Bulletin78 16-19 Oktober 2004

  • Uploaded by: SyaifulAzram
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bulletin78 16-19 Oktober 2004 as PDF for free.

More details

  • Words: 6,359
  • Pages: 8
PASKIBRAKA’78 Jakarta Information Center

Edisi No. 16 –18, Oktober– Desember 2004

Kak Idik & Ibu, Bunda Boen, Kak Dharminto & Ibu, Kak Jusuf & Nyonya bersama Purna Paskibraka’78, pada 31 Mei 2003.

Buat Mereka yang Terlalu Lelah M emang terlalu sulit. Entah dari mana saya harus memulai untuk membuka lembaran awal buletin ini. Kata-kata terlalu sulit diucapkan, dan waktu pun sudah terlalu lama terlewat. Saya bongkar arsip buletin terakhir yang pernah kita terbitkan. Ya Tuhan! Saya menemukannya bernomor 12-15, edisi Agustus–November 1994. Itu berarti sepuluh tahun yang lalu. Dan itu berarti, sudah 10 tahun pula kita membiarkan buletin ini tertidur. Saya masih ingat, di hari-hari awal tahun 1995 kita disibukkan dengan Munas PPI di Bandung (yang akhirnya membuat kita kecewa). Akibatnya, kita terlalu sibuk menyumbangkan pikiran dan melupakan buletin ini. Entah angin mana yang mendorong, tiba-tiba Budi Winarno muncul pula di hadapan saya pada suatu hari Minggu di bulan Oktober lalu. Pikiran apa yang merasuk sehingga dia mau menemui sobatnya, saya pun tak tahu. Yang pasti, hampir dengan semangatnya yang seperti dulu, dia bercerita panjang. Pikirannya terlihat meluncur jauh meninggalkan katakatanya yang sedang terucap. Semuanya tentang Paskibraka dan tentang kita ”78”. Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Saya sambar, tangkap lalu mulai kami kerjakan. Banyak sekali ternyata agenda kita yang terbengkalai. Bukan cuma soal silaturahmi kita yang kurang lancar, tapi juga soal amanat para pembina kita yang belum terlaksana. Sementara, orang yang paling Diterbitkan untuk menggalang kembali rasa persaudaraan (brotherhood) sesama teman seangkatan, bukan untuk tujuantujuan lain. Sebagian atau seluruh isi buletin ini dapat dikutip/ diperbanyak atau dibagikan kepada Purna Paskibraka angkatan lain bila dianggap perlu. Harapan kami, buletin sederhana ini juga dapat menjadi media komunikasi antar Purna Paskibraka meski ruang gerak dan edarnya sangat terbatas. Paling tidak, bisa menjadi salah satu alternatif sebelum ada media komunikasi lain yang mungkin nantinya dapat dilahirkan. Dikelola oleh Purna Paskibraka 1978 yang ada di Jadebotabek:

kita hormati, Kak Husain Mutahar, telah mendahului kita kembali kepada Al Khalik pada bulan Juni 2004. Tanpa memberitahu atau mengajak kalian semua, saya dan Budi segera bergegas. Kami berdua menemui Kak Idik Sulaeman dan mencoba mencari tahu lebih banyak tentang apa yang belum kita ketahui. Sementara Budi menghubungi Kak Dharminto dan Bunda Boenakim, untuk mendapatkan kembali semangat yang hampir padam. Dari ketiga orang yang sudah terlalu lelah di blantika Paskibraka itu —Kak Idik, Kak Dhar dan Bunda Boen— ternyata kami masih mendapatkan lagi semangat itu. Dengan segala keterbatasan yang ada, kami berdua ingin mewujudkan apa yang diinginkan oleh ketiga pembina kita itu, dengan dukungan teman-teman lain tentunya. Bagi kami, para pembina kita adalah guru yang mempunyai segudang ilmu. Tak ada ilmu yang dapat diwariskan kepada anak cucu tanpa mengajarkannya langsung kepada mereka. Tapi masih ada cara lain untuk mengabadikan ilmu itu, yakni melalui buku. Karena itulah, kami berniat akan menyempurnakan buku tentang Paskibraka yang sudah ada dengan bahan yang lebih lengkap. Memang sangat sulit, tapi itulah tantangannya. Tahap pertama, kami sepakat untuk menerbitkan buletin ini lagi. Harapannya hanya satu, kalian dapat mendukung rencana kami, sebelum semuanya tiada lagi. n Syaiful Azram

l Budihardjo Winarno (Yogya) l Syaiful Azram (Sumut) l Arita Sudradjat (Jabar) l Sonny Jwarson Parahiyanto (Jatim) l Tatiana Shinta Insamodra (Lampung) l Chelly Urai Sri Ranau (Kalbar) l Saraswati (Jakarta) l Amir Mansur (Jakarta) l I Gde Amithaba (Bali) l Sambusir (Sumsel) l Budi Saddewo (Jateng) l Halidja Husein (Maluku) l Yadi Mulyadi (Jabar) l M. Ilham Radjoeni Rauf (Sultra) l Surat-surat dapat dialamatkan ke: SYAIFUL AZRAM, Pondok Tirta Mandala (Tahap V) Blok E4 No. 1 Depok 16415, atau melalui : e-mail : [email protected]

Paskibraka ’78 Jakarta InfoCenter

G

erakannya sudah tidak selincah dulu, 22 Agustus 1978, ketika dengan sigap memasang film 16 mm pada proyektor. Lalu memutar film Paskibraka untuk ditonton rame-rame di acara perpisahan. Ketika memulai pembicaraan, kalimat pertama yang meluncur dari bibirnya cukup pendek, ”Saya sudah hampir 72 tahun.” Kak Idik Sulaeman, memang sudah lama tidak bertemu dengan kita. Sebagian teman-teman, barangkali sempat ber temu dengan beliau ketika hadir dalam acara tem u kangen di Bukit Sentul, 31 Mei 2003. Dan foto itu sengaja dipasang di depan buletin ini. Tapi itulah Kak Idik, yang meski pun mengaku tua tapi masih punya ingatan kuat dan dengan sabar melayani kami (Syaiful dan Budi Winarno) mengobrol di hari Sabtu siang itu. Berbagai hal sempat kami bicarakan, walaupun sepotong-sepotong. Semuanya masih dalam tahap awal untuk mendapatkan kembali bagian-bagian yang hilang dalam sejarah Paskibraka. Yang nantinya akan kami coba untuk diabadikan dalam sebuah buku, kalau bisa. Setelah Kak Husain Mutahar kembali menghadap Tuhan bulan Juni 2004, praktis hampir tidak ada lagi orang yang tahu persis ”jiwa” dan ”konsep” Paskibraka secara utuh. Sebagian besar konsep itu ada pada Kak Idik Sulaeman ka-

