BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benda asing di hidung adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dalam tubuh, yang pada keadaan normal tidak terdapat di hidung. Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh). Selain itu benda asing dapat terbagi atas dua jenis , yaitu benda organik dan anorganik. Contoh benda asing organik, antara lain lintah, lalat, larva, sedangkan benda asing anorganik, misalnya manik-manik, kertas, tisu, logam, baterai kecil, kacang-kacangan, dan lain-lain.1 Kasus benda asing di hidung merupakan kompetensi 4A di dalam SKDI 2012 yang sering ditemui di pelayanan kesehatan primer. Kasus ini paling sering dialami oleh anak dan balita. Benda asing di hidung merupakan salah satu kegawatan di bidang telinga hidung tenggorok yang cukup sering terjadi. Kebanyakan kasus benda asing asimtomatik dan terdapat sekitar 11% dari seluruh kegawatan di bidang telinga hidung dan tenggorok.2 Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing dalam hidung antara lain faktor demografik (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial dan tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi normal (keadaan tidur, penurunan kesadaran, alkoholisme, dan epilepsi), ukuran, bentuk, serta sifat benda asing. Kecerobohan dan kurangnya pengawasan orang tua, sering dilaporkan pada kasus benda asing di hidung pada anak-anak.
Benda asing dapat menyebabkan
komplikasi lanjutan, bahkan kematian bila masuk ke saluran nafas bawah.3 Sebagai dokter pada layanan primer, diagnosis benda asing di hidung harus dapat ditegakkan dan ditatalaksana secara komprehensif. Dokter layanan
1
primer dapat mengeluarkan benda asing tersebut, namun hal ini bergantung pada beberapa faktor seperti lokasi dari benda asing, bahan material benda asing, apakah benda berupa bahan yang mudah diambil (lembut dan irregular) atau tidak mudah diambil (keras dan bulat), keterampilan dokter, dan kerjasama pasien.4
1.2 Batasan Masalah Referat ini membahas tentang anatomi dan fisiologi hidung, definisi, klasifikasi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi serta prognosis dari benda asing di hidung.
1.3 Tujuan Penulisan Penulisan referat ini bertujuan ntuk menambah pengetahuan tentang benda asing di hidung dan langkah-langkah penatalaksanaan secara komprehensif, yang nantinya akan diterapkan sebagai dokter pada pelayanan primer.
1.4 Metode Penulisan Referat ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Anatomi Hidung 2.1.1 Anatomi hidung luar Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian luar menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas ; struktur hidung luar dibedakan atas tiga bagian : yang paling atas : kubah tulang yang tak dapat digerakkan; di bawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan ; dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. Bentuk hidung luar seperti piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah : 1) pangkal hidung (bridge), 2) batang hidung (dorsum nasi), 3) puncak hidung (hip),4) ala nasi,5) kolumela, dan 6) lubang hidung (nares anterior).5 Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari : 1) tulang hidung (os nasal) , 2) prosesus frontalis os maksila dan 3) prosesus nasalis os frontal ; sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu 1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior, 2) sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai kartilago ala mayor dan 3) tepi anterior kartilago septum.5 2.1.2 Anatomi hidung dalam Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os.internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka media, dan konka inferior. Celah antara konka
3
inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konka media dan dinding lateral hidung disebut meatus media dan celah antara konka konka superior dan dinding lateral hidung disebut meatus superior.5
Gambar 1. Anatomi hidung dalam 2.1.2.1 Septum nasi Septum membagi kavum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. Bagian posterior dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh kartilago septum (kuadrilateral) , premaksila dan kolumela membranosa; bagian posterior dan inferior oleh os vomer, krista maksila , Krista palatine serta krista sfenoid.5
2.1.2.2 Kavum nasi Kavum nasi terdiri dari:5
4
1. Dasar hidung Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatine os maksila dan prosesus horizontal os palatum. . 2. Atap hidung Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal, prosesus frontalis os maksila, korpus os etmoid, dan korpus os sphenoid.Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui oleh filament-filamen n.olfaktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial konka superior. 3. Dinding Lateral Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os maksila, os lakrimalis, konka superior dan konka media yang merupakan bagian dari os etmoid, konka inferior, lamina perpendikularis os platinum dan lamina pterigoideus medial. 4. Konka Fosa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka ; celah antara konka inferior dengan dasar hidung disebut meatus inferior ; celah antara konka media dan inferior disebut meatus media, dan di sebelah atas konka media disebut meatus superior. Kadang-kadang didapatkan konka keempat (konka suprema) yang teratas. Konka suprema, konka superior, dan konka media berasal dari massa lateralis os etmoid, sedangkan konka inferior
