Corpus Alienum Pada Kornea.docx

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Corpus Alienum Pada Kornea.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,971
  • Pages: 27
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

REFERAT JULI 2018

OD CORPUS ALIENUM KORNEA

OLEH

Nama

: Sigit Nugroho Wicaksono

NIM

: N 111 16 002

Pembimbing Klinik

: dr. Dachruddin Ngatimin, Sp.M., M.Kes

DISUSUN DALAM RANGKA UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK DI BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2018

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama

: Sigit Nugroho Wicaksono

NIM

: N 111 16 002

Judul Referat : OD Corpus Alienum Kornea

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako.

Pembimbing Klinik

Dokter Muda

dr. Dachruddin Ngatimin, Sp.M.,M.Kes

Sigit Nugroho Wicaksono

ii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB I – PENDAHULUAN ................................................................................ 1 BAB II – TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 2 A. Defisini .................................................................................................... 2 B. Anatomi Kornea ...................................................................................... 2 C. Epidemiologi ........................................................................................... 4 D. Etiologi .................................................................................................... 4 E. Patofisiologi ............................................................................................ 5 F. Prinsip Diagnostik ................................................................................... 5 G. Klasifikasi Diagnostik ............................................................................. 7 H. Penatalaksanaan ...................................................................................... 8 I. Komplikasi ............................................................................................ 13 J. Prognosis ............................................................................................... 13 BAB III – LAPORAN KASUS ........................................................................ 14 BAB IV – PEMBAHASAN .............................................................................. 21 BAB V – KESIMPULAN ................................................................................. 23 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 24

iii

BAB I PENDAHULUAN

Kasus cedera pada mata akibat trauma pada umumnya sering menyebabkan kehilangan fungsi visual. Kelompok dewasa muda-terutama pria merupakan kelompok yang paling mungkin mengalami trauma pada mata. Kecelakaan di Rumah, kekerasan, ledakan aki, cedera yang berhubungan dengan olahraga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-keadaan yang paling sering menyebabkan trauma pada mata. Trauma mata yang berat dapat menyebabkan cedera multiple pada palpebrae, bola mata, dan jaringan lunak orbita.1,2 Salah satu bentuk trauma mata sederhana paling sering terjadi adalah benda asing pada permukaan kornea. Abrasi dan benda asing di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan palpebra digerakkan; defek pada epitel kornea dapat menimbulkan sesnsasi serupa. Adanya pola tanda goresan vertical di kornea mengisyaratkan adanya benda asing terbenam di permukaan konjungtiva tarsalis palpebra superior. Keberadaan benda asing ini harus segera dikeluarkan dari permukaan mata secepat mungkin karena akan menyebabkan komplikasi yang lebih lanjut yang akan memperburuk prognosis pasien.2,3 Oleh karena itu, dianggap perlu untuk dapat mengetahui bagaimana bentuk dari trauma pada mata khususnya terkait adanya benda asing pada permukaan kornea mata.

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Corpus Alienum berasal dari kata Corpus (badan) dan Alienum (Asing) yang berarti suatu Badan/Benda Asing. Corpus alienum pada kornea adalah sebuah objek (metal, kaca, kayu, plastic, pasir dan benda-benda lain) yang tidak berasal dari bagian tubuh itu sendiri (kornea).4 Corpus alienum merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva secara kencang ataupun lambat. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.4,5

Gambar 1. Corpus Alienum (Tungau) pada Konjungtiva Tarsal5

B. Anatomi Kornea Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus sclearis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 um di pusatnya

