(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA SMF ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA Nama Mahasiswa
: Fadilah Soraya Alhamid
NIM
: 11201175
Dokter Pembimbing
: dr. Mustari, Sp.A
Tanda Tangan :
IDENTITAS PASIEN PASIEN Nama Lengkap :An. RS
Suku Bangsa
: Jawa
Tanggal Lahir : 31 Maret 2008
Agama
: Islam
Umur
Pendidikan
: SD
Masuk RS
: 21 Februari 2019
: 10 tahun
Jenis Kelamin :Perempuan Alamat
:KP Melayu Kecil I, Jakarta Hubungan dengan orang tua : Anak kandung
ORANGTUA Identitas Orang Tua Nama Ayah
: Tn. J
Nama Ibu
: Ny. C
Umur
: 47 tahun
Umur
: 42 tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Pendidikan terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Jl.Kampung Melayu Kecil I
ANAMNESIS Diambil dari
:Auto-anamnesis dan allo anamnesis dari Ibu Kandung pasien
Tanggal
: 22 Februari 2019, pukul 08.00 WIB
Dilakukan di : Bangsal Melati RSUD Tarakan Kamar 5307
Keluhan utama
: gusi berdarah sejak 1 minggu SMRS
Keluhan tambahan : bintik-bintik kemerahan sejak 1 minggu SMRS
1
Riwayat penyakit sekarang : Seorang anak perempuan Rujukan dari Puskesmas Tebet datang ke IGD RSUD Tarakan dengan diagnosa haemorrage dd ITP. Pasien datang dengan keluhan gusi berdarah sejak 1 minggu SMRS. Sejak 2 hari SMRS keluhan gusi berdarah semakin sering. Pasien juga mengeluh terdapat bintik-bintik kemerahan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, bintik-bintik kemerahan muncul tiba-tiba dan menyebar rata diseluruh tubuh, gatal (-). Orangtua os mengatakan sejak 4 bulan SMRS terdapat memar-memar di lengan kanan, punggung, paha dan kaki. Memar-memar hilang timbul kadang pada tempat yang berbeda tanpa didahului adanya trauma, nyeri (-). Keluhan lain demam (-), batuk- pilek (-) bab hitam disangkal dan bak baik, belum menstruasi. Sebelum datang ke IGD RSUD Tarakan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan ditemukan hasil trombosit yang rendah. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti ini sebelumnya
PENYAKIT DAHULU (Tahun, diisi bila ya (+), bila tidak (-)) (-) Sepis
(-) Meningoencephalitis
(-) Kejang demam
(-) Tuberkulosis
(-) Pneumoni
(-) Alergi lainnya
(-) Asma
(-) Alergi Rhinitis
(-) Gastritis
(-) Diare akut
(-) Diare Kronis
(-) Amoebiasis
(-) Disentri
(-) Kolera
(-) Difteri
(-) Tifus Abdominalis
(-) DHF
(-) Polio
(-) Cacar air
(-) Campak
(-) Penyakit Jantung Bawaan
(-) Batuk rejan
(-) Tetanus
(-) ISK
(-) Demam Rematik Akut
(-) Penyakit Jantung Rematik (-) Kecelakaan
(-) Glomerulonephritis
(-) Sindroma Nefrotik
(-) Operasi
Riwayat penyakit keluarga : Penyakit
Ya
Tidak
Hubungan
Alergi
-
-
-
Asma
-
-
-
Tuberkolosis
-
-
-
Hipertensi
-
-
-
2
Diabetes
-
-
Kejang Demam
-
-
-
Epilepsi
-
-
-
Hepatitis
-
-
-
SILSILAH KELUARGA (FAMILY’S TREE) Keterangan : Perempuan
Laki - laki
Perempuan sakit
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran 1. Kehamilan
Perawatan antenatal : Kontrol rutin ke Puskesmas dan Rumah Sakit setiap bulan
Penyakit kehamilan
: Tidak ada, tidak pernah melakukan pemeriksaan radiologis,
tidak merokok, tidak mengkonsumsi obat – obatan saat hamil 2. Kelahiran
Tempat kelahiran
Penolong persalinan : Bidan
Cara persalinan
: Spontan
Masa gestasi
: 38 minggu
: Puskesmas
3. Keadaan bayi
Berat badan lahir
: 3200 gram
Panjang badan lahir
: 52 cm
Lingkar kepala
