Coba Dicek Dulu.docx

  • Uploaded by: Wibi Sinaga
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Coba Dicek Dulu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,917
  • Pages: 66
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hati adalah organ yang paling besar di dalam tubuh kita, warnanya coklat dan beratnya ± 1 ½ kg. Letaknya dibagian atas dalam rongga abdomen di sebelah kanan bawah diafragma. Hati terbagi atas dua lapisan utama : 1. Permukaan atas terbentuk cembung, terletak di bawah diafragma. 2. Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transfersus. Permukaanya diliputi oleh peritoneum viserial, kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum yang merupakan lipatan peritoneum terdapat jaringan penyambung padat yang dinamakan kapsula glisson, yang meliputi permukaan interior membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta, arteri hepatika dan saluran empedu. Sirosis

hepatis

adalah

penyakit

yang

ditandai

oleh

adanya

peradangan difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati (Mansjoer, FKUI,2001).Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas. Pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Smeltzer & Bare, 2001). Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono, 2002). Pada pasien sirosis hepar sering mengeluhkan adanya rasa nyeri sehingga menimbulkan rasa ketidanyamanan, Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran 1

hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Penanganan non farmokologi untuk mengurangi rasa nyeri adalah dengan melakukan relaksasi hand massage. Hand massage diberikan untuk menimbulkan efek yang menyenangkan bagi pasien sirosis hati. Apabila pasien sirosis hati mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, kemudian akan muncul respon relaksasi. Relaksasi juga dapat mengurangi rasa cemas akibat nyeri, sehingga dapat mencegah nyeri bertambah berat. Hand massage dapat menjadi pilihan untuk memberikan sensasi kenyamanan yang dapat meredakan ketegangan dan membuat pasien menjadi rileks akibat nyeri. Cara kerja dari masase ini menyebabkan terjadinya pelepasan endorfin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri (Potter & Perry, 2005). B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan penulisan laporan ini diharapkan penulis mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan sirosis hepar yang mengalami nyeri. 2. Tujuan Khusus Mahasiswa mampu menerapkan atau mengaplikasikan relaksasi hand massage terhadap penurunan skala nyeri pada pasien sirosis hepar.

2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Sirosis hati merupakan tahap ahir proses difus fibrosis hati progresif yang di tandai oleh distorsi arsitektur hati dan pembentukan nodul regeneratif. Gambaran morfologi dari SH meliputi fibrosis difus, nodul regeneratif,

perubahan arsitektur lobular dan pembentukan hubungan

vascular intrahepatik antara pembuluh darah hati aferen (vena porta dan arteri hepatika) dan eferen (vena hepatika). Secara klinis atau fungsional SH di bagi atas : Sirosis hati kompensata dan Sirosis hati dekompensata, di sertai dengan tanda-tanda kegagalan hepatoseluler dan hipertensi portal. (Siti Nurdjanah, 2014) 2. Etiologi Penyebab Srosis Hepatis : Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi ada dua penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan sirosis hepatis adalah: a. Hepatitis virus Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab chirrosis hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka diduga mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi chirrosisi. Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila dibandingkan dengan hepatitis virus A. b. Zat hepatotoksik atau Alkoholisme 3

Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang sering disebutsebut ialah alcohol. Sirosis hepatis oleh karena alkoholisme sangat jarang, namun peminum yang

bertahun-tahun mungkin dapat

mengarah pada kerusakan parenkim hati. 3. Manifestasi klinis Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu: a. Adanya icterus (penguningan) pada penderita chrirosis. Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa ia sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin.Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan penyakit b. Timbulnya asites dan edema pada penderita chirrosis Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus. Edema umumnya timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air. c. Hati yang membesar Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa nyeri bila ditekan. d. Hipertensi portal Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang menetap di atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati.

4

4. Patofisiologi Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati, walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta dengan sentral. Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai macam ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah porta, dan menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada sirosis alkoholik tapi prosesnya lebih lama. Tahap berikutnya terjadi peradangan pada nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrinogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah dari reversible menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa permanen yang aseluler pada daerah porta dan parenkim hati. Gambaran septa ini bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan etiologi hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limposit T dan makrofag menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan nekrosis aktif. Septal aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke parenkim hati.

5

5. Pathway

6. Penatalaksanaan Pengobatan sirosis hepatis pada prinsipnya berupa : a. Simptomatis. 6

b. Supportif, yaitu : 

Istirahat yang cukup.



Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang; Misalnya : cukup kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin.

c. Prinsip diit 

Jumlah sesuai kebutuhan Jadwal diit ketat. Jenis : boleh/tidak dimakan.

d. Latihan Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita sirosis hepatis, adalah : mencegah kekakuan pada otot dan sendi, mengurangi tingkat edema maupun asites, mencegah terjadinya dekubitus. e. Penyuluhan, Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita sirosis hepatis, melalui bermacammacam cara atau media misalnya : leaflet, poster, lembar balik, tv, kaset, video, dan sebagainya. f. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan di berikan jika telah terjadi komplikasi seperti : 

Asites.



Spontaneous bacterial peritonitis. Ad. Asites

Dapat di kendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas : Diit rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita harus di rawat, Diuretik : pemberian diuretik hanya bagi penderita yang telah menjalani diit rendah garam dan pembatasan cairan, namun penurunan berat badannya kurang dari 1 kg setelah 4 hari.

Terapi lain : Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan konservatif. Pada keadaan demikian pilihan kita adalah parasintesis. 7

Mengenal parasintesis cairan asites dapat di lakukan 5-10 liter per hari, dengan catatan harus dilakukan infus albumin sebanyak 6-8 gr/l cairan asites yang di keluarkan. Ternyata parasintesa dapat menurunkan masa opname pasien. Ad. Spontsneus bacterial peritonitis (SBP) Infeksi cairan dapat terjadi secara sepontan, atau setelah tindakan parasintese. Tipe spontan terjadi 80 % pada penderita sirosis hati dengan asites, sekitar 20 % kasus. Keadaan ini lebih sering terjadi pada sirosis hati stadium kompensata yang berat. Pada kebanyakan kasus penyakit ini timbul selama masa rawatan. Infeksi umumnya terjadi secara blood borne dan 90 % monomicroba. Pada sirosis hati terjadi permeabilitas usus menurun dan mikroba ini berasal dari usus. Pengobatan SBP dengan memberikan cephalosparins generasi III (cefotaxime), secara parental selama lima hari, atau qinolon secara oral. Mengingat akan rekulernya tinggi maka untuk profilaksis dapat di berikan norfloxacin (400 mg/hari) selama 2-3 minggu. B. Konsep Asuhan Keperawatan 1.