rena ia bersama Kak Mut menyusun sistem, metode bahkan sampai silabus Latihan Paskibraka. Sebagian lagi ada pada Kak Dharminto yang terkenal sangat ahli di lapangan, dan pada Bunda Boenakim yang tidak diragukan lagi kapabilitasnya di Asrama. Menurut Kak Idik, rencana mewariskan ilmu ke-Paskibraka-an itu melalui buku memang sudah menjadi keinginannya sejak lama. Tahun 1990, ia telah

sampul biru itu —kebetulan arsip milik saya dan Budi terselip entah ke mana— pernah rencananya ingin diterbitkan dan dilengkapi lagi. Pihak Direktorat telah mendukung rencana penerbitan buku itu, namun tidak secara finansial. ”Dan konon,” kata Kak Idik, ”ada seorang Purna yang berjanji akan membantu penerbitannya. Saya diminta melengkapi bahan-bahan buku itu dan telah lama saya siapkan. Tapi, sampai saat ini si Purna itu tak pernah menghubungi saya.” Maka, tinggallah bahan-bahan penulisan buku itu menumpuk di kamar Kak Idik. Sementara si Purna —yang namanya tidak diingat itu— tetap saja tidak muncul atau menelepon, apalagi minta maaf bila ternyata tidak dapat menepati janjinya. Mungkin dia sudah lupa dengan ikrarnya sendiri ketika usai menjalani latihan dulu. Di ujung percakapan, Kak Idik mengingatkan sebuah pesan Kak Mut sebelum meninggal, yang meminta perkumpulan sosial Padi (Parani Dharma Bhakti Indonesia) agar diteruskan. Kak Idik akan melaksanakan pertemuan untuk itu pada Juni 2005, bersamaan peringatan setahun wafatnya Kak Mut. Sebenarnya kami masih ingin ngobrol sampai puas, tapi kami sadar Kak Idik bukanlah yang dulu lagi. Sepertinya ia membutuhkan istirahat siang dan kami pun segera undur diri. n

Saya Sudah Hampir 72 Tahun menulis buku ”Tata Upacara Bendera dan Tata Krama terhadap Sang Merah Putih” bersama Kak Dharminto. Diikuti dengan ”Buku Kenangan 25 Tahun Paskibraka” pada tahun 1993, bersama Drs Susanto Martodihardjo, Bunda Boenakim, Kak Dhar dan Budi Winarno. Karena itulah, ketika kami mengatakan ingin melengkapi sejarah Paskibraka dan menerbitkan buku yang lebih sempurna, Kak Idik menyambutkan dengan gembira. Berbagai bahan bacaan yang ia miliki ia coba tawarkan kepada kami, termasuk buku ”6000 Tahun sang Merah–Putih” karangan Mohammad Yamin, meskipun hanya fotokopinya. Selain dua buku yang telah diterbitkan, sebenarnya masih ada satu lagi buku pedoman pelatihan Paskibraka yang telah diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Generasi Muda. Buku ber-

Kita Butuh Bahan dan Informasi

D

ari cerita singkat pertemuan kami selama dua jam dengan Kak Idik, tidak banyak sebenarnya yang diharapkan dari kita. Para pembina hanya berharap, kita dapat menyerap ilmu yang mereka miliki dan meneruskannya kepada generasi setelah kita. Mumpung mereka masih ada, sebaiknya kita bergegas untuk melakukan sesuatu. Dukungan dari teman-teman sangat diharapkan, terutama mengatasi dua masalah besar yang sampai saat ini belum terpecahkan. Per tama, bagaimana mendapatkan bahan dan data untuk mewujudkan sebuah buku tentang Paskibraka yang lengkap dengan sejarahnya. Kedua, bagaimana cara menerbitkan buku itu dan buku-buku lain yang bahannya sudah disiapkan oleh para pembina dan masih terbengkalai sampai saat ini. Sebagaimana disebutkan Kak Idik,

2

”Buku Kenangan 25 Tahun Paskibraka” sebenarnya ingin dijadikan sebuah buku sejarah. Namun, lemahnya data telah mengarahkan buku itu menjadi (hanya) sebuah buku kenangan, bukan buku sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Tugas kita sekarang adalah melengkapi sejarah itu dengan mencari sebanyak-banyaknya cerita tentang Paskibraka dari para Purna, mulai dari tahun 1967 sampai sekarang. Selain itu, perlu pula kisah tentang pengibaran bendera pusaka pra Paskibraka, minimal sejak tahun 1950 sampai 1966. Karena itu, Budi telah membuka email (walaupun gratisan) yang dapat menampung informasi atau cerita dari para Purna Paskibraka selain melalui surat. Tentu saja, pertama-tama yang ha-

Edisi No. 16–18, Oktober–Desember 2004

rus dilakukan adalah mencari dan menghubungi Purna yang dapat diminta untuk memberikan informasi, cerita atau bahan lainnya seperti foto. Sebagai salah satu angkatan, setidaknya kita akan bangga bila nanti ada sebuah buku yang bagus tentang Paskibraka yang terbit atas jerih payah kita sendiri, tapi berguna besar bagi banyak orang. Kita yakin bahwa kita mampu untuk melakukan itu, menyebarluaskan informasi tentang Paskibraka kepada adik-adik kita calon Paskibaka yang mungkin kelak salah satunya adalah anak-anak kita. Konsep buku ini telah disiapkan Opul. Tentang bagaimana cara menerbitkannya, biarlah kita pendam dulu karena persoalannya lebih sepele, yaitu soal biaya. Bisa jadi ringan bila didukung bersama. Begitupun, bolehlah hal ini menjadi agenda untuk pertemuan kita berikutnya. n

Paskibraka ’78 Jakarta InfoCenter

Kisah Kak Dharminto Surapati

Paskibraka Hampir ”Mati” pada Tahun 2000

S

uatu malam di bulan Oktober, Budi Winarno sempat menelepon dan ngobrol dengan Kak Dharminto. Selain kangen-kangenan ternyata banyak sekali unek-unek beliau yang ingin diceritakan, tetapi agak bingung ke mana harus curhat, karena banyak anak didiknya yang sudah hilang dan tidak pernah berkomunikasi lagi dengan beliau. Maka, saat ditelepon beliau sangat senang dan meluncurlah curahan hatinya:

