20391017-pr-ushal Imami Fadhila.pdf

  • Uploaded by: rum us
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 20391017-pr-ushal Imami Fadhila.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 25,379
  • Pages: 118
UNIVERSITAS INDONESIA

PIJAT OKSITOSIN SEBAGAI INTERVENSI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBERIAN ASI PADA KELUARGA BAPAK A DI KELURAHAN SUKATANI, DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

USHAL IMAMI FADHILA 0906629731

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2014

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

UNIVERSITAS INDONESIA

PIJAT OKSITOSIN SEBAGAI INTERVENSI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBERIAN ASI PADA KELUARGA BAPAK A DI KELURAHAN SUKATANI, DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

USHAL IMAMI FADHILA, S. Kep 0906629731

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2014

ii

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya I1miab Akbir Ners ini adalab basil saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun di rujuk telab saya nyatakan benar

Nam NPM Tanda Tangan

: Usbal Imami Fadbila., S. Kep : 0906629731

Tanggal

111

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh: Nama : Ushal Imami Fadhila., S. Kep NPM : 0906629731 Program Studi :Ners Judul Karya Ilmiah : Pijat Oksitosin sebagai Intervensi dalam Meningkatkan Kualitas Pemberian Asi pada Keluarga Bapak A di Kelurahan Sukatani, Depok

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang d.iperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Stildi Ners, Fakultas IImu Keperawatan, Universitas Indonesia

DEWANPENGUJI Peiribiriibirig: Wiwin Wiarsih, S.Kp., MN

)

Penguji: Ns. Istianna Nurhidayati, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom (

Ditetapkan di Tanggal

: Depok : 14 Juli 2014 iv

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

)

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang berjudul ”Pijat Oksitosin sebagai Intervensi dalam Meningkatkan Kualitas Pemberian ASI pada Keluarga Bapak A di Kelurahan Sukatani, Depok.” Penulisan karya ilmiah akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi mata ajar Karya Ilmiah Akhir Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ners ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada: 1. Ibu Junaiti Sahar, S.Kp. M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2. Ibu Wiwin Wiarsih, S.Kp., MN selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini. 3. Ibu Fajar Tri Waluyanti S.Kp., M.Kep., Sp. An selaku pembimbing akademik penulis. 4. Segenap tim dosen FIK UI, khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini. 5. dr. Ranti selaku kepala Puskesmas Sukatani yang telah bekerja sama dengan kami selama praktik Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan. 6. Almarhum Ayah Drs. Agus Ma’aruf dimana setiap jengkal kenangan bersama beliau merupakan pompa semangat buat saya dan ibunda tercinta Cita Murni telah memberikan dukungan baik secara materi maupun motivasi serta mendoakan demi kelancaran penyelesaian penulisan ini 7. Kakak saya Usmira Yoza, Usmika Roza, Uswan Fadhli, dan Usmelfi Khairat, yang selalu memberi semangat kepada saya untuk tetap istiqamah menyelesaikan tugas akhir ini. v

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

8. Sahabat saya di Bubu teruntuk Zaki, Rona, Nahla, Dindin, Fina, Dana, Mustaf, Aan, Rio, dan Fadhli, yang selalu setia selama proses pembuatan tugas ini. 9. Teman-temas satu bimbingan Zaki, Najat, Awi, Maria, dan Pak Agung, semua kenangan dari awal kita ke RW 1 sampai akhir kita sidang KIAN ini akan menjadi kenangan yang tidak akan terlupakan. 10. Teman yang selalu ada ketika saya meminta pertolongan untuk menyelesaikan tugas ini, Rahmat Hidayat terima kasih atas semua bantuannya. 11. Seluruh teman seperjuangan FIK 2009 MANDIRI yang telah sama-sama berjuang menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Terima kasih untuk kepedulian, canda-tawa, motivasi, kekompakan kalian dalam memberikan dukungan demi mencapai cita-cita bersama untuk meraih gelar ners yang kita impikan. Sungguh semua itu merupakan suntikan semangat yang luar biasa dalam menjalani hari-hari berat yang berkesan menuju Balairung UI, Agustus 2014. 12. Keluarga Bapak A, khususnya Ibu R yang telah menerima mahasiswa dengan baik selama melakukan asuhan keperawatan keluarga dalam Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan. 13. Masyarakat di RW 01 dan segenap kader yang telah membantu kami dalam pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan komunitas, serta bersedia menyediakan waktu dan tempat untuk kami. 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan kalian semua selama penulisan KIAN ini.

Saya berharap tulisan ini bisa membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, Juli 2014 Penulis

vi

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLlKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertandatangan

dibawah ini: Nama

: Ushal Imami Fadhila., S.Kep

NPM

: 0906629731

Program Studi

: Ners

Fakultas

: Ilmu Keperawatan

Jenis Karya

: Karya Ilrniah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty­ Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Pijat Oksitosin sebagai Intervensi dalam Meningkatkan Kualitas Pemberian ASI pada Keluarga Bapak A di Kelurahan Sukatani, Depok

beserta perangkat yang ada Gika diperlukan). Dengan hak bebas royalti nonekslusif ini Universitas Indonesia bebas menyimpan, mengalihmedial formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya. Dibuat di

: Depok

Pada tanggal

: 14 Juli 2014

. Fadhila, S.Kep)

Vll

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

ABSTRAK Nama Program Studi Judul

: Ushal Imami Fadhila, S.Kep : Ners : Pijat Oksitosin sebagai Intervensi dalam Meningkatkan Kualitas Pemberian ASI pada Keluarga Bapak A di Kelurahan Sukatani, Depok

ASI eksklusif merupakan makanan pokok bagi bayi yang diberikan selama enam bulan pertama sejak kelahiran dan dilanjutkan sampai usia dua tahun disertai dengan makanan pendamping ASI. Ibu yang tinggal di daerah perkotaan sudah jarang memberikan ASI eksklusif untuk bayi. Pengeluaran ASI yang tidak lancar menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya. Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk mengevaluasi pijat oksitosin sebagai intervensi dalam meningkatkan kualitas pemberian ASI pada keluarga Bapak A di Kelurahan Sukatani, Depok. Hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kualitas pemberian ASI yang diukur dari frekuensi pemberian ASI dan peningkatan berat badan bayi. Kata kunci: ASI eksklusif, pijat oksitosin.

viii

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

ABSTRACT Name Study Program Title

: Ushal Imami Fadhila, S.Kep : Clinical Stage (Ners Program) : The Oxytocin Massage As an Intervention in Improving Breastfeeding Quality to Mr. A’s Family in Sukatani, Depok

Exclusive breastfeeding is the staple food for the babies that are given during the first six months after birth and continued until two years old along with complementary food. Mothers who live in urban areas are rarely give exclusive breastfeeding to their babies. The less of breast milk production was one factor that lead to the mother does not breastfeed her baby. This final clinical nursing paper aimed to analyze the nursing care of oxytocin massage as an intervention to improve the quality of breastfeeding to Mr. A’s family in Sukatani, Depok. Result shown that there is an increase in the quality of breastfeeding as measured from the frequency of breastfeeding and infant weight gain. Keywords: Exclusive breastfeeding, oxytocin massage.

ix

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... HALAMAN SAMPUL ................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... KATA PENGANTAR …………………………………………………… ... ABSTRAK ...................................................................................................... ABSTRACT ..................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

i ii iii iv v vii viii xi xii xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 1.4.1 Institusi Pendidikan Keperawatan ................................ 1.4.2 Pelayanan Keperawatan Puskesmas ............................. 1.4.3 Keluarga/Masyarakat ...................................................

1 5 6 6 6 6 6 6 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan.8 2.2 Keluarga dengan Bayi Baru Lahir ............................................ 2.2.1 Keluarga dengan Bayi Baru Lahir................................ 2.2.2 Bayi sebagai Kelompok at Risk ................................... 2.2.3 Peran Perawat Keluarga ............................................... 2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Bayi Baru Lahir......... 2.3.1 Pengkajian Keluarga .................................................... 2.3.2 Diagnosis Keperawatan ................................................ 2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan .......................... 2.3.4 Implementasi Keperawatan .......................................... 2.3.5 Evaluasi Keperawatan .................................................. 2.4 Pijat Oksitosin ..........................................................................

7 9 10 11 13 13 18 19 21 21 22

BAB 3 APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA BAPAK A 3.1 Profil Lahan Praktik ................................................................ 3.2 Analisis Situasi ......................................................................... 3.3 Diagnosis Keperawatan ............................................................ 3.4 Perencanaan Intervensi Keperawatan ....................................... 3.5 Implementasi Keperawatan ......................................................

25 27 32 32 33

x

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

3.6

Evaluasi Keperawatan .............................................................. 34

BAB 4 PEMBAHASAN ..............................................................................

39

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ................................................................................... 5.2 Saran .......................................................................................... 5.2.1 Keluarga......................................................................... 5.2.2 Institusi Pendidikan ....................................................... 5.2.3 Pelayanan Keperawatan Komunitas ..............................

45 46 46 46 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xi

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Skoring

xii

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pengkajian Keluarga Lampiran 2 Skoring Masalah Lampiran 3 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Lampiran 4 Catatan Perkembangan Lampiran 5 Evaluasi Sumatif Lampiran 6 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga

xiii

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI

(Air

Susu

Ibu)

merupakan

makanan

terbaik

bagi

bayi.

WHO

merekomendasikan ibu sebaiknya memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan ASI dilanjutkan sampai usia 2 tahun disertai dengan makanan pendamping ASI (WHO, 2012). Pernyataan ini didukung oleh UNICEF yang menetapkan bahwa waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Hal ini berdasarkan bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi pertumbuhan, perkembangan, dan daya tahan hidup bayi serta sebagai sumber energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama (Megawati, 2012). Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi angka kematian bayi di Indonesia (Prasetyo, 2009 dalam Yulianah, 2013). Selain itu ASI juga dapat mencegah bayi dari penyakit

seperti diare. Riskesdas (2007) menjelaskan bahwa penyebab

kematian bayi (usia 29 hari) yang terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia (23,8%). Dilihat dari distribusi umur balita, proporsi penderita diare terbesar adalah kelompok umur 6-11 bulan yaitu sebesar 21,65%, diikuti kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok umur 54-59 bulan sebesar 2,06% (Kemenkes RI, 2011). Tingginya angka kematian bayi di Indonesia membuat pemerintah semakin memperhatikan pemberian ASI eksklusif di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya Undang-Undang yang mengatur tentang ASI eksklusif diantaranya: (1) UU Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif; dan (3) Surat Keputusan

Menteri

Kesehatan

Nomor

450/Menkes/SK/IV/2004

tentang

Pemberian ASI secara Eksklusif (Yulianah, 2013). Peraturan ini dibuat agar masyarakat lebih peduli dan mengetahui tentang pentingnya ASI eksklusif diberikan kepada bayi.

1

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

2

Angka ibu yang memberikan ASI kepada bayinya di Indonesia masih rendah di antara negara di ASEAN. Indonesia menduduki peringkat ke 10 dari 18 negara yaitu dengan presentase 32%. Negara Srilanka menduduki urutan ke satu dengan presentase 76% dan diikuti oleh Korea Selatan dengan 65% (Profil Data Kesehatan Indonesia, 2012). Dari data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih jauh tertinggal dalam hal pemberian ASI apabila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Berdasarkan Riskesdas 2010, persentasi pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan tanpa tambahan makanan dan minuman apapun pada bayi berusia 0 bulan (39,8%), 1 bulan (32,5%), 2 bulan (30,7%), 3 bulan (25,2%), 4 bulan (26,3%), dan 5 bulan (15,3%). Berdasarkan tempat tinggal, pemberian ASI eksklusif di perkotaan sebesar 25,2% dan pedesaan 29,3%. Sebaran persentase tersebut dirasa masih sangat rendah dari target pencapaian pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif di Indonesia yaitu 67%. Merujuk kepada Kemenkes RI 2012, data terakhir cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia sebesar 61,5%. Propinsi yang tersebar di wilayah Barat mempunyai presentase lebih rendah dibanding wilayah Timur. Propinsi dengan cakupan terendah adalah Aceh (49,6%) dan tertinggi adalah Nusa Tenggara Barat (79,7%). Pada Riskesdas 2011, ada beberapa propinsi yang sudah mencapai target nasional cakupan memberikan ASI eksklusif, yaitu Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Barat sebesar 67%. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Data Riskesdas pada tahun 2013 menunjukkan persentase ibu yang memberikan ASI eksklusif sebesar 38,0%. Angka ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan target nasional pada tahun 2011 sebesar 67%, persentase pada tahun 2013 ini masih sangat jauh dibawah target. Dari angka pencapaian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi ibu Indonesia untuk memberikan ASI eksklusif pada anaknya masih rendah.

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

3

Penelitian yang dilakukan oleh Yulianah (2013), memaparkan bahwa rendahnya pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui di Indonesia disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan ibu baik tentang pentingnya ASI dan cara melakukan perawatan terhadap payudara serta sikap ibu. Faktor eksternal meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula, faktor sosial budaya serta kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak (Prasetyo, 2009 dalam Yulianah, 2013). Faktor-faktor pendukung diatas tentu saja sangat berperan dalam proses pemberian ASI dari ibu ke bayi. Hasil penelitian Yulianah (2013) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu dengan kategori baik tentang ASI eksklusif sebesar 35,6%, sisanya masuk ke dalam kategori kurang. Penelitian lain oleh Ida (2012) di puskesmas Kemiri Muka Depok, menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif berpengaruh terhadap proses menyusui bayi. Penelitian Ramadani (2009), menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap positif ibu dan sikap negatif. Ibu yang mempunyai sikap positif cenderung memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dibanding ibu yang memiliki sikap negatif terhadap ASI. Dapat disimpulkan bahwa sikap dan pengetahuan ibu menjadi penentu utama dalam pemberian ASI eksklusif. Dukungan dari keluarga merupakan salah satu faktor penting yang tidak boleh dilupakan selama pemberian ASI eksklusif. Penelitian Sahusilawane (2013) menunjukkan ibu yang mendapat dukungan dari keluarga lebih besar presentasenya (94,7%) dalam memberikan ASI kepada bayi 0-6 bulan dibanding dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga (5,3%). Tingkat keberhasilan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi adanya dorongan dan dukungan dari suami. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Wahyuningsih (2013), ibu yang memberikan ASI eksklusif tertinggi adalah ibu yang mendapat dukungan informasional suami (13,8%) dan ibu yang mendapat dukungan emosional suami Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

4

(9,7%). Oleh sebab itu peran dari keluarga terdekat seperti suami sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif di Indonesia. Selain itu pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga bisa memenuhi kebutuhan ibu yang sedang memberikan ASI pada bayinya. Tempat tinggal juga mempengaruhi sikap ibu dalam memberikan ASI. Penelitian yang dilakukan oleh Purnamawati (2003), menunjukkan bahwa ibu yang tinggal di pedesaan mempunyai peluang 1,8 kali lebih besar menyusui bayinya dibanding ibu yang tinggal di perkotaan. Ibu di perkotaan mempunyai proporsi yang lebih rendah dibanding di daerah pedesaan. Hal ini disebabkan karena ada pengaruh dari status pekerjaan, dimana proporsi ibu yang tidak bekerja lebih tinggi dibanding ibu yang bekerja yaitu 77,2% berbanding 22,8%. Penelitian lain oleh Tumbelaka (2003), menuliskan bahwa dukungan keluarga dan masyarakat sekitar juga berpengaruh terhadap sikap ibu dalam menyusui. Ibu menyusui di daerah perkotaan kurang mendapat dukungan baik dari keluarga maupun masyarakat karena kesibukan bekerja dan gaya hidup individualis yang terlalu tinggi. Berbeda dengan daerah pedesaan dimana peran keluarga dan masyarakat sudah sangat baik. Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada masyarakat perkotaan dalam mengelola keluarga dengan masalah ketidakefektifan pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Penulis mengelola tiga keluarga selama 7 minggu. Salah satu keluarga kelolaan yang dilaporkankan dalam KIAN ini adalah keluarga Bapak A dengan masalah ketidakefektifan pemberian ASI. Implementasi yang sudah dilakukan pada keluarga Bapak A berupa pendidikan kesehatan terkait ASI, meliputi pengertian ASI, manfaat ASI, kandungan ASI, akibat jika bayi tidak diberikan ASI, demonstrasi cara melakukan perawatan payudara, pijat payudara, pijat oktitosin, cara mengolah ASI, manajemen stres ibu yang sedang menyusui, serta cara posisi bayi yang benar selama menyusui. Intervensi yang diangkat penulis pada topik ini adalah teknik pijat oksitosin. Ibu R awalnya mengeluhkan ASInya yang tidak cukup untuk bayi. Hal ini ditandai Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

5

dengan bayi yang tiba-tiba rewel ketika baru sebentar disusui ibunya. Ibu R mengatakan dalam sehari bayinya menyusui 6-8 kali, namun apabila ASInya tidak cukup ibu menyelingi dengan memberikan susu formula. Setelah dilakukan intervensi, kualitas menyusui bayi meningkat menjadi 10 kali dalam sehari. Bayi S semakin kuat menyusui dan sudah jarang rewel ketika menyusui. Berat badan bayi S mengalami peningkatan dari 3100 gram menjadi 3700 gram. Oleh sebab itu, pijat oksitosin merupakan langkah yang efektif dalam meningkatkan kualitas pemberian ASI pada bayi S. 1.2 Rumusan Masalah Masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu menyusui sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan pengunjung di Puskesmas Sukatani, 8 dari 10 ibu yang mempunyai anak berusia dibawah 1 tahun mengatakan bahwa tidak lagi memberikan ASI kepada bayinya. Alasan umum yang ditemui penulis adalah karena ASI yang tidak mencukupi, puting payudara yang lecet sehingga ibu enggan memberikan ASI kepada bayinya, serta kurangnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif diberikan pada usia emas bayi. Alasan ASI yang tidak mencukupi kebutuhan bayi juga dikemukakan oleh keluarga Bapak A. Salah satu solusi untuk mengatasi ketidakcukupan ASI tersebut adalah dengan melakukan pijat oksitosin. Pijat oksitosin akan membuat rasa nyaman dan rileks pada ibu menyusui. Selain itu pijat oksitosin juga merangsang pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat bermanfaat untuk memperlancar pengeluaran ASI.

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

6

1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Memberikan gambaran tentang efektifitas pijat oksitosin terhadap kualitas pemberian ASI pada Keluarga Bapak A di Kelurahan Sukatani, Depok dengan menggunakan pendekatan 5 tugas kesehatan keluarga.

1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengetahui hasil pengkajian yang berkontribusi pada masalah ketidakefektifan menyusui. 1.3.2.2 Intervensi keperawatan untuk meningkatkan kualitas menyusui melalui pijat oksitosin. 1.3.2.3 Hasil evaluasi menunjukkan terjadi peningkatan frekuensi menyusui dan peningkatan berat badan bayi.

1.4 Manfaat Penelitian 1.5.1 Institusi Pendidikan Keperawatan Menambah informasi dan pengembangan keperawatan di bidang pendidikan kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat perkotaan dalam lingkup keluarga mengenai pentingnya ASI eksklusif. Selain itu mengidentifikasi intervensi keperawatan yang harus dikuasai mahasiswa keperawatan.

1.5.2 Pelayanan Keperawatan Puskesmas Mengembangkan ilmu keperawatan komunitas, khusunya dibidang pendidikan kesehatan mengenai ASI eksklusif di Puskesmas Sukatani, Depok. Selain itu, melalui penulisan ini diharapkan memberikan informasi terkait tindakan yang bisa dilakukan dirumah untuk mengatasi masalah kesulitan memberikan ASI dirumah.

1.5.3 Keluarga/masyarakat Keluarga mendapat informasi mengenai tatacara meningkatkan kualitas ASI melalui pijat oksitosin serta meningkatkan kualitas nutrisi bayi melalui ASI.

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Masyarakat merupakan komponen komunitas yang terbentuk dari kumpulan beberapa keluarga dan hidup bersama-sama di suatu wilayah tertentu dan berlangsung secara terus menerus. Masyarakat urban merupakan masyarakat yang mendiami daerah perkotaan. Masyarakat perkotaan pada umumnya terdiri dari berbagai etnis, suku, dan budaya. Selain itu masyarakat perkotaan secara ekonomi dan kesehatan sudah mengalami peningkatan yang lebih baik (Allender, Rector, & Warner, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan perkotaan menurut Galea dan Vlahov (2005), antara lain; (1) Lingkungan fisik; (2) Lingkungan sosial; (3) Akses ke pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial. Lingkungan fisik daerah perkotaan yang sangat dekat dengan kebisingan, kepadatan penduduk, dan polusi udara membuat masyarakat yang tinggal di perkotaan menjadi lebih rentan terkena penyakit. Lingkungan fisik yang tidak memadai sesuai dengan standar kesehatan akan mempengaruhi pola menyusui ibu. Kebisingan pada lingkungan perkotaan akan mengganggu kenyamanan ibu selama menyusui. Berbeda dengan daerah pedesaan yang tenang sehingga ibu lebih tenang ketika menyusui bayinya.

Allender (2010), mengungkapkan bahwa masyarakat perkotaan mempunyai sifat individualis yang tinggi. Oleh sebab itu, kehidupan masyarakat perkotaan lebih dikenal dengan “negative social support”. Kurangnya dukungan dari masyarakat sosial membuat beberapa masyarakat yang tinggal di perkotaan merasa mengalami isolasi sosial. Minimnya dukungan sosial ini nantinya akan berdampak kepada motivasi ibu selama menyusui. Kesibukan masyarakat perkotaan yang pada umumnya bekerja akan membuat mereka cendrung kurang memperhatikan kepentingan ASI bagi bayi serta cara perawatan payudarana. 7

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

8

Faktor ke tiga, akses masyarakat perkotaan ke pelayanan kesehatan lebih mudah dijangkau, sehingga untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan mudah untuk dilakukan. Dekatnya jarak pelayanan kesehatan dengan masyarakat perkotaan tidak menutup kemungkinan masyarakat perkotaan jarang menggunakan fasilitas tersebut karena kesibukan bekerja. Berbeda dengan masyarakat pedesaan yang jarang memanfaatkan akses pelayanan kesehatan karena memang jarak yang jauh serta dipengaruhi oleh kepercayaan masing-masing.

