SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
BAB VII DATA DAN ANALISA 3.1
Analisis Kebijakan Berikut merupakan analisis kebijakan dari kondisi eksisting agropolitan dengan
beberapa kebijakan terkait seperti Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2011-2031, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2016-2021. Tabel 7. 1 Analisis Kebijakan Kondisi Eksisting terhadap kebijakan terkait Kabupaten Bantul Kebijakan RPJMD Kabupaten RTRW Kabupaten Bantul Tahun 2016Bantul Tahun 2011-2031 2021 Kawasan Strategis Kawasan Strategis Agropolitan yang ada di Agropolitan yang ada di Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul terletak: terletak: Kecamatan Kecamatan Sanden Sanden Kecamatan Kecamatan Kretek, Kretek, Kecamatan Kecamatan Pundong, Pundong, Kecamatan Kecamatan Imogiri, dan Imogiri, dan Kecamatan Kecamatan Dlingo. Dlingo.
Kabupaten Bantul memiliki 2 kecamatan yang ditetapkan sebagai kawasan agrowisata dengan memanfaatkan pertanian yang ada pada eksisting yaitu: Kecamatan Dlingo, Desa Mangunan Kecamatan Sanden, Desa Srigading
Desa Mangunan yang terletak di Kecamatan Dlingo ditetapkan sebagai kawasan agrowisata
Kondisi Eksisting
Analisis
Pada kondisi eksisting di Kabupaten Bantul, Kecamatan Sanden, Kecamatan Kretek, Kecamatan Pundong,, Kecamatan Imogiri, dan Kecamatan Dlingo sudah sesuai dengan fungsi sebagai Kawasan Strategis Agropolitan yang disebutkan pada dokumen RTRW Kabupaten Bantul Tahun 2011-2031 dan RPJMD Kabupaten Bantul Tahun 20162021 Pada kondisi eksisting agrowisata hanya diterapkan di Kecamatan dlingo yaitu wisata kebun buah mangunan dan wisata Songgolangit yang memanfaatkan lahan sawah sebagai objek wisata, sedangkan untuk Kecamatan Sanden, belum terdapat agrowisata.
Berdasarkan hasil analisis Kecamatan Sanden, Kecamatan Kretek, Kecamatan Pundong,, Kecamatan Imogiri, dan Kecamatan Dlingo sudah sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dengan dokumen terkait, Ditinjau dari hasil produksi dan komoditas unggulan yang tersebar di kecamatan tersebut.
Berdasarkan hasil analisis Kecamatan yang menerapkan konsep agrowisata, hanya kecamatan Dlingo karena Kecamatan Dlingo memiliki lahan yang ditanami buahbuahan untuk menjadi objek wisata petik buah dan hamparan lahan sawah yang dijadikan atraksi dalam objek wisata agrowisata, sedangkan Desa Srigading yang terletak di Kecamatan Sanden masih belum memiliki atraksi (sesuatu yang ditampilkan) untuk menjadi objek wisata dengan memanfaatkan
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Kawasan lindung di Kabupaten Bantul tersebar pada Kecamatan Kretek, Kecamatan Pundong, Kecamatan Dlingo dan Kecamatan Sanden
-
Kawasan lindung di Kabupaten Bantul memiliki luas yaitu 4510,00 hektar
Kawasan peternakan di Kabupaten Bantul direncanakan sebagai berikut: Peternakan itik di Kecamatan Kretek dan Kecamatan Sanden Peternakan sapi potong di seluruh kecamatan Peternakan kambing di seluruh kecamatan Peternakan kerbau dan kelinci di Kecamatan Sanden
Pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dan pengembangan peternakan berbasis 2nergy2y.
Pada tahun 2015 peternakan berhenti produksi, pada kondisi eksisting masih terdapat beberapa peternakan milik pribadi dimana hasil produksi hanya untuk konsumsi pribadi.
Dalam RTRW disebutkan bahwa pertanian Kabupaten Bantul yaitu Pertanian terpadu (integrated farming). Dimana sistem usaha mengelola (pangan hortikultura, perkebunan), ternak, ikan dalam satu unit lahan/wilayah/kawasan secara efisien dan hemat 2nergy.
Pengembangan pertanian terpadu (Integreted Farming)
Pada kondisi eksisting yang menerapkan intergrated farming hanya Kecamatan Pundong dan Dlingo yaitu tanaman padi dan tanaman kedelai berada pada satu lahan.
pertanian di kondisi eksisting. Kawasan lindung yang ada di Kabupaten Bantul sudah dijaga kelestariannya oleh masyarakat setempat untuk mempertahankan ekosistem yang ada serta untuk kawasan lindung terbatas digunakan sesuai dengan fungsinya. Pada tahun 2015 peternakan berhenti produksi, kecuali untuk konsumsi pribadi dikarenakan menurut masyarakat keuntungan yang didapatkan tidak sesuai dengan biaya perawatan, sehingga masyarakat saat ini hanya berfokus pada Tanaman Padi, Bawang Merah, Ubi jalar, dan kedelai.
Intergrated farming sudah dapat diterapkan di Kecamatan Pundong dan Dlingo dikarenakan tanaman padi dan kedelai membutuhkan karakteristik tanah yang sama, dan juga penanaman kedelai pada lahan padi ditujukan untuk mempertahakan kualitas tanah.
Tabel 7.2 Faktor pendorong dan Faktor penghambat dari analisis kebijakan Faktor pendorong Dalam mendukung pengembangan sektor pertanian pemerintah kerap turun tangan bersama pihak kecamatan dan BPP setempat dalam memberikan penyuluhan serta subdisi bibit dan pupuk untuk petani.
Faktor penghambat Menurunnya areal lahan pertanian untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat terutama dalam hal permukiman dan areal terbangun.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Kecamatan dlingo memanfaatkan areal lahan perkebunan dan lahan sawah menjadi atraksi wisata sehingga menambah nilai ekonomi untuk masyarakat lokal, hal ini bisa menjadi faktor pendorong untuk daerah lain menerapkan konsep agrowisata pada daerahnya.
3.2
Berhentinya produksi peternakan pada tahun 2015 dikarenakan penyuluhan terkait sistem beternak dianggap kurang, sehingga masyarakat setempat tidak melanjutkan usaha peternakan dengan alasan keuntungan yang didapatkan tidak sesuai dengan biaya perawatan Tujuan penataan ruang Kabupaten adalah mewujudkan Kabupaten Bantul yang maju dan mandiri dengan bertumpu pada sektor pertanian sebagai basis ekonomi, namun masyarakat belum mengembangkan sektor pertanian secara optimal, dilihat dari hasil pertanian yangd ijual mentah ke pasar belum ada pemanfaatan atau pengolahan untuk menambah nilai ekonomi
Analisi Struktur Ruang Kabupaten Bantul memiliki 21 kecamatan dan diantaranya memiliki potensi umtuk dikembangan menjadi sektor agropolitan pada beberapa kecamatan. Struktur ruang
kawasan agropolitan adalah wilayah yang terhubung secara fungsional dalam suatu sistem agropolitan, yakni sebagai berikut: 1. Agropolitan centre atau pusat pengumpul dan pemasaran 2. Agropolitan District atau kawasan pusat pertumbuhan 3. Hinterland adalah satuan kawasan pertanian Berdasarkan RPJMD Kabupaten Bantul 2016-2021, kawasan agropolitan yang terdapat di Kabupaten Bantul terdapat pada kecamatan Sanden, Kecamatan Kretek Kecamatan Pundong, Kecamatan Imogiri, dan Kecamatan Dlingo. Struktur ruang kawasan agropolitan Kabupaten Bantul ditentukan dengan menggunakan indeks sentralitas. Aspek yang digunakan dalam menentukan indeks sentralias Pada Kabupaten Bantul meliputi luas lahan pertanian, jumlah pasar dan jumlah lembaga keuangan. Perhitungan indeks sentralitas Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut. Tabel 7. 3 Luas Lahan Pertanian, Jumlah Pasar, Jumlah Pengolahan Industri dan Jumlah Lembaga Keuangan di Kabupaten Bantul Kecamatan Sanden Kretek Pundong Imogiri Dlingo Jumlah
Luas Lahan Pertanian 1.162 1.420 1.026 3.255 4.874 11.737
Jumlah Sarana Perdagangan 323 349 192 12 378 1254
Jumlah Lembaga Keuangan 11 4 5 9 4 33
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2017
Berdasarkan Tabel 7.3 dapat diketahui kecamatan yang memiliki jumlah lahan pertanian terbesar yaitu pada Kecamatan Dlingo dengan luas lahan pertanian sebesar 4.874 Ha dan kecamatan dengan luas lahan pertanian terkecil adalah Kecamatan Pundong dengan luas lahan pertanian sebesar 1.026 Ha. Kecamatan dengan jumlah sarana perdagangan terbanyak adalah Kecamatan Dlingo dengan jumlah sebanyak 378 unit sarana perdagangan, untuk kecamatan yang memiliki sarana perdagangan dengan jumlah terkecil yaitu Kecmatan Imogiri dengan jumlah sarana perdagangan sebanyak 12 unit. Kecamatan dengan lembaga keuangan terbanyak adalah Kecamatan Sanden dengan jumlah 11 unit dan yang terendah adalah Kecamatan Kretek dan Dlingo masing-masing dengan jumlah 15 unit lembaga keuangan. Penilaian struktur ruang kawasan agropolitan di Kabupaten Bantul berdasakan indeks sentralitas adalah sebagai berikut. Tabel 7.4 Analisis Struktur Ruang Kawasan Agropolitan di Kabupaten Bantul Kecamatan
Luas Lahan Pertanian
Jumlah Pasar
Sanden Kretek Pundong Imogiri Dlingo Jumlah
0,10 0,12 0,09 0,28 0,42 1,00
0,38 0,13 0,13 0,25 0,13 1,00
Jumlah Lembaga Keuangan 0,33 0,12 0,15 0,27 0,12 1,00
Total Indeks
Indeks Akhir
0,81 0,37 0,37 0,80 0,67 3,00
27 12,2 12,2 26,6 22 100
Berdasarkan hasil perhitungan indeks sentralitas pada Tabel 7.4 diketahui indeks akhir untuk setiap kecamatan. Berdasar perhitungan kecamatan yang memiliki indeks akhir dengan nilai tertinggi yaitu Kecamatan Imogiri dengan indeks akhir yaitu sejumlah 26,6.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Peta 7.1 Struktur Ruang
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
3.3
Analisis Kesesuaian Lahan Kawasan peruntukan pertanian ditetapkan berdasarkan kesesuaian lahan dalam
pengembangan komoditas tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan. Tipologi lahan kawasan pertanian berdasarkan kesesualan Iahan dan persyaratan agroklimat sebagai berikut Tabel 7.5 Kesesuaian Lahan No 1.
Kawasan Tanaman Pangan
Kesesuaian Lahan Dataran rendah dan dataran tinggi, dengan bentuk lahan datar sampal berombak (Iereng <8%), kesesualan lahan tergolong Si, S2 atau S3, memiliki dan atau tidak memiliki prasarana inigasi untuk pengembangan. Hortikultura Dataran rendah dan dataran tinggi, dengan bentuk lahan datar sampai berbukit, kesesuaian lahan tergolong SI, S2 atau S3, clan tersedia sumber air yang cukup Peternakan Dataran rendah dan dataran tinggi sampai berbukit di luar pemukiman dengan sistem sanitasi yang cukup. Tidak berada di permukiman dan memperhatikan aspek lingkungan. Sumber: Permentan No. 41 Tahun 2009
2.
4.
Persyaratan Agrokilmat Disesuaikan dengan komoditas yang dikembarigkan sesuai dengan agropedoklimat setempat
Disesuaikan dengan komoditas yang dikembangkan sesuai dengan agropedokllmat setempat
Disesuaikan dengan komoditas yang dikembangkan sesuai dengan agropedoklimat setempat
Keterangan :
Kelas S1, sangat sesuai : Lahan tidak memiliki faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas yang bersifat tidak dominan dan tidak akan mereduksi produktifitas Lahan secara nyata.
Kelas S2, cukup sesuai : Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktifitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.
Kelas S3, sesuai marginal : Lahan mempunyai faktor pembatas yang dominan, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktifitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada Lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan kepada petani untuk mengatasinya. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan. Lahan yang digunakan untuk pengembangan sektor agropolitan di Kabupaten Bantul sesuai dengan kriteria lahan yang digunaka untuk pengembangan sektor agropolitan. Terdapat beberapa syarat yang harus diketahui dan diperhatikan ketika akan melakukan budidaya tanaman Padi, Bawang Merah, Kedelai dan Ubi Jalar yang dimana terdapat syarat iklim, syarat media tanam dan syarat ketinggian. Berikut merupakan penjelasan secara singkat ketiga syarat yang harus di perhatikan: 3.3.1 Analisis Kesesuaian Lahan Padi A.
Syarat Iklim Tumbuh Tanaman Padi Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada curah hujan rata-rata 200mm/bulan atau curah hujan antara lain 1500-2000 mm/tahun. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada temperatur 15o-30o dengan kelembapan berkisar 40-60% dan ketersediaan air yang cukup tinggi dan ketersediaan sinar matahari yang memadahi. Kabupaten Bantul curah hujan antara lain 1500-2000 mm/tahun (Bappeda DIY, 2011) yang di mana tanaman padi dapat berkembang.
B.