Budi dan teman-teman 78... Saya sekarang sudah semakin tua dan kondisi saya sudah jauh menurun dibanding dulu, sebab tahun 2002 saya sempat kena musibah karena jatuh dan pinggul saya patah. Perlu perawatan cukup lama dan saya harus memakai kruk, memang cukup merepotkan kalau akan jalan atau bepergian. Tetapi untuk saat ini sudah agak lumayan karena sudah bisa memakai tongkat untuk menyangga tubuh saya yang masih sakit ini. Sejak saya jatuh sakit, saya memang masih terlibat dalam pembinaan Paskibraka, tetapi tidak langsung di lapangan lagi, sekarang hanya memberikan ceramah dan saran-saran untuk pengibaran. Soal pembinaan di asrama, saya jadi teringat saat kamu bercerita bahwa perasaaanmu mengatakan kalau pembinaan Paskibraka dari tahun ke tahun semakin menurun dan kehilangan rohnya. Dan setelah sekian tahun kita tidak bertemu ternyata apa yang kamu dan teman-teman rasakan dan ceritakan dahulu benarbenar menjadi kenyataan. Untuk saat ini, seperti apa yang sudah kamu rasakan sejak lama, pembinaan Paskibraka benar-benar sudah hilang rohnya. Bagi yang kurang paham akan pembinaan tentu akan merasakan kesulitan untuk merasakan apa arti roh atau jiwa pembinaan itu. Hilangnya roh tersebut tentu akan sangat berpengaruh pada hasil binaan Paskibraka yang sekarang. Oleh sebab itu dengan mengembangkan konsepmu yang tertuang dalam buku Peringatan 25 Tahun Paskibraka, serta diskusi kita sekian tahun yang lalu untuk memberikan gambaran tentang Paskibraka kepada calon anggota paskibraka maka saya sudah membuat buku saku yang berisi petunjuk-petunjuk bagi calon anggota Paskibraka. Hanya saja, untuk pencetakannya aku masih kesulitan siapa yang akan menerbitkannya. Kalau tidak salah, dulu teman-teman 78 sudah pernah merintis ide ini untuk menjadi sumber informasi bagi calon adikadikmu melalui surat, telepon atau e-mail, kira-kira apakah saat ini masih berminat merealisasikan ide tersebut?

Saya sangat mengharapkan ide tersebut dapat dilaksanakan angkatan 78 sebab saya merasa saat ini hanya angkatanmu saja yang masih kompak dan mempunyai jiwa pengabdian. Adik-adikku 78... Sebuah tragedi hampir saja terjadi pada Paskibraka pada tahun 2000. Paskibraka nasional hampir saja menemui ajalnya dan hilang dari bumi Indonesia. Itu karena seorang presiden RI yang bernama KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, menganggap bahwa Paskibraka itu tidak perlu ada. Kemudian, saat diadakan pertemuan di Istana, saya terpaksa menceritakan kembali makna yang terkandung dalam Paskibraka. Tentang sejarah merahputih, tentang bendera pusaka, tentang Husain Mutahar, dan tentang sejarah panjang 32 tahun Paskibraka. Akhirnya, Paskibraka saat itu tetap dapat dilaksanakan akan tetapi oleh Gus Dur namanya akan diganti menjadi Pasukan Pengibar Bendera Merah Putih, karena kalau menggunakan kata ”pusaka” sepertinya mengandung makna klenik atau apa gitu. Pokoknya, kyai besar itu mengatakan sesuatu yang tidak jelas alasannya. Tetapi, seusai pertemuan, kepada para wartawan media cetak dan TV saya mengatakan bahwa nama pengibar bendera di Istana tetap Paskibraka, karena hal ini sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia, tidak bisa seenaknya diubah dan sesuai dengan PP no 40/1958. Akhirnya, dalam siaran TV dan berita di media lainnya, nama pengibar bendera pusaka tetap disebut Paskibraka, bukan Pasukan Pengibar Bendera Merah-Putih seperti keinginan Gus Dur. Dari pengalaman berharga itu, saya jadi punya bayangan yang sangat mengerikan di masa yang akan datang. Jika kami-kami yang tua ini, saya, Kak Idik, Bunda Boenakim, sudah tidak ada lagi karena sudah dipanggil menghadap Sang Khalik seperti Kak Mut, dan roh pembinaan Paskibraka sudah hilang, serta tidak ada orang yang meneruskan dan benar-benar mau mengerti tentang pembinaan dan Paskibraka seutuhnya, saya tidak tahu apa yang terjadi. Mungkin, tidak lama lagi nama Paskibraka akan sirna. Pada bulan Agustus 2004, Sekretariat Negara mengeluarkan buku tentang Merah Putih yang dikarang oleh Bondan Winarno dan ada pengantar dari Presiden

Edisi No. 16–18, Oktober–Desember 2004

Megawati, namun isinya banyak dikutip dari buku ”6000 Tahun Sang Merah Putih” karangan Mohammad Yamin dan beberapa literatur lainnya. Buku tersebut dicetak terbatas, jadi agak sulit untuk mendapatkannya. Saya tidak dapat banyak cerita tentang buku tersebut, cobalah kamu cari dan pelajari buku tersebut agar dapat menambah referensi dalam memahami bendera merah putih dengan baik. Mengenai organisasi PPI sekarang saya tidak dapat berkomentar banyak, tetapi sekarang saya baru memahami mengapa setelah Munas di Lembang, Bandung, tahun 1995, kamu menghilang dan tidak mau aktif lagi dan berkumpul dengan teman-temanmu. Saya juga mengerti mengapa setelah kamu, ada yang lainnya juga ikut mundur dan memilih tidak aktif lagi. Memang, saat itu organisasi Paskibraka sangat berkembang menjadi besar dan kita akui bersama bahwa sebenarnya kita belum siap untuk itu. Organisasi Paskibraka berubah menjadi seperti organisasi massa lainnya, hanya sayang eksistensinya masih belum dapat dirasakan oleh semua Purna Paskibraka. Dengan kata lain, hanya dijadikan ”tumpangan” bagi sebagian orang untuk mendapatkan sesuatu, dan setelah tujuannya tercapai mereka tak pernah mau tahu lagi dengan yang lain. Sampai sekarang pun, PPI masih menempatkan dirinya seper ti itu, bukan sebagai wadah yang lebih peduli kepada pembinaan anggotanya sendiri dan pembinaan calon anggotanya di kancah latihan. Kalau semua sudah menyadari bahwa pembinaan di Latihan Paskibraka sudah kehilangan rohnya, adalah lebih baik bila PPI mau memprakarsai pembinaan lanjutan untuk para anggotanya. Karena itu, saya berharap sekali agar para Purna Paskibraka lebih mengerti kedudukannya, bukan seperti sekarang. Karena itu, para pengurusnya pun diharapkan lebih peka terhadap kondisi ”Paskibraka”, lebih mengerti tentang ”Roh Paskibraka” dan berasal dari orang-orang yang pernah mengikuti latihan yang ”benar-benar Paskibraka”. Budi dan adik-adik angkatan 78... Jika ada sesuatu hal yang ingin ditanyakan dan saya bisa bantu, jangan segan-segan untuk menghubungi karena aku ingin agar pembinaan Paskibraka dapat berjalan seperti dulu lagi dan kalau ada waktu luang kapan kita bisa bertemu dan ngobrol lebih banyak lagi. n

