Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh Manusia

  • Uploaded by: Moh. Ubaidillah Faqih
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh Manusia as PDF for free.

More details

  • Words: 8,963
  • Pages: 34
Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

CAIRAN DAN ELEKTROLIT DALAM TUBUH MANUSIA Secara fisik, molekul pembentuk tubuh manusia dapat dibedakan menjadi jenis cairan dan jenis matriks molekul padat. Cairan tubuh meliputi cairan darah, plasma jaringan, cairan sinovial pada persendian, cairan serebrospinal pada otak dan medula spinalis, cairan dalam bola mata (aqueous humor dan vitreous humor), cairan pleura, dan berbagai cairan yang terkandung dalam organ. Fungsi cairan dalam tubuh manusia, antara lain -

Sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit dan sisa metabolisme Sebagai komponen pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh yang lainya Sebagai pengatur suhu tubuh dan lingkungan seluler

Jenis Cairan

Proporsi Cairan Berdasarkan Usia Bayi Baru Lahir

Usia 3 bulan

Dewasa

Lansia

40 %

40 %

40 %

27 %

Plasma (Intravaskuler)

5%

5%

5%

7%

Interstitial

35 %

25 %

15 %

18 %

80 %

70 %

60 %

52 %

Jenis Cairan Intraseluler

Cairan Ekstraseluler

Total Cairan

Transpor Cairan dalam Tubuh a. Difusi Pergerakan molekul melintasi membran semipremeabel dari kompartemen berkonsentrasitinggi menuju kompartemen rendah. Difusi cairan berlangsung melalui pori- pori tipis membran kapiler. Laju difusi dipengaruhi: ukuran molekul, konsetrasi larutan, dan temperatur larutan. Konsentrasi Tinggi

Konsentrasi Rendah

Zat Terlarut

~ 1 ~Semipremeabel Membran

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

b. Filtrasi Proses perpindahan cairan dan solut (substansi yang terlarut dalam cairan) melintasi membran bersama- sama dari kompartemen bertekanan tinggi menuju kompartemen bertekanan rendah. Contoh Filtrasi adalah pergerakan cairan dan nutrien dari kapiler menuju cairan interstitial di sekitar sel. c. Osmosis Pergerakan dari solven (pelarut) murni (air) melintasi membran sel dari larutan berkonsentrasi rendah (cairan) menuju berkonsentrasi tinggi (pekat). Konsentrasi Tinggi

Konsentrasi Rendah H2O H2O

Zat Terlarut

Membran Semipremeabel

d. Transpor Aktif Proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor aktif penting untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan intraseluler dan ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan intraseluler dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.

Asupan Haluaran

Asupan - Oksidasi - Makanan/ minuman

-

Feses Urine Kengat Napas

Haluaran - Oksidasi - Makanan/ minuman

-

Diare Diuresis Keringat Muntah

Kondisi Tidak Seimbang

Kondisi Seimbang

Gambaran umum asupan dan haluaran cairan tubuh

Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit -

Usia Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruhterhadap proporsi tubuh ,luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belu matur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu

~2~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal Perkiraan kebutuhan cairan tubuh berdasarkan usia Usia 3 hari 1 tahun 2 tahun 6 tahun 10 tahun 14 tahun 18 tahun (dewasa)

Berat Badan 3,0 9,5 11,8 20,0 28,7 45,0 54,0

Kebutuhan (ml)/ 24 jam 250 – 300 1150 – 1300 1350 – 1500 1800 – 2000 2000 – 2500 2200 – 2700 2200 – 2700

-

Aktivitas Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.

-

Iklim Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini,cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairan dan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang pans,sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam. Total Asupan dan Haluaran pada Keadaan Normal dan Beraktifitas I&O Asupan (I) Cairan dari makanan Cairan dari metabolism Total

~3~

Normal

Aktivitas

2100 200 2300

? 200 ?

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

Haluaran (O) Insensible Water Loss kulit Insensible Water Loss Paru Keringat Feses Urine Total

350 350 100 100 1400 2300

S-1 Keperawatan Doc.

350 650 5000 100 500 6600

Besar IWL menurut Usia Usia

Besar IWL (mg/kg/BB/hari) 30 50 – 60 40 30 20

Baru Lahir Bayi Anak- anak Remaja Dewasa

-

Diet Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan maknan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.

-

Stress Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium. Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.

-

Penyakit Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dari sel atau jaringan yang rusak (mis. Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi ini dapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natriumdan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 400 ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam)

~4~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

Standart Volume Urine Normal Usia Baru Lahir Bayi Anak- anak Remaja Dewasa

S-1 Keperawatan Doc.

Volume Urine (mg/kg/BB/hari) 10 – 90 80 – 90 50 40 30

Dalam Kondisi Demam, Tubuh akan mengeluarkan lebih banyak cairan melalui keringat Kehilangan Cairan dan elektrolit melalui Kulit dan Paru Cairan dan Normal Demam (380C) Elektrolit Air (ml) 600 – 1000 1000 – 1500 + Na (mEq/L) Sedikit 25 – 50 Cl- (mEq/L) Sedikit 15 – 35

Keringat berlebih 1500 – 200 25 – 50 15 – 35

-

Tindakan Medis Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.

-

Pengobatan Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh. Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretik menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.

-

Pembedahan Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidak seimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.

 Komposisi Cairan Tubuh Cairan ekstraseluler dan intraseluler berisi oksigen dari paru, nutrisn terlarut dari saluran pencernaan, produk sisa metabolisme seperti CO2, dan partikel ion. Secara umum, komposisi ionik antara plasma dan cairan interstisial hampir sama karena hanya dipisahkan oleh membran kapiler yang sangat permeabel. Perbedaan utama antara 2 kompartemen ini adalah konsentrasi protein dalam plasma yang lebih tinggi karena kapiler memiliki permeabilitas yang lebih rendah terhadap protein. Tabel Komposisi Cairan Tubuh

~5~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

Plasma (mOsm/l) 142 4.2 1.3 0.8 108 24 2 0.5 2 0.2 1.2 5.6 1.2 4 4.8 301.8

Interstisil (mOsm/l) 139 4.0 1.2 0.7 108 28.3 2 0.5 2 0.2 1.2 5.6 1.2 4 3.9 300.8

Intraseluler (mOsm/l) 14 140 0 20 4 1.0 11 1 45 14 8 9 1.5 5 3.7 4 4 10 301.2

Aktivitas osmolar terkoreksi

288

281

281

Tekanan osmotik Total

5443

5423

5423

Zat Na+ K+ Ca2+ Mg2+ ClHCO3HPO4-, H2PO4 SO42Fosforeatinin Kamosin Asam Amino Kreatin Laktat Adenosin Trifosfat Heksosa Monofosfat Gukosa Protein Ureum Lain- Lain Total (mOsm/l)

160 140

140 139 120

108

Kation

100

Anion

80 60 40 20

14

0

Na+

28.3

20 4

1.2 0

K+

Ca2

4

0.7

Mg2

Interstisial

Cl-

2

11

10 0.2

4

HPO4- HCO3- Protein Intraseluler

Gambaran kation dan anion utama cairan intraseluler dan ekstraseluler Dari gambaran di atas terlihat bahwa cairan ekstraseluler, termasuk plasma dan cairan interstisial, mengandung ion natriumdan klorida dalam jumlah besar, ion bikarbonat dalam jumlah sedang, dan sedikit ion kalium, kalsium, magnesium, fosfat, dan asam organik. Komposisi cairan ekstraseluler di atur cermat oleh

~6~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

berbagai mekanisme. Akan tetapi, yang paling penting adalah mekanisme ginjal yang memungkinkan sel untuk terus menerus terendam, dalam cairan yang mengandung elektrolit dan nutrien yang sesuai untuk fungsi sel yang optimal. Zat Non- Elektrolit dalam Plasma: -

Fosfolipid 280 mg/dl Kolesterol 150 mg/dl Lemak netral 125 mg/dl Glukosa 100 mg/ dl Urea 15 mg/dl Asam laktat 10 mg/dl Asam urat 3 mg/ dl Kreatinin 1,5 mg/ dl Bilirubin 0,5 mg/ dl

Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh Ketidakseimbangan cairan Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan keseimbangan isotonis dan osmolar. Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat kategori ketidakseimbangan cairan, yaitu : a. b. c. d.

Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang) Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)

Defisit Volume Cairan Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.

~7~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

Defisit Cairan Faktor Resiko 1. Kehilangan cairan berlebih a. Muntah b. Diare c. Pengisapan lambung d. Drainase/ sekresi dari luka/ fistula e. Keringat berlebih 2. Ketidak cukupan asupan cairan a. Anoreksia b. Mual, muntah c. Tidak ada cairan d. Depresi, konfusi 3. Nilai laboratorium a. Peningkatan hematokrit b. Peningkatan hemoglobin c. Peningkatan BUN d. Penurunan CVP



       

   

Tanda klinis Kehilangan berat badan (mungkin juga penambahan berat badan pada kasus perpindahan cairan ke lokasi ketiga) - 2% (ringan) - 5% (sedang) - 8% (berat) Penurunan turgor kulit Nadi cepat dan lemah Penurunan Tekanan Darah Hipotensi postural Penurunan volume darah Bunyi nafas jelas Asupan lebih sedikit daripada haluaran Penurunan volume urine (kurang dari 30ml/jam), dapat meningkatkan karena kegagalan mekanisme regulasi Mukosa membran kering, penurunan salivasi Vena leher datar Pengisian vena lambat Menyatakan haus/ lemas

Dehidrasi Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium. Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadar natrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen interstitial menuju ruang vascular. Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia. Mereka mengalami penurunan respons haus atau pemekatan urine. Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh. Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tupe hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solut dalam aliran darah. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia) Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/ adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan. Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain: a. Asupan natrium yang berlebihan

~8~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan gangguan mekanisme regulasi cairan. c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing d. Kelebihan steroid. Kelebihan Volume Cairan Faktor Resiko

Tanda Klinis

1. Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena 2. Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat- obatan. 3. Nilai Laboratorium - Penurunan hematokrit - Penurunan hemoglobin - Penurunan BUN - Peningkatan CVP 4. Gangguan sirkulasi a. Gagal jantung b. Gagal ginjal c. Sirosis hati



     

  

Penambahan berat badan - 2% ringan - 5% sedang - 8% berat Edema perifer Nadi kuat dan frekuensi nadi meningkat Peningkatan CVP dan tekanan darah Bunyi nafas rales, dispnea, nafas pendek Haluaran cairan menebihi asupan Kemmungkinan terjadi oliguria dan penurunan berat jenis urine (< 1,003) Vena leher terdistensi dan kencang Lambatnya pengosongan vena tangan saat di angkat Konfusi mental

Edema Pada kasus kelebihan cairan, jumlahcairan dan natrium yang berlebihan dalam kompartemen ekstraseluler meningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat lokal atau menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan produksi cairan interstisial/ gangguan perpindahan cairan interstisial. Hal ini dapat terjadi ketika: a. Permeabilitas kapilermeningkat (mis., karena luka bakar, alergi yang menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial). b. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksi sirkulasi vena) yang menyebabkan cairann dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial. c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik) Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan unu terjadi

~9~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

akibat pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan). Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.

Gangguan Cairan 

KETIDAKSEIMBANGAN ISOTONIK PENYEBAB

TANDA DAN GEJALA

KEKURANGAN VOLUME CAIRAN Kehilangan cairan dari system gastro intestinal seperti diare, muntah / drainase atau rabas dari fistula/ selang Kehilangan plasma atau darah utuh, seperti yang terjadi pada luka bakar atau pendarahan

Pemeriksaan fisik: nadi cepat tetapi lemah, kolaps vena, frekuensi nafas cepat, letargi, oliguria, kulit dan membrane mukosa kering, turgor kulit tidak elastic, kehilangan berat badan yang cepat

Keringat berlebihan Hasil pemeriksaan laboratorium: berat jenis urine > 1,025, peningkatan semu hematokrit > 50%, peningkatan semu nitrogen urea darah (BUN) > 25mg/ 100 ml

Demam Penurunan asupan cairan peroral Penggunaan obat- obatan diuretic KELEBIHAN VOLUME CAIRAN Gagal jantung kongestif

Pemeriksaan fisik: denyut nadi kuat, pernafasan cepat, hipertensi, distensi vena leher, peningkatan tekanan vena, suara krakels di paru- paru, peningkatan berat badan yang cepat

Gagal gi njal Sirosis Peningkatan kadar aldosteron dan streroid di dalam serum

Hasil Pemeriksaan Laboratorium: penurunan semu BUN < 10 mg/ 100 ml

Asupan natrium berlebihan SINDROM RUAM KETIGA Hipertensi portal

Pemeriksaan Fisik: peningkatan lingkar perut (yang disertai obstruksi usus halus, asites)

Obstruksi usus halus

Hasil Pemeriksaan Laboratorium: natrium serum menurun < 135 mEq/L dan albumin menurun < 3,5 g/ 100 ml (hilang dalam cairan yang terperangkap)

Peritonitis Luka bakar



KETIDAK SEIMBANGAN HIPER OSMOLAR PENYEBAB

TANDA DAN GEJALA

KETIDAK SEIMBANGAN HIPER OSMOLAR

Pemeriksaan Fisik: penurunan berat badan, membrane mukosa kering dan lengket, rasa haus,

Diabetes isipidus

~ 10 ~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

Interupsi dorongan rasa haus yang dikontrol secara neurologis

S-1 Keperawatan Doc.

suhu tubuh meningkat, iritabilitas, konvulsi (tarikan atau tegangan otot yang dapat menyebabkan kejang pada bagian tubuh), koma

Ketoasidosis diabetic Hasil Pemeriksaan Laboratoeium: natrium serum meningkat > 145 mEq/L dan osmolalitas serum meningkat > 295mOsm/ kg

Pemberiaan cairan hipertonik Dieresis osmotic KETIDAK SEIMBANGAN HIPO OSMOLAR SIADH

Pemeriksaan Fisik: level kesadaran menurun, konvulsi, koma.

