Critical Book Review Kepemimpinan (autosaved).docx

  • Uploaded by: Angga Karisto
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Critical Book Review Kepemimpinan (autosaved).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,333
  • Pages: 20
CRITICAL BOOK REVIEW MK. KEPEMIMPINAN PRODI S1 PTE - FT MK

Pemimpin dan Kepemimpinan (Apakah Pemimpin Abnormal itu?) :

(Dr.Kartini Kartono, 2001)

NAMA MAHASISWA : Alvyn Zuhri

(5173331004)

Hendrianto P.Tumangger

(5173331012)

Wan Nur Diana Ningsih

(5173331034)

DOSEN PENGAMPU : Dr. Muhammad Amin, ST., M.Pd MATA KULIAH

: Kepemimpinan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN Bulan November 2017

Kata Pengantar Pertama-tama Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan tagihan pembelajaran Critical Book Review yang berjudul Kepemimpinan dengan pembahasan pokok “Tata Tertib dan Keteraturan Pemimpin Formal dan Informal” dan “Kepemimpinan Demokratis dan Kepemimpinan Abnormal”. Critical Book Review ini disusun dengan harapan dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita serta mampu memberi tanggapan serta kritikan terhadap suatu pembahasan dengan sumber yang berbeda. Penulis menyadari bahwa Critical Book Review yang disusun masih jauh dari kata kesempurnaan. Masih ada terdapat kekurangan dalam menyusun dan menyampaikan materi yang sesuai dengan judul topik. Karena itu Penulis sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna sempurna nya Critical Book Review ini. Akhir kata, Penulis berharap semoga Critical Book Review ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi siapa saja yang memerlukannya dimasa yang akan datang.

Medan, 28 November 2017

Penulis

i

DAFTAR ISI Kata Pengantar ..................................................................................................................... i Daftar Isi ............................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1 A. B. C. D.

Rasionalisasi pentingnya CBR .................................................................................1 Tujuan CBR .............................................................................................................1 Manfaat ....................................................................................................................1 Identitas Buku Utama ..............................................................................................2

BAB II RINGKASAN ISI BUKU .................................................................................3 Tata Tertib dan Keteraturan Pemimpin Formal dan Informal .......................................3 KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS dan KEPEMIMPINAN ABNORMAL ...............7 BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................14 1. Pembahasan Isi Buku .............................................................................................14 2. Kelebihan dan Kekurngan Isi Buku .......................................................................14 BAB IV PENUTUP .....................................................................................................16 Kesimpulan ..................................................................................................................16 Saran ............................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................17

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Review Critical Book Review adalah membandingkan satu buku dengan buku yang lain dengan materi atau pembahasan yang sama. Hal ini bertujuan untuk menilai dan mengkritik keebihan dan kelemahan antara dua buku dan menarik kesimpulan sebagai hasil Critical Book Review. Kemudian setelah kita bisa menemukan beberapa kekurangan tersebut maka dapat memperoleh suatu informasi yang kompeten pada buku tersebut dengan cara menggabungkan beberapa informasi dari buku pembandingnya. Critical book Review melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap pembahasan dari buku pertama dan kedua dan mampu mengulas isi buku pertama dan kedua.

B. Tujuan Penulisan Critical Book Review 1.Memenuhi tagihan tugas dalam mata kuliah kepemimpinan 2.Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan 3.Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mereview sebuah buku 4.Menguatkan daya pemahaman dan pemikiran mahasiswa untuk rajin membaca buku

C. Manfaat Dalam pembuatan Critical Book Review, kegiatan bermanfaat untum menambah wawasan pada mahasiswa yang mengerjakan serta yang membaca hasil CBR tersebut. Di samping itu, CBR juga mampua memberikan pengaruh agar mahasiswa selalu rajin untuk selalu update mengenai informasi yang berbau ilmu pengetahuan khususnya kepemimpinan.

1

D. Identitas Buku Utama

Judul

: Pemimpin dan Kepemimpinan (Apakah Pemimpin Abnormal itu?)