PENGKAJIAN a. Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor RM, Namapenanggung jawab, hubungan dengan pasien, alamat. b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama : Keluhan pasien pada waktu dikaji. 2) Riwayat penyakit dahulu : Pasien dahulu pernah menderita penyakit apa dan bagaimana pengobatanya. 3) Riwayat penyakit sekarang 4) Riwayat hepatitis kronis 5) Penyakit gangguan metabolisme 6) Obstruksi kronis ductus coleducus 7) Gagal jantung kongestif berat dan kronis 8) Penyakit autoimun c. Data fokus terkait perubahan pola fungsi 1) Aktivitas : tampak lemah 8

2) Sirkulasi : Gejala : Riwayat Gagal Jantung Kongestif (GJK) kronis, perikarditis, penyakit jantung rematik, kanker (malfungsi hati menimbulkan gagal hati), disritmia, bunyi jantung ekstra, DVJ; vena abdomen distensi 3) Eliminasi: Gejala : Flatus. Tanda : Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan/ tak adanya bising usus, feses warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat. 4) Makanan dan cairan : Gejala : Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/ tak dapat mencerna, mual/ muntah. Tanda : Penurunan berat badan/ peningkatan (cairan), kulit kering, turgor buruk, ikterik : angioma spider, napas berbau/fetor hepatikus, perdarahan gusi. 5) Neurosensori : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan mental. Tanda : Perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara lambat/ tak jelas. 6) Nyeri / Kenyamanan : Nyeri tekan abdomen/ nyeri kuadran kanan atas.Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, fokus pada diri sendiri. 7) Keamanan : Demam (lebih umum pada sirosis alkohlik), ikterik, ekimosis, petekie 8) Seksualitas : Gangguan menstruasi, impoten. Tanda : Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada,bawah lengan, pubis) d. Pemeriksaan fisik 1) Tanda – tanda vital 2) Mata 3) Mulut 4) Abdomen 5) Kulit 6) Ekstremitas : Mengalami edema dan penurunn kekuatan otot

2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 9

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi. 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas. 3. INTERVENSI KEPERAWATAN a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi. Tujuan : - Fluid balance,Electrolit and acid base balance.Setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan masalah kelebihan volume cairan dapat berkurang/hilang dengan kriteria hasil : Terbebas dari edema,

efusi,anaskara.

Bunyi

nafas

bersih,tidak

ada

dyspneu/ortopneu. Terbebas dari kelelahan,kecemasan, atau kebingungan. Intervensi : 

Pertahankan catatan intake dan output yangakurat.



Pasang urine kateter jika di perlukan.



Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan.



Monitor vital sign.



Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan.



Kaji lokasi dan luasedema.



Monitor masukanmakanan/cairan.



Monitor status nutrisi..

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis. Tujuan :  Pain Level, Pain Control, Comfort Level Setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan masalah nyeri akut dapat berkurang/hilang dengan kriteria hasil :

10

Mampu mengontrol nyeri. Melaporkan bahwa nyeri berkurang, dengan menggunakan management nyeri. Mampu mengenali nyeri. Menyatakan nyaman setelah nyeri berkurang Intervensi : 

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.



Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.



Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.



Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeriseperti suhu, ruangan,pencahayaan, dankebisingan.



Kurangi faktor presipitasi nyeri.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas. Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah intoleransi aktivitas dapat berkurang/hilang dengan kriteria hasil :Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan Tekanan darah, nadi,dan RR. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri. Tanda-tanda vital normal. Mampu berpindah : dengan atau tanpa bantuan alat. Intervensi: Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan

programyang

tepat.

Bantu

pasien

untuk

mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan seperti kursi roda, krek. Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang C. Konsep relaksasi hand massage 1.

Pengertian 11

Hand

massage

merupakan

langkah

yang paling efektif

untuk

meningkatkan relaksasi dan dijadikan sebagai terapi paliatif (Kolcaba et al, 2004). Hand massage artinya memberikan stimulasi di bawah jaringan kulit dengan memberikan sentuhan dan tekanan yang lembut untuk memberikan rasa nyaman (Ackley et al, 2008). Hand massage diberikan untuk menimbulkan efek yang menyenangkan bagi pasien sirosis hepar. Apabila pasien sirosis hepar mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, kemudian akan muncul respon relaksasi. Relaksasi juga dapat mengurangi rasa cemas akibat nyeri, sehingga dapat mencegah nyeri bertambah berat. Hand massage dapat menjadi pilihan untuk memberikan sensasi kenyamanan yang dapat meredakan ketegangan dan membuat pasien menjadi rileks akibat nyeri.Cara kerja dari masase inimenyebabkan terjadinya pelepasanendorfin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri (Potter & Perry, 2005). 2.

Teknik Pemberian relaksasi hand massage Teknik untuk melakukan hand massage dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satu metode dilakukan adalah dengan memberikan tekanan lembut dan gesekan di seluruh telapak tangan klien dengan melibatkan gerakan melingkar kecil dengan menggunakan ujung jari atau ibu jari perawat dalam waktu 5-10 menit (Kolcaba et al, 2004). Upaya sentuhan yang lembut dapat memberikan kesenangan dan kenyamanan bagi pasien. Teknik ini sederhana dan mudah dilakukan, sehingga bisa di terapkan kepada siapapun yang mengalami rasa nyeri khususnya pada pasien sirosis hati. Pengaruh yang ditimbulkan dari hand massage adalah mengurangi ketegangan, meningkatkan relaksasi fisik dan psikologi.