3

Paskibraka ’78 Jakarta InfoCenter

Sebuah Percakapan dengan Bunda Boenakim 10 Oktober 2004 Kriiiiiiing Kriiiiiiing Kriiiiiiing.... Selamat sore, Boenakim di sini. Selamat Sore Bunda apa kabar? Baik-baik saja... Saya juga baik-baik saja Bunda, yang jelas saya kangen sekali dengan Bunda dan walaupun terlambat saya mengucapkan selamat ulang tahun pada tanggal 5 Oktober, semoga Bunda selalu dikaruniai panjang umur, sehat dan mendapatkan berkah yang melimpah dari Allah yang maha kuasa, Eh Bunda sekarang ulang tahun yang keberapa yah, dan acaranya apa? Ah aku masih muda koq, hanya 88 tahun, jadi ya sering lupa. Waktu aku ulang tahun, anakku Nunung dan teman-temannya Paskibraka pada datang ke rumah, wah rame tenan, rasanya Bunda sangat bahagia sekali karena rumah jadi seperti ada pesta, padahal yang ulang tahun sudah tua sekali, he.. he…he…, Terima kasih-terima kasih atas perhatiannya. Tapi sik-sik, iki sopo yo? Aku koq lupalupa ingat, Anda siapa? Ah Bunda pasti lupa dengan saya sebab hampir 9 tahun kita tidak bertemu, dan pasti saya sudah dicoret dari ingatan Bunda. Sik-sik, kalau dari suaranya aku ingat sekarang, pasti ini anaknya tinggi, hitam dan dari Yogya, kalau nggak salah ini Budi ya? Betul sekali Bunda, ini Budi yang hitam dan lama tidak menghubungi Bunda. Oowalah Bud... piye kabarmu, Bunda

juga kangen banget, sudah tak cari dan tanya teman-temanmu koq pada nggak tahu, kamu ke mana saja dan sekarang ada di mana? Saya baik-baik saja Bunda, masih tetap hitam hanya tambah gendut dan rambut sudah banyak ubannya karena sudah tua, saya masih tetap cari sesuap nasi di Jakarta. Ah kamu ada-ada saja, kalau kamu tua lha aku iki piye? Ya tua sekali dong Bunda, ha… ha… ha… (kami berdua tertawa lepas). Bud main kesini dong sama keluargamu dan harus menginap, aku punya banyak kamar koq, nanti kita kangen-kangenan dan ngobrol sampai malam seperti dulu lagi. Aku senang kalau kamu bisa ke sini walaupun aku tak punya apaapa yang penting sehat dan selalu dicukupi kebutuhan kita dan diberkahi oleh Gusti yang Maha Agung. Ah Bunda kalau saya menginap nanti rumahku siapa yang nunggu, masak harus dibawa-bawa nanti kaya keong atau kura-kura. Ah kamu itu ada-ada saja, eh ngomong-ngomong bagaimana kabar temantemanmu 78, koq aku lama sekali tidak mendengar kabar-kabarnya, Bunda kangen sama mereka, sebab waktu bertemu di Sentul badan mereka dalam bahasa jawanya koq SETULEGI atau Setengah Tua Lemu Ginuk-ginuk (Setengah Tua Gemuk-gemuk), mungkin sudah pada makmur ya bud. Betul Bunda. Bagaimana nggak ge-

muk, lha Tetty sudah jadi juragan catering, Chelly jadi caleg pengairan Kalimalang, Rita dan yang lain-lainnya setiap hari menjamu tamu relasinya, tapi ada yang kasihan lho Bunda sebab tetap kurus karena sakit cacingan, Bunda ingat kan dengan Opul, itu si Syaiful yang dari Medan. Oh yang wartawan itu ya, masih tetap hitam juga ? Masih Bunda, tapi sekarang sudah tambah putih karena jarang kena matahari lagi dan masih jadi wartawan, mudah-mudahan segera jadi bos Bunda biar bisa gemuk, mohon doa restunya Bunda. Wah pasti kurestui, sebab aku senang dengan kalian semua karena selalu kompak, kapan ada pertemuan lagi, jangan lupa Bunda diundang yah? Kalau diundang itu pasti Bunda, dan Bunda juga harus datang, tapi Bunda karena kita sudah lama mengobrol dan kangennya sudah agak berkurang maka sementara teleponnya sampai disini dulu yah, lain kali disambung lagi. Terima kasih ya Bud, salam buat keluargamu dan teman-teman 78. Ter ima kasih Bunda, wassalamu ’alaikum. Walaikum salam Wr Wb....n BUNDA Kata mereka diriku slalu dimanja Kata mereka diriku slalu ditimang Oh Bunda ada dan tiada Dirimu slalu ada di dalam hatiku...

Si Gede Masih Hidup dan Tetap Sableng

H

allo selamat malam... Selamat malam juga, mau cari siapa? (jawaban dari ujung tetelepon berupa suara anak kecil) Apakah ini rumah Bapak Gde? Benar ini dari siapa? Dari temannya Papaa!!! ada telepon dari temannya! (terdengar teriakan si anak kecil). Hallo selamat malam (suara berat menggema di seberang sana) Selamat malam juga Pak, apakah benar ini Bapak Gde? Benar, saya Gde. Bapak Gde yang bekerja di PT. Delta yang bikin bir itu Pak? Benar, tapi itu dulu, sekarang saya sudah tidak bekerja di sana Usaha bapak sekarang apa? Hanya usaha panti pijat dan permainan bilyar di Cibubur. Eh maaf, Bapak siapa? Bapak lupa sama teman bapak yang pernah berjumpa di Makro Cibitung saat Bapak belanja bersama WIL untuk keperluan mancing di Kalimalang?

4

Sialaaaann!! Budi gila, apa kabar (meledaklah tawa si Gde dari seberang telepon) Kamu juga gila, kabar baik dariku, yag jelas aku masih hidup ha.. ha.. ha.. Maka nyerocoslah cerita dari si anak Bali yang sableng ini, dari a sampai z. Yang jelas si Gde sekarang mulai membuka usaha sendiri dan masih belum mau ngaku usaha apa yang dijalankannya. Dia juga masih belum mau gabung dan bertemu dengan teman-teman yang sudah makmur sebab merasa masih malu karena hidupnya dirasakan belum mapan. Padahal menurut data intelijen, dia memiliki per usahaan yang cukup maju, punya deposito di sejumlah bank dengan nilai sangat besar dan sawah di Gianyar berpuluh-puluh hektar. Tapi apakah itu punya Gde Amithaba? Tanyalah langsung pada yang bersangkutan atau kepada rumput yang bergoyang, Saat seru-serunya ngobrol, eh Gde

Edisi No. 16–18, Oktober–Desember 2004

minta break dulu sebab mau mandi mumpung air dirumahnya mengalir (kasihan deh lu mau mandi saja nunggu air mengalir), dan telepon langsung diserahkan kepada istrinya. Nah, istrinya ternyata sama persis dengan Gde kalau ngomong, samasama sableng. Sang isteri cerita kalau anaknya yang tiga orang sekarang sudah besar-besar. Yang paling besar sudah kelihatan kalau cakep sebab kulitnya putih tidak sepertinya bapaknya, wajahnya lebih banyak ikut ibunya. ”Coba kalau ikut bapaknya pasti berantakan,” katanya. Yang nomor dua juga bakalan cakep dan yang bungsu masih suka ngedot sama persis dengan bapaknya. Banyak cerita-cerita lucu lainnya yang tidak dapat diceritakan di sini. Setelah cer ita ngalor ngidul maka dapat ditarik kesimpulan kalau Gde saat ini masih hidup, tetap sableng, tambah gagah dan hitam. Dia baru belajar menjadi boss, dan… tanya sendiri kepada yang bersangkutan. n

Paskibraka ’78 Jakarta InfoCenter

Suara Kita

Saling Menyapa Yuk!

