KONSEP LGBT Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II Dosen Pembimbing : Widyoningsih, M.Kep., Ns. Sp. Kep. Kom
Disusun Oleh: Hapsyah Nurhayati
(108116042)
Indri Wahyuni
(108116049)
Sahrul Hardiyanto
(108116053)
Anggin Fitriani
(108116060)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 3B SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR الرحي ِْم بِس َْم هللاِ الرحْ َم ِن ِ Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Makalah Konsep LGBT” tepat pada waktunya. Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain adalah untuk memenuhi salah satu dari sekian kewajiban pada mata kuliah “Keperawatan Komunitas II” serta merupakan bentuk tanggung jawab langsung penulis pada tugas yang diberikan. Makalah ini akan membahas tentang konsep LGBT. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar bawasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, ataupun seluruhnya. Amiin ya Rabbal ‘alamin. Wassalalam,
Cilacap, 18 Maret 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3 1.3 Tujuan .......................................................................................................... 3 BAB II .................................................................................................................... 4 PEMBAHASAN .................................................................................................... 4 2.1 Pengertian LGBT ........................................................................................ 4 2.2 Sejarah LGBT.............................................................................................. 5 2.3 Gambaran Umum Fenomena LGBT di Indonesia ................................... 7 2.4 Pandangan Psikiater dan Psikolog Terhadap LGBT .............................. 9 2.5 Pandangan KPAI dan KPI Terhadap LGBT ......................................... 11 2.5 Pandangan Agama dan HAM Terhadap LGBT .................................... 13 BAB III ................................................................................................................. 18 PENUTUP ............................................................................................................ 18 3.1 Simpulan..................................................................................................... 18 3.2 Saran ........................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kehadiran kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Indonesia, akhir-akhir ini semakin ramai dipersoalkan. Tidak hanya di media massa dan jejaring sosial, perbincangan seputar kelompok ini juga dilakukan di forum diskusi secara serius oleh berbagai organisasi sosial dan agama, majelis agamaagama, komisi-komisi negara, kampus, dan legislatif. Semuanya bertujuan untuk meletakkan persoalan LGBT ini pada tempat yang sebenarnya. Perilaku dan fenomena LGBT sudah lama terjadi di Indonesia maupun di belahan bumi lain. Namun LGBT menjadi isu dan topik diskusi yang melibatkan negara dan institusi internasional baru belakangan ini saja terjadi. Tidak semua orang setuju dengan istilah LGBT atau GLBT.Contohnya, ada yang berpendapat bahwa pergerakan transgender dan transeksual tidak sama dengan lesbian, gay, dan biseksual (LGB).Argumen ini bertumpu pada gagasan bahwa transgender dan transeksualitas berkaitan dengan identitas gender yang terlepas dari orientasi seksual Isu LGB dipandang sebagai masalah orientasi atau rangsangan seksual. Pemisahan ini dilakukan dalam tindakan politik: tujuan LGB dianggap berbeda dari transgender dan transeksual, seperti pengesahan pernikahan sesama jenis dan perjuangan hak asasi yang tidak menyangkut kaum transgender dan interseks. Beberapa interseks ingin dimasukkan ke dalam kelompok LGBT dan lebih menyukai istilah "LGBTI", sementara yang lainnya meyakini bahwa mereka bukan bagian dari komunitas LGBT dan lebih memilih tidak diliputi dalam istilah tersebut. Di sela- sela berbagai kontroversi dalam masyarakat, media juga ikut andil dalam menyuarakan berbagai pandangan dari sudut pro dan kontra, Setiap komunitas yang disebut
LGBT telah dan masih terus berjuang untuk mengembangkan
identitasnya masing-masing,seperti apakah, dan bagaimana bersekutu dengan komunitas lain, konflik tersebut terus berlanjut hingga kini.