Asupan air berlebihan Hasil Pemeriksaan Laboratorium: kadar natrium serum menurun < 136 mEq/L adan osmolalitas serum menurun < 280 mOsm/ kg



KETIDAK SEIMBANGAN ELEKTROLIT Penyebab

Tanda dan gejala

HIPONATERMIA  Penyakit ginjal  Insufisiensi  Kehilangan melalui gastrointestinal  Pengeluaran keringat meningkat  Penggunaan diuretic (terutama yang disertai dengan diet rendah natrium)  Gangguan pompa natrium- kalium disertai penurunan kalium sel dan natrium serium  Asodosis metabolic

Pemeriksaan Fisik: Denyut nadi cepat namun lemah, hipotensi, pusing, ketakutan, dan kecemasan, kram abdomen, mual, dan muntah, diare, koma dan konvulsi, sidik jari meninggalkan bekas pada sternum setelah palpasi, koma, kulit lembab dan dingin, perubahan kepribadian. Hasil Pemeriksaan Laboratorium: natrium serum < 135 mEq/ L, osmolalitas serum < 280 mOsm/ kg

HIPERNATREMIA  Memgkonsumsi sejumlah besar larutan pekat  Pemberian larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenik  Sekresi aldosteron yang berlebihan

Pemeriksaan Fisik: demam tingkat rendah, hipotensi postural, lidah dan membran mukosa kering, agitasi, konvulsi, gelisah, eksitabilitas, oliguria/ aniria, rasa haus Hasil Pemeriksaan Laboratorium: natrium serum > 145 mEq/L, osmolalitas serum > 295 mOsm/ kg, dan berat jenis urine > 1,030 (jika kehilangan air bukan disebabkan disfungsi ginjal)

HIPOKALEMIA  Penggunaan diuretik yang dapat membuang kalium  Diare, muntah, muntah, atau kehilangan cairan yang lain melalui saluran gastrointestinal  Alkalosis  Sindrom Cushing atau tumor yang dapat memproduksi hormon adrenal  Poliuria  Pengeluaran keringat yang berlebihan

Pemeriksaan Fisik: denyut nadi lemah dan tidak teratur, pernafasan dangkal, hipotensi, kelemahan, bising usus menurun, blok jantung (pada hipokalemia berat), parestesia, keletihan, tonus otot menuru, distensi usus Hasil Pemeriksaan Laboratorium: kalium serum < 3 mEq/L menyebabkan depresi gelombang ST, gelombang T datar, gelombang U lebih tinggi, pada pemeriksaan EKG; kadar kalium serum 2 mEq/ L

~ 11 ~

Moh. Ubaidillah Faqih



STIKES NU TUBAN

Penggunaan cairan IV- bebas kalium secara berlebihan

S-1 Keperawatan Doc.

menyebabkan kompleks QRS melebar, depresi ST, inversi gelombang T (Raimer, 1994)

HIPERKALEMIA  Gagal ginjal  Dehidrasi hipertonik  Kerusakan seluler yang parah seperti akibat luka bakar dan trauma  Insufisiensi adrenal  Asidosis  Infus darah yang berlangsung cepat  Penggunaan diuretik yang mempertahankan kalium

Pemeriksaan Fisik: denyut nadi tidak menurun dan lambat, hipotensi, kecemasan/ ansietas, iritabilitas, parestesia, kelemahan. Hasil Pemeriksaan Laboratorium: kalium serum > 5,3 mEq/L menyebabkan repolarisasi lebih cepat (gelombang T mencapai puncaknya, frekuensi denyut jantung 60- 110), kadar kalium serum > 7mEq/L menyebabkan konduksi interatial rusek (gelombang P lebar dan rendah) sedangkan kadar kalium > 8 mEq/L menyebabkan tidak adanya aktivitas atrial (tidak ada gelombang P) pada pemeriksaan EKG (Raimer, 1994)

HIPOKALSEMIA  Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat  Hipoalbuminemia  Hipoparatiroidisme  Defisiensi vitamin D  Pankreatitis

Pemeriksaan Fisik: baal dan kesemutan pada daerah jari- jari dan sirkumoral (daerah sekeliling mulut), refleks hiperaktuf, tanda trousseau positif (spasme karpopedal disertai hipoksia), tanda Chvostek positif (kontraksi otot- otot wajah pada saat syaraf wajah tersebut diketuk), tetani, kram otot, fraktur patologis disertai hipokalsemia kronik. Hasil Pemeriksaan Laboratorium: kalsium serum < 4,3 mEq/L dan perubahan EKG

HIPERKALSEMIA  Hiperparatiroidisme  Metastase tumor tulang  Penyakit Paget  Osteoporosis  Imobilitas yang lama

Pemeriksaan Fisik: penurunan tonus otot, anoreksia, mual dan muntah, kelemahan, letargi, nyeri pada punggung bagian bawah akibat batu ginjal, penurunan level kesadaran, henti jantung Hasil Pemeriksaan Laboratorium: kalsium serum > 5 mEq/ L, sinar X menunjukan adanya osteoporosisyang menyeluruh, kavitasi tulang yang menyebar, dan batu saluran kemih radioopak (terlihat berwarna putih pada foto rontgen), peningkatan BUN > 25 mEq/ 100 ml, peningkatan kreatini > 1,5 mg/ 100 ml karena kekurangan cairan atau kerusakan renal akibat urolitiasis

HIPOMAGNESEMIA  Asupan yang tidak adequat: malnutrisi dan alkoholisme  Absorpsi yang tidak adequat: diare, muntah, muntah, drainase nasogastrik,

Pemeriksaan Fisik: tremor otot, refleks tendon dalam yang hiperaktif, kebingungan, disorientasi, takikardi, tanda Chvostek dan tanda Trousseau positif

~ 12 ~

Moh. Ubaidillah Faqih

   

STIKES NU TUBAN

fistula, diet kalsium yang berlebihan, (bersaing dengan magnesium untuk mencari tempat transpor), penyakit usus kecil Hipoparatiroidisme Kehilangan magnesium yang berlebihan akibat penggunaan diuretik tiazid Kelebihan aldosteron Poliuria

HIPERMAGNESEMIA  Gagal ginjal  Pemberian magnesium parentaeral yang berlebihan



S-1 Keperawatan Doc.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium: magnesium serum > 1,5 mEq/ L (juga berhubungan dengan hipokalsemia dan hipokalemia)

Pemeriksaan Fisik: pada hipermagnesemia akut: refleks tendon dalam hipoaktif, pernafasan dan frekuensi denyut jantung dangkal dan lambat, hipotensi, kemerahan Hasil Pemeriksaan Laboratorium: magnesium serum > 2,5 mEq/L

KETIDAKSEIMBANGAN ASAM- BASA Penyebab

Tanda dan gejala

ASIDOSIS RESPIRATORIK  Pneumonia  Gagal nafas  Atelektasis  Overdosis obat  Paralisis/ kelumpuhan otot- otot pernafasan  Cedera trumatik  Obesitas  Obstruksi jalan nafas  Cedera kepala  Stroke  Tenggelam  Fibrosis kistik

Pemeriksaan Fisik: denyut nadi yang kuat (bounding pulse)dan cepat, pernafasan dangkal dan cepat, hipertensi, letargi, kulit kemerahan dan hangat, kram abdomen, konvulsi, konfusi, pusing, sakit kepala Hasil Pemeriksaan Laboratorium: perubahan gas darah arteri: pH < 7,35, PaCO2 > 45 mmHg, PaO2 < 80 mmHg, SaO2 normal atau 95 %, kadar bikarbonat normal (jika tidak terkompensasi) atau > 26 mEq/L (jika terkompensasi melalui ginjal), dan kadar kalium > 5,3 mEq/L

ALKALOSIS RESPIRATORIK  Ansietas  Ketakutan  Anemia  Status hipermetabolik  Cedera sistem syaraf pusat, infeksi  Asma  Penempatan peralatan ventilator yang tidak tepat

Pemeriksaan Fisik: sakit kepala, iritabilitas, pusing, takipnea, takikardi, dan kesemutan pada ekstremitas Hasil Pemeriksaan Laboratorium: perubahan gas darah arteri: pH < 7,45, PaCO2 < 35 mmHg, PaO2 & SaO2 normal, kadar bikarbonat normal (jika akut atau pneumonia tidak terkompensasi) atau > 22 mEq/L (jika terkompensasi), dan kadar kalium > 3,5 mEq/L

