Campuran

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Campuran as PDF for free.

More details

  • Words: 4,181
  • Pages: 17
Wong,Donna L,(2004), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,Edisi 4Jakarta : EGC Betz, Cecily. L & Sowden,Linda A,(2002), Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 6, Jakarta : EGC

Askep Hisprung A. KONSEP DASAR 1. PENGERTIAN Hisprung adalah Tidak adanya sel-sel ganglion dalam relitum atau bagian relitosigmoid Kolon. (Betz, Cecily. L, 2002). 2. ETIMOLOGI Menurut Betz, Cecily. L (2002) penyebab Hisprung sebenarnya tidak diketahui tetapi penyakit ini diduga karena factor-faktor genetic dan factor lingkungan. 3. PATOFISIOLOGI 4. MANIFESTASI KLINIS Menurut Betz, Cecily. L (2002) manifestasi klinis Hisprung dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: a. Masa Veo Natal 1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir. 2. Muntah berisi empedu 3. Enggan minum. 4. Distensi abdomen. b. Masa Bayi dan Kanak-kanak 1. Kanstipasi 2. Diare berulang 3. Tinja seperti pita, berbau busuk 4. Distensi abdomen 5. Gagal tumbuh. 5. KOMPLIKASI Menurut Betz, Cecily. L (2002) komplikasi hisprung yaitu : ∼ Gawat pernapasan (akut) ∼ Entero koloitis (akut) ∼ Striktura ani (pasca bedah) ∼ Inkontensitas (jangka panjang). 6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Menurut Betz, Cecily. L (2002) Pemeriksaan diagnostik pada Hisprung yaitu : ∼ Foto abdomen ∼ Enema barium

∼ Biopsi rectal untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion ∼ Manometriano rectal untuk mencatat respons refleks sfringter interna dan eksterna. 7. PENATALAKSANAAN Menurut Betz, Cecily. L (2002) penatalaksanaan pada penyakit Hisprung yaitu : ∼ Pembedahan Pembedahan dilakukan dalam 2 (dua) tahap mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double-barrel sehingga tomus dan ukuran usus yang dilatsi dan hipertropi dapat kembali normal. (memerlukan waktu kira-kira 3-4 bulan). Pada umur bayi diantara 6-12 bulan (mulai beratnya antara 9 s/d 10 Kg), satu dari tiga prosedur berikut dengan cara memotong usus aganglionik dan mengantomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan jarak 1 inci dari anus. Prosedur Duhamel umumnya dilakukan u terhadap bayi yang berusia 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon normalkearah bawah dan menganastomosiskannya dibelakang usus agaanglionik, menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganlionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut. Pada prosedur Swenson, bagian bagian kolon yang aganglionik itu dibuang, kemudian dilakukan anastomosis end to end pada kolon berganglion dengan saluran anal yang dilatasi. Sfring terotomi dilakukan pada bagian posterior. Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan prosedur yang paling banyak dilakukan untuk mengobati penyakit Hisprung. Dinding otot dari segmen rektumdibiarkan tetap utuh, kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rekto sigmonial yang tersisa. B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian ∼ Lakukan pengkajian fisik rutin. ∼ Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat terutama yang berhubungan dengan pola defekasi. ∼ Kaji status Hierasi dan nutrisi umum. Periode bayi baru lahir. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam setelah lahir menolak untuk minum air. Muntah berwarna empedu Distensi Abdomen Masa Bayi Ketidakadekuatan penambahan BB Konstipasi Distensi Abdomen Episode diare dan Muntah Tanda-tanda ominous (sering menandakan adanya enterokolitis) Diare berdarah Demam Alergi berat Masa Kanak-kanak (gejala lebih kronis) Konstisipasi