Edisi

: Edisi Kedua

Pengarang

: Dr. Kartini Kartono

Penerbit

: PT Raja Grafindo (Persada)

Kota Terbit

: Jakarta

Tahun Terbit

: 2001

ISBN

: 979-421-153-2

2

BAB II RINGKASAN BUKU “Tata Tertib dan Keteraturan Pemimpin Formal dan Informal” a. Teori dan Teknik Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan cabang dari kelompok ilmu administrasi, khususnya administrasi negara. Dalam kepemimpinan ini terdapat hubungan antara manusia yaitu : hubungan mempengaruhi (dari pemimpin), dan hubungan kepatuhan- ketaatan para pengikut/bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinnya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan pada pemimpin. Kepemimpinan dimasukkan dalam kategori “ilmu terapan” dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip, definisi dan teori-teorinya diharapkan dapat bermanfaat bagi usaha peningkatan taraf hidup manusia. Seperti ilmu-ilmu lain, kepemimpinan sebagai cabang ilmu bertujuan untuk: 1. Memberikan pengertian mengenai kepemimpinan secara luas 2. Menfasirkan dari tingkah laku pemimpin 3. Pendekatan terhadap permasalahan sosial yang dikaitkan dengan fungsi si pemimpin

Teori kepemimpinan teori kepemimpinan adalah: 1. Suatu penggenersasian dari suatu seri fakta mengenai sifat-sifat dasar perilaku pemipin dan konsep –konsep kepemimpinan. 2. Sifat-sifat yang diperlukan oleh seorang pemimpin , tugas –tugas poko dan fungsinya, serta etika profesi yang perlu dipaka oleh pemimin.

Teknik kepemimpinan Teknik kepemimpinan adalah: 1. Kemampuan

dan

keterampilan

teknis

pemimpin

dalam

menerap

teori-teori

kepemimpinan di tengah praktek kehidupan dan dalam organisasi tertentu.

3

2. Melingkupu konsep-konsep pemikirannya,perilaku sehari-hari, serta peralatan yang digunakan. Kepemimpinan sadalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan itu muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis antara pemimpin dan individu yang dipimpin (personal) kepemimpinan ini berfungsi atas dasar:: *Kekuasaan pemimpin untu mengaak mempenagaruhi dan menggerakkan orang-orang lain guru melakukan sesuatu demi mencapai tujuan tertentu.

b. Orde,Organisasi, Administrasi Adminitrasi secara harfiah berasal dari “ad” dan “ministrare”= mengelola, mengurus, memelihara, mengendalikan, memerintah. Organisasi itu dapat disebut debagai: sekulpulan yang tunduk debagai konvensi bersama utuk mengadakan kerja sama dan interaksi guna untuk mencpai tujuan bersama. Dalam kehidupan nyata, kita mengenal aneka macam jenis kepemimpinan,antara lain ialah:  Kepemimpinan formal dan informal  Kepemimpinan di bidang keagamaan , pendidikan , politik, ketentaraan , business, teknik, pemerintahan,dan lain-lainnya.  Kepemimpinan di bidang swasta.

c. Pemimpin Formal dan Informal Pemimin fomal ialah: orang yang oleh organisasi/ lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi. Maka ciri-ciri pemimpin formal antara lain ialah: 1. Berstatus sebagai ppemimpin formal selama masa jabatan tertentu. 2. Harus memenuhi persyaratan formal terlebih dahulu. 3. Ia diberi dukungan oleh organisasi formal untuk menjalankan tugas kewajibannya. 4. Dia mendapatkan balas jasa materiil dan imateriil tertentu. 5. Dia bisa mencapai promosi atau kenaikan pangkat formal dan dapat dimutasikan. 4

6. Apabila dia melakukan kesalahan-kesalahan , dia akan dikenai sanksi dan hukuman. 7. Selama menjabat kepemimpinan, dia diberikan kekuasaan dan wewenang.