: Tidak diketahui
Langsung menangis : Langsung menangis kuat
Pucat/Biru/Kuning/
: Tidak ada
Nilai APGAR
: Tidak diketahui
Kelainan bawaan
: Tidak ada
Kesan : Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan (NCB-SMK) secara spontan. 3
Riwayat Perkembangan (Developmental History) Gigi pertama : > 1 tahun Psikomotor Tengkurap
: 3 bulan
Bicara
: 1 tahun
Duduk
: 3 bulan
Baca dan Menulis
: 4 tahun
Berdiri
: 9 bulan
Berjalan
: 10 bulan
*ibu hanya mengira – ngira perkembangan anak. Kesan : Perkembangan anak sesuai usia Riwayat Imunisasi Ibu mengatakan selalu datang sesuai jadwal imunisasi di puskesmas. -
Hepatitis B : 3 kali ( usia 0, 1, 6 dan 4 bulan)
-
BCG : 1 kali ( usia 1 bulan)
-
Polio : 4 kali ( usia 0, 2, 4 dan 6 bulan)
-
DPT : 3 kali ( 2, 4 dan 6 bulan)
-
Campak : 2 kali (9 bulan dan 18 bulan)
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia. Riwayat Nutrisi Susu
: ASI eksklusif 6 bulan, ASI sampai 2,5 tahun
Makanan padat
: dimulai umur 8 bulan
Makanan sekarang
: Makanan bervariasi, sejumlah yang mampu dimakan cukup. Frekuensi 3-4x/ hari
Kesan nutrisi : Nutrisi cukup.
Riwayat Personal Sosial Pasien merupakan anak kedua, pasien anak ini diasuh dengan orangtuanya. Tinggal dirumah dengan ventilasi yang cukup, tidak ada yang merokok dalam rumah.
PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pada tanggal 22 Februari 2019 – Jam : 08.00 WIB Pemeriksaan Umum Keadaan umum :tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis Tanda – tanda vital : o Tekanan Darah
: 110/70 mmHg 4
o Frekuensi nadi
: 102 x/ menit, reguler, kuat
o Frekuensi nafas
: 20 x/ menit, reguler, teratur
o Suhu
: 36,3oC
o SaO2
: 98 %
Berat Badan Berat badan rata-rata
:32-34kg
Berat badan tertinggi
: 34
Berat badan sekarang
: 34 kg.
Pemeriksaan Antropometri Berat badan
: 34 kg
Panjang badan : 141 cm BB/U
:98 % →
BB normal
TB/U
:92% →
TB normal
BB/TB
: 92% →
normal
Kesan Gizi : Gizi baik.
ANAMNESIS SISTEM Kulit (-) Bisul (-) Rambut punggung, paha, tungkai (-) Sianosis
(-) Keringat malam (-) Kuku
(+) hematom pada lengan kanan, (-) Kuning / Ikterus (+)petekie
Kepala (-) Trauma
(-) Sinkop
(-) Sakit Kepala
(-) Nyeri pada sinus
(-) Merah
(-) Nyeri
(-) Sekret
(-) Kuning/ikterus
(-) Trauma
(-) Ketajaman penglihatan menurun
Mata
Telinga (-) Nyeri
(-) Gangguan pendengaran
(-) Tinitus
(-) Kehilangan pendengaran
(-) Sekret
5
Hidung (-) Rhinnorhea
(-) Tersumbat
(-) Nyeri
(-) Gangguan penciuman
(-) Sekret
(-) Epistaksis
(-) Trauma
(-) Benda asing/foreign body
Mulut (-) Bibir kering
(-) Lidah kotor
(+) Gusi berdarah
(-) Selaput
(-) Stomatitis
(-) Gangguan pengecapan
Tenggorokan (-) Nyeri tenggorokan
(-) Perubahan suara
Leher (-) Benjolan
(-) Nyeri leher
Thorax (Jantung/Paru-Paru) (-) Mengi
(-) Retraksi sela iga
(-) Berdebar-debar
(-) Ronkhi
(-) Nyeri dada
Abdomen (Lambung/Usus) (-) Rasa kembung
(-) Nyeri epigastrium
(-) Tinja berdarah
(-) Mual
(-) Perut membesar
(-) Tinja warna dempul
(-) Muntah
(-) Wasir
(-) Tinja warna ter
(-) Muntah darah
(-) Diare
(-) Benjolan
Saluran kemih/Alat kelamin (-) Disuria
(-) Kencing menetes
(-) Oliguria
(-) Poliuria
(-) Kolik
(-) Retensi urin
(-) Anuria
(-) Hematuria
(-) Eneuresis
Saraf dan otot (-) Riwayat trauma
(-) Kejang
(-) Parestesi
(-) Anestesi
(-) Pingsan
6
Ekstremitas (-) Bengkak
(-) Nyeri
(-) Tophus
(-) Sianosis