Lingkungan perkotaan mempunyai risiko masalah kesehatan lebih tinggi daripada daerah pedesaan. Lingkungan perkotaan mempunyai stresor yang lebih banyak hingga bisa merusak sistem. Clark (2000) mengidentifikasi dimensi masyarakat perkotaan menjadi beberapa dimensi kesehatan, sebagai berikut: 2.1.1

Dimensi biophysical yaitu kondisi lingkungan klien yang memiliki efek yang berbeda pada tingkatan usia populasi.

2.1.2

Dimensi psychological yaitu efek kondisi lingkungan terhadap kualitas sikap masyarakat terhadap lingkungan.

2.1.3

Dimensi physical yaitu faktor-faktor fisik yang mempengaruhi interaksi kondisi lingkungan dan berefek pada kesehatan masyarakat.

2.1.4

Dimensi sosial yaitu sikap, pekerjaan, serta status ekonomi yang dimiliki oleh klien sehingga berpengaruh pada kondisi lingkungan klien.

2.1.5

Dimensi behavioral yaitu keadaan klien yang dipengaruhi oleh kebiasaan hidup sehari-hari, seperti merokok, mengkonsumsi minuman keras dimana nanti akan berefek pada kesehatan masyarakat.

2.1.6

Dimensi

sistem

kesehatan

merupakan

keadaan

yang

dapat

diidentifikasikan dari keadaan lingkungan kesehatan yang dimiliki serta tanda-tanda yang dimiliki oleh klien ketika klien sakit dan penanganan yang dilakukan klien ketika sakit.

Dimensi-dimensi tersebut akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat perkotaan khususnya dalam masalah pemberian ASI eksklusif. Urbanisasi berdampak pada sikap seorang ibu untuk memberikan ASI kepada anaknya Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

9

berkurang. Seperti yang dijelaskan berdasarkan dimensi physical bahwa kondisi perkotaan yang begitu dpadat dan tidak tenang membuat kenyamanan seorang ibu untuk menyusui menjadi terganggu. Selain itu dimensi sosial yang berhubungan dengan pekerjaan dan status ekonomi keluarga juga akan berdampak langsung dengan kualitas pemberian ASI pada ibu menyusui.

Selain dimensi diatas, Yulianah (2013) menjelaskan bahwa yang mempengaruhi pemberian ASI adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap ibu. Faktor eksternal meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan dan pemerintah, serta gencarnya promosi susu formula. Prasetyono (2009) menambahkan faktor sosial, budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas kesehatan ibu dan anak menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

Selain itu dampak urbanisasi yang lain adalah terjadinya kesenjangan dalam kehidupan bermasyarakat. Kesenjangan ini umumnya dihasilkan dari interaksi manusia yang diukur dari segi pendapatan atau pekerjaan. Bartley (2004) menjelaskan bahwa kesenjangan adalah kedudukan umum dalam komunitas berdasarkan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan sehingga menimbulkan strata sosial atau kelas sosial dalam masyarakat.

2.2 Keluarga dengan Bayi Baru Lahir 2.2.1 Keluarga dengan Bayi Baru Lahir Family Service America (2000 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2010) mendefinisikan keluarga dalam suatu cara yang komprehensif yaitu sebagai dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dan hidup saling ketergantungan (Mawarni, 2007). Tugas utama keluarga adalah memelihara kebutuhan psikososial anggota keluarga dan kesejahteraan hidupnya secara umum. Tugas utama keluarga ini akan berbeda pada setiap tahap Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

10

perkembangan keluarga. Sebuah keluarga mempunyai tahap perkembangan yang berbeda-beda.

Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu (Havighrust, 1961 dalam Yusuf, 2006). Jika tugas perkembangan keluarga terpenuhi maka keluarga akan bahagia, tetapi apabila mereka gagal melakukan tugas perkembangan maka mereka akan merasa kecewa dan akan mengalami kesulitan untuk masuk ke tahap perkembangan keluarga selanjutnya. Adapun yang menjadi sumber dari tugas perkembangan tersebut adalah kematangan fisik dan kemampuan individu dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Berdasarkan teori Duvall (1985 dalam Firedman et all, 2010) tahap perkembangan keluarga yang berada pada tahap VI usia dewasa muda. Anak tertua berusia 24 tahun dan tidak tinggal dirumah. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah tugas memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari perkawinan anak-anaknya. Anak tertua pada keluarga yang dikaji belum menikah. 2.2.2 Bayi sebagai Kelompok At Risk At risk didefinisikan sebagai suatu kondisi kesehatan seseorang yang merupakan hasil dari interaksi dengan berbagai macam faktor, seperti faktor genetik, gaya hidup, serta kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial dimana individu tersebut tinggal atau bekerja (Wildani, 2013). Akumulasi dari berbagai macam faktor tersebut dapat menimbulkan efek tertentu, seperti masalah kesehatan (Sebastian, 2004). Hitchcock, Schubert, dan Thomas (2000) menyebutkan bahwa perubahan

fokus perawatan kesehatan komunitas pada populasi dan at risk terjadi karena adanya transisi perubahan gaya hidup dan penyakit yang dapat diidentifikasi melalui pendekatan epidemiologi.

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

11

Population at risk merupakan kumpulan dari orang-orang yang memiliki beberapa kemungkinan yang telah jelas teridentifikasi atau telah ditentukan meskipun sedikit atau kecil terhadap munculnya suatu peristiwa (Hitchcock, Schubert & Thomas, 2000). Identifikasi yang menyeluruh pada populasi risiko membutuhkan suatu instrument yang baik dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berkontribusi terhadap munculnya penyakit atau masalah (Kharicha, 2007). Salah satu yang dikategorikan sebagai population at risk adalah bayi baru lahir. Bayi sebagai agregat at risk ditandai dengan terjadinya kerawanan gizi pada bayi. Hal ini disebabkan karena ASI eksklusif diganti dengan menggunakan susu formula sejak dini. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia enam bulan (Siregar, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Megawati (2012), didapatkan data bahwa terdapat hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertumbuhan bayi (0-6 bulan). Perkembangan bayi tergolong tidak normal ketika ASI eksklusif diberikan dengan frekuensi kurang dari 10 kali dalam sehari (Megawati, 2012). 2.2.3 Peran Perawat Keluarga Ruang

lingkup

peningkatan

praktik

kesehatan

keperawatan (promotif),

masyarakat

pencegahan

meliputi

upaya-upaya

(preventif),

pemeliharaan

kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi) (Stanhope & Lancaster, 2004). Tujuan dari praktik keperawatan masyarakan adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Effendi, 2009). Perawat keluarga memiliki beberapa peran dalam membantu mengatasi masalah kesehatan yang ada di dalam keluarga. Perawat keluarga tidak hanya mengatasi masalah dari aspek kesehatan saja, namun juga dari aspek biopsikososial. Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan bertujuan untuk memberdayakan keluarga Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

12

dalam pengambilan keputusan dan menangani persoalan yang penting untuk kesehatan atau kesejahteraan di dalam keluarga. Perawat keluarga perlu melakukan tahapan-tahapan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi tindakan dalam proses penyelesaian masalah (Allender, Rector, dan Warner, 2010).

Perawat memberikan asuhan keperawatan keluarga dapat berupa upaya-upaya preventif dan promotif yang berupa pendidikan kesehatan mengenai masalah kesehatan yang ada dalam keluarga. Pendidikan kesehatan adalah proses yang direncanakan dengan sadar untuk memberikan peluang bagi individu untuk terus belajar, memperbaiki kesadaran, dan meningkatkan pengetahuan demi kesehatan (Suryaningsih, 2013). Perawat keluarga berperan sebagai edukator dalam memberikan pendidikan dan promosi kesehatan pada keluarga sebagai upaya menyelesaikan masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi.

Hasil penelitian Suryaningsih (2013) menunjukkan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif terjadi peningkatan pengetahuan ibu postpartum tentang ASI eksklusif. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai ratarata pengetahuan ibu postpartum dari 10,59 menjadi 16,75 dengan SD 1.209. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan sangat berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. Lestari (2012) menambahkan agar pendidikan kesehatan yang diberikan lebih efektif dan sesuai sasaran serta tujuan, maka diperlukan media yang menarik dan mudah dicerna oleh sasaran. Media yang diberikan bisa berupa media lembar balik, leaflet, alat peraga, dan audiovisual.

Selain sebagai edukator, perawat keluarga dapat berperan sebagai konsultan. Konseling adalah suatu proses untuk membantu keluarga dan anggota keluarganya dalam memperhatikan, menyelesaikan, dan mengatasi masalah dalam keluarga secara benar. Peran perawat sebagai konsultan sering kali memberikan bantuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan dalam keluarga. Perawat Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

13

keluarga juga dapat berperan sebagai koordinator, perawat memastikan bahwa keluarga dapat melakukan menerapkan asuhan keperawatan yang telah diberikan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Bayi Baru Lahir Selama memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat harus melibatkan seluruh anggota keluarga. Hal ini disebabkan karena perubahan yang akan dicapai perawat tidak hanya mencakup individu yang sakit, namun juga harus mencakup semua individu yang berada di keluarga tersebut. Sehingga perubahan paradigma keluarga terhadap masalah kesehatan yang dialami bisa berubah secara bertahap.

Asuhan

keperawatan

keluarga

merupakan

proses

yang

kompleks

dengan

menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga (Friedman, 2003). Tahapan proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian keluarga dan individu dalam keluarga, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, pelaksanaan asuhan keperawatan dan evaluasi.

2.3.1 Pengkajian Keluarga Pengkajian merupakan suatu proses awal yang dilakukan ketika berkunjung ke keluarga. Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan data-data mengenai keluarga, baik data riwayat keturunan, riwayat kesehatan, dan juga aspek ekonomi keluarga tersebut. Metode yang dapat digunakan dalam pengkajian di antaranya: interview, observasi, analisa data sekunder, dan survey struktur. Jenis data terdiri data subjektif dan data objektif. Data subjektif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu dan keluarga yang diungkapkan secara langsung melalui lisan. Sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran. Menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (dalam Allender, Rector, dan Warner, 2010), pengkajian asuhan keperawatan keluarga meliputi 8 komponen yaitu: Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

14

2.3.1.1 Data umum merupakan data-data dasar keluarga yang terdiri dari: identitas kepala keluarga, alamat, komposisi anggota keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, dan aktivitas rekreasi keluarga. Tipe keluarga terdiri dari keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan terdiri dari suami, istri, dan anak-anak. Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan kehadiran kakek, nenek, atau keluarga lain. Keluarga campuran (blended family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak kandung, dan anak tiri. Keluarga yang dikaji termasuk dalam tipe nuclear family karena keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak-anak. Metode pengkajian dengan menggunakan metode wawancara dan observasi. Pengkajian suku bangsa dilakukan dengan metode wawancara. Pengkajian suku bangsa dikaji untuk mengetahui apakah ada kebudayaan dikeluarga yang menjadi pedoman bagi kesehatan keluarga. Agama dikaji untuk mengetahui agama yang dianut keluarga serta apakah ada kepercayaan lain yang dianut oleh keluarga. Status sosial ekonomi dikaji dengan metode wawancara. Ekonomi keluarga bersumber dari kepala keluarga. Keluarga kurang bersosialisasi dengan masyarakat sehingga masyarakat banyak yang tidak kenal dengan anggota keluarga. Selain itu data umum aktivitas rekreasi keluarga juga jarang dilakukan karena kepala keluarga yang bekerja dan anak-anak yang masih kecil. Aktivitas rekreasi keluarga hanya dilakukan ketika berkunjung ke rumah orang tua atau hanya sekedar menonton televisi. 2.3.1.2 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga, tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya. Tahap perkembangan keluarga dilihat dari anak tertua dalam keluarga inti. Menurut Duvel (1985, dalam Friedman 2010) ada delapan tahap perkembangan keluarga yaitu tahap I keluarga pemula, yaitu keluarga pemula yang merujuk pada pasangan baru menikah atau menyiapkan pernikahan. Tahap II dengan keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi hingga umur 30 bulan), tugas perkembangannya membentuk keluarga, Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

15

mempertahankan hubungan perkawinan, memperluas persahabatan. Tahap III keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun), tugas keluarga yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak dengan nilai norma. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua 6-13 tahun), tugas perkembangan adalh mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi di sekolah, emnghubungkan teman sebaya, membiasakan belajar teratur, dan lainnya. Tahap V keluarga dengan anak remaja (usia 13-20 tahun), tugasnya menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, memberikan kebebasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi dua arah. Tahap VI keluarga yang melepas anak usia dewasa muda. Tugasnya keluarga melepas anak dewasa muda dengan memperluas suklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru, membantu orang tua lanjut yang sakit-sakitan dari suami atau istri. Tahap VII orang tua usia pertengahan (usia 44-45 tahun) dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tugasnya menyediakan

lingkungan

yang

sehat,

mempertahankan

hubungan

yang

memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungan perkawinan yang kokoh. Tahap VIII keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia dimulai ketika salah satau atau kedua pasangan meninggal atau pensiun. Tugasnya adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi. Tahap perkembangan keluarga yang dikaji berada pada tahap VI usia dewasa muda. Anak tertua berusia 24 tahun dan tidak tinggal dirumah. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah tugas memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari perkawinan anak-anaknya. Anak tertua pada keluarga yang dikaji belum menikah. Pengkajian pada riwayat keluarga menjelaskan tentang awal terbentuknya keluarga hingga saat ini mempunyai anak-anak. Selain itu juga ditanyakan riwayat Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

16

kesehatan keluarga sebelumnya untuk mengidentifikasi penyakit yang pernah atau yang sedang diderita oleh keluarga. Pada wawancara tidak ditemukan riwayat penyakit atau masalah terkait pemberian ASI pada keluarga sebelumnya. 2.3.1.3 Lingkungan: karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga. Pengkajian lingkungan dilakukan dengan metode wawancara dan observasi. Karakteristik tetangga yang menjelaskan mengenai karakteristik tetangga, kegiatan di RW atau RT, serta budaya yang mempengaruhi. Berdasarkan wawancara didapatkan bahwa keluarga sering bertanya kepada tetangga sekitar mengenai ASI, ternyata info yang didapatkan tidak tepat. Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat untuk menilai seberapa besar peran dan kontribusi keluarga dalam masyarakat. Sistem pendukung keluarga merupakan sistem yang dibutuhkan untuk menunjang kehidupan keluarga inti sperti jumlah anggota keluarga, fasilitas yang dimiliki keluarga, serta dukungan dari masyarakat setempat. 2.3.1.4 Struktur keluarga: pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran (formal dan informal), nilai dan norma keluarga. Pola komunikasi yang terjadi dikeluarga dikaji untuk mengetahui bagaimanakah peran antara anggota keluarga. Struktur kekuatan keluarga untuk mengetahui kemampuan anggota keluarga dalam mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah prilaku. Struktur peran yang menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga. Serta nilai dan norma yang dianut oleh keluarga berhubungan dengan kesehatan, didapatkan bahwa keluarga tidak menganut nilai dan norma tertentu terkait dengan ibu yang menyusui anaknya. Metode yang digunakan melalui wawancara. 2.3.1.5 Fungsi keluarga: fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan. Fungsi afektif yaitu hal yang perlu dikaji dari gambaran anggota keluarga serta dukungan terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana keluarga megembangkan sikap saling menghargai. Pengkajian yang dilakukan kepada Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

17

keluarga didapatkan bahwa peran afektif keluarga belum berjalan sebagaimana mestinya, karena ibu menyusui kurang mendapat dukungan baik dari suami maupun anak-anaknya, sehingga motivasi ibu pun berkurang. Fungsi sosialisasi merupakan bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, dan prilaku. Fungsi perawatan keluarga menjelaskan tentang sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian dan perlindungan ketika ada anggota keluarga yang sakit. Pengkajian yang dilakukan melalui metode wawancara ini ditemukan bahwa anggota belum memaksimalkan menggunakan fasilitas kesehatan ketika ada keluarga yang sakit. 2.3.1.6 Stres dan koping keluarga: stresor jangka panjang dan stresor jangka pendek serta kekuatan keluarga, respon keluarga terhadap stres, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi yang disfungsional. Stresor jangka pendek adalah stres yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian waktu kurang dari 6 bulan. Stresor jangka panjang adalah stres yang dialami keluarga dengan waktu penyelesaian lebih dari 6 bulan. Cara keluarga menghadapi masalah tersebut disebut dengan strategi koping. Salah satu bentuk strategi koping adalah strategi kping disfungsional. 2.3.1.7 Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan kesehatan keluarga yang dimulai dari kepala hingga kaki. Komponennya: tanggal pemeriksaan fisik dilakukan,

pemeriksaan

kesehatan

dilakukan

pada

seluruh

anggota

keluarga, aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia, dan hasil pemeriksaan fisik dilampirkan. Metode yang dilakukan adalah dengan wawancara dan observasi. Peralatan yang digunakan seperti stetoskop, spignomanometer, termometer, meteran, timbangan, dan penlight. 2.3.1.8 Harapan keluarga merupakan harapan keluarga terhadap masalah kesehatan keluarga, terhadap petugas kesehatan yang ada. Pengkajian kali ini

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

18

berfokus dilakukan kepada bayi (2 minggu) pada keluarga kaitannya dengan proses menyusui. 2.3.2 Diagnosis Keperawatan Diagnosis

keperawatan

adalah

pernyataan

yang

menggunakan

dan

menggambarkan respon manusia (Potter&Perry, 2005). Keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial/aktual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitif untuk mempertahankan status kesehatan

atau

untuk mencegah

perubahan (Carpenito,

2000).

Diagnosis

keperawatan dapat diangkat melalui perolehan data-data hasil pengkajian, dirumuskan melalui analisa data. Diagnosis keperawatan keluarga adalah diagnosis yang mencakup sistem keluarga dan subsistem dari setiap sistem yang ada, serta hasil dari pengkajian keluarga yang dilakukan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Diagnosa keperawatan dapat berupa masalah–masalah aktual atau potensial atau diagnosis sejahtera yang mengacu pada NANDA (The North American Nursing Diagnosis Association) 2012-2014. Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan pengkajian keluarga adalah ketidakefektifan pemberian ASI pada Ibu R. Dengan kriteria sebagai berikut: (1) proses menyusui yang tidak memuaskan bayi; (2) menghisap payudara yang kurang pas; (3) posisi latching on kurang tepat; (4) ibu yang kurang memperhatikan kenyamanan bayi selama menyusui; (5) puting payudara yang tidak menonjol keluar; (6) ada tanda gejala bayi yang tidak nafsu menyusui; (7) tidak efektifnya pengosongan payudara selama menyusui; (8) ketidakmampuan bayi untuk menjangkau payudara ibu dengan benar; (9) bayi menangis di payudara ibu; (10) bayi menunjukkan kemarahan

dan menangis

di jam

pertama

menyusui;

(11)

ketidakcukupan produksi ASI; (12) tidak ada tanda-tanda respon oksitosin; dan (13) tidak cukupnya waktu bayi untuk menghisap puting ibu.

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

19

2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan Menegakkan diagnosa pada keperawatan keluarga harus melalui proses skoring untuk menentukan prioritas masalah pada keluarga tersebut.

Tabel 1.1 Cara Membuat Skor Penentu Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga (Friedman, 2003) No 1

2

3

4

Kriteria Sifat masalah - Aktual (Tidak/kurang sehat) - Ancaman kesehatan - Keadaan sejahtera

Skor

Bobot

3 2 1

1

Kemungkinan masalah dapat diubah - Mudah - Sebagian - Tidak dapat

2 1 0

2

Potensi masalah untuk dicegah - Tinggi - Sedang - Rendah

3 2 1

1

Menonjolnya masalah - Masalah berat, harus segera ditangani - Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani - Masalah tidak dirasakan

2 1 0

1

Skoring:

Skor

x Bobot

Angka tertinggi

Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas (Friedman, 2003): 2.3.2.1 Kriteria 1: Sifat masalah bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

2.3.2.2 Kriteria 2: Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut : Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah. Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu, Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat. Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

20

2.3.2.3 Kriteria 3: Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan: masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah, lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada, tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah, adanya kelompok „high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.

2.3.2.4 Kriteria 4: Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.

Setelah mendapatkan diagnosa melalui skoring maka mulai dilakukan perencanaan Keperawatan. Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Penyusunan perencanaan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari asuhan keperawatan, tujuan yang dibuat terdiri tujuan umum dan tujuan khusus. Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pembuatan kriteria hasil harus didasari dengan prinsip SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic,dan Time-oriented) (Carpenito, 2000). Perencanaan asuhan keperawatan juga memuat tindakan yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat.

Intervensi keperawatan yang dirancang berpedoman kepada lima tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (2003), yaitu: (1) menstimulasi kesadaran keluarga mengenai kebutuhan kesehatan keluarga, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan; (2) menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat; (3) memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah; (4) membantu keluarga untu menentukan cara Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

21

bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat serta melakukan perubahan lingkungan seoptimal mungkin; (5) memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan. 2.3.4 Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Metode yang digunakan untuk intervensi berupa metode ceramah (pendidikan kesehatan) dan demonstrasi. Media yang digunakan berupa lembar balik yang berisi informasi mengenai materi pendidikan kesehatan tentang ASI. Media leaflet juga berguna untuk keluarga agar informasi yang telah disampaikan bisa terus dibaca melalui leaflet yang telah diberikan. Selain itu media berupa display makanan, phantom bayi, dan phantom payudara juga digunakan selama implementasi. 2.3.5 Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah tahap akhir dari perencanaan pelayanan kesehatan dan komponen terakhir dari keseluruhan proses keperawatan. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat tercapainya keberhasilan. Evaluasi dalam keluarga menggunakan evaluasi subjektif, objektif, analisis dan perencanaan (SOAP), evaluasi sumatif, dan tingkat kemandirian keluarga. Depkes RI (2008) mengemukakan kemandirian keluarga yang beorientasi pada lima tugas kesehatan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya. Keluarga yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya dinilai dengan tingkat kemandirian keluarga. Tingkat kemandirian keluarga dievaluasi menggunakan 7 kriteria evaluasi yakni (a) keluarga menerima petugas kesehatan, (b) keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana, (c) keluarga menyatakan masalah kesehatan secara benar, (d) keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai dengan anjuran, (e) keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran, Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

22

(f) keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif, (g) keluarga melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Keluarga berada di tingkat kemandirian I apabila memenuhi kriteria 1 dan 2; tingkat kemandirian II apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5; tingkat kemandirian III apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 6; dan tingkat kemandirian IV apabila keluarga memenuhi kriteria 1 sampai dengan 7. Perawat komunitas berperan dalam meningkatkan status kesehatan melalui asuhan keperawatan keluarga. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar dapat menyelesaikan dan mengatasi masalah kesehatan yang ada pada keluarga tersebut. Asuhan keperawatan keluarga ini berfokus pada tugas kesehatan keluarga tersebut yang dimasukkan sebagai rencana asuhan keperawatan keluarga. 2.4 Pijat Oksitosin ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi yang paling lengkap dan mudah dicerna oleh bayi. UNICEF menegaskan bahwa bayi yang diberikan susu formula memiliki kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Selasi (2009) yang mengatakan bahwa bayi yang diberi susu formula mempunyai peluang 25 kali lebih tinggi meninggal dunia daripada bayi yang mengkonsumsi ASI eksklusif.