Syarat Media Tumbuh Tanaman Padi Tanah yang di tanami tumbuhan padi bervariasi tergantung iklim, mulai berpasir, lempung dan berdebu. Mengandung bahan organik, unsur hara dan memiliki jenis tanah seperti grumosol, latosol, andosol dan padsolik Tanah Subur, gembur, dan
tidak dalam terserang hama dan memiliki pH 4-7. Tanaman padi di kabupaten bantul terdapat pada Kecamatan Pundong dan Kecamatan Dlingo jenis tanah antara lain berjenis latosol dimana jenis tanah latosol termasuk jenis tanah yang sesuai untuk di tanami tanaman padi (Bappeda DIY, 2011) C.
Syarat Ketinggian Tumbuh Tanaman Padi Ketinggian yang baik untuk tanaman padi adalah 0-1500 m dpl (diatas permukaan laut), sedangkan kecamatan pundong dan kecamatan dlingo memiliki ketinggian 0-200 m dpl (Bappeda DIY, 2011) yang dimana dapat di kategorikan sesuai dengan syarat ketinggian tumbuh tanaman padi.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
3.3.2 Analisis Kesesuaian Lahan Bawang Merah A.
Syarat Iklim Tumbuh Tanaman Bawang Merah Seperti jenis tanaman bawang lainnya, tanaman bawang merah tidak mampu bertahan pada daerah yang memiliki curah hujan lembab, sehingga tanaman bawang merah di tanam saat musim kemarau dengan catatan adanya pengairan yang cukup. Tanaman bawang merah di kabupaten bantul terdapat pada Kecamatan Kretek dan Kecamatan Imogiri dan Kecamatan Sanden dimana...
B.
Syarat Media Tumbuh Bawang Merah Umumnya, tanaman bawang merah dibudayakan pada tanah gembur, subur, hingga tanah yang kaya akan bahan-bahan organik. Sebaiknya tanah tanaman Bawang merah memiliki struktur bergumpal, memiliki aliran air baik namun air tanahnya tidak menggenang.
C.
Syarat Ketinggian Tumbuh Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah cocok dibudayakan diberbagai ketinggian tempat, antara 01500 m diatas permukaan laut. Akan tetapi, ketinggian yang paling ideal untuk melakukan budidaya adalah 0-600m diatas permukaan laut. Karena pada ketinggian tersebut, tanaman bawang merah akan menghasilkan umbi yang berukuran besar dan memiliki kualitas yang baik. Ketinggian Tanaman bawang merah di kabupaten bantul terdapat pada Kecamatan Kretek 0-400 mdpl dan Kecamatan Imogiri 0-400 mdpl dan Kecamatan Sanden 0-100 mdpl dimana dapat disimpulkan bahwa syarat ketinggian tumbuh tanaman bawang merah sesuai dengan eksisting.
3.3.3 Analisis Kesesuaian Lahan Kedelai A.
Syarat Iklim Tumbuh Tanaman Kedelai Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Iklim kering lebih di sukai tanaman kedelai di bandingkan iklim lembab. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Tanaman kedelai di kabupaten bantul terdapat pada kecamatan dlingo
yang memiliki curah hujan 1500-2400
mm/tahun dan kecamatan pundong memiliki curah hujan 2000-2400 mm/tahun dimana dapat disimpulkan bahwa syarat iklim tumbuh tanaman kedelai sesuai.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
B.
Syarat Media Tumbuh Tanaman Kedelai Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup.
C.
Syarat Ketinggian Tumbuh Tanaman Kedelai Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5300 m dpl.Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl. Tanaman kedelai di kabupaten bantul terdapat pada kecamatan dlingo 110-500 m dpl dan kecamatan pundong 110-400 m dpl.
3.3.4 Analisis Kesesuaian Lahan Ubi Jalar A.
Syarat Iklim Tumbuh Tanaman Ubi Jalar Suhu tumbuh tanaman ubi jalar antara 21৹ C sampai 30৹ C. Suhu <21৹ C pertumbuhan tanaman relatif lambat. Suhu >30৹ C kondisi yang cocok untuk berkembangbiaknya hama.
B.
Syarat Media Tumbuh Tanaman Ubi Jalar Tanah yang cocok untuk budidaya ubi jalar adalah jenis lempung berpasir dengan kadar humus tinggi. Curah hujan 750-1500 mm/tahun. Tanaman ubi jalar di kabupaten bantul terdapat pada kecamatan sanden 2000-2500 mm/tahun.
C.
Syarat Ketinggian Tumbuh Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar cocok di tanam di tempat dengan Ketinggian 500-1000 m dpl. Tanaman kedelai di kabupaten bantul terdapat pada kecamatan dlingo dengan ketinggian
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Peta 6.x Kesesuaian Lahan
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
3.4
Analisis Sarana Prasarana Penunjang Agropolitan
3.4.1 Analisis Sarana Penunjang Agropolitan Sarana penunjang agropolitan merupakan kunci penunjang kegiatan agropolitan, khususnya dalam kegiatan off-farm dan subsector penunjang. Dalam kegiatan off-farm, pada 5 Kecamatan yang diarahkan untuk kawasan agropolitan, masing-masing kecamatan sudah memiliki pasar untuk menunjang kegiatan pemasaran hasil komoditas unggulan masingmasing kecamatan. Sedangkan untuk subsector penunjang dapat dilihat dari ketersediaan dan sebaran Koperasi. Dalam subsector penunjang, pada 5 kecamatan yang diarahkan untuk kawasan agropolitan, masing-masing kecamatan sudah memiliki koperasi baik berupa KUD dan KSP yang sudah tersebar di masing-masing kecamatan. Sehingga, sarana penunjang
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
agropolitan di Kabupaten Bantul sudah memenuhi kebutuhan dari 5 kecamatan yang diarahkan untuk menjadi kawasan agropolitan.
Peta 6.x Sarana Penunjang pertanian
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
3.4.2 Analisis Prasarana Penunjang Agropolitan A. Jaringan Jalan Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana yang sangat penting dalam system agropolitan, yaitu terkait pengangkutan dan distribusi bahan baku hasil pertanian. Kabupaten Bantul mempunyai jaringan jalan yang baik dan tidak mengalami kerusakan. Kondisi perkerasan jalan Kabupaten Bantul masih baik dan volume pergerakan pada jalur utama masih rendah. B.
Jaringan Air Kegiatan pertanian di Kabupaten Bantul ditunjang dengan Jaringan air bersih yang
berasal dari sumber air sungai. Tidak semua kecamatan di Kabupaten Bantul memiliki sumber air. Terdapat 13 mata air yang tersebar pada 5 kecamatan yang dikembangkan Agropolitan..
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Kabupaten Bantul memiliki 26 sumber mata air yang digunakan dalam penyediaan air bersih yang dapat dilihat pada peta. C.
Jaringan Listrik
Dalam wilayah pengembangan agropolitan disediakan beberapa fungsi penunjang untuk mendukung berlangsungnya kegiatan agribisnis. Salah satu fasilitas penunjang yang dibutuhkan dalam agribisnis yaitu prasarana jaringan listrik. Prasarana jaringan istrik penting guna menunjang kegiatan pada wilayah agropolitan pasca panen yang menggunakan mesin atupun alat listrik lainya yang menjadi alat pengolahanya. Ketersediaan jaringan listrik pada Kabupaten Bantul telah mejangkau seluruh wilayah permukiman tidak terkecuali wilayah permukiman petani.
Peta 6.x Prasarana Jalan
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Peta 6.x Prasarana Air bersih
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
3.5
Analisis Ketenagakerjaan Analisis ketennagakerjaan ditujukan
unntuk memgetahui kondisi
sumber daya
manusia dalam pengembangan sektor agropolitan di Kabupaten Bantul. Sumber daya manusia memiliki peran yang besar dalam produksi hasil pertanian. Peran petani dapat mempengaruhi efektifitas produksi komoditas-komoditas unggulan di Kabupaten Bantul. Petani di Kabupaten Bantul memiliki rata-rata usia diatas 45 tahun. Hal ini disebabkan oleh penduduk usia 15 tahun hingga 40 tahun memilih pekerjaan diluar sektor pertanian. Kondisi ini mempengaruhi kegiatan produksi pertaanian di Kabupaten Bantul. Permasalahan yang timbul adalah keterbatasan tenaga kerja dan kurang optimalnya kegiatan produksi. Keterbatasan tenaga kerja terjadi akibat tidak adanya regenerasi petani yang mengakibatkan terus berkurangnya jumlah petani di Kabupaten Bantul. Untuk mengatasi kondisi ini, petani mennyewa tenaga kerja dari kabupaten sekitar dengan upah yang lebih besar akibat adanya tambahan biaya transportasi. Petani menyewa buruh tani hanya pada musim
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
tanam dan panen. Kondisi petani yang diatas usia produktif juga mempengaruhi kinerja petani yang mengakibatkan tidak adanya pengolahan hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah. Tabel 7.7 Potensi – Masalah dan Faktor Pendorong-Faktor Penghambat Ketenagakerjaan di Kabupaten Bantul 1.
3.6
Potensi Adanya agrowisata membuka kesempatan generasi muda untuk berkontribusi di bidang pertanian
Masalah Tidak adanya regenerasi petani di Kabupaten Bantul 3. Mayoritas penduduk usia produktif bekerja di luar sektor pertanian 2.
Faktor Pendorong -
Faktor Penghambat 1. Rendahnya minat generasi muda untuk melanjutkan pekerjaan di bidang pertanian
Analisis Kelembagaan Analisis kelembagaan membahas tentang keterkaitan antara pihak beberpa pihak dalam
pengembangan kawasan agropolitan Kabupaten Bantul, baik dari segi pemerintah, pihak swasta maupun dari msyarakat itu sendiri. Dalam pengoptimalan pengolahan hasil pertanian untuk mendukung pengembangan agropolitan Kabupaten Bantul membutuhkan koordinasi yang baik antar pihak yang terlibat dengan berdasarkan bidangnya masing-masing. Pemerintah mempunyai peran penting dalam menentukan kebijakan, melindungi kestabilan harga pemasaran hasil pertanian, menyelenggarakan program-program pelatihan yang berkaitan dengan pengolahan hasil produksi pertanian, serta membuat beberapa peraturan yang berkaitan dengan pengembangan sektor pertanian. Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan agropolitan Kabupaten Bantul dan kondisi masyarakatnya. Hal tersebut dikarenakan peran dari pemerintah adalah untuk menjebatani berbagai macam kegiatan di tengah masyarakat yang khususnya berkaitan dengan agropolitan dalam pelaksanaan program kegiatan. Pemerintah juga berperan sebagai mediator atau penghubung masyarakat dengan pemerintah pusat dalam upaya mensejahterkan masyarakat. Ada beberapa bentuk peran aktif dari berbagai pihak yang terkait dalam kegiatan sektor pertaian yakni sebagai berikut. A.
Pemerintah Pemerintah memiliki peran sebagai fasilitator, pembuat kebijakan terkait sektor
pertanian, pengendali stabilitas harga hasil pertanian, dan penyelenggara program-program pertanian. berikut merupakan dinas-dinas yang terkait dalam menangani pertanian di Kabupaten Bantul.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
1.
Dinas Pertanian dan Peternakan Dinas pertanian dan peternakan bertugas mengatur, menjaga, mengawasi, dan meningkatkan sektor pertanian dan peternakan, dan berkoordinasi dengan pihakpihak lainnya seperti kelompok tani yang berperan dalam memajukan produksi pertanian dan peternakan. Dinas peternakan dan pertanian juga mengontrol para kelompok tani atau peternak yang menjalankan program dari Dinas tersebut. Selain itu dinas pertanian juga menyediakan bibit, pupuk, dan prasarana untuk pertanian di Kabupaten Bantul.
2.
BAPPEDA Bappeda sebagai pembuat masterplan Agropolitan yang harus berkoordinasi dengan dinas peternakan dan dinas pertanian, dan juga sebagai penampung aspirasi masyarakat dalam penyusunan masterplan Agropolitan Kabupaten Bantul.
3.
Dinas Pekerjaan Umum (PU) Dinas PU bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan serta BAPPEDA memiliki dalam penyediaan sarana dan prasarana sistem agropolitan terutama dalam hal penyediaan aksesbilitas, transportasi dan jaringan irigasi untuk kegiatan agropolitan di Kabupaten Bantul.
4.
Disperindag Disperindag berperan sebagai penentu harga jual komoditas pertanian dan peternakan pada pemasaran. Selain itu disperindag berkoordinasi dengan UKM sebagai pemberi ijin dan pembinaan UKM.
5. Badan Penyuluhan Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan (BP3K) Badan Penyuluhan Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan badan yang berdiri dibawah Dinas Pertanian dan Peternakan. BP3K berfungsi untuk melakukan penyuluhan terkait kegiatan pertanian, peternakan, dan perkebunan. B.
Kelompok Tani Badan yang berfungsi untuk mengkoordinasi para petani, memantau jumlah produksi
pertanian dan tempat untuk bermusyawarah dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh petani. Selain itu Kelompok tani juga berfungsi sebagai wadah dalam mengembangkan hasil-hasil produksi pertanian menjadi hasil siap jual dengan harga jual yang lebih tinggi.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Dalam analisis kelembagaan pertanian, hubungan antara berbagai pihak yang memiliki kepentingan dalam pengembangan pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Bantul dapat dijelaskan melalui diagram venn sebagai berikut. C.
Koperasi Umum Desa (KUD) Pada umumnya KUD berfungsi untuk membantu penyediaan modal bagi para petani,
membantu penyediaan gudang penyimpanan hasil produksi, serta membantu dalam pemasaran komoditas yang diproduksinya. KUD di Kecamatan Bantul sebagian besar sudah tidak berfungsi lagi kecuali pada Kecamatan Dlingo.