1
Besarnya respons yang diberikan oleh beragam komponen masyarakat bangsa ini, karena melihat semakin derasnya kampanye, advokasi dan propaganda yang dilakukan pelaku dan pendukung kaum ini.Tidak lagi sekadar menyuarakan perlindungan diskriminasi atau kekerasan, tetapi mulai mempengaruhi publik dengan mendalilkan bahwa perilaku LGBT adalah normal, tidak menular dan tidak berbahaya.Secara terang-terangan kelompok ini mendesak negara untuk mengakui kehadiran mereka sebagai bagian dari komunitas yang ada dalam masyarakat. Ujungnya, kaum LGBT dan para pendukungnya memperoleh legalitas dari negara melakukan pernikahan sejenis Hal ini tentu nya menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan, baik itu dikalangan politik, lembaga ataupun kalangan masyarakat. Bagi masyarakat Indonesia yang masih setia pada norma dan tradisi agama, sangat wajar kalau mereka menentang. Lebih dari itu, alasan mereka tidak saja norma agama, melainkan juga dikhawatirkan akan mempengaruhi pertumbuhan remaja yang masih dalam proses pencarian identitas diri, sehingga akan membawa mereka ke gaya hidup yang dianggap menyalahi adat dan kepantasan sosial.Sedangkan bagi pejuang pembela hak asasi manusia, LGBT itu hak seseorang yang mesti dihargai. Maka tak bisa dihindari munculnya pro-kontra baik mereka yang membahas dari sisi psikologis ilmiah, analisis teologi, maupun kebijakan publik yang mesti diambil pemerintah. Berdasarkan fenomena tersebut, maka dari itu penulis mencoba untuk membahas lebih dalam bagaimana pengaruh LGBT tersebut terhadap masyarakat. Sehingga ini menjadi kajian yang akan dapat menjadi pertimbangan bagi para pembaca dalam menyikapi fenomena yang ada saat ini.
2
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep LGBT? 2. Bagaimana sejarah LGBT di Indonesia 3. Pandangan Agama tentang LGBT? 4. Bagaimana konsep dari kamu Gay? 5. Bagaiman Lembar pengkajian pada kaum Gay?
1.3 Tujuan 1. Mengetahui konsep LGBT. 2. Mengetahui sejarah LGBT di Indonesia 3. Mengetahui pandangan Agama tentang LGBT. 4. Mengetahui konsep dari kamu Gay. 5. Mengetahui Lembar pengkajian pada kaum Gay.
3
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian LGBT Istilah yang berkaitan dengan LGBT adalah homoseksual, yaitu seseorang yang cenderung mengutamakan orang yang berjenis kelamin sama sebagai mitra seksual disebut homoseksual,
senada dengan arti tersebut Oetomo mendefinisikan sebagai
orientasi atau pilihan seks yang diarahkan pada seseorang atau orang-orang dari jenis kelamin yang sama atau ketertarikan seseorang secara emosional dan seksual kepada seseorang atau orang-orang dari jenis kelamin yang sama. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa homoseksual merupakan orientasi atai pilihan dari seseorang yang ditujukan pada individu atau beberapa individu dengan jenis kelamin yang sama. Homoseksual laki-laki disebut dengan “gay” sedangkan homoseksual perempuan disebut “lesbian”. Lesbian, adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan, selain itu juga diartikan wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual sesama jenisnya, wanita homoseks. Istilah ini juga merujuk kepada perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional, atau secara spiritual. Gaymerupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan seorang pria yang secara seksual tertarik kepada sesama pria dan menunjukkan pada komunitas yang berkembang diantara orang-orang yang mempunyai orientasi seksual yang sama. Istilah gay biasanya dikontraskan dengan straight.Biseksual adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang tertarik kepada dua jenis kelamin sekaligus, jadi tipe ini tertarik pada laki-laki juga tertarik pada perempuan. Transgender merupakan istilah untuk orang yang cara berperilaku atau penampilannya tidak sesuai dengan jenis kelaminnya, misalnya cowok tetapi tingkahlaku dan sikapnya seperti cewek, bahkan berpakaiannya pun seperti cewek atau sebaliknya. Sedangkan transeksual berbeda dan transgender, transeksual adalah orang yang merasa identitas gendernya berbeda dengan orientasi seksualnya, orang ini merasa bahwa dirinya terjebak pada tubuh yang salah. LGBT dilihat dalam perspektif psikoanalitik dan budaya termasuk kategori BPD (Borderline Personality Disorder) yang menunjukkan bahwa
4
masalah identitas gender dan budaya pada masyarakat transisi, hal ini diungkap oleh C. Silverstein, dan memang benar pada saat ini memang sedang menjadi isu besar kalangan pro LGBT yang mengarahkan isu sentral menjadi hak asasi dan berusaha mendapatkan posisi.