5
merupakan tulang tersendiri yang melekat pada maksila bagian superior dan palatum. 2.1.2.3 Meatus superior Meatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah yang sempit antara septum dan massa lateral os etmoid di atas konka media. Kelompok sel-sel etmoid posterior bermuara di sentral meatus superior melalui satu atau beberapa ostium yang besarnya bervariasi. Di atas belakang konka superior dan di depan korpus os sfenoid terdapat resesus sfeno-etmoidal, tempat bermuaranya sinus sfenoid.5 2.1.2.4 Meatus media Merupakan salah satu celah yang penting yang merupakan celah yang lebih luas dibandingkan dengan meatus superior. Di sini terdapat muara sinus maksila, sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid. Di balik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulan sabit yang dikenal sebagai infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit yang menghubungkan meatus medius dengan infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris.5 Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus. Di atas infundibulum ada penonjolan hemisfer yaitu bula etmoid yang dibentuk oleh salah satu sel etmoid. Ostium sinus frontal, antrum maksila, dan sel-sel etmoid anterior biasanya bermuara di infundibulum.Sinus frontal dan sel-sel etmoid anterior biasanya bermuara di bagian anterior atas, dan sinus maksila bermuara di
6
posterior muara sinus frontal. Adakalanya sel-sel etmoid dan kadang-kadang duktus nasofrontal mempunyai ostium tersendiri di depan infundibulum.5 2.1.2.5 Meatus Inferior Meatus inferior adalah yang terbesar di antara ketiga meatus, mempunyai muara duktus nasolakrimalis yang terdapat kira-kira antara 3 sampai 3,5 cm di belakang batas posterior nostril. 5 2.1.2.6 Nares Nares posterior atau koana adalah pertemuan antara kavum nasi dengan nasofaring, berbentuk oval dan terdapat di sebelah kanan dan kiri septum.Tiap nares posterior bagian bawahnya dibentuk oleh lamina horisontalis palatum, bagian dalam oleh os vomer, bagian atas oleh prosesus vaginalis os sfenoid dan bagian luar oleh lamina pterigoideus.5 Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas sinus maksila, etmoid, frontalis dan sphenoid. Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal terbesar di antara lainnya, yang berbentuk piramid yang irregular dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya menghadap ke arah apeks prosesus zygomatikus os maksilla.5 Sinus paranasal adalah rongga-rongga di dalam tulang kepala yang berisi udara yang berkembang dari dasar tengkorak hingga bagian prosesus alveolaris dan bagian lateralnya berasal dari rongga hidung hingga bagian inferomedial dari orbita dan zygomatikus. Sinus-sinus tersebut terbentuk oleh pseudostratified columnar epithelium yang berhubungan melalui ostium dengan lapisan epitel dari rongga hidung. Sel-sel epitelnya berisi sejumlah mukus yang menghasilkan sel-sel goblet.5
7
2.1.3 Kompleks ostiomeatal (KOM) 5 Kompleks ostiomeatal (KOM) adalah bagian dari sinus etmoid anterior yang berupa celah pada dinding lateral hidung.Pada potongan koronal sinus paranasal gambaran KOM terlihat jelas yaitu suatu rongga di antara konka media dan lamina papirasea.Struktur anatomi penting yang membentuk KOM adalah prosesus unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger nasi dan ressus frontal. Serambi depan dari sinus maksila dibentuk oleh infundibulum karena sekret yang keluar dari ostium sinus maksila akan dialirkan dulu ke celah sempit infundibulum sebelum masuk ke rongga hidung. Sedangkan pada sinus frontal sekret akan keluar melalui celah sempit resesus frontal yang disebut sebagai serambi depan sinus frontal. Dari resesus frontal drainase sekret dapat langsung menuju ke infundibulum etmoid atau ke dalam celah di antara prosesus unsinatus dan konka media
Gambar 2.Kompleks Ostio Meatal
8
2.1.4 Perdarahan hidung 5
Gambar 3. Perdarahan Hidung Bagian atas hidung rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a.karotis interna.Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilaris interna, di antaranya adalah ujung a.palatina mayor dan a.sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama n.sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka media.Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang – cabang a.fasialis. Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a.sfenopalatina,a.etmoid anterior, a.labialis superior, dan a.palatina mayor yang disebut pleksus Kiesselbach (Little’s area). Pleksus Kiesselbach letaknya superfisial dan mudah cidera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis(pendarahan hidung) terutama pada anak. Vena-vena
hidung
mempunyai
nama
yang
sama
dan
berjalan
berdampingan dengan arterinya .Vena di vestibulum dan struktur luar hidung
9
bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus.Vena-vena di hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakanfaktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi hingga ke intracranial. 2.1.5 Persarafan hidung 5