2

(terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai 5 lapisan yang berbeda-beda, antara lain: 1. Lapisan Epitel : berlaku sebagai barrier terhadap air, bakteri dan mikroba. Menyediakan permukaan optic yang lembut sebagai bagian internal dari Film Air mata – kornea yang juga berkontribusi terhadap kemampuan refraksi mata. Serta fungsi imunologis (Langerhans cell). 2. Lapisan Bowman : membantu mempertahankan bentuk dari kornea. 3. Lapisan Stroma : berfungsi sebagai sumber kekuatan mekanik kornea, memberikan kesan transparansi pada kornea dan sebagai lensa refraksi utama pada kornea. 4. Membran Descemet : berfungsi sebagai pondasi lapisan pada sel sel endothelial. 5. Lapisan Endotel : menjaga deturgesensi stroma kornea, endotel kornea cukup rentan terhadap trauma dan kehilangan sel-selnya seiring dengan penuaan. Reparasi endotel terjadi hanya dalam wujud pembesaran dan pergeseran sel-sel dengan sedikit pembelahan sel. Kegagalan pada fungsi endotel akan menyebabkan edema kornea.2,6

Gambar 2. Struktur Lapisan Kornea6

Fungsi penting dari kornea pada mata termasuk sebagai fungsi proteksi terhadap struktur internal mata, berkontribusi terhadap kekuatan refraksi mata, dan memfokuskan cahaya kepada retina dengan pecahan dan

3

degradasi optic yang minimal. Kornea dan sklera bergabung sebagai kesatuan pelindung isi dari bola mata bersamaan dengan film air mata.6

C. Epidemiologi 1. Frekuensi Corpus Alienum pada mata adalah salah satu kasus tersering penyebab pasien mengunjungi bagian kegawatdaruratan oftamologik. Terkadang, benda asing tersebut tidak langsung tampak pada saat dilakukan pemeriksaan pada saat itu, adanya residu abrasi kornea akibat dari benda asing dapat menyebabkan sensasi nyeri atau kesan mengganjal. Kejadian corpus alienum pada permukaan kornea jauh lebih sering ditemukan dibandingkan dengan corpus alienum yang menancap dalam ke bagian kornea. Adanya kemungkinan dari corpus alienum intraocular tetap dapat dipertimbangkan pada pasien dengan adanya riwayat trauma. Pada data epidemiologis secara Internasional tidak ditemukan adanya perbedaan frekuensi kejadian yang signifikan terkait insidensi corpus alienum pada kornea.3 2. Jenis Kelamin Serupa dengan kasus-kasus trauma pada umumnya, insidensi kejadian corpus alienum pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Pada sebuah data penelitian retrospektif menunjukkan presentasi kasus pada laki-laki adalah 95%.7 3. Usia Serupa dengan kasus-kasus trauma pada umumnya, insidensi kejadian corpus alienum menduduki puncak tertinggi pada usia dekade ke2 dan <40 Tahun.3,7

D. Etiology Benda asing superfisial pada konjungtiva adalah hal yang umum, seperti partikel-partikel kecil dari debu, metal ataupun sayap serangga. Jenis benda asing ini dibagi kedalam 3 tipe, antara lain: (1) Metalik. (2) pecahan

4

Non-organik seperti kaca dan (3) Organik seperti kayu, serangga. Beberapa benda asing seperti metalik dapat bertahan beberapa lama tanpa menyebabkan masalah. Namun benda asing Organik seperti kayu umumnya akan menyebabkan komplikasi lebih lanjut. Namun semua kembali lagi kepada sifat dan bentuk dari setiap objeknya.8

E. Patofisiologi Secara umum benda asing pada kornea termasuk dalam kategori trauma minor ocular. Partikel yang bersifat kecil dapat tertanam kedalam epitelium atau stroma dari kornea, khususnya pada kasus-kasus yang berhubungan dengan kekuatan yang tinggi saat benda mengenai mata. Benda asing ini dapat mencetuskan sebuah kaskade inflamasi, yang menghasilkan terjadinya dilatasi dari pembuluh darah sekitar dan dapat diikuti dengan edema pada palpebra, konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dapat terlibat dalam proses ini, menghasilkan reaksi pada Bilik Mata Depan (BMD) atau infiltrasi kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing tersebut dapat menyebabkan infeksi dan/atau nekrosis jaringan.3