2.2 Sejarah LGBT LGBT atau GLBT adalah akronim dari "lesbian, gay, biseksual, dan transgender". Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa "komunitas gay karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan.Akronim ini dibuat dengan tujuan untuk menekankan keanekaragaman "budaya yang berdasarkan identitas seksualitas dan gender".Kadang-kadang istilah LGBT digunakan untuk semua orang yang tidak heteroseksual, bukan hanya homoseksual, biseksual, atau transgender.Maka dari itu, seringkali huruf Q ditambahkan agar queer dan orang-orang yang masih mempertanyakan identitas seksual mereka juga terwakili (contoh."LGBTQ" atau "GLBTQ", tercatat semenjak tahun 1996).Istilah LGBT sangat banyak digunakan untuk penunjukkan diri. Istilah ini juga diterapkan oleh mayoritas komunitas dan media yang berbasis identitas seksualitas dan gender di Amerika Serikat dan beberapa negara berbahasa Inggris lainnya. Seluk-beluk LGBT memang menarik untuk dibicarakan, terlepas dari apakah kita pro atau kontra, ada baiknya kita mengetahui dunia LGBT saat ini karena tidak sedikit pula LGBT yang mau menikah heterogen dengan pasangan di luar kaumnya. Bagi pasangan gay, harus ada yang berperan sebagai perempuan dan laki-laki di antara mereka berdua, untuk gay yang berperan sebagai perempuan disebut bottom dan yang jadi lakilaki disebut top. Sedangkan, untuk lesbian yang berperan sebagai perempuan disebut femme dan yang menjadi laki-laki disebut buchi.Tidak melulu seorang lesbian hanya ingin berhubungan dengan wanita karena saat ini telah ada kasus di mana ada buchi yang hanya mau berhubungan dengan bottom.Si perempuan buchi itu menjadi laki-laki di kehidupan pernikahan, sementara si laki-laki bottom menjadi perempuan di kehidupan nyata.
5
Di negara maju seperti Amerika dan Eropa, keberadaan kelompok LGBT telah mendapat pengakuan dari negara.Ia tidak lagi dianggap sebagai perilaku yang abnormal. Perilaku LGBT dipandang sama seperti perilaku manusia lain dan itu dikategorikan sebagai hak asasi yang wajib dilindungi negara. Lebih jauh, legalitas aktivitas mereka sudah sampai pada pengakuan terhadap hidup bersama dalam sebuah ikatan pernikahan rumah tangga. Derasnya kampanye, advokasi, dan propaganda komunitas LGBT di bumi nusantara ini, salah satunya ditopang oleh pendanaan yang besar dari UNDP (United Nations Development Programme). Satu organ badan dunia PBB ini mengucurkan dana sebesar 8 juta dolar AS (sekitar Rp 108 miliar) untuk empat negara yakni Indonesia, Cina, Filipina dan Thailand. Bantuan yang dimulai Desember 2014 hingga September 2017 mendatang, bertujuan agar kaum LGBT mengetahui hak-hak mereka dan mendapatkan akses ke pengadilan ketika melaporkan pelanggaran HAM yang dialami. Output yang diharapkan adalah kemampuan organisasi-organisasi LGBT semakin meningkat dalam melakukan mobilisasi dan berkontribusi diberbagai dialog kebijakan serta aktivitas pemberdayaan komunitas. Tercatat sejauh ini telah ada 23 negara di dunia yang melegalkan pernikahan sejenis. Negara-negara tersebut adalah Belanda (1996), Belgia (2003), Spanyol dan Kanada (2005), Afrika Selatan (2006), Norwegia dan Swedia (2009), Portugal, Islandia, dan Argentia (2010), Denmark (2012), Brazil, Inggris dan Wales, Prancis, Selandia Baru dan Uruguay (2013), Skotlandia (2014), Luxemburg, Finlandia, Slovenia, Irlandia, Meksiko, serta Amerika Serikat (2015). Terus bermunculanDi Indonesia, gerakan kaum LGBT sudah berlangsung lama. Kemunculan mereka secara terbuka dalam bentuk organisasi dengan nama Lambda Indonesia dilakukan pertama sekali pada 1982. Sampai 1990-an organisasi atau asosiasi sejenis terus bermunculan.Sampai sekarang diperkirakan 40-an organisasi LGBT telah berdiri di 33 provinsi. Beberapa asosiasi utama LGBT yang saat ini terus aktif melakukan kampanye dan advokasi di antaranya: Gaya Nusantara, Arus Pelangi, Ardhanary Institute, dan GWL INA.
