MENGENAL GEORADAR UNTUK DETEKSI UTILITAS Artikel, Risal Nababan – T. Edoardo 1. DISKUSI GEORADAR Setelah enam tahun berkecimpung dalam Jasa Deteksi Utilitas, ada banyak pertanyaan dari pengguna Jasa Deteksi Utilitas mengenai fungsi georadar, terlebih sampai seberapa dalam kemampuan georadar dapat mendeteksi utilitas. Hal ini diperburuk dengan penjelasan beberapa penyedia jasa georadar yang seolah-olah bahwa deteksi utilitas dengan georadar mampu mendeteksi utilitas tanpa keterbatasan frekuensi antena dari alat georadar. Penyedia jasa pun tidak memberikan informasi mengenai frekuensi antena georadar yang harus digunakan untuk mendeteksi jaringan utilitas yang dibutuhkan pengguna jasa georadar. Pengguna jasa memiliki pemikiran seolah – olah bahwa satu alat georadar dapat di-adjust frekuensi antenanya. Antena georadar yang tepat digunakan untuk deteksi utilitas berdasarkan aplikasi yang disarankan sebagian besar pabrikasi georadar ( GPR ) adalah antena 200 MHz sampai dengan 800 MHz. Dimana semakin kecil antena georadar maka semakin dalam kemampuan georadar mendeteksi utilitas. Menurut spesifikasi pabrikan georadar frekuensi 200 MHz – 750 MHz dapat mendeteksi utilitas sampai kedalaman 10 meter. PT. Abhinaya Mappindo Bumitala dalam melakukan pekerjaan deteksi utilitas menggunakan georadar dari beberapa pabrikan. Pada kenyataannya, fakta di lapangan bahwa antena 200 MHz sampai 800 MHz hanya mampu mendeteksi sampai kedalaman maksimum 1,5 meter untuk dimensi maksimum 10 inchi. Kecuali untuk pabrikan IDS jenis antenna RIS dan Utsi Electronic mampu mendeteksi sampai kedalaman 3 meter. Mohon maaf untuk pabrikan yang lainnya, dan hal ini pun mungkin hanya berdasarkan pengalaman kami. Secara teori kami menyakini bahwa beberapa pabrikan georadar antena 200 MHz – 800 MHz dapat mendeteksi sampai kedalaman 3 meter untuk dimensi utilitas maksimum 10 inchi. Akan tetapi hasil citra radar yang di dapat harus di proses terlebih dahulu dengan menggunakan software pengolahan data GPR. Namun pengolahan data tersebut membutuhkan waktu lama, sedangkan seorang surveyor membutuhkan hasil anomali utilitas pada saat dilakukan pengambilan data untuk mengetahui letak utilitas dan menandainya ( marking ). Supaya surveyor di lapangan dapat menganalisa jaringan utilitas secara utuh, tanpa harus kembali ke lapangan 1 - 2 minggu berikutnya setelah menunggu hasil software pengolahan data GPR citra radargram [ Tergantung seberapa panjang utilitas yang harus di deteksi, semakin panjang area kerja semakin banyak sample data yang harus di ambil ]. Menandai utilitas di lapangan setelah menunggu hasil software pengolahan data GPR citra radargram, akan menjadi sullit untuk menganalisa jaringan utilitas. Dapat disimpulkan : 1. Seorang surveyor harus mengetahui kemampuan alat georadar dapat mendeteksi perbedaan amplitudo sampai seberapa dalam pada citra radargram di lapangan. Apabila perbedaan amplitudo yang ditangkap kurang dari 1 meter, maka alat
georadar dengan antenna tersebut tidak akan efektif untuk memetakan jaringan utilitas. Hal ini dikarenakan jaringan utilitas hasil pekerjaan open cut rata – rata pada kedalaman maksimum 3 meter. 2. Pengguna jasa georadar harus menanyakan terlebih dahulu frekuensi antena yang akan digunakan untuk mendeteksi jaringan utilitasnya. 3. Apabila georadar antena 200 MHz – 800 MHz hanya mampu mendeteksi perbedaan amplitudo pada kedalaman 1 meter, maka kami menyarankan surveyor untuk menggunakan georadar antena 100 MHz dengan konsekuensi utilitas pada kedalaman 0 – 75 cm dan utilitas dimensi maksimum 2 inchi tidak akan terdeteksi. Di bawah frekuensi antena 100 MHz tidak kami rekomendasikan untuk digunakan mendeteksi utilitas. 4. Gunakan alat lain, karena alat georadar tentunya tidak akan cukup untuk menganalisa jaringan utilitas secara utuh.