Pemimpin informal ialah : seorang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin etap memiliki sejumlah kualitas unggul,dan mampu mempengaruhi kondidi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat. Ciri – ciri pemimin informal antara lain: 1. Tidak memiliki penunjukan formal atau legitimitas sebagai pemimpin. 2. Masyarakat menunjuk dirinya, dan mengakuinya sebagai pemimpin. 3. Dia tidak mendapatkan dukungan /backing dari suatu orgaisasi formal . 4. Biasanya tidak mendapatkan imbalan balas jasa. 5. Tidak dapat dimutasikan Pemimpin formal maupun informal itu dapat menduduki jabatan kepemimpinannya disebabkan oleh faktor-faktor di bawah ini. a. Penunjukan dan penetapan dari atasan b. Karena warisan kedudukan yang berlangsung turun-temurun c. Karena dipiplih oleh pengikut dan para pendukungnya d. Karena pengakuan tidak resmi dari bawahan e. Karena kelebihannya memiliki beberapa kualitas pribadi f. Karena tuntutan situasi, kondisi atau kebutuhan zaman.

d. Pemimpin dan Organisasi Organisasi adalah sistem kegiatan terkoordinasi dari kelompok orang yang bekerja sama mengarah pada tujuan bersama, dibawah kewenangan dan kepemimpinan. Kepemimpinan terutama mempunyai fungsi sebagai: penggerak/ dinamisator dan coordinator dari sumberdaya manusia, sumber daya alam, semua dana, dan sarana yang disiapkan oleh sekumpulan manusia yang berorganisasi.

5

Manajemen menurut R.W Morell dalam bukunya “Management : Ends and Means” menuliskan sebagai berikut : “Manajemen adalah aktivitas dalam organisasi, terdiri dari penentuan tujuan-tujuan (sasaran) suatu organisasi, dan penentuan sarana-sarana untuk mencapai sasaran secara efektif” Administrasi menurut Sondang P. Siagian adalah keseluruhan prose kerjasama antara dua orang manusia atau lebih didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pada umumnya, apabila manajemen berperan atau berfungsi : Merencanakan, mengorganisir, melakukan evaluasi, dan mengontrol segenap aktivitas organisasi serta administrasi. Maka keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang ingin diraih bergantung pada : kepemimpinannya, yaitu apakah kepemimpinan tersebut mampu menggerakkan semua sumber daya manusia, sumber daya alam, sarana, dana, dan waktu secara efektif efisien serta terpadu dalam proses manajemen. Karena itu kepemimpinan merupakan inti dari organisasi, manajemen, dan administrasi.

6

“KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS dan KEPEMIMPINAN ABNORMAL”

A.pemimpin demokratis Pemimpinan demokratis dapat digolongkan dalam : a. pemimpin demokratis tulen b. pemimpin demokratis palsu/pura-pura( pseudo-demokratis) pemimpin demokratis tulen adalah pembimbing yang baik bag kelompknya. Dia menyadari bahwa tugasnya gontanya,dengan menekankan pekerjaan dan tugas dari semua anggotanya, dengan menekan tanggung jawab dan kerja sama yang

baik kepada setiap

anggotanya. Dengan demikian ,organisasi yang dipimpinnya akan terus berjalan lancar sekalipun sia tidak ada di tempat. Sebab otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah , sehingga semua orang merasa pasti dan aman: dan juga merasa senang menunaikan tuas-tugas nya. Sebaliknya pemimpin pseudo-demokratis pasa umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:dia memang berusaha untuk berusaha bersiifat demokratis . akan tertapi karena dia berkarakter lemah,mmerasa selalu bimbang dan tidak mempunyai

pendirian ,maka

penampilannya tidak jauh berbeda dengan di “ baby auto crat”(oktokrat bayi). Pemimpin yang demokratis itu bisas berpungsi sebagi katalisatoryang bisa mempercepat proses-proses secara wajar :dan membantu pencapaian objek yang ingin dicapai dengan cara yang paling sesuai cocok dengan kondisi kelompok tersebut. Pada kepemimpinan yang otoritas , pemimpin memaksakan rencananya tanpa berkonsultan dengan kawan-kawannya,dan tidak perna menjalankan isi sepenuhnya dari rencananya. Timbulnya kemudian rasa agresifitas yang ditunjukan kepada pemimpin : atau diarah ke kawan sekerja yang lemah ( dalam posisi lemah ). Bahkan tidak jarang mereka juga melontarkan agresifitas kepada bendabenda mati :misalnya dengan jalan: 1. merusak barang-barang milik organisasi. 2. mengadakan sabotase. 3. mencuri barang-barang, pesawat-pesawat, onderdil, dan lain-lain.