ASIDOSIS METABOLIK  Kelaparan  Ketoasidosis diabetik  Gagal ginjal  Syok

Pemeriksaan Fisik: sakit kepala, letargi, kebingungan, kemerahan pada kulit, takikardi, takipnea disertai kedalaman pernafasan, dan kram abdomen

~ 13 ~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

Diare Penggunaan obta (metanol, etanol, asam formik, paraldehid, aspirin) Asidosis tubular renal

Hasil Pemeriksaan Laboratorium: perubahan gas darah arteri: pH < 7,35, PaCO2 normal (jika tidak dikompensasi) atau < 35 mmHg (jika dikompensasi), PaO2 normal atau meningkat (dengan pernafasan cepat yang dalam) SaO2 normal, kadar bikarbonat < 22 mEq/L dan kadar kalium > 5,3 mEq/L

ALKALOSIS METABOLIK  Muntah berlebihan  Hipokalemia  Pengisapan lambung yang lama  Hiperkalsemia  Sindrom Chusing  Penggunaan obat (steroid, diuretik, natrium bikarbonat)

Pemeriksaan Fisik: sakit kepala, letargi, irritabilitas, takikardi, pernafasan lambat, baal, kesemutan, tetani, kram abdomen, dan kram otot. Hasil Pemeriksaan Laboratorium: perubahan gas darah arteri: pH < 7,45, PaCO2 normal (jika dikompensasi) atau > 45 mmHg (jika tidak dikompensasi), PaO2 & SaO2 normal, kadar bikarbonat > 26 mEq/L dan kadar kalium > 3,5 mEq/L

  

ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN KEPERAWATAN Pengkajian

Ketidak Seimbangan

PERUBAHAN BERAT BADAN Turun 2%- 5% Turun 5%- 10% Turun 10%- 15% Turun 15%- 20% Naik 2% Naik 5% Naik 8%

Kekurangan volume cairan ringan Kekurangan volume cairan sedang Kekurangan volume cairan berat Kematian Kelebihan volume cairan ringan Kelebihan volume cairan sedang Kelebihan volume cairan berat

KEPALA Riwayat: Sakit kepala

Kelebihan volume cairan, asidosis metabolik/ respiratorik, alkalosis metabolik Kelebihan volume cairan, asidosis/ alkalosis respiratorik, hiponatremia

Kepala pening/ pusing Observasi: Iritabilitas

Alkalosis respiratorik/ metabolik, ketidak seimbangan hipersomolar, hipernatremia, hipokalemia Kekurangan volume cairan, asidosis atau alkalosis metaboli, asidosis respiratorik, hiperkalsimea Kekurangan volume cairan, hipomagnesemia, asidosis metabolik,

Letargi

Konfusi, disorientasi

~ 14 ~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

hipokalemia FONTANEL (BAYI) Inspeksi: Cekung Menonjol

Kekurangan volume cairan Kelebihan volume cairan

MATA Inspeksi: - Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang/ tidak ada - Edema periorbital, papil edema Riwayat: - Penglihatan kabur TENGGOROK DAN MULUT Inspeksi: - Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah- pecah dan kering, salivasi menurun - Lidah di bagian longitudinal mengerut

SISTEM KARDIOVASKULER Insfeksi: - Vena leher datar - Vena leher distensi - Dependent body parts (bagian- bagian tubuh yang tertekan pada saat berbaring): tungkai, punggung, sakrum - Lambatnya pengisian vena Palpasi: - Edema (bagian tubuh dependent: punggung, sakrum, tungkai) - Distritmia (juga dicatat sebagai perubahan EKG) -

Peningkatan frekuensi denyut nadi

- Pengurangan frekuensi denyut nadi - Denyut nadi lemah - Pengisian kapiler menurun - Denyut nadi kuat Auskultasi - Tekanan darah rendah/ tanpa perunahan tekanan darah pada posisi ortostatik - Bunyi jantung ke- 3 - Hipertensi SISTEM PERNAFASAN Inspeksi:

~ 15 ~

Kekurangan volume cairan Kelebihan volume cairan Kelebihan volume cairan

Kekurangan volume cairan, hipernatremia

Kekurangan volume cairan Kelebihan volume cairan

Kekurangan volume cairan Kelebihan volume cairan Asidosis metabolik, alkalosis dan asidosis respiratorik, ketidak seimbangan kalium, hipomagnesemia Alkalosis metabolik, asidosis respiratorik, hiponatremia, kekurangan volume cairan, kelebihan volume cairan, hipomagnesemia Alkalosis metabolik, hipokalemia Kekurangan volume cairan, hipokalemia Kekurangan volume cairan Kelebihan volume cairan

Kekurangan volume cairan, hiponatremia, hiperkalemia, hipermagnesemia Kelebihan volume cairan Kelebihan volume cairan

Moh. Ubaidillah Faqih

-

STIKES NU TUBAN

Peningkatan frekuensi nafas

- Dispnea Auskultasi: - Krekels

- Diare Auskultasi: - Hiperperistaltik disertai diare atau hipoperistaltik SISTEM GINJAL Inspeksi: - Oliguria/ anuria Diuresis (jika ginjal normal) Berat jenis urine meningkat

SISTEM NEUROMUSKULAR Inspeksi: - Baal, kesemutan -

Kelebihan volume cairan, alkalosis respiratorik, asidosis metabolik Kelebihan volume cairan Kelebihan volume cairan

SISTEM GASTROINTESTINAL Riwayat: - Anoreksia - Kram abdomen Inspeksi: - Abdomen cekung - Abdomen distensi - Muntah

-

S-1 Keperawatan Doc.

Kram otot, tetani Koma

- Tremor - Tanda Chvostek (+) Palpasi: - Hipotonisitas - Hipertonisitas Perkusi: - Refleks tendon dalam menurun/ tidak ada - Refleks tendon dalam hiperaktif/ meningkat KULIT Suhu tubuh - Meningkat - Menurun Inspeksi: - Kering, kemerahan Palpasi: - Turgor kulit tidak elastis, kulit dingin dan lembab

~ 16 ~

Asidosis metabolik Asidosis metabolik Kekurangan volume cairan Sindrom ruang ke -3 Kekurangan volume cairan, hiperkalsemia, hiponartremia Hiponatremia Kekurangan volume cairan, hipokalemia

Kekurangan volume cairan, kelebihan volume cairan Kelebihan volume cairan Kekurangan volume cairan

Alkalosis metabolik, hipokalsemia, ketidakseimbangan kalium Hipokalsemia,alkalosis respiratorik/ metabolik Ketidakseimbangan hipoosmolar/ hiperosmolar, hiponatremia Asidosis respiratorik, hipomagnesemia Hipokalsemia, hipomagnesemia Hipokalemia, hiperkalsemia Hipokalsemia, hipomagnesemia, alkalosis metabolik Hiperkalsemia, hipermagnesemia Hipokalsemia, hipomagnesemia

Hipernatremia, ketidakseimbangan hiperosmolar, asidosis metabolik Kekurangan volume cairan Kekurangan volume cairan, hipernatremia, asidosis metabolik Kekurangan volume cairan

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1. KEKURANGAN VOLUME CAIRAN Definisi Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular. BATASAN KARAKTERISTIK Mayor  Ketidak cukupan asupan cairan per oral  Balans negative antara asupan dan haluaran  Penurunan berat badan  Kulit/membrane mukosa kering ( turgor menurun) Minor     

Peningkatan natrium serum Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih Urine pekat atau sering berkemih Penurunan turgor kulit Haus, mual/anoreksia

Factor yang berhubungan         

Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes insipidus Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan melalui evaporasi akibat luka bakar Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase abnormal, dari luka, diare Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang berlebihan Berhubungan dengan mual, muntah Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau keletihan Berhubungan dengan masalah diet Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi tinggi Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri akibat nyeri mulut

2. KELEBIHAN VOLUME CAIRAN Definisi Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial. BATASAN KARAKTERISTIK Mayor  Edema  Kulit tegang, mengkilap Minor  

Asupan melebihi haluaran Sesak napas

~ 17 ~

Moh. Ubaidillah Faqih



STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

Kenaikan berat badan

Factor yang berhubungan   

      

Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat gagal jantung Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis, asites, dan kanker Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena, thrombus, imobilitas, flebitis kronis Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan kortikosteroid Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu yang lama Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat mastetomi

3. GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT (k) BATASAN KARAKTERISTIK Mayor  Perubahan kadar kalium Minor      

Aritmia Kram tungkai Mual Hipotensi Bradikardia Kesemutan

Factor yang berhubungan    

Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat kerusakan ginjal Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/ rendah-kalium

~ 18 ~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

INTERVENSI KEPERAWATAN No.

