Cover Pa Bagus Tugas.docx

  • Uploaded by: Reza Apriandi
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cover Pa Bagus Tugas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,677
  • Pages: 13
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh sebagian besar masyarakat di dunia. Penyakit ini dapat datang secara tiba-tiba dan dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia maupun status ekonomi. Menurut WHO tahun 2014, stroke menjadi pembunuh nomor tiga di dunia setelah penyakit jantung dan kanker. Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, 1/3 meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen (Stroke Forum, 2015). Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir 85% orang yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila menyadari dan mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini. Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030 (Yastroki, 2012). Berdasarkan laporan kementrian kesehatan RI tahun 2014 jumlah pasien stroke di Indonesia yang terdiagnosis tenaga kesehatan diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%) dan prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki sebanyak 7,1% dan perempuan sebanyak 6,8% (Riskesdas, 2013). Prevalansi stroke di Kalimantan Selatan merupakan yang tertinggi di antara provinsi lain di pulau Kalimantan yaitu sebesar 9,2 permil, sedangkan provinsi Kalimantan Barat yaitu 5,8 per mil, Kalimantan Tengah 6,2 per mil, Kalimantan Timur 7,7 per mil. (Riskesdas, 2013). Berdasarkan rekam medik RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2015 jumlah kunjungan stroke sebanyak 1.258 kasus, dan pada tahun 2016 sebanyak 1.683 kasus Sedangkan jumlah kunjungan di ruang poli saraf pada bulan Agustus, September dan Oktober 2017 sebanyak 107 kasus. Stroke merupakan kegawatan neurologi yang serius menduduki peringkat tinggi sebagai penyebab kematian. WHO mendefinisikan stroke merupakan suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa

adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler menurut Kabi G.Y.C.R, Tumewag R, Kembuan M.A.H.N (2015). Menurut Dourman, Karel (2013) Setelah stroke, sel otak mati dan hematom yang terbentuk akan diserap kembali secara bertahap. Proses alami ini selesai dalam waktu 3 bulan.. Dampak stroke sekitar 80% terjadi penurunan parsial/total gerakan lengan dan tungkai, 80-90% bermasalah dalam berpikir dan mengingat, 70% menderita depresi, 30% mengalami kesulitan bicara, menelan, membedakan kanan dan kiri. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga menurut Dourman, Karel (2013). Karena pasien dengan pasca stroke sebagian besar mengalami kelemahan pada motoriknya menyebabkan mereka mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan perawatan diri, sehingga mereka akan memerlukan bantuan dari keluarga ataupun orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Data WHO 2016 diperkirakan 17,5 juta orang meninggal karena cardiovascular disease (CVDs) pada tahun 2012 mewakili 31 % dari seluruh kematian global, diperkirakan 7,4 juta adalah karena penyakit jantung koroner dan 6,7 juta karena stroke.. Berdasarkan laporan kementerian kesehatan RI tahun 2014 jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang atau (7,0%) sedangkan penderita penyakit stroke di provinsi Jawa Timur berdasarkan diagnosis Nakes sebanyak 190.449 orang atau (6,6%) menurut Kemenkes RI (2014) dalam Zuhrotul, Haidah (2014). Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf local dan global, muncul mendadak, progresif, dan cepat (kemenkes, 2013). Gejala yang paling umum dari stroke adalah kelemahan mendadak atau mati rasa pada wajah, lengan atau kaki, paling sering pada satu sisi tubuh. Gejala lain termasuk : kebingungan, kesulitan bicara atau memahami pembicaraan, kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata, kesulitan berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan atau kordinasi, sakit kepala parah dengan tidak di ketahui penyebabnya, pingsan atau tidak sadarakan diri. Efek dari stroke tergantung pada bagian mana otak yang terluka dan tingkat keparahanya, Stroke yang sangat parah dapat menyebabkan kematian mendadak (WHO, 2015).

Serangan stroke yang dialami dapat membawa kelainan neurologis seperti berkurangnya kemampuan motorik anggota tubuh dan otot, kognitif, visual dan koordinasi secara signifikan. Penderita stroke menjadi bergantung pada bantuan orang lain dalam menjalankan aktivitas kehidupannya sehari-hari seperti makan dan minum, mandi, berpakaian dan sebagainya. Kemandirian dan mobilitas seseorang yang menderita stroke menjadi berkurang atau bahkan hilang (Wirawan, 2009) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas bagaimana oarng bisa terkena stroke dan apa saja klasifikasi orang terkena stroke serta penangannya seperti apa pada pasien Stroke. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Makalah ini bertujuan untuk mengetahui penyakit Stroke dan mengeidentifikasi penyakitnya. 2. Tujuan Khusus Beberapa tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini yaitu: a.

Mengidentifikasi pasien Stroke

b.

Mengetahui mengapa pasien bisa terjadi Stroke

BAB II

Tinjauan Teori

stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma)(Lynda Juall Carpenito, 1995).