7

4. munculnya apati total dari bawahan atau anak buah. 5. orang jadi suka membolos , tidak masuk kerja tanpa memukakan alasan yang wajar. 6. orang denagn sengaja datang terlambat ke kantor/dinas. 7. Meninggalkan tugas , desersi 8. Bersikap acuh tak acuh , dan lain-lain

Sebaliknya pemimpin demokratis biasanya dihormati dan dihargai . dia dianggap sebagi symbol kebaikan dan “orang sendiri”, karena ia bersedia berkerja sama dengan semua anggota kelompok. Pada kepemimpinan demokratis, ada ditanamkan disipli oleh kelompok itu sendiri dalam suasana yang demokratis. Sedang pada kepemimpinan yang otokratis , disiplin pada umum nya dipaksa oleh atasan , atas dipaksakan secara eksternal : biasanya disertai ancaman atau sanksi-sanksi tertentu. Kepemimpinan yang demokratis itu dalam situai yang normal , keadaan nya lebih superior dari pada kepemimpina laissez-faire dan otoriter . sebab utamnya ialah: -

Orang yang menghimpun dan memamfaatkan semua informassi dan kearifan dari semua anggota kelompok

-

Orang yang tidak menyandarkan diri pada kepandaian atau kemampuan pribadi pemimpin saja

.

Pada kepemimpinan yang otokratis, pertanggungjawaban sepenuhnya ada pada

pemimpin. Sedang pada kepemimpinan demokratis, pertanggung jawaban ada di tangan seluruh anggota kelompok. Dan pada kepemimpinan laissez- faire, pertanggung jawaban didistribusika kepada setiap anggota sebagai individu yang terpisah-pisah (singular) dengan semboyan “setiap orang boleh berbuat semau sendiri”. Pemimpin yang demokratis itu tidak menganggap diri sendiri sebagai superman dengan kemampuan-kemampuan superior, akan tetapi menganggap diri sendiri sebagai anggota biasa. Dia tidak pernah memberikan perintah tanpa menjelaskan pentingnya masalah, dan selalu menerangkan secara terperinci semua detail pelaksanannya. Juga mendiskusikan semua masalah dengan kelompoknya.

8

Dalam kepemimpinan demokratis ada penekanan pada disiplin-diri, dari kelompok untuk kelompok. Maka delegasi otoritas dalam iklim demokratis itu bukan berarti hilangnya kekuasaan pemimpin, tetapi justru memperkuat posisi pemimpin yang didukung oleh semua anggota. Dan pemimpin bisa mengkristalisasikan pikiran serta aspirasi dari semua anggota kelompok dalam perbuatan nyata. Semua permasalahan dihadapi dan dipecahkan secara bersama-sama. Ia juga mengutamakan kerja kooperatif untuk tujuan : 1. Pemupukan gairah kerja 2. Peningkatan produktivitas 3. Peningkatan moral 4. Usaha perbaikan kondisi sosial pada umumnya.

B. kepemimpinan abnormal Jangan hendaknya kita mengidealisir tokoh pemimpin dengan sebutan-sebutan gagah perwira, bagus, berkepribadian sekokoh banteng, dengan mata magnetis dan suara menggelegar bagaikan guruh di langit, berwibawa, jujur seperti dewa, dan atribut lain-lainnya yang mulukmuluk. Sebab, semua itu adalah “wishful thingking”. Yang paling penting bagi kita adalah : a. Kita memerlukan pemimpin yang baik dan bijaksana penuh rasa kemanusiaan b. Tidak menempatkan individu-individu yang egoistis dan overambisius c. Lebih-lebih lagi tidak mengangkat seorang pemimpin yang tidak mampu mengemban tanggung jawab Sebab, orang yang gila kekuasaan itu adalah orang yang sakit, yang ingin sakit, yang ingin mengkompesasikan sifat-sifat bawaannya yang inferior ke dalam bentuk penguasaan terhadap orang lain. Gila kuasa ini erat kaitannya dengan delinquency/ kejahatan, sebab delinquent itu selalu cenderung memaksakan keinginan sendiri agar semua orang berbuat seperti yang diperintahkannya, tanpa mengindahkan hak-hak dan kebebasan insani orang lain. Efisiensi kepemimpinan itu jangan hanya diukur dengan kriteria materiil-finansiil dan produktifitas yang mengguntungkan organisasi saja ,akan lebih dikaitkan dengan: 9