Ngumpul, Masih Perlukah? Pasca Reuni 1994 dan peringatan 50 Tahun Indonesia Merdeka 1995, Purna Paskibraka 78 pernah beberapa kali mencoba berkumpul, tapi tidak pernah bisa komplit. Berulang kali dicoba, termasuk tahun lalu, toh masih tetap seperti itu. Kadang, pertanyaan pesimis pun muncul: Apakah memang kita perlu kumpul-kumpul lagi? Kalau perlu, untuk apa? Menurut ustad Amir, kalau sekadar kumpul dan tidak ada apaapanya, ya namanya kangen-kangenan. Tanpa harus bertemu juga bisa dilakukan, misalnya melalui telepon. Tapi menurut Chelly, kumpul untuk kangen-kangenan memang mengasyikkan, syukur-syukur kalau ada hal lainnya yang bermanfaat bagi kita semua. Misalnya apa ya Chel? Kalau menurut Opul dan Budi, saling mengunjungi atau ngumpul memang perlu, terutama kalau memang niatnya ingin mempererat tali silaturahmi. Apalagi, ada salah satu di antara kita yang mengundang. Undangan sunatan anak, kawinan, walimatussafar (mau pergi haji), ulang tahun, atau naik pangkat (promosi), dst, dst. Tapi kalau hanya untuk kangen-kangenan dan tidak ada hal penting yang perlu dibicarakan bersama, ya... ngumpulnya sekali-sekali saja, jangan keseringan. Itupun didahului dengan kesepakatan, lalu kapan dan di mana ngumpulnya, bagaimana caranya agar yang kumpul bisa sebanyak-banyaknya. Yang jauh ngumpul dulu di tempat yang lebih dekat, lalu pergi bareng biar meriah. Yang kebetulan sedang kurang sehat bisa disamperin sama yang paling dekat biar tetap bisa ikut ngumpul, dst, dst. Begitulah rasanya guyub yang betul, sehingga satu sama lain bisa lebih saling mengerti. Angkatan 78 pernah dinilai paling kompak, tertib, disiplin dan terorganisasi oleh para pembina maupun angkatan lainnya. Apakah sekarang kita masih seperti itu? Jawabannya bisa ya dan bisa tidak. ”Ya” bila kita mau saling berbagi, saling mengerti dan tepo sliro, saling membantu, saling memberi, saling asah dan asuh sehingga dapat menjadi keluarga besar yang sangat menyenangkan. ”Tidak” bila ada di antara kita, sengaja atau tidak, yang kurang mengindahkan etika dan suka mengabaikan orang lain. Berjalan sendiri-sendiri, mau enak sendiri, mau cari untung sendiri, atau hanya memikirkan diri sendiri, dan lain-lain intinya hanya bertumpu pada dirinya sendiri. Kejadian ini sudah pernah kita alami di masa lampau. Ada yang maunya mewarnai teman angkatan yang lain dari dalam, ada yang jeli dan tetap mau di luar, ada yang acuh tak acuh. Yang ingin mewarnai akhirnya rontok satu persatu dan kemudian asyik dengan aktivitasnya masing-masing, yang di luar menghilang tak ketahuan rimbanya, yang acuh tak acuh tetap santai dan cuek bebek. Apakah hal-hal seperti ini yang akan kita teruskan? Marilah sekarang kita bersama-sama untuk bersikap lebih sabar, lebih tenggang rasa, mau saling mendengar dan berbagi di tengah kesibukan mengurus pekerjaaan dan keluarga. Sebagai pemegang ”kendit kuning” kita ditantang untuk tetap peduli dalam pembinaan Paskibraka di masa datang, walaupun caranya hanya dengan sumbang saran melalui Direktorat Kepemudaan Depdiknas. Marilah kita bersatu saling membantu dan berbagi agar dapat memberikan kekuatan pada roda gendeng yang kembali akan mulai berputar.

Seringkali, tiba-tiba datang rasa kepingin untuk bertemu dan kalian semua. Apalagi, bagi aku yang tidak pernah bisa hadir dalam beberapa kali pertemuan yang kalian rancang, baik di Menteng, Midori, sampai Bukit Sentul. Bukannya tidak mau datang, tapi kebetulan waktu dan kesehatan tidak memungkinkan. Aku sih yakin-yakin aja, kalau kita sebenarnya bisa berkumpul dalam jumlah yang lebih banyak, paling tidak 14 orang yang sekarang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya. Asalkan, pertemuan dirancang dengan baik, dalam suasana yang penuh kekeluargaan. Soal tempat, mungkin ada salah satu di antara kita yang rela rumahnya dipakai, jadi nggak usah menyewa tempat atau restoran. Tapi, meskipun belum bisa bertemu, aku pikir tak ada salahnya mencoba-coba nomor telepon yang tercantum di bulletin ini. Apakah itu untuk ngomong, atau cuma SMS lewat hape. Yang penting sekarang adalah menjaga agar silaturahmi yang sudah ada tetap terjaga. Yang satu bisa tahu keadaan yang lain, sehat atau sakit, lagi ketiban rejeki atau lagi apes, dst, dst. Pokoknya, saling menyapalah kita. Cerita yang didapat dari saling menyapa itu boleh dikirimkan kepadaku untuk diteruskan kepada teman-teman yang lain lewat buletin ini. Asal tahu, buletin ini tidak bakal bisa terbit lho, kalau nggak ada yang mengisinya. Salam! n Syaiful ”Opul” Azram

Selamat Ulang Tahun

kepada teman yang kebetulan dilahirkan antara bulan Oktober sampai Desember. Semoga tetap sehat, makin sukses dalam usaha, karir dan keluarga, serta tetap berada dalam lindungan Tuhan YME.