12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. O DENGAN DIAGNOSA MEDIS AKUT LIMPOBLASTIK LEUKIMIA DI RUANG ANAK LANTAI DASAR RSUP Dr. KARIADI SEMARANG FORMAT PENGKAJIAN ANAK 13

(UNTUK KASUS KELOLAAN LENGKAP)

A. IDENTITAS 1. Nama Anak

: An O

2. Tempat/Tanggal Lahir

: Tegal, 16 Mei 2014

3. Jenis Kelamin

: Perempuan

4. Nama Orangtua/Wali

: Tn. H

5. Alamat

: Tegal

6. Pekerjaan

: Pegawai swasta

7. Agama

: Islam

8. Kewarganegaraan

: Indonesia

9. Tanggal Pengkajian

: 15 Desember 2018

10. Tanggal Masuk RS

: 17Desember2018

11. Pemberi Informasi

:

Ny. N

Hubungan dengan anak: Ibu

GENOGRAM Genogram Keluarga

V

Ny” N ” 29th

Tn”H” 32th

An. O 4 tahun

Keterangan: atau

: pria, wanita sehat

: tinggal satu rumah

atau

: pasien

: garis pernikahan

atau

: meninggal

14

B. KELUHAN UTAMA (Tulis keluhan yang paling dirasakan) Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah setelah menjalani kemoterapi C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (Deskripsikan mulai gejala/keluhan dirasakan dan tatalaksanaknya, sampai dengan klien dibawa ke RS) Ibu klien mengatakan anak O hendak kemoterapi dan kontrol minggu ke 16, tidak demam, tidak mimisan, dan gusi tidak berdarah D. Riwayat Penyakit Dahulu 1. Penyakit yang pernah diderita Klien sudah memiliki riwayat penyakit yang sama sejak 1 tahun yang lalu 2. Pengalaman dirawat di rumah sakit Sebelumnya Ibu klien mengatakan anaknya sudah pernah dirawat di rumah sakit

3. Riwayat operasi/pembedahan Ibu klien mengatakan anaknya belum pernah menjalani operasi atau pembedahan 4. Riwayat kehamilan/persalinan ibu yang berhubungan dengan kondisi saat ini Ibu klien mengatakan riwayat persalinan secara spontan 5. Riwayat alergi An O tidak memiliki riwayat alergi

6.

Riwayat imunisasi (untuk anak di bawah 5 tahun) Jenis Imunisasi

Pemberian

BCG

Sudah

DPT 1

Sudah 15

HEP B

Sudah

POLIO

Sudah

CAMPAK

Belum

DPT 2

Belum

E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA (Tulis riwayat keluarga terkait penyakit menular, penyakit kronis, dan penyakit genetik) Tidak ada riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang sama F. PENGUKURAN ANTROPOMETRI 1. Berat Badan

: 30,5

gram/kg

2. Tinggi/Panjang Badan

: 106

cm

3. Lingkar Kepala

: 49

cm

4. Lingkar Dada

: 19

cm

5. Lingkar Lengan Atas

: 21

cm

6. Ketebalan lipat kulit triseps

:

cm

Interpretasi status gizi -

WAZ

: _____________________________

-

HAZ

: _____________________________

-

WHZ

: _____________________________

-

Kesimpulan

: _____________________________

G. VITAL SIGN Diukur pada tanggal : 17 Desember 2018 1. Suhu

:

38

C

2. Frekuensi Jantung

:

84

kali/menit 16

3. Frekuensi Pernafasan : 4. Tekanan Darah

20 :

kali/menit

100/80

mmHg

H. RIWAYAT PERKEMBANGAN (Jelaskan gangguan/kelainan/keterlambatan perkembangan yang dialami anak) Ibu klien mengatakan anak O tumbuh sesuai dengan usia perkembangannya dan tidak mengalamiketerlambatanperkembangan I.

IDENTITIKASI KEBUTUHAN DASAR DAN PEMERIKSAAN FISIK 1. Kepala a. Bentuk kepala :

Simetris

Tidak simetris

b. Fontanel anterior:

Masih Terbuka

Tertutup

c. Fontanel posterior:

Masih Terbuka

Tertutup

d. Kontrol Kepala :

Ya

Tidak

Halus

Kasar

Simetris

Tidak simetris

e. Warna Rambut: f.

Tekstur Rambut:

g. Bentuk wajah :

2. Kebutuhan Oksigenisasi Hidung a. Patensi nasal:

Kanan: paten/tidak

Kiri: paten/tidak

b. Rabas nasal:

Kanan: ada/tidak

Kiri: ada/tidak

c. Bentuk:

Simetris

Tidak simetris

d. Tes penciuman:

Kanan

Kiri

Dada a. Bentuk:

Simetris

Tidak Simetris, jelaskan 17

b. Retraksi interkostal:

Ya

Tidak

c. Suara perkusi dinding dada:

Sonor

Redup

Hipersonor d. Fremitus Vokal:

Vibrasi simetrsis

e. Perkembangan payudara:

Vibrasi tidak simetris

Simetris

Tidak simetris

Paru-paru a. Pola pernapasan:

Reguler

Irreguler, jelaskan

b. Suara nafas tambahan:

Tidak

Ya, sebutkan

3. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan Mulut a. Membran Mukosa:

Lembab

Tidak Lembab

b. Gusi :

Pink

Merah, jelaskan

e. Warna Lidah:

Pink

Merah

Kehitaman

f. Gerakan lidah:

Terkontrol

Tremor

Deviasi

g. Tonsil:

Ada Pembesaran

c. Jumlah Gigi : d. Warna Gigi :

Tidak

ada

pembesaran h. Tes pengecapan:

Manis

Asam

Asin

Manis

Abdomen a. Bentuk :

Simteris

Tidak simetris

b. Umbilikus

Bersih

Tidak

bersih,

jelaskan: 18

c. Bising usus:

Hiperaktif

Hipoaktif

Tidak ada d. Pembesaran hepar:

Ada

Tidak

e. Pembesaran Limpa:

Ada

Tidak

f. Perkusi dinding perut:

Timpani

Dullness

Redup

Pola nutrisi dan cairan

Sehat

Sakit

Jam makan

Makan pagi

1x/hari

1x/hari

Makan siang

1x/hari

1x/hari

Makan

1x/hari

1x/hari

1 porsi terkadang ½

¼ porsi

malam Porsi makanan

porsi Jenis makanan pokok

Nasi,sayur,lauk

Nasi, sayur, lauk

Jenis makanan selingan

Jajanan, ciki-ciki,

Tidak ada

permen. Makanan kesukaan

Eskrim

-

Makanan yang tidak disukai

Sayur pedas

-

Jumlah air yang diminum

500-600cc

±300cc

4. Kebutuhan Eliminasi Pola buang air besar (BAB)

Sehat

Sakit

Frekuensi

1-2 kali/hari

2 kali/hari

Warna

kuning

Kuning kehitaman

Keluhan saat BAB

-

-

19

Konsistensi

Lembek

Lembek

Pola buang air kecil (BAK)

Sehat

Sakit

Frekuensi

3-4 kali/hari

4-5kali/hari

Warna

Kuning jernih

Kuning jernih

Volume

-

-

Keluhan saat BAK

-

-

5. Kebutuhan Aktivitas dan Istirahat

1. Kebutuhan Aktivitas dan Istirahat Pasien terlihat lemas, pasien hanya berbaring ditempat tidur sambil main Game, . 2. Kebutuhan Interaksi dan Komunikasi Pasien Berbicara pelan. 3. Kebutuhan Higyene Personal a. Frekuensi mandi

: 2x sehari dengan di sibin

b. Kuku

4.