Diagnosa

Tujuan

Kriteria hasil

1.

Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan: - Haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes insipidus - Peningkatan permabilitas kapiler dan kehilangan cairan melalui evaporasi akibat luka bakar - Kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase abnormal dari luka, diare - Penggunaan laksatif, diuretik atau alkohol berlebihan - Mual, muntah - Penurunan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi/ keletihan - Masalah diet - Pemberian makan per slang dg. Konsentrasi tinggi - Kesulitan menelan

Menyeimbang - Terjadi kan volume peningkatan cairan sesuai asupan cairan dg. minimal 2000 ml Kebutuhan per hari (kecuali tubuh ada kontraindikasi) - Menjelaskan perlunya meningkatkan asupan cairan pada saat stress / cuaca panas - Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal - Tidak menunjukan tanda- tanda dehidrasi

- Kaji cairan - Membuat yang disukai klien lebih klien dalam kooperatif batas diet - Rencanakan - Mempermud target ah untuk pemberian memantauan asupan cairan kondisi klien untuk setiap sif, mis: siang 1000 ml. Sore 800 ml dan malam 200 ml - Kaji - Pemahaman pemahaman tentang klien tentang alasan alasan tersebut mempertahank membantu an hidrasi yang klien dalam adekuat mengatasi gangguan - Catat asupan - Untuk dan haluaran mengetahui perkembanga n status kesehatan klien - Pantau asupan - Untuk per oral, mengontrol minimal 1500 asupan klien ml/24 jam. - Pantau - Untuk haluaran cairan mengetahui 1000- 1500 perkembanga ml/24 jam. n status Pantau berat kesehatan jenis urine klien

2.

Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan: - Gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder

Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh klien.







Klien akan menyebutkan factor penyebab dan metode pencegahan edema. Klien mamperlihatkan

~ 19 ~

Intervensi



Rasional

Kaji asupan  Untuk diet dan mengontrol kebiasaan asupan klien yang mendorong terjadinya retensi cairan Anjurkan  Konsumsi

Moh. Ubaidillah Faqih

akibat gagal jantung -

STIKES NU TUBAN

penurunan edema

Preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung

-

Hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis, asites, dan kanker

-

Gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena, thrombus, imobilitas, flebitis kronis

-

Retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan kortikosteroid

-

Kelebihan asupan natrium/cairan

-

Rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi

-

Venostasis/ben dungan vena, sekunder akibat

S-1 Keperawatan Doc.

klien untuk nenurunkan konsumsi garam. 



garam yang berlebihan meningkatka n tekanan darah

Anjurkan klien untuk: i. Menghin  Makanan dari yang makanan menggunaka gurih,ma n penyedap kanan rasa dan kaleng,d pengawet an makanan beku ii. Mengon  Na+ sumsi mengukat air, makanan jadi tubuh tanpa akan lebih garam merasa lebih dan cepat haus menamb ahkan bumbu aroma iii. Menggu  Na+ nakan mengukat air, cuka jadi tubuh penggant akan lebih i garam merasa lebih untuk cepat haus penyeda p rasa sop,rebu san dll.

Kaji adanya  Venostasis tanda dapat venostasis mengakibatk dan an bendungan terhambatnya vena pada aliran darah bagian tubuh yang mengantung  Untuk drainase limfatik yang tidak adekuat: i. Tinggikan  Guna ekstremita memperlanca s dengan r sirkulasi mengguna kan bantal

~ 20 ~

Moh. Ubaidillah Faqih

imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu yang lama Kompresi vena oleh uterus pada saat hamil

-

-

3.

STIKES NU TUBAN

ii. Jangan  Perlukaan memberik pada daerah an yang saakit suntikan menyebabka atau infuse n kurang pada lancarnya lengan sirkulasi yang sakit peredaran darah di daerah tsb. iii. Ingatkan  Semua klien kegiataan untuk tersebut menghind memperparah ari keadaan klien detergen yang keras,mem bawa beban berat,mem egang rokok,men cabut kutikula atau bintil kuku,mem yentuh kompor gas,memg enakan perhiasan atau jam tangan iv. Lindungi  Untuk kulit yang mepercepat edema dari perbaikan cidera jaringan tubuh

Drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat mastetomi

Ganguan keseimbangan elektrolit(kalium) Berhubungan dengan:  Kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas 

Pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare

S-1 Keperawatan Doc.

Klien  memiliki keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam- basa dalam 48 jam 

Klien menjelaskan diet yang sesuai untuk mempertahanka n kadar kalium dalam batas normal Klien berpartipasi untuk melaporkan tanda – tanda klinis hipokalemia/hip erkalenia

~ 21 ~

Penurunan kadar kalium  Observasi  Dengan tanda dan mengetahui gejala tanda hipokalemia hipokalemia, (vertigo,hipot perawat ensi dapat ariotmia,mua menetapkan l,muntah,diar langkah e,distensi selanjutnya abdomen ,penurunan peristaltis, kelemahan otot, dank

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

 

Gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat kerusakan ginjal

Kadar kalium dalan batas normal/dapat ditoleransi

S-1 Keperawatan Doc.



 

Diet tinngikalium/ rendah-kalium









~ 22 ~

ram tungkai Catat asupan  poliuria dapat dan haluaran. menyebabka n pengeluaran kalium secara berlebihan Tentukan  kelebihan status hidrasi cairan dapat klien bila menyebabka terjadi n penurunan hipokalemia. kadar kalium serum Kenali  Nilai kalium perubahan yang rendah tingkah laku dapat yang menyebabka merupakan n konfusi, tanda- tanda mudah hipokalemia. marah, depresi mental. Anjurkan  Kalium klien dan membantu keluarga menyeimban untuk gkan cairan mengkonsum tubuh. si makanan tinggi kalium (mis. Buahbuahan, sari buah, buah kering, sayur, daging, kacangkacangan, teh, kopi,dan kola) Laporkan  segmen ST perubahan dan EKG; gelombang T segmen ST yang datar yang atau terbalik memanjang, merupakan depresi indikasi hipokalemia Encerkan  untuk suplemen mengurangi kalium per resiko iritasi oral mukosa sedikitnya lambung. dalam 113,2 gram air/ sari buah untuk mengurangi

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.





resiko iritasi mukosa lambung. Pantau nilai  Streoid kalium serum kortison pada klien dapat yang menyebabka mendapat n retensi obat diuretic natrium dan dan steroid. ekresi kalium Kaji tanda  Nilai kalium dan gejala yang rendah toksisitas dapat digitalis jika meningkatka klien tengah n kerja mendapat digitalis. obat golongan digitalis dan diuretikatau steroid.