Feses berbau menyengat dan seperti karbon Distensi Abdomen Masa fekal dapat teraba Anak biasanya mempunyai nafsu makan dan pertambahanya buruk Bantu dengan prosedur diagnostis dan pengkajian, misalnya : Radiografi, Giopsi rektal, manometri anorektal. Dx : 1. Resti cedera b/d penurunan motolitas usus 2. Perubahan proses keluarga b/d lensis situasi anak dihospitalisasi. Dx : 1 Tujuan : Pasien disiapkan untuk prosedur pembedahan. Kriteria hasil : Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang pembedahan dan implikasinya. 1. Intervensi : Beri enema sesuai ketentuan. Rasional : Untuk mengosongkan usus. 2. Intervensi : Pantau dengan ketat tanda-tanda vital dan TD. Rasional : Untuk mengetahui adanya tanda-tanda syok. 3. Intervensi : Ukur dan catat lingkar abdomen. Rasional : Karna distensi progresif merupakan tanda yang serius. 4. Intervensi : Ukur diameter abdomen yang terbesar (biasanya setinggi umbilikus). Rasional : Untuk meyakinkan ketetapannya. Kolaborasi 5. Intervensi : Beri cairan elektrolit sesuai ketentuan. Rasional : untuk menstabilkan anak untuk menghadapi pembedahan. 6. Intervensi : Beri Antibiotik sistenik sesuai ketentuan. Rasional : Untuk menurunkan flora bakteri dalam usus. 7. Intervensi : Beri Iligasi kolon antibiotik sesuai ketentuan. Rasional : Untuk menurunkan flora bakteri dalam usus. Dx : 2 Intervensi Mandiri Tujuan : Pasien (keluarga) mendapatkan dukungan yang adekuat. Kriteria hasil : Keluarga mampu menunjukkan kemampuan dalam memberikan perawatan. 1. Dorong keluarga dan anak yang lebih besar untuk pasca operasi awal. 2. Berikan informasi yang dibutuhkan. 3. Selalu ada untuk keluarga. 4. Tetap tenang. 5. Tunjukkan sikap perhatian

1. Untuk menaikkan pengajaran tentang perawatan kolostomi dan menaikkan penerimaan anak terhadap perubahan tubuh. 2. Untuk menghilangkan rasa takut tentang ketidaktahuan. 3. Untuk memudahkan penyesuaian diri mereka. 4. Untuk menurunkan kecemasan keluarga. 5. Untuk anak. Daftar Pustaka Wong,Donna L,(2004), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,Edisi 4Jakarta : EGC Betz, Cecily. L & Sowden,Linda A,(2002), Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 6, Jakarta : EGC

Hirscprung • •

View clicks

Posted November 18th, 2008 by bocahwanguk •

Ilmu Kesehatan

Definisi Hirschsprung terjadi karena adanya permasalahan pada persarafan usus besar paling bawah, mulai anus hingga usus di atasnya. Syaraf yang berguna untuk membuat usus bergerak melebar menyempit biasanya tidak ada sama sekali atau kalopun ada sedikit sekali. Namun yang jelas kelainan ini akan membuat BAB bayi tidak normal, bahkan cenderung sembelit terus menerus. Hal ini dikarenakan tidak adanya syaraf yang dapat mendorong kotoran keluar dari anus Dalam keadaan normal, bahan makanan yang dicerna bisa berjalan di sepanjang usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis ini disebut gerakan peristaltik). Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oleh sekumpulan saraf yang disebut ganglion, yang terletak dibawah lapisan otot. Pada penyakit Hirschsprung, ganglion ini tidak ada, biasanya hanya sepanjang beberapa sentimeter. Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik tidak dapat mendorong bahanbahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan. Penyakit Hirschsprung 5 kali lebih sering ditemukan pada bayi laki-laki. Penyakit ini kadang disertai dengan kelainan bawaan lainnya, misalnya sindroma Down. Gejala-gejala yang mungkin terjadi: ? segera setelah lahir, bayi tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja pertama pada bayi baru lahir) ? tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir perut menggembung muntah ? diare encer (pada bayi baru lahir) ? berat badan tidak bertambah ? malabsorbsi.