1. Warna kuku

: Normal

2. Higiene

: Bersih

3. Kondisi kuku

: Pendek

4. Genetalia

: Bersih

Organ Sensoris Mata a. Penempatan dan kesejajaran

: Simetris

b. Warna sklera

: Tidak ikterik

c. Warna iris

: Hitam

d. Konjungtiva

: Anemis 20

e. Ukuran pupil

: Simetris

f. Refleks pupil

: Rangsang terhadap cahaya

baik g. Refleks kornea

: Dalam batas normal

h. Refleks berkedip

: Dalam batas normal

i. Gerakan kelopak mata

: Dalam batas normal

Telinga a.

Penempatan dan kesejajaran pinna

: Sejajar

b.

Higine telinga

: Kanan + kiri : bersih

c.

Rabas telinga

: Kanan + kiri bersih

d.

Tes pendengaran

: Dalam batas normal

Kulit a. Warna kulit

: Putih bersih

b. Tekstur

: Halus

c. Kelembaban

: sedikit tidak lembab

d. Turgor

: tidak elastis

e. Integritas kulit : Baik f. Edema

: tidak ada edema

g. Capillary refill : lebih dari 3 detik

PENGKAJIAN NYERI Paliative/Provocative - Penyebab nyeri - Hal yang meningkatkan nyeri Quality

21

- Bagaimana sifat nyeri? Misal : seperti ditusuk benda tajam, ditimpa benda berat, ditusuk benda tumpul, seperti terbakar, dan lain-lain - Seberapa berat dirasakan - Seberapa sering dirasakan Region/Radiation - Area nyeri - Penyebaran/penjalaran nyeri Severity Skala Nyeri (pilih yang sesuai) Timing - Kapan nyeri dirasakan - Mulai kapan dirasakan - Mendadak atau bertahap - Menetap atau hilang timbul

SKALA NYERI (Pilih yang sesuai dengan usia dan kondisi anak)

22

Note : lingkari skala nyeri sesuai hasil pengkajian

23

24

KRITERIA SKORING OBSERVASI 0

1

2

Face (Ekspresi muka)

Tidak ada ekspresi yang khusus atau tersenyum

Kadang kala meringis atau mengerutkan dahi, menarik diri

Sering mengerutkan dahi secara terus menerus, mengatupkan rahang dagu bergetar

Legs (Gerakan kaki)

Posisi normal atau rileks

Tidak tenang, gelisah, tegang

Menendang atau menarik diri

Activity (aktivitas)

Berbaring tenang, posisi normal, bergerak dengan mudah

Mengeliat-geliat, bolak-balik berpindah, tegang.

Melengkung, kaku, atau terus menyentak

Cry (Menangis)

Tidak menangis (terjaga atau tidur)

Merintih atau merengek, kadangkala mengeluh

Menangis terus menerus, berteriak atau terisak-isak, sering mengeluh

Consolabity (Kemampuan rileks dihibur)

Senang, rileks

Ditenangkan dengan sentuhan sesekali, pelukan atau berbicara dapat dialihkan

Sulit untuk dihibur atau sulit untuk nyaman

SKOR HASIL OBSERVASI

Total skor PENGKAJIAN NYERI FLACC

Interpretasi total skor (berikan tanda  pada kategori nyeri yang sesuai) :    

0 (rileks dan nyaman) 1-3 (nyeri ringan/ketidaknyamanan ringan) 4-6 (nyeri sedang) 7-10 (nyeri berat / ketidaknyamannan berat)

25

PENGKAJIAN RISIKO MALNUTRISI NUTRITIONAL RISK SCORE (NRS)

NO. VARIABEL 1. Nafsu makan

SKOR 0 1 2

2.

Kemampuan makan

untuk

0 1 2

3

3.

Faktor stress

0 1 2

4.

Persentil berat badan

0 1 2 3

PENGERTIAN Nafsu makan baik Intake berkurang, sisa makanan lebih dari ½ porsi Tidak ada nafsu makan lebih dari 24 jam Tidak ada kesulitan makan, tidak diare atau muntah Ada masalah makan, sering muntah, diare ringan Butuh bantuan untuk makan, muntah sedang dan atau diare 1-2 kali sehari Tidak dapat makan secara oral, disfagia, muntah berat dan atau diare > 2 kali sehari Tidak ada Pembedahan ringan atau infeksi Penyakit kronik, bedah mayor, inflammatory bowel disease atau penyakit gastrointestinal BB/TB sesuai standar 90-99% BB/TB 80-89% BB/TB < 79% BB/TB

TOTAL SKOR Kategori risiko malnutrisi berdasarkan skor : a) 0-3 : tidak ada risiko malnutrisi b) 4-5 : berisiko sedang c) >7 : risiko tinggi malnutrisi

26

LEMBAR OBSERVASI STATUS NAUSEA Keller Index of Nausea (KIN) Perubahan Sikap dan

Distress

Perilaku

(Tekanan)

Penurunan aktifitas

Gelisah

Perubahan Fisiologis

Peningkatan frekuensi Pernafasan

Meletakkan tangan

Menangis

di mulut

Hilang nafsu atau selera Makan

Meletakkan tangan

Ekspresi

di atas perut

wajah mual

Posisi mual

Sensitif

Muntah

Muntah berat (Retching)

Menolak cairan

Keringat

lewat mulut

Dingin Kulit terasa dingin saat Disentuh Perubahan warna kulit atau Kemerahan Air liur meningkat

27

Sering menelan Ada gerakan lidah atau menekan atau membasahi bibir Total skor

Keterangan : Jika indikator ditemukan pada anak, maka diberikan skor 1. Jika indikator tidak ditemukan saat pengamatan, maka diberikan skor 0. Skor terendah adalah 0, sedangkan skor tertinggi adalah 19. Total skor yang tertinggi kemungkinan terbesar mengalami mual yang aktual (Keller & Keck, 2006). RESUME STATUS LOKALIS (Beri tanda dan keterangan pada gambar terkait injuri/cedera/trauma, kelainan atau keluhan)

28

Keterangan :

________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ____________________________________

29

30

31

J.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan laboratorium 16-12-2018