6
2.3 Gambaran Umum Fenomena LGBT di Indonesia A. Karakteristik Komunitas LGBT Fenomena LGBT di Indonesia, diklasifikasikan kepada dua entitas yang berbeda yaitu: LGBT entitas pertama, adalah bahwa LGBT termasuk “penyakit” gangguan jiwa, atau penyimpangan orientasi seksual, yang melekat (dimiliki) seseorang sebagai individu. Penyakit tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor biologis dan sosiologis, dan bisa menular kepada orang lain. 1 Pada level entitas pertama ini, LGBT dibagi kepada dua identitas; pertama adalah mereka yang menutupi diri (menyembunyikan) identitasnya sebagai LGBT sehingga tidak ada orang lain (di luar dirinya) yang mengetahui. Identitas yang kedua, adalah mereka yang yang berani out come (membuka identitasnya) kepada orang lain dan mengharap bantuan orang lain (di luar dirinya) untuk membantu menyembuhkannya. Adapun LGBT entitas yang kedua adalah LGBT sebagai sebuah komunitas, atau kelompok, atau dapat juga disebut Organisasi, yang memiliki Visi, Misi, dan aktivitas atau gerakan (movement) tertentu. Padal level entitas kedua inilah, yang sekarang marak menjadi perdebatan di tengah masyarakat Indonesia, apakah gerakan kelompok LGBT itu dapat dilegalkan atau tidak.
B. Fenomena LGBT di Indonesia Implementasi Hak Asasi Manusia (HAM) tanpa mempertimbangan orientasi dan jenis kelamin seksual dan identitas gender individu bukan merupakan perkara mudah. Namun, organisasi non-Pemerintah (NGO), HAM dan aktivis LGBT telah secara konsisten berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan hak LGBT, baik di tingkat nasional dan internasional. Upaya keras mereka telah menghasilkan perkembangan baru tentang isu-isu LGBT di Indonesia. Reformasi politik dan demokratisasi yang terjadi di Indonesia telah membawa isu-isu LGBT menjadi sorotan, yang mengarah ke perkembangan dalam organisasi LGBT. Pada tahun 1969, Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin memfasilitasi berdirinya organisasi wadam pertama, The Djakarta Wadam Association. Namun pada tahun
7
1980 istilah “wadam” berubah menjadi waria karena keberatan dari seorang pemimpin Islam bahwa istilah “wadam” (tidak hormat) berisi nama Nabi Adam. Pada 1 Maret 1982, didirikan organisasi gay pertama di Indonesia dan Asia, Lambda Indonesia, dengan sekretariat di Solo, kemudian segera muncul beberapa cabang di Yogyakarta, Surabaya, Jakarta dan tempat lain. Pada tahun 1985, sebuah kelompok gay di Yogyakarta mendirikan Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY), dan Agustus 1987 berdiri Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara (KKLGN) yang namanya kemudian disingkat menjadi GAYa Nusantara (GN) didirikan di Pasuruan, Surabaya, sebagai penerus dari Lambda Indonesia. Organisasi “Gaya Nusantara” dimotori oleh tokoh utamanya Dede Oetomo, memiliki visi yaitu: “Terciptanya suatu Indonesia yang menghargai, menjamin dan memenuhi hak asasi manusia dimana orang dapat hidup dalam kesetaraan, kemerdekaan dan keanekaragamaan hal-hal yang berkaitan dengan tubuh, identitas dan ekspresi gender dan orientasi seksual”. Sedangkan misi organisasainya meliputi: 1) Melakukan penelitian, publikasi dan pendidikan dalam HAM, seks, gender dan seksualitas, kesehatan dan kesejahteraan seksual. 2) Melakukan advokasi dalam HAM, seks, gender dan seksualitas, ke- sehatan dan kesejahteraan seksual. 3) Menyediakan pelayanan dan menghimpun informasi seputar HAM, seks, gender dan seksualitas, kesehatan dan kesejahteraan seksual. 4) Memelopori dan mendorong gerakan LGBTI. Terkait dengan gerakan dan aktivitas LGBT di Indonesia,
Hartoyo dan Yuli Ristinawati (Aktivis Komunitas LGBT
Indonesia) dalam satu forum diskusi publik menjelaskan setidaknya ada enam poin gerakan atau aktivitas yang dilakukan oleh komunitas LGBT khususnya di Indonesia yaitu: 1) Mengedukasi masyarakat bahwa LGBT bukan penyakit, sehingga tidak perlu diobati. 2) Mendorong pemerintah untuk menghapuskan kekerasan yang dialami oleh komunitas LGBT karena identitasnya sebagai LGBT, yang meliputi lima kekerasan yaitu: Kekerasan seksual, Kekerasan fisik, Kekerasan ekonomi, Kekerasan budaya, dan Kekerasan psikis.