F. Prinsip Diagnostik Secara garis besar, penegakan diagnostic dari kasus corpus alienum pada mata dapat ditegakkan hanya dengan berlandaskan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik saja. Adapun beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada kasus-kasus dengan corpus alienum antara lain : 1. Anamnesis Penggalian informasi aktifitas keseharian dari pasien dan lingkungan sekitarnya cukup penting. Waktu dan tempat kejadian, termasuk dengan bagaimana mekanisme kejadian juga penting untuk ditanyakan. Contohnya, pada pasien yang bekerja menggunakan mesin gurinda berkecepatan tinggi beresiko besar untuk memiliki corpus alienum intraocular. Pasien dengan corpus alienum pada mata umumnya akan datang dengan keluhan:3

5

a. Nyeri (umumnya mereda bila diberikan anastetik topical) b. Sensasi mengganjal (umumnya mereda bila diberikan anastetik topical dan memberat bila menutup mata) c. Fotofobia d. Mata berair e. Mata merah

2. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik, secara umum dapat ditemukan antara lain:3 a. Penurunan Visus atau Normal b. Injeksi Konjungtival c. Injeksi siliar, khususnya bila terjadi reaksi pada BMD d. Tampak Benda Asing e. Rust Ring, umumnya jika benda asing metalik yang tertinggal beberapa jam hingga hari.9

Gambar 3. Rust Ring pada Kornea9 f. Edema Kornea g. Abrasi Kornea (Defek epithelial kornea) yang dapat terlihat dengan pemeriksaan fluorescein.9

Gambar 4. Abrasi Kornea9 6

Pada beberapa pasien dapat asimptomatik bila benda asing berada dibawah permukaan konjungtiva atau epitelium. Setelah beberapa hari, epithelium bertumbuh menutupi partikel kecil dari benda asing dan mereduksi

nyeri.

Jika

ditemukan

infiltat

kornea,

maka

dapat

dipertimbangkan telah terjadi suatu infeksi.3

G. Klasifikasi Diagnostik Secara garis besar terdapat 3 tipe benda asing ocular yang dikenal, yakni global, adneksal, dan campuran. Adapun klasifikasinya dijabarkan sebagai berikut:10 1. Global Foreign Body (GFB) a. Intraglobal FB (IGF)  bergantung pada lokasi, dapat berada pada BMD (IGA), iris (IGI), Lensa (IGL), Vitreus (IGV), Choroid (IGC) atau Retina (IGR); b. Extraglobal FB (EFB)  dapat berada pada permukaan dari kornea (EGC) atau pada Sklera (EGS); c. Intramural FB (IMF)  dapat berada dalam Kornea (IMC) atau dalam Sklera (IMS). 2. Adnexal Foreign Body (AFB) a. Pada Palpebra (APF)  dapat berada pada permukaan palpebra (EPF) atau didalam palpebra (IPF); b. Pada Orbita (AOF)  benda asing dapat berada pada muscle cone (ICF) atau diluar dari spasium peripheral (ECF); c. Pada pasase lakrimal (ALF)  dapat berada dalam glandula lakrimalis (ALG), pada saccus lakrimalis (ALS) atau pada canalis nasolacrimalis (ALC). d. Pada Konjungtiva (ACF)  dapat berada pada konjungtiva palpebra (PCF), pada konjungtiva bulbaris (PBC) atau pada Kojungtiva Fornix (FCF).

7

3. Mixed Foreign Body (MFB) a. Mixed global-global (MGG)  melibatkan lebih dari satu bagian dari komponen mata, bias merupakan kombinasi dari kornea, BMD, lensa, vitreous, choroid atau retina. b. Mixed Adnexal-adnexal (MAA)  melibatkan kombinasi lebih dari satu bagian adnexa. c. Mixed Global-Adnexa (MGA)  melibatkan kombinasi dari komponen global dan komponen adnexal. d. Mixed Para-orbital (MPO)  benda asing pada orbita dapat meluas hingga ke cavum nasi, cavitas cranial atau sinus paranasalis.10

H. Penatalaksanaan Tatalaksana utama pada kasus-kasus Corpus Alienum pada mata adalah Tindakan Ekstraksi Corpus Alienum guna mencegah perburukan prognosis dan mengembalikan kualitas hidup pasien. Semua benda asing yang ada pada mata dan mengganggu serta menimbulkan gejala adalah indikasi untuk dilakukannya ekstraksi. Adapun kontraindikasi dilakukannya ekstraksi emergency ini antara lain: 