Gambar 4. Persarafan Hidung Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang berasal dari n.oftalmikus (N.V-1). Rongga hidung lannya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n.maksila melalui ganglion sfenopalatinum.Ganglion sfenopalatinum selain memberikan persarafan sensoris juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima serabut-serabut sensorisdari n.maksila (N.V-2), serabut parasimpatis dari n.petrosus superfisialis mayor dan serabut-serabut simpatis dari n.petrosus profundus. Ganglion sfenopalatinum terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media. Nervus olfaktorius turun dari lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung
10
2.2 Fisiologi Hidung Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasalis adalah: 5 1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal, 2. Fungsi penghidu karena terdapat mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung stimulus penghidu, 3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang, 4. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas, dan 5. Refleks nasal, dimana mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan yang dapat menyebabkan refleks bersin dan napas berhenti, rangsang bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.6
2.3 Definisi Benda asing (corpus alienum) di hidung adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh atau dalam tubuh, dimana pada keadaan normal tidak terdapat pada hidung. Benda asing di hidung merupakan salah satu kedaruratan di bidang telinga hidung tenggorok yang cukup sering terjadi pada anak-anak. 1
11
2.4 Epidemiologi
Benda asing di hidung adalah suatu kedaruratan yang cukup sering terjadi di bidang telinga, hidung, dan tenggorok. Kejadian benda asing ini dapat terjadi secara spontan atau tidak disengaja baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Benda asing di hidung lebih banyak kejadiannya dibandingkan dengan benda asing di telinga. Lokasi benda asing di hidung biasanya di dasar kavum nasi, di bawah konka inferior, atau di meatus media. Benda asing unilateral tersering di sisi kanan sekitar dua kali di banding kiri. Hal ini mungkin disebabkan oleh kecenderungan individu yang dominan menggunakan tangan kanan dalam hal beraktivitas.1,7
Gambar 5. Lokasi Benda Asing di Hidung Sebesar lima puluh persen kasus benda asing di saluran nafas terjadi pada anak yang berumur kurang dari 4 tahun. Bayi di bawah 1 tahun yang gawat napas 12
karena aspirasi benda asing merupakan penyebab utama kematian. Kacang atau biji tumbuhan lebih sering teraspirasi pada anak yang berumur 2-4 tahun karena belum memiliki gigi molar yang lengkap dan belum dapat mengunyah makanan dengan baik. Benda asing pada hidung lebih sering terjadi pada anak-anak yang berusia 2-4 tahun karena anak yang berumur 2-4 tahun cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dapat dijangkau ke dalam lubang hidung, mulut, atau oleh teman bermain. Selain itu pada anak yang berusia 1-3 tahun belum terjadi koordinasi menelan dan penutuoan glottis yang sempurna.6,12 Pada anakanak juga sering ditemukan benda asing pada bagian anterior kavum nasi hingga ke bawah konka inferior dan medial. 8 Benda asing yang tersering ditemukan yaitu sisa makanan, permen, manikmanik dan kertas. Benda asing seperti plastik dapat pula bertahan lama karena sukar didiagnosis akibat sifatnya yang noniritatif dan radiolusen sehingga tidak tampak dari pemeriksaan radiologik. 2.5 Etiologi dan Faktor Predisposisi Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen, biasanya masuk melalui hidung atau mulut.Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen dapat berupa zat padat, cair atau gas.Benda asing eksogen padat terdiri atas zat organik (yang berasal dari tumbuhan seperti kacangkacangan dan yang berasal dari kerangka binatang seperti tulang) dan zat anorganik seprti paku, jarum, peniti, dan batu.Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda asing yang bersifat iritatif dan non-iritatif.Benda asing endogen
13
berupa secret kental, darah, bekuan darah dan lain-lain. Berikut adalah jenis-jenis benda asing berdasarkan asalnya:2 1.
Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen dapat berupa zat padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacangkacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
2.
Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkejuan, dan membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.1
Berdasarkan sifatnya benda asing dibagi menjadi benda asing mati dan benda asing hidup. 1.
Benda asing hidup, yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan cacing. a. Larva lalat Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung manusia dan hewandi Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies Chryssomya bezziana.Chrysomya bezziana adalah serangga yang termasuk
dalam
famili
Calliphoridae,
14
ordo
diptera,
subordo
Cyclorrapha, kelas Insecta.Lalat dewasa berukuran sedang berwarna biru atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm, bergaris gelap pada toraks dan pada abdomen bergaris melintang.Larva mempunyai kait-kait di bagian mulutnya berwarna coklat tua atau coklat orange. Lalat dewasa meletakkan telurnya pada jaringan hidup dan hewan berdarah panas yang hidup liar dan juga pada manusia misalnya pada luka, lubang-lubang pada tubuh seperti mata, telinga, hidung, mulut dan traktus urogenital.2,8 b.