Menurut WHO. (1989) Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu.Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan deficit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak (Nurarif, 2013).

EMBOLI SEREBRAL Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli : a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD) b. Myokard infark c. Fibrilasi Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil. d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalangumpalan pada endocardium.

A. FAKTOR RESIKO Faktor-faktor resiko stroke dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Akibat adanya kerusakan pada arteri, yaitu usia, hipertensi dan DM. 2. Penyebab timbulnya thrombosis, polisitemia. 3. Penyebab emboli MCI Kelainan katup, irama jantung tidak teratur atau jenis penyakit jantung lainnya. 4. Penyebab haemorhagic

Tekanan darah terlalu tinggi, aneurisma pada arteri dan penurunan faktor pembekuan darah (leukemia, pengobatan dengan anti koagulan ). 5. Bukti-bukti yang menyatakan telah terjadi kerusakan pembuluh darah arteri sebelumnya : penyakit jantung angina, TIA., suplai darah menurun pada ektremitas. Dari hasil data penelitian di Oxford, Inggris bahwa penduduk yang mengalami stroke disebabkan kondisi-kondisi sebagai berikut : 1. Tekanan darah tinggi tetapi tidak diketahui 50-60% 2. Iskemik Heart Attack 30% 3. TIA 24% 4. Penyakit arteri lain 23% 5. Heart Beat tidak teratur 14% 6. DM 9% Kemudian ada yang menunjukan bahwa yang selama ini dianggap berperan dalam meningkatkan prevalensi stroke ternyata tidak ditemukan pada penelitian tersebut diantaranya, adalah: 1. Merokok, memang merokok dapat merusak arteri tetapi tidak ada bukti kaitan antara keduanya itu. 2. Latihan, orang mengatakan bahwa latihan dapat mengurangi resiko terjadinya stroke. Namun dalam penelitian tersebut tidak ada bukti yang menyatakan hal tersebut berkaitan secara langsung. Walaupun memang latihan yang terlalu berat dapat menimbulkan MCI. 3. Seks dan seksual intercouse, pria dan wanita mempunyai resiko yang sama terkena serangan stroke tetapi untuk MCI jelas pria lebih banyak daripada wanita. 4. Obesitas. Dinyatakan kegemukan menimbulkan resiko yang lebih besar, namun tidak ada bukti secara medis yang menyatakan hal ini. 5. Riwayat keluarga.

B. KLASIFIKASI:

Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu : a. Stroke Haemorhagi Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. b. Stroke Non Haemorhagic Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder . Kesadaran umummnya baik. 1. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya: a. TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam. b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari. c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.

C. PATOFISIOLOGI

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan ; 1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan. 2. Edema dan kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan, CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest.

D. PENATALAKSANAAN STROKE :

Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut : 1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan : a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lender yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan. b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi. 2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung. 3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter. 4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

E. PENGOBATAN PADA PASIEN STROKE 1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara percobaan, tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan. 2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial. 3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.

F. PENGOBATAN PEMBEDAHAN Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral : 1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis , yaitu dengan membuka arteri karotis di leher. 2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA. 3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut 4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

G. KOMPLIKASI

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan: 1. Berhubungan dengan immobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis. 2. Berhubungan dengan paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh 3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsi dan sakit kepala. 4. Hidrocephalus

BAB III

Pembahasan A. Stroke Stroke merupakan keadaan darurat medis dan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat. Terjadi bila pembuluh darah di otak pecah, atau yang lebih umum, ketika terjadi penyumbatan pembuluh darah. Tanpa pengobatan, sel-sel di otak segera mulai mati. Hasilnya bisa cacat serius atau kematian. Jika orang yang dicintai memiliki gejala stroke, harus dicari pertolongan medis secepatnya. B. Gejala Stroke Tanda-tanda dari stroke antara lain: 1. Tiba-tiba mati rasa atau tubuh lemas, terutama di satu sisi. 2. Tiba-tiba ada perubahan sudut pandang dalam mata satu atau keduanya. 3. Mendadak, sakit kepala parah tanpa diketahui penyebabnya. 4. Tiba-tiba ada masalah dengan pusing, cara berjalan, atau keseimbangan badan. 5. Tiba-tiba kebingungan, kesulitan berbicara atau memahami orang lain. C. Penyebab Stroke 1. Hipertensi 2. Kolesterol tinggi 3. Obesitas 4. Diabetes Stroke: Waktu = Kerusakan Otak Setiap detik berharga ketika mencari pengobatan untuk stroke. Ketika kekurangan oksigen, sel-sel otak mulai mati dalam hitungan menit. Ada obat penghilang penggumpalan darah yang dapat membatasi kerusakan otak, tetapi obat itu harus digunakan dalam waktu tiga jam dari gejala awal stroke. Setelah jaringan otak telah mati, bagianbagian tubuh dikendalikan area jaringan otak tersebut tidak akan bekerja dengan baik. Inilah sebabnya mengapa stroke merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang.