Etiologi penyakit hirscprung ? Keturunan karena penyakit ini merupakan penyakit bawaan sejak lahir. ? Faktor lingkungan ? Tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon. ? Ketidakmampuan sfingter rectum berelaksasi Manifestasi Klinis 1. Masa neonatal ? Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir ? Muntah berisi empedu ? Enggan minum ? Distensi abdomen 2. Masa bayi dan kanak-kanak ? Konstipasi ? Diare berulang ? Tinja seperti pita, berbau busuk ? Distensi abdomen ? Gagal tumbuh Patofisiologi Penyakit Hirscprung, atau megakolon kongenital adalah tidak adanya sel-sel ganglion dalam rektum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristalsis serta tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain itu, sfingter rektum tidak dapat berelaksasi, mencegah keluarnya feses secara normal. Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul di daerah tersebut, menyebabkan dilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu. Penyakit hirscprungdiduga terjadi karena faktor-faktor genetik dan faktor lingkungan, namun etiologi sebanarnya tidak diketahui. Penyakit hairscprung dapat muncul pada sembarang usia, walaupun sering terjadi pada neonatus. Sel ganglion parasimpatik dari pleksus aurbach di kolon tidak ada Peristaltik segmen kolon turun dan mengenai rektum dan kolon kongenital bagian bawah Hipertrofi Distensi kolon bagian proksimal Distensi abdomen Karakteristik Karektertik megakolon didapat pada anak-anak adalah akibat dari kombinasi latihan BAB (Buang air besar) yang salah dan gangguan mental dan emosional yang dikarenakan oleh anak tersebut tidak mau mencoba untuk BAB. Administrasi dosis laksatif yang gagal untuk menyelasaikan masalah secara permanen dan dalam masa yang panjang rectum anaknya akan dipenuhi feses yang padat dan kolon menjadi besar secara progresif. Setelah bagian kolon yang menggelembung dikosongkan, rawatan primer untuk kelainan ini adalah psychiatric dan termasuk memujuk anak tersebut menerima latihan tersebut Megakolon pada dewasa bias disebkan oleh mengambil obat-obat tertentu, fungsi troid

yang abnormal, DM (Diabetes millitus, scleroderma atau amyloidosis. Berbagai prosedur pembedahan untuk membaikkan kondisi ini Diagnosis Diagnosis yang diperoleh terutama dengan teknik radiografi dan ultrasound. Studi tentang penilaian kolonik transit sangat berguna dalam menentukan kemampuan fisik tubuh untuk menahan daya yang dapat merubah posisi megakolon dari bentuk istirahat atau untuk merubah bentuk..Dalam tes ini, pasien diharuskan menelan larutan yang mengandung bolus ‘kontras radio-opaq’. Dari sini didapatkan film dalam jangka waktu1,3 dan 5 jam kemudian. Pasien dengan kelembaman kolon dapat dikenal pasti dari penilaian yang terbentukdi sepanjang usus besar, sementara pasien obstruksi berlebihan akan mengakumulasi penilaian pada tempat tertentu. Suatu colonscopy bisa juga digunakan untuk menegaskan penyebab obstruksi secara mekanikal. Monometri anorektal bisa membantu dalam membedakan bentuk kongenital dan didapat. Biopsi rektal direkomendasi untuk diagnosis akhir bagi penakit Hirschprung. Pemeriksaan yang biasa dilakukan: ? Rontgen perut (menunjukkan pelebaran usus besar yang terisi oleh gas dan tinja) ? Barium enema ? Manometri anus (pengukuran tekanan sfingter anus dengan cara mengembangkan balon di dalam rektum) ? Biopsi rektum (menunjukkan tidak adanya ganglion sel-sel saraf Pemeriksaan Penunjang Penyakit Hirschprung 1. Radiologi • Pada foto polos abdomen memperlihatkan obstruksi pada bagian distal dan dilatasi kolon proksimal. • Pada foto barium enema memberikan gambaran yang sama disertai dengan adanya daerah transisi diantara segmen yang sempit pada bagian distal dengan segmen yang dilatasi pada bagian yang proksimal. Jika tidak terdapat daerah transisi, diagnosa penyakit hirschprung ditegakkan dengan melihat perlambatan evakuasi barium karena gangguan peristaltik. 2. Laboratorium Tidak ditemukan adanya sesuatu yang khas kecuali jika terjadi komplikasi, misal : enterokolitis atau sepsis. 3. Biopsi Biopsi rektum untuk melihat ganglion pleksus submukosa meisner, apakah terdapat ganglion atau tidak. Pada penyakit hirschprung ganglion ini tidak ditemukan. Penatalaksanaan Hirschprung ? Pembedahan Pembedahan pada penyakit hirscprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double–barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan). Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan (atau bila beratnya antara 9 dan 10 Kg), satu dari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara memotong usus aganglionik dan menganastomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan jarak 1 cm dari anus. Prosedur Duhamel umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon nromal ke arah bawah dan