Kurangnya kualitas pemberian ASI disebabkan oleh beberapa faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Colin dan Scout di Australia menjelaskan bahwa 29% ibu berhenti menyusui karena produksi ASI berkurang. Penelitian di Indonesia oleh Afifah (2007) menunjukkan bahwa faktor pendorong gagalnya pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI serta adanya ideologi makanan non eksklusif sehingga mengurangi motivasi ibu untuk menyusui bayinya. Oleh karena itu diperlukan beberapa upaya untuk mengeluarkan ASI pada beberapa ibu. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin (Bobak, 2005). Hormon oksitosin Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

23

akan keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi atau melalui pijatan pada tulang belakang ibu. Pijatan pada tulang belakang ibu disebut dengan pijat oksitosin. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima dan keenam. Pijatan ini merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003; Indriyani, 2006; Yohmi & Roesli, 2009). Frekuensi dilakukannya pijat oksitosin juga mempengaruhi hasil produksi ASI. Hockenberry (2009) menuliskan bahwa produksi ASI dengan menggunakan pijat oksitosin lebih efektif apabila dilakukan sehari dua kali, pagi dan sore. Penelitian yang dilakukan oleh Biancuzzo (2003) menyatakan bahwa pijat yang dilakukan sehari dua kali dapat mempengaruhi produksi ASI pada ibu post partum. Oleh kerena itu dapat disimpulkan bahwa pijat oksitosin akan memberikan dampak yang lebih baik jika dilakukan dua kali dalam sehari. Pijat oksitosin bermanfaat untuk merangsang refleks oksitosin atau reflek let down. Selain itu, pijat oksitosin juga bermanfaat untuk memberikan kenyamanan bagi ibu, mengurangi bengkak pada payudara, merangsang pelepasan hormon oksitosin, dan mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007). Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut (Depkes RI, 2007): a. Sebelumnya kompres payudara dengan air hangat lalu lakukan pijat payudara. b. Mintalah bantuan pada orang lain untuk memijat. c. Ada 2 posisi yang bisa dicoba. Pertama bisa telungkup di meja atau posisi ibu telungkup pada sandaran kursi. d. Kemudian carilah tulang yang paling menonjol pada tengkuk/ leher bagian belakang atau disebut cervical vertebrae 7. e. Dari titik tonjolan tulang turun ke bawah ±2 cm dan ke kiri kanan ±2 cm, di situlah posisi jari diletakkan untuk memijat. Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

24

f. Memijat bisa menggunakan jempol tangan kiri dan kanan atau punggung telunjuk kiri dan kanan. g. Mulailah pemijatan dengan gerakan memutar perlahan-lahan lurus ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakangdan dari leher ke arah tulang belikat. Dapat juga diteruskan sampai ke pinggang. h. Pijat oksitosin bisa dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi 3-5 menit. Lebih disarankan dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI Budiarti (2009) dalam penelitiannya tentang efektifitas paket “SUKSES ASI”, dimana salah satu intervensinya adalah melakukan edukasi mengenai manajemen laktasi dan melakukan pijat oksitosin kepada ibu postpartum. Hasil penelitiannya menunjukkan ada perbedaan kelancaran produksi ASI antara kelompok yang diberikan intervensi dengan kelompok kontrol. Pada kelompok intrevensi ditemukan 72,4% ibu post sectio sesarea produksi ASI nya lancar sedangkan pada kelompok kontrol hanya 22,6%. Disimpulkan bahwa ibu yang diberikan intervensi pijat oksitosin memiliki peluang 9 kali lebih besar produksi ASI nya lancar dibanding dengan ibu yang tidak diberi intervensi.

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA BAPAK A

3.1 Profil Lahan Praktek Kota Depok menghadapi berbagai masalah perkotaan, termasuk masalah kependudukan. Sebagai Kota yang berbatasan langsung dengan Ibukota Negara, Kota Depok mendapatkan migrasi penduduk yang cukup tinggi akibat dari meningkatnya jumlah kawasan pemukiman, pendidikan, perdagangan, dan jasa.

Kota Depok terdiri dari enam kecamatan. Kecamatan Cimanggis merupakan kecamatan paling luas dengan luas wilayah 53,54 km2. Kecamatan Cimanggis mempunyai 13 kelurahan dengan jumlah penduduk 412.388 jiwa dan jumlah rumah tangga sebanyak 109.185. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 214.221 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 198.167 jiwa (Dinkes, 2014).

Kelurahan Sukatani yang menjadi lahan praktik mahasiswa merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Tapos. Sarana kesehatan yang ada terdiri dari 12 Rumah Sakit Umum, 3 Rumah Sakit khusus, dan 30 Puskesmas. Data dari bidang yankesmas menunjukkan bahwa pada tahun 2008 terdapat sejumlah 1.295 kelahiran hidup dan 2 kelahiran mati di wilayah kerja Puskesmas Sukatani. Jumlah kunjungan ibu dan bayi baru lahir pada tahun 2008 sudah menunjukkan angka yang tinggi yaitu 89,87%. Ibu bersalin yang ditolong tenaga kesehatan tercatat sebanyak 96.64% dan 4,36% lainnya dibantu oleh dukun. Data jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Kelurahan Sukatani dari 704 bayi, sebanyak 553 (78,55%) diantaranya mendapat ASI eksklusif(Dinkes, 2014).

Persentase rumah tangga yang berprilaku hidup sehat di Kota Depok, khususnya di Kelurahan Sukatani sejumlah 57,37%. Prilaku hidup bersih dan sehat di Keluraha Sukatani masih tergolong rendah jika dibanding dengan kelurahan lain yang berada di Kecamatan Cimanggis. Persentase tertinggi berada di Kelurahan Tapos, yaitu mencapai angka 99,99%. 25

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

26

Kelurahan Sukatani terdiri dari 24 Rukun Warga (RW). RW 01 meruppakan salah satu bagian dari Kelurahan Sukatani yang menjadi lahan praktik bagi mahasiswa. RW 01 termasuk salah satu RW terluas di Kelurahan Sukatani. RW 01 terdiri dari sembilan Rukun Tetangga (RT), yaitu RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, dan 09. RW 01 mempunyai dua posyandu dari 40 posyandu yang tersebar di Kelurahan Sukatani. Uumlah ibu hamil di RW 01 lebih kurang 8 ibu hamil dan ibu menyusui sebanyak 11 orang.

Keadaan pemukiman di RW 01 cukup padat dengan mayoritas perumahan merupakan rumah pribadi dan bangunan permanen, dan sebagian kecil terdiri dari rumah kontrakan satu pintu. Letak rumah berdekatan satu dengan yang lain sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan sinar matahari kurang baik pada sebagian rumah. RW 01 tidak mempunyai tempat pembuangan sampah umum dan sebagian warga tidak memiliki tempat pembuangan sampah di depan rumahnya. Tempat pembuangan limbah juga sangat berdekatan dengan rumah warga, sehingga sering tercium bau tidak enak ketika berada di sekitar wilayah tersebut.

Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di RW 01 adalah praktik Bidan, posyandu, dan pobindu. Pelaksanaan posyandu dan posbindu dilakukan setiap dua kali dalam sebulan. RW 01 memiliki dua posyandu yaitu posyandu Mawar 1 di RT 01 dan posyandu Mawar 2 di RT 03. Pembagian ini dilakukan untuk mempermudah warga menjangkau posyandu karena kondisi demografi RW 01 sangat luas. Lokasi posyandu di RW 01 masih menggunakan rumah Ketua RW dan rumah salah satu kader, karena RW 01 belum mempunyai bangunan permanen untuk dijadikan posyandu.

Posyandu Mawar 1 mengelola balita yang ada di RT 01, 02, 06, 07, dan 09 di RW 1 Kelurahan Cisalak Pasar. Posyandu mawar 1 melayani imunisasi, penimbangan dan posbindu untuk lansia. Biasanya yang datang ke posyandu kurang lebih sebanyak 60 balita. Posyandu dilakukan setiap tanggal 24, kecuali jika tanggal Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

27

tersebut jatuh di hari Minggu atau tanggal merah, maka akan dimajukan atau dimundurkan ke hari berikutnya. Posyandu Mawar 2 diadakan setiap tanggal 23 tiap bulannya di salah satu rumah kader di RT 03. Posyandu Mawar 2 meliputi balita yang berada di wilayah RT 03, RT 04, RT 05, dan RT 08. Pelayanan yang dilakukan seperti penimbangan dan posbindu saja. Jumlah balita dan lansia yang datang ke posyandu Mawar 2 tiap bulannya sekitar 40-60 balita. Kader di RW 01 sebanyak 12 orang, termasuk Ibu RT.

3.2 Analisis Situasi Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga Ibu R (44 tahun), Ibu R (23 tahun), dan Ibu I (32 tahun). Selama tujuh minggu bertempat di RT 03 RW 01 Kelurahan Sukatani, Kota Depok. Keluarga tersebut mempunyai masalah yang sama yaitu berkaitan dengan ASI. Setiap keluarga mempunyai latar belakang yang berbeda. Keluarga yang dipilih oleh mahasiswa untuk dijadikan keluarga kelolaan utama adalah keluarga Bapak A (50 tahun) dan Ibu R (44 tahun) yaitu keluarga dengan batita. Keluarga Bapak A mempunyai tipe nuclear family. Keluarga terdiri dari ayah, ibu, 11 orang anak. Bapak A (50 tahun) bekerja sebagai wiraswasta sedangkan Ibu R (44 tahun) bekerja sebagai ibu rumah tangga. Anak pertama sampai anak ke tiga sudah bekerja dan sudah tidak tinggal di rumah. Anak ke empat sampai anak ke delapan masih sekolah dari kelas 3 SMP sampai kelas 1 SD. Anak ke-9 masih berumur 6 tahun belum sekolah. Anak ke-10 berusia 2 tahun, dan bungsu Anak S baru berumur 3 minggu. Anak S (3 minggu) merupakan entry point dalam asuhan keperawatan ini. Anak S merupakan anak ke sebelas, lahir normal dengan berat badan lahir 3300 gram dan panjang badan 48cm. Anak S dilahirkan dalam keadaan sehat dan dibantu oleh bidan. Ibu R mengatakan bahwa ketika anak S lahir tidak langsung dilakukan IMD (Inisiasi Menyusui dini) oleh bidan yang menolong. Bidan hanya menjelaskan bahwa nanti bayinya diberikan ASI langsung setelah dibersihkan. Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

28

Keluarga Bapak A menganut agama Islam. Ibu R jarang mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan tempat tinggalnya, seperti pengajian bulanan ibu-ibu. Namun, Ibu R selalu berusaha mengajarkan anak-anaknya untuk beribadah setiap hari. Bapak A berasal dari Manggarai sedangkan Ibu R berasal dari daerah Kuningan. Bapak A dan Ibu R bertemu sejak tahun 1988 dan memutuskan untuk menikah pada tahun 1989. Bapak A bekerja sebagai tukang ojek dan mulai bekerja setiap malam kemudian istirahat pada siang hari. Sedangkan Ibu R tidak bekerja sejak kelahiran Anak ke tiga. Penghasilan keluarga Bapak A tidak menentu. Namun, rata-rata setiap hari Bapak A mendapatkan Rp. 200.000- Rp. 300.000,-. Bapak A selalu bertanggung jawab memberikan nafkah kepada Ibu R setiap hari. Penghasilan suami harus diatur sedemikian rupa oleh Ibu R agar mencukupi kebutuhan sekeluarga setiap hari. Selain untuk membeli kebutuhan makan dan sekolah anak-anak, Ibu R juga sering membayar kredit yang ditagih oleh tukang kredit tiap hari kerumahnya. Rumah keluarga Bapak A merupakan rumah kontrakan. Rumah Bapak A terdiri dari ruang tamu yang berfungsi sebagai ruang keluarga dimana terdapat TV, dapur dan kamar mandi, satu kamar tidur. Atap terbuat dari genting. Lantai rumah dikeramik. Dapur terletak di belakang dekat kamar mandi. Suplai air untuk mandi dan mencuci berasal dari air tanah. Menurut Ibu R, kondisi air tanah yang mereka gunakan cukup baik. Lubang ventilasi berasal dari pintu depan, dua jendela di ruang depan. Lampu penerangan cukup adekuat. Lantai rumah terlihat bersih namun berantakan oleh mainan anak-anak. Keluarga Bapak A sudah cukup lama tinggal di RW 01. Namun sering pindah kontrakan karena Bapak A tidak sanggup membayar kontrakan untuk bulan berikutnya. Saat ini keluarga Bapak A tinggal sendiri terpisah dengan orang tuanya. Menurut Ibu R, masyarakat di daerah ini agak kesulitan untuk mengakses angkutan umum karena hanya ada satu rute angkutan umum. Selain itu angkutan umum tersebut juga tidak masuk ke perumahan Ibu R karenan memang gang yang sangat sempit, sehingga jika ingin berpergian menggunakan angkutan umum, Ibu R harus berjalan cukup jauh dan membutuhkan waktu cukup lama untuk Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

29

menunggu. Selain angkutan umum, alat transportasi yang banyak digunakan sebagian besar masyarakat di daerah ini, yaitu menggunakan kendaraan pribadi atau jasa tukang ojek. Alat transportasi yang biasa digunakan keluarga Bapak A ketika berpergian, yaitu menggunakan motor. Ibu R memperhatikan kebutuhan keluarga dengan cukup baik. Di dalam pemenuhan konsumsi makanan keluarga, Ibu R selalu menyiapkan baik itu sarapan, makan siang, dan makan malam. Sehari-hari Ibu R membeli bahan masakan di warung. Seringkali Ibu R hanya memasakkan sayuran saja. Ketika cukup uang Ibu R membelikan lauk seperti tahu, tempe, dan ayam. Namun, anakanak Ibu R selalu menghabiskan makanan yang dimasak ibunya. Anak yang paling bungsu, anak S, masih mengkonsumsi ASI eksklusif. Ibu R memberikan ASI setiap hari kepada anaknya. Namun, produksi ASI Ibu R sedikit sehingga kadang-kadang Ibu R memberikan susu formula. Ibu R tetap berusaha agar anak S mendapatkan ASI terbaik darinya, oleh karena itu segala cara sudah dilakukan Ibu R agar produksi ASInya meningkat. Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, seringkali keluarga biasanya mengkonsumsi obat yang dibeli di warung atau menggunakan obat yang dipersiapkan keluarga. Layanan kesehatan yang digunakan keluarga apabila sakit yaitu praktek bidan. Ibu R jarang sekali ke puskesmas karena jarak puskesmas yang cukup jauh dari tempat tinggal ibu R. Pada pengkajian hari pertama Jumat, 9 Mei 2014, didapatkan bahwa Anak S masih diberikan ASI eksklusif oleh Ibu R. Anak S menyusu dengan baik. Namun, seketika Anak S rewel lalu Ibu R tidak menyusui anaknya lagi. Ibu R mengatakan ASInya tidak cukup memenuhi kebutuhan anaknya. Oleh karena itu, Ibu R mencampur dengan susu formula. Kejadian ini berlangsung berulang. Ibu R mengatakan produksi ASInya mulai berkurang ketika Anak S berumur 2 minggu. Awalnya ASI Ibu R sangat banyak hingga Ibu R merasakan sakit pada payudaranya. Namun Ibu R jarang Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

30

memberikan ke Anak S karena Anak S masih jarang ingin menyusu. Selain itu Ibu R juga tidak memerah ASInya karena tidak mempunyai alat untuk memerah ASI. Sehingga Ibu R hanya membiarkan payudaranya bengkak dan nyeri hingga sekarang berakibat produksi ASI Ibu R yang semakin berkurang. Ibu R mengatakan sekarang Anak S lebih sering menyusu. Ibu R akhirnya memutuskan memberikan susu formula ketika ASInya tidak mencukupi untuk anak S. Ibu R memberikan ASI setiap 3 jam sekali atau kadang-kadang ketika Anak S rewel. Ibu R mengatakan anaknya mau minum susu formula dan ASInya. Pada saat posyandu, Sabtu 24 Mei 2014, Ibu S membawa anaknya untuk imunisasi BCG. Ketika ditimbang BB anak meningkat menjadi 3700 gram. Ibu R mengatakan akan terus berusaha memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, namun kebingungan karena ASInya yang sedikit. Pada saat kunjungan kedua ke rumah Ibu R, beliau mengatakan selalu mengkonsumsi sayur agar ASInya banyak kembali dan beliau juga minum banyak air putih. Ibu R mengatakan ASInya masih belum mencukupi kebutuhan anaknya. Berat badan Ibu R sekarang 56kg. Ibu R mengatakan tidak mengalami penurunan nafsu makan. Ibu R mengatakan makan 3 kali sehari tanpa mengkonsumsi buahbuahan. ASI ibu S sangat banyak ketika menyusui anak-anaknya sebelumnya dan selalu diberikan ASI sampai usia 2 tahun. Saat pertemuan pertama dan kedua, Ibu R mengatakan akan mencoba ke tukang urut untuk memijat badannya. Ibu R mengatakan mungkin setelah dipijit ASInya bisa keluar lagi. Selain itu Ibu R juga mengatakan bahwa ASInya sedikit karena ASI yang kemaren banyak tidak dikeluarkan semua, sehingga produksi ASI sekarang jadi terhambat. Hasil pengkajian inspeksi, payudara masih mengeluarkan ASI ketika dipijat, aerola menonjol kelur. Ketika Ibu R diminta untuk menyusui Anak S, posisi pelekatan sudah cukup baik. Namun, tidak berapa lama Anak S menangis karena kehabisan ASI, kemudian Ibu R memindahkan ke payudara sebelahnya.

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

31

Ibu R belum mengetahui cara memperbanyak produksi ASI selain memakan banyak sayur dan buah. Ketika ditanya mengenai pijat payudara, Ibu R mengatakan belum pernah melakukannya. Ibu R minta diajarkan cara pijat payudara. Orang tua Ibu R yang waktu itu berkunjung ke rumah Ibu R berharap agar Ibu R bisa memberikan ASI saja pada anaknya karena harga susu formula sangat mahal dan melihat kondisi ekonomi Ibu R yang masih kurang mencukupi. Pada saat kunjungan berikutnya Ibu R mengatakan bahwa dia jarang ke puskesmas atau ke bidan, karena jarak yang sangat jauh dan repot membawa anak-anaknya yang masih kecil. Ibu R juga jarang bersosialisasi dengan tentangga karena Ibu R malu karena melahirkan lagi. Ibu R mengatakan bahwa ketika mengetahui sedang hamil lagi, beliau sempat kaget dan tidak menerima anaknya. Namun, karena dukungan dari suamu akhirnya Ibu R menerima kehadiran anak ke 11 setelah pernah keguguran 1 kali. Ibu R pernah meggunakan KB suntik ketika mempunyai anak 3. Namun, ibu R mengatakan sering pusing menggunakan KB suntik. Lalu Ibu R mengganti menggunakan KB pil. Ibu R juga merasakan mual muntah ketika menggunakan KB pil. Hingga akhirnya Ibu R tidak pernah lagi menggunakan KB hingga saat ini. Ibu R mengatakan tidak tahu mengenai KB IUD dan implan. Beliau mengatakan takut menggunakan KB seperti itu. Ketika ditanya mengenai KB kalender, beliau mengatakan pernah menggunakan sistem seperti itu, namun gagal juga. Ketika ditanya lebih lanjut ternyata ada pemahaman yang kurang tepat mengenai KB kalender terkait masa subur pada wanita. Keluarga Bapak A mempunyai riwayat penyakit tekanan darah tinggi. Begitu juga dengan Ibu R mempunyai riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi dan penyakit Diabetes Mellitus. Tekanan darah Ibu R 160/80 mmHg ketika pertama kali diperiksa. Ibu R mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat penurun tekanan darah. Anak-anak Ibu R sudah lengkap imunisasinya dari awal hingga akhir. Anak S (1bulan) sudah mendapatkan 1 imunisasi BCG. Ibu R mengatakan anak-anak rentan terkena penyakit seperti batuk, flu, dan demam. Apabila ada anggota keluarga yang sakit, Ibu R biasa membelikan obat warung. Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

32

Menurunnya produksi ASI menjadi stressor tersendiri bagi Ibu R. Ibu R harus mengeluarkan biaya untuk membeli susu formula. Stressor yang lain yaitu anakanak Ibu R yang banyak dan masih kecil membuat kondisi rumah berantakan dan menjadi berisik sehingga sering membuat anak S terbangun. Untuk mengatasi stres tersebut Ibu R sering berkunjung ke rumah orang tuanya.

3.3 Diagnosis Keperawatan Hasil pengkajian keluarga yang dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis keperawatan sebagai berikut: (a) ketidakefektifan pemberian ASI pada Ibu R; (b) kurang pengetahuan tentang alat kontrasepsi pada Ibu R; (c) ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi pada Ibu R; dan (d) kesiapan meningkatkan nutrisi pada anak A. Selanjutnya dari beberapa diagnosis tersebut dilakukan skoring untuk menentukan mana yang lebih prioritas dan diselesaikan terlebih dahulu.