Hifema



Laserasi pada kornea atau sklera



Anisokor pupil atau bentuk pupul abnormal



BMD yang sangat dalam atau sangat dangkal (setelah dibandingkan)



Adanya penetrasi hingga ke dalam oculi



Pasien yang tidak kooperatif

Pasien-pasien dengan kondisi diatas dapat dipertimbangkan untuk dilakukan perujukan kepada Ophthalmologist untuk mendapat tindakan lanjut.4

1. Prosedur Ekstraksi Corpus Alienum a. Alat dan bahan 1) Anastetik Topikal mata (contoh, propacaine 0,5%) 8

2) Kertas fluorescein 3) Aplikator kapas 4) Cairan irigasi dengan syringe 5) Alat ekstraksi corpus alienum (Eye Spud) 6) Loupes atau Slit Lamp 7) Antibiotik Topikal 8) Penutup Mata b. Posisi Pasien Pastikan pasien berada dalam posisi terfiksasi baik dengan dagu dan dahi bersandar pada slit lamp sehingga pasien tidak dapat menggerakkan kepalanya selama proses ekstraksi berlangsung.

Gambar 5. Posisi Kepala4 Tangan klinisi harus bersandar, baik terhadap wajah pasien atau terhadap alat slit lamp sehingga dapat mencegah klinisi secara tidak sengaja melakukan penetrasi pada kornea pasien. Ketika mengeluarkan benda asing dari mata kiri, tangan diletakkan pada os maksilaris sinistra pasien. Ketika mengeluarkan benda asing pada mata kanan, letakkan tangan pada batang hidung atau aspek infranasal wajah pasien.4 c. Prosedur 1) Jelaskan prosedur dan lakukan informed consent 2) Berikan 2 tetes anastetik topical pada area kerja 3) Basahi kertas fluorescein 4) Berikan fluorescein pada lower eyelid untuk menyebarkan fluorescein pada kornea, kemudian amati kornea dibawah sinar UV 9

untuk melihat benda asing. Catat bila Seidel Sign Negatif. (Seidel sign positif mengindikasikan adanya penetrasi kornea, tampak sebagai “dark waterfall” 5) Inspeksi palpebra inferior dengan pasien melihat keatas dan inspeksi palpebra superior dengan melakukan eversi menggunakan aplikator sambal pasien melihat kebawah. Pastikan bebas dari benda asing 6) Jika benda asing bersifat superfisial, lakukan irigasi mata untuk melembabkan kornea dan melepaskan benda asing dengan menggunakan aplikator kapas yang dibasahi dengan gerakan memutar pelan. Jangan berikan tekanan, karena dapat mendorong benda asing lebih masuk kedalam kornea atau dapat menyebabkan goresan hingga abrasi.

Gambar 6. Ekstraksi Benda Asing4 7) Pada benda asing yang masih menempel pada kornea, dapat digunakan ekstraksi menggunakan eye spud dengan tekhnik gerakan mencungkil halus, saat mendekati objek pastikan bevel eye spud menjauhi kornea untuk meminimalisir perforasi akibat eye spud. 8) Periksa kembali Seidel Sign.4

Pada saat memeriksa keadaan corpus alienum pada kornea, klinisi sebaiknya menilai kedalaman penetrasi benda tersebut terhadap kornea. Jika dicurigai atau terdapat adanya perepanjangan penetrasi hingga ke