(-) Deformitas (+) petekie
Hematom (+)
Tulang belakang
: Skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-)
Pemeriksaan neurologis Tingkat kesadaran
: GCS 15 (E4M6V5)
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium : 22 Februari 2019 10.24 WIB, di Puskesmas Kecamatan Tebet Hasil
Unit
Nilai Rujukan
Hemoglobin
11,5
g/dL
13.3 ~ 16.6
Hematokrit
34,7
%
41.3 ~ 52.1
Trombosit
6
103/mm3
172 ~ 359
MCV
87,0
%
86.1 – 101.9
MCH
28,7
Pg
27.5 – 32.4
MCHC
33,0
g/dl
30.7– 33.2
HEMATOLOGI Darah Rutin
Ringkasan (RESUME) Anak perempuan usia 10 tahun, pasien rujukan dari Puskesmas Tebet dengan diagnosa haemorrage dd ITP, datang ke IGD RSUD Tarakan dengan keluhan gusi berdarah sejak 1 minggu SMRS. 2 hari SMRS keluhan gusi berdarah semakin sering sehingga ibu pasien membawa pasien ke Puskesmas, keluhan pusing disangkal. Pasien juga mengeluh adanya bintik-bintik kemerahan sejak 1 minggu SMRS, bintik-bintik kemerahan timbul mendadak diseluruh tubuh, keluhan gatal disangkal. 4 bulan SMRS orangtua pasien mengatakan timbul memar-memar secara mendadak pada tubuh pasien dan hilang timbul kadang pada tempat yang berbeda tanpa didahului adanya trauma Keluhan lain demam (-), pusing (-), nyeri (-) bab dan bak dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah : 110/70 mmH nadi : 102 x/ menit, nafas : 20 x/ menit, Suhu : 36,3oC, SaO2 : 98 %. Pada pemeriksaaan fisik didapatkan petekie diseluruh tubuh. Didapatkan hasil
7
laboratorium hb 10,5, hematokrit 29,8 eritrosit 3,70 leukosit 9,30 trombosit 10 mcv 80,5 mch 28,4 mchc 35,2.
DIAGNOSIS KERJA -
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) akut
DIAGNOSIS BANDING -
Purpura Henoch-Schönlein (PHS)
-
Anemia aplastik
-
Leukimia akut
PENATALAKSANAAN Medikamentosa Infus RL 20 tpm Transfusi TC 7 unit 2x Metilprednisolon 3x12 mg
Non medikamentosa Rawat inap Tirah baring
Follow Up Tanggal
22 Februari 2019
S
perdarahan gusi (+), nyeri kepala (-) ptekie (+), hematom (+), batuk (-) pilek (-) demam (-) bab dan bak dalam batas normal
O
KU: Tampak sakit ringan
Kesadaran: Compos mentis
TD : 100/70 mmHg HR: 100x/menit
RR: 21x/menit
Suhu: 36,3C
SpO2: 99% Kepala : Normocepali Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor Telinga : Normotia -/Hidung: Nafas cuping hidung( - ) Mulut : Sianosis (-), perdarahan gusi (+)
8
Leher : PKGB (-), hematom (+) Dada: Simeris , retraksi -, nafas spontan Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/Abd: Supel, bu (+), NTE (-) turgor kembali cepat Ekstremitas: CRT < 2 detik terdapat ptekie +/+, hematom (+) A
Suspek ITP
P
Th/ IVFD RL 20 tpm Transfusi TC 7 unit (2x) Metilprednisolon 3x12 mg (iv)
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium: 22 Februari 2019, pukul 13.34 WIB di IGD RSUD TARAKAN Hasil
Unit
Nilai Rujukan
Hemoglobin
10,5
g/dL
13.3 ~ 16.6
Hematokrit
29,8
%
41.3 ~ 52.1
Eritrosit
3,70
juta/µL
4.29 ~ 5.70
Leukosit
9,30
103/mm3
3.58 ~ 8.15
Trombosit
10
103/mm3
172 ~ 359
MCV
80,5
%
86.1 – 101.9
MCH
28,4
Pg
27.5 – 32.4
MCHC
35,2
g/dl
30.7– 33.2
GDS
90
Mg/dL
<140
HEMATOLOGI Darah Rutin
Tanggal
23 Februari 2019
S
Gusi berdarah (-), lebam (-), petekie (+) namun sudah berkurang, perdarahan baru (-), demam (-), bab dan bak dalam batas normal. Terdapat reaksi alergi pada TC ke-5. Terdapat pruritus (+) ruam ringan pada wajah, leher, lengan dan betis.