Lintah Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas hirudinae.Hirudinea adalah kelas dari
anggota hewan
tak
bertulang
belakang yang termasuk dalam filumannelida. Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai rambut, parapodia, dan seta. Tempat hidup hewan ini ada yang berada di air tawar, air laut, dan di darat.Lintah merupakan hewan pengisap darah.Pada tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua ujungnya yang digunakan untuk menempel pada tubuh inangnya. Pada saat mengisap, lintah ini mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat anti pembekuan darah sehingga darah korban tidak akan membeku. Setelah kenyang mengisap darah, lintah itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam air. Bentuk tubuh lintah ini pipih, bersegmen, mempunyai warna kecokelatan, dan bersifat hemaprodit. Lintah menghisap darah pasien sehingga akan memperbesar ukurannya, itu akan menyebabakan lintah sulit diambil. Pasien bisa saja mengalami syok akibat kehilangan darah, sehingga pasien membutuhkan transfusi darah.9
15
Gambar 6. Lintah hidup di hidung c.
Cacing Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi masalah di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi Port d’entry atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk mendapatkan oksigen yang lebih banyak.
2.
Benda asing mati, yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing baju. Kapur barus merupakan kasus yang jarang namun mengandung naftalen yang bersifat sangat mengiritasi. Kasus baterai logam di hidung juga harus diperlakukan sebagai kasus gawat darurat yang harus dikeluarkan segera, karena kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa hidung.2
16
Gambar 7. Manik-manik di bawah konka inferior Berdasarkan
konsistensinya
benda
asing
dapat
juga
digolongkan
menjadi benda asing yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran, dan benda asing yang keras seperti kancing baju, manik-manik, baterai dan lain-lain. 5 Faktor predisposisinya yaitu: 1. Factor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisis social, tempat tinggal) 2. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal (keadaan tidur, kesadaran 3. 4. 5. 6. 7.
menurun, alkoholisme dan epilepsy). Factor fisik (kelainan dan penyakit neurologic) Proses menelan yang belum sempurna pada anak Factor kejiwaan (emosi , gangguan psikis) Ukuran, bentuk serta sifat benda asing Makan sambil bermain
2.6 Patogenesis Benda asing mati (inaminate foreign bodies) di hidung cendrung menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing 17
hidup (animate foreigh body) menyebabakan reaksi inflamasi dengan drajat bervariasi, dari infeksi local sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau.1,10 Pathogenesis korpos alienum batrai, mekanisme perforasi pada septum nasi terjadi apabila dicurigai pembungkus metal batterai terbuka dalam waktu 24 jam. Selanjutnya kandungan alkali keluar dan mengiritasi mukosa sehingga meningkatkan pH mukosa kavum nasi. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya nekrosis jaringan lokal. Kemudian, batterai dan kandungannya yang terdapat dalam kavum nasi dianggap sebagai benda asing sehingga merangsang pertahan tubuh untuk terjadinya inflamasi. Bahkan dapat menyebabkan destruksi konka inferior.1,10
2.7 Gambaran Klinis Benda asing di telinga hidung tenggorokan merupakan suatu kegawatan yang umum terjadi. Benda asing di hidung umumnya terdapat pada kelompok usia anak-anak dengan atau tanpa retardasi mental, status sosial ekonomi yang buruk, orang tua yang pendidikan rendah, dan biasanya memiliki kejadian serupa di masa lalu. Selain itu, orang dewasa dengan penyakit jiwa dan keterbelakangan mental juga dapat ditemukan dengan adanya benda asing di hidungnya. 4,11 Benda asing yang masuk ke dalam hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring, laring, trakea, dan bronkus. Biasanya benda asing tersebut cenderung terletak di lantai rongga hidung, tepat di bawah konka inferior, atau di fosa anterior hidung bagian atas sampai konka media. Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua karena tidak ada gejala dan dapat bertahan
18
untuk waktu yang lama. Gejala yang timbul bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai kematian akibat sumbatan total. Biasanya pasien sering datang dengan adanya benda asing pada salah satu rongga hidung, rhinitis berulang unilateral, hidung berbau busuk, adanya sekret unilateral, dan epistaksis unilateral. Benda asing umumnya adalah manik-manik, kacang-kacangan, biji-bijian, penghapus kecil, kancing, bagian mainan, kerikil, lilin, makanan, kertas, kain, batu, dan tombol baterai. 1,4,6,11,12,13 Pada pemeriksaan dengan rinoskopi anterior, tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi yang akhirnya lamakelamaan dapat menimbulkan epistaksis akibat peradangan lokal dan tekanan pada pembuluh darah. Benda asing biasanya tertutup oleh mukopus sehingga disangka sinusitis. Dalam hal demikian, bila akan menghisap mukopus haruslah berhati-hati supaya benda asing itu tidak terdorong ke arah nasofaring yang kemudian dapat masuk ke laring, trakea, dan bronkus.1,11 2.8 Diagnosis Diagnosis klinis benda asing di hidung dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Setiap benda asing di saluran napas merupakan hal serius karena dapat menyebabkan sumbatan jalan napas akut, baik total atau sebagian. Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan karena kasus benda asing di hidung sering tidak segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Data terpenting bagi seorang klinisi dalam mengevaluasi anak dengan kecurigaan benda asing di hidung adalah cerita dari saksi mata karena biasanya anak dengan benda asing hidung tidak menunjukkan gejala. 1,12