10

BMD, maka benda asing tersebut harus diekstraksi pada ruangan operasi dengan pembesaran mikroskopik yang adekuat dan alat dab bahan yang sesuai. Tindakan ekstraksi yang agresif dan terburu-buru dapat menyebabkan kebocoran dari aqueous humor dan kolapnya BMD. Jika terjadi kebocoran tersebut maka akan sulit untuk ditutupi kebocorannya hanya dengan bandage terapeutik, pasien harus segera dilakukan rekonstruksi.11 Pada kasus kasus benda asing yang melibatkan komponen besi dalam beberapa jam dapat menimbulkan rust-ring. Benda ini umumnya dapat dihilangkan dengan menggunakan slit lamp dibawah anastesi topical dan jarum hypodermis. Pada dasarnya benda berbahan metal ini harus dikeluarkan dari kornea karena difatnya yang dapat menghalangi proses

re-epitelisasi

dan

menyebabkan

inflamasi

atau

infeksi

berkepanjangan, meskipun kejadian perforasi kornea dalam proses ekstraksi sangat jarang, namun unsur kehati-hatian harus tetap diperhatikan terlebih apabila benda asing dicurigai telah melekat hingga ke bagian stroma kornea, sebagai pertimbangan pada pasien yang tidak tampak proses inflamasi atau tanda-tanda infeksi dapat terus dilakukan follow up ketat hingga dipastikan bahwa tindakan operatif/terapi definitive tidak lagi diperlukan.11

2. Medikamentosa a. Antibiotik Topikal Umumnya hal ini dipertimbangkan sebagai usaha profilaktif. Namun, tidak ada bukti kuat mengenai efikasi penggunaannya pada kasus benda asing superfisial. Antibiotic yang bersifat ointment dapat berfungsi sebagai lubrikan. Pastikan menggunakan antibiotic golongan fluoroquinolone pada pasien dengan pemakaian lensa kontak, mengingat resiko infeksi pseudomonas yang tinggi. Cairan kortikosteroid tidak direkomendasikan karena dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya superinfeksi dan pelambatan penyebuhan.4

11

b. Analgetik Penggunaan anastetik topical tidak disarankan digunakan untuk pereda nyeri pasca ekstraksi karena memperpanjang masa penyembuhan epitel. Penggunaan obat larutan topical NSAID (cth. Ketorolac) dapat meredakan nyeri dan tidak menghambat proses penyembuhan.4

3. Non-Medikamentosa a. Eye Patching Penggunaan penutup mata masih kontroversial. Studi terbaru menunjukkan bahwa abrasi kornea akibat benda asing menjadi sembuh lebih baik ketika tidak diberikan penutup mata. Mengurangi kejadian pandangan kabur dan bahkan mengurangi nyeri tanpa penggunaan penutup mata. Satu-satunya alas an kuat untuk menggunakan penutup mata adalah untuk melindungi abrasi yang mengenai >50% bagian kornea.4

b. Edukasi Ingatkan pasien mengenai pentingnya menggunakan proteksi mata saat berada pada lingkungan kerja beresiko tinggi, jangan pernah menggosok mata saat bekerja dengan lingkungan kayu atau bahan metal, dan bila mata kembali terkena benda asing jangan menggosok mata dan segera menuju ke fasilitas kesehatan terdekat.3

12

I. Komplikasi Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada kasus corpus alienum pada kornea antara lain: 1. Perforasi kornea 2. Rust-Ring atau incomplete foreign body removal 3. Conjunctivitis 4. Keratitis

J. Prognosis Umumnya kasus-kasus seperti ini memiliki prognosis yang cukup baik dan semakin baik bila ditangani segera. Adapun rust-ring atau jaringan luka yang melibatkan aksis visual dapat mengganggu pandangan. Jika terjadi infeksi, prognosis semakin memburuk. Luka penetrasi oculi dan benda asing intraocular merupakan kategori yang terpisah dan memiliki prognosis yang lebih buruk.3,4

13

BAB III LAPORAN KASUS

A.

B.

