Defisit Perawatan Diri.docx

  • Uploaded by: Hasan
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Defisit Perawatan Diri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,240
  • Pages: 13
LAPORAN PENDAHULUAN “DEFISIT PERAWATAN DIRI”

OLEH : LULUIL MAKNUN C121 12 256 Preseptor Institusi

(

Preseptor Lahan

)

(

(

) ( PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

)

)

LAPORAN PENDAHULUAN A. Masalah utama Defisit Perawatan Diri B. Proses terjadinya masalah 1. Pengertian Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). Menurut Perry & Potter (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. 2. Jenis-jenis peraatan diri a. Kurang perawatan diri : mandi/kebersihan Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri. b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri. c. Kurang perawatan diri : Makan Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan. d. Kurang perawatan diri : Toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah, 2004). 3. Etiologi Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : a.

Kelelahan fisik

b.

Penurunan kesadaran

Penyebab lain dari kurang perawatan diri adalah : 1) Faktor prediposisi a) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. b) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. c) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan

ketidakpedulian

dirinya

dan

lingkungan

termasuk perawatan diri. d) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. 2) Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: a) Body Image Gambaran

individu

terhadap

dirinya

sangat

mempengaruhi

kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. b) Praktik Sosial Pada anak–anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. c) Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

d) Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. e) Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. f) Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain. g) Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. 4. Tanda dan gejala Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: a. Fisik 1) Badan bau, pakaian kotor 2) Rambut dan kulit kotor 3) Kuku panjang dan kotor 4) Gigi kotor disertai mulut bau 5) Penampilan tidak rapi. b. Psikologis 1) Malas, tidak ada inisiatif 2) Menarik diri, isolasi diri 3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. c. Sosial 1) Interaksi kurang 2) Kegiatan kurang 3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma 4) Cara makan tidak teratur 5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

5. Rentang respon kognitif Rentan Respon Defisit Perawatan Diri Adaptif Pola Perawatan Diri Seimbang Ket : 

Maladaptif Kadang Melakukan Perawatan Kadang Tidak

Tidak Melakukan Perawatan saat Stres

Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.



Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stressor kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya



Tidak melakukan perawatan diri, klien menyatakan dia tidak peduli dan tidak bias melakykan perawatan saat stressor

6. Mekanisme koping Mekanisme koping yang biasa digunaka oleh klien adalah: a. Regresi b. Penyangkalan c. Isolasi diri, menarik diri d. Intelektualisasi 7. Penatalaksanaan a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri b. Membimbing dan menolong klien merawatan diri c. Ciptakan lingkungan yang mendukung 8. Asuhan Keperawatan a. Riwayat keperawatan 1) Pola kebersihan tubuh 2) Perlengkapan personal hygine yang dipakai 3) Faktor -faktor yang mempengaruhi personal hygine b. Alasan masuk rumah sakit Defisit dalam merawat diri, dari perawatan diri yang biasa dilakukan, dan sekarang jarang dilakukan dengan diawali masalah seperti senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung.

c. Faktor yang mempengaruhi 1) Faktor prediposisi 

Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. Riwayat kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus tersebut berpengaruh kepada proses kognitif, ada riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa, gangguan sistem limbic akan berpengaruh pada fungsi perhatian, memori dan suplai oksigen serta glukosa terganggu.



Kemampuan psikologi turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang meyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.



Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri dari lingkungannya.

2) Faktor presipitasi Faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Cara klien menilai masalah merupakan awal dari terbentuknya sumber koping. Jika sumber koping tidak adekuat, bahkan jika ada namun mekanisme koping maladaptif maka akan menimbulkan permasalahan. d. Pemeriksaan fisik 1) Rambut: Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur. 2) Kepala: Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan 3) Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah 4) Hidung: Lihat kebersihan hidung, membran mukosa 5) Mulut: Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan 6) Gigi: Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi 7) Telinga: Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi

8) Kulit: Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu. 9) Genetalia: Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan

C. Pohon masalah Perawatan diri kurang: higiene

Menurunnya motivasi perawatan diri

Isolasi sosial : menarik diri D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji 1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri 

Data subyektif Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan apa-apa



Data obyektif

Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis, badan bau, kulit kotor 2. Isolasi Sosial 

Data subyektif

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. 

Data obyektif Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

3. Defisit Perawatan Diri 

Data subyektif

1. Pasien merasa lemah

2. Malas untuk beraktivitas 3. Merasa tidak berdaya. 

Data obyektif

1. Rambut kotor, acak – acakan 2. Badan dan pakaian kotor dan bau 3. Mulut dan gigi bau. 4. Kulit kusam dan kotor 5. Kuku panjang dan tidak terawatt E. Diagnosis keperawatan a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri b. Defisit perawatan diri c. Isolasi Sosial. F. Rencana tindakan keperawatan Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri. Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri. Tujuan Khusus : TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Intervensi : 1) Berikan salam setiap berinteraksi. 2) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan. 3) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien. 4) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. 5) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien. 6) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati. 7) Penuhi kebutuhan dasar klien. TUK II : Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri. Intervensi : 1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik. 2) Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih. 3) Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.

4) Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri. 5) Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri. 6) Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri. 7) Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat. Intervensi : 1) Motivasi klien untuk mandi. 2) Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar. 3) Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari. 4) Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut. 5) Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi. 6) Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri. Intervensi : 1) Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal. TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri. Intervensi

:Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri. Intervensi

:

1) Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri. 2) Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.

3) Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS. 4) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien. 5) Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri. 6) Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri. 7) Diskusikan

dengan

keluarga

mengenai

hal

yang

dilakukan

misalnya:

mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain. Diagnosa 2

: Defisit Perawatan Diri (kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK).

Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri. Tujuan Khusus : 1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri 2. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik 3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik 4. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri Intervensi : a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri 1) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri 2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri 3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri 4) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri b. Melatih pasien berdandan/berhias Untuk pasien laki – laki, latihannya meliputi : 1) Berpakaian 2) Menyisir rambut 3) Bercukur Untuk pasien wanita, latihannya meliputi : 1) Berpakaian 2) Menyisir rambut 3) Berhias c. Melatih pasien makan secara mandiri 1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan 2) Menjelaskan cara makan yang tertib

3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan 4) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik d. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri 1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai 2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK 3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK Diagnosa 3

: Isolasi Sosial

Tujuan Umum : Klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi Tujuan Khusus TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Intervensi : 1) Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu. 2) Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab 3) Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien. TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri. Intervensi

:

1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya. 2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul. 3) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul. 4) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya. TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Intervensi

:

1) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain. 2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain. 3) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.

4) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain. 5) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain. 6) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain. 7) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. 8) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial. Intervensi : 1) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain. 2) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain. 3) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai. 4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan. 5) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu. 6) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan. 7) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan. TUK IV : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain. Intervensi : 1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain. 2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain. 3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain

DAFTAR PUSTAKA Perry & Potter. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta: EGC.

Related Documents


More Documents from "Hasan"