Gambar 7.1 Diagram Venn Kelembagaan Pertanian di Kabupaten Bantul
Berdasarkan Gambar 7.1 Kelompok Tani berperan paling besar membantu petani dalam aktivitas pertanian. BP3K yang berada dibawah Dinas Pertanian memiliki peran komunikasi langsung dengan para kelompok tani dengan melakukan sosialisasi dan penyuluhan kegiatan pertanian. Peran KUD secara umum di Kabupaten Bantul sangat rendah dikarenakan sebagian besar KUD tidak berfungsi lagi, hanya KUD di Kecamatan Dlingo yang masih aktif membantu menunjang aktivitas pertanian. Disperindag, BAPPEDA, dan Dinas PU memiliki peran yang sama besarnya, namun ketiganya tidak sering berhubungan langsung dengan para petani dan lebih sering berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bantul dalam membantu menunjang kegiatan pertanian di Kabupaten Bantul.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
3.7
Analisis Komoditas Basis
3.7.1 Analisis LQ Location quotient (LQ) merupakan salah satu metode analisis yang digunakan untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah.LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis. Dari perhitungan analisis LQ dengan menggunakan perbandingan produksi pertanian masing-masing kecamatan dengan Kabupaten Bantul, maka akan didapatkan hasil perhitungan yang menunjukan komoditas yang tergolong basis atau tidak basis A.
Sub Sektor Tanaman Pangan Berikut merupakan jumlah produksi dan nilai LQ produksi tanaman pangan di
Kabupaten Bantul. Tabel 7.8 Nilai LQ Tiap Komoditas Tanaman Pangan No 1 2 3 4 5 6 7 8
Produksi (Ton) Kabupaten Bantul Provinsi DIY 26.396 712.285 9 170.417 1.340 310.257 538 16.763 629 75.816 23 289 970 1.125.375 91 3.256
Komoditas Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
29.996
Total
LQ 2,98 0,01 0,35 2,58 0,67 6,41 0,07 2,25
2.414.458
Berdasarkan Tabel 7.8 diketahui bahwa komoditas dari sub sektor tanaman pangan yang memiliki LQ > 1, yaitu komoditas padi sawah dan ubi jalar. Nilai LQ setiap komoditas tersebut didapatkan berdasarkan produksi setiap komoditas pada tahun 2017 di Kabupaten Bantul dan Provinsi D.I Yogyakarta. Komoditas-komoditas yang memiliki nilai LQ > 1 tersebut merupakan komoditas basis yang mampu memenuhi Kabupaten Bantul dan Provinsi D.I Yogyakarta. B.
Sub Sektor Holtikultura Analisis LQ merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui komoditas basis di
Kabupaten Bantul. Analisis LQ merupakan perbandingan antara jumlah hasil produksi Kabupaten Bantul terhadap Provinsi DIY. Berikut merupakan jumlah hasil produksi tanaman holtikultura Provinsi DIY dan Kabupaten Bantul. Tabel 7.9 Sub Sektor Holtikultura Jumlah Produksi
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Jenis Tanaman Bawang Merah
Kab. Bantul (Ton)
Provinsi DIY (Ton)
Nilai LQ
14025,52
8798
3,45
Cabe Besar
2286,4
23387
0,21
Cabe Rawit
121,7
3276
0,08
Sumber:
Setelah mengetahui hasil produksi Kabupaten Bantul dan Provinsi DIY, dilakukan perhitungan dengan membandingkan antara jumlah hasil produksi Kabupaten Bantul terhadap Provinsi DIY didapatkan nilai LQ seperti pada Tabel 7. Komoditas basis ditandai dengan nilai LQ > 1. Sedangkan komoditas non basis ditandai dengan LQ< 1. Kabupaten Bantul memiliki komoditas basis bawang merah .Sehingga dalam perencanaan kedepan, diarahkan untuk meningkatkan jumlah produksi pada komoditas basis serta memacu kegiatan produksi komoditas lain agar mampu menjadi komoditas basis. C.
Sub Sektor Peternakan Berikut merupakan jumlah produksi dan nilai LQ sub sektor peternakan di Kabupaten
Bantul. Tabel 7.10 Sub Sektor Peternakan No
Komoditas
1 2 3
Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Total
Produksi (Ton) Kabupaten Bantul Provinsi DIY 6 4069 550 309018 4 1124 314211 560
LQ 0,83 0,99 1,99
Berdasarkan Tabel 7.10 diketahui bahwa komoditas dari sub sektor peternakan yang memiliki LQ > 1, yaitu komoditas kerbau. Nilai LQ setiap komoditas tersebut didapatkan berdasarkan produksi setiap komoditas pada tahun 2017 di Kabupaten Bantul dan Provinsi D.I Yogyakarta. Komoditas-komoditas yang memiliki nilai LQ > 1 tersebut merupakan komoditas basis yang mampu memenuhi Kabupaten Bantul dan Provinsi D.I Yogyakarta. 3.7.2 Analisis Growth Share Analisis growth adalah bagian dari analisis shift share dimana analisis growth melihat pertumbuhan dari komoditas pertanian sebesar apa persentase pertumbuhan produksinya dengan melihat data produksi dua tahun kebelakang. Setelah itu akan didapat hasil growth suatu komoditas sebesar apa, apakah nilai growth positif artinya mengalami penambahan
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
jumlah produksi atau nilai growth negatif atau dapat diartikan komoditas tersebut mengalami penurunan jumlah produksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Setelah diketahui nilai produksi komoditas positif atau negatif selanjutnya dilakukan penandaan, jika komoditas tersebut pertumbuhannya positif maka diberi tanda (+) sedangkan jika pertumbuhan komoditasnya negatif maka diberi nilai (-) Selain analisis growth juga dilakukan penilaian terhadap analisis share. Analisis share digunakan untuk mengetahui nilai share produksi Kabupaten Bantul dan kontribusinya terhadap produksi Provinsi Yogyakarta. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan share ini adalah asumsi nilai share apabila lebih dari 10 % maka nilai share adalah (+) sedangkan bila nilai share kurang dari 10 % maka nilai share adalah (-). Asumsi ini didapatkan dari pertimbangan Provinsi Yogyakarta memiliki 10 kabupaten dan kota, dan produksi 100 % dari tiap-tiap kabupaten dan kota, sehingga setiap kabuptean dan kota memiliki proporsi share minimal adalah 10 %, sehingga apabila lebih dari 10 % maka kabupaten atau kota tersebut telah melampaui target share minimal, sedangkan jika share kurang dari 10 % maka kabupaten atau kota tersebut masih belum memenuhi target share minimal Provinsi Yogyakarta. Klasifikasi komoditas pada analisis growth share diklasifikasikan menjadi empat jenis secara berjenjang yang diantaranya adalah unggulan, potensial, dominan dan statis. Komoditas unggulan ketika nilai growth (+) dan nilai share (+). Komoditas diklasifikasikan potensial apabila nilai growth (-) namun nilai share terhadap provinsi (+). Komoditas diklasifikasikan menjadi komoditas dominan apabila nilai growth (+) namun memiliki nilai share (-). Sedangkan jika nilai growth dan nilai share (-) maka komoditas tersebut diklasifikasikan sebagai komoditas statis. A.
Analisis Growth Analisis growth dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dari sektor ekonomi
per komoditas pertanian di Kabupaten Bantul setiap tahun. Analisis ini merupakan analisis lanjutan dari perhitungan LQ, karena melalui perhitungan LQ telah diketahuikomoditi ekonomi yang memiliki potensi untuk dilakukan ekspor atau distribusi ke daerah lain. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai growth yaitu sebagai berikut.
Keterangan :
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Tn = Jumlah produksi tahun ke-n Tn-1 = Jumlah produksi tahun awal Perhitungan dari formula tersebut dirata-rata dan dijumlahkan sesuai dengan jumlah data dan hasilnya dijadikan sebagai standar bagi rata-rata produksi lain. Bila didapat tanda (+) dinyatakan komoditas atau produksi tersebut berpotensi, sedangkan bila tanda negatif (-) dinyatakan bahwa produksi atau komoditas tersebut kurang berpotensi. Berikut merupakan perhitungan Growth komoditas di Kabupaten Batul. Tabel 7.11 Growth Komoditas Pertanian Pangan Jumlah Produksi pada Tahun 2014 2015 192.711 198.457
Jumlah Produksi pada Tahun 2015 2016 198.457 182.980
-8,45
Average Growth (%) -2,78
Padi Ladang
136
685
80,14
685
231
-196,53
-58,20
Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kedelai
1.671 29.326 940
5.933 28.903 2.756
72 -1,46 65,89
5.933 28.903 2.756
2.394 27.962 425
-147,82 -3,36 -548,47
-37,9 -2,41 -241,29
4.192
6.015
30,30
6.015
3.448
-74,44
-22,07
2.501
2.785
10,19
2.785
1.262
-120,68
-55,25
Komoditas Padi Sawah
Growth (%) 2,89
Growth (%)
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Berdasarkan Tabel 7.11 Growth Komoditas Pertanian Pangan, hasil growth yang memiliki nilai (+) adalah padi sawah, padi ladang, ubi jalar, kacang tanah, kedelai pada jumlah produksi pada tahun 2014-2015. Sehingga padi sawah, padi ladang, jagung, ubi jalar, kacang tanah, kedelai merupakan produksi pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan Tabel 7.12 Growth Komoditas Holtikultura Komoditas Bawang Merah Kacang Panjang
Jumlah Produksi pada Tahun 2014 2015
Growth (%)
Jumlah Produksi pada Tahun 2015 2016
83.921
44.789
-87,36
44.789
607
710
14,50
710
Growth (%)
Average Growth (%)
79.047
43,33
-22,02
27
-2529,62
-1257,56
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Berdasarkan Tabel 7.12 Growth Komoditas Holtikultura, hasil growth yang memiliki nilai (+) adalah jumlah produksi bawang merah pada tahun 2015-16 dan jumlah produksi kacang panjang pada tahun 2014-2015. Sehingga Kacang Panjang dan Bawang Merah merupakan produksi holtikultura yang berpotensi untuk dikembangkan. Tabel 7.13 Growth Komoditas Peternakan Komoditas
Jumlah Produksi pada Tahun
Growth (%)
Jumlah Produksi pada Tahun
Growth (%)
Average Growth
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Sapi Potong Sapi Perah Kerbau
2014 52.564 203 347
2015 54.640 247 446
3,79 17,81 22,19
2015 54.640 247 446
2016 56.796 283 542
3,79 12,72 17,71
(%) 3,79 15,27 19,95
Kuda
1.574
1.772
11,17
1.772
1.978
10,41
10,79
Berdasarkan Tabel 7.13 Growth Komoditas Peternakan, hasil growth yang memiliki nilai (+) adalah sapi potong, sapi perah, kerbau, dan kuda. Sehingga kambing, sapi potong, sapi perah, kerbau, dan kuda merupakan produksi peternakan yang berpotensi untuk dikembangkan. B.
Analisis Share Analisis share digunakan untuk mengkarakteristikan struktur ekonomi dari berbagai
wilayah. Hasil analisis ini akan diketahui komoditas unggulan dan komoditas potensial yang ada di Kabupaten Bantul. Perhitungan yang digunakan untuk analisis share yaitu:
Keterangan : NP1 : Nilai produksi komoditi di suatu wilayah NP2: Nilai produksi komoditi di seluruh wilayah studi
Untuk menyatakan kontribusi yang diberikan itu besar atau tidak adalah dengan melihat ketentuan berikut bila share memiliki nilai >1 maka diberi tanda (+) dan dinyatakan kontribusi yang diberikan besar dan bila share <1 maka diberi tanda (-) dan dinyatakan kontribusi yang diberikan kecil (rendah). Tabel 7.14 Nilai Share Komoditas No.
Komoditas
1 2 3 4 5 6 7
Padi Sawah Padi Gogo/Ladang Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kedelai
8 9
Bawang Merah Kacang Panjang
23
Sapi Potong
Produksi Kabupaten Bantul (ton) 182.980 231 2.394 27.962 425 3.448 1.262 Hortikultura 7.904,7 1,8 Peternakan 5.679,6
Produksi Provinsi D.I.Y (ton) 712.285 170.417 310.257 1.125.375 3.256 75.816 16.763
25,69% 0,14% 0,77% 2,48% 13,05% 4,55% 7,53%
12.240,9 277,48
64,58% 0,65%
30.901,8
18,38%
Share
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
24 25 26
Sapi Perah Kerbau Kuda
28,3 54,2 197,8
406,9 112,4 218,2
6,96% 48,22% 90,65%
Gambar 7.2 Klasifikasi Growth-Share Tabel 7.15 Klasifikasi Growth-Share Komoditas di Kabupaten Bantul No.