menganastomosiskannya di belakang anus aganglionik, menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut. Pada prosedur Swenson, bagian kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end-to-end pada kolon bergangliondengan saluran anal yang dilatasi. Sfinterotomi dilakukan pada bagian posterior. Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan prosedur yang paling banyak dilakukanuntuk mengobati penyakit hirsrcprung. Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa. ? Konservatif Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara. ? Tindakan bedah sementara Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis berat dan keadaan umum memburuk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling distal. Perawatan Perawatann yang terjadi : ? Pada kasus stabil, penggunaan laksatif sebagian besar dan juga modifikasi diet dan wujud feses adalah efektif. ? Obat kortikosteroid dan obat anti-inflamatori digunakan dalam megakolon toksik-Tidak memadatkan dan tidak menekan feses menggunakan tuba anorektal dan nasogastric. Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Penyakit Hisprung Pengkajian keperawatan Pada pengkajian anak dengan penyakit hisprung dapat ditemukan tanda dan gejala sebagai berikut. Adanya kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-28 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau, dan konstipasi. Pada pengkajian terhadap faktor penyebab penyakit hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetis dan faktor lingkungan. Penyakit ini dapat muncul pada semua usia akan tetapi paling sering ditemukan pada neonatus. Pada perkusi adanya kembung, apabila dilakukan colok anus, feses akan menyemprot. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan adanya segmen aganglionosis diantaranya: apabila segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, maka termasuk tipe hisprung segmen pendek dan apabila segmen aganglionosis melebihi sigmoid sampai seluruh kolon maka termasuk tipe hisprung segmen panjang. Pemeriksaan biopsi rektal digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion. Pemeriksaan manometri anorektal digunakan untuk mencatat respons refluks sfingter internal dan eksternal. Diagnosis / Masalah Keperawatan Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan penyakit hisprung (megakolon kongenital) antara lain: Prapembedahan 1. Konstipasi 2. Kurang volume cairan dan elektrolit 3. Gangguan kebutuhan nutrisi 4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