8
3) Mendorong negara untuk bersikap adil dan beradab kepada setiap warga negara, dan menghapuskan diskriminasi terhadap LGBT. Mereka mengkalim bahwa mereka mengalami kesulitan untuk tumbuh kembang sebagai warga negara, karena mereka tidak diterima di keluarga maupun dalam dunia pendidikan. 4) Menuntut pemerintah untuk memenuhi hak-hak dasar mereka sebagai LGBT, karena mereka adalah warga negara yang harus dipenuhi haknya dan tidak boleh diskriminasi. 5) Kepada sesama komunitas LGBT, gerakan mereka berorientasi sebagai tempat belajar bersama dan support grup atau saling mendukung menghadapi segala permasalahan yang meraka hadapi. 6) Membuat website komunitas LGBT, yang bertujuan mengedukasi publik tentang apa itu LGBT, menghentikan kekerasan terhadap LGBT dan tidak melakukan pelecehan seksual kepada siapapun. Mereka juga memahamkan publik untuk tidak mengeksploitasi LGBT dengan menyamakan homoseksual dengan pedofil. Mereka berargumentasi kalau pedofil itu bisa dilakukan oleh kelompok homoseksual maupun kelompok heteroseksual orang dewasa terhadap anak-anak. Sedangkan homoseksual itu adalah relasi orang dewasa sesama dewasa dan sadar dilakukan, jadi tidak merugikan pihak manapun.
2.4 Pandangan Psikiater dan Psikolog Terhadap LGBT Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PP PDSKJI) mengeluarkan pernyataan sikap atas berkembangnya isu Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGB-T) di Indonesia.Menurut Undang-undang No.18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa dan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)-III, LGBT merupakan istilah yang berkembang di masyarakat yang tidak dikenal
dalam
ilmu
psikiatri.
Sedangkan
orientasi
seksual
antara
lain
meliputi heteroseksual, homoseksual dan biseksual. Homoseksual merupakan kecenderungan ketertarikan secara seksual kepada jenis kelamin yang sama. Homoseksual meliputi lesbian dan gay.Sedangkan biseksual adalah kecenderungan
ketertarikan
secara
seksual
kepada
kedua
jenis
kelamin. Transseksualisme merupakan gangguan identitas kelamin berupa suatu hasrat 9
untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya, biasanya disertai perasaan tidak enak atau tidak sesuai dengan anatomi seksualnya.Dia juga menginginkan untuk memeroleh terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan. Menurut Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dr Danardi Sosrosumihardjo, SpKJ(K) bahwa Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) merupakan orang yang memiliki masalah fisik, mental dan sosial, pertumbuhan dan perkembangan dan kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Dengan demikian, orang dengan homoseksual dan biseksual dapat dikategorikan sebagai ODMK, Sedangkan untuk menegakkan diagnosis transeksual, identitas mereka harus menetap selama minimal dua tahun. Dan perlu dicatat, transeksual bukan gejala dari gangguan jiwa seperti skizofrenia atau kelainan interseks, genetik atau kromosom seks sehingga mereka dikategorikan sebagai Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan menurutnya pula bahwa tidak semua ODKM akan berkembang menjadi ODGJ. Banyak faktor yang berkontribusi hingga muncul gangguan jiwa seperti faktor genetik, neurobiologik, psikologik, sosial, budaya dan spiritualitas.
