PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA (PTK Di Kelas XI IPA2 SMAN 5 Bandar Lampung TP 2006/2007) Oleh M. Setyarini Jurusan Pendidikan MIPA-FKIP Unila ABSTRAK Berdasarkan hasil diskusi dengan guru bidang studi kimia kelas XI IPA2 SMAN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007 diperoleh informasi bahwa nilai ratarata hasil tes formatif siswa pada pokok bahasan larutan asam basa adalah 59. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru, minat belajar dan aktivitas siswa rendah. Upaya meningkatkannya adalah dengan menerapkan pembelajaran konstruktivisme melalui model cooperative learning tipe STAD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan rata-rata (1) aktivitas siswa; (2) penguasaan konsep siswa; (3) minat siswa terhadap pembelajaran kimia; dan (4) keterampilan siswa bekerja di laboratorium. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus. Data kuantitatif diperoleh melalui tes. Data kualitatif diperoleh melalui observasi dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata (1) aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 8,17%, dari siklus II ke siklus III sebesar 5,21%; (2) penguasaan konsep siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 12,98%, dari siklus II ke siklus III sebesar 7,59%; (3) minat siswa terhadap pembelajaran kimia dari siklus I ke siklus II sebesar 14,4%, dari siklus II ke siklus III sebesar 6,85%; (4) keterampilan siswa bekerja di laboratorium dari siklus I ke siklus II sebesar 17,71%, dari siklus II ke siklus III sebesar 5,7%. Kata Kunci : konstruktivisme, cooperative learning tipe STAD, aktivitas, hasil belajar ABSTRACT
PENDAHULUAN Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi kimia kelas XI IPA 2 SMAN 5 Bandar Lampung semester genap Tahun Pelajaran 2005/2006 diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata hasil tes formatif siswa pada pokok bahasan larutan asam basa yaitu 59. Nilai ini belum memenuhi kriteria Standar Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥ 65. Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 65 atau siswa yang tuntas belajar sebanyak 15 orang (37,5%). Berarti, ketuntasan belajar siswa yang ditetapkan sekolah belum terpenuhi yaitu 100% siswa mendapat nilai ≥ 65. Dalam proses pembelajaran pada materi pokok larutan asam basa selama ini, aktivitas yang dominan dilakukan siswa terbatas pada mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Proses belajar mengajar semacam ini jelas kurang mendorong anak didik untuk berpikir dan ber- aktivitas. Kegiatan pratikum yang dilakukan hanya untuk membuktikan kebenar- an teori yang telah diberikan oleh guru. Kondisi seperti ini tidak mendukung ter- capainya kompetensi dasar yang diharapkan. Kompetensi dasar yang harus dica- pai yaitu siswa dapat menjelaskan teori asam basa menurut Arrhenius, mengklasi- fikasikan berbagai larutan ke dalam larutan asam, basa, dan netral serta menghitung pH dan pOH dan siswa dapat mendeskripsikan teori asam basa menurut Bronsted-Lowry dan Lewis. Berdasarkan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa, maka dalam proses pembelajaran guru seharusnya menampilkan fakta-fakta sehingga siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, konsep larutan asam basa dibangun sendiri oleh siswa. Jadi materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih lama. Hal ini sejalan dengan prinsip konstruktivisme, yang seharusnya pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali melalui keaktifan siswa sendi- ri untuk menalar. Siswa aktif mengkonstruksi terus-menerus sehingga selalu ter- jadi perubahan konsep menuju ke yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah. Guru bertindak membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru dituntut untuk
memilih strategi pembelajaran yang tepat, sesuai, dan efisien untuk merangsang siswa aktif dan kreatif belajar. Guru memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Guru berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kondusif agar siswa merasa senang dan tidak bosan sehingga menambah interaksi dan keikutsertaan siswa dalam belajar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin dan teman-temannya dalam Ibrahim, dkk. (2000), menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan hasil belajar yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Tidak satupun studi yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik-teknik pembel- ajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran individual atau kompetitif. Oleh karena itu, salah satu stra- tegi pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah melalui model cooperative learning tipe STAD (Student Teams Achievment Division). Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menumbuhkan/melatih kerjasama yang baik, berpikir kritis, kemampuan membantu teman dan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep sulit. Dengan adanya poin peningkatan individu dan nilai kelompok, maka siswa akan lebih termotivasi untuk meningkatkan poin peningkatan individunya, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada nilai kelompoknya. Kelompok yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau penghargaan yang lain. Dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan aktivitas, minat, dan penguasaan konsep siswa. Sebagai media untuk mengkonstruksi konsep dan berdiskusi dalam kelompokkelompok belajar pada pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disusun secara konstruktif. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah dalam mengkonstruksi suatu konsep. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan mengadakan penelitian yang berjudul “Pembelajaran Konstruktivisme Melalui Model Cooperative Learning Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Kimia Siswa”. METODE
Penelitian ini dilaksanakan dikelas XI IPA2 SMAN 5 Bandar Lampung semester genap TP 2006/2007 dengan jumlah siswa 40 orang terdiri dari 27 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. Kelas ini dipilih karena hasil belajar pada materi pokok larutan asam basa Tahun Pelajaran 2005-2006 hanya sebesar 59. Nilai ini masih rendah jika dibandingkan dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimum yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Selain itu, kelas ini dipilih karena siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Prosedur Penelitian
HASIL
KESIMPULAN 1. Rata-rata penguasaan konsep siswa pada siklus I sebesar 64,04 dan pada siklus II sebesar 71,64, sedangkan pada siklus III sebesar 77,32. Berarti, dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 11,88% dan dari siklus II ke siklus III meningkat sebesar 7,92%. Indikator kinerja dalam penelitian ini sudah tercapai pada siklus II dan III. 2. Rata-rata minat siswa terhadap pembelajaran kimia pada siklus I sebesar 60,95 dan pada siklus II sebesar 69,72, sedangkan pada siklus III sebesar 74,5. Berarti, dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,39% dan dari siklus II ke siklus III meningkat sebesar 6,85%. Indikator kinerja dalam penelitian ini sudah tercapai pada siklus II dan III. 3. Rata-rata keterampilan siswa bekerja di laboratorium pada siklus I sebesar 63,12 dan pada siklus II sebesar 74,30; sedangkan pada siklus III sebesar 78,54. Berarti, dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 17,71% dan dari siklus II ke siklus III meningkat sebesar 5,7%. Indikator kinerja dalam penelitian ini sudah tercapai pada siklus II dan III. 4. Rata-rata persentase aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 8,17 % yaitu dari 24,66% menjadi 31,84% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 5,21% yaitu dari 31,84% menjadi 37,05%. Indikator kinerja pada penelitian ini sudah tercapai pada siklus II dan III.
DAFTAR RUJUKAN Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. PT Rineka Cipta. Jakarta. Sardiman, A.M. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Anonim.2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta. Anonim. 2005. Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Psikomotor. Universitas Negeri Yogyakarta. Anonim. 2005. Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif. Universitas Negeri Yogyakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta. Jakarta. Hopkins, D. 1993. A Teachers Guide to Classroom Research. Open University Press : Philadelpia. Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universiti Press Surabaya. Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta. Panen, Paulina; Dina Mustafa, dan Mustika Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. PAU-PPAI. Universitas Terbuka. Jakarta Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning: Theory, research, and Practice. Boston: Allyn and Bacon. Sudjana S. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung. Falah Production. Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Usaha Nasional. Surabaya. Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.