Hematologi Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai Normal

Hemoglobin

11,9

g/dL

10.50-15.00 H

Hematokrit

33,7

%

36-44

Eritrosit

3,92

10*6 /ul

3-5,4

MCH

30,4

pg

23.00-31.00

MCV

86

fL

77-101

MCHC

35,3

g/dL

29.00-36.00

2,1 ANC: 840/UL 291

10*3/uL

5-14,5 L

10*3/uL

150-400 L

RDW

15,9

%

11.60-14.80 H

MPV

8,8

fL

4.00-11.00

Leukosit

Trombosit

K. TERAPI D5 ¼ NS 5/60ml/jam CaCO3 1 tab/8 jam oral L. DIIT Diit yang diberikan nasi, sayur dan susu 32

B. Analisa Data Analisa data

Masalah

Etiologi

Ds :

Mual

Program

pengobatan

kemoterapi

- Ibu klien mengatakan An. O mual dan muntah - Ibu

klien

mengatakan

porsi

makan An.O berkurang ½ porsi setelah menjalani kemoterapi

Do : -

An. O terlihat lemas

-

Mukosa bibir kering

-

Klien tampak pucat

-

BB : 30,5 kg

-

LL : 19 cm

Ds :

Peningkatan

- Ibu klien mengatakan badan An O

suhu Proses penyakit

tubuh : Hipertermia

panas Do : -

Klien terlihat lemas

-

Kulit teraba panas

-

Suhu tubuh klien 380 C 33

DS : -

Resiko infeksi

DO :

Pertahanan

tubuh

primer

tidak

yang

adekuat

-

Hasil lab Leokosit : 2,1 840/µl

-

Suhu tubuh 380 C

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Mual b.d program pengobatan kemoterapi 2. Peningkatan suhu tubuh : Hipertermia b.d proses penyakit 3. Resiko infeksi b.d Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat

D. PERENCANAAN (INTERVENSI) No Waktu Tujuan & KH Dx

(Tgl&Jam)

1.

17/12/2018

(NOC) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan mual berkurang dengan kriteria hasil: 1. Keadaan umum pasien membaik 2. Berat badan meningkat 3. Ideal sesuai dengan tinggi badan 4. Tidak terdapat penurunan berat badan 5. Tanda tanda vital dalam batas normal 6. Hasil laboraturium dalam batas normal

Intervensi

Ttd

(NIC) Nutrition management

Siti

1. Kaji keadaan umum Lutfiyatul pasien Ilmiyah 2. Kaji pola makan pasien 3. Timbang berat badan setiap hari 4. Observasi tanda tanda vital 5. Observasi intake output 6. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan sedikit tetapi sering ( per 2 jam ) 7. Monitor jumlah nutrisi yang masuk 34

7. Nafsu makan meningkat 8. Tidak ada anoreksia

2.

17/12/18

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan peningkatan suhu tubuh teratasi atau tidak terjadi dengan kriteria hasil: 1. Suhu tubuh dalam rentang normal 2. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

8. Anjurkan keluarga untuk tidak memberikan makanan jajanan 9. Berikan informasi ke keluarga tentang pentingnya nutrisi pada anak 10. Melanjutkan terapi kolaborasi dalam pemberian diit dengan ahli gizi 11. Evaluasi keadaan umum pasien Fever Treatment

Siti

1. Monitor suhu sesering mungkin 2. Monitor warna dan suhu kulit 3. Monitor intake dan output 4. Lakukan tapid sponge 5. Berikan pasien kompres pada lipat paha dan aksila 6. Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena 7. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik Temperatur Regulation

Lutfiyatul

1. 2.

Ilmiyah

Monitor suhu minimal tiap 2 jam Monitor tanda-tanda hipertermi

35

3

17/12/18

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam resiko infeksi dapat teratasi dengan kriteria hasil: Kadar leukosit 5-14,5 L

E. IMPLEMENTASI NO WAKTU TINDAKAN DX (TGL&JAM) KEPERAWATAN 1 17/12/18 07.10 WIB 1. Mengkaji keadaan umum pasien

09.20 WIB

2. Mengkaji pola makan pasien

Infection control

Siti Lutfiyatul

1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien 2. Monitor suhu 3. Berikan terapi antibiotik bila perlu 4. Berikan perawatan kulit pada area epidema 5. Anjurkan keluarga dan pengunjung untuk cuci tangan

RESPON PASIEN

Ilmiyah

TTD Siti Lutfiyatul Ilmiyah

S: O: Klien terlihat lemah

S: ibu klien mengatakan An. O mual dan muntah O: klien terlihat lemah

36

3. Observasi tanda-tanda vital 12.30 WIB

13. 20 WIB

4. Memberikan aromaterapi pepermint pada klien

S: O: vital N:84x/menit RR: 20x/menit S:38 oC

S : Ibu klien mengatakan An. O mual O : porsi makan habis ½ porsi

37

2

17/12/18

07.20

Siti Lutfiyatul Ilmiyah

1. Menganjurkan keluarga untuk melakukan kompres hangat pada An. O

2. Berkolaborasi dalam 10.00

pemberian Paracetamol

S: Ibu klien mengatakan An. O badannya panas O: klien terlihat lemah Suhu 380 C

S: O: obat masuk

Injeksi

12.00

3. Memonitor suhu minimal tiap 2 jam

S: O : suhu 37,5 0 C

38

22

3

17/12/18 07.00 WIB

1. Memonitor suhu

S : Ibu klien An.O mengatakan badan pasien masih terasa panas

2.

Siti Lutfiyatul Ilmiyah

O : 38 oC

07.20 O: -

39

-

10.00

S: 3. 2. Menganjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum menyentuh pasien

O: klien tampak nyaman

6.