Peningkatan Kadar Kalium  Observasi  Dengan tanda dan mengetahui gejala tanda hiperkalemia hipokalemia, (mis. perawat Bradikardia, dapat kram menetapkan abdomen, langkah oliguria, selanjutnya kesemutan dan kebas pada ekstremitas)  Kaji haluaran  Haluaran urin urin. yang sedikti Sedikitnya 25 dapat ml/ jam atau menyebabka 600 ml/ hari n hiperkalemia  Laporkan  Nilai kalium nilai kalium lebih dari 7 serum yang mEq/ l dapat melebihi 5 menyebabka mEq/ l. batasi n henti asupan jantung kalium jika perlu.  Pantau EKG  Untuk melihat adanya pelebaran kompleks

~ 23 ~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

QRS dan gelombang T tinggi yang merupakan tanda hiperkalemi.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN No.

Diagnosa

1.

Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan: - Haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes insipidus - Peningkatan permabilitas kapiler dan kehilangan cairan melalui evaporasi akibat luka bakar - Kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase abnormal dari luka, diare - Penggunaan laksatif, diuretik atau alkohol berlebihan - Mual, muntah - Penurunan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi/ keletihan - Masalah diet - Pemberian makan per slang dg. Konsentrasi tinggi - Kesulitan menelan

2.

Intervensi - Kaji cairan yang disukai klien dalam batas diet -

-

-

- Mengkaji cairan yang disukai klien dalam batas diet Rencanakan target - Merencanakan target pemberian asupan cairan pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis: siang untuk setiap sif, mis: siang 1000 ml. Sore 800 ml dan 1000 ml. Sore 800 ml dan malam 200 ml malam 200 ml Kaji pemahaman klien - Mengkaji pemahaman klien tentang alasan tentang alasan mempertahankan hidrasi mempertahankan hidrasi yang adekuat yang adekuat Catat asupan dan haluaran - Mencatat asupan dan haluaran Pantau asupan per oral, - Memantau asupan per oral, minimal 1500 ml/24 jam. minimal 1500 ml/24 jam. Pantau haluaran cairan 1000- - Memantau haluaran cairan 1500 ml/24 jam. Pantau 1000- 1500 ml/24 jam. berat jenis urine Pantau berat jenis urine

Kelebihan Volume cairan  berhubungan dengan: - Gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder  akibat gagal jantung -

Preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung

-

Hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid

Implementasi

Kaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya setensi cairan Anjurkan klien untuk nenurunkan konsumsi garam.  Anjurkan klien untuk: i. Menghindari makanan gurih,makanan kaleng,dan makanan beku ii. Mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma iii. Menggunakan cuka

~ 24 ~



Mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya setensi cairan  Menganjurkan klien untuk nenurunkan konsumsi garam.  Menganjurkan klien untuk: i. Menghindari makanan gurih,makanan kaleng,dan makanan beku ii. Mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma iii. Menggunakan cuka

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

plasma yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis, asites, dan kanker 

pengganti garam untuk penyedap rasa sop,rebusan dll.

Kaji adanya tanda  Mengkaji adanya tanda venostasis dan bendungan venostasis dan bendungan Gangguan aliran balik vena pada bagian tubuh vena pada bagian tubuh vena, sekunder akibat yang mengantung yang mengantung varises vena, thrombus,  Posisikan ekstremitas yang  Memposisikan ekstremitas imobilitas, flebitis kronis mengakami edema diatas yang mengakami edema level jantung,bila diatas level jantung,bila Retensi natrium dan air, memungkinkan(kecuali ada memungkinkan(kecuali ada sekunder akibat kontra indikasi) kontra indikasi) penggunaan  Untuk drinase limfatik  Untuk drinase limfatik kortikosteroid yang tidak adekuat: yang tidak adekuat: i. Tinggikan ekstremitas i. Meninggikan Kelebihan asupan dengan menggunakan ekstremitas dengan natrium/cairan bantal menggunakan bantal ii. Ukur tekanan darah pada ii. Mengukur tekanan Rendahnya asupan lengan yang tidak sakit darah pada lengan yang protein pada diet lemak, tidak sakit malnutrisi iii. Jangan memberikan iii. Jangan memberikan suntikan atau infuse suntikan atau infuse Venostasis/bendungan pada lengan yang sakit pada lengan yang sakit vena, sekunder akibat iv. Ingatkan klien untuk iv. Mengingatkan klien imobilitas, bidai atau menghindari detergen untuk menghindari balutan yang kuat, serta yang keras,membawa detergen yang berdiri atau duduk dalam beban berat,memegang keras,membawa beban waktu yang lama rokok,mencabut kutikula berat,memegang Kompresi vena oleh atau bintil rokok,mencabut uterus pada saat hamil kuku,memyentuh kutikula atau bintil kompor kuku,memyentuh Drainase limfatik yang gas,memgenakan kompor tidak adekuat, sekunder perhiasan atau jam gas,memgenakan akibat mastetomi tangan perhiasan atau jam tangan v. Lindungi kulit yang v. Melimdungi kulit yang edema dari cidera edema dari cidera

-

-

-

-

-

-

-

3.

pengganti garam untuk penyedap rasa sop,rebusan dll.

S-1 Keperawatan Doc.

Ganguan keseimbangan elektrolit(kalium) Berhubungan dengan:  Kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas 

Pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare



Gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat kerusakan ginjal



Diet tinngi-kalium/ rendah-kalium

Penurunan kadar kalium Penurunan kadar kalium  Observasi tanda dan gejala  Mengobservasi tanda dan hipokalemia gejala hipokalemia (vertigo,hipotensi (vertigo,hipotensi ariotmia,mual,muntah,diare ariotmia,mual,muntah,diare ,distensi abdomen ,distensi abdomen ,penurunan peristaltis, ,penurunan peristaltis, kelemahan otot, dank ram kelemahan otot, dank ram tungkai tungkai  Catat asupan dan haluaran.  Mencatat asupan dan (poliuria dapat haluaran. (poliuria dapat menyebabkan pengeluaran menyebabkan pengeluaran kalium secara berlebihan). kalium secara berlebihan).  Tentukan status hidrasi  Menentukan status hidrasi klien bila terjadi klien bila terjadi hipokalemia. (kelebihan hipokalemia. (kelebihan cairan dapat menyebabkan cairan dapat menyebabkan

~ 25 ~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN













penurunan kadar kalium serum). Kenali perubahan tingkah laku yang merupakan tanda- tanda hipokalemia. Nilai kalium yang rendah dapat menyebabkan konfusi, mudah marah, depresi mental. Anjurkan klien dan keluarga untuka mengkonsumsi makanan tinggi kalium (mis. Buahbuahan, sari buah, buah kering, sayur, daging, kacang- kacangan, teh, kopi,dan kola) Laporkan perubahan EKG; segmen ST yang memanjang, depresi segmen ST dan gelombang T yang datar atau terbalik merupakan indikasi hipokalemia Encerkan suplemen kalium per oral sedikitnya dalam 113,2 gram air/ sari buah untuk mengurangi resiko iritasi mukosa lambung.

S-1 Keperawatan Doc.









Pantau nilai kalium serum  pada klien yang mendapat obat diuretic dan steroid. (Streoid kortison dapat menyebabkan retensi natrium dan ekresi kalium) Kaji tanda dan gejala  toksisitas digitalis jika klien tengah mendapat obat golongan digitalis dan diuretikatau steroid. (nilai kalium yang rendah dapat meningkatkan kerja digitalis.