O
KU: Tampak sakit ringan TD: 100/70mmHg Suhu: 36,5ᵒC
Kesadaran: Compos mentis HR: 117x/menit
RR: 27x/menit
SpO2: 99%
Kepala : Normocepali, utikaria (+)
9
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor Telinga : Normotia -/Hidung: Nafas cuping hidung( - ) Mulut : Sianosis (-) Leher : PKGB (-), utikaria (+) Dada: Simeris , retraksi -, nafas spontan Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/Abd: Supel, bu (+), NTE (-) turgor kembali cepat Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2, petekie (+), utikaria (+) A
Suspek ITP
P
Th/ dilanjutkan Terapi dilanjutkan Premedikasi sebelum transfusi TC ke 5 stop berikan difenhidramin 2 ampul iv Transfusi TC 2X7 unit dilanjutkan bila reaksi alergi hilang Post transfusi periksa H2TL
Pemeriksaan laboratorium: 23 Februari 2019, pukul 10.00 WIB di ruang melati RSUD TARAKAN Hasil
Unit
Nilai Rujukan
Hemoglobin
9,8
g/dL
13.3 ~ 16.6
Hematokrit
28,7
%
41.3 ~ 52.1
Eritrosit
3,47
juta/µL
4.29 ~ 5.70
Leukosit
10,70
103/mm3
3.58 ~ 8.15
HEMATOLOGI Darah Rutin
3
Trombosit
76
10 /mm3
172 ~ 359
MCV
82,7
%
86.1 – 101.9
MCH
28,2
Pg
27.5 – 32.4
MCHC
34,1
g/dl
30.7– 33.2
Tanggal
24 Februari 2019
S
Pasien sudah tidak ada keluhan, stabil, perdarahan gusi (-), hematom (-) dan petekie berkurang, batuk (+), pilek (+), bab dan bak dalam batas normal.
O
KU: Tampak sakit ringan
Kesadaran: Compos mentis
10
TD : 110/70 mmH
HR: 67x/menit
RR: 22x/menit
Suhu: 36,2ᵒC
SpO2: 97% Kepala : Normocepali Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor Telinga : Normotia -/Hidung: Nafas cuping hidung( - ) Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-) Leher : PKGB (-) Dada: Simeris , retraksi -, nafas spontan Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/Abd: Supel, bu (+), NTE (-) turgor kembali cepat Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2, petekie +/-, hematom (-) A
ITP
P
-
Rencana metilprednisolon ganti oral 3x12 mg
-
Rencana BPL
24/02/2019 10.33 WIB
Hasil
Unit
Nilai Rujukan
HEMATOLOGI Darah Rutin Hemoglobin
12,1
g/dL
13.3 ~ 16.6
Hematokrit
35,5
%
41.3 ~ 52.1
Eritrosit
4,48
juta/µL
4.29 ~ 5.70
Leukosit
18,80
103/mm3
3.58 ~ 8.15
Trombosit
214
10 /mm3
172 ~ 359
MCV
79,2
%
86.1 – 101.9
MCH
27,0
Pg
27.5 – 32.4
MCHC
34,1
g/dl
30.7– 33.2
3
Tanggal
25 Februari 2019
S
Stabi, tidak ada keluhan (-), perdarahan baru (-), petekie (-), gusi berdarah disangkal, hematom (-), perdarahan baru (-), batuk (-), pilek (-)
O
KU: Tampak sakit ringan TD : 110/70 mmH
Kesadaran: Compos mentis
HR: 67x/menit
RR: 22x/menit
Suhu: 36,2ᵒC
11
SpO2: 97% Kepala : Normocepali Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor Telinga : Normotia -/Hidung: Nafas cuping hidung( - ) Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-) Leher : PKGB (-) Dada: Simeris , retraksi -, nafas spontan Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/Abd: Supel, bu (+), NTE (-) turgor kembali cepat Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2, petekie -/-, hematom (-) A
ITP perbaikan
P
-
BPL
-
Metilprednisolon 3x12 mg p.o
ANALISA KASUS Analisi Anamnesis Idiopathic Trombositopenia Purpura (ITP) ialah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari penghancuran trombosit yang berlebihan, yang ditandai dengan: trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), purpura, gambaran darah tepi yang umumnya normal, dan tidak ditemukan penyebab trombositopenia yang lainnya. ITP merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan meningkatnya penghancuran trombosit dalam sistem retikuloendotelial.1 Memar dan ruam petekie menyeluruh terjadi 1-4 minggu setelah infeksi virus atau pada beberapa kasus tidak ada penyakit yang mendahului. Gambaran klasik pada ITP ialah mengenai anak yang sebelumnya sehat dan mendadak timbul petekie, purpura, dan ekimosis yang dapat tersebar ke seluruh tubuh, biasanya asimetris, dan mungkin mencolok di tungkai bawah. Dari hasil anamnesis pada kasus ini, ditemukan gejala yang mendukung diagnosis ITP akut, yaitu:1,2