19
Macam benda asing atau bahan yang masuk dan telah berapa lama benda asing tersebut masuk sangat penting untuk diketahui. Benda asing organik di dalam saluran napas dapat cepat mengembang karena bersifat higroskopis sehingga dalam waktu 6 sampai 12 jam dapat menyebabkan sumbatan jalan napas secara total. Sebaliknya pada benda asing anorganik, reaksi jaringan lebih sedikit bahkan kadang tidak menimbulkan gejala.1,12 Kecurigaan benda asing di dalam hidung dapat muncul apabila pasien datang pada usia anak-anak, hidung terasa tersumbat unilateral, sekret unilateral kavum nasi yang kronik, nyeri di hidung tanpa penyebab yang jelas, atau gejala yang menyertai seperti bersin-bersin, mendengkur, dan bernapas melalui mulut. Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis, dan bersin.1 Pemeriksaan fisik dilakukan pada pasien dalam keadaan imobilisasi agar memudahkan pemeriksaan. Oleh karena itu terkadang dibutuhkan obat-obat sedatif pada pasien pediatrik atau bantuan orang tua untuk memfiksasi pasien. Kadang-kadang terjadi trauma lokal mungkin dengan eritema, edema, atau perdarahan. Apabila benda asing sudah terlalu lama di dalam rongga hidung, biasanya muncul temuan klinis lainnya seperti adanya discharge hidung dan bau busuk. Hampir seluruh kasus benda asing pada hidung tidak memerlukan pemeriksaan penunjang, pengecualian pada kasus benda asing berjenis metal yang memberikan gambaran radiolusen pada foto X-Ray.1 2.9 Tata Laksana
20
Prinsip penanganan benda asing di saluran napas adalah mengeluarkan benda tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma yang minimal. Pengeluaran benda asing di hidung tampaknya sederhana tetapi terdapat morbiditas potensial karena dapat terjadi kerusakan mukosa dan kematian akibat terjatuhnya benda asing ke dalam saluran napas distal. Anestesi lokal dengan premedikasi yang tepat, vasokonstriksi lokal, dan visualisasi yang baik dapat mengurangi edema mukosa pada saat pengambilang benda asing hidung. 16 Penatalaksanaan benda asing di hidung pada anak-anak cukup sulit karena biasanya pasien anak-anak sulit untuk kooperatif. Hal ini disebabkan oleh ketakutan anak-anak yang berlebihan serta diperparah dengan ketakutan mereka akibat nyeri yang ditimbulkan saat mengeluarkan benda asing di hidung sebelumnya baik oleh orang tua maupun tenaga kesehatan.5 Kerjasama antara pasien dan pemeriksa sangat diperlukan untuk mengeluarkan benda asing dari hidung. Pasien biasanya diperiksa dalam posisi duduk. Pada anak-anak, sebaiknya dipangku dan dipegang erat oleh orang tuanya sambil duduk di kursi pemeriksaan agar tenang sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi.3,16 Terdapat beberapa metode dalam mengeluarkan benda asing di hidung, seperti dengan memakai pengait (hook) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap kavum nasi sencara menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik kedepan. Dapat pula menggunakan forsep aligator, cunam Nortman atau “wire loop”. Bila benda asing berbentuk bulat, maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya tumpul.5 Berikut ini beberapa teknik mengeluarkan benda asing di hidung :
21
1.
Persiapan sebelum melakukan Teknik Pengambilan benda asing di hidung dapat dicoba oleh dokter yang
berpengalaman jika mungkin dapat diekstraksi. Jika ada keraguan tentang bisa tidaknya ekstraksi, harus dikonsultasikan ke spesialis telinga, hidung, dan tenggorok. Pengeluaran benda asing yang dicoba berulang kali dapat mengakibatkan meningkatnya trauma dan berpotensi memindahkan benda asing ke lokasi yang tidak diharapkan. Pengeluaran secara mekanik dari benda asing tidak harus dicoba jika benda tersebut tampaknya di luar jangkauan.8 Pengangkatan tidak boleh dilakukan tanpa sedasi pada pasien yang tidak kooperatif. Idealnya, teknik nonmekanik seperti tekanan udara positif harus dicoba pada pasien ini.8 Benda asing yang dicoba diangkat berkali-kali akan lebih berbahaya karena dapat menyebabkan pengangkatan lebih sulit, dan benda asing dapat menjadi lebih dalam. Oleh karena itu, perencanaan yang matang sangat penting untuk memaksimalkan kemungkinan pengangkatan pada usaha pertama. Selain itu, suplai pernapasan darurat haruslah tersedia untuk menanggulangi kebutuhan oksigen jika setelah pengangkatan hasil benda asing terjadi aspirasi.8 Peralatan yang digunakan meliputi:8 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Lampu kepala Vasokonstriktor topical Spekulum hidung Bag-valve mask Forseps alligator Probe hooked Balon kateter Kuret Peralatan suction
Anestesi lokal biasanya tidak diperlukan, karena rasa sakit seringnya tidak muncul pada pasien selama pengangkatan.