Pascapembedahan 1. Nyeri 2. Risiko infeksi 3. Risiko komplikasi pascapembedahan Rencana Tindakan Keperawatan Prapembedahan Konstipasi Terjadinya masalah konstipasi ini dapat disebabkan oleh obtruksi, tidak adanya ganglion pada usus. Rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah mencegah atau mengatasi konstipasi dengan mempertahankan status hidrasi, dengan harapan feses yang keluar menjadi lembek dan tanpa adanya retensi. Tindakan: 1. Monitor terhadap fungsi usus dan karakteristik feses 2. Berikan spoling dengan air garam fisiologis bila tidak ada kontra indikasi lain 3. Kolaborasi dengan dokter tentang rencana pembedahan: Ada dua tahap pembedahan pertama dengan kolostomi loop atau double barrel di mana diharapkan tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali menjadi normal dalam waktu 3-4 bulan. Terdapat tiga prosedur dalam pembedahan diantaranya: a. Prosedur duhamel dengan cara penarikan kolon normal ke arah bawah dan menganastomosiskannya di belakang usus aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang telah ditarik. b. Prosedur swenson membuang bagian aganglionik kemudian menganastomosiskan end to end pada kolon yang berganglion dengan saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior. c. Prosedur soave dengan cara membiarkan dinding otot dari segmen rektum tetap utuh kemudian kolon yang besaraf normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa. Kurang Volume Cairan dan Elektrolit Kekurangan volume cairan dapat disebabkan asupan yang tidak memadai sehingga dapat menimbulkan perubahan status hidrasi seperti ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, perubahan membran mukosa, produksi, dan berat jenis urine. Maka upaya yang dapat dilakukan adalah mempertahankan status cairan tubuh. Tindakan: 1. Lakukan monitor terhadap status hidrasi dengan cara mengukur asupan dan keluaran cairan tubuh. 2. Observasi membran mukosa, turgor kulit, produksi urine, dan status cairan. 3. Kolaborasi dalam pemberian cairan sesuai dengan indikasi. Gangguan Kebutuhan Nutrisi Gangguan kebutuhan nutrisi ini dapat timbul dengan adanya perubahan status nutrisi seperti penurunan berat badan, turgor kulit menurun, serta asupan yang kurang, maka untuk mengatasi masalah yang demikian dapat dilakukan dengan mempertahankan status nutrisi. Tindakan: 1. Monitor perubahan status nutrisi antara lain turgor kulit, asupan. 2. Lakukan pemberian nutrisi parenteral apabila secara oral tidak memungkinkan. 3. Timbang berat badan setiap hari.

4. Lakukan pemberian nutrisi dengan tinggi kalori, tinggi protein, dan tinggi sisa. Risiko Cedera (Injuri) Masalah ini dapat ditimbulkan akibat komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit hisprung seperti gawat pernafasan ajut dan enterokolitis. Untuk mengatasi cedera atau injuri yang dapat disebabkan adanya komplikasi maka dapat dilakukan pemantauan dengan mempertahankan status kesehatan. Tindakan: 1. Pantau tanda vital setiap 2 jam (kalau perlu). 2. Observasi tanda adanya perforasi usus seperti muntah, meningkatnya nyeri tekan, distensi abdomen, iritabilitas, gawat pernafasan, tanda adanya enterokolitis. 3. Lakukan pengukuran lingkar abdomen setiap 4 jam untuk mengetahui adanya distensi abdomen. Pascapembedahan Nyeri Masalah nyeri yang dijumpai pada pascapembedahan ini dapat disebabkan karena efek dari insisi, hal ini dapat ditunjukan dengan adanya tanda nyeri seperti ekspresi perasaan nyeri, perubahan tanda vital, pembatasan aktivitas. Tindakan: 1. Lakukan observasi atau monitoring tanda skala nyeri. 2. Lakukan teknik pengurangan nyeri seperti teknik pijat punggung (back rub), sentuhan. 3. Pertahankan posisi yang nyaman bagi pasien. 4. Kolaborasi dalam pemberian analgesik apabila dimungkinkan. Risiko Infeksi Risiko infeksi pascapembedahan dapat disebabkan oleh dadanya mikroorganisme yang masuk melalui insisi daerah pembedahan, atau kurang pengetahuan pasien dalam penatalaksanaan terapeutik pascapembedahan. Tindakan: 1. Monitor tempat insisi. 2. Ganti popok yang kering untuk menghindari konstaminasi feses. 3. Lakukan keperawatan pada kolostomi atau perianal. 4. Kolaborasi pemberian antibiotik dalam penatalaksanaan pengobatan terhadap mikroorganisme. Risiko Komplikasi Pascapembedahan Risiko komplikasi pascapembedahan pada penyakit hisprung ini seperti adanya striktur ani, adanya perforasi, obstruksi usus, kebocoran, dan lain-lain. Rencana yang dapat dilakukan adalah mempertahankan status pascapembedahan agar lebih baik dan tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. Tindakan: 1. Monitor tanda adanya komplikasi seperti: obstruksi usus karena perlengketan, volvulus, kebocoran pada anastomosis, sepsis, fistula, enterokolitis, frekuensi defekasi, konstipasi, pendarahan dan lain-lain. 2. Monitor peristaltik usus. 3. Monitor tanda vital dan adanya distensi abdomen untuk mempertahankan kepatenan pemasangan naso gastrik. Tindakan perawatan Kolostomi a. Siapkan alat untuk pelaksanan kolostomi.