Peningkatan Kadar Kalium  Observasi tanda dan gejala hiperkalemia (mis. Bradikardia, kram abdomen, oliguria, kesemutan dan kebas pada ekstremitas)  Kaji haluaran urin. Sedikitnya 25 ml/ jam atau 600 ml/ hari (haluaran urin

~ 26 ~

penurunan kadar kalium serum). Mengenali perubahan tingkah laku yang merupakan tanda- tanda hipokalemia. Nilai kalium yang rendah dapat menyebabkan konfusi, mudah marah, depresi mental. Menganjurkan klien dan keluarga untuka mengkonsumsi makanan tinggi kalium (mis. Buahbuahan, sari buah, buah kering, sayur, daging, kacang- kacangan, teh, kopi,dan kola) Melaporkan perubahan EKG; segmen ST yang memanjang, depresi segmen ST dan gelombang T yang datar atau terbalik merupakan indikasi hipokalemia Mengencerkan suplemen kalium per oral sedikitnya dalam 113,2 gram air/ sari buah untuk mengurangi resiko iritasi mukosa lambung. Memantau nilai kalium serum pada klien yang mendapat obat diuretic dan steroid. (Streoid kortison dapat menyebabkan retensi natrium dan ekresi kalium) Mengkaji tanda dan gejala toksisitas digitalis jika klien tengah mendapat obat golongan digitalis dan diuretikatau steroid. (nilai kalium yang rendah dapat meningkatkan kerja digitalis.

Peningkatan Kadar Kalium  Mengobservasi tanda dan gejala hiperkalemia (mis. Bradikardia, kram abdomen, oliguria, kesemutan dan kebas pada ekstremitas)  Mengkaji haluaran urin. Sedikitnya 25 ml/ jam atau 600 ml/ hari (haluaran urin

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN





yang sedikti dapat menyebabkan hiperkalemia). Laporkan nilai kalium  serum yang melebihi 5 mEq/ l. batasi asupan kalium jika perlu. (nilai kalium lebih dari 7 mEq/ l dapat menyebabkan henti jantung) Pantau EKG untuk melihat  adanya pelebaran kompleks QRS dan gelombang T tinggi yang merupakan tanda hiperkalemi.

S-1 Keperawatan Doc.

yang sedikti dapat menyebabkan hiperkalemia). Melaporkan nilai kalium serum yang melebihi 5 mEq/ l. batasi asupan kalium jika perlu. (nilai kalium lebih dari 7 mEq/ l dapat menyebabkan henti jantung) Memantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan gelombang T tinggi yang merupakan tanda hiperkalemi.

Tindakan Keperawatan Peningkatan asupan cairan per oral Tindakan ini dilakukan pada klien yang mengalami atau beresiko mengalami kekurangan volume cairan (mis. Klien menderita diare, demam tinggi/ baru pulih dari pemberian anastesia). Dalam pemberianya, pasien umumnya mendapatkan makanan/ cairan dengan konsentrasi rendah. Jika dapat ditolerans, selanjutnya pasien akan mendapatkan makanan/ minuman dengan jumlah dan konsentrasi yang lebih tinggi hingga memenuhi kebutuhan diet yang diharapkan. Pembatasan asupan cairan per oral. Pembatasan cairan per oral diperlukan pada klien yang mengalami retensi cairan (mis. Klien yang menderita gagal ginjal, gagal jantung, atau SIADH). Pemberian makan Pada kondisi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, diperlukan asupan makanan yang sesuai kebutuhan diet guna memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Sebagai contoh, pada klien yang mendapat furosemid (diuretic), dapat diberikan banyak pisang dan jeruk guna mencegah hipokalemia, sedangkan pada pasien yang kekuranmgan zat besi dapat diberikan sayuran dan daging. Pemberian Terapi intraVena Terapi intra vena merupakan metode yang efektif dan efesien untuk menyuplai kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Perawat berperan dalam melakukan pemasangan terapi intravena, perawatan, serta pemantauan terapi intravena.

TERAPI CAIRAN (PEMASANGAN INFUS) PENGERTIAN : Pemasangan infuse untuk pemberian obat/cairan melalui parentral.

~ 27 ~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

TUJUAN : 1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit, vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral 2. Memperbaiki keseimbangan asam basa 3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah 4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh 5. Memonitor tekan Vena Central (CVP) 6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan. INDIKASI: 1. Pada Keadaan emergency resusitasi jantung paru memungkinkan pemberian obat secara langsung kedalam intravena. 2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat(furosemid, digoxin) 3. Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah obat dalam jumlah besar secara terusmenerus melalui infuse (lidokain, xilokain) 4. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan injeksi intramuskuler. 5. Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat di campur dalam satu botol. 6. Untuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral (missal :pada pasien koma) atau intra muskuler (missal : pasien dengan gangguan koagulasi) KOMPLIKASI: 1. Infiltrasi (Ekstravasasi) 2. Tromboplebitis 3. Bakterimia 4. Emboli Udara 5. Perdarahan PERALATAN :  Baki dan alasnya  Korentang pada tempatnya  Seperangkat Infus Steril:  Infuse set  Surflo/abocath/  venflon  Cairan steril  Infuset  Surflo  Wing Needle  Venflon  Cairan steril  Macam cairan infus  Standart Infus  Pinset dalam bak instrument  Kassa steril 2 x 2 cm pada tempatnya  Bethadin  Kapas alkohol pada tempatnya

~ 28 ~

Moh. Ubaidillah Faqih

        

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

Plester/hypafix Gunting Pembalut / Verband Bengkok Perlak Pembendung sarung tangan Bidai ( K/P) Tali pengikat (K/P)

PROSEDUR KERJA DAN RASIONALISASI : A. Tahap Pra interaksi 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada Untuk menjamin ketepatan pasien, tindakan dan yang akan dilakukan 2. Mencuci tangan Mengurangi transmisi mikro organisme 3. Menempatkan alat didekat pasien Memudahkan untuk melakukan tindakan B. Tahap Orientasi 1. Memberikan Salam Sebagai pendekatan terapeutik 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien Agar klien/keluarga mengerti tunjuan tindakan yang akan dilakukan 3. Menanyakan kesiapan klien sebelum tindakan dilakukan Pasien siap terhadap prosedur tindakan C. Tahap kerja Mengisi Selang Infus o Peralatan didekatkan o Memeriksa Etiket cairan infus o Mencuci karet penutup botol cairan infuse o Pengatur tetesan infuse ditutup, jarak +- 2-4 cm di bawah ruang tetesan o Menusukkan set infuse ke dalam botol infuse sedalam mungkin dan pertahankan sterilitas kedua ujung o Ruang tetesan diisi ½ , jangan sampai terendam o Mengisi cairan ke selang infuse jangan sampai ada udara yang masuk Melakukan Vena Pungsi o Perlak dan alasnya dipasang di bawah anggota tubuh yang akan dipasang infuse o Tentukan lokasi vena, cari vena paling ujung/paling tepi o kaji tempat penusukan ( cari, periksa dan raba vena yang tepat) Pasang torniket 10-12 cm di atas tempat tusukan Pasien di mohon untuk mengepalkan tangan Gunakan sarung tangan Bersihkan daerah tusukan dengan kapas alcohol Antiseptik daerah tusukan dengan kapas alcohol dari tengah ke luar Tangan yang tidak dominan menekan vena di bawah daerah tusukan Menusukkkan jarum dengan sudut +- 15 - 30 , jika jarum telah menembus kulit ubah posisi jarum sejajar dengan kulit dan tusuk ke vena +- ½ - 1 cm