22
15
Namun, vasokonstriksi farmakologis
dari mukosa hidung dapat memfasilitasi pemeriksaan dan pengangkatan dari benda asing di hidung. Anestesi dan vasokonstriksi mukosa dapat dicapai dengan memberikan beberapa tetes lidokain 1%
(tanpa epinefrin) dan 0,5%
phenylephrine ke lubang hidung yang terkena. Anestesi pada teknik mengeluarkan benda asing pada hidung dapat dilakukan dengan anestesi semprot dengan pilihan anestesinya yaitu lidokain.15 Untuk pasien yang khawatir, nebulasi dari 1-2 ml dari 1:1000 epinefrin telah berhasil digunakan untuk vasokonstriksi mukosa. Dari laporan kasus epinefrin nebulasi direkomendasikan hanya jika benda asing di hidung cukup besar, gerakan ke posterior hidung tidak mungkin, dan jika saluran pernafasan aman.8 Jika kepala pasien tidak kooperatif tidak dapat distabilkan, pemberian sedasi harus dilakukan sebelum pengangkatan mekanik. Satu penelitian melaporkan tingkat keberhasilan sangat tinggi (95%) dan tingkat komplikasi yang rendah dengan penggunaan sedasi.Penelitian lain berpendapat bawa pada pasien yang memiliki benda asing di hidung dan tidak koperatif sebaiknya tidak di berikan obat-obatan sedatif, karena dapat meningkatkan komplikasi dengan mengurangi reflex batuk dan muntah pasien.5,8 Selain itu pada anak kecil yang memiliki benda asing pada hidung sebaiknya posisi pasien harus dipegang oleh penjaga atau orangtuanya, dengan kedua kaki pasien di jepit oleh kedua paha orangtua, sehingga pasien dapat terfiksasi dan tenaga medis mudah untuk mengeluarkan benda asing tersebut.8 Beberapa teknik pengangkatan yang tersedia, dan pilihan metode tergantung pada jenis benda asing di hidung, alat yang tersedia, dan kenyamanan dokter dengan masing-masing metode. Untuk benda asing yang mudah dilihat, kebanyakan dokter lebih memilih pengangkatan langsung. Jika benda asing sulit terlihat atau bulat atau tidak berhasil diangkat dengan instrumentasi langsung,
23
pengeluaran dengan balon kateter adalah metode yang disukai. Untuk benda asing yang besar, teknik tekanan positif yang umum digunakan.8 Semua upaya pengeluaran benda asing dapat menjadi komplikasi akibat kerusakan mukosa dan perdarahan. Selain itu, semua usaha yang gagal dapat mengakibatkan perpindahan benda asing ke posterior.8 Teknik yang dipilih untuk mengeluarkan benda asing di dalam hidung selain berdasarkan jenis dari benda asing sendiri juga harus berdasarkan dengan lokasi dan bentuk benda asing tersebut.10 2.