Penanganan Stroke Pre-Hospital Uji F.A.S.T. membantu menemukan gejalanya. Kata tersebut adalah singkatan dari: Face (Wajah). Mintalah tersenyum. Apakah salah satu sisi terlihat kendor (terasa berat)? Arms (Tangan). Ketika mengangkat tangan, apakah satu sisi tidak terangkat? Speech (Bicara). Dapatkah orang mengulangi kalimat sederhana? Apakah dia mengalami kesulitan mengeja atau berbicara? Time (Waktu). Waktu adalah penting. Segera hubungi rumah sakit bila ada gejala yang nampak. Segera hubungi bagian UGD rumah sakit bila anda merasakan gejala-gejala diatas.

Penanganan Pasca Stroke Perawatan penderita stroke di rumah oleh keluarga merupakan segala tindakan yang dilakukan keluarga demi mempertahankan kesehatan penderita stroke, seperti membantu aktivitas fisik setelah stroke, menangani kebersihan diri, menangani masalah makan dan minum, kepatuhan program pengobatan di rumah, mengatasi masalah kognitif dan emosional, dan pencegahan cedera/ jatuh. Salah satu dampak yang terjadi pada pasien stroke adalah mengalami kelemahan di salah satu sisi tubuh. Oleh karena itu, pasien stroke memerlukan rehabilitasi yang tepat dan cepat yaitu latihan rentang gerak sendi / latihan ROM. Latihan ROM dilakukan secara aktifpasif. Gerakan Mobilisasi Pasif Latihan ROM adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan peregangan otot, dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Tujuan dari latihan ROM yaitu untuk meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot, mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan, mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi. Manfaat ROM untuk menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan, memperbaiki tonus otot, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mencegah terjadinya kekakuan sendi, memperlancar sirkulasi darah.

BAB IV

Kesimpulan Stroke merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf manusia, yang dapat berakibat pada kelumpuhan sistem-sistem lainnya. Secara umum patologi stroke berlangsung secara progresif dan bertahap, mulai dari gejala stroke ringan hingga dapat menyebabkan kematian. Secara garis besar, stroke dibagi menjadi stroke iskemik (karena penyumbatan pembuluh darah) dan stroke hemoragik (karena pecahnya pembuluh darah) yang memiliki gejala bervariasi sesuai daerah yang terserang. Stroke memiliki beberapa faktor resiko yang dapat mendukung perkembangan stroke yang terdiri dari dua jenis faktor, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi (usia, jenis kelamin, herediter, dan ras) dan yang dapat dimodifikasi (berbagai penyakit degeneratif dan gaya hidup). Pencegahan penyakit stroke dapat dilakukan dengan meminimalisir faktor resiko yang dapat dimodifikasi tersebut, seperti mengatur pola hidup dan mengkonsumsi makanan yang disesuaikan dengan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi. Saran Gejala stroke umumnya sulit untuk dibedakan dengan gejala penyakit lainnya apabila masih belum mencapai stadium lanjut. Oleh karena itu pencegahan primer sangat disarankan karena setelah mengalami stroke, seseorang sulit untuk dapat pulih total, apalagi pada usia lanjut. Salah satu cara pencegahan primer yang paling disarankan yaitu konsumsi buahbuahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak serta mengurangi konsumsi lemak jenuh dan beraktivitas fisik secara rutin.

DAFTAR PUSTAKA

Kabi G.Y.C.R, Tumewah R, Kembuan M.A.H.N. (2015). Gambaran Faktor Resiko Pada Penderita Stroke Iskemik yang Dirawat Inap Neurologi RSUP Prof. Dr.R.D.Kndau Manado Periode Juli 2012-Juni 2013.Jurnsl e- Clinic(eCl) Vol 3, No 1. Latifah, M. (2016). Hubungan Self Efficacy dengan Perilaku Self Care Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Ongkologi Surabaya. Surabaya, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Mendrofa, Fery Agusman. (2015). Independency Models of Nursing Self-Care for Ischemic Stroke Patient. International Journal of Public Health Science (IJPHS) Vol 4, No 2: June 2015 page. 88- 93: Institute of Advanced Engineering and Science. Nur Aini Andarwati. (2013). Pengaruh Latihan Rom Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Narakusuma Wirawan. (2013). Manajemen Prehospital Pada Stroke Akut. Bagian Neurologi RSUP Sangalah Denpasar Bali

Rosjidi, Cholik Harun & Saiful Nurhidayat. (2014). Buku Ajar Peningkatan Tekanan Intrakranial & Gangguan Peredaran Darah Otak. Yogyakarta, Gosyen Publishing

Related Documents

Cover Pa Putih.docx
May 2020 0
Nasab2 Bagus
April 2020 14
Transllite Bagus
May 2020 10
Buku Bagus
November 2019 15

More Documents from ""