Komoditas
Growth
Share
Klasifikasi Komoditas
1 2 3 4 5 6 7
Padi Sawah Padi Gogo/Ladang Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kedelai
+ -
+ + + + +
Sektor Potensial Sektor Statis Sektor Dominan Sektor Potensial Sektor Potensial Sektor Potensial Sektor Potensial
8 9
Bawang Merah Kacang Panjang
-
+ -
Sektor Potensial Sektor Statis
23 Sapi Potong 24 Sapi Perah 25 Kerbau 26 Kuda Sumber: Hasil Analisis, 2018
+ + + +
+ + + +
Sektor Unggulan Sektor Unggulan Sektor Unggulan Sektor Unggulan
Hortikultura
Peternakan
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Berdasarkan Klasifikasi Growth dan Share Komoditas di Kabupaten Bantul, terdapat 4 komoditas unggulan yakni sapi potong, sapi perah, kerbau, dan kuda. Empat komoditas unggulan dari total 4 komoditas unggulan merupakan komoditas peternakan, namun pada tahun 2015 khususnya di Kecamatan Sanden, Kecamatan Kretek, Kecamatan Pundong, Kecamatan Imogiri, dan Kecamatan Dlingo komersialisai hewan ternak sudah tidak dilakukan lagi dikarnakan pada umumnya masyarakat tidak memproduksi ternak sebagai komoditas yang untuk dipasarkan/dijual namun sebagai aset finansial masyarakat. 3.8
Analisis Subsistem Agropolitan Analisis subsistem agropolitan bertujuan untuk mengetahui proses produksi komoditas
unggulan. Analisis subsistem terdiri dari analisis hulu, analisis usaha tani, analisis hilir dan analisis penunjang 3.8.1 Analisis Subsistem Komoditas Padi Pada tahun 2017 produksi tanaman padi sawah di Kabupaten Bantul tercatat 182.980 ton dengan rata-rata produksi sebesar 61 kw/ha. Tanaman Padi termasuk dalam komoditas unggulan di Kabupaten Bantul. Luas lahan yang ditanami untuk tanaman padi yaitu seluas 15.183 Ha. A.
Analisis Subsitem Hulu Analisis subsistem hulu merupakan produksi awal dari sistem pertanian untuk
komoditas Padi. Analisis ini akan menjelaskan terkait dengan asal atau sumber daripada bibit/benih, pupuk, sistem irigasi, sumber daya manusia (SDM)/tenaga kerja, serta biaya/modal yang diperlukan dalam kegiatan produksi Padi. Padi merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Bantul. Petani memperoleh bibit/benih Tanaman Padi didapatkan dari subsidi pemerintah
yang
diperoleh
dari
dinas
pertanian
kemudian
didistribusikan
ke
gapoktan/kelompok tani setiap kecamatan. Selain itu petani juga membeli bibit/benih dari saprotan di Kecamatan masing-masing dengan harga Rp 25.000,-/kg. Pupuk yang digunakan oleh petani adalah Jenis pupuk subsidi terdiri dari campuran urea, ZA, dan KCl. Tabel 7.16 analisis usaha tani hulu Komoditas padi Jenis Pembibitan Pupuk
Potensi Adanya bantuan subsidi bibit dan pupuk dari pemerintah yang disalurkan melalui GAPOKTAN dan BPP kecamatan setempat
Permasalahan Bibit dan pupuk dari subsidi pemerintah bukan merupakan kualitas bibit unggul menurut petani, sehingga petani sering kali membeli bibit unggul di
Analisis Dikarenakan bibit dan pupuk dari pemerintah bukan termasuk bibit unggul dan pupuk dengan kualitas yang baik maka petani sering kali membeli bibit dan pupuk
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Petani sudah menggunakan bibit varietas unggul
Jenis tanah di Kabupaten Bantul merupakan jenis tanah humus dimana tanah humus cocok untuk ditanami komoditas Padi
Lahan
Tenaga Kerja
Biaya/Modal
toko pertanian yang ada di kecamatan, begitu juga dengan kebutuhan pupuk. Petani masih harus membeli pupuk di toko karena kurangnya persediaan pupuk dari pemerintah. -
Jumlah tenaga kerja semakin menurun
Petani mampu menyediakan modal sendiri
-
lain yang tersedia pada kios yang menjual, sebab bibit unggul dan pupuk ini mempengaruhi hasil produksi padi. Bibit unggul akan menghasilkan tanaman dengan kualitas unggul pula. Luas lahan yang potensial mencapai 30% sehingga peningkatan hasil produksi pertanian didukung dengan jenis tanah yang mendukung komoditas padi Jumlah tenaga kerja semakin menurun disebabkan Tidak terdapat regenerasi dalam mengelola lahan pertanian yang ada, dikarenakan orientasi kerja lebih kepada industri di pusat kota. Mayoritas petani jalar memiiki usia diatas 45 tahun yang bukan merupakan usia produktif Petani mampu menyediakan modal untuk penanaman padi karena terdapat bantuan dari pemerinta berupa subsidi pupuk selain itu terdapat pelatihan pembuatan pupuk organik yang membantu petani dalam pembuatan pupuk sendiri dan meminimalisir modal.
Tabel 7.17 Faktor Pendorong dan Faktor Penarik Faktor Pendorong Jenis tanah di Kabupaten Bantul merupakan jenis tanah humus dimana tanah humus cocok untuk ditanami komoditas Padi Terdapat subsidi bibit/benih serta pupuk oleh pemeritah untuk budidya ubi jalar
Faktor Penghambat Tidak terdapat regenerasi dalam mengelola lahan pertanian yang ada. Bibit dan pupuk subsidi pemerintah memiliki kualitas yang kurang baik untuk hasil produksi padi
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
B.
Analisis Subsistem Usaha Tani (On-Farm) Analisis usaha tani on-farm terdiri dari aspek sumber daya manusia, sarana dan
prasarana serta sistem pertanian pada lahan padi ditanam, untuk sumber daya manusia Kebutuhan tenaga kerja untuk mengelola lahan biasanya berasal dari masyarakat sekitar kecamatan atau pada daerah Kabupaten Bantul. Tidak diperlukan kemampuan khusus untuk mengelola lahan pertanian padi. Namun pihak pemerintah tetap mengadakan pelatihan dan penyuluhan menyenai cara bertanam dan merawat tanaman padi, agar sesuai dengan kualitas yang diinginkan pasar. Untuk sarana dan prasarana, Sarana yang digunakan oleh petani masih berupa sarana pertanian
sederhana yaitu kios penjual pupuk, bibit, dll. Prasarana yang
menunjang produksi adalah irigasi dan jalan, yaitu untuk memasarkan hasil pertanian padi menuju pasar. Petani kedelai di Kabupaten Bantul dalam pendistribusiannya langsung mengirimkan hasil produksi ke pasar sehingga tidak membutuhkan gudang/tempat pengumpulan hasil produksi tanaman padi. Sarana dan prasarana produksi pertanian terdiri dari jaringan irigasi, jalan usaha tani.,Alat-alat yang digunakan pada saat menanam serta memelihara komoditas padi adalah cangkul parit dan alat penyemprot disinfektan. Untuk kegiatan perawatan petani kedelai membutuhkan peralatan berupa alat penyemprot hama, parit, pisau kecil, serta cangkul yang digunakan untuk membersihkan gulma atau tumbuhan pengganggu. Untuk sistem pertanian komoditas padi yaitu: ●
Jenis tanah yang ditanami tanaman padi di Kabupaten Bantul adalah tanah humus, tanah ini merupakan tanah yang cocok untuk ditanami tanaman padi sehingga memudahkan petani dalam melakukan pengolahan tanah sebelum menanam padi. Dalam pengolahan tanah petani menggunakan traktor.
●
Persemaian dilakukan setelah menentukan bibit yang unggul. Saat persemaian dilakukan petani juga memberikan pupuk urea dan pupuk TSP pada lahan persemaian dengan dosis masing-masing 10 gr per 1 m2.
●
Proses penanaman bibit padi dilakukan dalam kondisi lahan yang tergenang air, kedalaman penanaman bibit antara 1-15cm dengan jarak tanam 25cm x 25cm.
●
Proses penyiangan atau pembersihan rumput atau gulma yang tumbuh disekitar areal pertanaman. Umumnya masih dilakukan secara manual dengan memakai sabit dan cangkul yaitu pada usia tanaman 4-5 minggu. Selain membersihkan rumput juga dilakukan penggemburan tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
●
Perawatan dilakukan dengan tiga hal yaitu penyiangan, pengairan, dan pemupukan. Penyiangan dilakukan dua minggu sekali atau tiga minggu sekali. Pengairan diberikan sesuai kebutuhan. untuk pemupukan, dilakukan pertama kali setelah tanaman padi berusia satu minggu. Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk urea dengan dosis 100 kg per hektar dan pupuk TPS dengan dosis 50 kg per hektar. Perawatan ini dilakukan sesuai dengan penyuluhan yang diterima petani. Tabel 7.18 Analisis Usaha Tani (On Farm) Komoditas Padi
Jenis Sarana dan Prasarana
Sistem Pertanian
Potensi Penyediaan sarana dan prasarana penunjang sudah difasilitasi oleh pemerintah melalui gapoktan Sarana pertanian di setiap kecamatan menyediakan pupuk dan bibit dengan kualitas unggul
Permasalahan -
Penggunaan pestisida kimia berlebihan sehingga merusak kualitas tanah
Analisis Saprotan sudah tersebar di setiap kecamatan sehingga petani mudah dalam memenuhi kebutuhan untuk bercocok tanam Prasarana penunjang produksi bawang merah di Kabupaten Bantul beberapa sudah menggunakan peralatan modern, seperti Cultivator untuk mengolah lahan dalam persiapan lahan pertanian. Alat tersebut merupakan bantuan dari pemerintah Kabupaten Bantul yang disalurkan melalui GAPOKTAN. Pada Kecamatan Sanden, terdapat beberapa lahan komoditas padi yang masih menggunakan pestisida kimia secara berlebihan, hal ini berpengaruh terhadap kualitas tanah. Petani mengungkapkan jika sudah diberikan penyuluhan terkait penggunaan pestisida organic, namun dikarenakan harga yang lebih terjangkau dan kemudahan
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Jarak tanam padi tidak sesuai dengan yang diberikan saat penyuluhan
didapatkan maka petani masih menggunakan pestisida kimia. petani setempat sulit untuk menerapkan jarak tanam sesuai dengan penyuluhan dari BPP yaitu setempat dan instansi terkait yaitu dengan jarak tanam 2,5x3,0 dikarenakan oleh kultur tanam yang sudah menjadi kebiasaan sejak dulu, hal ini berpengaruh terhadap jumlah butir padi yang di panen.
Tabel 7.19 Faktor Pendorong dan Faktor Penarik Faktor Pendorong Seluruh Gapoktan di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul sudah memiliki alat traktor dalam memudahkan pembajakan sawah -
C.
Faktor Penghambat Faktor kebiasaan dari petani dalam sistem menanam dengan jarak yang tidak sesuai dengan apa yang diberikan pada penyuluhan Penggunaan pestisida berlebihan menurunkan kualitas tanah
Analisis Subsistem Hilir Analisis hilir merupakan analisis terhadap pemanfaatan hasil produksi padi di
Kabupaten Bantul. Analisis ini akan menjelasakan bagaiamana proses pengolahan dari padi setelah panaen serta pemasaran komoditas padi. Tabel 7.20 Analisis Hilir Komoditas Padi Jenis Pemasaran
Potensi - Petani memiliki nilai tawar untuk menentukan harga yang juga ditentukan oleh tengkulak
Permasalahan -
Analisis Kemampuan petani menentukan nilai tawar / nilai jual dalam pemasaran menunjukan adanya kekuatan terhadap penjualan/pemasaran komoditas padi
Tabel 7.21 Faktor Pendorong dan Faktor Penarik Subsistem Hilir Komoditas Padi
Faktor Pendorong Petani dapat menentukan harga yang juga disepakati denga tengkulak
Faktor Penghambat
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
D.
Analisis Subsistem Penunjang Analisis Subsistem penunjang merupakan analisis terkait penunjang atau penyedia jasa
bagi subsistem agribisnis hulu, usaha tani, hilir dan pemasaran produk. Analisis penunjang terkait pada usaha penelitian dan pengembangan SDA dan SDM, informasi pertanian, perkreditan dan asuransi, transportasi, pelatihan dan penyuluhan serta dukungan kebijakan pemerintah terkait . Tabel 7.22 Analisis Penunjang Komoditas Padi Jenis Informasi Pertanian (Pengembangan SDA dan SDM)
Koperasi (KUD)
Unit
Desa
Potensi Adanya program dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) tentang penyuluhan dan pemberian informasi pertanian pada saat menanam, panen, cara menghadapi hama untuk komoditas padi
Terdapat 21 KUD yang tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Bantul
Permasalahann
Organisasi Pertanian
Kelompok tani di Kabupaten Bantul Terdapat 717
Belum optimalnya fungsi dari koperasi seperti peminjaman atau membaantu modal untuk petani Masih kurangnya informasi terkait fungsi koperasi untuk petani Masih belum ada kemitraan dan kerjasama untuk padi
Belum jelas manajemen dalam kelompok tani terkait dengan pemasaran
Analisis Kegiatan penyuluhan atau pemberian informasi terkait informasi pertanian pada saat menanam, panen, cara menghadapi hama untuk komoditas padi yang dilakukan setiap tahun sekitar 3-4. Waktu penyuluhan dilakukan saat menanam, panen, cara membuat pupuk organik sehingga petani bisa meningkatkan kualitas padi dan dapat dan saat ada permasalahan hama sehingga petani bisa menghadapi permasalahan tersebut Fungsi koperasi untuk petani masih sangat kurang sehingga diharapkan fungsi KUD salah satunya memberikan modal kepada petani, pengadaan sarana produksi pertanian dan membantu/ menjamin pemasaran produksi pertanian sehingga dapat berjalan sesuai dengan perannya sehingga petani dapat meningkatkan hasil produksi pertanian dan meningkatkan kesejahteraan hidup petani Kelembagaan seperti kelompok tani dan Gapoktan sudah berjalan
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
kelompok tani yang tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Bantul
hasil produksi sehingga dalam pemasaran masih secara individu
dengan baik untuk membantu petani dalam memberikan informasi terkait pertanian
Tabel 7.23 Faktor Pendorong dan Penghambat Subsistem Penunjang Komoditas Padi Faktor Pendorong Terjalinnya komunikasi antar kelompok tani padi di Kabupaten Bantul Rutin adanya program penyuluhan dari BPP terkait pertanian sehingga petani mudah mendapatkan informasi
Faktor Penghambat Belum adaya dukungan pembiayaan bagi komoditas padi seperti peminajamn modal atau kredit usaha tani untuk petani padi Tidak berfungsinya KUD Belum adanya kemitraan untuk membantu permodalan, proses usaha tani dan pemasaran
3.8.2 Analisis Subsistem Komoditas Bawang Merah A. Analisis Subsitem Hulu Analisis subsistem hulu merupakan produksi awal dari sistem pertanian untuk komoditas Bawang Merah. Analisis ini akan menjelaskan terkait dengan asal atau sumber daripada bibit/benih, pupuk, sistem irigasi, sumber daya manusia (SDM)/tenaga kerja, serta biaya/modal yang diperlukan dalam kegiatan produksi Bawang Merah. Bawang Merah merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Bantul dengan penghasil terbesar berada di Kecamatan Kretek.