b. Lakukan cuci tangan. c. Jelaskan pada anak prosedur yang akan dilakukan. d. Lepaskan kantong kolostomi dan lakukan pembersihan daerah kolostomi. e. Periksa adanya kemerahan dan iritasi. f. Pasang kantong kolostomi di daerah stoma. g. Tutup atau lakukan fiksasi dengan plester. h. Cuci tangan. DAFTAR PUSTAKA Aziz Alimul Hidayat. 2005. Pengantar Keperawatan Anak II Edisi I. Salemba Medika. Jakarta Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Jakarta Nelson. 1998. Ilmu Kesehatan Anak: Ilmu Pediatric Perkembangan edisi kedua. EGC. Jakarta. NN. Sunday 10 of December, 2006. Megakolon Kongenital. http://fkuii.org/tikiindex.php?page=Megacolon+kongenital8 NN. Diakses 22 November 2007. Hirschsprung Disease. http://medlinux.blogspot.com/2007/09/hirschsprung-disease.html NN. Diakses 22 November 2007. Hirscsprung. http://arbaa-fivone.blogspot.com NN. Diakses 22 November 2007. Penyakit Hirscsprung. http://www.medicastore.com/cybermed/detail

ASMA Definisi Asma: Asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronik saluran napas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi (nafas berbunyi ngik-ngik), sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam menjelang dini hari. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan. Seperti diketahui, saluran napas manusia bermula dari mulut dan hidung, lalu bersatu di daerah leher menjadi trakea (tenggorok) yang akan masuk ke paru. Di dalam paru, satu saluran napas trakea itu akan bercabang dua, satu ke paru kiri dan satu lagi ke paru kanan. Setelah itu, masingmasing akan bercabang-cabang lagi, makin lama tentu makin kecil sampai 23 kali dan berujung di alveoli, tempat terjadi pertukaran gas, oksigen (O 2 ) masuk ke pembuluh darah, dan karbon dioksida (CO 2 ) dikeluarkan. Gambar 1: saluran pernafasan manusia

Bagaimana cara mengetahui asma? Saat anda mendatangi dokter anda untuk konsultasi, dokter anda akan menanyakan mengenai riwayat kesehatan keluarga anda yaitu apakah ada salah seorang anggota keluarga anda yang menderita asma? Pertanyaan ini akan mendukung pendapat mereka untuk melakukan test fungsi paru anda atau test pernafasan untuk menyakinkan hasil pemeriksaan sebelum mereka memberikan resep/obat-obatan dan terapi kepada anda.Test fungsi saluran pernafasan/paru digunakan untuk mengukur kemampuan bernafas anda. Hasil pemeriksaan rontgen paru dapat memperlihatkan jika ada sumbatan pada saluran pernafasan yang merupakan indikasi asma.

Siapa saja yang berisiko asma? Asma adalah penyakit yang dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul segala usia, meskipun demikian, umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun dan orang dewasa pada usia sekitar tigapuluh tahunan. Para ahli asma mempercayai bahwa asma

merupakan penyakit keturunan dan sebagian besar orang yang menderita asma karena allergi terhadap sumber allergi tertentu.

Gejala Asma Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan suara napas yang berbunyi ngik-ngik dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh, hal ini karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai faktor lainnya. Penderita asma akan mengeluhkan sesak nafas karena udara pada waktu bernafas tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran nafas yang sempit dan hal ini juga yang menyebabkan timbulnya bunyi ngik-ngik pada saat bernafas. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan yang terjadi dapat berupa pengerutan dan tertutupnya saluran oleh dahak yang dirpoduksi secara berlebihan dan menimbulkan batuk sebagai respon untuk mengeluarkan dahak tersebut. Gambar dibawah ini adalah gambar penampang paru dalam keadaan normal dan saat serangan asma.

Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan di luar serangan. Artinya, pada saat serangan, penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk, sesak napas hebat dan bahkan sampai seperti tercekik), tetapi di luar serangan dia sehat-sehat saja (bisa main tenis 2 set, bisa jalan-jalan keliling taman, dan lain-lain). Inilah salah satu hal yang membedakannya dengan penyakit lain (keluhan sesak pada asma adalah revesibel, bisa baik kembali di luar serangan, sementara pada PPOK adalah irreversible , tetap saja sesak setiap waktu).

Faktor Pencetus Serangan Asma A. Faktor penjamu, faktor pada pasien     

Aspek genetik Kemungkinan alergi Saluran napas yang memang mudah terangsang Jenis kelamin Ras/etnik

B. Faktor lingkungan

1. 2. 3. 4.

5. 6. 7. 8. 9.

10. 11.

Bahan-bahan di dalam ruangan : - Tungau debu rumah - Binatang, kecoa Bahan-bahan di luar ruangan - Tepung sari bunga - Jamur Makanan-makanan tertentu, Bahan pengawet, penyedap, pewarna makanan Obat-obatan tertentu Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray ) Ekspresi emosi yang berlebihan Asap rokok dari perokok aktif dan pasif Polusi udara dari luar dan dalam ruangan Infeksi saluran napas Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktivitas fisik tertentu. Perubahan cuaca

Bagaimana asma diobati? Pada dasarnya penanganan asma yang paling efektif adalah dengan menghindari fa k tor-faktor pencetus asma dan menggunakan obat asma untuk mengurangi pembengkakan saluran pernafasan. Pengobatan asma secara cepat/jangka pendek yaitu dengan menggunakan ob at pelega saluran pernafasan seperti inhaler dan nebulizer yang berfungsi menghentikan serangan asma. Pengobatan jangka panjang yang berfungsi untuk mencegah terjadinya serangan asma adalah dengan menggunakan obat-obatan seperti steroid berfungsi untuk tetap membuat saluran pernafasan terbuka dan menggurangi pembengkakan.

Bagaimana asma dimonitor? Anda dapat memonitor asma dirumah dengan menggunakan alat yang disebut “Peak Flow Meter”. Alat ini akan memperlihatkan ukuran kecepatan maksimal udara yang dapat dihembuskan oleh paru-paru anda. Dengan memonitor puncak hembusan nafas anda setiap hari, anda dapat memprediksi dan mengambil tindakan pencegahan agar tidak mengalami serangan asma.

OBAT ASMA

Asma merupakan penyakit kronik saluran napas yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu tertentu dan cukup lama. Pada dasarnya pengobatan bagi penderita asma dibagi menjadi dua yaitu:



Pengobatan rutin “pengontrol asma”, obat jenis ini harus digunakan setiap hari untuk mencegah kambuhnya serangan asma dan mencegah bertambah beratnya penyakit.



Pengobatan saat serangan “pelega napas”, obat jenis ini harus segera digunakan bila timbul tanda tanda serangan asma dini, seperti batuk, sesak, rasa berat didada atau penurunan fungsi paru. Penggunaan obat ini dapat mencegah timbulnya serangan asma yang berat. Bila serangan asma timbul dengan derajat berat dapat sampai menimbulkan kematian, sedangkan bila segera diatasi asma tidak mengganggu aktiviti dan produktiviti. Penderita asma dapat hidup normal layaknya orang yang tidak menderita asma.

Obat asma terdapat dalam berbagai macam bentuk antara lain: tablet, sirup puyer racikan atau injeksi. Dari hasil penelitian kedokteran, obat asma dibuat dalam bentuk inhaler agar obat dapat langsung bekerja pada sasaran yaitu saluran napas, karena gangguan pada penyakit asma yang utama adalah pada saluran napas, dimana terdapat radang kronik dengan pengerutan saluran dan sumbatan oleh dahak yang lengket. Dengan bentuk inhaler/hirup manfaat obat dapat langsung segera dirasakan, sesak menjadi berkurang dalam 5-10 menit. Selain itu keunggulan lain dari obat inhaler adalah obat ini menggunakan dosis yang sangat kecil (dalam microgram) sehingga efek samping obat dapat dihindari.