3.4 Perencanaan Intervensi Keperawatan Rencana keperawatan yang akan dilakukan mahasiswa berpedoman pada lima tugas keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan adalah setelah dilakukan pertemuan selama 6 minggu implementasi, pengetahuan keluarga terhadap ASI eksklusif meningkat yang ditandai dengan kriteria evaluasi yang sudah ditetapkan. Adapun kriteria evaluasinya sebagai berikut; (1) keluarga mampu mengenal masalah ketidakefektifan pemberian ASI dengan menyebutkan pengertian manajemen laktasi dan ASI eksklusif; (2) keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah ASI; keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 manfaat ASI bagi bayi, keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 manfaat ASI bagi ibu, menyebutkan 2 dari 3 perubahan yang terjadi pada payudara, menyebutkan 2 dari 4 cara keluarga mendukung ibu menyusui, menyebutkan 2 dari 4 nutrisi seimbang bagi ibu menyusui. (3) keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah ketidakefektifan pemberian ASI dengan menyebutkan 2 dari 4 akibat bila anak tidak mendapatkan ASI, keluarga mampu menyebutkan 6 dari 10 cara menyusui yang baik dan benar, keluarga mampu mendemonstrasikan Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

33

kembali cara menyusui yang baik, mampu melakukan perawatan payudara yang baik dan benar, mampu melakukan pijat payudara dan pijat oksitosin dengan benar, serta mampu menyusun dan membuat menu makanan sehat gizi seimbang setiap hari; (4) keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan menyebutkan 2 dari 3 cara memodifikasi lingkungan untuk ibu menyusui. (5) keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengefektifakan kembali proses menyusui bayi dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal, menyebutkan 2 dari 3 manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, dan mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin.

Selain melakukan pendidikan kesehatan, juga dilakukan demonstrasi cara melakukan pijat oksitosin. Demonstrasi dilakukan bersama dengan anggota keluarga. Pada akhir sesi keluarga diminta memperagakan kembali cara melakukan pijat oksitosin.

3.5 Implementasi Keperawatan Pemberian makanan terbaik bagi bayi yang telah diakui WHO adalah hanya memberikan ASI pada 6 bulan pertama usia bayi, meneruskan pemberian ASI hingga usia 2 tahun (Wahyuningsih, 2013). Masa tumbuh kembang bayi 0-6 bulan membutuhkan asupan gizi yang diperoleh dari ASI eksklusif. Asuhan keperawatan yang diterapkan pada keluarga Ibu R selain meningkatkan pengetahuan tentang ASI eksklusif juga diberikan edukasi mengenai cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi produksi ASI yang sedikit. Intervensi yang berpedoman pada tugas kesehatan keluarga meliputi lima tugas keluarga, dimana dalam kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah dengan pemberian ASI eksklusif. Keluarga diberikan informasi mengenai cara meningkatkan produksi ASI melalui penyuluhan kesehatan tentang ASI. Selain itu keluarga juga dilatih untuk melakukan perawatan sederhana yang bisa dilakukan dirumah seperti pijat oksitosin. Selain

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

34

itu juga memotivasi keluarga untuk selalu berkunjung ke pelayanan kesehatan apabila ada masalah kesehatan pada keluarga. Implementasi keperawatan terdiri dari menjelaskan kepada keluarga mengenai pengertian manajemen laktasi/ ASI eksklusif, manfaat ASI bagi ibu dan bayi. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah pemberian ASI pada anggota keluarga. Memotivasi keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah dengan proses menyusui. Mendiskusikan bersama keluarga cara mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI, yaitu dengan memberikan informasi terkait cara yang bisa dilakukan dirumah untuk meningkatkan produksi ASI. Antara lain melakukan perawatan payudara, pijat payudara, pijat oksitosin, dan penyusunan menu makanan seimbang. Implementasi keperawatan berupa metode ceramah dengan menggunakan media berupa lembar balik dan leaflet. Untuk demonstrasi pijat oksitosin media yang digunakan selain lembar balik dan leaflet, mahasiswa juga membawa alat peraga serta alat bahan yang dibutuhkan. Selama implementasi keluarga yang terlibat antara lain Ibu R, orang tua ibu R, dan anak Ibu R yang berusia 15 tahun. Keterlibatan anggota keluarga diharapkan bisa memotivasi anggota keluarga untuk saling mengingatkan agar memberikan ASI eksklusif pada anak S. Mendorong suami agar membantu istri selama melakukan pijat oksitosin. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan keluarga, yaitu berikan suasana yang nyaman selama menyusui yang bebas dari suasana yang bising. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal, serta memotivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terutama posyandu secara rutin setiap bulan. 3.6 Evaluasi Keperawatan Asuhan keperawatan yang sudah bilakukan mahasiswa di keluarga Ibu R diharapkan bisa memberikan perubahan paradigma Ibu R terhadap ASI eksklusif. Intervensi keperawatan telah dilakukan, kemudian dievaluasi untuk mengetahui Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

35

sejauh mana keberhasilan dari intervensi dapat tercapai. Evaluasi dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan melakukan evaluasi SOAP, evaluasi sumatif, dan menilai tingkat kemandirian keluarga.

Evaluasi SOAP didapatkan data bahwa pengetahuan Ibu R semakin hari semakin meningkat tentang ASI eksklusif yang ditandai dengan: TUK 1: Ibu R mengatakan pengertian ASI adalah makanan terbaik bagi bayi yang harus diberikan selama 6 bulan. Ibu R mengatakan manfaat ASI bagi bayi adalah untuk sumber makanan utama bayi, pertumbuhan bayi, dan untuk kekebalan tubuh bayi. Selain itu Ibu R juga menjelaskan kembali manfaat ASI bagi ibu adalah lebih hemat, ekonomis, dan mudah didapat. Ibu R juga mengatakan nutrisi yang baik selama ibu menyusui adalah makanan yang mengandung kalsium, karbohidrat, dan vitamin, juga harus banyak makan sayur.

TUK 2: Ibu R memamparkan bahwa bahaya anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif antara lain anak menjadi mudah sakit, kurus, serta akan berakibat bagi ibu yaitu payudara menjadi bengkak. Ibu R mengatakan ingin sekali memberikan ASI eksklusif buat anaknya. Ibu R mengungkapkan ketakutannya tidak bisa membelikan susu formula lagi. Oleh karena itu Ibu R selalu bersemangat ketika mahasiswa memberikan pengetahuan baru agar ASI Ibu R banyak. TUK 3: Setelah beberapa kali intervensi Ibu R mampu melakukan perawatan payudara sendiri. Ibu R mengatakan cara melakukan perawatan payudara adalah dengan menuangkan minyak secukupnya ke tangan, kemudian pijat payudara dari berbagai arah, atas, bawah, samping kanan dan kiri. Lakukan selama 15 menit. Setelah pemijatan payudara dikompres dengan air hangat dan air dingin secara bergantian dilakukan paling kurang 5 kali. Ibu R mampu memperagakan teknik perawatan payudara dan pemijatan payudara dengan benar. Ibu R juga menjelaskan kembali cara pemijatan oksitosin dengan benar. Ibu R mengatakan pemijatan dibantu oleh anak atau ibunya. Pijat ini membuat ASInya sering menetes. Sebelumnya Ibu R menjelaskan pengertian pijat oksitosin adalah Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

36

cara yang digunakan untuk membantu pengeluaran ASI yang dimulai dari leher bagian belakang sampai ke tulang belakang. Dipijat dengan menggunakan jempol. Kemudian Ibu R memperagakan kembali cara melakukan pijat oksitosin dengan benar. Ibu R mengatakan tidak ada perubahan menu makanan semenjak hamil hingga melahirkan. Namun, intensitas ibu R mengkonsumsi sayur menjadi lebih meningkat. Ibu R meyakini bahwa daun katuk bisa memperbanyak ASI-nya. Oleh karena itu ibu R selalu membuat sayur daun katuk setiap hari. Seringnya membuat sayur katuk membuat Ibu R bosan dan tidak mengkonsumsi lebih kurang 1 minggu. Ketika mahasiswa mengajak untuk menyusun menu makanan sehari bersama Ibu R, Ibu R bersedia untuk melakukannya. Ibu R mengatakan bahwa makanan yang dikonsumsi tidak perlu mahal yang penting mencukupi kebutuhan gizi seimbang seperti karbohidrat, vitamin, dan kalsium serta zat gizi lainnya. Menu makanan yang dibuat Ibu R selama 1 hari pertama masih belum terdiri dari gizi seimbang, namun untuk hari berikutnya Ibu R sudah mampu memilih menu makanan setiap hari. TUK 4: Keluarga sudah mampu memodifikasi lingkungan yaitu menciptakan situasi yang nyaman untuk Ibu R ketika menyusui. Keluarga merapihkan ruangan yang siap digunakan sewaktu-waktu bila Ibu R menyusui. TUK 5: Keluarga menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan sebagai tempat berobat, mendapatkan pelayanan kesehatan, dan informasi mengenai kesehatan. Serta keluarga mengetahui bahwa fasilitras kesehatan yang bisa keluarga kunjungi adalah puskesmas, posyandu, dan rumah sakit. Keluarga juga sudah termotivasi untuk selalu membawa anaknya ke posyandu setiap bulan. Pemberian setiap implementasi yang dilakukan oleh mahasiswa dapat diterima keluarga secara kooperatif dan antusias, baik dalam penyampaian informasi maupun melakukan demonstrasi. Keluarga terlibat aktif dalam diskusi. Keluarga Bapak A, terutama Ibu R dapat menyebutkan kembali pengertian, manfaat, dan akibat gizi kurang. Ibu R mampu melakukan perawatan payudara dan pemijatan Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

37

payudara setiap hari. Anak Ibu R juga sudah mampu melakukan pijatan oksitosin dengan benar. Pada kunjungan mendadak yang dilakukan, Ibu R dibantu anaknya sedang melakukan pijatan oksitosin dan siap menyusui anaknya. Pada kunjungan mendadak selanjutnya ibu R mengatakan payudaranya terasa padat dan ingin segera menyusui anaknya. Ibu R merasa sangat bersyukur karena sekarang tidak perlu lagi mencampur dengan susu formula. Namun, kadang-kadang ASI ibu R kurang mencukupi bagi bayi, namun tidak seperti yang sebelum-sebelumnya. Sebelum melakukan terminasi dengan keluarga, mahasiswa melakukan inspeksi kembali kepada payudara ibu R. Hasilnya menunjukkan ASI positif keluar ketika aerola dipijat, selain itu payudara teraba lebih padat. Hasil observasi yang dilakukan atau yang dilaporkan oleh keluarga maka mahasiswa menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1 hingga TUK 5 telah tercapai. Masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada anak S teratasi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya produksi ASI ibu R, payudara teraba padat, pengeluaran ASI positif, frekuensi Anak S menyusui meningkat dari awalnya 6-8 kali minum ASI kadang-kadang diselingi susu formula oleh Ibu R, setelah intervensi meningkat menjadi 8-10 kali tanpa diselingi dengan susu formula, serta Ibu R mengatakan anak S sudah jarang rewel ketika menyusui. Selain itu terjadi peningkatan berat badan bayi dari awalnya 3100 gram menjadi 3700 gram. Proses evaluasi ini dilakukan dengan memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan terkait materi penyuluhan yang pernah disampaikan sebelumnya. Hasilnya dari 14 pertanyaan, 1 diantaranya masih dijawab kurang tepat oleh keluarga Bapak A. Selain itu mahasiswa juga melakukan observasi langsung kepada keluarga melalui kunjungan yang dilakukan secara tiba-tiba kepada keluarga. Penimbangan berat badan bayi sebelum dan sesudah intervensi juga dilakukan. Perawat memotivasi Ibu R agar terus semangat memberikan ASI eksklusif dan melakukan cara melakukan perawatan terhadap payudara setiap hari. Perawat juga memberikan penghargaan positif atas usaha dan hasil yang telah diperoleh Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

38

keluarga. Rencana tindak lanjut dari intervensi yang sudah dilakukan mahasiswa antara lain meminta kader untuk terus memantau pertumbuhan Anak S baik ketika posyandu atau berkunjung ke rumah Ibu R. Evaluasi tingkat kemandirian keluarga ditentukan oleh kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Tingkat kemandirian keluarga Bapak A berada pada tingkat kemandirian IV. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, keluarga menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, keluarga melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, keluarga melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif, serta keluarga mampu memberikan promosi kesehatan mengenai ASI eksklusif kepada keluarga terdekat. Intervensi keperawatan yang sudah dilakukan ke keluarga Bapak A terkait ASI sudah dilaksanakan dan tercapai semua tujuannya. Intervensi yang paling efektif untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga tersebut salah satunya adalah pijat oksitosin. Keefektifan intervensi pijat oksitosin ini tidak terlepas dari usaha keluarga yang bersungguh-sungguh untuk merubah kondisi kesehatannya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, kedepannya sangat diharapkan agar intervensi pijat oksitosin ini tetap terus dijalankan dan dikembangkan khususnya oleh mahasiswa keperawatan agar bisa digunakan oleh masyarakat lebih luas.

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

BAB 4 PEMBAHASAN

Secara umum dipahami bahwa gizi terbaik untuk bayi adalah ASI. pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama sejak kelahiran bayi mampu mengurangi risiko kematian bayi. Meskipun ASI eksklusif sudah diketahui manfaatnya, namun kecendrungan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi masih rendah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI oleh ibu kepada bayinya, antara lain rendahnya pengetahuan tentang ASI, kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas, faktor sosial dan budaya, serta gencarnya promosi susu formula yang mempengaruhi pola pikir ibu dan petugas kesehatan (Yulianah, 2013).

Kurangnya pengetahuan serta rendahnya motivasi dalam menyusui dapat mengakibatkan berbagai masalah. Suradi (2008) menjelaskan bahwa seringkali kegagalan dalam menyusui disebabkan karena kesalahan memposisikan dan melekatkan bayi. Selain itu rendahnya pengetahuan ibu tentang cara melakukan perawatan payudara dan cara menjaga agar produksi ASI juga masih belum tepat. Upaya yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalah

ini

adalah

pendidikan

kesehatan

kepada

keluarga

untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap pentingnya ASI eksklusif.

Penjelasan mengenai ASI eksklusif dikeluarga dilakukan melalui pendidikan kesehatan. Kesadaran ibu terhadap pentingnya ASI perlu ditingkatkan. Selain itu meningkatkan pengetahuan ibu mengenai cara-cara yang bisa dilakukan agar pengeluaran ASI tetap lancar juga perlu dilakukan. Notoatmojo (2003) menjelaskan bahwa metode pendidikan kesehatan yang bisa dilakukan adalah berupa penyuluhan. Penyuluhan di keluarga bisa dilakukan bersama anggota keluarga yang lain atau kepada individu yang bersangkutan. Asuhan 39

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

40

keperawatan pertama yang dilakukan kepada keluarga Bapak A adalah penyuluhan kesehatan tentang pentingnya ASI eksklusif bagi bayi. Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan keluarga Bapak A, khususnya Ibu R mampu menyebutkan kembali pengertian ASI, manfaat bagi ibu dan bayi, akibat bila bayi tidak diberi ASI serta cara yang dilakukan agar produksi ASI tetap meningkat.

Hasil penelitian Lopez (2010) menyatakan bahwa terdapat peningkatan ilmu pengetahuan pada ibu primipara setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai ASI eksklusif. Selama memberikan pendidikan kesehatan juga perlu diperhatikan beberapa hal seperti tingkat pendidikan ibu. Lestari (2012) menemukan fakta bahwa ibu yang berpendidikan lebih tinggi dapat memahami informasi dengan lebih baik terhadap penjelasan yang sudah diberikan. Pendidikan terakhir ibu R adalah SMP, sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjelaskan kepada keluarga tentang ASI eksklusif. Berbeda dengan hasil penelitian Purnawati (2003) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin kecil peluang untuk memberikan ASI. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, dan budaya.

Ibu R bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ibu R jarang sekali pergi keluar rumah atau mengikuti pengajian RT. Selain itu Ibu R juga jarang menggali informasi atau berobat ke Puskesmas. Hal ini menyebabkan Ibu R jarang terpapar mengenai hal-hal terkait ASI. Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa ibu yang tidak bekerja pada umumnya menjalankan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga sehingga pengalaman dan informasi yang diperoleh itu terbatas (Pusporini, 2009; Purwanti, 2004; Suradi, 2004). Berbeda dengan ibu yang bekerja dimana mereka akan memiliki pergaulan yang lebih luas sehingga dapat menceritakan pengalaman serta keluhannya kepada temantemannya.

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

41

Faktor lain yang menyebabkan rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi adalah berkurangnya produksi ASI sehingga tidak dapat memuaskan bayi selama menyusui. Hal ini ditemukan juga dalam penelitian Ahluwia, Morrow, dan Hsia (2005) menjelaskan bahwa ibu-ibu berhenti menyusui bayinya pada bulan pertama postpartum karena puting lecet, kesulitan dalam perlekatan, dan ketidakcukupan produksi ASI. Masalah ini juga terjadi dengan keluarga Bapak A, khususnya Ibu R dimana mengeluhkan bahwa ketika menyusui ASInya cepat habis sehingga anaknya sering menangis.

Ibu R sudah berusaha agar produksi ASInya tetap banyak. Ibu R sudah mengatur pola makan dengan banyak makan sayur, namun produksi ASInya tidak terdapat peningkatan. Melihat masalah tersebut, perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga Bapak A, dilanjutkan dengan pemberian intervensi pijat oksitosin. Keluarga Bapak A sebelumnya belum pernah mendapatkan informasi mengenai pijat oksitosin.

Pijat oksitosin merupakan pijatan yang dilakukan pada tulang vertebra mulai dari leher sampai ke pinggang. Pijatan ini berfungsi untuk merangsang pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin dimana nanti kedua hormon ini sangat berperan dalam memproduksi ASI (Biancuzzo, 2003; Indriyani, 2006; Yohmi & Roesli, 2009). Setelah mendemonstrasikan langkah-langkah pijat oksitosin didepan anak dan orang tua Ibu R, keluarga mengulangi langkahlangkah pijat tersebut. Pada demonstrasi pertama ini, ASI yang keluar masih sedikit.

Evaluasi pijat oksitosin dilakukan pada kunjungan hari berikutnya. Keluarga mengatakan setiap hari melakukan pijat oksitosin dibantu oleh orang tua atau anaknya. Ibu R mengatakan ada peningkatan junlah ASI yang dirasakan. Payudara ibu R juga teraba lebih padat dari biasanya. Selain itu ibu R mengatakan anaknya sudah jarang menangis ketika menyusui. Penelitian yang dilakukan oleh Mardiyaningsih (2011) mengatakan bahwa produksi ASI Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

42

ibu postpartum meningkat secara signifikan setelah dilakukan intervensi pijat oksitosin. Hal serupa juga ditemukan oleh Endah (2011) bahwa jumlah kolostrum yang keluar pada kelompok intervensi 5,333 cc lebih banyak dari pada jumlah kolostrum yang keluar pada kelompok kontrol.

Ibu R mengatakan anaknya lebih sering menyusui dari biasanya. Rata-rata bayi menyusu 10-12 kali dalam sehari. Penelitian Cregan (2002), mengatakan bahwa selama 24 jam sejak kelahiran bayi rata-rata bayi akan menyusu sebanyak 10-12 kali. Menyusui kapanpun ketika bayi menangis merupakan cara terbaik untuk menjaga kualitas ASI yang cukup bagi bayi.

Pada kunjungan yang tidak terduga, ibu R sedang menyusui bayinya. Bayinya tampak tenang, posisi pelekatan baik, dan bayi menghisap dengan kuat. Ibu R mengatakan bahwa setiap akan menyusu, Ibu R selalu meminta bantu ibu atau anaknya untuk melakukan pijat baik itu pijat payudara atau pijat oksitosin. Ibu R mengatakan pijat oksitosin dilakukan setiap pagi dan sore, bahkan kadang-kadang lebih dari lima kali dalam sehari. Ibu R berpikir apabila semakin sering memijat maka produksi ASInya akan semakin meningkat. Hockenberry (2002) menuliskan bahwa pijat oksitosin lebih efektif diberikan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore. Hal ini juga didukung oleh Biancuzzo (2003) bahwa pijat oksitosin dilakukan dua kali dalam sehari dapat mempengaruhi produksi ASI ibu postpartum.

Keberhasilan tindakan pijat oksitosin juga terlihat dari peningkatan berat badan bayi dari berat badan lahir 3100 gram menjadi 3700 gram dalam 2 minggu. Hal ini lantas membuat keluarga Bapak A semangat untuk terus memberikan ASI terbaik bagi bayinya. Selama melakukan pijat oksitosin terlihat jelas perubahan yang terjadi dari kualitas pemberian ASI kepada bayi keluarga Bapak A. Frekuensi menyusui yang semakin sering dan peningkatan berat badan bayi selama dua minggu membuat keluarga Bapak A yakin untuk

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

43

selalu melakukan pijat oksitosin untuk meningkatkan serta mempertahankan pemberian ASI bagi bayinya.

Mahasiswa menganjurkan keluarga untuk membantu Ibu R melakukan pijat oksitosin setiap 2 kali dalam sehari. Pijatan bisa dilakukan pagi, sore, atau malam hari. Posisi ibu selama dipijat bisa sambil duduk diatas kursi dengan kedua tangan diletakkan di punggung kursi yang lain. Posisi ini paling efektif bagi ibu agar bisa melihat langsung refleks let down ASI.

Pijat oksitosin diajarkan dengan menggunakan metode demonstrasi dan redemonstrasi. Keluarga mengulangi pijat oksitosin yang dilakukan kepada Ibu R. Pijat oksitosin dilakukan dengan memijat dengan kedua jempol diarea leher di samping bagian tonjolan tulang hingga ke punggung. Pijatan dilakukan selama 3-5 menit. Selain itu kompres hangat juga diperlukan di sekitar payudara agar pengeluaran ASI semakin lancar. Keluarga mampu mengulang kembali langkah-langkah pijat oksitosin dengan benar.

Pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga dalam pelaksanaan tugas kesehatan

keluarga

dibutuhkan

pengawasan

dan

bimbingan

yang

berkelanjutan dari petugas kesehatan, maupun kader RT dan RW setempat agar pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dapat berjalan dengan baik. Perlu adanya pemberdayaan masyarakat dengan melatih kader setempat terkait cara melakukan pijat oksitosin. Kader dapat memberikan penyuluhan terkait ASI dan pijat oksitosin dalam fungsi posyandu di meja kelima.