11.00 3.Mengukur Tanda-tanda

S: O: suhu tubuh 37,50 C

vital

40

NO WAKTU DX (TGL&JAM) 1 18/12/18 07.30 WIB

TINDAKAN KEPERAWATAN

RESPON PASIEN

TTD Siti Lutfiyatul Ilmiyah

1. Mengkaji keadaan umum pasien

09.00 WIB 2. Mengkaji pola makan pasien

S: O: Klien terlihat lemah

S: ibu klien mengatakan An. O mual dan muntah O: klien terlihat lemah

S: 10.30 WIB

3. Observasi tanda-tanda vital

O: vital N:84x/menit RR: 20x/menit S:38 oC

12.00 WIB

4. Memberikan aromaterapi 13.00

pepermint pada klien

S : Ibu klien mengatakan An. O mual

41

13.30

2

O : porsi makan habis ½ porsi

18/12/18

Siti Lutfiyatul Ilmiyah 1. Menganjurkan

07.00

keluarga untuk melakukan kompres hangat pada An. O

11.30

2. Berkolaborasi dalam pemberian

S: Ibu klien mengatakan An. O badannya panas O: klien terlihat lemah Suhu 380 C

S: O: obat masuk

Paracetamol Injeksi

42

3. Memonitor suhu 13.30

minimal tiap 2 jam

S: O : suhu 37,5 0

22

43

3

18/12/18

Siti Lutfiyatul Ilmiyah S : Ibu klien An.O mengatakan badan pasien masih terasa panas

1. Memonitor suhu 07.00 WIB 2.

O : 38 oC O: 44

-

10.00

3. 2. Menganjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum menyentuh pasien

S: O: klien tampak nyaman

6.

3.Mengukur Tanda-tanda 12.00

S: O: suhu tubuh 37,50 C

vital

45

NO DX 1

WAKTU (TGL&JAM) 19/12/18 14.30 WIB

15.00 WIB

TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Mengkaji keadaan umum pasien

2. Mengkaji pola makan pasien

17.00 WIB

3. Observasi tanda-tanda vital

RESPON PASIEN S: O: Klien terlihat lemah

TTD Siti Lutfiyatul Ilmiyah

S: ibu klien mengatakan An. O mual dan muntah O: klien terlihat lemah

S: O: vital N:84x/menit RR: 20x/menit S:38 oC

46

20.00

4. Memberikan aromaterapi

S : Ibu klien mengatakan An. O mual

pepermint pada klien O : porsi makan habis ½ porsi

47

2

19/12/18

15.00

1. Menganjurkan keluarga untuk melakukan kompres hangat pada An. O

Siti Lutfiyatul Ilmiyah S: Ibu klien mengatakan An. O badannya panas O: klien terlihat lemah Suhu 380 C

16.00

2. Berkolaborasi dalam pemberian

S: O: obat masuk

Paracetamol Injeksi 17.00

3. Memonitor suhu

S: -

minimal tiap 2 jam O : suhu 36,5 0

48

22

3

19/12/18

1. Memonitor suhu

S : Ibu klien An.O mengatakan badan pasien masih terasa panas

2.

Siti Lutfiyatul Ilmiyah

O : 37,8 oC O: 49

16.30 3. 2. Menganjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum menyentuh pasien

S: O: klien tampak nyaman

6.

20.00 3.Mengukur Tanda-tanda

S: O: suhu tubuh 36,50 C

vital

F. EVALUASI No. Dx Waktu

Evaluasi

TT 50

1

17/12/18 06.00

S: - Ibu klien mengatakan An. O mual dan muntah

Siti Lutfiyatul Ilmiyah

- Ibu klien mengatakan porsi makan An.O berkurang ½ porsi setelah menjalani kemoterapi

O: Klien terlihat lemah Tanda-tanda vital N:84x/menit RR: 20x/penit S:38oC Mukosa bibir kering -

BB : 30,5 kg

-

TB : 106 cm

-

LL : 19 cm

-

LK : 49 cm

A : Masalah mual belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Kaji keadaan umum pasien Kaji pola makan pasien Timbang berat badan setiap hari Observasi tanda tanda vital Observasi intake output Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan sedikit tetapi sering ( per 2 jam ) 7. Monitor jumlah nutrisi yang masuk 8. Ajarkan keluarga tentang pemberian aromaterapi 2

17/12/18 06.00

S: Ibu klien mengatakan An. O badannya panas O: klien terlihat lemah Suhu 37,90 C pasien kooperatif A : Masalah Hipertermia belum teratasi P : Lanjutkan intervensi

Siti Lutfiyatul Ilmiyah

51

1. 2. 3. 4. 5. 3

17/12/18 06.00

Monitor suhu sesering mungkin Monitor warna dan suhu kulit Monitor intake dan output Lakukan kompres tapid sponge hangat Kolaborasi dalam pemberian antipiretik

S : Ibu klien mengatakan badan An. O masih teraba panas

O:

Siti Lutfiyatul Ilmiyah

- O : Ku Lemah, Hasil Lab Leukosit 2,1 A: A : Masalah resiko infeksi belum teratasi P: P : Intervensi dilanjutkan 1. Pantau suhu 2. Berikan periode istirahat tanpa gangguan 3. Kolaborasi dalam pemberian obat

No. Dx 1

Waktu 18/12/18 20.00

Evaluasi S: -Ibu klien mengatakan An. O mual dan muntah - Ibu klien mengatakan porsi makan berkurang ½ porsi setelah menjalani kemoterapi

TT Siti Lutfiyatul Ilmiyah

O: Klien terlihat lemah Tanda-tanda vital N:82 x/menit RR: 20x/penit S:37,6 oC Mukosa bibir kering -

BB : 30,5 kg

-

LL : 19 cm 52

A : Masalah Perubahan mual belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Kaji keadaan umum pasien Kaji pola makan pasien Timbang berat badan setiap hari Observasi tanda tanda vital Observasi intake output Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan sedikit tetapi sering ( per 2 jam ) 7. Monitor jumlah nutrisi yang masuk 8. Ajarkan keluarga tentang pemberian aromaterapi 2

18/12/18 20.00

S: -Ibu klien mengatakan An. O badannya panas

Siti Lutfiyatul Ilmiyah

O: klien terlihat lemah Suhu 37,90 C pasien kooperatif A : Masalah Hipertermia belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1. 2. 3. 4. 5. 3

18/12/18 20.00

Monitor suhu sesering mungkin Monitor warna dan suhu kulit Monitor intake dan output Lakukan kompres tapid sponge hangat Kolaborasi dalam pemberian antipiretik

S : Ibu klien mengatakan badan An. O masih teraba panas O: -

Siti Lutfiyatul Ilmiyah

O : Ku Lemah, Hasil Lab Leukosit 2,1

A: A : Masalah resiko infeksi belum teratasi P: 53

P : Intervensi dilanjutka 1 Pantau suhu 2 Berikan periode istirahat tanpa ganggu 3 Kolaborasi dalam pemberian obat

No. Dx 1

Waktu 19/12/18 20.00

Evaluasi S: -Ibu klien mengatakan An. O masih tidak mau makan -Ibu klien mengatakan An. O nafsu makannya berkurang ½ porsi O: Klien telihat lemah Mukosa bibir kering Tanda-tanda vital N:82x/menit RR: 20x/penit S:37 oC -