Hasil anamnesis •
Terdapat perdarahan gusi serta riwayat manifestasi perdarahan lain seperti petekie, hematom.
•
Riwayat hematom sejak 4 bulan dan hilang timbul 12
•
Riwayat infeksi disangkal
•
Riwayat penggunaan obat-obatan tertentu disangkal
Episode perdarahan (epistaksis, melena, dan/atau menoragia) yang memerlukan perawatan rumah sakit dengan/atau tanpa transfusi darah. Gangguan serius yang mempengaruhi kualitas hidup2
Analisis Pemeriksaan Fisik Pada ITP kelainan yang paling sering ditemukan ialah petekie, purpura dan kemudian ekimosis yang dapat tersebar di seluruh tubuh.5 Keadaan ini kadang-kadang dapat dijumpai pada selaput lendir terutama hidung dan mulut sehingga dapat terjadi epistaksis dan perdarahan gusi. Dapat timbul pula pada selaput lendir yang berisi darah (bula hemoragik). Gejala lainnya ialah perdarahan traktus genitourinarius (menoragia, hematuria); traktus digestivus (hematemesis, melena), pada mata (konjungtiva, retina) dan yang terberat namun agak jarang terjadi ialah perdarahan pada SSP (perdarahan subdural dan lain-lain).3 Berdasarkan pemeriksaan fisik pada pasien ditemukan hal-hal yang mendukung diagnosis ITP berupa ekimosis, petekie lengan, dada, perut, punggung, dan tungkai serta hepar dan lien yang tidak membesar. PEMERIKSAAN PENUNJANG Analisis Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium yang khas pada ITP ialah trombositopenia.. Anemia biasanya normositik dan sesuai dengan jumlah darah yang hilang. Bila telah berlangsung lama maka dapat berjenis mikrositik hipokromik.4,5 Transfusi TC dapat diberikan pada pasien yang mengalami perdarahan akibat trombositopenia, atau sebagai profilaksis pada keadaan tertentu. Pada pasien dengan trombositopenia, transfusi TC profilaksis dapat diberikan pada kadar trombosit <50.000/ microliter namun sebagian institusi menggunakan kesepakatan untuk memberikan pada kadar trombosit <20.000/ mikroliter. Namun hal ini juga harus mempertimbangkan klinis pasien. Pasien yang dijadwalkan untuk prosedur invasif juga dapat diberikan transfusi TC profilaksis apabila kadar trombosit < 50.000/ mikroliter.5 Pada pasien dengan trombositopenia dengan perdarahan aktif, pemberian transfusi TC dibenarkan pada kadar trombosit berapapun. Transfusi TC juga dapat diberikan pada pasien dengan perdarahan aktif yang memiliki defek trombosit kualitatif (trombopati). Selain itu, pada pasien anak dengan kadar trombosit < 20.000 mikroliter yang akan menjalani tindakan 13
prosedur invasif sebaiknya diberikan transfusi trombosit sebagai profilaksis walaupun tanpa perdarahan aktif. Satu kantong TC dianggap dapat meningkatkan kadar trombosit 5.00010,000/mL. Dosis pemberian TC pada anak dan neonatus adalah 10-20 mL/kgBB/ hari. Tidak diakukan aspirasi sumsum tulang karena umumnya pemeriksaan aspirasi sumsum tulang ini dilakukan pada kasus-kasus yang meragukan, namun tidak pada kasuskasus dengan manifestasi klinis yang khas.4 Pemeriksaan sumsum tulang dianjurkan pada kasus-kasus misalnya pada riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang tidak umum, misalnya demam, penurunan berat badan, kelemahan, nyeri tulang, pembesaran hati dan atau limpa. Kelainan eritrosit dan leukosit pada pemeriksaan darah tepi. 5
Pada pasien ini didapatkan pemeriksaan laboratorium yang mendukung diagnosis ITP berupa trombositopenia (10.000 ribu/ul) , jumlah trombosit terus turun selama masa perawatan, sehingga diberikan transfusi TC pada hari ke-2. Hari ke 3 didapatkan trombosit naik menjadi 214.000.
