukur? Berapa hari sekali bercukur ?” “Untuk menyisir rambut sebaiknya tiap selesai mandi bapak bersisir. Pakailah sisir” yang bersih dan tidak tajam. Coba bapak praktekkan… ya, bagus!” “Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari Pak dirapikan ! Ya, Bagus !” (catatan: janggut dirapihkan bila pasien tidak memelihara janggut) “Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang sehat 2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”. Terminasi : “Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan”. “Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”.. “Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya! Masukkan ke jadwal ya?” “Minggu depan kita latihan makan yang baik. Kita akan makan bersama. Saya akan datang jam 12 siang”. Latihan 4. Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita Orientasi : “Selamat pagi, bagaimana perasaaan Tina hari ini ?Bagaimana mandinya?” “Sesuai janji kita hari ini kita akan latihan berdandan supaya ibu tampak rapi dan cantik. Di mana alat-alat dandannya?”

Kerja : “Bagaimana cara Ibu berdandan ? Apakah menyisir rambut ? Bagaimana cara ibu menyisir ? Bagus sekali!” “Apa kebiasaan ibu dalam berdandan/berpakaian ?” “Apakah ibu biasa memakai bedak ?” “Nah sekarang kita praktek ya mulai dengan ganti pakaian. Ya bagus. Sekarang menyisir rambut.. ya.. Bagus sekali.., lanjutkan dengan merias muka. Ya bagus. Ibu tampak cantik..” “Saya jelaskan bahwa ganti baju sebaiknya 2x/hari kemudian menyisir rambut setelah mandi. Berbedak dilakukan setelah mandi.” Terminasi: “Bagaimana

perasaan

Ibu

setelah

belajar

berdandan.



“Untuk berdandan caranya bagaimana ?” “Hari-hari berikutnya saya berharap Ibu berdandan dengan baik. Mari masukkan dalam jadwalnya ya!” “Minggu depan kita bertemu lagi untuk belajar cara makan yang baik.” 3) Melatih pasien makan secara mandiri Untuk melatih makan pasien Saudara dapat melakukan tahapan sebagai berikut: a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan b. Menjelaskan cara makan yang tertib c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik Latihan 5. Percakapan melatih pasien makan secara mandiri Orientasi : “Selamat pagi Tina? Bagaimana perasaannya hari ini ?” “Apakah berdandan sudah dilakukan tiap hari ?” “Hari ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan selama satu jam… langsung di ruang makan ya..!” Kerja : “Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan ? Dimana Tina makan ?”

“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan ! “Bagus ! Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. Silakan Tina yang pimpin !. Bagus.. “Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelanpelan. Ya, mari kita makan”.. “Setelah makan kita bereskan piring, gelas yang kotor. Ya betul.. dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus”! Terminasi : “Bagaimana perasaan Tina setelah kita makan bersama-sama”. “Setelah makan apa yang sebaiknya kita lakukan ?” “Hari-hari berikutnya saya berharap Ibu Asih melakukan cara tadi dengan baik. Dua hari lagi saya datang lagi untuk melihat hasil kegiatan Tina. Sampai jumpa!” 4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut: a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK Latihan 6. Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri Orientasi : “Selamat pagi Tono ? Bagaimana perasaan Tono hari ini ?” “Sesuai dengan janji kita, selama setengah jam ini kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik?” Kerja : “Dimana biasanya Tono berak dan kencing?” “Benar Tono, berak atau kencing yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang tempat ya…..” “Sekarang, coba Tono jelaskan kepada saya bagaimana cara Tono cebok?” “Sudah bagus ya Tono Yang perlu diingat saat Tono cebok adalah Tono membersihkan anus atau

kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih tersisa di tubuh Tono”. 3. Tindakan keperawatan pada keluarga a. Tujuan 1) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri. b. Tindakan keperawatan Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik maka Saudara harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya meningkat. Serangkaian intervensi ini dapat Saudara lakukan: 1) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien. 2) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadual yang telah disepakati). 3) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien dalam merawat diri.

BAB III PENUTUP

A. Simpulan Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). Rentang respon defisit perawatan diri : pola perawatan diri seimbang, kadang perawatan diri kadang tidak,

tidak melakukan perawatan diri. Jenis-jenis perawatan diri : kurang perawatan diri : mandi/kebersihan, pakaian/berhias, makan, toileting. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen, 2000) yaitu mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif. B. Saran Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan yang direncanakan oleh dokter dan perawat mau dan mampu untuk mengikuti guna kesembuhan klien. Keluarga nantinya mampu memberikan motivasi dan semangat kepada klien untuk mengembalikan kepercayaan diri baik di rumah maupun di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC. Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika. Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. Tarwoto

dan

Wartonah.

2000.

Kebutuhan

Dasar

Manusia.

Jakarta.

Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC http://zieshila.wordpress.com/ibu-dan-anak/asuhan-keperawatan-pasien-defisitperawatan-diri/

Related Documents


More Documents from "Hasan"