~ 29 ~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

Jika darah telah masuk lumen jarum, kemudian jarum penuntun di kendurkan/ditarik sedikit, dorong perlahan- lahan kateter infuse sampai posisi tepat tanpa memasukkan lagi jarum penuntun Buka pembendung dan lepaskan genggaman tangan Px kemudian sambungkan selang infuse dengan ujung kateter dan buka pengatur tetesan Bila tetesan lancar periksa daerah sekitar penusukan apakah terjadi tanda2 infiltrasi Bila tidak ada infiltrasi, fiksasi dan balut kateter infuse dengan kasa steril+betadin dan di plester Lingkarkan selang dan fiksasi dengan plester Pasang bidai dan pembalut ( K/P) Pasang tali pengikat ( K/P) Mengatur tetesan infuse sesuai dengan terapi Setelah pemasangan infus selesai, pasien dirapikan posisinya Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula Mencuci tangan Mencatat tanggal dan jam pemberian, macam cairan Mengobservasi reaksi pasien Perhatian Kelancaran cairan dan jumlah tetesan harus tepat, sesuai dengan program pengobatan Bila terjadi haematoma, bengkak dan lain – lain pada tempat pemasangan jarum maka infus dihentikan dan dipindahkan pemasangannya pada tempat yang lain Perhatikan reaksi pasien selam 30 menit pertama. Bila timbul reaksi alergi maka infus harus segera diperlambat tetesannya , jika perlu dihentikan, kemudian dilaporkan kepada penanggung jawab ruangan atau dokter Buatlah catatan pemberian infus secara terinci yang meliputi Tanggal, hari dan jam dimulainya pemasangan infus Macam dan jumlah cairan atau obat, serta jumlah tetesan permenit Keadaan umum pasien selama pemberian infus Reaksi pasien yang timbul akibat pemberian cairan atau obat Nama dokter, petugas pelaksana atau yang bertanggiung jawab Siapkan cairan atau obat untuk pemberian selanjutnya Perhatikan antiseptik Cara pemberian infus harus disesuaikan dengan perangkat infus yang digunakan EVALUASI KEPERAWATAN Evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan melakukan pengumpulan data selama tindakan keperawatan (mis., turgor kulit, aupan dan haluaran cairan, serta pengukuran berat badan) di samping menentukan apakah criteria hasil yang telah ditentukan menurut masing- masing diagnosis telah tercapai ataukah belum. Jika criteria hasil belum tercapai, perawat harus menggali mengapa criteria tersebut belum tercapai dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan berikut: Mengapa belum terjadi keseimbangan cairan dan elektrolit? Apa alasan yang diberikan klien? Apakah klien tidak mampu mengkonsumsi cairan melalui oral? Apakah klien merasa mual? Adakah kehilangan cairan abnormal? Apakah obat yang diberikan mempengaruhi asupam dan haluaran cairan?

~ 30 ~

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

Kasus . . . An.S usia 2thn dengan BB = 15 kg, dibawa orangtuanya ke RSNU dengan keluhan utama Feses cair, muntah, dan BB menurun. Frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer. BAK sedikit atau jarang, bibir tampak kering. Orang tua mengatakan bila anaknya mengalami perut kembung sehingga mengakibatkan anaknya sulit untuk tidur….. TTV N S RR TD

:110x/menit : 370C : 40x/ menit : 130/90 mmHg

Asuhan Keperawatan Pengkajian No. Simptom & Sign 1. Ds : orang tua klien mengatakan perut klien kembung, BAB lebih dari 4 kali konsistensi encer

Etiologi Output berlebih (diare)

Problem Kekurangan cairan

Do :  Perkusi : perut pasien kembung  Inspeksi : bibir klien tampak kering TTV: - N: 110x/ menit - S : 390C - RR : 40 x/ menit - Td : 130/90 mmHg

Diagnosa Kekurangan cairan berhubungan dengan output berlebih (diare)

Intervensi No.

Diagnosa

1.

Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan: - Output berlebih (diare)

Tujuan

Kriteria hasil

Menyeimbang - Terjadi kan volume peningkatan cairan sesuai asupan cairan dg. minimal 2000 ml Kebutuhan per hari (kecuali tubuh ada kontraindikasi) - Mempertahankan berat jenis urine dalam batas

~ 31 ~

Intervensi - Kaji cairan yang disukai klien dalam batas diet - Rencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis: siang

Rasional - Membuat klien lebih kooperatif - Mempermud ah untuk memantauan kondisi klien

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

normal - Tidak menunjukan tanda- tanda dehidrasi

S-1 Keperawatan Doc.

1000 ml. Sore 800 ml dan malam 200 ml - Catat asupan dan haluaran

- Untuk mengetahui perkembanga n status kesehatan klien - Untuk mengontrol asupan klien

- Pantau asupan per oral, minimal 1500 ml/24 jam. - Pantau - Untuk haluaran cairan mengetahui 1000- 1500 perkembanga ml/24 jam. n status Pantau berat kesehatan jenis urine klien - Kolaborasi - Memungkian dengan kan terapi pemberian penggantian cairan secara cairan segera intra vena untuk memperbaiki deficit - Kolaborasi - Diet yang dengan ahli tepat akan gizi untuk memperbaiki pemberian diet kondisi klien

Implementasi No. 1.

Tanggal 1 Juli 2009

Diagnosa Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan: - Output berlebih (diare)

Intervensi - Jelaskan tentang alasanalasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metodemetode untuk mencapai tujuan masukan cairan - Kaji cairan yang disukai klien dalam batas diet - Rencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis: siang 1000 ml. Sore 800 ml dan malam 200 ml - Catat asupan dan haluaran - Pantau asupan per oral, minimal 1500 ml/24 jam.

~ 32 ~

Implementasi - Menjelaskan tentang alasan- alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metodemetode untuk mencapai tujuan masukan cairan - Mengkaji cairan yang disukai klien dalam batas diet - Merencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis: siang 1000 ml. Sore 800 ml dan malam 200 ml - Mencatat asupan dan haluaran - Memantau asupan per oral, minimal 1500 ml/24 jam.

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

- Pantau haluaran cairan 1000- - Memantau haluaran cairan 1500 ml/24 jam. Pantau berat 1000- 1500 ml/24 jam. jenis urine Pantau berat jenis urine - Kolaborasi dengan ahli gizi

- Berkolaborasi dengan ahli gizi - Kolaborasi dengan - Berkolaborasidengan pemberian cairan secara intra pemberian cairan secara vena intra vena

Evaluasi No. 1.

Tanggal 1 Juli 2009

Diagnosa Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan: - Output berlebih (diare)

Implementasi - Menjelaskan tentang alasanalasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metodemetode untuk mencapai tujuan masukan cairan - Mengkaji cairan yang disukai klien dalam batas diet - Merencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis: siang 1000 ml. Sore 800 ml dan malam 200 ml - Mencatat asupan dan haluaran - Memantau asupan per oral, minimal 1500 ml/24 jam. - Memantau haluaran cairan 1000- 1500 ml/24 jam. Pantau berat jenis urine - Berkolaborasi dengan ahli gizi Berkolaborasidengan pemberian cairan secara intra vena

~ 33 ~

Evaluasi S : orang tua klien mengatakan perut klien sudah tidak kembung dan BAB 1 kali sehari O: Perkusi : perut sudah tidak kembung TTV: - N: 100x/ menit - S : 370C - RR : 20 x/ menit - Td : 110/70 mmHg A : masalah teratasi P : Tindakan dihentikan

Moh. Ubaidillah Faqih

STIKES NU TUBAN

S-1 Keperawatan Doc.

Daftar Pustaka

Carpenito, Linda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta: EGC Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit”. Jakarta: ECG

~ 34 ~

Related Documents


More Documents from ""