2. KOMPARATIF OPERASIONAL DILAPANGAN Dalam operasional di lapangan GroundVue 250 ( Utsi Electronic ) lebih prkatis digunakan dikarenakan alat tersebut bisa digunakan tanpa roda dibandingkan dengan Georadar yang sudah di-setting menggunakan roda (UtilityScan DF, GSSI dan Opera Duo, IDS ). Hal ini disebabkan penggunaan roda akan mempersulit pada manuver pergerakan terlebih pada permukaan rumput atau area kerja banyak kerikil. Akan tetapi penggunaan roda akan mempermudah pada track lurus dengan jalan beraspal. Untuk Opera Duo dan UtilityScan DF citra radargram dapat dilihat di ToughPad yang terintegrasi dengan koneksi kabel khusus ke antena, sedangkan GroundVue 250 sudah menggunakan koneksi bluetooth / WiFi, sehingga lebih praktis dalam penggunaan di Lapangan.
3. KOMPARATIF SOFTWARE ( PERANGKAT LUNAK ) Secara Software, UtilityScan DF dan Opera Duo sudah lebih lengkap di bandingkan dengan GroundVue 250 khusunya software pengolahan. Software UtilityScan DF dan Opera Duo sudah memiliki software pabrikan sehingga hasil citra radargram ada yang tidak perlu di proses dengan software pengolahan data GPR. Akan tetapi untuk GroundVue 250, hasil citra radargram di lapangan akan lebih maksimal jika di proses dengan software pengolahan data GPR (ReflexW, GPRSoft, Prism). Software pengolahan data GPR sangat penting untuk melihat sampai seberapa dalam georadar dapat membaca perbedaan Amplitudo dari perbedaan konduktivitas. Hal ini dikarenakan Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh alat GPR ke bawah permukaan mengalami atenuasi seiring semakin dalamnya bawah permukaan. Hal ini bisa disebabkan beberapa hal, antara lain dikarenakan sifat konduktivitas dari objek-objek yang berada di bawah tanah (batu, pipa besi, pipa pvc, dll). Dengan sifat objek-objek tersebut menyerap serta mengubah gelombang elektromagnetik menjadi panas, di mana hal tersebut akan menyebabkan sinyal semakin dalam semakin melemah. Selain itu secara umum suatu amplitudo sinyal akan mengalami penurunan seiring dengan semakin jauhnya sinyal tersebut dari sumber pancaran, dalam hal ini yaitu antena GPR. Oleh karena itu dibutuhkan software processing GPR untuk memberikan penguatan sinyal pada hasil citra radargram.
Citra radargram
Sebelum Processing Software ReflexW
Sesudah Processing Software ReflexW
4. KOMPARATIF HASIL CITRA RADARGRAM
Analisa Citra Radargram : 1. UTSI 200 MHz sampai kedalaman 2,4 meter masih mampu mendeteksi perbedaan amplitudo. 2. IDS 200 MHz sampai kedalaman 1,7 meter Masih mampu mendeteksi perbedaan amplitudo. ( Lihat garis merah pada IDS 200 MHz ) Catatan : Pada IDS 200 MHz pada kedalaman 1,7 M – 2,4 meter sudah tidak dapat menangkap anomali perbedaan amplitudo.
5. KOMPARATIF DISIGN MATERIAL PABRIKASI GEORADAR
Secara disign antenna georadar, kami mengakui bahwa product GSSI lebih kuat dari benturan.
6. DOKUMENTASI
Deteksi Georadar ; Antenna 200 MHz RIS ( IDS )
Deteksi Georadar ; Antenna 600 MHz RIS ( IDS )
Deteksi Georadar ; Antenna 100 MHz ( UTSI ELECTRONIC )
Deteksi Georadar ; Antenna 250 MHz ( UTSI ELECTRONIC )
Deteksi Georadar ; Antenna 40 MHz RIS ( IDS ), tidak direkomendasikan untuk mendeteksi utilitas. Akan tetapi untuk melihat adanya lubang atau struktur tanah yang berubah dikarenakan adanya pergerakan tanah akibat pondasi maupun runtuhan tanah akibat gempa.