Asuhan keperawatan keluarga yang telah dilakukan dalam membina keluarga terus dilakukan. Oleh sebab itu mahasiswa membuat rencana tindak lanjut yang dilakukan kepada keluarga. Rencana ini dibuat agar tindakan yang telah dilakukan sebelumnya bersama mahasiswa dapat terus dilakukan dan berkesinambungan. Rencana tindak lanjut yang dilakukan antara lain menetapkan jadual pijat oksitosin bersama keluarga. selain itu menetapkan Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

44

dan menandai tanggal penting posyandu agar keluarga ingat bahwa posyandu itu penting. Mahasiswa melaporkan kepada kader tentang evaluasi kemandirian keluarga, dan meminta kader untuk melanjutkan pemantauan terkait masalah pemberian ASI yang dapat dilakukan dalam kegiatan posyandu setiap bulan.

Rencana tindak lanjut yang diberikan untuk kader antara lain memotivasi keluarga secara berkelanjutan agar dapat mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan yang telah tercapai. Mahasiswa melakukan advokasi dan menekankan pentingnya mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin dan berkala, terutama posyandu untuk memantau berat badan anak sampai anak menginjak usia lima tahun.

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan mahasiswa kepada keluarga Bapak A dengan masalah ketidakefektifan pemberian ASI, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 5.1.1

Pemberian ASI khususnya pada masyarakat perkotaan sudah sering

diabaikan karena beberapa faktor, seperti kurang paham mengenai cara memperbanyak produksi ASI, kurang mendapat motivasi keluarga, serta semakin meningkatnya informasi mengenai susu formula. Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena tingkat perkembangan penduduk kota di Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah kesehatan di perkotaan merupakan resultant dari berbagai faktor, salah satu diantaranya adanya arus urbanisasi.

5.1.2

Masalah utama yang dikeluhkan Ibu R adalah bayinya yang selalu

menangis ketika menyusui dan produksi ASInya yang tidak mencukupi kebutuhan bayinya. Perawat komunitas bertanggung jawab untuk melakukan intervensi dengan membantu keluarga memahami 5 tugas kesehatan keluarga. Perawat juga mengajarkan cara-cara perawatan

yang bisa dilakukan keluarga untuk

meningkatkan produksi ASI.

5.1.3 Pijat oksitosin bermanfaat dalam meningkatkan produksi dan kelancaran pengeluaran ASI Ibu R. Keberhasilan diukur dengan melihat perbandingan frekuensi menyusui ibu sebelum dan sesudah intervensi. Selain itu terjadi kenaikan berat badan bayi dari 3100 gram ketika baru lahir, menjadi 3700 gram ketika berumur 2 minggu.

5.1.4

Pemecahan masalah yang dilakukan untuk mengatasi masalah

ketidakefektifan pemberian ASI ini adalah mahasiswa menganjurkan keluarga untuk melakukan pijat oksitosin setiap hari sebanyak dua kali. Keluarga yang membantu Ibu R dalam melakukan pijat oksitosin. Selain itu memotivasi keluarga agar selalu memanfaatkan fasilitas kesehatan ketika ada masalah dengan 45

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

46

kesehatan keluarga. Mahasiswa juga menganjurkan para kader dan petugas kesehatan agar memantau perkembangan bayi ibu R setiap bulannya.

5.2 Saran 5.2.1 Keluarga Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan tentang upaya meningkatkan produksi ASI dan melakukan perawatan payudara. Keluarga bisa bertanya atau berkonsultasi pada petugas kesehatan. Keluarga diharapkan dapat memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sejak kelahiran bayi dan sampai berusia 2 tahun disertai makanan pendamping ASI. Keluarga sebaiknya berkunjung ke posyandu setiap bulan untuk penimbangan berat badan bayi dan menanyakan kepada petugas kesehatan mengenai hal-hal yang belum diketahui terkait tumbuh kembang bayinya.

5.2.2 Instansi Pendidikan Peran perawat komunitas dapat bermanfaat lebih nyata setelah melakukan praktik keperawatan komunitas. Kehadiran mahasiswa perawat di tengah-tengah masyarakat membuka wawasan masyarakat yang buta akan ilmu kesehatan menjadi meningkat. Oleh karena itu diharapkan praktik komunitas ini tetap dilanjutkan agar tingkat kesehatan masyarakat perkotaan atau pedesaan semakin meningkat.

5.2.3 Pelayanan Keperawatan Komunitas Penulisan karya ilmiah ini dapat menjadi masukan dan sumber informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas dan keluarga. Karya ilmiah ini juga diarapkan sebagai petunjuk dasar untuk melakukan promosi kesehatan mengenai ASI untuk masyarakat yang lebih luas.

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Allender, J., A & Spradley, B., W. (2001). Community health nursing : Concepts and practice. 5th Ed. Philadelphia : Lippincott. Allender & Spradley. (2005). Community health nursing: concept and practice. (5th ed). Philadelphia : Lippincott. Allender, J. A., Rector, C., Warner, K. D. (2010). Community health nursing: promoting & protecting the public’s health. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Alligood., M., R. (2006). Nursing theory. United States: Mosby Inc. Anderson, E.T., & McFarlane, J. (2006). Buku ajar keperawatan komunitas: Teori dan praktik. Edisi ke 3. Alih bahasa: Agus Sutarna, dkk. EGC: Jakarta. Baker, L., Cross, S., Greaver, L., Wei, G., Lewis, R, & Healthy Start CORPS. (2005). Prevalence of postpartum depression in a native American population. Maternal And Child Health Journal, 9(1), 21-25. Biancuzzo, M. (2003). Breastfeeding the newborn : clinical strategies for nurses. St Louis : Mosby. Bobak, I., M & Jensen, M., D. (2005). Maternity and gynecologic care: The nurse and the family (5th ed). Saint Louis: CV Mosby. Co. Depkes RI. (2007). Panduan manajemen laktasi : Dit Gizi Masyarakat. Jakarta: Depkes RI Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2008). Pedoman perawat kesehatan masyarakat di puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan. DEPKES. 2010. Profil kesehatan Indonesia 2010. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Diunduh dari http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/1489/2/BK201 0-100212-A.pdf pada tanggal 29 Juni 2014. Effendi, F., dkk. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Endah, S., N dan Masdinarsah, I. (2011). Pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu postpartum di ruang kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung tahun 2011. Jurnal kesehatan Kartika.

47 Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

48

Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing: research, theory and practice (4th ed). California: Appleton and Lange. Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (2000). Community health nursing: caring in action. Delmar Publishers: International Thomson Publishing Company. Hitchcock, J. E., Schubert, P. E. & Thomas, S. A. (2004). Community health nursing: caring in action. Albany: Delmar Publisher. Hurlock, E., B. (2001). Development psychology. Universitas Michigan: McGrawHill Education. Indriyani , D. (2006). Pengaruh menyusui dini dan teratur terhadap produksi ASI pada ibu post partum dengan sectio caesarea Di RSUD Dr. Soebandi Jember dan Dr. H. Koesnadi Bondowoso. Tesis. Depok : FIK UI. Lestari, W, Amelia, N., R, Rahmalia, S. (2012). Efektifitas pendidikan kesehatan tentang ASI terhadap tingkat pengetahuan, kemampuan dan motivasi menyusui primipara. Jurnal ners indonesia, Vol. 2, No.2, Maret 2012 NANDA (The North American Nursing Diagnosis Association). (2012). Nursing diagnostik: prinsip dan clasification 2012-2014. Phladelphia USA. Mbada, C, E., etc. (2013). Knowledge, attitude, and techniques of breastfeeding among Nigerian mothers from a sem-urban community. BMC Research Notes 2013, 6:552, doi: 10.1186/1756-0500-6-552. Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed). Philippine : Argonauta Corporation. Megawati, R., A, Notoatmojo, H, dan Rohman, A. (2012). Hubungan pola pemberian ASI dan karakteristik ibu dengan tumbuh kembang bayi 0-6 bulan di Desa Bajomulyo, Juwana. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, Volume 1. Roesli, U., & Yohmi, E. (2009). Manajemen laktasi. Jakarta : IDAI. Suryaningsih, C. (2013) pengaruh kesehatan terhadap pengetahuan ibu postpartum tentang ASI eksklusif. Jurnal keperawatan soudirman. Volume 8, No.2, juli 2013. Siregar, M., A. (2004). Pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Medan: USU Digital Library. Stanhope & Lancaster. (2000). Community health nursing (5th ed). St Louis United States: Mosby Inc. Stanhope, M and Lancaster, J. (2004). Community and Public Health Nursing. The Mosby Year Book. St Louis.

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

49

Sines, D., Saunders, M., Forbes-Burford, J. (2009). Community health care nursing. United Kingdom: Wiley Blackwell Ltd. Sholichah, N. (2011). Hubungan perawatan payudara pada ibu post partum dengan kelancaran pengeluaran ASI. Semarang : FIK Universitas Diponegoro. Yusuf LN, Syamsu, H., Dr., M.pd. 2006. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung :PT Remaja Rosdakarya. Wong, D.L, et al. (2002). Buku ajar keperawatan pedriatik, Vol.2 Edisi 6. Jakarta: EGC.

Universitas Indonesia

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA BAPAK A DI RW 01 KELURAHAN SUKATANI, TAPOS - DEPOK

I.

PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada hari Jumat, 9 Mei 2014 pada Ibu R yang saat itu berada di rumah. Dari pengkajian tersebut didapatkan data-data sebagai berikut:

A)

DATA UMUM KELUARGA 1. Nama KK

: Bapak A

2. Alamat

: RT 03/01 No 12 Kelurahan Sukatani, Tapos-Depok

3. Komposisi Keluarga : No Nama 1.

Bapak A

2.

Jenis Kelamin Hub dgn KK

TTL

Pendidikan

Laki-laki

KK

Bekasi, 12 Februari 1964

SMA

Ibu R

Perempuan

Istri

Jakarta, 21 September 1969

SMP

3.

An. A

Perempuan

Anak

Jakarta, 27 April 1990/ 24

SMP

4.

An. AA

Laki-laki

Anak

Bekasi, 14 Desember 1992

SMA

5.

An. AF

Laki-laki

Anak

Jakarta, 08 Januari 1996

SMP

6.

An. AM

Perempuan

Anak

Bekasi, 15 Maret 1999

SMP

7.

An. AN

Perempuan

Anak

Jakarta, 10 Februari 2002

SD

8.

An. G

Laki-laki

Anak

Jakarta, 1 Agustus 2003

SD

9.

An. AD

Laki-laki

Anak

Depok, 13 Oktober 2005

Belum Sekolah

10. An. NA

Perempuan

Anak

Bekasi, 5 November 2006

Belum Sekolah

11. An. HA

Perempuan

Anak

Bekasi, 13 April 2007

Belum Sekolah

12. An. AJ

Laki-laki

Anak

Depok, 2 Januari 2012

Belum Sekolah

13. An. SA

Laki-laki

Anak

Depok, 4 Mei 2014

Belum Sekolah

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

4. Genogram:

Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Sudah meninggal : Klien 5. Tipe Keluarga Tipe keluarga Ibu R adalah keluarga inti (nuclear family) karena Ibu R tinggal bersama suami (Bapak A) bersama 11 anaknya. 6. Budaya dan Kebiasaan Keluarga 

Suku bangsa: Sunda



Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia

7. Agama Agama yang dianut keluarga Ibu R adalah agama Islam. Seluruh anggota keluarga melaksanakan praktik ibadah sesuai dengan tuntunan agama. Ibu R tidak mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan tempat tinggalnya, seperti pengajian bulanan ibu-ibu. Keluarga Ibu R sudah mulai mengenalkan solat kepada amak-anaknya.

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

8. Status sosial ekonomi keluarga 

Pekerjaan anggota keluarga Bapak A bekerja sebagai tukang ojek sedangkan Ibu R hanya ibu rumah tangga.



Penghasilan anggota keluarga Penghasilan keluarga tidak menentu. Rata-rata per harinya Bapak A mendapatkan Rp. 200.000-Rp.300.000,-.



Pemenuhan kebutuhan sehari-hari Pemenuhan kebutuhan sehari-hari berasal dari penghasilan suami. Ibu R mengatakan bahwa penghasilan suami kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masih banyak jumlah anak yang sekolah membuat pengeluaran keluarga semakin banyak. Namun, anak ibu R yang pertama kadang-kadang membantu memenuhi kebutuhan keluarganya.

9. Aktivitas Rekreasi Keluarga Ibu R mengatakan jarang melakukan rekreasi atau jalan-jalan. Pekerjaan Bapak A selalu dilakukan dimalam gari, sedangkan siang hari dilakukan untuk istirahat. Ibu R kadang-kadang mengajak anak-anaknya jalan-jalan ke rumah orang tuanya yang berada cukup jauh dari tempat tinggal ibu R. Jika libur, anak-anak biasanya diajak ke neneknya saja.

B)

RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini Keluarga berada pada tahap VI perkembangan keluarga dengan anak usia dewasa muda 2. Tugas perkembangan yang belum terpenuhi Tugasnya perkembangan yang belum terpenuhi antara lain memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru. 3. Riwayat keluarga inti Keluarga Bapak A mempunyai riwayat penyakit tekanan darah tinggi. Begitu juga dengan Ibu R mempunyai riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi dan penyakit Diabetes Mellitus. Tekanan darah Ibu R 160/80

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

mmHg ketika pertama kali diperiksa. Ibu R mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat penurun tekanan darah. Anak-anak Ibu R sudah lengkap imunisasinya dari awal hingga akhir. Anak S (1bulan) sudah mendapatkan 1 imunisasi BCG. Ibu R mengatakan anak-anak rentan terkena penyakit seperti batuk, flu, dan demam. Apabila ada anggota keluarga yang sakit, Ibu R biasa membelikan obat warung. 4. Riwayat keluarga sebelumnya Keluarga Ibu R mempunyai riwayat penyakit tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus. Orang tua laki-laki Ibu R mempunyai sakit DM dan luka gangren di jari kaki namun sudah sembuh.

C)

LINGKUNGAN 1. Karakteristik rumah Rumah keluarga Bapak A merupakan rumah kontrakan. Rumah Bapak A terdiri dari ruang tamu yang berfungsi sebagai ruang keluarga dimana terdapat TV, dapur dan kamar mandi, satu kamar tidur. Atap terbuat dari genting. Lantai rumah dikeramik. Dapur terletak di belakang dekat kamar mandi. Suplai air untuk mandi dan mencuci berasal dari air tanah. Menurut Ibu R, kondisi air tanah yang mereka gunakan cukup baik. Lubang ventilasi berasal dari pintu depan, dua jendela di ruang depan. Lampu penerangan cukup adekuat. Lantai rumah terlihat bersih namun berantakan oleh mainan anak-anak. Denah rumah : Kamar  tidur 

Ruang Tamu

Ruang  kosong  Dapur  

2. Karakteristik lingkungan dan komunitas Lingkungan tempat tinggal Ibu R adalah perumahan padat penduduk. Masyarakat yang tinggal didaerah sana merupakan masyarakat asli, hanya sedikit masyarakat pendatang.

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

3. Mobilitas geografis keluarga Keluarga Bapak A sudah cukup lama tinggal di RW 01. Namun sering pindah kontrakan karena beberapa alasan yang tidak bisa dikatakan oleh Bapak A. Saat ini keluarga Bapak A tinggal sendiri terpisah dengan orang tuanya. Menurut Ibu R, masyarakat di daerah ini agak kesulitan untuk mengakses angkutan umum karena hanya ada satu rute angkutan umum. Selain itu angkutan umum tersebut juga tidak masuk ke perumahan Ibu R karenan memang gang yang sangat sempit, sehingga jika ingin berpergian menggunakan angkutan umum, Ibu R harus berjalan cukup jauh dan membutuhkan waktu cukup lama untuk menunggu. Selain angkutan umum, alat transportasi yang banyak digunakan sebagian besar masyarakat di daerah ini, yaitu menggunakan kendaraan pribadi atau jasa tukang ojek. Alat transportasi yang biasa digunakan keluarga Bapak A ketika berpergian, yaitu menggunakan motor. 4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Kegiatan pengajian di lingkungan tempat tinggal Ibu R dilaksanakan setiap hari Senin dan Rabu untuk ibu-ibu. Ibu R dan Bapak A tidak aktif di pengajian tersebut. Namun jika ada undangan pengajian aqiqahan, tujuh bulanan, nikahan, dll dari tetangganya Ibu R biasanya datang. 5. Sistem pendukung keluarga Keluarga Ibu R tinggal tidak terlalu jauh dari rumah Ibu R. Orang tua Ibu R sering main ke rumah Ibu R untuk menumpang mencuci baju atau membantu Ibu R memasak. Selain itu, adik Ibu R juga sering membantu Ibu R untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

D)

STRUKTUR KELUARGA 1. Pola komunikasi Bapak A mengatakan jarang mengobrol dengan anak-anaknya. Hal ini disebabkan karena pola kerja Bapak A yang bekerja pada malam hari dan beristirahat pada siang hari, sehingga Bapak A jarang bercengkrama dengan anak-anaknya. Ibu R yang selalu berada di rumah berusaha untuk selalu menanyakan kegiatan anak-anaknya disekolah.

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

2. Stuktur kekuatan keluarga Bapak A merupakan kepala keluarga, Ibu R berperan sebagai ibu rumah tangga dan mengurus anak. Biasanya Bapak A akan memutuskan sesuatu dengan cara berunding dengan Ibu R. 3. Stuktur peran Bapak A berperan sebagai sumber pendapatan keluarga dan banyak berperan di luar rumah. Sebagai kepala keluarga yang fokus mencari nafkah dan menyerahkan pengaturan rumah tangga dan pengurusan anggota keluarga lainnya kepada Ibu R. Tetapi Bapak A juga masih meyempatkan diri memenuhi peran sebagai ayah untuk merawat anak pada waktu libur kerjanya. Ibu R berperan sebagai ibu dan istri. Sebagai Ibu, Ibu R telah melaksanakan peran pemenuhan kebutuhan rumah tangga seperti membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika baju keluarga, dan memasak. Sebagai istri, Ibu R selalu memenuhi kebutuhan suaminya. 4. Nilai-nilai keluarga Nilai dan norma yang dianut keluarga sesuai dengan agama dan yang ada di masyarakat.

E) 1.

FUNGSI KELUARGA Fungsi afektif Bapak A, Ibu R dan anak-anak tinggal bersama dalam satu rumah. Bapak A sangat menyayangi Ibu R dan anak-anaknya. Ibu R mendukung dan menerima pekerjaan suaminya yang penting halal. Bapak A juga tidak pernah melarang istrinya apabila ingin mengikuti kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya. Ibu R menghormati dan menghargai Bapak A sebagai kepala keluarga begitupun sebaliknya Bapak A juga selalu menghargai istrinya.

2.

Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi Bapak A dan Ibu R kepada anak cukup baik. Hal tersebut terlihat pada kontrol perilaku mampu diterima dan diterapkan dalam keluarga inti. Anak-anak seringkali bermain di luar rumah bersama

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

dengan teman-teman sebayanya. Permainan yang seringkali dimainkan yaitu sepeda, bola, mobil-mobilan, dan meniup gelembung sabun. 3.

Fungsi perawatan kesehatan Ibu R memperhatikan kebutuhan keluarga dengan cukup baik. Di dalam pemenuhan konsumsi makanan keluarga, Ibu R selalu menyiapkan baik itu sarapan, makan siang, dan makan malam. Sehari-hari Ibu R membeli bahan masakan di warung. Seringkali Ibu R hanya memasakkan sayuran saja. Ketika cukup uang Ibu R membelikan lauk seperti tahu, tempe, dan ayam. Namun, anak0anak Ibu R selalu menghabiskan makanan yang dimasak ibunya. Anak yang paling bungsu, anak S, masih mengkonsumsi ASI eksklusif. Ibu R memberikan ASI setiap hari kepada anaknya. Namun, produksi ASI Ibu R sedikit sehingga kadang-kadang Ibu R memberikan susu formula. Ibu R tetap berusaha agar anak S mendapatkan ASI terbaik darinya, oleh karena itu segala cara sudah dilakukan Ibu R agar produksi ASInya meningkat. Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, seringkali keluarga biasanya mengkonsumsi obat yang dibeli di warung atau menggunakan obat yang dipersiapkan keluarga. Layanan kesehatan yang digunakan keluarga apabila sakit yaitu praktek bidan. Ibu R jarang sekali ke puskesmas karena jarak puskesmas yang cukup jauh dari tempat tinggal ibu R.

F)

STRES DAN KOPING INDIVIDU 1. Stressor jangka pendek pada keluarga Bapak A dan Ibu R, yaitu: a. Produksi ASI Ibu R yang menurun dan keinginan anak untuk menyusu semakin meningkat b. Anak Ibu R yang banyak dan masih kecil membuat kondisi rumah berantakan dan menjadi berisik sehingga sering membuat anak S terbangun

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

2. Stressor jangka panjang pada keluarga Bapak A dan Ibu R, yaitu: a. Biaya hidup yang semakin meningkat karena harus membeli susu formula untuk anak S b. Memikirkan masa depan anak-anaknya 3. Strategi internal koping pada keluarga Bapak A dan Ibu R, yaitu: a. Berkunjung ke rumah orang tua Ibu R dan meminta bantuan kepada keluarga 4. Strategi eksternal koping pada keluarga Bapak B, yaitu: a. Sistem dukungan sosial yang kuat b. Sistem dukungan keluarga besar yang kuat

G)

HARAPAN KELUARGA Keluarga berharap anak-anaknya dapat tumbuh dengan sehat dan bebas dari penyakit apapun. Ibu R dan Bapak A akan berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Selain itu Ibu R berharap produksi ASInya meningkat sehingga mencukupi kebutuhan nutrisi anak S. Ibu S berharap setelah belajar banyak dari kunjungan mahasiswa, membuat ilmunya bertambah tentang cara menambah produksi ASI.

H)

PEMERIKSAAN FISIK

No Pemeriksaan 1.

Bapak A

Ibu R

An. A

An. AA

Kepala - Rambut

Hitam, tidak

- Mata

rontok

- Hidung

Tidak anemis

- Telinga

Simetris, bersih Simetris, Tidak Terkaji

- Mulut

bersih, tidak

Tidak Terkaji

ada pembengkakan/ sakit

- Leher

Gigi masih lengkap, mulut

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

Tidak Terkaji

bersih, tidak ada lesi Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada kesulitan menelan 2.

Dada

Tidak Terkaji

Payudara

Tidak Terkaji

Tidak Terkaji

simetris, tidak terdpat benjolan, pengeluaran ASI (+), puting everted. 3.