Pakar Psikolog menyatakan LGBT bisa disembuhkanAda beberapa hal yang mempengaruhi perilaku LGBT. Misalnya faktor biologis.Penelitian menyatakan bahwa homoseksual (gay dan lesbi) dan transgender disebabkan karena muncul dorongan dari dalam tubuh yang bersifat genetik. Penyimpangan genetik ini bisa diterapi dan disebuhkan dengan baik dengan cara medis maupun religi. Di samping itu, ada juga pengaruh lingkungan, keluarga, dan pengetahuan agama yang lemah.Dari pemilihan subjek dan objek inilah kemudian bisa ditentukan pendekatan seperti apa yang paling efektif dilakukan agar kaum dan pendukung LGBT menyadari kekeliruan yang mereka lakukan. Tidak hanya menggunakan instrumen hak asasi manusia yang universal semata tanpa
memerhatikan
nilai-nilai
sosial,
masyarakat.Demikian pula sebaliknya.
10
budaya
dan
agama
yang
hidup
di
2.5 Pandangan KPAI dan KPI Terhadap LGBT Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) selama Februari 2016 sudah mengeluarkan sekitar 6 sanksi teguran, terhadap televisi yang memiliki program-program yang secara tidak langsung, mempromosikan pelaku dan perilaku LGBT.Tidak dipungkiri bahwa publik
figur
seringkali
menjadi
pusat
percontohan
perilaku
di
kalangan
penggemarnya.Penularan yang terlihat cepat di kalangan figur publik, khususnya artis, bisa jadi contoh paling gamblang, pelaku dan perilaku LGBT di kalangan publik figur secara langsung atau tidak langsung disebarluaskan secara massif oleh lembaga penyiaran, khususnya televisi.Bayangkan jika setiap hari ada beberapa televisi menampilkan pelaku dan perilaku LGBT dalam programnya, maka berapa juta warga masyarakat Indonesia yang terterpa pesan langsung dan tidak langsung tentang LGBT. Kelompok LGBT juga membangun kesadaran bersama dan melakukan upaya bersama memperjuangkan pembenaran, eksistensi, sampai pengakuan hak-hak hukum atas disorientasi perilaku seksualnya.Tentu saja, kelompok LGBT secara sadar juga melakukan berbagai upaya untuk menambah jumlah pelaku dan menyebarluaskan perilaku mereka.Kampanye viral melalui media sosial saat ini dimanfaatkan secara maksimal bagi kelompok dan pendukung LGBT, untuk menyebarluaskan paham mereka. Juga menggalang dukungan dan menjaring pengikut baru di tengah tidak ada regulasi yang secara efektif mampu mengawasinya. Sedangkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menegaskan, propaganda Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) dilarang masuk ke anakanak.LGBT merupakan penyimpangan terhadap moral, agama dan undang-undang.Di dalam UU Perlindungan Anak dan KUHP, menjelaskan, kalau bersetubuh, pencabulan, pelecehan dengan anak itu adalah tindak pidana.Menurut KPAI propaganda LGBT dilarang keras masuk ke dalam anak-anak., Tentunya Hak Asasi Manusia (HAM) memang melekat dalam diri manusia.Namun tidak serta merta menjadi nomor satu. Menurutnya, HAM dibatasi hak-hak lain. Dia mengungkapkan, amanat UUD 45 sangat jelas.