Aida Sumarni Batubara

Ultah ke-43 pada 10 Oktober 2004

Endang Rahayu

Ultah ke-42 pada 26 Oktober 2004

Rahmaniyah Yusuf

Ultah ke-44 pada 11 November 2004

Syarbaini

Ultah ke-47 pada 16 Desember 2004

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih. Suci lahir dan di dalam batin Tengoklah ke dalam sebelum bicara, Singkirkan debu yang masih melekat Singkirkan debu yang masih melekat — Ebit G Ade

Redhany Gaffurie

Ultah ke-44 pada 2 Desember 2004

Nunung Restuwanti

n Budi Winarno

Ultah ke-43 pada 12 Desember 2004

Edisi No. 16–18, Oktober–Desember 2004

5

Paskibraka ’78 Jakarta InfoCenter

Buku

Rentang Sejarah Sang Merah–Putih

P

Pada bagian III (sejarah warna enelitian terhadap sejarah Bendera Judul buku : dan bendera Sang Merah Putih) diMerah Putih mungkin tidak begitu 6000 Tahun Sang Merah–Putih terangkan tentang perjalanan Sang diketahui oleh masyarakat umum. MuPengarang : Mr. Muhammad Yamin Merah Putih dari zaman prasejarah hammad Yamin, salah seorang tokoh nasiPenerbit : Siguntang hingga Proklamasi Kemerdekaan onal tersebut, benarnya telah melakukan Percetakan : Pertjetakan Dharma, Republik Indonesia. penelitian (beliau menyebutnya sebagai Djakarta. Sedangkan terakhir pada bagian ‘penyelidikan’) terhadap bendera dan Halaman : VII + 236 IV (arti dan makna yang dikandung warna merah putih. Hal itu dituangkannya Tahun Penerbitan : 1951 warna Sang Merah-Putih pada bendalam buku yang berjudul “6000 Tahun dera negara Republik Indonesia) Sang Merah Putih”. Selain itu beliau juga diterangkan tentang tinjauan filsafat Sang berusaha menampilkan arti dan filosofi merah putih itu Merah-Putih, Arti Sang Merah Putih sendiri menurut pemahaman asli bangsa Indonesia. sebagai bendera dan arti dan makna dwiBuku ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu: Bagian I warna Merah-Putih pada bendera negara Penyelidikan sejarah tentang usia Sang Merah Republik Indonesia. Putih; Bagian II Tinjauan Pengetahuan tenKelebihan buku ini terletak pada cara tang Arti Warna Sang Merah Putih; Bagian III penjabarannya yang relatif mendetil, Sejarah Warna dan Bendera Kebangsaan apalagi jika dilihat dari waktu penerSang Merah Putih; Bagian IV Arti dan makna bitannya. Pendekatan yang dilakukan unyang dikandung Sang Merah Putih sebagai tuk menggali sejarah bendera dan warna bendera negara Republik Indonesia Merah Putih sendiri terhitung ilmiah. WaBuku ini selain berusaha mengungkapkan laupun hanya sebatas Merah-Putih tetasejarah keberadaan Bendera Merah Putih di pi buku ini secara tidak langsung dapat Indonesia juga berusaha untuk menggali orimemberitahukan tentang beragamnya sinalitas warna merah putih sebagai paduan kebudayaan di Indonesia yang pada dawarna yang asli berasal dari Indonesia dan sarnya mempunyai rumpun yang sama. memiliki nilai-nilai luhur. Sedangkan kekurangannya terletak Pada Bagian I diterangkan tentang cara pada susunan tata bahasa yang relatif dan tujuan penyelidikan sejarah warna dan sulit untuk dimenger ti oleh pembaca saat bendera merah putih, bahan penyelidikan ini. Selain itu juga terletak pada penggumerah putih sepanjang tiga masa sejarah Innaan ejaan lama yang akan menghambat donesia, penetapan tarikh merah putih meproses pemahaman pembaca terhadap isi buku nurut pengetahuan ahli sejarah, serta hasil itu sendiri. dan kesimpulan penyelidikan sejarah meTerlepas dari kelebihan dan kekurangannya, buku ini ngenai usia warna dan bendera Merah pantas untuk diterbitkan lagi, tentu dengan penyesuaian Putih. di sana sini. Apalagi mengingat bahwa saat ini bangsa InSedangkan Bagian II menerangkan tinjauan pedonesia membutuhkan suatu “penyegaran” untuk mengingat ngetahuan tentang Sang Merah Putih. Hal tersebut dijabahwa keberagamannya berasal dari konsep yang sama barkan menjadi maksud atau arti dari kalimat Merah-Putih, dan hal itu disimbolkan oleh Bendera Merah Putih. n dilihat dari berbagai macam bahasa serta kebudayaan termasuk dari seni lukis, seni pahat, hingga kepada mitologi (sumber: ppijaksel.org) Merah-Putih.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1425 H Mohon Maaf Lahir dan Batin

Selamat Hari Natal 2004 dan Tahun Baru 2005 6

Edisi No. 16–18, Oktober–Desember 2004

Paskibraka ’78 Jakarta InfoCenter

Berita dari Kawan Salam Paskibraka Mas Budi, sebagai obat kangen bersama ini saya kirimkan berita yang dimuat di Kedaulatan Rakyat Yogyakarta tanggal 19 Agustus 2004, saat Gubernur DIY bertatap muka dengan Paskibraka 2004 se-DIY. Hampir 400 Purna Paskibraka tingkat I dan II hadir dalam acara tersebut. Mudah-mudahan hal ini bisa membuat Mas Budi ingat adikadik Paskibraka di Yogya dan jika ada kesempatan dapat memberikan sedikit wejangan atau cerita-cerita saat masih di Purna Eka Paskibraka DIY agar pembinaan Paskibraka di Yogyakarta dapat lebih baik lagi setelah ditinggal para senior-seniornya. Syukur-syukur ada buku petunjuk yang dapat dijadikan pegangan pembinaan dan pengembangan Paskibraka di daerah, sehingga dapat lebih baik lagi seperti saat kita bersama-sama di PEP DIY. Salam dari adik-adik di Yogya, kami kangen dan menunggu kapan mas Budi pulang ke Yogya serta dapat bertemu dengan kami lagi. n Banowo Setyo Samodra Paskibraka ----- (Yogyakarta)