<< BACK

Infeksi Pada Asma

Infeksi bisa terjadi dimana saja, kapan saja, termasuk pada penyandang asma karena asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran pernapasan. Penyebab infeksi biasanya karena adanya kuman, yang dapat berupa bakteri ataupun virus. Infeksi pada asma terjadi pada permukaan dalam (mukosa) saluran napas karena adanya virus influenza yang penyebarannya melalui udara.

Infeksi yang terjadi karena bakteri biasanya disebabkan oleh bakteri pnemococus, staphylococcus dan streptococcus. Sebenarnya bakteri ini ada yang hidup normal dalam tubuh, namun jika kondisi tubuh menurun bakteri tersebut akan berubah menjadi jahat dan menyebabkan infeksi. Terjadinya Infeksi Infeksi terjadi karena masuknya kuman ke dalam tubuh. Kuman tersebut akan menimbulkan sakit di dalam tubuh yang berupa radang. Oleh karena itu, virus yang masuk ke dalam tubuh penyandang asma sering menimbulkan serangan asma. Hal ini dikarenakan protein-protein virus melalui mekanisme reaksi antigen, antibody menyebabkan hipersensistif saluran napas sehingga timbul serangan asma. Gejala awal yang dapat diketahui bila terjadi infeksi pada asma adalah dengan adanya dahak atau riak yang bertambah banyak atau berubah warna atau berbau. Dahak sebelum terjadi serangan asma ataupun infeksi berwarna putih bening, sedangkan bila terjadi infeksi pada serangan asma dahak berwarna kuning. Pada saat seorang terkena infeksi lebih berat lagi maka dahak akan berubah menjadi hijau. Penanggulangan Infeksi Sebelum terjadinya infeksi pada asma, biasanya terjadi serangan asma. Maka untuk pencegahannya, serangan asma tersebut harus diobati segera dengan menggunakan obat asma, seperti pelega napas atau anti inflamasi. Bila terjadi infeksi diobati dengan antibiotik. Antibiotik ini akan membunuh kuman yang menyebabkan infeksi dan bila kuman tersebut mati maka jaringan akan membaik kembali dan serangan asma menjadi reda atau membaik. Hal itu dilakukan jika infeksi disebabkan oleh bakteri. Jika infeksi disebabkan oleh virus, untuk pengobatannya cukup dengan makanan bergizi dan istirahat yang cukup, di samping obat asmanya harus lengkap yaitu obat pelega dan anti inflamasi. Untuk mencegah penyebaran, sebaiknya menggunakan masker karena virus ini menyebar melalui udara dan masuk melalui saluran pernapasan. Dengan menggunakan masker, maka virus menyebar melalui udara tidak melalui orang lain. Penanggulangan infeksi pada asma dapat dilakukan dengan menjaga stamina dan keseimbangan tubuh sehingga tidak tertular infeksi. Faktor pencetus yang menyebabkan serangan asma, kalau tidak dapat dihindari oleh penderitanya akan menyebabkan serangan asmanya sulit diatasi dan asma itu menjadi tidak terkontrol. Dengan asma yang tidak terkontrol ini, maka penderita akan mudah terkena infeksi. Golongan asma apapun dapat terkena infeksi. Tentunya, asma berat dan asma yang tidak terkontrol akan lebih mudah terkena infeksi dibanding asma yang ringan ataupun sedang. Pada dasarnya, orang yang terkena infeksi harus mendapat gizi yang baik, istirahat, serta vitamin yang cukup karena infeksi tersebut menyebabkan luka di dalam tubuh.

Penyembuhan dapat terjadi jika penyebab luka dibunuh dan jaringan yang luka disupport agar cepat diganti dengan jaringan yang baru.

Related Documents