Bibit yang digunakan dalam proses produksi komoditas bawang merah yang digunakan berasal dari bibit bawang merah yang berasal dari Kabupaten Bantul sendiri. Bibit bawang merah yang digunakan merupakan Bawang Merah varietas Crok Kuning yang dikembangkan oleh Kelompok Tani Ngudi Makmur di Kecamatan Kretek. Petani mendapatkan bibit dari GAPOKTAN. Saat ini petani sudah dapat menyediakan dan memenuhi kebutuhan bibitnya masing-masing.
Pupuk Pupuk yang digunakan dalam produksi bawang merah yaitu ZA, Urea, dan fosfat. Pupuk yang digunakan petani dalam proses produksi bawang merah berasal dari Kioskios SAPROTAN (Sarana Produksi Pertanian) yang sudah menggunakan supplier yang sudah resmi dari pemerintah yaitu PT. Sekar Tani. Sehingga kebutuhan petani akan pupuk sudah terpenuhi.
Lahan Lahan yang digunakan dalam produksi bawang merah di Kecamatan Kretek sudah memenuhi kondisi ideal untuk penanaman bawang merah varietas crok kuning dimana
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
varietas tersebut beradaptasi ideal pada ketinggian 15 mdpl dan pada kondisi kering. Dimana lahan kering di Kecamatan Kretek yang berada pada ketinggian 0-400 mdpl.
Sumber daya manusia Tenaga kerja yang digunakan dalam produksi komoditas bawang merah menggunakan tenaga kerja dari luar Kabupaten Bantul. Kondisi ini diakibatkan banyaknya generasi muda di Kabupaten Bantul tidak memiliki minat untuk melanjutkan usaha di Bidang Pertanian. Sehingga, petani produksi bawang merah memilih untuk mencari tenaga kerja dari luar, yaitu dari Kabupaten Gunungkidul.
Modal usaha Modal yang digunakan dalam proses produksi berasal dari modal petani masingmasing. Hal ini disebabkan karena pada jeda Masa Tanam komoditas bawang merah, petani menanam komoditas lain yaitu padi dan kedelai. Dari hasil panen kedua komoditas tersebut, petani menggunakannya sebagai konsumsi pribadi dan simpanan dimana petani dapat menjual hasil komoditas tersebut ketika membutuhkan uang. Tabel 7.24 Hasil Analisis Hulu Komoditas Bawang Merah
Jenis Bibit/Benih
Pupuk
Potensi Petani mampu menyediakan bibit secara swadaya dengan dibantu GAPOKTAN Petani sudah menggunakan bibit varietas unggul
Penyediaan pupuk sudah disediakan oleh pemerintah Kabupaten Bantul dan disesuaikan dengan kebutuhan petani
Permasalahan -
Analisis Petani komoditas Bawang Merah di Kabupaten Bantul sudah mampu memenuhi kebutuhan bibitnya sendiri. Hal ini didorong dengan adanya varietas unggul yang digunakan oleh petani bawang merah di Kabupaten Nganjuk yang membuat petani bawang merah di Kabupaten Bantul tertarik untuk mengembangkannya juga. Distribusi pupuk kepada petani Bawang Merah di Kabupaten Bantul sudah dilakukan secara sistematis dan terdistribusi dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya dukungan dari pemerintah Kabupaten Bantul yang menetapkan distributor pupuk resmi dan SAPROTAN di tiaptiap Kecamatan yang
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Lahan
Varietas Bawang Merah Crok kuning yang digunakan beradaptasi dengan optimal pada lahan pertanian kering di Kecamatan Kretek.
Tenaga Kerja
Biaya/Modal
Petani sudah mampu menyediakan modal untuk persiapan produksi pertaniannya masing-masing
Tenaga kerja yang digunakan berasal dari luar daerah/luar kabupaten (Kab. Gunungkidul) sehingga biaya produksi untuk tenaga kerja
diarahkan untuk menjadi Kawasan Agropolitan. Sehingga, apa yang dibutuhkan petani sudah mampu terpenuhi. Lahan pertanian kering di Kecamatan Kretek seluas 5.36 Ha. Dengan adanya bantuan GAPOKTAN, luas lahan yang digunakan untuk penanaman bawang merah digunakan seluruhnya pada Masa Tanam bawang merah. Lalu, berdasarkan hasil kesesuaian lahan, lahan tersebut sesuai untuk produksi bawang merah, sehingga hasil dari produksi bawang merah dapat optimal. Tenaga kerja yang merupakan penduduk asli Kabupaten Bantul sangat sedikit. Pekerja tersebut pun kebanyakan merupakan para petani pemilik lahan yang sudah lama bekerja sebagai petani. Namun, petani banyak yang menggunakan tenaga kerja dari luar (Kabupaten Gunungkidul). Hal itu disebabkan karena berkurangnya minat masyarakat muda untuk menjadi petani akibat pendapatan yang didapatkan tidak tetap sehingga membutuhkan tambahan biaya produksi. Sumber modal pribadi para petani didapat dari penjualan hasil komoditas lainnya selain bawang merah.
Tabel 7.25 Faktor Pendorong dan Penghambat Subsistem Hulu Komoditas Bawang Merah Faktor Pendorong
Faktor Penghambat
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Adanya rencana kerjasama dengan PT. Indofood
B.
Kualitas tanah yang menurun akibat pemakaian pestisida kimia yang berlebihan
Analisis Subsistem Usaha Tani (On-Farm) Analisis usaha tani on-farm terdiri dari aspek sumber daya manusia, sarana dan
prasarana serta sistem pertanian pada lahan bawang merah ditanam, untuk sumber daya manusia Kebutuhan tenaga kerja untuk mengelola lahan biasanya berasal dari masyarakat kabupaten Gunungkidul. Tidak diperlukan kemampuan khusus untuk mengelola lahan pertanian bawang merah. Namun pihak pemerintah tetap mengadakan pelatihan dan penyuluhan menyenai cara bertanam dan merawat tanaman bawang merah, agar sesuai dengan kualitas yang diinginkan pasar. Untuk sarana dan prasarana, Sarana yang digunakan oleh petani berupa sarana pertanian yang sudah terpusat yaitu kios penjual pupuk, bibit, hingga tempat pelelangan bawang merah berada di satu tempat. Prasarana yang menunjang produksi adalah irigasi dan jalan, yaitu untuk memasarkan hasil pertanian bawang merah menuju pasar. Petani bawang merah di Kabupaten Bantul dalam pendistribusiannya menggunakan tengkulak untuk mengirimkan hasil produksi ke pasar. Alat-alat yang digunakan pada saat menanam serta memelihara komoditas bawang merah adalah cangkul parit dan alat penyemprot disinfektan. Untuk kegiatan perawatan petani kedelai membutuhkan peralatan berupa alat penyemprot hama, parit, pisau kecil, serta cangkul yang digunakan untuk membersihkan gulma atau tumbuhan pengganggu. Untuk sistem pertanian komoditas bawang merah yaitu: ● Proses penyangkulan dengan membalik tanah secara merata untuk memperoleh susunan tanah yang gembur dan menciptakan aerasi yang baik. Tanah dicangkul dengan kedalaman 20-30 cm, dihaluskan dan diratakan dan di buat bedengan dengan lebar 120-200cm dengan Panjang menyesuaikan luas lahan. Selanjutnya, dibuat saluran drainase (parit) diantara bedengan. Parit dibuat dengan kedalaman saluran 30cm dengan lebar 40-50cm. Penanaman dilakukan dengan tangan dengan jarak antar tanam selebar 20 cm. Persiapan lahan pertanian bawang merah adapula yang dilakukan menggunakan bantuan cultivator yang difasilitasi oleh Gapoktan. Masa tanam yang dilakukan sebanyak 2 kali pada bulan Februari – April dan Juni – Agustus. Dimana pelaksanaan penanaman sudah diatur dan diawasi oleh Gapoktan. ● Proses pemupukan dilakukan pada tiap kelipatan 10 hari. Proses pemupukan dilakukan setelah 10 hari pertama penanaman, yang dilanjutkan 20 hari setelahnya, dan seterusnya.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Proses penyiangan dilakukan secara manual dan dilakukan dengan hati-hati karena tanaman bawang merah rentan rusak akibat penyiangan. ● Panen kacang kedelai dilaksanakan 55-60 hari setelah tanam. Panen dapat dilakukan setelah 80% daun bawang merah sudah menyentuh tanah. Hasil panen kedelai berupa bawang merah (mentah) dan olahan bawang goreng. Bawang merah yang setelah dipanen lalu dikeringkan dengan bantuan sinar matahari. Hasil produksi rata-rata per hektar sebanyak 22 ton dengan harga kedelai Rp 14.000-17.000,-/Kg. Tabel 7.26 Analisis Usaha Tani (On Farm) Komoditas Bawang Merah Jenis Ketersediaan Lahan
Tenaga Kerja
Potensi Lahan yang digunakan untuk produksi bawang merah dapat mendukung varietas bawang merah unggul asli Kabupaten Bantul, yaitu Crok Kuning, yang sesuai untuk ditanam pada ketinggian 15 mdpl di Kecamatan Kretek Para Petani Bawang Merah rata-rata sudah memiliki lahannya sendiri untuk mengolah dan memproduksi bawang merah.
Permasalahan Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan menyebabkan menurunnya kualitas lahan
Analisis Penurunan kualitas lahan akibat pemakaian pupuk kimia yang berlebihan dapat menurunkan produktivitas lahan di masa yang akan datang.
Sistem upah tenaga kerja untuk produksi bawang merah sudah diatur oleh gapoktan dengan upah harian dengan tambahan biaya makan. Namun, masyarakat generasi muda yang berada di Kabupaten Bantul lebih memilih untuk bekerja di bidang non-pertanian yang memiliki upah lebih tinggi dan stabil. Sehingga, petani pemilik lahan memilih untuk menggunakan tenaga kerja masyarakat dari Kabupaten luar Bantul, yaitu Kabupaten Gunungkidul
Tenaga kerja muda lebih tertarik untuk berusaha di bidang nonpertanian
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Sarana dan Prasarana
Sistem Pertanian
Sumber: Hasil analisis, 2018
Beberapa petani ada yang sudah menggunakan cultivator untuk mengolah lahan kering Penyediaan sarana dan prasarana penunjang sudah difasilitasi oleh pemerintah melalui gapoktan
Masa tanam dan pelaksanaan produksi pertanian sudah diatur dan diawasi Bersama oleh GAPOKTAN dan Kamtibmas.
Sarana dan Prasarana penunjang produksi bawang merah di Kabupaten Banul beberapa sudah menggunakan peralatan modern, seperti Cultivator untuk mengolah lahan dalam persiapan lahan pertanian. Alat tersebut merupakan bantuan dari pemerintah Kabupaten Bantul yang disalurkan melalui GAPOKTAN. Selain itu, GAPOKTAN Bersama BPP juga rutin memberikan pelatihanpelatihan terkait dengan teknologi tersebut sehingga petani dapat menggunakannya dan memanfaatkannya dalam proses produksi. Masa tanam (MT) produksi bawang merah dibagi kedalam dua MT. MT 1 dilakukan mulai bulan Maret sampai Mei, yang dilanjutkan di MT 2 pada bulan Juni sampai Agustus. Pelaksanaan waktu MT ini dikeluarkan oleh GAPOKTAN yang juga menetapkan tanggal penanaman dilakukan secara serentak. Dalam menghidari adanya petani yang mendahului, GAPOKTAN bekerja sama dengan Kamtibmas setempat untuk menjamin ketertiban dari petani. Dengan adanya sistem ini, hasil produksi dapat tercatat dengan baik dan dapat dikontrol hasilnya. Sehingga, pemerintah yang menyediakan saprotan dapat tersalurkan dengan tepat sasaran.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Tabel 7.27 Faktor Pendorong dan Penghambat Subsistem Usaha Tani (On-Farm) Komoditas Bawang Merah Faktor Pendorong Lahan mendukung untuk budidaya komoditas bawang merah Adanya penyediaan cultivator oleh GAPOKTAN
C.
Faktor Penghambat Kualitas tanah yang menurun akibat pemakaian pestisida kimia yang berlebihan
Analisis Subsistem Hilir Analisis hilir merupakan analisis terhadap pemanfaatan hasil produksi bawang merah
di Kabupaten Bantul. Analisis ini akan menjelasakan bagaiamana proses pengolahan dari bawang merah setelah panaen serta pemasaran komoditas bawang merah. Tabel 7.28 Analisis Subsistem Hilir Komoditas Bawang Merah Jenis Pemasaran
Potensi - Petani bawang merah juga menjual dalam bentuk benih bawang merah varietas unggul yang telah mereka kembangkan keluar daerah Bantul. - Adanya pasar lelang untuk komoditas bawang merah.