Sultan Prihatin

”Unggah-ungguh” Semakin Luntur Kepatihan – Yogyakarta. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengungkapkan keprihatinannya terhadap semakin lunturnya budaya unggah-ungguh, sopan santun, dan tepa selira di lingkungan masyarakat dewasa ini. Jangankan untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf atas kesalahan tersebut, untuk mengucapkan terima kasih kepada orang lain yang telah berbuat baik pun saat ini sepertinya semakin sulit ditemui. “Saya memang prihatin ya, sekarang ini unggah-ungguh di masyarakat kita tidak lagi seperti dulu. Sepertinya unggah-ungguh semakin sulit ditemui. Jangankan untuk minta maaf, untuk mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang telah memberi kita sesuatu saja rasanya sulit. Contohnya, kalau kita memberikan sesuatu kepada orang yang meminta-minta di jalan, tidak ada lagi ucapan terima kasih dari mereka. Unggah-ungguh ini memang perlu kita tekankan, karena menyangkut peradaban,” ujar Sri Sultan HB X di Bangsal Kepatihan, Rabu (18/8/2004). Hal itu Sultan sampaikan menjawab pertanyaan Gilang Ramadhan, seorang anggota Paskibraka asal Bantul, saat dilakukan dialog dalam acara ramah tamah Paskibraka se-DIY dengan Gubernur dan Muspida DIY. Sedang saat ditanya Joko Sudibyo, juga dari Bantul, soal kehidupan masyarakat sekarang khususnya generasi muda, Sultan menegaskan pentingnya membedakan westernisasi dan modernisasi. “Modernisasi itu beda dengan westernisasi. Harus diingat pula bahwa modernisasi tidak identik dengan westernisasi,” ucap Sultan. Di depan ratusan anggota Paskibraka dan Purna Paskibraka se-DIY, Sultan juga mengatakan, meski di era globalisasi yang membawa serta western life-style hampir memasuki seluruh pintu rumah kita, namun di sisi lain terjadi trend balik bangkitnya semangat etnonasionalisme yang menghargai budaya sendiri. “Dari fenomena global seperti itu, kita sebagai bangsa perlu meningkatkan ketahanan budaya menggunakan nilai-nilai kearifan tradisional, untuk menangkal dampak negatif budaya global,” kata Sultan. Dibentuknya Paskibraka, lanjut Sultan, dimaksudkan untuk menampung mereka dalam kegiatan memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela negara, kepeloporan dan kepemimpinan, berdisiplin dan berbudi pekerti luhur dalam rangka character dan national building. Artinya, Paskibraka sebagai bagian generasi muda harapan bangsa, merupakan aset bangsa yang perlu dikembangkan agar menjadi SDM berkualitas yang pantas diandalkan bagi kemajuan bangsa. Dalam khasanah budaya Jawa, menurut Sultan, hal itu juga tersirat dalam Serat Jaka Lodhang buah karya Ranggawarsita yang mengisyaratkan generasi muda yang ‘lapang dada’ dan berwawasan luas. Dengan sifat ini, terasa ringan beban dan lenturnya tulang punggung. Maksudnya, yang dirasakan ringan betapapun beratnya tugas, karena terlatih membanting tulang dan memeras keringat dalam berkarya. n

UNGGAH UNGGUH

U

nggah ungguh, tata krama, sopan santun atau etiket adalah kata yang berbeda tetapi mempunyai arti yang sama, yaitu aturanaturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis dan sudah menjadi adat istiadat yang harus kita patuhi, jalani dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Apabila kita tidak menjalankannya maka kita akan dianggap orang yang aneh, berbeda atau tidak aturan. Dalam budaya Jawa khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta yang sejak berdirinya adalah daerah kerajaan sampai saat ini, maka tata krama atau unggah ungguh sudah ada sejak dahulu kala dan selalu diajarkan secara turun temurun oleh kakek nenek buyut kita atau bahkan nenek moyang kita yang selalu kita dengar ceritanya sejak kecil sampai saat ini. Dalam era modern seperti sekarang ini masih banyak etiket atau tata krama yang harus kita pegang dan junjung tinggi karena memang mengandung nilai-nilai luhur yang sangat sulit untuk dihilangkan. Tata krama itu ada dalam kehidupan kita sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, tetangga, lebih-lebih lingkungan kerja atau bisnis. Setiap langkah kehidupan kita selalu ada tata krama nya, misal dalam lingkungan keluarga jika kita akan pergi sejak kecil kita dididik untuk pamit kepada orang tua atau yang ada di rumah, jika bertamu wajib kulo nuwun dan saat pulang wajib pamit kepada tuan rumah. Dalam kehidupan sehar-hari kita harus membiasakan dengan unggah ungguh yang sangat sederhana yaitu selalu mengucapkan SaToMaTe atau Salam Tolong Maaf dan Terima kasih. Salam adalah sapaan yang paling awal kita ucapkan kalau kita bertemu dengan seseorang misal : Assalamu’alakum, Selamat Pagi, Siang atau Malam, Hallo, Apa Kabar dan biasanya disertai dengan anggukan kepala, jabat tangan dan yang tidak kalah penting adalah senyum yang tulus. Maaf harus kita sampaikan jika kita terpaksa harus mengganggu seseorang, misalnya menanyakan alamat kepada seseorang dijalan. Akan terasa lebih sopan dan menghargai bila kita bertanya dengan didahului ucapan, ”Maaf Bapak/Ibu saya terpaksa mengganggu, apakah Bapak/Ibu mengetahui alamat yang saya cari ini.” Kita yakin orang yang ditanya akan menjawab dengan ramah dan akan menunjukkan alamat yang kita cari. Tolong adalah suatu ucapan bahwa kita meminta tolong kepada seseorang bahwa kita menghargainya dan tidak memerintah dengan kasar. Misalnya kita kerumah teman dan tidak bertemu yang bersangkutan tetapi hanya ditemui orangtuanya maka akan terasa beradabnya kita jika kita menyampaikan ucapan, ”Bapak/Ibu, tolong titip pesan untuk…....... Sampaikan kalau saya ke sini dan ada perlu dengannya. Jika nanti dia pulang tolong menghubungi saya.” Maka orangtua teman kita tentu dengan senang hati akan menyampaikan pesan kita kepada anaknya. Terima kasih adalah ucapan terakhir yang paling sering kita lupakan. Itu terjadi karena ucapan terima kasih harus keluar dari hati nurani kita yang paling dalam sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan maupun orang yang telah menolong atau membantu kita. Dan, sesuatu yang harus keluar dari hati nurani, biasanya memang sangat sulit diungkapkan. n