Paru-Paru

Suara napas Tidak Terkaji

Tidak Terkaji

Tidak Terkaji

Tidak Terkaji

Tidak Terkaji

Tidak Terkaji

Tidak Terkaji

vesikuler di kedua lapang paru

4.

Jantung

Tidak Terkaji

BJ 1 BJ2 normal

5.

Abdomen

Simetris, tidak Tidak Terkaji

terdapat benjolan, terdapan bekas striae dan linea nigra

6.

Ekstremitas

- Turgor kulit: kembali < 2

Tidak Terkaji

detik Tidak Terkaji

- Kelembaban : lembab - Tidak ada kelemahan otot

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

Tidak Terkaji

- Kadangkadang sering pegalpegal 7.

Tanda-Tanda

TD : 150/ 70 Tidak Terkaji

Vital

mmHg Tidak Terkaji

RR

:

20

Tidak Terkaji

x/

menit Nadi: 110 x/ mnt Suhu : 37ᴼ C No Pemeriksaan An. AF 1.

An. AM

An. AN

An. G

- Rambut

Hitam, tidak

Hitam, tidak

Hitam, tidak rontok

- Mata

rontok

rontok

Tidak anemis

- Hidung

Tidak anemis

Tidak anemis

Simetris, bersih

- Telinga

Simetris, bersih

Simetris, bersih

Simetris, bersih, tidak ada

Simetris,

Simetris,

pembengkakan/ sakit

bersih, tidak

bersih, tidak

ada

ada

Jumlah gigi 20 buah, gigi

pembengkakan/

pembengkakan/

geraham berlubang 2 buah, mulut

sakit

sakit

bersih,

Kepala

Tidak Terkaji - Mulut

Gigi masih

- Leher

Tidak ada pembengkakan kelenjar

lengkap, mulut

Jumlah gigi 20

tiroid, tidak ada kesulitan

bersih

buah, mulut

menelan

Tidak ada

bersih,

pembengkakan

Tidak ada

kelenjar tiroid,

pembengkakan

tidak ada

kelenjar tiroid,

kesulitan

tidak ada

menelan

kesulitan menelan

2.

Dada

3.

Paru-Paru

Tidak Terkaji Tidak Terkaji

Tidak Terkaji Tidak Terkaji

Simetris

Tidak dikaji

Inspeksi:

Tidak dikaji

gerakan

dada

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

ritmis Auskultasi: suara vasikuler 4.

Jantung

Tidak Terkaji

Tidak Terkaji

Suara S1, S2, Tidak dikaji normal

5.

Abdomen

Peristaltik Tidak Terkaji

Tidak Terkaji

12 Tidak dikaji

kali/

menit,

tidak

ada

pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan 6.

Ekstremitas

- Turgor kulit:

Tidak Terkaji

- Turgor kulit:

kembali < 2

kembali < 2

detik

detik

- Kelembaban

- Kelembabab

: lembab

: lembab

- Tidak ada

Tidak dikaji

- Tidak ada

kelemahan

kelemahan

otot

otot

- Kadangkadang sering pegalpegal 7.

Tanda-Tanda Vital

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

An. NA

An. HA

An. AJ

An. S

Tidak Terkaji No Pemeriksaan 1.

An. AD

Kepala

Hitam, tidak

Hitam, tidak

Hitam, tidak

Hitam

Coklat

- Rambut

rontok

rontok

rontok

kecoklatan

Tidak anemis

- Mata

Tidak anemis

Tidak anemis

Tidak anemis

Tidak anemis

Simetris, bersih

- Hidung

Simetris, bersih

Simetris, bersih

Simetris, bersih

Simetris, bersih

Simetris,

- Telinga

Simetris,

Simetris,

Simetris,

Simetris,

bersih, tidak

bersih, tidak

bersih, tidak

bersih, tidak

bersih, tidak

ada

ada

ada

ada

ada

pembengkakan/

pembengkakan/

pembengkakan/

sakit

pembengkakan/ pembengkakan/

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

- Mulut

- Leher

sakit

sakit

sakit

Jumlah gigi 20

Gigi masih

Jumlah gigi 20

buah, mulut

lengkap, mulut

buah, mulut

Jumlah gigi 20

bersih,

bersih, tidak

bersih, ada gigi

buah, mulut

Tidak ada

ada lesi

berlobang di

bersih,

pembengkakan

Tidak ada

geraham 2 buah Tidak ada

kelenjar tiroid,

pembengkakan

Tidak ada

pembengkakan

tidak ada

kelenjar tiroid,

pembengkakan

kelenjar tiroid,

kesulitan

tidak ada

kelenjar tiroid,

tidak ada

menelan

kesulitan

tidak ada

kesulitan

menelan

kesulitan

menelan

sakit

Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,

menelan 2.

Dada

3.

Paru-Paru

Tidak Terkaji

Tidak Terkaji

Simetris Inspeksi:

Tidak Terkaji

Tidak Terkaji

gerakan

Tidak terkaji Auskultasi: dada suara vasikuler

Simetris Auskultasi: suara vasikuler

ritmis Auskultasi: suara vasikuler 4.

Jantung

Tidak Terkaji

Tidak Terkaji

Suara S1, S2, Suara S1, S2, Suara S1, S2, normal

normal

normal

5.

Abdomen

Tidak Terkaji

Tidak Terkaji

Tidak terkaji

Simetris

Simetris

6.

Ekstremitas

Tidak Terkaji

- Turgor kulit:

- Turgor kulit:

- Turgor kulit:

- Turgor kulit:

kembali < 2

kembali < 2

kembali < 2

kembali < 2

detik

detik

detik

detik

- Kelembaban

- Kelembaban

- Kelembaban

- Kelembaban

: lembab

: lembab

: lembab

: lembab

- Tidak ada

7.

Tanda-Tanda

Tidak Terkaji

- Tidak ada

- Tidak ada

- Tidak ada

kelemahan

kelemahan

kelemahan

kelemahan

otot

otot

otot

otot

Tidak Terkaji

Tidak terkaji

Vital

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

Tidak terkaji

Tidak terkaji

II.

ANALISA DATA No. 1.

Data Fokus

Masalah Keperawatan

DS:

Ketidakefektifan pemberian ASI

- Ibu R mengatakan kesulitan selama

pada Ibu R

memberikan ASI kepada an. I - Ibu R mengatakan produksi ASInya sedikit, sehingga anaknya sering rewel ketika sedang menyusui karena ASI kurang - Ibu R mengatakan putingnya lecet karena bayi sering menggigit putingnya ketika menyusui - Ibu R mengatakan tidak tahu bagaimana cara merawat payudara - Ibu R tidak tahu bagaimana cara agar ASI bertambah banyak. - Ibu R mengatakan kadang-kadang An.I diberi susu formula karena sering rewel - Ibu R mengatakan sudah mengkonsumsi sayuran, namun ASI masih tetap sedikit - Ibu R mengatakan tidak mempunyai beban pikiran yang terlalu berat DO: - Usia anak S 1 bulan - BB lahir: 3100 gram - BB sekarang: 3700 gram - PB: 48 cm - An. S terlihat rewel dan gelisah ketika sedang menyusu kepada ibu-nya 2.

DS:

Kurang pengetahuan mengenai

- Ibu R mengatakan dulu pernah

alat kontrasepsi pada Ibu R

menggunakan KB suntik, namun tidak

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

cocok kemudian berhenti - Ibu R mengatkan tidak tahu mengenai KB IUD, implan, dan steril - Ibu R mengatakan tidak berani menggunakan KB selain KB suntik dan pil - Ibu R mengatakan pernah menggunakan KB kalender, namun ternyata pemahaman Ibu R tentang KB kalender masih belum benar - Ibu R mengatakan tidak mau menambah anak lagi, namun masih belum tau harus menggunakan KB apa DO: - Ibu R sudah mempunyai 11 anak - Ibu R tidak mampu membedakan antara IUD dan implan - Ibu R mengkonsumsi pil KB dengan cara yang kurang tepat

III.

SKORING KELUARGA

1. Ketidakefektifan pemberian ASI pada anak S NO 1.

2.

KRITERIA Sifat Masalah

SKOR

BOBOT

NILAI

3

1

3/3 x 1 = 1

PEMBENARAN Masalah sedang terjadi.

Aktual : 3

Produksi ASI Ibu R tidak

Risiko : 2

mencukupi untuk kebutuhan

Potensial : 1

An. S

Kemungkinan

1

2

1/2 x 2 = 1

Tindakan untuk

masalah dapat diubah

memperbanyak produksi

Mudah

ASI akan dilakukan, namun

:2

Sebagian : 1

keberhasilan ditentukan

Tdk Dapat : 0

oleh usaha ibu untuk

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

melakukan kembali setiap hari 3.

Potensial masalah

2

1

2/3 x 1 = 2/3

Masalah sudah terjadi sejak

untuk dicegah

An. S berusia 1 minggu, ibu

Tinggi : 3

mulai merasakan produksi

Cukup : 2

ASI berkurang.

Rendah : 1 4.

Menonjolnya Masalah

2

1

2/2 x 1 = 1

Keluarga menganggap

Masalah berat dan

masalah ini perlu diatasi

harus ditangani

segera dan ingin produksi

segera: 2

ASI bertambah sehingga

Ada masalah tapi tdk

kebutuhan nutrisi An. S

perlu ditangani

terpenuhi

segera: 1 Masalah tidak dirasakan: 0 TOTAL

3 2/3

2. Kurang pengetahuan mengenai alat kontrasepsi pada Ibu R NO 1.

KRITERIA Sifat Masalah

SKOR

BOBOT

NILAI

3

1

3/3 x 1 = 1

PEMBENARAN Ibu R belum bisa

Aktual : 3

memutuskan menggunakan

Risiko : 2

KB apa untuk kedepannya

Potensial : 1

karena Ibu R belum paham betul mengenai jenis-jenis KB

2.

1

Kemungkinan

2

1/2 x 2 = 1

Keyakina n Ibu R yang

masalah dapat diubah

mengatakan beberapa jenis

Mudah

KB seperti IUD dan implan

:2

Sebagian : 1

berbahaya untuk ibu-ibu

Tdk Dapat : 0

bekerja berat, sehingga

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

menimbulkan ketakutan bagi ibu R untyuk menggunakan KB tersebut 3.

Potensial masalah

1

1

1/3 x 1 = 1/3

Ibu R meyakini bahwa alat

untuk dicegah

kontrasepsi tidak ada yang

Tinggi : 3

cocok untuk digunakan.

Cukup : 2 Rendah : 1 4.

Menonjolnya Masalah

2

1

2/2 x 1 = 1

Keluarga mengatakan

Masalah berat dan

masalah ini segera diatasi

harus ditangani

dan ibu R harus segera

segera: 2

menggunakan KB untuk

Ada masalah tapi tdk

mencegah terjadinya

perlu ditangani

kehamilan berikutnya

segera: 1 Masalah tidak dirasakan: 0 TOTAL

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

3 1/3

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA

No. 1.

Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu R

Jangka panjang Setelah tindakan keperawatan 6x45 menit peningkatan pengetahuan tentang ASI eksklusif terjadi.

Tujuan Jangka pendek Setelah pertemuan selama 6x45 menit keluarga mampu: Mengenal manajemen laktasi yang benar 1. Menyebutkan pengertian manajemen laktasi.

Kriteria

Kriteria Evaluasi Standar

Rencana Intervensi

Respon verbal

Manajemen laktasi/ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada usia 6 bulan pertama dengan teknik yang benar untuk mencapai hasil yang optimal bagi ibu dan bayi.

 Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian manajemen laktasi.  Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.  Evaluasi kembali penjelasan yang sudah diberikan.  Beri reinforcement positif atas usaha keluarga menjelaskan kembali.

2.

Menyebutkan manfaat ASI bagi bayi.

Respon verbal

Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 manfaat ASI bagi bayi, yaitu ASI:  mengandung semua zat nutrisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi normal.  mengandung zat-zat kekebalan (antibodi) yang akan melindungi bayi dari berbagai jenis infeksi.  mudah dicerna oleh bayi.  selalu tersedia dalam suhu yang tepat dimana dan kapan saja.  membangun ikatan batin antara ibu dan anak.

 Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat ASI bagi bayi.  Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.  Evaluasi kembali penjelasan yang sudah diberikan.  Beri reinforcement positif atas usaha keluarga menjelaskan kembali.

3.

Menyebutkan manfaat ASI bagi ibu

Respon verbal

Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 manfaat ASI bagi ibu, yaitu:  ASI dapat disusukan kepada bayi setiap saat tanpa membutuhkan

 Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat ASI bagi ibu.  Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

4.

Menyebutkan perubahan yang terjadi pada payudara.

Respon verbal

5.

Menyebutkan nutrisi yang tepat untuk ibu menyusui.

Respon Verbal

persiapan apapun.  Menyusui membantu pengecilan rahim kembali ke ukuran yang normal.  Menyusui dapat memperlambat datangnya haid lagi sesudah melahirkan, yang akan mencegah kehamilan.  Menyusui dapat mempercepat mengembalikan bentuk tubuh ibu.  Menyusui merupakan peristiwa dan pengalaman yang indah dan sangat didambakan oleh para ibu.

 Evaluasi kembali penjelasan yang sudah diberikan.  Beri reinforcement positif atas usaha keluarga menjelaskan kembali.

Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 perubahan yang terjadi pada payudara, yaitu:  Payudara akan menjadi lebih penuh, lebih keras, dan daerah seputar puting menjadi lebih gelap.  Terjadi pertumbuhan kelenjar susu dan penimbunan lemak di payudara.  Terasa geli atau tajam di sekitar payudara, disebabkan oleh meningkatnya aliran darah ke dalam payudara.

 Diskusikan dengan keluarga tentang perubahan yang terjadi pada payudara.  Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.  Evaluasi kembali penjelasan yang sudah diberikan.  Beri reinforcement positif atas usaha keluarga menjelaskan kembali.

Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4 nutrisi yang tepat untuk ibu menyusui, yaitu:  Kalsium, contohnya pada susu (24 gelas/ hari).  Suplemen vitamin D.  Jus  Air mineral (8-10 gelas/ hari).

 Diskusikan dengan keluarga tentang nutrisi yang tepat untuk ibu menyusui.  Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.  Evaluasi kembali penjelasan yang sudah diberikan.  Beri reinforcement positif atas usaha keluarga menjelaskan kembali.

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

Memutuskan untuk merawat anggota keluarga yang sedang menyusui o Keluarga mampu menyebutkan akibat bila tidak menyusui dengan benar.

o Keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang sedang menyusui.

Respon verbal

Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4 akibat bila tidak menyusui dengan benar:  Kurang gizi/ gizi buruk.  Gangguan tumbuh kembang.  Infeksi.  Kurangnya ikatan batin antara ibu-anak.

Respon verbal

Keluarga mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang sedang menyusui.

Verbal

Keluarga dapat menyebutkan 6 dari 10 cara menyusui yang baik dan benar dengan bahasa sendiri atau dengan bantuan lembar balik. - Cuci tangan sebelum menyusui - Bersihkan puting susu dengan air hangat - Dilakukan dengan posisi duduk, bayi di pangku, kepala bayi diletakkan pada siku ibu dan tangan ibu menopang bokong bayi.

 Diskusikan dengan keluarga tentang akibat bila tidak menyusui dengan benar.  Diskusikan keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sedang menyusui.  Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.  Evaluasi kembali penjelasan yang sudah diberikan.  Beri reinforcement positif atas usaha keluarga menjelaskan kembali.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3 x 45 menit pertemuan diharapkan keluarga mampu : 1. Merawat keluarga dengan ketidakefektifan menyusui 1.1. Menyebutkan cara menyusui yang efektif (baik dan benar).

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

1. Kaji pengetahuan keluarga tentang cara menyusui yang efektif. 2. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga. 3. Diskusikan cara menyusui yang efektif dengan keluarga. 4. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya. 5. Jawab pertanyaan

-

-

-

-

-

-

1.2. Mendemonstrasikan cara menyusui yang efektif (baik dan benar)

Psikomotor

Tubuh bayi dekat/kontak danmenghadap ibu, perut ibu menempel pada bagian ibu. Sentuhkan puttingsusu pada bibir/pipi bayi untuk merangsang agar mulut bayi terbuka lebar. Ketika mulut bayi terbuka lebar masukkan putting susu dan areola mamae ke dalam mulut bayi. Posisi menyusui yang benar bila ibu tidak merasa nyeri pada puting susu. Menyusui dengan kedua payudara secara bergantian Setelah disusui punggung bayi ditepuk-tepuk, sampai bayi bersendawa. ASI diberikan sesering mungkin tanpa jadwal, lamanya 20-30 menit dengan jarak 2-3 jam.

Keluarga memdemonstrasikan cara menyusui yang efektif dengan bantuan minimal : - Mencuci tangan sebelum menyusui - Bersihkan puting susu dengan air hangat - Dilakukan dengan posisi duduk, bayi di pangku, kepala bayi diletakkan pada siku ibu dan tangan ibu menopang bokong bayi. - Tubuh bayi dekat/kontak danmenghadap ibu, perut ibu menempel pada bagian ibu. - Sentuhkan puttingsusu pada bibir/pipi bayi untuk

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

keluarga. 6. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali. 7. Beri reinforcement positif atas keberhasilan keluarga.

1.

2. 3.

4. 5.

6.

Diskusikan cara menyusui yang efektif dengan keluarga Mendemonstrasikan menyusui yang efektif Beri kesempatan keluarga untuk bertanya Jawab pertanyaan keluarga Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara menyusui yang efektif. Beri reinforcement positif atas kemauan keluarga

-

-

-

1.3. Mendemonstrasikan cara merawat payudara

Psikomotor

merangsang agar mulut bayi terbuka lebar. Ketika mulut bayi terbuka lebar masukkan putting susu dan areola mamae ke dalam mulut bayi. Posisi menyusui yang benar bila ibu tidak merasa nyeri pada puting susu. Menyusui dengan kedua payudara secara bergantian Setelah disusui punggung bayi ditepuk-tepuk, sampai bayi bersendawa.

mendemonstrasikan cara merawat payudara dengan bantuan minimal. Cara melakukan perawatan payudara adalah : - Tuangkan minyak secukupnya - Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara - Urutlah payudara dari tengah atas kearah luar kiri dan kanan bersamaan - Teruskan pengurutan ke arah bawah. - Lalu urut ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan kedua payudara perlahanlahan. - Sokong payudara dengan satu tangan sedang tangan yang lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah putting lakuka sebanyak 30 kali, bergantian kiri dan kanan. - Lakukan kembali seperti diatas

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

7.

1.

2.

3. 4.

5.

6.

mendemonstrasikan Evaluasi pada kunjungan yang tidak direncanakan

Diskusikan cara merawat payudara dengan keluarga mendemonstrasikan cara merawat payudara. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya jawab Jawab pertanyaan keluarga Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara merawat payudara Beri reinforcement positif atas kemauan keluarga mendemonstrasikan Evaluasi pada kunjungan yang tidak direncanakan

-

tetapi mengurut payudara dengan buku-buku jari tangan. Payudara kiri dan kanan dirangsang dengan air hangat kemudian air dingin bergantian dilakukan sedikitnya 5 kali.

Cara merawat payudara yang bengkak : - Mengompres payudara yang bengkak dengan air hangat untuk mengurangi rasa sakit - Tetap menyusui dari payudara kiri dan kanan secara bergantian - Mengeluarkan ASI pada payudara yang bengkak dengan cara menekan payudara berulangkali.

1.4 Menyusun menu makanan sehat bernutrisi untuk ibu menyusui

Verbal dan psikomotor

Mendiskusikan dengan keluarga terkait pentingnya nutrisi bagi kesehatan ibu dan bayi, serta pentingnya pemenuhan kebutuhan kalori harian melalui menu makanan yang sehat. Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat nutrisi bagi ibu menyusui: - Mempertahankan tubuh dari infeksi dan membantu proses penyembuhan luka jahitan - Mempertahankan kondisi sehat bagi ibu - Meningkatkan jumlah dan kualitas ASI sehingga bayi tumbuh sehat Keluarga mampu menyebutkan 3 hal yang harus diperhatikan terkait

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

1. Diskusikan dengan keluarga nutrisi seimbang untuk ibu menyusui 2. Diskusikan menu makanan dengan nutrisi seimbang sesuai dengan kemampuan dan kondisi keluarga 3. Motivasi keluarga untuk menerapkan menu yang telah disepakati 4. Evaluasi pada kunjungan yang tidak direncanakan ke rumah keluarga. 5. Beri kesempatan keluarga mengekspresikan perasaannya dan mengajukan pertanyaan. 6. Jawab pertanyaan keluarga dan beri reinforcement positif.

nutrisi bagi ibu menyusui: - Makanan dengan jumlah dan nutrisi seimbang - Makan dalam porsi kecil namun sering - Pilih makanan yang sesuai selera dan daya beli - Cukup cairan (8 gelas/ 15002000 ml) - Cegah lambung kosong - Hindari pantangan makanan kecuali atas petunjuk dokter

Keluarga mampu menyusun menu sehat bernutrisi bagi ibu hamil sesuai dengan kondisi dan selera untuk menu makan satu hari 1.5 Mengajarkan cara pijat okstitosin

Respon verbal dn psikomotor

Keluarga mampu menyebutkan pengertian dari pijat oksitosin adalah suatu cara untuk membantu pengeluaran ASI dengan rangsangan pijatan pada kedua sisi tulang belakang dan mulai dari leher kearah tulang belikat. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 manfaat pijat oksitosin: 1. merangsang refleks let down 2. memberikan kenyamanan pada ibu, 3. mengurangi bengkak 4. mengurangi sumbatan ASI 5. merangsang pelepasan hormon oksitosin

Keluarga mendemonstrasikan kembali langkah-langkah pijat oksitosin:

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

1. Diskusikan dengan keluarga mengenai pengertian pijat oksitosin 2. Diskusikan manfaat pijat oksitosin terhadap ASI ibu 3. Demonstrasikan bersama keluarga cara pijat oksitosin 4. Motivasi keluarga untuk melakukannya setiap hari 5. Evaluasi pada kunjungan yang tidak direncanakan ke rumah keluarga. 6. Beri kesempatan keluarga mengekspresikan perasaannya dan mengajukan pertanyaan. 7. Jawab pertanyaan keluarga dan beri reinforcement positif.