-

Tujuan human/manusiawi apa,serta

-

Ongkos materiil dan ongkos immaterial seberapa besar yang

-

Sudah dikeluarkan oleh organisasi atau lembaga

Betatapun juga pandai dan efisiennya seorang pemimpin dalam satu bidang teknid, bila dia tidak memiliki keterampilan sosial utuk menjalin komunikasi human dengan bawahan dan bawahan dan anggota kelompoknya ,pastikan orang sedemikian itu bisa membahayakan kehidupan lembaga atau organisasinya ,sebab ,diapasti akan: 1. Merusak iklim psikis yang baik. 2. Menurunkan produktifitas dan kegairahan kerja 3. Mmenambah frustasi para anggota 4. Memperbanyak penderita lahir-batin 5. Menimbulkan penderita-penderita neurosa di kalangan pengikutnya 6. Menambah agresivitas anak buahnya 7. Menimbulkan banyak konflik terbuka dan tertutup 8. Menyebabkan banyak keresahan sosial Selanjutnya ,etik pemimpin yang tidak dapat diingkari itu ialah : 1. Ia bertugas untuk memimpin ,mengantur, mengelola, memanage dengan rasa tanggung jawab 2. Mengarahkan kelompok atau lembaga yang dipimpinnya kepada tujuan ekonomi dan tujuan sosial/kesejahteraan, dan mengarah pada peningkatan martabat manusia. Ada pemimpin-pemimpin agama yang selalu didera oleh obsesi dan emosi dosa-dosa dan tokoh-tokoh politik yang dihinggapi delusi maha-kuasa. Juga ditaktor-ditaktor militer yang menderita mania perang dan berkelahi, yang mengkompensisasikan inferioritasnya dengan nafsu terus-menerus menambah kemenangan, kekuasaan dan kekayaan. Juga ada kapten-kapten industry kaya raya dan “maha kuasa” serta sukses secar materiil, namun pada dasarnya mereka adlaah orang-orang ekstrentik dan tipis rasa kemanusiannya., maha pelit dan terus saja bernafsu menambah kekayaannya. Abnormalitas pada karakter mereka itu pada hakekatnya bukanlah merupakan “ bayangan gelap” badi dirinya danbagi para pengikutnya. Bahkan sebaliknya justru bisa merupakan keuntungan, sepnajng abnormalitas tersebut sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi sesaat. 10

Sukarno yang seringkali dihinggapi delusion of grandeour (delusi kebesaran) dan tidak tahan terhadap wajah cantik jelita dara remaja dan wanita-wanita ayu, justru tercatat sebagai tokoh pemimpin populistis yang sukses dan menjadi pahlawan bangsa Indonesia. Sebabnya ialah segi-segi keabnormalan, baik yang positif maupun yang negative itu justru tepat dan dibutuhkan oleh situasi dan zamannya. Contoh yang tepat dari pemimpin abnormal adalah Hitler, yang menderita kegilaan paranoia. Secara tepat dia merefleksikan aspirasi dan perasaan orang-orang Jerman yang ingin bangkit kembali sesudah kekalahan perang dunia ke I sebagai satu super-natio, yang kemudian membawa jerman kepada kehancuran serta menyebar malapetaka yang tidak terperikan besarnya di kalangan bangsa-bangsa yang tengah berperang. Ada pula pemimpin symbol. Kedudukannya sebagai kepala, direktur atau ketua dewa diperolehnya melalui sistem nepotisme, penyogokan, penyuapan atau membeli.Dia tidak memiliki keterampilan teknis, dan sebagian besar daari waktunya di kantor dihabiskan untuk menemeani tamu-tamu “kanca-kanca: dewe”, berbincang-bincang mengenai politik dan makanmakan enak dengan kawan-kawan sekelompok/ingroup dalam suasana meriah. Tugas-tugas yang harus dilaksanakan sebenarnya ada di luar kemampuannya. Semua tanggung jawab dan pekerjaan yang rumit-rumit diserahkan pada bawahan. Jawaban atau organisasi yang dibawahinya berjalan tanpa control dan tanpa koordinasi sehingga pada hakekatnya kacau-balau, mirip sebuah ular tanpa kepala. Sehubungan dengan hal ini, efisiensi kepemimpinan itu jangan hanya diukur dengan kriteria suskes materiil dengan finasiil belaka, akan tetapi hendaknya lebih menekankan masalah kemanusiaan, ongkos materiil serta ongkos immaterial seberapa besar yang harus dikeluarkan sebagai akibat dari ulah pemimpin tersebut. Betapapun efisisen dan terampilannya secara teknis pemimpin, bila ia tidak memiliki keterampilan sosial untuk menjalin komuniaksi huma dengan bawahan, dan tidak mampu memahami nilai-nilai manusiawi, pasti dia merupakan “noirebete” (binatang hitam) yang berbahaya , dan pasti akan mengancam kesejahteraan orang banyak. Selanjutnya, pemimpin abnormal dan tidak efektif namun tetap terus bertahan diri ataupun dipertahankan itu secara langsung mengakibatkan banyak kesengsaraan batin, penyakit/gangguan metal neurosa, dan penyakit jasmaniah yang disebut psikosomatisme. Para pemimpin, manajer, supervisor dan para pelaksana eksekutif yang neurotis- psikomatis dengan 11