11
Orang Indonesia masih memiliki keyakinan bahwa perilaku LGBT tidak sesuai norma moral, agama dan sebagainya. Penyakit kelamin karena penyimpangan seks sangat tinggi meski kerap dibantah aktivis LGBT.Pada tahun 1950, tidak ada satu negara pun yang melegalkan perkawinan sesama jenis.Pada tahun 2015 terdapat 17 negara yang melegalkan perkawinan sesama jenis.Bagaimana 2050 atau 2100. Karena bumi ini akan musnah karena tidak terjadi reproduksi. Disisi lain, Gerakan kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) semakin berani di Indonesia, bahkan tak segan menuntut tujuh pejabat negara. Pejabat tersebut terdiri dari Mendikbub Anies Baswedan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, anggota DPR M Nasir Djamil, Ketua MPR Zulkifli Hasan, termasuk penggiat dan Komisioner Perlindungan Anak Indonesia Erlinda. Pihak KPAI mengemukakan bahwa Mereka salah karena mengampanyekan propaganda Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) kepada anak-anak. Padahal anak-anak itu sama sekali tidak boleh diberitahukan hal-hal buruk, yang bertentangan dengan usia dan masa pertumbuhan. Itu sudah diamanahkan langsung lewat UU pasal 56 atau lainnya. Sepaham dengan KPAI maka KPI pun mengeluarkan surat edaran yang berisi 7 poin yang harus diperhatikan oleh Lembaga Penyiaran dalam melaksakan peraturan dan Pedoman Perilaku Penyiaran serta Standar Program Siaran (P3 dan SPS) yang berisi pelarangan pria sebagai pembawa acara (host), talent maupun pengisi acara lainnya (baik pemeran utama maupun pendukung) dengan tampilan : 1. Gaya berpakaian kewanitaan; 2. Riasan (make up) kewanitaan; 3. Bahasa Tubuh Kewanitaan, (termasuk namun tidak terbatas pada gaya berjalan, gaya duduk, gaya tangan maupun perilaku lainnya); 4. Gaya Bicara Kewanitaan; 5. Menampilkan pembenaran atau promosi seorang pria untuk berprilaku kewanitaan; 6. Menampilkan sapaan terhadap pria dengan sebutan yang seharusnya diperuntukkan untuk wanita; 7. Menampilkan istilah dan ungkapan khas yang sering digunakan kalangan pria kewanitaan.
12
2.5 Pandangan Agama dan HAM Terhadap LGBT Dari sisi agama, semua agama melarang adanya LGBT, Dalam Islam LGBT sangat di haramkan karena itu sudah tercantum dalam Al-Quran surat Al Aruf ayat 80 :84 yang dimana ayat ini mengisahkan tentang jaman nya nabi Luth yang pada masa itunabi Luth mengusir orang orang yang tidak taat kepada ajaran Allah SWT, mereka yang melakukan hubungan sesama jenis sehingga Allah membinasakan mereka dengan menghujani mereka dengan batu. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram terhadap seluruh aktivitas lesbian, gay, bisexual, dan transgender (LGBT) pada 17 Februari 2016. Menyusul MUI, kini sejumlah organisasi keagamaan lain juga turut angkat bicaratentang LGBT, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) MUI Najamudin Ramli, pimpinanpimpinan Majelis Agama yang terdiri dari MUI, Konferensi Wali Gereja Indonesia, Perwakilan Umat Budha Indonesia, dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia menimbang bahwa aktivitas LGBT bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran agama, Pancasila, UUD 1945 Pasal 29 ayat 1 dan UU Nomer 1 tahun 1974 tentang pernikahan. Mungkin bagi sebagian orang yang pro dengan LGBT menuntut agar pemerintah melegalkan perbuatan tersebut.Mereka sering berdalih dengan landasan hak asasi manusia (HAM) sebagai tameng utamanya. Bahkan Indonesia sebagai salah satu negara hukum memberikan jaminan kebebasan berekspresi diatur dalam UUD 1945 amandemen II, yaitu pasal 28 E ayat (2) yang menyatakan setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya. Ini adalah masalah bersama dilihat problem kejiwaan/problem sosial atau bukan, sehingga semua lapisan masyarakat dituntut agar memahaminya dengan baik dan segera dicari solusinya.Legalnya pernikahan sejenis di Indonesia pun akan melanggar UU No. 1 tahun 1974 tentang pernikahan yang menyebutkan bahwa pasangan mempelai adalah seorang wanita dan seorang pria. Sekalipun mereka masih tetap teguh kepada pendirianya untuk melegalkan perbuatan ini.Maka hal yang harus dijadikan basis fundamental dan harus selalu diingat dalam kaitanya penegakkan hak asasi manusia adalah bahwa HAM berbanding lurus 13
dengan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan. Dengan demikian, setiap individu bebas dan berhak atas haknya masing-masing, namun pada saat yang sama ia harus memperhatikan hak-hak orang lain yang berada di lingkungannya. Sejauh pengamatan penulis sampai saat ini, pandangan kelompok ini baru sampai pada taraf menuntut hakhaknya saja.Dalam hal ini, Peran pemerintah benar-benar sangat diperlukan untuk merumuskan kerangka kode etik sosial.