Jenis-jenisTeknik Mengeluarkan Benda Asing di Hidung a. Instrumentasi langsung Teknik ini sangat ideal untuk benda asing yang mudah terlihat, tidak bulat,
benda asing tidak rapuh.Instrumen dijelaskan sebelumnya termasuk forsep alligator. Benda asing rapuh dan bulat sangat sulit untuk dikeluarkan dengan teknik ini; benda rapuh bisa robek, dan benda-benda bulat mungkin sulit dan mudah pindah ke posterior.8 Probe hooked dapat digunakan untuk benda-benda yang mudah dilihat tetapi sulit untuk dipahami. Hook ditempatkan di belakang benda asing tersebut kemudian ditarik ke depan. Satu peneliti melaporkan menggunakan endoskopi fleksibel untuk melihat benda asing di hidung kemudian menggunakannya sebagai pengait untuk menarik benda asing. Teknik ini, disebut sebagai "hook-scope", teknik ini berguna jika pasien kooperatif.8 Beberapa penulis telah menyarankan
menggunakan
kombinasi
instrumentasi langsung dan menyarankan kateter balon ditempatkan di belakang benda asing untuk mencegah perpindahan posterior selama upaya pengeluaran.8 b. Kateter balon
24
Pendekatan ini sangat ideal untuk benda asing yang kecil, benda bulat yang tidak mudah diambil dengan instrumentasi langsung. Kateter yang dapat digunakan yaitu kateter Foley (misalnya, 5-8), kateter Forgaty (misalnya, No. 6), atau Katz Extractor Oto-Rhino Foreign Body Remover (California) juga merupakan pilihan.8 Terlepas dari berbagai macam jenis kateter, teknik yang digunakan adalah sama. Pertama, balon diperiksa, dan kateter dilapisi dengan 2% lidokain jelly.Kemudian pasien berbaring telentang dan kateter dimasukkan melewati benda asing di dalam rongga hidung, lalu diberikan udara atau air ke dalam kateter (2ml pada anak-anak kecil dan 3 ml pada anak-anak yang lebih besar). Setelah dibalonkan, kateter ditarik keluar sehingga benda asing juga ikut tertarik.7Teknik dengan kateter juga dapat digunakan sebagai pencegahan agar benda asing di bagian anterior tidak kearah posterior saat dilakukan teknik lainnya.4
Gambar 8. Pengunaan Forgarty Catheter c. Tekanan positif
25
Benda asing yang besar bisa dilakukan teknik tekanan positif. Teknik ini dapat dilakukan oleh penderita sendiri dengan menutup hidung yang normal dan menghembuskan nafas dari hidung secara keras, selain itu pada anak yang mengalami benda asing di hidung, dapat ditiup mulut anak tersebut oleh orangtuanya kissing technique atau masker bag-valve.1,2,14 Ketika topeng bagvalve digunakan, manuver Sellick dapat dianggap untuk mencegah esophageal insuflasi udara. Teknik ini banyak dilakukan pada anak dan dapat menyebabkan komplikasi seperti barotrauma di telinga
dan emfisema periorbital.Tekanan
positif juga memiliki risiko yang menyebabkan barotrauma ke saluran napas, paru-paru, atau membran timpani, dan dokter harus menghindari penggunaan volume besar udara paksa. Untuk yang terbaik dari pengetahuan kita, komplikasi yang terakhir belum dilaporkan.1 d. Tekanan Negatif (Suction) Teknik ini sangat ideal untuk benda aisng yang terlihat, halus atau bulat dimana benda sulit diambil dengan pinset atau forcep alligator.Suction yang diberikan pada pasien biasanya yang bertekanan 100-140 mmHg.16 e. Lem atau Perekat Metode ini sangat efektif terhadap benda asing yang licin, bulat, dan sulit diambil dengan pinset atau forcep alligator. Benda asing yang akan diambil haruslah yang kering dan terlihat sehingga risiko kontak dengan mukosa sekitar benda asing dihidung minimal.16 Lem atau perekat dalam hal ini cyanoacrylate yang digunakan di oleskan tipis ditempatkan di ujung aplikator kayu atau plastik, yang kemudian menempel
26
benda asing selama 60 detik. Tanpa kerja sama penuh dari pasien, mukosa hidung dapat dengan mudah terluka oleh lem tempatnya.4 f. Instrumen yang dibuat sendiri Instrumen yang dibuat sendiri dapat berasal dari paper clip. Teknik ini dapat dilakukan apabila tidak dapat dilakukannya teknik lainnya karena komplikasi pada teknik ini dapat menyebabkan trauma yang berat dan infeksi.4 g. Teknik dengan menggunakan instrumen pembedahan Teknik mengeluarkan benda asing dengan instrument pembedahan biasanya apabila riwayat masuknya benda asing diikuti dengan adanya epistaksis. Pemilihan alat atau instrument tergantung dari jenis benda asing tersebut.Forcep alligator dapat digunakan terhadap benda asing dihidung yang ireguler dan memiliki sudut yang dapat ditarik keluar, sedangkan hook, curretes, dan loop dapat digunakan terhadap benda yang licin atau sulit di tarik keluar. Secara umum, benda asing di hidung bisa dikeluarkan secara aman oleh dokter umum. Namun, jika sulit dan gagal harus segera konsultasi ke spesialis THT. Rujukan ke dokter spesialis harus dilakukan ketika ada kekhawatiran diagnosis ke arah tumor atau massa.4,8
27
Gambar 2.7 Mengeluarkan benda asing dengan forsep alligator
Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.5 Perlu diberikan edukasi kepada orangtua dan masyarakat tentang bahaya masuknya benda asing ke dalam saluran napas. Orangtua diminta menjauhkan benda tersebut dari jangkauan anak-anak. Serta perlunya meningkatkan kemampuan dan ketrampilan paramedic dalam mendiagnosis dan menangani pasien dengan benda asing pada saluran napas.6
2.10 Komplikasi Pasien dapat datang dengan sinusitis, septum perforasi, meningitis, tetanus dan difteri sebagai komplikasi benda asing di hidung. Computed tomography paranasal sinuses tetap menjadi standar emas untuk melihat benda asing hidung yang tidak terlihat dengan pemeriksaan rinoskopi.11 2.11 Prognosis Mortalitas dan morbiditas benda asing di hidung tergantung sberapa besar sumbatan yang diakibatkannya. Keberhasilan penanganan dari benda asing di hidung bergantung pada beberapa faktor seperti lokasi dari benda asing, bahan material benda asing, apakah benda berupa bahan yang mudah diambil ( lebut dan irregular) atau tidak mudah diambil (keras dan bulat), ketrampilan dokter, dan kerjasama pasien.