IDENTITAS Nama

: Tn. B

Umur

: 44 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Petani

Alamat

: Pembabowo

ANAMNESIS Keluhan Utama : Mata kanan terasa mengganjal Riwayat Penyakit Sekarang : Keluhan dirasakan sejak ± 2 minggu yang lalu. Keluhan diperberat apabila pasien menggerakkan mata (khususnya menutup/membuka mata). Pasien juga mengeluhkan adanya rasa gatal pada mata sebelah kanannya disertai mata yang terus berair. Mata kanan terlihat merah dan sedikit perih, serta pasien mengeluhkan pandangan mata sebelah kanan seperti menurun. Keluhan-keluhan tersebut tidak dirasakan pada mata kiri pasien. Riwayat Penyakit Mata Sebelumnya : Tidak ada Riwayat Penyakit Lain : Tidak ada Riwayat Trauma : Pasien memiliki riwayat mata kirinya terkena serangga-serangga kecil yang terbang saat pasien sedang mengendarai motor sore hari sekitar 2 minggu yang lalu, pasien tidak mengenakan pelindung kaca atau pelindung mata saat berkendara. Pasien sudah pernah mencuci matanya dan menggosokgosok matanya namun keluhan tidak kunjung menghilang.

14

Riwayat Penyakit Mata dalam Keluarga : Tidak ada yang menderita penyakit mata dalam keluarga dan juga tidak ada yang menggunakan kacamata dalam keluarga.

C.

PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis : Keadaan Umum

: Sakit sedang

Kesadaran

: Composmentis

Tanda Vital -

Tekanan Darah

: 130/70 mmHg

-

Nadi

: 82 x/m

-

Pernapasan

: 16 x/m

-

Suhu

: 36,8 0C

Status Oftalmologis Visus - Tajam Penglihatan - Koreksi - Addisi - Distansia Pupil - Kacamata lama

OD

OS

6/30 Tidak diperiksa -

6/8,8 Tidak diperiksa -

Inspeksi: Kedudukan Bola mata: - Eksoftalmus - Endoftalmus - Deviasi - Gerakan Bola mata

Baik ke semua arah

Baik ke semua arah

Hitam Simetris

Hitam Simetris

-

-

Supra Silia - Warna - Letak Palpebra superior dan inferior - Edema

15

-

Nyeri tekan Ektropion Entropion Trikiasis Sikatriks Ptosis

-

-

+ -

-

+ + +

-

+ -

-

System lakrimalis - Punctum

Terbuka

Terbuka

Kornea - Kejernihan - Permukaan - Infiltrate - Ulkus - Arcus senilis - Edema

Jernih Cembung -

Jernih Cembung -

Bilik mata depan - Kedalaman - Kejernihan - Hifema - Hipopion

Normal Jernih -

Normal Jernih -

Konjungtiva tarsal superior dan inferior - Hiperemis - Sikatriks Konjungtiva bulbi - Secret - Injeksi konjuntiva - Injeksi siliar - Injeksi episklera - Hiperemis - Perdarahan subkonjuntiva - Pterygium - Nodul

16

Iris - Warna - Kripte - Sinekia

Coklat kehitaman + -

Coklat Kehitaman + -

Pupil - Letak - Bentuk - Ukuran - RCL - RCTL

Sentral Bulat 2 mm + +

Sentral Bulat 2 mm + +

Lensa - Kejernihan

Jernih

Jernih

Palpasi - Nyeri tekan - Massa tumor - Tensi okuli

+ Normal

Normal

Lapang pandang - Test konfrontasi

Normal

Normal

Tes buta warna

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Oftalmoskopi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Normal Normal Hiperemis (+) Status Lokalis Normal Normal Bulat, Isokor Jernih

Normal Normal Normal Normal Normal Normal Bulat, Isokor Jernih

Slit lamp - Palpebra - Silia - Konjungtiva - Kornea - COA - Iris - Pupil - Lensa

17

Status Lokalis: a) Regio OD Kornea: Tampak corpus alienum (+) pada regio superonasal peripupil arah jam 2 (1 buah) dan Regio inferotemporal peripupil arah jam 7 (1 buah). Corpus Alienum tampak seperti serpihan sayap serangga berukuran kecil dan berwarna hitam.

OD

D.