1. Sebelum mulai dipijat, sebaiknya dalam keadaan telanjang dada dan terlebih dahulu kompres payudara dengan air hangat lalu lakukan pijat payudara. 2. Siapkan cangkir/handuk yang diletakkan di depan payudara untuk menampung ASI yang mungkin menetes keluar saat pemijatan dilakukan. 3. Mintalah bantuan pada orang lain untuk memijat. Lebih baik jika dibantu oleh suami. 4. Ada 2 posisi yang bisa dicoba. Yang pertama bisa telungkup di meja. Atau posisi ibu telungkup pada sandaran kursi. 5. Kemudian carilah tulang yang paling menonjol pada tengkuk/ leher bagian belakang atau disebut cervical vertebrae 7. 6. Dari titik tonjolan tulang turun ke bawah kurang lebih 2 cm dan ke kiri kanan kurang lebih 2 cm, di situlah posisi jari diletakkan untuk memijat. 7. Memijat bisa menggunakan jempol tangan kiri dan kanan atau punggung telunjuk kiri dan kanan. 8. Untuk ibu yang gemuk bisa dengan cara posisi tangan dikepal lalu gunakan tulangtulang di sekitar punggung tangan. 9. Mulailah pemijatan dengan gerakan memutar perlahanlahan lurus ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang dan dari leher ke arah tulang

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

belikat. Dapat juga diteruskan sampai ke pinggang. 10. Pijat oksitosin bisa dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi 3-5 menit. Lebih disarankan dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI.

Setelah dilakukan pertemuan 4 dan 5 selama 2 x 45 menit, keluarga: 4. Mampu memodifikasi lingkungan

Respon verbal

Pada kunjungan yang tidak direncanakan, keluarga telah melakukan 2 dari 3 cara memodifikasi lingkungan. Cara memodifikasi lingkungan bagi ibu dan bayi adalah : - Berikan suasana yang nyaman. - Berikan lingkungan yang bersih dan menyenangkan. - Berikan penerangan yang cukup.

Mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan 5.1 Menyebutkan tempat pelayanan kesehatan untuk dirujuk

1. Jelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan bagi ibu dan bayi ketika menyusui. 2. Memotivasi keluarga untuk menerapkan cara memodifikasi lingkungan bagi ibu dan bayi ketika menyusui. 3. Evaluasi pada kunjungan yang tidak direncanakan ke rumah keluarga. 4. Beri kesempatan keluarga mengekspresikan perasaannya dan mengajukan pertanyaan. 5. Jawab pertanyaan keluarga dan beri reinforcement positif.

5.

Respon verbal

Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga - Posyandu - Puskesmas - Rumah Sakit - Klinik Dokter

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

1. Sebutkan pada keluarga beberapa fasilitas kesehatan yang dapat digunakan 2. Diskusikan dengan keluarga berbagai sarana pelayanan kesehatan yang tersedia dapat dapat

5.2 Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan

Respon verbal

Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan - Mendapatkan pemeriksaan - Mendapatkan perawatan - Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

digunakan 3. Jelaskan akan pentingnya fasilitas pelayanan kesehatan tersebut 4. Dorong keluarga untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan 5. Jelaskan kepada keluarga manfaat pelayanan kesehatan 6. Dorong keluarga untuk mengungkapkan persepsi 7. Beri reinforcement positif.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA No

1

Diagnosa Keperawatan Kurang pengetahuan mengenai alat kontrasepsi pada Ibu R

Jangka Panjang Setelah dilakukan pertemuan selama 4x45 menit, keluarga ibu R dapat mengenal dan memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan

Tujuan Jangka Pendek Setelah dilakukan pertemuan 1 dan 2sebanyak 2x 45 menit, keluarga: 1. Mampu mengenal alat kontrasepsi 1.1 Menyebutkan definisi kontrasepsi

1.2 Menyebutkan jenis-jenis kontrasepsi

Kriteria Evaluasi Kriteria Standar

Rencana Keperawatan

Respon Verbal

Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan maksimal pada anak.

a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga Ibu R b. Buat kontrak pertemuan dengan keluarga c. Gali pengetahuan Ibu R tentang alat kontrasepsi d. Berikan informasi tentang definisi kontrasepsi pada Ibu R

Respon Verbal

Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 jenis kontrasepsi: - Hormonal: suntik 1 bulan, suntik 3 bulan, pil KB,

1. Gali pengetahuan Ibu R terkait jenis-jenis kontrasepsi 2. Berikan informasi tentang jenisjenis alat kontrasepsi 3. Diskusi dengan Ibu R, apakah ibu

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

1.3 Menyebutkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing alat kontrasepsi

Respon Verbal

susuk/implant Mekanik: kondom, diafragma, IUD Mantap: tubektomi, vasektomi

R sudah menggunakan alat kontrasepsi

1. Gali pengetahuan keluarga terkait Keluarga mampu kelebihan dan kekurangan dari menyebutkan kembali masing-masing 2 kelebihan masing-masing alat kontrasepsi dan kekurangan alat 2. Berikan informasi pada Ibu R kontrasepsi: tentang kelebihan dan kekurangan 6. Suntik KB dari alat kontrasepsi Keuntungan : 3. Berikan reinforcment positif pada - Sangat efektif ibu R dan keluarga - Kemungkinan salah atau lupa memakainya tidak ada - Dapat diberikan pada ibu menyusui karena tidak mengurangi jumlah produksi ASI Kekurangan: - Gangguan haid - Pusing, mual, muntah, rambut rontok, jerawatan, BB naik, menurunnya gairah seksual, kulit menghitam 2. Pil KB Keuntungan: - Sangat efektif - Dapat dihentikan dengan

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

tingkat kesuburan tinggi Tidak mengganggu senggama Kekurangan: - Mengurangi produksi ASI - Mual, muntah, pembesaran payudara, perasaan lelah - TD naik, Kulit muka menghitam, jerawatan, keputihan, gangguan haid 3. Susuk/implant Kelebihan : - Efektif dan mengembalikan kesuburan secara sempurna - Tidak merepotkan - Perlindungan 5 tahun - Ideal bagi ibu yang tidak mau punya anak lagi dan belum siap untuk steril 4. Spiral/ IUD Kelebihan: - Daya kesuburan tinggi Kekurangan: - Perdarahan dari kemaluan - Mulas/nyeri - Keputihan -

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang akan menggunakan alat kontrasepsi 2.1 Menyebutkan akibat bila ibu tidak menggunakan KB

Respon Verbal

Keluhan suami merasa tidak nyaman Terlambat haid Luka rahim Infeksi Keluarnya spiral

Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 Resiko kehamilan di usia tua: - Persalinan sulit dan lama - Persalinan sebelum waktunya (prematur) - Perdarahan setelah persalinan

1. Gali pengetahuan keluarga ibu R terkait alat kontrasepsi 2. Berikan infomasi pada Ibu R tentang alat kontrasepsi 3. Motivasi keluarga untuk menyebutkan jenis alat kontrasepsi 4. Berikan reinforcement positif

Pengaruh pada janin: - Keguguran - Bayi lahir mati - Cacat bawaan - Anemia pada bayi - Berat badan lahir rendah \

3. Mampu melakukan perawatan sederhana untuk anggota keluarga

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

1.1 Mengajarkan cara KB sederhana menggunakan sistem kalender

Setelah dilakukan pertemuan 4 dan 5 selama 2 x 45 menit, keluarga: 4. Mampu memodifikasi lingkungan 4.1 Mencipatakan lingkungan yang aman dan nyaman

5. Mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan 5.1 Menyebutkan tempat pelayanan kesehatan untuk dirujuk

Respon Verbal dan psikomotor

Respon verbal

Respon Verbal

Keluarga mampu mengulang lagi langkahlangkah melakukan perhitungan KB sederhana dengan tanggal

1. Gali pengetahuan Ibu R tentang KB tanggal 2. Berikan informasi pada Ibu R tentang cara yang dapat dilakukan untuk menggunakan KG tanggal 3. Motivasi keluarga untuk menggunakan alat kontrasepsi lain selain KB tanggal 4. Berikan reinforcement positif

Keluarga mampu menyebutkan modifikasi lingkungan yang bisa dilakukan antara lain menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman

1. Gali pengetahuan Ibu R tentang modifikasi lingkungan yang bisa dilakukan bersama keluarga 2. Berikan informasi pada Ibu R tentang cara melakukan modifikasi lingkungan 3. Berikan reinforcement positif

Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga - Posyandu - Puskesmas - Rumah Sakit - Klinik Dokter

1. Gali pengetahuan Ibu R tentang pelayanan kesehatan yang bisa dikunjungi 2. Berikan informasi kepada Ibu R tentang manfaat fasilitas kesehatan 3. Dorong ibu untuk segera memilih alat kontrasepsi selain sperma 4. Berikan reinforcement positif

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

5.2 Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan

Respon Verbal

Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan - Mendapatkan pemeriksaan - Mendapatkan perawatan - Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan

 

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

1. Diskusikan dengan keluarga terkait manfaat fasilitas pelayanan kesehatan di sekitar tempat tinggal 2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali manfaat dari fasilitas pelayanan kesehatan 3. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS   Nama KK Nama Klien DIAGNOSA Ketidakefektif an pemberian ASI pada Ibu R

: Bapak A : Ibu R WAKTU Jumat, 9 Mei 2014 Pukul 10:00 – 10:45 WIB

IMPLEMENTASI Membina hubungan saling percaya Memvalidasi keadaan keluarga Melakukan kontrak Menjelaskan tujuan kunjungan dan tujuan praktik Melakukan pengkajian keluarga Mendiskusikan dengan keluarga tentang pemberian ASI pada Anak S  Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang bisa timbul dari proses menyusui  Memberikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga

     

EVALUASI S:  Keluarga Ibu R menyetujui kontrak kunjungan selama masa praktik mahasiswa di RW 01  Keluarga Ibu R menyetujui kunjungan saat ini selama 45 menit  Ibu R mengatakan sekarang berumur  Ibu R mengatakan anak berusia 1 minggu bulan dan minum ASI  Ibu R mengatakan ini adalah anak ke 11  Ibu R mengatakan ASI-nya sedikit sekali sehingga Anak S sering rewel ketika menyusui O:  Keluarga Ibu R terlihat menerima kedatangan mahasiswa dengan baik  Keluarga Ibu R berespon baik terhadap tujuan dari kunjungan mahasiswa dengan mengajukan pertanyaan pada mahasiswa  Keluarga Ibu R nampak antusias dalam membicarakan masalah yang ada  BB anak S 3100 gram  Anak S rewel ketika sedang menyusu ke ibu R.

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS  

Ketidakefektif an pemberian ASI pada Ibu R

Selasa, 20 Mei 2014 Pukul 10:4511:30 WIB

     

   

Membina hubungan saling percaya Memvalidasi keadaan keluarga Melakukan kontrak Menjelaskan tujuan kunjungan Melakukan pengkajian keluarga Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, pengukuran TTV, menimbang BB, memeriksa pengeluaran ASI pada Ibu R Mendiskusikan dengan keluarga tentang riwayat kesehatan keluarga Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah pada Ibu R Bersama keluarga menyimpulkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga Memberikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga

A: Masalah kesehatan pada keluarga Ibu R belum teridentifikasi P: - Melanjutkan pengkajian S:  Ibu R mengatakan selalu berusaha memberikan ASI kepada anaknya  Ibu R mengatakan anak sering rewel ketika air susunya habis  Ibu R mengatakan ketika ASInya benar-benar habis dia memberikan susu formula kepada bayinya  Ibu R mengatakan gerak janin aktif  Ibu R mengatakan selalu mengkonsumsi sayuran setiap hari  Ibu R mengatakan tidak tahu mengapa ASInya bisa sedikit tidak seperti biasanya  Ibu R menyetujui kunjungan saat ini selama 45 menit O:  Ibu R berespon baik terhadap tujuan dari kunjungan mahasiswa dengan menceritakan riwayat kesehatan keluarga  TD Ibu R 150/70 mmHg Nadi 110/menit

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS  

   

RR 20x/menit Suhu 37 oC BB : 60 kg TB : 159 cm Payudara Ibu R tampak padat dan besar Ada pengeluaran ASI ketika payudara dipijat Puting payudara ibu R menonjol Anak S tampak kuat ketika menghisap ASI

A: Masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada Ibu R

Ketidakefektif an pemberian ASI pada Ibu R

Kamis, 22 Mei 2014 Pukul 10:3011:25 WIB

   

Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Menjelaskan manajemen laktasi/ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada usia 6 bulan pertama dengan teknik yang benar untuk mencapai hasil yang optimal bagi ibu dan bayi.  Menyebutkan manfaat ASI bagi bayi, yaitu ASI: - Mengandung semua zat nutrisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi normal. - Mengandung zat-zat kekebalan (antibodi) yang akan melindungi bayi dari berbagai jenis infeksi. - Mudah dicerna oleh bayi.

P: - Melakukan TUK 1 sampai 3 sekaligus melengkapi data pengkajian yang kurang S:  Ibu R mengatakan ASI eksklusif adalah minuman air susu ibu sehat bagi bayi selama 6 bulan pertama  Ibu R mengatakan manfaat ASI adalah untuk kebutuhan makanan bayi, untuk pertumbuhan, dan sebagai pertahanan tubuh bayi  Ibu R mengatakan manfaat ASI bagi ibu antara lain hemat, tidak ribet, dan kalau bayi terbangun di malam hari tidak perlu repot ke dapur terlebih dahulu  Ibu R mengatakan perubahan pada payudara antara lain makin besar, padat, dan kadang –kadang nyeri,

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS   -

Selalu tersedia dalam suhu yang tepat dimana dan kapan saja. Membangun ikatan batin antara ibu dan anak.



Menjelaskan manfaat ASI bagi ibu, yaitu:

-

ASI dapat disusukan kepada bayi setiap saat tanpa membutuhkan persiapan apapun. Menyusui membantu pengecilan rahim kembali ke ukuran yang normal. Menyusui dapat memperlambat datangnya haid lagi sesudah melahirkan, yang akan mencegah kehamilan. Menyusui dapat mempercepat mengembalikan bentuk tubuh ibu. Menyusui merupakan peristiwa dan pengalaman yang indah dan sangat didambakan oleh para ibu. Menjelaskan perubahan yang terjadi pada payudara, yaitu: Payudara akan menjadi lebih penuh, lebih keras, dan daerah seputar puting menjadi lebih gelap. Terjadi pertumbuhan kelenjar susu dan penimbunan lemak di payudara. Terasa geli atau tajam di sekitar payudara, disebabkan oleh meningkatnya aliran darah ke dalam payudara. Menyebutkan nutrisi yang tepat untuk ibu menyusui, yaitu: Kalsium, contohnya pada susu (2-4 gelas/ hari). Suplemen vitamin D.

-

  -

dan lecet bekas gigitan bayi  Ibu R mengatakan nutrisi yang baik untuk ibvu menyusui yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin  Ibu R mengatakan apabila anak tidak mendapatkan ASI maka anak akan mudah kena penyakit, kurus, dan selalu menangis O:  Ibu R menyebutkan pengertian ASI dan manajemen laktasi cukup baik  Ibu R menyebutkan kembali 3 dari 5 manfaat ASI bagi bayi dengan benar  Ibu R menyebutkan kembali 2 dari 5 manfaat ASI bagi ibu  Ibu R mengatakan 3 dari 3 perubahan pada payudara dengan benar  Ibu R mengatakan kembali 3 dari 4 nutrisi yang baik bagi ibu menyusui  Ibu R mengatakan 3 dari 4 akibat anak tidak mendapatkan ASI kurang tepat  Ibu R memperagakan kembali posisi yang benar menyusui bayi A: TUK 1 – TUK 3 tercapai

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS  

Ketidakefektif an pemberian ASI pada Ibu R

Sabtu, 24 Juni 2014 Pukul 12:3013:00 WIB

- Jus - Air mineral (8-10 gelas/ hari).  Menyebutkan akibat bila tidak menyusui dengan benar: - Kurang gizi/ gizi buruk. - Gangguan tumbuh kembang. - Infeksi. - Kurangnya ikatan batin antara ibu-anak.  Mempraktikkan cara menyusui yang benar  Memvalidasi keadaan keluarga  Menjelaskan tujuan kunjungan  Membuat kontrak  Mengevaluasi TUK 3 mengenai cara menyusui yang benar  Menjelaskan teknik pemijatan payudara dan tujuannya adalah untuk merangsang produksi ASI agar keluar  Mendemonstrasikan cara pijat payudara pada phantom  Meminta ibu untuk meredemontrasikan kembali  Memberikan reinforcment positif  Menjelaskan tujuan pijat oksitosin adalah untuk merangsang produksi dari titik tulang belakang  Mendemonstrasikan cara pijat oksitosin  Meminta ibu untuk meredemontrasikan kembali  Memberikan reinforcment positif

P: - TUK 3 mengenai perawatan payudara, pijat payudara dan pijat oksitosin

S:  Ibu R mengatakan tujuan pemijatan payudara adalah untuk memperlancar produksi ASI  Bu R mengatakan tujuan pijat oksitosin adalah untuk memperbanyak ASI  Ibu R mengatakan posisi memijat oksitosin adalah dari leher belakang sampai punggung  Ibu R mengatakan manfaat dari pijat oksitosin adalah merangsang ASI keluar, mengurangi bengkak, memperbanyak ASI O:  Ibu R menjelaskan tujuan pijat payudara dengan benar  Ibu R menyebutkan kembali tujuan pemijatan oksitosin kurang tepat  Ibu R mendemonstrasikan kembali cara pijat payudara dengan benar

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS    Ibu R belum bisa melakukan pijat oksitosin karena dirumah belum ada orang selain beliau dan bayinya

Ketidakefektif an pemberian ASI pada Ibu R

Senin, 26 Mei 2014 Pukul 13:0013:45 WIB

   

Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Mengevaluasi teknik perawatan payudara dan pijat payudara yang sudah dilakukan  Menjelaskan kembali tentang pijat oksitosin adalah suatu cara untuk membantu pengeluaran ASI dengan rangsangan pijatan pada kedua sisi tulang belakang dan mulai dari leher kearah tulang belikat.

Manfaat pijat oksitosin: 1. merangsang refleks let down 2. memberikan kenyamanan pada ibu, 3. mengurangi bengkak 4. mengurangi sumbatan ASI 5. merangsang pelepasan hormon oksitosin Keluarga mendemonstrasikan kembali langkah-

A: TUK 3 pijat oksitosin belum tercapai P: - Mengulangi TUK 3 pijat oksitosin S:  Ibu R mengatakan pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan dipayudara agar ASInya banyak  Ibu R mengatakan manfaat pijat oksitosin adalah untuk memperbanyak ASI, mengurangi bengkak payudara, biar hormonnya keluar  Ibu R menyebutkan kembali posisi memijat adalah di leher bagian belakang hingga punggu dan dilakukan setiap hari O:  Ibu R menyebutkan kembali pengertian pijat oksitosin dengan benar  Ibu R mengatakan kembali 3 dari 5 manfaat pijat oksitosin dengan benar  Ibu R menyebutkan lokasi pemijatan dengan benar  Orang tua ibu R mendemonstrasikan pemijatan oksitosin dengan benar  ASI keluar ketika dilakukan pemijatan  Bayi segera disusukan ibu R ketika ASInya keluar

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS   langkah pijat oksitosin:

A: - TUK 3 pijat oksitosin tercapai

1. Sebelum mulai dipijat, sebaiknya dalam keadaan telanjang dada dan terlebih dahulu kompres P: payudara dengan air hangat lalu lakukan pijat - TUK 3 menyusun menu makanan sehat bernustrisi payudara. untuk ibu menyusui 2. Siapkan cangkir/handuk yang diletakkan di depan payudara untuk menampung ASI yang mungkin menetes keluar saat pemijatan dilakukan. 3. Mintalah bantuan pada orang lain untuk memijat. Lebih baik jika dibantu oleh suami. 4. Ada 2 posisi yang bisa dicoba. Yang pertama bisa telungkup di meja. Atau posisi ibu telungkup pada sandaran kursi. 5. Kemudian carilah tulang yang paling menonjol pada tengkuk/ leher bagian belakang atau disebut cervical vertebrae 7. 6. Dari titik tonjolan tulang turun ke bawah kurang lebih 2 cm dan ke kiri kanan kurang lebih 2 cm, di situlah posisi jari diletakkan untuk memijat. 7. Memijat bisa menggunakan jempol tangan kiri dan kanan atau punggung telunjuk kiri dan kanan. 8. Untuk ibu yang gemuk bisa dengan cara posisi tangan dikepal lalu gunakan tulang-tulang di sekitar punggung tangan. 9. Mulailah pemijatan dengan gerakan memutar perlahan-lahan lurus ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang dan dari leher ke arah tulang belikat. Dapat juga diteruskan sampai ke pinggang.  Pijat oksitosin bisa dilakukan kapanpun ibu mau

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS  

Ketidakefektif an pemberian ASI pada Ibu R

Rabu, 28 Mei 2014 Pukul 12.3013.30 WIB

dengan durasi 3-5 menit. Lebih disarankan dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI.  Memvalidasi keadaan keluarga  Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak  Melakukan evaluasi mengenai pijat payudara dan pijat oksitosin  Mendiskusikan dengan keluarga terkait pentingnya nutrisi bagi kesehatan ibu dan bayi, serta pentingnya pemenuhan kebutuhan kalori harian melalui menu makanan yang sehat.  Menyebutkan manfaat nutrisi bagi ibu menyusui: - Mempertahankan tubuh dari infeksi dan membantu proses penyembuhan luka jahitan - Mempertahankan kondisi sehat bagi ibu - Meningkatkan jumlah dan kualitas ASI sehingga bayi tumbuh sehat  Menyebutkan 3 hal yang harus diperhatikan terkait nutrisi bagi ibu menyusui: - Makanan dengan jumlah dan nutrisi seimbang - Makan dalam porsi kecil namun sering - Pilih makanan yang sesuai selera dan daya beli - Cukup cairan (8 gelas/ 1500-2000 ml) - Cegah lambung kosong - Hindari pantangan makanan kecuali atas petunjuk dokter  Menyebutkan jenis makanan yang dianjurkan untuk ibu menyusui: - Energy yang dianjurkan ditambah 500 kkal untuk