BB : 30,5 kg

-

LL : 19 cm

TT Siti Lutfiyatul Ilmiyah

A : Masalah mual belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Kaji keadaan umum pasien Kaji pola makan pasien Timbang berat badan setiap hari Observasi tanda tanda vital Observasi intake output Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan sedikit tetapi sering ( per 2 jam ) 7. Monitor jumlah nutrisi yang masuk 8. Ajarkan keluarga tentang pemberian aromaterapi 54

2

19/12/18 20.00

S: Ibu klien mengatakan An. O badannya panas

Siti Lutfiyatul Ilmiyah

O: klien terlihat lemah Suhu 37,90 C pasien kooperatif A : Masalah Hipertermia belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1. Monitor suhu sesering mungkin 2. Monitor warna dan suhu kulit 3. Monitor intake dan output 4. Lakukan kompres tapid sponge hangat 5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik 3

19/12/18 20.00

S : Ibu klien mengatakan badan An. O masih teraba panas

Siti Lutfiyatul Ilmiyah

O: -

O : Ku Lemah, Hasil Lab Leukosit 2,1

A: A : Masalah resiko infeksi belum teratasi P: P : Intervensi dilanjutkan 1 Pantau suhu 2 Berikan periode istirahat tanpa ganggu 3 Kolaborasi dalam pemberian obat

55

BAB IV APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET

A. Identitas Klien Nama Anak

:

Umur

:

Nama Orangtua/ Wali

:

Alamat

:

Suku

:

Agama

:

Kewarganegaraan

:

Tanggal Masuk

:

Tanggal Pengkajian

:

B. Data Fokus Pasien Tgl/jam

Analisa data

Senin 17 Ds : Desember 2018

- Ibu klien mengatakan An.

O

mual

dan

Problem

Etiologi

Ttd

Mual

Program

Siti

pengobatan

Lutfiyatul

kemoterapi

Ilmiyah

muntah - Ibu klien mengatakan porsi

makan

An.O

berkurang

½

porsi

setelah

menjalani

kemoterapi Do : -

An. O terlihat lemas 56

-

Mukosa bibir kering

-

Klien tampak pucat

-

BB : 30,5 kg

-

LL : 19 cm

C. Diagnosa Keperawatan yang Berhubungan dengan Jurnal Evidence based Nursing Riset yang di Aplikasikan Nyeri pada pasien sirosis hepar

D. Evidence Based Nursing Practice yang di Terapkan pada Pasien Pengaruh hand massage Terhadap Penurunan Skala nyeri Pada Pasien sirosis hepar

E. Analisa Sintesa Justifikasi Infeksi hepatitis B/C dan alkohol

Peradangan sel hati

Nekrosis hati Pembentukan jaringan parut Nyeri akut Pemberian Hand massage

Cara kerja dari masage ini menyebabkan terjadinya pelepasan endorfin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri 57

berkurang F. Landasan Teori Terkait Nyeri Penerapan Evidence Based Nursing Practice

Hand massage merupakan langkah yang paling efektif untuk meningkatkan relaksasi dan dijadikan sebagai terapi paliatif (Kolcaba et al,2004). Hand massage artinya memberikan stimulasi di bawah jaringan kulit dengan memberikan sentuhan dan tekanan yang lembut untuk memberikan rasa nyaman (Ackley et al, 2008). Hand massagediberikan untuk menimbulkan efek yang menyenangkan bagi pasien sirosis hati. Apabila pasien sirosis hati mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, kemudian akan muncul respon relaksasi. Relaksasi juga dapat mengurangi rasa cemas akibat nyeri, sehingga dapat mencegah nyeri bertambah berat. Hand massage dapat menjadi pilihan untuk memberikan sensasi kenyamanan yang dapat meredakan ketegangan dan membuat pasien menjadi rileks akibat nyeri. Cara kerja dari masase inimenyebabkan terjadinya pelepasan endorfin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri (Potter & Perry, 2005). Teknik untuk melakukan hand massage dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satu metode dilakukan adalah dengan memberikan tekanan lembut dan gesekan di seluruh telapak tangan klien

dengan

melibatkan

gerakan

melingkar

kecil

dengan

menggunakan ujung jari atau ibu jari perawat dalam waktu 5-10 menit (Kolcaba et al,2004). Upaya sentuhan yang lembut dapat memberikan kesenangan dan kenyamanan bagi pasien. Teknik ini sederhana dan mudah dilakukan, sehingga bisa di terapkan kepada siapapun yang mengalami rasa nyeri khususnya pada pasien sirosis hati. Pengaruh yang ditimbulkan dari hand massage adalah mengurangi ketegangan, meningkatkan relaksasi fisik dan psikologi. hand massage dapat membantu kemandirian klien dan keluarga dalam mengelola nyeri, khususnya

bagi

pasien

yang

tidak

ingin

mengatasi

nyeri

denganmenggunakan terapi farmakologis. Selain itu dalam pemberian 58

hand

massage

tidak

perlu

menggunakan

alat

khusus

yang

membutuhkan biaya besar sehingga stimulus ini dapat diberikan pada klien dengan strata ekonomi apapun.

59

BAB V PEMBAHASAN

A. Pembahasan Tiap Diagnosa Keperawatan 1. Pengertian Diagnosa Keperawatan Definisi Nyeri : Nyeri pada pasien kanker merupakan suatu fenomena subjektif yang merupakan gabungan antara faktor fisik dan non fisik. Nyeri dapat berasal dari berbagai bagian tubuh ataupun sebagai akibat dari terapi dan prosedur yang dilakukan termasuk operasi, kemoterapi dan radioterapi. 2. Alasan ditegakkannya diagnosa keperawatan Dalam kasus ini alasan ditegakkanya diagnosa tersebut karena terjadi nyeri pada pasien, agar tidak terjadi efek samping dan komplikasi dari nyeri, maka pemberian hand massage ini baik untuk menurunkan skala nyeri pada pasien. 3. Intervensi Memberikan hand massage untuk menurunkan skala nyeri pada pasien. 4. Hasil evaluasi dan rencana tindak lanjut Terjadinya penurunan skala nyeri. Rencana tindak lanjut yaitu mengajarkan cara memberikan hand massage kepada keluarga untuk diterapkan keluarga di rumah. B. Pembahasan Aplikasi Evidence Based Nursing 1. Justifikasi pemilihan tindakan berdasarkan Evidence Based Nursing Hand massage merupakan langkah yang paling efektif untuk meningkatkan relaksasi dan dijadikan sebagai terapi paliatif (Kolcaba et al,2004). Hand massage artinya memberikan stimulasi di bawah jaringan kulit dengan memberikansentuhan dan tekanan yang lembut untuk memberikan rasa nyaman (Ackley et al, 2008). Hand massage diberikan untuk menimbulkan efek yang menyenangkan bagi pasien 60