Permasalahan - Harga jual komoditas bawang merah basah masih belum stabil berkisar 14.00017.000/kg.
Analisis Penjualan komoditas bawang merah untuk selama ini masih tergantung kepada pengepul bawang merah, namun pada saat ini baru diresmikan pasar lelang bawang merah oleh pemerintah setempat untuk petani memasarkan komoditas bawang merahnya sendiri tanpa melalui pengepul terebih dahulu. Selain dijual dalam bentuk hasil bawang merah, petani juga menjual dalam bentuk benih bawang merah varietas unggul hasil pengembangan petani lokal yang diminati oleh petani bawang merah diluar Kabupate Bantul seperti petani di Kabupaten Nganjuk.
Tabel 7.29 Faktor Pendorong Faktor Penghambat Subsistem Hilir Komoditas Bawang Merah
Faktor Pendorong Telah diresmikan pasar lelang bawang merah dimana petani dapat memasarkan langsung hasil pertanian bawang merah Petani mengambangkan benih varietas unggul dan diminati oleh petani bawang merah luar daerah.
Faktor Penghambat Belom stabilnya harga penjualan bawang merah
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
D.
Analisis Subsistem Penunjang Analisis Subsistem penunjang merupakan analisis terkait penunjang atau penyedia jasa
bagi subsistem agribisnis hulu, usaha tani, hilir dan pemasaran produk. Analisis penunjang terkait pada sarana dan prasarana pertanian. Tabel 7.30 Analisis Subsistem Penunjang Komoditas Bawang Merah Jenis Sarana dan Prasarana
Potensi
Permasalahann - Belum adanya sarana penunjang untuk pendistibusian halis pertanian bawang merah - Belum adanya mitra kerja dalam proses pertanian bawang merah. - Belum adanya semua program penyuluhan terhadap petani bawang merah
Analisis Sarana pengumpul seperti terminal untuk distribusi komoditas bawang merah masih belum ada sehingga menghambat distribusi hasil pertanian bawang merah untu dipasarkan ke luar wilayah.
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Tabel 7.31 Faktor Pendorong Faktor Penghambat Subsistem Penunjang Komoditas Bawang Merah Faktor Pendorong -
Faktor Penghambat
Tidak adanya penyuluhan tentang pertanian bawang merah
3.8.3 Analisis Subsistem Komoditas Kedelai A.
Analisis Subsitem Hulu Analisis subsistem hulu merupakan sistem pertanian awal produksi komoditas kedelai.
Analisis ini akan menjelaskan terkait dengan peralatan pertanian, pupuk, dengan modal yang berupa bibit, biaya usaha, peralatan pertaian. Kedelai merupakan salah satu komoditi potensial di Kabupaten Bantul. Petani kedelai memperoleh bibit/benih dari saprotan di Kecamatan masing-masing dengan harga Rp 25.000,-/kg. Pupuk yang digunakan oleh petani adalah pupuk Urea, KCL dam TSP yang merupakan pupuk subsidi dan pupuk organik yang dibuat sendiri oleh petani. Pupuk diperoleh dari saprotan di Kios tani masing-masing kecamatan. Sistem irigasi yang digunakan adaah tadah hujan, tetapi lahan kedelai masih bergantian dengan lahan padi dikarenakan penanaman kedelai digunakan untuk pembersihan lahan.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Tabel 7.32 Analisis Subsistem Hulu Komoditas Kedelai Jenis Benih
Pupuk
Lahan
Potensi Benih kedelai yang telah disubsisdi pemerintah dengan kebutuhan jumlah telah tercukupi Penyediaan pupuk sudah disediakan oleh pemerintah Kabupaten Bantul dan disesuaikan dengan kebutuhan petani
-
-
Petani mampu menyediakan modal sendiri
Analisis Kabupaten Bantul sudah memiliki sistem koordinasi yang baik dalam penyediaan yang baik dalam penyediaan benih padi
-
Lahan dikabupaten Bantul seluaas 30% dari lahan 5 kecamatan arahan sektor agropolitan merupakan lahan pertanian sawah.
Tenaga Kerja
Biaya/Modal
Permasalahan -
Jumlah tenaga kerja semakin menurun
Distribusi pupuk kepada petani kedelai di Kabupaten Bantul sudah dilakukan secara sistematis dan terdistribusi dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya dukungan dari pemerintah Kabupaten Bantul yang menetapkan distributor pupuk resmi di tiap-tiap desa yang diarahkan untuk menjadi Kawasan Agropolitan. Sehingga, apa yang dibutuhkan petani sudah mampu terpenuhi. Luas lahan yang potensial mencapai 30% sehingga peningkatan hasil produksi pertanian kedelai akan memilikikeuntungan yang cukup besar.
Penurunan tenaga kerja diakibatkan oleh tdak adanya regenerai tenaga kerja. Mayoritas petani kedelai memiiki usia diatas 50-60 tahun yang bukan merupakan usia produktif, karena hasil produksi dianggap tidak menguntungkan bagi penduduk usia produktif sehingga penduduk usia produktif lebih memilih untuk bekerja diluar kota. Petani mampu menyediakan modal untuk penanaman padi karena terdapat bantuan
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
dari pemerinta berupa subsidi pupuk selain itu terdapat pelatihan pembuatan pupuk organik yang membantu petani dalam pembuatan pupuk sendiri dan meminimalisir modal.
Tabel 7.33 Faktor Pendorong Faktor Penghambat Subsistem Hulu Komoditas Kedelai
B.
Faktor Pendorong Lahan potensial yang dapat dimanfaatkan petani untuk pembudidayaan komoditas kedelai Bantuan pemerintah untuk benih dan pupuk.
Faktor Penghambat Tenaga kerja yang didominasi oleh usia tidak produktif.
Analisis Subsistem Usaha Tani (On-Farm)
Analisis usaha tani on-farm terdiri dari aspek sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta sistem pertanian pada lahan kedelai ditanam, untuk sumber daya manusia Kebutuhan tenaga kerja untuk mengelola lahan biasanya berasal dari masyarakat sekitar kecamatan atau pada daerah Kabupaten Bantul. Tidak diperlukan kemampuan khusus untuk mengelola lahan pertanian kedelai. Namun pihak pemerintah tetap mengadakan pelatihan dan penyuluhan menyenai cara bertanam dan merawat tanaman kedelai, agar sesuai dengan kualitas yang diinginkan pasar. Untuk sarana dan prasarana, Sarana yang digunakan oleh petani masih berupa sarana pertanian sederhana yaitu kios penjual pupuk, bibit, dll. Prasarana yang menunjang produksi adalah irigasi dan jalan, yaitu untuk memasarkan hasil pertanian kedelai menuju pasar. Petani kedelai di Kabupaten Bantul dalam pendistribusiannya langsung mengirimkan hasil produksi ke pasar sehingga tidak membutuhkan gudang/tempat pengumpulan hasil produksi tanaman kedelai. Sarana dan prasarana produksi pertanian terdiri dari jaringan irigasi, jalan usaha tani.,Alat-alat yang digunakan pada saat menanam serta memelihara komoditas kedelai adalah cangkul parit dan alat penyemprot disinfektan. Untuk kegiatan perawatan petani kedelai membutuhkan peralatan berupa alat penyemprot hama, parit, pisau kecil, serta cangkul yang digunakan untuk membersihkan gulma atau tumbuhan pengganggu. Untuk sistem pertanian komoditas kedelai yaitu: ● Tanah yang ditanami kacang kedelai merupakan tanah bekas tanaman padi, sehingga tanah yang di olah tidak berat. Setelah itu dilakukan penyangkulan dengan membalik tanah secara merata untuk memperoleh susunan tanah yang gembur dan menciptakan aerasi yang baik. Tanah dicangkul selama 5-10cm, dihaluskan dan diratakan dan di buat saluran drainase
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
(pematusan) yang berjarak 3–5m. Kedalaman saluran 25–30cm dengan lebar 20-25cm. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan menggunakan tongkat atau tugal dengan kedalaman sekitar 1,5-2cm dengan jarak tanam 40 x 20 cm. Pada lubang tanam diisi 3-4 biji kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. ● Proses penyiangan atau pembersihan rumput atau gulma yang tumbuh disekitar areal pertanaman. Umumnya masih dilakukan secara manual dengan memakai sabit dan cangkul yaitu pada usia tanaman 4-5 minggu. Selain membersihkan rumput juga dilakukan penggemburan tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. ● Panen kacang kedelai dilaksanakan 90-100 hst. Panen dilakukan setelah lebih dari 95% polong kedelai sudah berwarna coklat kekuningan dan jumlah daun tersisa pada tanaman hanya sekitar 5-10%. Hasil panen kedelai beripa daun, batang dan polon diproses secepatnya dengan cara dikeringkan. Biji kedelai hasil panen dikeringkan dengan bantuan sinar matahari. Hasil produksi rata-rata petani yaitu 1.272 kg dan ratarata per hektar adalah 1.122,06 Kg dengan harga kedelai Rp 12.000,-/Kg. ● Berdasarkan wawancara dengan kelompok tani permasalahan yang dihadapi yaitu serangan Hama Tanaman Kedelai yaitu Ulat Gerayak ( Spodoptera litura ) dan Kutu Kebul, yang dikenal dengan nama Bemisia tabacci. Adapun pengendalian hama tersebut petani kedelai menyemprotnya dengan insektisida Prepaton dan Starban. Tabel 7.34 analisis usaha tani (on farm) Komoditas Kedelai Jenis Sarana dan prasana
Potensi -
Permasalahan -
Analisis Berdasarkan analisis, terkait untuk sarana dan prasarana dalam sistem on farm komoditas kedelai tidak memiliki masalah, petani tidak kesulitan untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dalam proses menanam kedelai karna saprotan tersebar merata pada setiap kecamatan, serta untuk alat-alat menanam kedelai sudah tersedia pada masing masing petani, milik pribadi maupun milik gapoktan/kelompok tani.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Untuk irigasi sendiri, tidak terdapat masalah dalam mengairi tanaman kedelai. Sistem irigasi yang tersedia untuk tiap lahan pertanian di Kecamatan Bantul terdiri dari irigasi teknis dan non teknis. Sistem Pertanian
Berdasarkan wawancara dengan kelompok tani permasalahan yang dihadapi yaitu serangan Hama Tanaman Kedelai yaitu Ulat Gerayak ( Spodoptera litura ) dan Kutu Kebul, yang dikenal dengan nama Bemisia tabacci.
-
permasalahan yang dihadapi yaitu serangan Hama Tanaman Kedelai yaitu Ulat Gerayak ( Spodoptera litura ) dan Kutu Kebul, yang dikenal dengan nama Bemisia tabacci. Namun hal ini tidak berpengaruh terhadap kerugian saat panen kedelai, jika cepat diatasi . Adapun pengendalian hama tersebut petani kedelai menyemprotnya dengan insektisida Prepaton dan Starban
Tabel 7.35 Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Subsistem Usaha Tani (On-Farm) Komoditas Kedelai Faktor Pendorong
C.
Faktor Penghambat Permintaan Kedelai produksi lokal rendah
Analisis Subsistem Hilir Komoditas kedelai diproduksi di 4 kecamatan antara lain Kecamatan Dlingo, Kecamatan Pundong, Kecamatan Imogiri, dan Kecamatan Kretek. Produksi komoditas kedelai yakni 404 ton oleh Kecamatan Dlingo, 112 ton oleh Kecamatan Pundong, 26 ton oleh Kecamatan Imogiri, dan 81 ton oleh Kecamatan Kretek. Harga jual per kilogram komoditas kedelai yakni Rp.7000 pada tahun 2018. Tabel 7.36 Analisis Hilir Komoditas Kedelai Kabupaten Bantul
Jenis Pemasaran
Potensi -
Permasalahan Produksi kedelai langsung dijual tanpa adanya proses
Analisis Bantul memiliki potensi sebagai penghasil kedelai nasional dimana 68% kebutuhan kedelai
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
pengolahan sehingga nilai jual rendah Belum adanya kemitraan dalam pemasaran kedelai
nasional masih bergantung pada impor kedelai dari Amerika Serikat pada tahun 2016. Di Kabupaten Bantul, sebagian besar penghasil kedelai hanya menjadikan komoditas kedelai sampingan saja, sehingga dari sisi produksi dan pemasaran belum berkembang. Sosialisasi dan pelatihan dalam memproduksi kedelai penting adanya sehingga petani kedelai juga dapat memasarkan kedelainya dengan nilai jual yang lebih tinggi dan membangun kemitraan dengan pengolah kedelai dan perusahaan yang membutuhkan bahan baku kedelai.
Tabel 7.37 Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Subsistem Hilir Komoditas Kedelai Faktor Pendorong -
Faktor Penghambat Kedelai lokal belum diminati masyarakat dibandingkan dengan kedelai impor terutama di kalangan bisnis tahu dan tempe yang merupakan bisnis lauk-pauk khas nusantara
Pemasaran komoditas kedelai pada kecamatan Dlingo dan Imogiri dipasarkan ke Pasar Imogiri, sedangkan untuk Kecamatan Pundong dan Kretek komoditas kedelai tidak dilakukan pemasaran ke titik sarana perdagangan namun konsumen mendatangi langsung petani penghasil kedelai untuk membelinya. Berikut merupakan jalur pemasaran komoditas kedelai di Kecamtan Dlingo dan Imogiri. D.