macam-macam perilakunya yang “aneh” itu pasti menyebarkan dan menularkan penyakitnya di lingkungan bawahan, sama ganasnya dengan penyebaran penyakit cacar, kolera dan demam berdarah. Dalam masyaraka modern kita ini banyak sekali penyakit pembawa mental – antara lain yang berpredikat: arrogant/sombong, munafik, gila kuasa, haus kekayaan, korupt, dll- yang menularkan penyakitnya kepada lingkungan sekitarnya. Pemimpin-pemimpin yang seraka, yang Cuma memikirkan penambahan uang dan kekayaan, yang sangat ambisius damn selalu mengejar popularitas sendiri, pemimpina yang haus kuasa dan di derah oleh obsi untuk menguasai orang lain, semua itu adalah orang-orang yang tidak sehat mentalnya; yaitu peribadi yang sakit secara sosial. Dan jumlah pemimpin semacam ini dalam masyarakat industry dan modern sekarang jumlah nya terus meningkat dengan percepatan tinggi. Jelaslah, bahwa pemimpin-pemimpin yang sakit tadi adalah repleksi dari masyarakat yang sakit; untuk seterusnya menyebarkan penyakitnya dikalangan masyarakat luas. Sebenarnyalah, bahwa kekurangan yang paling utama dalam iklim demokratis yang memberikan kebebasan pada sistem laissez-faire ialah sebagai berikut: 1. Iklim sedemikian ini memberikan banyak kesempatan kepada orang –orang yang belum tentu mempuyai kualitas paling baik untuk memanjat keatas, dan menduduki fungsi yang paling puncak; biasanya dengan cara yang licik. 2. Dalam sistem sosial dimana kekuasaan itu terbuka untuk semua orang, maka pos-pos yang mendukung kekuasaan itu pasa umumnya diduduki oleh individu-individu yang over ambisius dan haus kuasa. Yaitu orng –orang yang berbeda dengan orang biasa/normal dalam selera dan kesukaan mereka untuk terus-menerus dengan gigih mau berkuasa.

12

Maka jalan terbaik utuk mendisiplinkan bahwahan dan rakyat itu adalah sebagai beriku; 1. Para pemimpin harus memberikan kecintaan, pengorbanan, teladan kejujuran, dan keserderhanaan; sesuai lahir dengan batinnya, sesuai ucapan dengan tingkah lakunya; mau bekerja keras untuk kesejahteraan bangsa/umum dan bukan untuk memakmuran sendiri saja. 2. Memberikan kesempata kepada anak buah dan rakyat untuk memperoleh pengalamanpengalaman yang demokratis dalam lingkungan hidup dan pekerjaan sehari-hari, dengan jalan membisakan mereka pada tata cara yang bertanggung jawab 3. Menginsafkan setiiap orang akan pentngnya tugas masing-masing sehingga semuanya dapat di selesaikan dengan tertib dan disiplin. 4. Rakyat banyak itu harus diberi kesempatan belajar bertanggung jawan secara moril/ susila, demi kesejahteraan besama; dan belajar berpartisipasi aktif dengan kesadaran dan disiplin diri yang tinggi. Jika kepada rakyat tidak perna diberikan pendidikan dan kesempatan belajar sedemikian itu , untuk selama-lamanya mereka akan mirip dengan mesin-mesin otomat atau robot-robot yang sering mogok dan rewel.