14
Sumber Data No.
Fokus Pengkajian
Data Primer Kuisioner
1.
2.
Hasil Interview
Hasil Pemeriksaan
Auto Anamnesa
Riwayat gay sebelumnya
Aspek Biologis
a. Peningkatan hormone estrogen
b. Ukuran jari
Hasil Observasi Allo Anamnesa
Aspek Psikologis 3.
a. Lebih suka dengan laki-laki b. Merasa nyaman menghabiskan waktu dengan laki-laki
Aspek Sosial
4.
a. Perhatikan cara klien berbicara dengan pria
b. Perhatikan cara klien berbicara dengan wanita
c. Perhatikan cara klien memperlakukan pria atau wanita
15
Data Sekunder
Keterangan
d. Perhatikan ekspresi klien saat pengkajian, adakah perbedaan saat ditanya dengan perawat laki-laki atau perempuan e. Lingkungan pergaulan 4.
Aspek Spiritual
a. Kegiatan Spiritual Penampilan Fisik 5.
a. Cara Bepakaian
b. Cara Berjalan
Karakteristik 6.
7.
a. Menyembunyikan Identitasnya b. Terang-terangan menyampaikan identitasnya
Pekerjaan 16
8.
a. Jenis Pekerjaan
b. Lingkungan Kerja
Konsep Diri
Keluarga 9.
a. Hubungan dengan keluarga
b. Tempat tinggal
17
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Fenomena LGBT di Indonesia dibedakan kepada dua entitas. Pertama: LGBT sebagai penyakit yang dimiliki seseorang sebagai individu, disebabkan oleh faktor medis (biologis/ genetik) dan faktor sosiologis atau lingkungan. Adapun entitas kedua: LGBT sebagai sebuah komunitas atau organisasi yang memiliki gerakan dan aktivitas (penyimpangan perilaku seksual). Perspektif hukum Islam dan HAM terhadap LGBT pada level entitas pertama, mereka harus dilindungi dan ditolong untuk diobati. Dari perspektif psikologi, ada dua cara penyembuhan LGBT, yaitu terapi hormonal di rumah sakit untuk mereka yang mengalami karena faktor hormon (biologi/medis) dan terapi psikologis untuk mereka yang terpengaruh karena faktor lingkungan. Sedangkan terhadap LGBT pada level entitas kedua, menurut hukum Islam dan HAM, gerakan LGBT harus dilarang dan diberi hukuman berupa hukuman ta’zīr (hukuman yang ditentukan oleh pemerintah). Oleh karena itu, Pemerintah dan DPR RI., segera menyusun peraturan perundang-undangan yang mengatur aktivitas dan gerakan LGBT, untuk mencegah meluasnya penyimpangan orientasi seksual di masyarakat dengan melakukan layanan rehabilitasi bagi pelaku dan disertai dengan penegakan hukum yang keras dan tegas.
3.2 Saran 1. Perawat Diharapkan perawat lebih aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan tentang retensio plasenta 2. Mahasiswa Diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami dan mengerti konsep retensio plasenta
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/0bad8-4-laporan-lgbt-masyarakat.pdf https://www.academia.edu/23825246/MAKALAH_LGBT https://www.academia.edu/33284779/MAKALAH_LGBT_MENURUT_ISLAM http://www.jurnaliainpontianak.or.id/index.php/raheema/article/view/562/357 https://media.neliti.com/media/publications/178167-ID-pengalaman-menjadi-gay-studifenomenolog.pdfv https://id.wikihow.com/Mengetahui-Jika-Teman-Pria-Anda-%22Gay%22
19