Analisis Subsistem Penunjang Analisis Subsistem penunjang merupakan analisis terkait penunjang atau penyedia
jasa bagi subsistem agribisnis hulu, usaha tani, hilir dan pemasaran produk. Analisis penunjang terkait pada informasi pertanian, KUD, organisasi pertanian
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Tabel 7.38 Analisis Penunjang Komoditas Kedelai Kabupaten Bantul Jenis Informasi Pertanian (Pengembangan SDA dan SDM)
Koperasi (KUD)
Unit
Desa
Potensi Adanya program dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) pemberi penyuluhan dan pemberian informasi pertanian pada saat menanam, panen, cara menghadapi hama
Terdapat 21 KUD yang tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Bantul
Permasalahann Kurangnya informasi petani mengenai pasar, sehingga para petani langsung menjual ke tengkulak atau untuk dikonsumsi pribadi Belum adanya semua program penyuluhan terhadap petani kedelai
Sarana dan Prasarana
Organisasi Pertanian
Belum optimalnya fungsi dari koperasi seperti peminjaman atau membaantu modal untuk petani kedelai Masih kurangnya informasi terkait fungsi koperasi untuk petani kedalai
Belum adanya sarana penunjang untuk pendistibusian halis pertanian kedelai
Kelompok tani di Kabupaten Bantul Terdapat 717 kelompok tani yang tersebar di 17
Belum jelas manajemen dalam kelompok tani terkait dengan pemasaran hasil produksi kedelai sehingga dalam
Analisis Penyuluhan yang diberikan mengenai informasi teknik pengelolaan kedelai masih kurang jelas dikarenakan jumlah petani yang menanam komoditas sangat sedikit dan rata-rata dikonsumsi untuk pribadi sehingga produktivitas kedelai sangat sedikit sehingga tidak menjadi prioritas Fungsi koperasi untuk petani masih sangat kurang sehingga diharapkan fungsi KUD salah satunya memberikan modal kepada petani, pengadaan sarana produksi pertanian dan membantu/ menjamin pemasaran produksi pertanian sehingga dapat berjalan sesuai dengan perannya sehingga petani dapat meningkatkan hasil produksi pertanian dan meningkatkan kesejahteraan hidup petani selain itu juga diperlukan strategi untuk membantu petani dalam permodalan seperti sistem kredit usaha tani Masih belum ada kemitraan dan kerjasama untuk hasil pemasaran kedelai Sarana pengumpul seperti terminal untuk distribusi komoditas kedelai masih belum ada sehingga menghambat distribusi hasil pertanian kedelai untuk dipasarkan ke luar wilayah. Kelembagaan seperti kelompok tani dan Gapoktan sudah berjalan dengan baik untuk membantu petani dalam
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
kecamatan di Kabupaten Bantul
pemasaran masih secara individu
memberikan informasi terkait pertanian
Tabel 7.39 Faktor Pendorong dan Penghambat Subsistem Penunjang Komoditas Kedelai Faktor Pendorong Adanya kelembagaan Gapoktan dan kelompok tani untuk membantu informasi petani kedelai
Faktor Penghambat Belum adaya dukungan pembiayaan bagi komoditas padi seperti peminajamn modal atau kredit usaha tani untuk petani padi Tidak berfungsinya KUD Penyuluhan terkait komoditas kedelai masih kurang karena jumlah produksi yang sedikit dan tidak menjadi prioritas
3.8.4 Analisis Subsistem Komoditas Ubi Jalar A.
Analisis Subsitem Hulu Analisis subsistem hulu merupakan produksi awal dari sistem pertanian untuk
komoditas Ubi jalar. Analisis ini akan menjelaskan terkait dengan asal atau sumber daripada bibit/benih, pupuk, sistem irigasi, sumber daya manusia (SDM)/tenaga kerja, serta biaya/modal yang diperlukan dalam kegiatan produksi Ubi jalar. Ubi jalar merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Bantul yang diproduksi di Kecamatan Sanden.
Pembibitan Bibit ubi jalar didapatkan dari subsidi pemerintah yang diperoleh dari Dinas pertanian kemudian didistribusikan ke saprotan Kecamatan Sanden dan bibit non subsidi dengan harga yang lebih tinggi yaitu Rp 500,-. Kebutuhan bibit untuk 10 m2 sebanyak 36 batang.
Pupuk Pupuk
yang digunakan oleh petani adalah pupuk Urea, KCL dam TSP yang
merupakan pupuk subsidi dengan kisaran harga Rp 1.800- Rp 3.900 dan pupuk organik yang dibuat sendiri oleh petani. Kebutuhan pupuk untuk ubi jalar adalah 0,2 kg/ m2
Sistem pengairan/irigasi. Sistem pengairan yang digunakan pada komoditas ubi jalar adalah tadah hujan.
Sumber daya manusia Kebutuhan buruh tani dalam penanaman ubi jalar yaitu 4-5 orang setiap musim tanam.
Modal usaha Modal petani untuk penanaman padi ada yang menggunkan modal pribadi. Tabel 7.40 Hasil Analisis Subsistem Hulu Komoditas Ubi Jalar Jenis
Potensi
Permasalahan
Analisis
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Bibit/Benih
Bibit ubi jalar merupakan subsisdi dari pemerintah sejak tahun 2014
Pupuk
Penyediaan pupuk sudah disediakan oleh pemerintah Kabupaten Bantul dan disesuaikan dengan kebutuhan petani
Lahan
Bibit yang diperoleh dari bantuan peerintah memiliki kualitas yang kurang baik
-
-
Kecamatan Sanden memiliki lahan sebagian besar berupa pasir mampu dikembangan untuk budidaya ubi jalar
-
Tenaga Kerja
Biaya/Modal
Petani mampu menyediakan modal sendiri
Jumlah tenaga kerja semakin menurun
Pemerintah memberikan bantuan berupa bibit dalam budaya ubi jalar namun kualitas biibit subsidi kurang bai sehingga petani harus membeli bibit unggulan yang memiliki haraga lebih mahal dari bibi subsidi. Distribusi pupuk kepada petani Ubi jalar di Kabupaten Bantul sudah dilakukan secara sistematis dan terdistribusi dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya dukungan dari pemerintah Kabupaten Bantul yang menetapkan distributor pupuk resmi di tiap-tiap desa yang diarahkan untuk menjadi Kawasan Agropolitan. Sehingga, apa yang dibutuhkan petani sudah mampu terpenuhi. Pada tahaun 2014 terdapat penyuluhan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan untuk mengembangkan budidaya ubi jalar di Kecamatan Sanden dengan tanah pasir Penurunan tenaga kerja diakibatkan ole tdak adanya regenerai tenaga kerja. Mayoritas petani ubi jalar memiiki usia diatas 45 tahun yang bkan merupakan usia produktif, selain iitu tenaga kerj usia produktif lebih memilih pekerjaan diluar bidaang agropolian. Petani mampu menyediakan modal untuk penanaman ubi jalar karena terdapat bantuan dari pemerinta berupa subsidi pupuk selain itu terdapat pelatihan pembuatan pupuk organik yang
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
membantu petani dalam pembuatan pupuk sendiri dan meminimalisir modal.
Tabel 7.41 Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Subsistem Hulu Komoditas Ubi Jalar Faktor Pendorong Sebagian besar lahan di Kecamatan Sanden merupakan pasir yang cocok utuk dikembangkan untuk budidaya ubi jalar Terdapat subsidi pupuk oleh pemeritah untuk budidya ubi jalar Sumber: Hasil analisis, 2018
B.
Faktor Penghambat Berkurangnya petani usia produktif sehingga mempengaruhi keefektifan dan mengakibatkan berkurangnya petani ubi jalar setiap tahunna.
Analisis Subsistem Usaha Tani (On-Farm) Analisis usaha tani on-farm terdiri dari aspek sumber daya manusia, sarana dan
prasarana serta sistem pertanian pada lahan ubi jalar ditanam, untuk sumber daya manusia Kebutuhan tenaga kerja untuk mengelola lahan biasanya berasal dari masyarakat sekitar kecamatan atau pada daerah Kabupaten Bantul. Tidak diperlukan kemampuan khusus untuk mengelola lahan pertanian ubi jalar. Namun pihak pemerintah tetap mengadakan pelatihan dan penyuluhan menyenai cara bertanam dan merawat tanaman ubi jalar, agar sesuai dengan kualitas yang diinginkan pasar. Untuk sarana dan prasarana, Sarana yang digunakan oleh petani masih berupa sarana pertanian sederhana yaitu kios penjual pupuk, bibit, dll. Prasarana yang menunjang produksi adalah irigasi dan jalan, yaitu untuk memasarkan hasil pertanian ubi jalar menuju pasar. Petani kedelai di Kabupaten Bantul dalam pendistribusiannya langsung mengirimkan hasil produksi ke pasar sehingga tidak membutuhkan gudang/tempat pengumpulan hasil produksi tanaman ubi jalar. Sarana dan prasarana produksi pertanian terdiri dari jaringan irigasi, jalan usaha tani.,Alat-alat yang digunakan pada saat menanam serta memelihara komoditas ubi jalar adalah cangkul parit dan alat penyemprot disinfektan. Untuk kegiatan perawatan petani kedelai membutuhkan peralatan berupa alat penyemprot hama, parit, pisau kecil, serta cangkul yang digunakan untuk membersihkan gulma atau tumbuhan pengganggu. Untuk sistem pertanian komoditas ubi jalar yaitu: ●
Tanah yang ditanami ubi jalar merupakan tanah bekas tanaman padi, sehingga tanah yang di olah tidak berat. Setelah itu dilakukan penyangkulan dengan membalik tanah secara merata untuk memperoleh susunan tanah yang gembur dan menciptakan aerasi yang baik. Tanah dicangkul atau dibajak untuk menggemburkannya, lalu buat lubang dengan tinggi 30-40cm dengan lebar 60-100cm dan jarak antar lubang 40-60cm.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
●
Proses penyiangan atau pembersihan rumput atau gulma yang tumbuh disekitar areal pertanaman. Umumnya masih dilakukan secara manual dengan memakai sabit dan cangkul yaitu pada usia tanaman 4-5 minggu. Selain membersihkan rumput juga dilakukan penggemburan tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
●
Panen kacang ubi jalar dilakukan ketika ketela rambat tersebut sudah berumur sekitar 3,5-4 bulan. Tabel 7.42 Analisis Usaha Tani (On-Farm) Komoditas Ubi
Jenis Sarana dan Prasarana
Potensi
Permasalahan
Sistem Pertanian Sebagian besar lahan di kec sanden adalah lahan pasir yang cocok ditanami ubi jalar
Analisis Berdasarkan analisis, terkait untuk sarana dan prasarana dalam sistem on farm komoditas ubi tidak memiliki masalah, petani tidak kesulitan untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dalam proses menanam kedelai karna saprotan tersebar merata pada setiap kecamatan, serta untuk alat-alat menanam kedelai sudah tersedia pada masing masing petani, milik pribadi maupun milik gapoktan/kelompok tani. Luasan lahan pertanian di Kabupaten Bantul sebesar 15.183Ha. Sedangkan total luas lahan yang ditanami ubi Yang mana tersebar pada seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul
Tabel 7.43 Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Subsistem Usaha Tani (On-Farm) Komoditas Ubi Jalar
C.
Faktor Pendorong Ketersediaan lahan pasir yang cocok dikembangkan untuk komoditas ubi jalar Komoditas ubi jalar membutuhkan volume air yang banyak untuk dikembangkan
Faktor Penghambat -
Analisis Subsistem Hilir Analisis hilir merupakan analisis yang menjelaskan pemasaraaan komoditas ubi jalar
di Kabupaten Bantul. Berikut merupakan tabel analisis subsistem hilir komoditas ubi jalar.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Tabel 7.44 Analisis Subsistem Hilir Komoditas Ubi Jalar Jenis Pemasaran
Potensi Lahan produksi ubi jalar dekat dengan titik pemasaran yakni pada sekitar pantai selatan kabupaten bantul
Permasalahan -
Analisis Lahan produksi ubi jalar dekat dengan titik pemasaran yakni pada sekitar pantai selatan kabupaten bantul sehingga tidak diperlukan biaya lebih untuk distribusi hasil komoditas dan langsung mencapai pasar
Tabel 7.45 Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Subsistem Hilir Komoditas Ubi Jalar Faktor Pendorong Faktor Penghambat Ubi jalar merupakan komoditas yang mudah dikembanagkan di Kabuaten Bantul dan demman dan supply ubi jalar terus meningkat setiap tahunnya
D.
Analisis Subsistem Penunjang Analisis Subsistem penunjang merupakan analisis terkait penunjang atau penyedia jasa
bagi subsistem agribisnis hulu, usaha tani, hilir dan pemasaran produk. Analisis penunjang terkait pada organisasi pertanian dan sarana pertanian Tabel 7.46 Analisis Subsistem Penunjang Komoditas Ubi Jalar Jenis Organisasi pertanian dan sarana pertanian
Potensi Adanya pertemuan rutin setiap bulan untuk kelompok petani ubi jalar.