sirosis hati. Apabila pasien sirosis hati mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, kemudian akan muncul respon relaksasi. Relaksasi juga dapat mengurangi rasa cemas akibat nyeri, sehingga dapat mencegah nyeri bertambah berat. 2. Mekanisme Penerapan Evidence Based Nursing Practice Pada Kasus a. Penerapan EBN terhadap An. O dilakukan pada tanggal 17 Desember, 18 Desember dan 19 Desember 2018. Pemberian Aromaterapi Peppermint di lakukan pada saat pukul 13.20 untuk tanggal 17 Desember dan pada 13.00 pada tanggal 18 Desember dan 20.00 pada tanggal 19 Desember wib, penerapan EBN dilakukan selama 3 hari. 1) Hari pertama senin tanggal 17 Desember 2018 melakukan perkenalan dan pengkajian terhadap pasien An. O 2) Dilanjutkan dengan menentukan diagnosa keperawatan dan penyusunan rencana tindakan keperawatan. 3) Setelah itu dilakukan perencanaan tindakan keperawatan, kemudian tanggal 18 Desember 2018 dilakukan implementasi untuk hari pertama sesuai keluhan pasien dan EBN yang telah didapatkan. Kemudian pada tanggal 19 Desember 2018 dilanjutkan lagi untuk implementasi kedua dan ketiga. 4) Sebelum diberikan aromaterapi peppermint, keluarga ditanya apakah bersedia untuk diberikan terapi tersebut. 5) Pemberian aromaterapi pepermint dilakukan selama 5 menit. b. Prosedur Tindakan Terapi 1) Memberi salam, menjelaskan tujuan tindakan 2) Menyiapkan alat 3) Ciptakan lingkungan yang nyaman 4) Posisikan pasien dengan posisi berbaring senyaman mungkin. 5) memberikan tekanan lembut dan gesekan di seluruh telapak tangan klien dengan melibatkan gerakan melingkar kecil dengan 61

menggunakan ujung jari atau ibu jari perawat dalam waktu 5-10 menit 6) Mencuci tangan 7) Berpamitan dan mengucapkan salam 3. Hasil yang dicapai Tanggal Desember 2018

17 Tanggal

18 Tanggal

Desember 2018

Skala mual An. O : 5 Skala mual An. O : 4

19

Desember 2018 Suhu tubuh An. O : 3

Pada hari pertama sebelum diberikan aromaterapi pepermint skala mual An. O : 5 kemudian setelah di berikan aromaterapi peppermint terjadi penurunan skala mual An. O : 3, dan pada hari ketiga setelah di berikan aromaterapi peppermint juga terjadi penurunan skala mual An. O yaitu 3. 4. Kelebihan dan kekurangan atau Hambatan yang di temui selama Aplikasi EBN a. Kelebihan 1) tidak membutuhkan biaya yang besar karena dapat di lakukan sendiri 2) teknik dari pemberian aromaterapi peppermint ini bisa di jadikan sebagai acuan atau referensi mengenai cara menurunkan mual pada anak yang menajalani kemoterapi. b. Kekurangan 1) keracunan 2) iritasi kulit pada anak yang menyebabkan gatal, kemerahan c. Hambatan dalam Pemberian Aromaterapi Peppermint 1) kurangnya pengalaman dalam menerapkan EBN 2) perubahan emosi anak 62

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan Pada pasien An. O dengan kasus Akut Limpoblastik Leukimia di ruang Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi Semarang, penulis menemukan masalah keperawatan yaitu Mual berhubungan dengan program pengobatan kemoterapi. 63

Untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul pada Mual dan muntah untuk rencana tindakan, penentuan kriteria hasil dalam rencana asuhan keperawatan sebagian besar sesuai berdasarkan teori dan dapat diterapkan pada rencana tindakan kasus. Kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain sangat diperlukan dalam pelaksanaan intervensi keperawatan. Adanya kolaborasi tersebut tujuannya adalah membantu penulis melakukan implementasi yang tepat sesuai dengan intervensi walaupun kemungkinan adanya ketidaksempurnaan. Dari hasil penerapan tindakan EBNP yang dilakukan pada An. O yaitu Pemberian Aromaterapi Peppermint. Setelah di berikan Aromaterapi Peppermint terjadi penurunan skala mual pada anak sehingga dapat mengatasi masalah Mual berhubungan dengan program pengobatan kemoterapi. B. Saran 1. Penulis Bagi penulis mampu meningkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien Akut Limpoblastik Leukimia dengan masalah keperawatan Mual dalam pemberian intervensi nonfarmakologi.

2. Rumah sakit Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan makalah ini dapat memberikan masukan untuk pelayanan yang sesuai dengan keluhan pasien 3. Profesi keperawatan Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang mampu dikembangkan untuk memberikan pelayanan pada pasien dengan masalah keperawatan mual. 64

DAFTAR PUSTAKA 65

Doenges, Marilynn E., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC : Jakarta. Hepatoblastoma di Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta: peran kemoterapi preoperatif (PDF Free Download). Available from: https://www.researchgate.net/publication/312408630_Hepatoblastoma_di_ Rumah_Sakit_Dr_Ciptomangunkusumo_Jakarta_peran_kemoterapi_preop eratif [accessed May 28 2018]. Inayah, Iin, 2004, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan, Edisi 1, Salemba Medika : Jakarta. Smeltzer, Suzanne C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner dan Suddarth, Edisi 8, EGC : Jakarta. Soedarmo, Sumarmo S Poerwo., Garna, Herry., Hadinegoro, Sri Rejeki S., Satari, Hindra Irawan. (2008). Buku Ajar Infeksi & Pediatrik tropis. Edisi kedua. Jakarta :Badan Penerbit IDAL.

66

Related Documents

Coba Coba
May 2020 21
Coba Coba Awalnya.pdf
December 2019 33
Coba Coba Tahap I.docx
July 2020 23
Coba Coba.docx
May 2020 22
Try-coba
May 2020 18

More Documents from ""