Edisi No. 16–18, Oktober–Desember 2004

7

Paskibraka ’78 Jakarta InfoCenter

Info Alamat Mahruzal MY (Aceh): Jl. T. Nyak Arief 340 Darussalam, Banda Aceh. Telp. 0651-32242 HP.0811167533– 0811683848. Syaiful Azram (Sumut): Pondok Tirta Mandala Blok E4 No. 1, Sukamaju, Sukmajaya, Depok 16415. Telp. 021-8741953. HP.08161834318. Aida Sumarni Batubara (Sumut): Jl. Halat Ujung Gg. Kelinci No. 1 Medan 20127. Telp. 061-712047. Masril Syarif (Sumbar): Jl. Rambutan No. 282 RW VII RT 1 Padang Besi, Kodya Padang.Telp.0751-202842. Azmiyati Aziz (Sumbar): Jl. Kancil III/Toleransi No.67 Palu. Telp. 0451-21928. Muhammad Iqbal (Jambi): Jalan Kapodang 8 No.132 Kotabaru, Jambi. Telp. 0741-42636. HP. 08127860498. Sambusir (Sumsel): Bumi Satria Kencana, Jl. Saddewa Raya Blok 43 No.6/29, Bekasi 17144. Telp. 021-8845215. HP.08568586045. Tatiana Shinta Insamodra (Lampung): Jl. Mesjid No.39 Kemang, RT 05/07, Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi 17411. Telp. 021-8464430. HP.08128119860. Amir Mansur (Jakarta): Jalan S. Brantas RT 07/01 No. 235 Cilincing, Jakarta Utara 14130. Telp. 021-4407865. HP. 08161854561. Saraswati (Jakarta): PT Nugra Santana, Wisma Nugra Santana Lt.3 J. Jendral Sudirman Kav.7–8 Jakarta 10220. Telp. (K) 021-5704893/5/7, Fax. 021-5702040. HP. 0811997659. Yadi Mulyadi (Jabar): Jalan Raya Warung Jaud No.14 RT 03 RW XI Kaligandu Selatan, Serang 42151. Telp.0254208301. HP.08129078369. Arita Patriana Sudradjat (Jabar): Jl. Mandar XIV Blok DD3 No.1, Bintaro Jaya Sektor 3A, Tangerang 15225. Telp. 0217359763. HP. 0816933910. Budihardjo Winarno (Yogya): Gema Pesona Blok AM/7 Depok 16412. Telp. 021-77822421. HP. 0818866130. Endang Rahayu Tapan (Yogya): Jl. Jlagran No. 115 Yogyakarta. Telp. 0274-583063. Budi Saddewo (Jateng): Jl. Pangandaran Raya 53, Bumi Bekasi Baru 1 Utara, Bekasi 17115. Telp. 021-8217863. HP.08127116960. Sonny Jwarson (Jatim): Pondok Surya Mandala Blok G1 No.14 Jakamulya, Bekasi 17146. Telp. 021-8213430. HP.0818416650. Rahmaniyah Yusuf (Jateng): Jalan Sri Rejeki II No.17 Semarang 51040. Telp. 024-607724. I Gde Amithaba (Bali): Jalan Palem Hijau 3 No.19, Taman Beverli Lippo Cikarang 17550. Telp.021-89908203. HP. 0816972827. Oka Saraswati (Bali):Jl.Seruni No.4C, Denpasar. Telp. 0361226130. Maskayangan (NTB): Jl. Panji Tilar Negara 118 Mataram. Telp. 0370-634343. HP. 0817367185. Syarbaini (Kalbar): Jl. Kom. Laut Yos Sudarso, Perumnas II Gg Matan II No.18, RT 03/XXXIII Pontianak 78113. Telp.0561-770270. Chelly Urai Sri Ranau (Kalbar): Antilop Maju Jatibening I, Jl. Merapi 116, Bekasi 17412. Telp. 021-8471948. HP. 08561068417. Fridhany (Kalteng): Jl. HM Arsyad XXXVI Blok D No.7 Sampit. Telp. 0351-22256. Herdeman (Kalteng): Jl. Ci Bangas Gang Berdikari No.1 Palangkaraya 73111.

8

Rahmawaty Siddik (Kaltim): Jl. Maduningrat Gg Family RT XX No. 39 Kampung Melayu, Tenggarong. Nunung Restuwanti (Kalsel): Jl. Kampung Baru RT XV/74 Murung Pudak, Tabalong 71571. Telp. 0516-21275. Redhany Gaffurie (Kalsel): Jl. Sutoyo Siswomiharjo, Gg.20 Komplek Purnasakti Jalur U/8 RT 40 Banjarmasin 70245. M. Ilham Radjoeni Rauf (Sultra): Jalan Sedap Malam No. 31, Taman Yasmin Bogor 16310. Telp. 0251-315534. HP.081310559578. Halidja Husein (Maluku): Kompleks Ditjen Perla Blok B/14 Kramat Jaya, Jakar ta 10560. Telp. 021-4415269. HP. 08161645571. Johny Ronsumbe (Irja): Kompleks SD Inpres Komba. PO BOX 292 Sentani Jayapura. Welly Tigtigweria (Irja): d/a Rindam 7 Trikora, Ifar Gunung, Jayapura.

Tolong Cari Mereka... Izziah (Aceh): HP. +61415166923 (Alm) Auzar Hasfat (Riau): Jl. Tasykurun 44 Pekanbaru. Suhartini (Riau): Jl. Pembangunan 2 Selat Panjang, Ellyawaty Hasanah (Jambi): Jl. Merdeka 43 Kuala Tungkal. Nilawati (Sumsel): Jl Yos Sudarso, RT V No. 5, Telaga Jawa, Lubuk Linggau. Iskandar Rama (Bengkulu): Jl. MH. Thamrin 32 Curup. Ernawati (Bengkulu): Jl.Dwi Tunggal 30 Curup. Akrom Faisal (Lampung): Kampung Baru, Tanj. Karang Salamah Wahyu (Jateng): HP. 08123130959. Mahzur (NTB): ---Wendalinus Nahak (NTT): l. Yos Sudarso 9/7 Atambua. Trice De Bora Bria (NTT): Kp. Tanah Merah, Atambua. Frederick Bid Lie Pang (Kaltim): Asrama Don Bosco, Jl. Sudirman 59 Samarinda. Daniel Pakasi (Sulut): Jl. KS Tubun 6 Manado. Deetje Saroinsong (Sulut): Jl. Dua Mei Teling, Manado. Sinyo Mokodompit (Sulteng): Jl. Panasakan Dalam 179 Toli-toli. Diyah Palupi (Sulteng): Mess Bayangkara No.2 Toli-toli. Sri Diana Saptawati (Sultra): Komp. Sukaraja I WPA E5 Lanud Husein Sastranegara, Bandung. Ridwan (Sulsel): Jl. Andi Mallombasang, Sungguminasa. Hafsah Dahlan (Sulsel): Jl. Baji Minasa 17H Janeponto. Patty Nehemia (Maluku): Kudamati SK 29 No.40 Ambon.

Pembina & Danpas Idik Sulaeman : Jalan Budaya (Kemanggisan Ilir 5B) No.2 Jakarta Barat 11480. Telp. 021-5480217. Dharminto Surapati : Jl. Bandengan Utara I No.11 RT05/ 11 Jakar ta Barat 11240. Telp. 021-6917588. HP. 08129508801 Bunda D. Boenakim : Jl. Tarian Raya Timur No. W-20 Kelapa Gading, Jakarta 14240. Telp. 021-4517638. Marsda (Purn) Sutrisno SP: Bukit Kencana 3, Blok AV 8 Jati Rahayu, Pondok Gede, Bekasi 17414. Telp. 02184993658. HP. 08129901973. Mayjen TNI Albert Inkiriwang : Jl. Mesjid I/8 Pejompongan, Jakarta Pusat 10210. Telp. 021-5706340. Brigjen (Pol) Drs. Jusuf Mucharam : Telp. 021-7250878. HP. 0811111066. Brigjen (Pol) Drs. Adrian Daniel : (R) Telp. 0736-21591. (K) Kapolda Bengkulu 0736-51041/52087.

Edisi No. 16–18, Oktober–Desember 2004

Related Documents

Bulletin78 02 - Oktober 1993
November 2019 16
Bulletin78 23 - Oktober 2007
November 2019 14
1619
December 2019 14
1619-1637-1-pb
October 2019 9

More Documents from "Jose Antonio Escalier Dorado"