Permasalahann Tidak aktifnya lembaga keuangan atau KUD untuk mendukung pertnian ubi jalar
Analisis Kelompok tani ubi jalar setiap bulan melakukan pertemuan guna membahas permasalah maupun perkemabangan ubi jalar pada setiap daerahnya, dengan adanya petemuan ini kelompok tani dapat berdiskusi tentang komoditas ubi jalar dalam menghasilkan u produk ubi jalar yang ideal dan mempunyai harga tinggi dipasaran sehingga produksi ubi jalar pada Kabupaten Bantul sehingga menjadi komoditas unggulan pada daerah tersebut. Namun, aktifnya peran kelompok petani ubi jalar guna mengembangka ubi jalar tidak didukung dengan lembaga keuangan yanng ada. Lembaga keuangan seperti KUD tidak aktif dalam medukung pertanian komoditas ubi jalar. Hal ini nantinya dapat berakibat pada kegiatan pertanian ubi jalar berjalan
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
dengan tidak optimal sehingga hasil produksi ubi jalar juga tidak maksimal.
Tabel 7.47 Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Subsistem Penunjang Komoditas Ubi Jalar Faktor Pendorong Terjalinnya komunikasi antar kelompok tani ubi jalar pada Kabupaten Bantul
Faktor Penghambat Belum adaya dukungan pembiayaan bagi komoditas ubi jalar
3.9 Analisis Linkage System 3.9.1 Analisis Linkage system Antar Sektor Sektor yang akan dikembangkan diKabupaten Bantul berjumlah 4 sektor yaitu sektor agropolitan, sektor minapolitan, sektor pariwisata, dan sektor insudtri. Setiap sektor memiliki pembahasan masing-masing. Sektor agropolitan membahas mengenai pertanian peternakan serta perkebunan yang ada di Kabupaten Bantul, selain itu juga membahas mengenai pembangunan pertanian di Kabupaten Bantul. Sektor minapolitan membahas mengenai perikanan dan membahas mengenai pembangunan perencanaan perikanan di Kabupaten Bantul. Sektor pariwisata membahas mengenai wisata di membahas di Kabupaten Bantul serta membahas mengenai pembangunan perencanaan dan pengembangan pariwisata di Kabupaten Bantul. Yang terakhir ialah sektor insudtri yang membahas mengenai insudtri dan berbagai jenisnya di Bantul. Berdasarkan hasil analisis, keterkaitan sektor agropolitan hanya berkaitan dengan sektor pariwisata. A.
Sektor Pariwisata Keterkaitan sektor agropolitan dengan sektor pariwisata berupa agrowisata. Kecamatan
Dlingo memiliki 2 objek wisata dengan memanfaatkan pertanian yang ada pada eksisting yaitu Wisata petik buah mangunan yang terletak di Desa Mangunan dan Wisata Songgolangit dengan memanfaatkan hamparan sawah menjadi atraksi wisatanya, selain itu terdapat Desa Wisata Candran yang berada pada Kecamatan Imogiri, dimana pada Desa Wisata Candran kegiatan menanam padi dijadikan atraksi wisata.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
3.9.2 Analisis Linkage system Antar Komoditas
Gambar 7.3 Linkage Sistem Antar komoditas di Kabupaten Bantul Tabel 7.48 Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Linkage System Antar Komoditas Potensi Adanya sistem integrated farming untuk komoditas padi dan kedelai untuk rehabilitasi lahan pertaninan serta penghematan lahan pertanian
Masalah Belum adanya sistem pengolahan pada tiap-tiap komoditas
Faktor Pendorong Adanya sistem integrated farming untuk komoditas padi dan kedelai untuk rehabilitasi lahan pertaninan serta penghematan lahan pertanian
Faktor Penghambat -
3.9.3 Backward Forward Analisis backward linkage merupakan analisis yang membahas terkait input, proses on farm sampai ke hilir sedangkan analisis forward lingkage yaitu analisis yang lebih memperhatikan keterkaitan kegiatan pertanian dengan pemakai output produksi beserta wilayah tujuan pemasaran produk pertanian. A.
Analisis Linkage System Komoditas Padi Analisis backward linkage komoditas padi merupakan analisis yang membahas terkait
input, proses on farm sampai ke hilir sedangkan analisis forward lingkage yaitu analisis yang
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
lebih memperhatikan keterkaitan kegiatan pertanian dengan pemakai output produksi beserta wilayah tujuan pemasaran produk pertanian dari komoditas padi.
Gambar 7.4 Linkage System Padi
Berdasarkan Gambar 7.4 Linkage system merupakan analisis yang membahas terkait input hingga ouput sebuah proses,Petani membutuhkan modal usaha yaitu berasal dari modal pribadi yang digunakan untuk sistem produksi padi. Proses awal dari proses kegiatan pertanian tanaman padi adalah petani memerlukan bibit dan pupuk yang mendapatkan bantuan dari pemerintah yang bisa di beli kios resmi serta non subsidi dari pemerintah yang bisa di dapatkan dari toko pertanian lainnya, lalu persiapan untuk irigasi dan alat-alat pertanian yang digunakan. Setelah melakukan tahap persiapan maka petani melakukan pengolahan lahan dengan bantuan alat pertanian seperti cangkul, parit secara manual ataupun dengan bantuan traktor untuk mengemburkan tanah., Kemudian lakukan pengairan agar memudahkan proses pembajakan untuk mendapat lahan gembur dan lunak. Setelah persiapan lahan, cara menanam padi yang selanjutnya adalah pemilihan bibit dan pemberian pupuk lalu dilakukan persemaian padi. Selain itu juga tanaman padi perlu dilakukan perawatan seperti penyemprotan hama, lalu dilakukan pemanenan. Masa panen biasanay dalam 1 tahun bisa 2 kali. Untuk pemasaran padi di Kabupaten Bantul dilakukan oleh petani langsung kepada para tengkulak dengan harga yang sudah ditentukan para tengkulak dan ada juga yang dijual di Kabupaten Bantul sendiri.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Tabel 7.49 Potensi, Masalah, Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Linkage System Komoditas Padi Potensi Produksi yang tinggi berpotensi untuk menjadikan padi sebagai produk komersial
B.
Masalah Tidak adanya pengolahan
Faktor Pendorong Komoditas padi merupakan komoditas pokok yang selalu dibutuhkan masyarakat
Faktor Penghambat Alat produksi pertanian se bagian besar masih menggunakan alat traditional sehingga mengurangi efisiensi produksi
Analisis Linkage System Komodias Bawang Merah Analisis backward linkage komoditas bawang merah merupakan analisis yang
membahas terkait input, proses on farm sampai ke hilir sedangkan analisis forward lingkage yaitu analisis yang lebih memperhatikan keterkaitan kegiatan pertanian dengan pemakai output produksi beserta wilayah tujuan pemasaran produk pertanian dari komoditas bawang merah.
Gambar 7.5 Linkage System Bawang Merah
Berdasarkan Gambar 7.5 Linkage system komoditas bawang merah merupakan analisis yang membahas terkait input hingga ouput sebuah proses, Petani membutuhkan modal
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
usaha yaitu berasal dari modal pribadi yang digunakan produksi bawang merah. Proses awal dari proses kegiatan pertanian tanaman padi adalah petani memerlukan pupuk yang mendapatkan bantuan dari pemerintah yang bisa di beli kios untuk sistem resmi serta non subsidi dari pemerintah yang bisa di dapatkan dari toko pertanian lainnya sedangkan bibit bawang merah di dapatkan dari Kabupaten Brebes dan swadaya dari masyarakat sendiri , lalu persiapan untuk irigasi dan alat-alat pertanian yang digunakan. Setelah melakukan tahap persiapan, petani melakukan penyiapan bibit dan pupuk serta melakukan pengelolaan lahan yang digunakan untuk menanam bawang merah, lalu petani menanam bibit bawang merah dan memberi pupuk dan perawatan bawang merah dengan pengendalian hama. Pemasaran bawang merah dilakukan dengan dua cara yang dilakukan oleh tengkulak menjadi bawang merah dan dijual bawang merah ke Kabupaten Brebes serta benih bawangmerah varietas unggul Tabel 7.50 Linkage System Kedelai Potensi Sudah adanya masyarakat yang mampu melakukan pengolahan terhadap komoditas bawang merah
C.
Masalah Penyediaan bibit bawang merah sebagian besar berasal dari luas kawasan agropolitan Kabupaten Bantul
Faktor Pendorong Adanya kerjasama dalam sistem produksi bawang merah dengan mitra di Kota Brebes serta rencana kemitraan dengan PT. Indofood.
Faktor Penghambat -
Analisis Linkage System Komodias Kedelai Analisis backward linkage komoditas kedelai merupakan analisis yang membahas
terkait input, proses on farm sampai ke hilir sedangkan analisis forward lingkage yaitu analisis yang lebih memperhatikan keterkaitan kegiatan pertanian dengan pemakai output produksi beserta wilayah tujuan pemasaran produk pertanian dari komoditas bawang kedelai Gambar 7.6 Linkage System Kedelai
Berdasarkan Gambar 7.6 Linkage system merupakan analisis yang membahas terkait input hingga ouput sebuah proses,Petani membutuhkan modal usaha yaitu berasal dari modal pribadi dan koperasi yang digunakan untuk sistem produksi kedelai. Proses awal dari proses kegiatan pertanian tanaman kedelai adalah petani memerlukan bibit dan pupuk yang mendapatkan bantuan dari pemerintah yang bisa di beli kios resmi serta non subsidi dari pemerintah yang bisa di dapatkan dari toko pertanian lainnya, lalu persiapan untuk irigasi dan alat-alat pertanian yang digunakan. Setelah melakukan tahap persiapan maka petani melakukan pengolahan lahan dengan bantuan alat pertanian seperti cangkul, parit secara manual.Lahan kedelai menggunakan lahan dari padi,lalu melakukan pemupukan dasar untuk kedelai lalu
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
penanaman bibit kedelai serta perawatan tanaman ukedelai seperti penanggulangan hama dan gulma serta pemanenan. Untuk pemasaran kedelai di Kabupaten Bantul dilakukan oleh petani langsung tanpa diolah dan dijual ke luar kabupaten bantul, lalu ada juga untuk masyarakat bantul sendiri Tabel 7.51 Linkage System Kedelai Potensi Adanya sistem integrated farming yang dapat menghemat pemakaian lahan untuk komoditas kedelai
D.
Masalah Belum adanya pengolahan
Faktor Pendorong Adanya dukungan pemerintah untuk mengembangkan komoditas kedelai dari penyediaan bibit bersubsidi
Faktor Penghambat Kedelai lokal tidak diminati pasar tertutama dalam segmen penghasil makanan nusantara tahu dan tempe
Analisis Linkage System Komodias Ubi Jalar Analisis backward linkage komoditas ubi jalar merupakan analisis yang membahas
terkait input, proses on farm sampai ke hilir sedangkan analisis forward lingkage yaitu analisis yang lebih memperhatikan keterkaitan kegiatan pertanian dengan pemakai output produksi beserta wilayah tujuan pemasaran produk pertanian dari komoditas bawang ubi jalar
Gambar 7.7 Linkage System Ubi Jalar
Berdasarkan Gambar 7.7 Linkage system merupakan analisis yang membahas terkait input hingga ouput sebuah proses,Petani membutuhkan modal usaha yaitu berasal dari modal pribadi digunakan untuk sistem produksi kedelai. Proses awal dari proses kegiatan pertanian
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
tanaman kedelai adalah petani memerlukan bibit dan pupuk yang mendapatkan bantuan dari pemerintah yang bisa di beli kios resmi serta non subsidi dari pemerintah yang bisa di dapatkan dari toko pertanian lainnya, lalu persiapan alat-alat pertanian yang digunakan. Ubi jalar menggunakan sawah tadah hujam, Setelah melakukan tahap persiapan maka petani melakukan pengolahan lahan dengan bantuan alat pertanian seperti cangkul, parit secara manual.Lahan kedelai menggunakan tadah hujan.Pemilihan bibit lalu penanaman bit ubi jalar dan perawatan ubi jalar berupa penanggulanagn hama lalu dipanen. Untuk pemasaran ubi jalar di Kabupaten Bantul dilakukan oleh petani langsung tanpa diolah dan dijual hanya di dalam Kecamatan Sanden itu sendiri. Tabel 7.52 Linkage System Ubi Jalar Potensi Lahan kering cocok dikembangkan untuk ubi jalar
3.10
Masalah Belum adanya pengolahan agar nilai jual tinggi
Faktor Pendorong Ubi jalar merupakan komoditas yang mudah dikembanagkan di Kabuaten Bantul dan demman dan supply ubi jalar terus meningkat setiap tahunnya
Faktor Penghambat -
Analisis Akar Masalah Analisis akar masalah dilakukan untuk mencari masalah terdasar dari masalah-masalah
yang ditemukan mengenai subsistem agropolitan di Kabupaten Bantul.
SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2018 SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
3.11
Analisis Akar Tujuan
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2018 SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
3.12
Konsep Pengembagan
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2018 SEKTOR AGROPOLITAN KABUPATEN BANTUL – PROVINSI DIY
Berdasarkan hasil analisis dalam data analisa maka dirumuskan visi Kabupaten Bantul sebagai berikut: “ MENGEMBANGKAN KABUPATEN BANTUL SEBAGAI KAWASAN AGROPOLITAN BERBASIS KEMITRAAN DALAM MENDUKUNG INOVASI DAN MENINGKATKAN DAYA JUAL” Pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Bantul memiliki unsur pokok visi yang dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Kemitraan Melakukan kerja sama dengan kelembagaan dan perusahaan mitra untuk mendukung permodalan serta menciptakan kontrak untuk pengolahan dan pemasaran hasil pertanian 2. Inovatif Melakukan pembaharuan terkait pemberdayaan sumber daya lahan, pengolahan hasil pertanian, serta pemasaran hasil pertanian 3. Peningkatan Daya Jual Melakukan pemusatan terhadap strategi pemasaran komoditas pertanian.