S:  Ibu R menyebutkan kembali manfaat nutrisi seimbang bagi ibu menyusui adalah meningkatkan produksi dan kualitas ASI, agar ibu sehat dan bayi sehat, membantu penyembuhan luka  Ibu R mengatakan hal yang harus diperhatikan selama ibu menyusui adalah makan nutrisi seimbang, makan sayur, buah, banyak minum air putih, makan sedikit namun sering.  Ibu R mengatakan makanan seimbang itu yang mengandung zak gizi cukup bagi tubuh O:  Ibu R menyebutkan 3 dari 3 manfaat mengkonsumsi makanan seimbang selama menyusui dengan benar  Ibu R menyebutkan kembali hal yang harus diperhatikan makananannya selama menyusui dengan benar  Ibu R mengatakan kembali jenis makanan yang seimbang dengan benar  Ibu R mampu menyusun menu makanan seimbang setiap hari A: TUK 3 mengenai nutrisi tercapai

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS  

Ketidakefektif an pemberian ASI pada Ibu R

Jumat, 30 Mei 2013, Pukul 10.0010.45 WIB

enam bulan pertama dan ditambahkan 550 kkal untuk enam bulan berikutnya - Protein berjumlah 10-15% dari totoal kebutuhan energy - Lemak berjumah 20-25% dari total kebutuhan energy per hari - Karbohidrat berjumlah 50-60% dari total energy per hari - Vitamin dan mineral yang sesuai  Keluarga mampu menyusun menu sehat bernutrisi bagi ibu hamil sesuai dengan kondisi dan selera untuk menu makan satu hari  Memvalidasi keadaan keluarga  Menjelaskan tujuan kunjungan  Membuat kontrak  Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat memodifikasi lingkungan  Meminta keluarga untuk menjelaskan lingkungan rumah yang sesuai untuk ibu menyusui  Meminta keluarga untuk menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan  Meminta keluarga untuk mnyebutkan kembali manfaat fasilitas kesehatan  Meminta keluarga untuk menjelaskan jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu

P: - Melanjutkan TUK 4 dan 5

S:  Ibu R mengatakan kondisi yang aman dan nyaman baik untuk ibu yang sedang menyusui  Ibu R mengatakan manfaat faskes adalah untuk tempat berobat, penyuluhan kesehatan  Ibu R mengatakan jenis faskes yang bisa dikunjungi antara lain, bidan, puskesmas, dan RS O:  Ibu R mampu menyebutkan manfaat modifikasi lingkungan dengan benar  Ibu R mampu menyebutkan 3 dari 4 manfaat faskes dengan benar  Ibu R mampu menyebutkan 3 dari 4 faskes yang bisa dikunjungi dengan benar

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS   A: TUK 4 dan TUK 5 tercapai

Ketidakefektif an pemberian ASI pada Ibu R

Senin, 2 Juni 2014 Pukul 12.3013:30 WIB

 Memvalidasi keadaan keluarga  Menjelaskan tujuan kunjungan  Membuat kontrak  Mengevaluasi TUK 1 – TUK 5 TUK 1 Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet:  Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian ASI dan manajemen laktasi  Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat ASI bagi bayi dan ibu  Mendiskusikan dengan keluarga tentang perubahan pada payudara selama hamil dan menyusui  Mendiskusikan dengan keluarga tentang nutrisi seimbang ibu menyusui TUK 2  Mendiskusikan dengan keluarga tentang akibat bila tidak menyusui anak TUK 3:  Mendiskusikan cara menyusui yang benar  Mendiskusikan cara perawatan payudara  Meminta keluarga untuk mendemonstrasikan cara perawatan payudara  Meminta keluarga untuk menjelaskan pijat payudara  Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang cara pemijatan oksitosin  Meminta keluarga untuk memperagakan cara pijat

P: evaluasi TUK 1- TUK 5 S:  Ibu R mengatakan ASI adalah makanan terbaik buat bayi harus diberikan selama 6 bulan  Ibu R mengatakan manfaat ASI adalah sumber makanan utama bayi, untuk pertumbuhan bayi, kekebalan tubuh bayi  Ibu R mengatakan manfaat ASI bagi ibu adalah hemat, ekonomis, tidak ribet, mudah didapat  Ibu R mengatakan perubahan pada payudara selama menyusui jadi lebih besar karena mengandung ASI  Ibu R mengatakan nutrisi yang baik selama menyusui adalah yang mengandung kalsium, karbohidrat , dan vitamin  Ibu R mengatakan akibat bila tidak menyusui anak, anak jadi kurus, mudah sakit, payudara bengakak dan sakit  Ibu R mengatakan posisi menyusui sangat berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui  Ibu R mengatakan pijat payudara dan pijat oksitosin berguna untuk memperbanyak produksi ASI  Ibu R mengatakan nutrisi seimbang bagus untuk memperbanyak produksi ASI  Ibu R mengatakan sudah tidak memberikan susu

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS   payudara dan pijat oksitosin  Meminta keluarga menyusun menun makanan seimbang untuk sehari TUK 4:  Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat memodifikasi lingkungan  Meminta keluarga untuk menjelaskan lingkungan rumah yang sesuai untuk ibu menyusui TUK 5:  Meminta keluarga untuk menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan  Meminta keluarga untuk mnyebutkan kembali manfaat fasilitas kesehatan  Meminta keluarga untuk menjelaskan jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu puskesmas, rumah sakit, dan klinik.  Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan

  

  

formula lagi buat anaknya Ibu R mengatyakan anaknya sudah jarang rewel ketika menyusui Ibu R mengatakan dan merasakan ASInya sekarang lebih banyak daripada sebelumnya Ibu R mengatakan belum pernah memerah payudara, karena belum ada alat dan belum mampu untuk membelinya Ibu R mengatakan kondisi yang aman dan nyaman baik untuk ibu yang sedang menyusui Ibu R mengatakan manfaat faskes adalah untuk tempat berobat, penyuluhan kesehatan Ibu R mengatakan jenis faskes yang bisa dikunjungi antara lain, bidan, puskesmas, dan RS

O:  Ibu R dapat menyebutkan pengertian ASI dan manajemen laktasi dengan benar  Ibu R mampu menyebutkan 3 dari 5 mabnfaat ASI bagi bayi  Ibu R mampu meyebutkan 4 dari 5 manfaat ASI bagi ibu  Ibu R mampu menyebutkan perubahan pada payudara selama menyusui dengan benar  Ibu R mengatakan manfaat nutrisi seimbang dengan tepat

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS    Ibu R mendemonstrasikan cara posisi menyusui dengan benar  Ibu R mendemonstrasikan cara perawatan payudara, pijat payudara, dan pijat oksitosin dengan benar  Ibu R mampu menyusun menu makanan seimbang dalam satu hari  ASI ibu R keluar setiap melakukan pijatan  Bayi S tampak tenang ketika menyusu dengan ibunya  Bayi sudah tidak meminum susu formula lagi  BB sekarang 3700 gram  Ibu R mampu menyebutkan manfaat modifikasi lingkungan dengan benar  Ibu R mampu menyebutkan 3 dari 4 manfaat faskes dengan benar  Ibu R mampu menyebutkan 3 dari 4 faskes yang bisa dikunjungi dengan benar A: TUK 1-TUK 5 tercapai

Kurang pengetahuan mengenai alat kontrasepsi pada Ibu R

Rabu, 4 Juni 2014 Pukul 12:00-

   

Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak waktu Menjelaskan kontrasepsi adalah suatu cara untuk

P: melanjutkan inervensi keluarga untuk diagnosa ke dua S:  Ibu R mengatakan kontrasepsi adalah KB untuk memnunda kehamilan  Ibu R mengatakan jenis-jenis KB adalah suntik, pil, IUD, Implan.

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS   13:45 WIB

Kurang pengetahuan mengenai alat kontrasepsi pada Ibu R

Jumat, 6 Juni 2014 Pukul 12:00-

mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan maksimal pada anak.  Menyebutkan jenis alat kontrasepsi antara lain hormonal, mekanink, dan mantap  Menyebutkan kelebihan dan kekurangan masingmasing alat kontrasespsi  Keluarga mampu menyebutkan: - Resiko kehamilan di usia tua - Persalinan sulit dan lama - Persalinan sebelum waktunya (prematur) - Perdarahan setelah persalinan  Pengaruh pada janin: - Keguguran - Bayi lahir mati - Cacat bawaan - Anemia pada bayi - Berat badan lahir rendah  Mengajarkan cara perhitungan sederhana menggunakan KB kalender  Memvalidasi keadaan keluarga  Menjelaskan tujuan kunjungan  Membuat kontrak waktu  Menjelaskan lingkungan yang aman dan nyaman untuk ibu R

 Ibu R mengatakan risiko tidak menggunakan KB adalah anak banyak, hamil lagi di usia tua, Risiko bayi prematur, cacat, persalinan sulit.  Ibu R mengatkan masa subur itu adalah masa-masa sebelum menstruasi O:  Ibu R mengtakan pengertian kontraseps dengan baik  Ibu R mengatakan jenis alat kontrasepsi kurang tepat  Ibu R mengatakan kelebihan dan kekurangan masing-masing alat kontrasepsi dengan baik  Ibu R mampu melakukan perhitungan sederhana menggunakan KB kalender A: - TUK 1 – TUK 3 tercapai P: - Melanjutkan TUK 4 dan TUK 5

S:  Ibu R mengatakan lingkungan yang nyaman seperti lingkungan yang bersih dan tenang  Ibu R mengatakan manfaat faskes antara lain tempat berobat dan perawatan.

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS   13:45 WIB

-

Menjelaskan manfaat faskes antara lain

Mendapatkan pemeriksaan - Mendapatkan perawatan - Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan  Menjelaskan jenis-jenis faskes antara lain posyandu, puskesmas, tempat praktik bidan/dokter, dan RS.



Ibu R mengatakan tempat faskes antara lain puskesmas, posyandu, RS.

O:  Ibu R menyebutkan kembali pengertian kontrasepsi dengan benar  Ibu R mengatakan 3 dari 3 manfaat faskes dengan benar  Ibu R mengatakan jenis-jenis faskes dengan benar A:  TUK 4 dan TUK 5 tercapai

Kurang pengetahuan mengenai alat kontrasepsi pada Ibu R

Selasa, 10 Juni 2014 Pukul 13:0013:55 WIB

   

 

P:  Evaluasi TUK 1-TUK 5 S: Memvalidasi keadaan keluarga  Ibu R mengatakan kontrasepsi adalah KB untuk Menjelaskan tujuan kunjungan memnunda kehamilan Membuat kontrak waktu  Ibu R mengatakan jenis-jenis KB adalah suntik, pil, Menjelaskan kontrasepsi adalah suatu cara untuk IUD, Implan. mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk  Ibu R mengatakan risiko tidak menggunakan KB menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah adalah anak banyak, hamil lagi di usia tua, Risiko anak, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar bayi prematur, cacat, persalinan sulit. keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan  Ibu R mengatkan masa subur itu adalah masa-masa maksimal pada anak. sebelum menstruasi  Ibu R mengatakan lingkungan yang nyaman seperti Menyebutkan jenis alat kontrasepsi antara lain lingkungan yang bersih dan tenang hormonal, mekanink, dan mantap  Ibu R mengatakan manfaat faskes antara lain Menyebutkan kelebihan dan kekurangan masingtempat berobat dan perawatan. masing alat kontrasespsi  Ibu R mengatakan tempat faskes antara lain

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS    Keluarga mampu menyebutkan:

 

Resiko kehamilan di usia tua Persalinan sulit dan lama Persalinan sebelum waktunya (prematur) Perdarahan setelah persalinan Pengaruh pada janin: Keguguran Bayi lahir mati Cacat bawaan Anemia pada bayi Berat badan lahir rendah Mengajarkan cara perhitungan sederhana menggunakan KB kalender  Menjelaskan lingkungan yang aman dan nyaman untuk ibu R - Menjelaskan manfaat faskes antara lain

Mendapatkan pemeriksaan Mendapatkan perawatan Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan  Menjelaskan jenis-jenis faskes antara lain posyandu, puskesmas, tempat praktik bidan/dokter, dan RS. -

Terminasi

Jumat, 13 Juni 2014 Pukul 13:00-

   

Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Terminasi Memotivasi keluarga untuk mempertahankan dan

puskesmas, posyandu, RS. O:  Ibu R mengtakan pengertian kontraseps dengan baik  Ibu R mengatakan jenis alat kontrasepsi kurang tepat  Ibu R mengatakan kelebihan dan kekurangan masing-masing alat kontrasepsi dengan baik  Ibu R mampu melakukan perhitungan sederhana menggunakan KB kalender  Ibu R menyebutkan kembali pengertian kontrasepsi dengan benar  Ibu R mengatakan 3 dari 3 manfaat faskes dengan benar  Ibu R mengatakan jenis-jenis faskes dengan benar A: TUK 1- TUK 5 tercapai P:  Mengkaji tingkat kemandirian keluarga  Terminasi

S:  Ibu R mengatakan akan selalu memberikan ASI pada anaknya  Ibu R mengatakan akan melakukan perawatan

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU R PKKMP KOMUNITAS   13:55 WIB

meningkatkan usaha perawatan yang telah dilakukan  Memotivasi keluarga untuk tetap memberikan ASI pada anak S  Motivasi keluarga untuk melakukan perawatan payudara, pijat payudara, dan pijat oksitosin setiap hari  Memotivasi keluarga untuk tetap memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit  Memberikan reinforcement positif terhadap pencapaian yang telah diraih keluarga

payudara setip hari  Ibu R mengatakan akan terus memenuhi kebutuhan nutrisinya  Ibu R mengatakan berterima kasih atas kunjungan dan ilmu yang diberikan mahasiswa  Ibu R mengatakan akan tetap melakukan hal-hal yang telah diberitahukan  Ibu R berharap keluarganya dapat terus sehat  Ibu R mengatakan sudah mulai mengajarkan cara pijat payudara dan oksitosin kepada adikknya yang juga mempunyai bayi O:  Ibu R berespon baik terhadap masukan yang diberikan  Tingkat kemandirian keluarga IV A: - Masalah ketidakefektifan pemberian ASI teratasi - Masalah kurang pengetahuan mengenai alat kontrasepsi teratasi P: - Melaporkan hasil kunjungan kepada kader - Meminta kader untuk tetap melakukan pengawasan terhadap kondisi Ibu R

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

FORMAT EVALUASI SUMATIF ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Diagnosa 1: Ketidakefektifan Pemberian ASI pada Ibu R

No

RESPON KELUARGA

1

Keluarga mampu menyebutkan pengertian ASI Ekslusif adalah pemberian ASI saja pada usia 6 bulan pertama dengan teknik yang benar untuk mencapai hasil yang optimal bagi ibu dan bayi. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 Manfaat ASI bagi Bayi:  mengandung semua zat nutrisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi normal.  mengandung zat-zat kekebalan (antibodi) yang akan melindungi bayi dari berbagai jenis infeksi.  mudah dicerna oleh bayi.  selalu tersedia dalam suhu yang tepat dimana dan kapan saja.  membangun ikatan batin antara ibu dan anak.

2

3

3 dari 5 Manfaat ASI bagi Ibu:  ASI dapat disusukan kepada bayi setiap saat tanpa membutuhkan persiapan apapun.  Menyusui membantu pengecilan rahim kembali ke ukuran yang normal.  Menyusui dapat memperlambat datangnya haid lagi sesudah melahirkan, yang akan mencegah kehamilan.  Menyusui dapat mempercepat mengembalikan bentuk tubuh ibu.  Menyusui merupakan peristiwa dan pengalaman yang indah dan sangat didambakan oleh para ibu. Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3

HASIL Ya Tidak

Modifikasi intervensi









Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

Menjelaskan kembali

perubahan yang terjadi pada payudara, yaitu:

4

5

6

7

8

9

 Payudara akan menjadi lebih penuh, lebih keras, dan daerah seputar puting menjadi lebih gelap.  Terjadi pertumbuhan kelenjar susu dan penimbunan lemak di payudara.  Terasa geli atau tajam di sekitar payudara, disebabkan oleh meningkatnya aliran darah ke dalam payudara. Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4 nutrisi yang tepat untuk ibu menyusui, yaitu:  Kalsium, contohnya pada susu (2-4 gelas/ hari).  Suplemen vitamin D.  Jus  Air mineral (8-10 gelas/ hari). Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4 akibat bila tidak menyusui dengan benar:  Kurang gizi/ gizi buruk.  Gangguan tumbuh kembang.  Infeksi.  Kurangnya ikatan batin antara ibuanak. Keluarga mampu mendemonstrasikan cara menyusui yang benar Keluarga mampu mendemonstrasikan cara perawatan payudara, pijat payudara, dan pijat oksitosin dengan benar Keluarga mampu menyusun menu sehat bernutrisi bagi ibu hamil sesuai dengan kondisi dan selera untuk menu makan satu hari Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 cara memodifikasi lingkungan untuk mendukung pemberian ASI - Berikan suasana yang

dengan menggunakan lembar balik













Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

nyaman. - Berikan lingkungan yang bersih dan menyenangkan. - Berikan penerangan yang cukup. 10

12

13

14

Keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan ASI Keluarga mampu menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yaitu sebagai sarana untuk pemeriksaan, perawatan/pengobatan jika terjadi masalah pada saat pemberian ASI, sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas pelayanan kes. yang dapat digunakan dalam penanganan masalah ketidakefektifan pemberian ASI, yaitu: puskesmas, posyandu, RS, dan dokter praktek. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan masalah ketidakefektifan pemberian ASI









Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

FORMAT EVALUASI SUMATIF ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Diagnosa 1: Kurang pengetahuan mengenai alat kontrasepsi pada Ibu R

No 1

2

3

RESPON KELUARGA Keluarga mampu menyebutkan pengertian kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan maksimal pada anak. Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 jenis kontrasepsi: - Hormonal: suntik 1 bulan, suntik 3 bulan, pil KB, susuk/implant - Mekanik: kondom, diafragma, IUD - Mantap: tubektomi, vasektomi

Keluarga mampu menyebutkan kembali masing-masing 2 kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi: 1. Suntik KB Keuntungan : - Sangat efektif - Kemungkinan salah atau lupa memakainya tidak ada - Dapat diberikan pada ibu menyusui karena tidak mengurangi jumlah produksi ASI Kekurangan: - Gangguan haid - Pusing, mual, muntah, rambut rontok, jerawatan, BB naik,

HASIL Ya Tidak

Modifikasi intervensi







Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

Ibu R kesulitan ketika menyebutjan secara lengkap jenis-jenis KB, sehingga untuk mempermudah mahasiswa mengulangi penjelasan dengan display yang sudah dipersiapkan sebelumnya Hampir semua kelebihan dan keuntungan alat-alat KB sama. Untuk mempermudah mengingatkan kembali, Ibu R diberi leaflet khusus menuliskan tentang kelebihan dan kekurangan alat KB disertai gambar.

4

5

menurunnya gairah seksual, kulit menghitam 2. Pil KB Keuntungan: - Sangat efektif - Dapat dihentikan dengan tingkat kesuburan tinggi - Tidak mengganggu senggama Kekurangan: - Mengurangi produksi ASI - Mual, muntah, pembesaran payudara, perasaan lelah - TD naik, Kulit muka menghitam, jerawatan, keputihan, gangguan haid 3. Susuk/implant Kelebihan : - Efektif dan mengembalikan kesuburan secara sempurna - Tidak merepotkan - Perlindungan 5 tahun - Ideal bagi ibu yang tidak mau punya anak lagi dan belum siap untuk steril 4. Spiral/ IUD Kelebihan: - Daya kesuburan tinggi Kekurangan: - Perdarahan dari kemaluan - Mulas/nyeri - Keputihan - Keluhan suami merasa tidak nyaman - Terlambat haid - Luka rahim - Infeksi - Keluarnya spiral Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 Resiko kehamilan di usia tua: - Persalinan sulit dan lama - Persalinan sebelum waktunya (prematur) - Perdarahan setelah persalinan Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 Resiko kehamilan di usia tua pengaruh pada janin: - Keguguran - Bayi lahir mati





Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

6

8

9

10

14

- Cacat bawaan - Anemia pada bayi - Berat badan lahir rendah Keluarga mampu mengulang lagi langkah-langkah melakukan perhitungan KB sederhana dengan tanggal

Keluarga mampu menyebutkan modifikasi lingkungan yang bisa dilakukan antara lain menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga - Posyandu - Puskesmas - Rumah Sakit - Klinik Dokter Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan - Mendapatkan pemeriksaan - Mendapatkan perawatan - Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk menggunakan KB











Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

Perhitungan terlalu rumit menurut ibu R. Untuk mempermudah mahasiswa memberikan rumus berwarna sehingga Ibu R mudah untuk mengingat mana yang penting dan mana yang tidak

Tingkat Kemandirian Keluarga Ibu R (44 tahun) NO 1

KRITERIA Keluarga menerima petugas kesehatan

2

Keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana

3

Keluarga menyatakan masalah kesehatan secara benar

4

Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran Keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran

5

6

Keluarga melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif

7

Keluarga melaksanakan tindakan promotif secara aktif

YA TIDAK PEMBENARAN √ Keluarga Ibu R menerima dengan baik kedatangan mahasiswa setiap kali berkunjung dan menyetujui akan ditangan mahasiswa minimal 2xseminggu √ Ibu R menerima dan bekerja sama dengan baik sekali bersama mahasiswa, sehingga selama memberikan penyuluhan kesehatan, informasi dapat diserap dengan baik √ Ibu R menceritakan semua keluhan kesehatan kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa bisa menentukan langkah intervensi yang tepat untuk Ibu R √ Ibu R sudah berkunjung ke posyandu dan puskesmas untuk memberikan imunisasi buat anaknya dan untuk memasang KB √ Ibu R telah melakukan perawatan sederhana yang diajarkan mahasiswa seperti perawatan payudara, pijat payudara, dan pijat okjsitosin sehingga masalah pada Ibu R terkait ASI teratasi dengan baik. √ Ibu R berusaha memberikan ASI terbaik buat anaknya agar anaknya terhindar dari penyakit dan dapat tumbuh sehat. Selain itu Ibu R juga mencukupi kebutuhan nutrisinya agar ASInya selalu banyak. √ Ibu R sudah melakukan promotif kepada adik kandungnya yang juga mempunyai anak bayi. Ibu R emngajarkan cara pijat payudara dan pijat oksitosin.

Kesimpulan: Keluarga Ibu R berada pada tahap kemandirian tingkat IV

Pijat oksitosin ..., Pijat oksitosin, FIK UI, 2014

Related Documents


More Documents from ""

34.pdf
December 2019 23
Da Bantul.docx
June 2020 10
Rps K3.pdf
December 2019 9
Sop Morning Report.docx
December 2019 9