13

BAB III PEMBAHASAN A. Pembahasan Isi Buku Pada buku yang ditulis oleh Dr. Kartini Kartono, penulis memaparkan tata tertib dan keteraturan pemimpin formal dan informal. Dimana bab tersebut memiliki rincian materi  Teori dan Teknik Kepemimpinan  Orde, Organsasi dan Administrasi  Pemimpin formal dan Informal  Pemimpin dan Organisasi Pada buku diktat mata Kuliah Kepemimpinan, penulis membeda-bedakan rincian materi tersebut menjadi judul pokok yang besar dan dijelaskan secara terperinci dan lebih dalam lagi. Pada buku yang ditulis Dr. Kartini Kartono, penulis memaparkan bab mengenai Kepemimpinan Demokratis dan kepemimpinan Abnormal. Pada buku tersebut dijelaskan dengan rincian materi  Pemimpin Demokratis  Kepemimpinan Abnormal Sedangkan pada buku diktat mata Kuliah Kepemimpinan, penulis hanya memaparkan konsep dan simulasi scenario mengenai kepemimpinan Demokratis. Tidak dijelaskan bagaimana bentuk Kepemimpinan Abnormal itu seperti apa.

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku KELEBIHAN : A. Dari segi tata bahasa mudah dipahami, mudah dimengerti sesuai dengan pikiran B. Dari segi materi yang disampaikan cukup sesuai, disertai dasar-dasar berupa pengertian dan teori-teori tersebut C. Adanya Kata pengantar tiap per bab dapat memberikan sedikit gambaran mengenai bab yang akan dijelaskan D. Kumpulan Soal dan Pertanyaan dapat juga sebagai bentuk latihan bagi pembaca untuk mengukur daya ingatnya tersebut. 14

KEKURANGAN : A. Materi yang disampaikan cukup jelas, namun hanya berupa dasar-dasar saja B. Lebih banyak penjelasan contoh daripada penjelasan teori dan materi C. Kata pengantar memang layak sebagai pemberian gambaran, namun kadang beberapa pembaca juga melewatkan hal itu sehingga kata pengantar terkesan membuang-buang kertas saja

15

BAB IV PENUTUP KESIMPULAN Tata tertib, keteraturan dan kerjasama kooperatif itu penting bagi peradaban dan bagi usaha mempertahankan hidup bersama. Tanpa semua itu dunia merupakan khaos masa, dan menjadi musibah bagi manusia. Salah satu cara untuk mememlihara-mengurus-mengendalikan dunia sekitar, demi kesejahteraan bersama ialah dengan administrasi. Karena itu manusia disebut sebagai homo administrasikus atau the organization man. Semua pengaturan, tata tertib dan administrasi itu harus dikendalikan oleh pemimpin dengan kepemimpinannya. Pemimpin demokratis tulen itu merupakan pembimbing yang baik juga penuntun yang efisien bagi kelompoknya. Maka organisasi atau lembaga itu bukanlah masalah “pribadi individual” pemimpin, akan tetapi kekuatan organisasi tersebut justru terletak pada pastisipasi aktif dari setiap anggotanya. Maka tugas pemimpin demokratis yang pokok ialah: mendinimasir dan mengkoordinir kegiatan-kegiatan bawahannya.

SARAN Sebaiknya, buku juga dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa pendidikn karena selain mengajarkan kepemimpinan berserta peraturannya, dibuku tersebut juga diajarkan bagi para-para pemimpin yang bersikap abnormal ataupun tidak wajar serta dapat diakui oleh seluruh bawahan ataupun anggotanya.

16

DAFTAR PUSTAKA

Kartono,Kartini.2001. Pemimpin dan Kepemimpinan (Apakah Pemimpin Abnormal itu?).PT Raja Grafindo: Jakarta

Unimed.2017.kepemimpinan(leadership.medan.universitas negri medan)

17

Related Documents


More Documents from ""