Diagnosis Diagnosis ITP sebagian besar ditegakkan berdasarkan gambaran klinis adanya gejala dan atau tanda perdarahan, disertai penurunan jumlah trombosit (trombositopeni). Pemeriksaan laboratorium lainnya dapat membantu menyingkirkan kemungkinan penyebab trombositopeni yang lain. Biasanya pasien ITP merupakan anak sehat yang tiba-tiba mengalami perdarahan baik pada kulit, petekie, purpura atau perdarahan pada mukosa hidung (epistaksis).5 Lama terjadinya perdarahan pada ITP dapat membantu membedakan antara ITP akut dan kronis. Tidak didapatkan gejala sistemik dapat membantu menyingkirkan kemungkinan suatu bentuk sekunder dan diagnosis lainnya. Perlu juga dicari riwayat imunisasi, riwayat tentang penggunaan obat atau bahan lain yang dapat menyebabkan trombositopenia. Riwayat keluarga umumnya tidak didapatkan.6 Diagnosis ITP pada pasien ini ditegakkan berdasarkan atas : - Terdapat hematom dalam kurun waktu 4 bulan dan hilang timbul -
Terdapatnya manifestasi perdarahan lain berupa perdarahan gusi, petekie seluruh tubuh.
-
Hati, limfa, dan kelenjar getah bening tidak membesar
-
Pemeriksaan darah tepi ditemukan trombositopenia dengan hasil hitung trombosit kurang dari 20 x 103/l
-
Morfologi Hemoglobin, hematokrit, MCV terjadi penurunan 14
Ada klasifikasi dari U.K untuk pembagian derajat perdarahan pada ITP berdasarkan gejala dan tanda, tetapi tidak berdasarkan jumlah trombosit.6 1. None Tidak ada gejala selain jumlah trombosit yang rendah 2. Ringan Memar dan petekie.Sesekali epistaksis ringan. Sangat sedikit atau tidak ada gangguan dengan kehidupan sehari-hari 3. Sedang Manifestasi kulit yang lebih berat dengan beberapa lesi di mukosa 4. Berat Epistaksis dan menoragia yang lebih berat
Adapun diagnois banding yang mungkin adalah : -
Purpura Henoch-Schönlein (PHS)
Purpura Henoch-Schönlein (PHS) atau disebut juga sebagai purpura anafilaktoid adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh vaskulitis pembuluh darah kecil sistemik. Penyakit ini ditandai oleh lesi kulit spesifik berupa purpura nontrombositopenik, artritis, nyeri perut dan perdarahan saluran cerna, serta dapat pula disertai nefritis. Usia penderita Purpura Henoch-Schönlein Kebanyakan pasien (75%) adalah anak-anak usia 2-14 tahun. Usia median onset adalah 4-5 tahun. Meskipun satu dari kriteria untuk diagnosis Purpura Henoch-Schönlein dipublikasikan oleh American College of Rheumatology adalah “umur kurang dari 20 tahun” penyakit ini dapat timbul dari bayi hingga dekade kesembilan. 7 Tanda dari penyakit ini adalah ruam, dimulai dengan makulopapule merah muda yang awalnya melebar pada penekanan dan berkembang menjadi ptechie atau purpura, dimana karakteristik klinisnya adalah purpura yang dapat dipalpasi dan berkembang dari merah ke ungu hingga kecoklat sebelum akhirnya memudar.7 Lesi cenderung untuk timbul di crop, akhir dari 3-10 hari, dan dapat timbul pada interval yang bervariasi dari beberapa hari hingga 3-4 bulan. Kurang daripada 10% anak-anak, rekurensi dari ruam dapat tidak selesai hingga akhir tahun, dan secara jarang beberapa tahun, setelah episode awal. Kerusakan pembuluh darah kulit juga terlihat di area yang tergantung-sebagai contoh dibawah lengan, pada bagian pungging atau di area besar jaringan distensinya, seperti kelopak mata, bibir, skrotum, atau dorsum dari tangan dan kaki.7 -