RESUME Pasien Laki-laki (44 Tahun) dating ke Poliklinik Mata RSUD Anuntaloko dengan keluhan mata kanan terasa mengganjal dirasakan sejak ± 2 minggu yang lalu. Keluhan diperberat apabila pasien menggerakkan mata (khususnya menutup/membuka mata), rasa gatal (+), mata berair (+), Perih (+), mata merah (+) serta penurunan visus (+). Mata kanan pasien Riwayat terkena serangga-serangga kecil saat mengendarai motor tanpa menggunakan pelindung mata sejak 2 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien KU: Sedang, TD = 130/70 mmHg, N = 82 x/m, R = 16 x/m, S = 36,8 C. Pemeriksaan Status Oftalmologis ditemukan OD Injeksi Konjungtiva (+), Injeksi Siliar (+), Konjungtiva Bulbi dan Tarsal Hiperemis (+). Status Lokalis Regio OD Kornea = corpus alienum (+) pada regio superonasal peripupil arah jam 2 (1 buah) dan Regio inferotemporal peripupil arah jam 7 (1 buah). Corpus Alienum tampak seperti serpihan sayap serangga berukuran kecil dan berwarna hitam.

E.

DIAGNOSIS OD Corpus Alineum Kornea

18

F.

PENATALAKSANAAN  Definitif OD Ekstraksi Corpus Alienum  Medikamentosa Antibiotik: Topikal

 Levocin Eye drops 4 x 1 gtt OD

Oral

 Doxycyclin 1 x 100 mg

Analgetik: Oral

 Asam Mefenamat 3 x 500 mg

Anastetik Topikal  Pantocaine 0,5% Eye drops 1 x 1 gtt OD Artificial Tears

1-2 gtt OD / Jam

 Non medikamentosa Memberikan Edukasi : 1. Menjaga higenitas mata. 2. Menggunakan pelindung mata bila berada pada lingkungan beresiko. 3. Hindari kontak mata dengan zat/benda lain selain yang diberikan oleh fasilitas kesehatan.

G.

PROGNOSIS Quo ad vitam

: bonam

Quo ad sanam

: bonam

Quo ad functionam

: bonam

19

H.

DOKUMENTASI

Gambar 7. Sebelum Tindakan OD Ekstraksi Corpus Alienum

Gambar 8. Setelah Tindakan OD Ekstraksi Corpus Alienum

20

BAB IV PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien diidiagnosis dengan OD Corpus Alienum Oculi Kornea, diagnosa ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis terdapat keluhan adanya perasaan seperti mengganjal pada matanya yang dirasakan sejak 2 minggu yang lalu setelah riwayat matanya kontak dengan serangga kecil saat mengendarai motor. Adapun keluhan lain seperti mata berair, mata perih dan mata tampak kemerahan adalah salah satu gejala yang ditimbulkan akibat adanya suatu proses peradangan pada kornea mata yang sebagian diantaranya dapat disebabkan oleh adanya benda asing yang mengganggu epitel permukaan mata.2,5 Benda asing pada kornea secara efektif dapat diidentifikasi dengan menggunakan slit lamp.11 Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya 2 benda asing yang melekat pada permukaan kornea mata kanan pasien, terdapat injeksi siliar dan tampakan hiperemis pada konjungtiva palpebralis OD, ini merupakan salah satu tanda yang muncul sebagai salah satu proses peradangan, sementara pada mata kiri pasien tidak ditemukan kelainan serupa. Maka berdasarkan hal tesebut dapat ditegakkan diagnosis Corpus Alienum mengingat diagnosis ini dapat ditegakkan hanya dengan mengandalkan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja.3,4

Gambar 9. Tampakan OD Corpus Alienum Kornea pada pemeriksaan Slit lamp

Tidak ada terapi medikamentosa kuratif pada kasus ini, tujuan tatalaksana dari Corpus Alienum adalah untuk membebaskan permukaan tubuh dari

21

benda asing ini, sehingga tatalaksana utamanya adalah tindakan Ekstraksi Corpus Alienum yang dapat dilakukan dengan beberapa metode, dimana pada pasien ini ekstraksi menggunakan instrument Eye Spud, dengan pertimbangan benda asing telah berada di kornea pasien selama 2 minggu sehingga kemungkinan telah terjadi pelekatan benda asing dengan permukaan kornea.4