28
BAB III PENUTUP
Benda asing (corpus alienum) di hidung adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh atau dalam tubuh, dimana pada keadaan normal tidak terdapat pada hidung. Benda asing di hidung merupakan salah satu kedaruratan di bidang telinga hidung tenggorok yang cukup sering terjadi pada anak-anak. Benda asing pada hidung lebih sering terjadi pada anak-anak yang berusia 2-4 tahun karena anak yang berumur 2-4 tahun cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dapat dijangkau ke dalam lubang hidung, mulut, atau oleh teman bermain. Berdasarkan sifatnya benda asing dibagi menjadi benda asing mati dan benda asing hidup. Benda asing mati (inaminate foreign bodies) di hidung cendrung menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing hidup (animate foreigh body) menyebabakan reaksi inflamasi dengan drajat
29
bervariasi, dari infeksi local sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau. Gejala yang timbul bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai kematian akibat sumbatan total. Biasanya pasien sering datang dengan adanya benda asing pada salah satu rongga hidung, rhinitis berulang unilateral, hidung berbau busuk, adanya sekret unilateral, dan epistaksis unilateral. Prinsip penanganan benda asing di saluran napas adalah mengeluarkan benda tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma yang minimal. Pasien dapat datang dengan sinusitis, septum perforasi, meningitis, tetanus dan difteri sebagai komplikasi benda asing di hidung. Mortalitas dan morbiditas benda asing di hidung tergantung sberapa besar sumbatan yang diakibatkannya. Keberhasilan penanganan dari benda asing di hidung bergantung pada beberapa faktor seperti lokasi dari benda asing, bahan material benda asing, apakah benda berupa bahan yang mudah diambil ( lebut dan irregular) atau tidak mudah diambil (keras dan bulat), ketrampilan dokter, dan kerjasama pasien.
30
DAFTAR PUSTAKA 1. Junizaf MH. 2012. Benda Asing di Saluran Nafas. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok edisi ke 7. Jakarta: FKUI 2. Novialdi, Rahman S. 2006. Benda Asing Batu Kerikil di Bronkus. Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) Fakultas Kedokteran
Universitas
Andalas
Padang.
http://repository.unand.ac.id/diunduh pada tanggal 7 November 2018. 3. Davies PH, Benge JR. 2000.Foreign Body. The Nose and Ear: A Review Techniques for Removal in the Emergency Department. 4. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat. University of Virginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia. Am Fam Physician. 2007 5. Soetjipto D, Mangunkusumo E, Wardani RS. 2012.Hidung. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok edisi ke 7. Jakarta: FKUI 6. Widiastuti D, Chair I. Aspirasi Kacang pada Anak. Sari Pediatri. Jakarta. 2003 7. Shrestha I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and Throat Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. Khatmandu University Medical Journal. Nepal: 2012.
31
8. Fischer
JI.2013.
Nasal
Foreign
http//emedicine.medscape.com/article/763767-overview.
Body, Diakses
7
November 2018. 9. Patil, Karthikeya, Mahima V Guledgud, Malleshi Suchettha N. Rhinoliths.
http://www.ijdr.in/di unduh tanggal 7 November 2018. 10. Pasha. R, Mark. CS. Otolaryngology Head and Neck Surgery. Rhinology and Paranasal Sinuses. Thompson Learning. 11. Kalyanasundaram R, Thirunavukkarasu
R,
Balasubramaniam
G,
Palaniappan H. An Unusual Foreign Body in the Nasal Cavity. International Journal of Otolaryngology and Head & Neck Surgery. Department of ENT Thanjavur Medical College. India. 2014 12. Christanto A, Samodra E, Darmawan AB, Primadewi N. Gigi Palsu di Trakea - Laporan Kasus . Cermin Dunia Kedokteran-Kalbemed. Jakarta. 2013 13. Jain A, Shah M, Jain S. Case Reports : Nasal Foreign Body Presenting as Unilateral
Headache.
Indian
Paediatrics.
Department
of
Otorhinolaryngology and Head and Neck Surgery, CU Shah Medical College and Hospital, Surendra Nagar. India. 2011 14. Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 15. Panduan praktis klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. 2014. Benda asing di hidung. Jakata: IDI. 16. Detlef B, Randolf R. The Rhinolith—A Possible Differential Diagnosis of a Unilateral Nasal Obstruction. Hindawi Publishing Coorporation. 2010.
32