Leukemia akut
Pada leukemia pasien akan mengeluhkan pula adanya rasa lelah kronis, demam, penurunan berat badan, pucat dan rasa nyeri pada tulang. Pada pemeriksaan akan ditemukan
15
adanya hepatosplenomegali atau limfadenopati. Pada pemeriksaan laboratorium akan ditemukan adanya peningkatan itung leukosit, anemia dan adanya sel blas pada pemeriksaan morfologi darah tepi.7 -
Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah kelainan hematologik yang ditandai dengan penurunan komponen selular pada darah tepi yang diakibatkan oleh kegagalan produksi di sumsum tulang. Pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang diproduksi tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia, yaitu keadaan dimana terjadi kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.7
Analisis Penatalaksanaan Pengobatan yang biasa diberikan pada anak dengan ITP meliputi kortikosteroid peroral, imunoglobulinintravena (IVIG), dan yang terakhir, anti-D untuk kasus dengan rhesus D positif.7 Kortikosteroid per oralmerupakan pengobatan utama pada ITP karena dipercaya dapat menghambat penghancuran trombosi dalam sistem retikuloendotelial dan mengurangipembentukan antibodi terhadap trombosit, serta mempunyai efek stabilisasi kapiler yang dapatmengurangi perdarahan. Dosis kortikosteroid pada ITP yaitu prednison oral: 1 – 4 mg/kg/hari selama 2 – 3 minggu atau hingga trombosit mencapai lebih dari 20.000/uL. Bila belum sembuh selama3-6 bulan, maka pengobatan prednison diberikan bersama azathiophrine (imuran) 1-2 mg/kgbb.7,8 Bila belum sembuh juga, maka dipertimbangkan tindakan splenektomi. Pada pasien dosis kortikosteroid yang diberikan adalah metilprednisolon dengan dosis 2x 8 mg.8
Tatalaksana yang diberikan Pada pasien ini diberikan metilprednisolon 3x12 mg iv
PROGNOSIS Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungtionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
16
Daftar Pustaka 1. Childhood Immune Trombocytopenic Purpura : Over 40 Year Experiences. Diakses pada tanggal 25 Februari
2019. Terdapat pada: http://www.medicaljournal-
ias.org/Belgelerim/Belge/03-OzsoyluMRWPTYEJCH 22259.pdf. 2. Perez ELS, Placido DG, Rapacon JJB. A Case Study of Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Dept of Emergency Medicine at UP-Philippine General Hospital. 2011. 3. Tepie MAF, Roux GL, Beach KJ, Bennett D, Robinson NJ. Comorbidities of Idiopathic Thrombocytopenic Purpura: A Population-Based Study 2008;2009:1-12. 4. Craig M Kessler, MD, MACP; Chief. Immune Thrombocytopenic Purpura (ITP) https://emedicine.medscape.com/article/202158-overview 5. Wahidiyat PA, Rahmartani LD, Putriasih SA. Pemakaian klinis produk darah pada kasus transfusi berulang. Divisi Hematologi-Onkologi, Departement Ilmu Kesehatan Anak, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo; 2016. 6. L.Kayal,S.Jayachandran,and Khushboo
Singh.
Idiopathic
Thrombocytopenic
Purpura. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4147825/ 7. Vranou M, Pergantou H, Platokouki H, Kousiafes D,et al. Recurrent Idiopathic Thrombocytopenic Purpura in Childhood. Pediatrics. 2008. 121: 122. 8. Hassan R, Alatas H, editor. Idiopathic Trombocytopenic Purpura (ITP). Dalam: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. 11thed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. hal479-82.
17