Gambar 10. Corpus Alienum pasca Ekstraksi

Terapi medikamentosa umumnya digunakan pasca tindakan ekstraksi dilakukan. Terapi medikamentosa pilihan adalah Antibiotik topical yang digunakan dengan tujuan profilaktif untuk mencegah teradinya superinfeksi pada pasien, selain itu sifatnya yang melembabkan dapat menunjang proses penyembuhan, terapi obat berikutnya adalah penggunaan analgetik topical untuk meningkatkan kenyamanan pasien dengan mereduksi rasa nyeri pada mata, penggunaan anastetik topical tidak disarankan karena dapat menghambat pertumbuhan epitel.4,8 Prognosis pada pasien masih cukup baik mengingat pada hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya tanda-tanda komplikasi ataupun superinfeksi pasca trauma, diharapkan pasien dapat menjaga hiegenitas matanya dan selalu menggunakan pelindung mata ketika beraktivitas pada lingkungan yang beresiko. Secara umum prognosis pada kasus Corpus Alienum adalah baik bila ditangani dengan cepat dan belum menimbulkan komplikasi pasca trauma.2,3

22

BAB V KESIMPULAN

1. Corpus Alienum berasal dari kata Corpus (badan) dan Alienum (Asing) yang berarti suatu Badan/Benda Asing pada tubuh yang tidak berasal dari bagian tubuh tersebut. 2. Kejadian Corpus Alienum merupakan salah satu kasus traumatology mata yang menjadi keluhan tersering dikeluhkan oleh pasien. 3. Penegakan diagnosis dari Corpus Alienum cukup dengan mengandalkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang adekuat. 4. Komplikasi tersering pada kasus Corpus Alienum pada kornea mata adalah abrasi kornea, superinfeksi hingga benda asing intraocular. 5. Tatalaksana utama dari kasus Corpus Alienum adalah ekstraksi benda asing untuk menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi. 6. Pemberian terapi medikamentosa yang dipertimbangkan pasca ekstraksi benda asing adalah Antibiotik sebagai agen profilaktif infeksi dan analgetik untuk meredakan nyeri pasca tindakan. 7. Prognosis pada kasus ini umumnya adalah baik.

23

DAFTAR PUSTAKA 1. Serdarevic R. “The Ocular Trauma Score ad a Method for the Prognostic Assessmen of Visual Acuity in Patients with Close Eye Injuries”. Acta Inform Med. 2015 Apr; 23(2): 81-85. 2. Riordan-eva P, Witcher JP. Vaughan & Asbury: Oftamologi Umum Edisi 17. Jakarta: EGC; 2009. Pp 372-380. 3. Bashour M. “Corneal Foreign Body”. MedScape. 2016 Mar [Internet]. Cited on Jul 22, 2018. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1195581overview

4. Cao CE. “Corneal Foreign Body Removal”. MedScape. 2015 Apr [Internet]. Cited

on

Jul

22,

2018.

Available

from:

https://emedicine.medscape.com/article/82717-overview#a9 5. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta: BP-FKUI; 2015. Pp. 280 6. Sridhar MS. “Anatomy of Cornea and Ocular Surface”. Indian J Ophthalmol. 2018 Feb; 66(2): 190-194. 7. Chae B, Cohen EJ, Cymerman RM, Park L. “Epidemiology, clinical characteristics and Complications in Ocular Foreign Body Injury”. IOVS Journal. 2014 Apr; 55: 4713 [Internet]. Cited on Jul 22, 2018. Available from: https://iovs.arvojournals.org/article.aspx?articleid=2270253 8. Attada T, Rao VVL. “Conjunctival Foreign Body a Rare Presentation”. Ophthalmology Research: An International Journal. 2015 June; 4(3): 9398. 9. Yan Hua. Mechanical Ocular Trauma: Current Consensus and Controversy. Singapore: Springer; 2017. Pp. 7-8, 53-55, 99. 10. Shukla B. “New Classification of Ocular Foreign Bodies”. Chinese Journal of Traumatology. 2016 Sept; 19(2016): 319-321. 11. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. External Disease and Cornea [Section 8]. Singapore: American Academy of Ophthalmology; 2009. Pp. 403-407.

24

Related Documents